Upload
buihanh
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penelitian dilakukan,
kemudian dilanjutkan dengan beberapa bagian lainnya yang meliputi perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelaasan metode penelitian, dan
susunan penelitian. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai metode
penelitian yang terdiri dari metode pengumpulan data dan metode analisis yang
digunakan dalam penelitian, yang terdiri dari analisis internal yang dimiliki oleh
perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan.
1.1. Latar Belakang
Tersedianya jaringan telekomunikasi di Indonesia, merupakan salah satu
indikator tingkat ekonomi di suatu wilayah. Tersedianya jaringan telekomunikasi
yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat
Indonesia, karena dengan adanya kemudahan dalam melakukan tekeomunikasi
jarak jauh, masyarakat maupun pelaku ekonomi dapat mengurangi biaya
transportasi, biaya logistik, dan dapat mengefisiensikan waktu yang digunakan
dalam melakukan telekomunikasi tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi baik dalam
infrastuktur maupun produk akhir yang dijual kepada konsumen berupa
handphone ataupun modem, makin mempermudah konsumen dalam melakukan
2
komunikasi maupun akses data. Perkambangan ini tentu saja makin meningkatkan
kebutuhan para operator penyedia jasa telekomunikasi untuk selalu meningkatkan
kualitas dan kuantitas jasanya.
Aktivasi telepon seluler yang jauh lebih mudah daripada aktivasi telepon
jaringan tetap (fixed line), mengakibatkan industri telekomunikasi terus tumbuh.
Selain itu, waktu aktivasi dalam penggunaan telepon seluler jauh lebih pendek
dari pada waktu yang dibutuhkan untuk mengaktivasi telepon jaringan tetap,
menjadi salah satu faktor yang berperan dalam peningkatan jumlah pelanggan
telepon seluler. Berikut ini adalah gambaran perkembangan jumlah pelanggan
telepon bergerak seluler di Indonesia yang dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1.1 :Teledensitas Jaringan Telepon Tetap Kabel dan Telepon Tetap
Nirkabel Tahun 2005-2010
Teledesitas 2006 2007 2008 2009 2010
Tetap Kabel 3.94 3.88 3.81 3.69 3.55
Tetap Nirkabel 2.71 4.81 9.53 11.69 13.37 Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
3
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Kementrian Telekomunikasi dan
Informatika pada tahun 2010, selama kurun waktu 2006 hingga 2010, pelanggan
telepon tetap kabel cenderung mengalami penurunan rata-rata 0,71% setiap
tahunnya. Sebaliknya, pelanggan telepon tetap nirkabel jumlah mengalami
pertumbuhan sebesar 26%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar untuk telepon tetap
nirkabel terus mengalami peningkatan, sehingga peluang dalam industri telepon
tetap nirkabel masih sangat besar.
4
Tabel 1.2 : Perkembangan Jumlah Pelanggan Telepon Bergerak
Telkomsel 16,291,000 24,269,000 35,597,000 47,890,000 65,299,991 81,643,532
Indosat 9,754,607 14,512,453 16,704,729 24,545,422 36,510,246 28,707,198
Excelcomindo 3,791,000 6,978,519 9,527,970 15,469,000 26,015,517 31,438,377
Mobile 8 500 1,200,000 1,825,888 3,012,801 2,701,914 2,805,842
STI - 10,609 134,713 310,464 784,343 636,868
Natrindo - 21,537 12,715 4,788 3,234,800 4,105,156
Hutchison - - - 2,039,406 4,500,609 7,311,000
Smart Telecom - - - 115 1,530,823 2,599,665
Perkembangan Jumlah Pelanggan Telepon Bergerak Seluler
Operator 2004 2005 2006 2007 2008 2009*
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Operator yang memiliki jumlah pelanggan terbanyak hingga tahun 2009,
yaitu Telkomsel, memiliki jumlah pelanggan sebanyak 81.643.532 orang, dimana
jumlah tersebut meningkat lima kali lipat dari jumlah pelanggannya di tahun
2004, yaitu sebanyak 16.291.000, dengan pertumbuhan jumlah pelanggan yang
terus meningkat 34.35% pada tahun 2008, dan meningkat 25.02% pada tahun
2009 dari tahun sebelumnya. Sedangkan operator telekomunikasi yang memiliki
jumlah pelanggan kedua terbanyak, XL Axiata, memiliki jumlah pelanggan
sebanyak 31.438.377 orang pada tahun 2009, yang berarti juga terjadi
peningkatan jumlah pelanggan sebesar 5.422.860 orang atau sebesar 20.84% dari
tahun 2008. Berbeda dengan pesaingnya, yaitu XL Axiata dan Telkomsel, pada
tahun 2009 Indosat mengalami penurunan jumlah pelanggan sebanyak 7.803.048
pelanggan, atau sebesar 21.37% dari jumlah pelannggannya di tahun 2008.
Operator lain yang jumlah pelanggannya mengalami peningkatan, adalah Mobile
8, Natrindo, Hutchison, dan Smart Telecom. Peningkatan jumlah pelanggan yang
5
diraih oleh ketiga operator tersebut adalah sebesar 103.928 pelanggan (3.84%)
untuk Mobile 8, 870.356 pelanggan (26.9%) untuk Natrindo, 2.810.391 pelanggan
(62.44%) untuk Hutchison, dan sebesar 1.068.842 pelanggan (69.825%) untuk
Smart Telecom. Sedangkan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia mengalami
penurunan jumlah pelanggan di tahun 2009 sebesar 147.4745 pelanggan, atau
sebesar 23% dari jumlah pelanggan sebelumnya di tahun 2008.
Gambar 1.1 : Teledensitas Pengguna Telepon Tetap Kabel dan Nirkabel Menurut
Wilayah
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Sedangkan menurut teledensitas atau jumlah dari saluran telepon dibagi dengan
total penduduk yang dikalikan 100 pada tahun 2010, wilayah Jakarta-Banten
memiliki nilai teledensitas tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia
dengan nilai teledensitas sebesar 73,72 untuk pelanggan telepon . Hal ini berarti,
di dalam tiap 100 penduduk, terdapat sekitar 73 penduduk yang menggunakan
saluran telepon tetap, sedangkan nilai teledensitas penduduk Jakarta-Banten untuk
6
pengguna telepon tetap nirkabel adalah sebesar 65.59 yang artinya penduduk yang
menggunakan saluran tetap telepon lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
pelanggan yang menggunakan saluran tetap nirkabel di wilayah Jakarta-Banten.
Wilayah yang memiliki teledensitas pengguna saluran telepon tetap kabel maupun
nirkabel terbesar kedua setelah wilayah Jakarta-Banten, adalah wilayah Jawa
Timur, Bali, dan Nusa Tenggara yang memiliki densitas pelanggan saluran
telepon tetap nirkabel sebesar 12,23 dan teledensitas pelanggan saluran telepon
tetap sebesar 15,37.
Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia juga dapat diamati dari
peningkatan teledensitas pengguna telepon bergerak seluler di Indonesia. Pada
tahun 2006, teledensitas pengguna telepon bergerrak seluler di Indonesia adalah
sebesar 28,73. Jumlah ini meningkat di tahun 2007 menjadi sebesar 41,52 dan di
tahun 2010 menjadi 85,85.
7
Gambar 1.2 : Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Bergerak Seluler 2006-
2010
Sumber : Indikator TIK Indonesia Tahun 2011
Pasar industri telekomunikasi di Indonesia cenderung menunjukkan
pengembangan ke arah yang positif, dimana perusahaan-perusahaan yang ikut
bersaing untuk menyediakan jasa telekomunikasi diantaranya adalah : PT
Telekomunikasi Indonesia Seluler, Tbk (Telkomsel), PT XL Axiata (XL) Tbk,
PT Indosat Tbk (Indosat), PT Hutchison CP Telecommunications (3), PT Axis
Telecom Indonesia (Axis), PT Bakrie Telecom Tbk, PT Smartfren Tbk, PT
Sampoerna Telekomunikasi Indonesa (Ceria), dan PT Telekomunikasi Indonesia
(Telkom Flexi).
Perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya menyediakan jasa jaringan
telekomunikasi berbasis GSM (Global System for Global Communication), dan
3G (Third Generation) untuk layanan datanya, namun juga terdapat beberapa
operator yang menyediakan layanan jaringan telekomunikasi berbasis CDMA
8
(Code Division Multiple Access) dan EVDO (Evolution, data Optimized).
Umumnya, perusahaan-perusahaan penyedia layanan jaringan telekomunikasi
yang berbasis GSM sudah lebih dahulu masuk ke pasar di Indonesia, sedangkan
masuknya operator atau perusahaan penyedia layanan jaringan telekomunikasi
yang berbasis CDMA mulai sejak tahun 2003 dimana PT. Bakrie Telecom mulai
menggunakan teknologi CDMA2000 1x dan mulai mengeluarkan produk dengan
brand Esia. Saat awal diluncurkan, produk Esia yang dikeluarkan oleh PT Bakrie
Telecom, Tbk masih mencakup beberapa kota di Indonesia di wilayah Jakarta,
Jawa Barat, dan Banten.
Walaupun tingkat persaingan di dalam industri penyedia jasa
telekomunikasi seluler ini cenderung tinggi, market share di industri ini sebagian
besar dimiliki oleh tiga operator besar, dengan operator yang memiliki jumlah
subscriber tertinggi menguasai hampir 50% market share yang ada.
9
Tabel 1.3 : Jumlah Subscriber Telepon Seluler (Q3 2011)
OperatorJumlah
Subscriber ('000)Market share
Telkomsel 104.149 40,0%
Indosat 51.500 19,8%
XL Axiata 43.436 16,7%
Hutchison '3' Telecom 19.490 7,5%
Axis (e) 16.000 6,1%
Bakrie Telecom 14.442 5,6%
Smartfren (e) 10.600 4,1%
Ceria (e) 500 0,2%
Sumber : Indonesia Telecommunications Report 2012
Berdasarkan data dari Business Monitor International Ltd (2012), market
leader dalam industri ini adalah Telkomsel, perusahaan penyedia jaringan
telekomunikasi selular yang merupakan anak perusahaan PT Telkom, pelopor
dalam industri telekomunikasi di Indonesia, dengan market share sebesar 40%
pada bulan September 2011, dengan jumlah subscriber sebanyak 104,144 juta.
Dengan jumlah tersebut, Telkomsel telah menjadi operator mobile network
ketujuh yang memiliki jumlah pelanggan lebih dari 100 juta subscribers. Dalam
beberapa kuarter terakhir, pertumbuhan yang signifikan banyak didorong oleh
promosi tarif dan paket layanan yang ditawarkan bersama dengan mulai
meningkatnya jumlah pengguna smartphone Blackberry. Telkomsel sendiri
memiliki jumlah pelanggan pengguna Blackberry sebanyak 3,04 juta pada bulan
September 2011, meningkat sebayak 230% dari tahun sebelumnya.
10
Operator yang memiliki market share kedua terbesar adalah Indosat, yang
memiliki 51,5 juta pelanggan hingga periode September 2012 dan memiliki
market share sebesar 19,8%. Persentase ini meningkat dibandingkan persentase
market share tahun sebelumnya, yaitu sebesar 17,9%. XL Axiata merupakan
operator yang memiliki market share ketiga terbesar setelah Telkomsel dan
Indosat. Dengan jumlah subscriber sebanyak 43,436 juta subscriber pada periode
September 2011, XL Axiata menguasai 16,7%.
Sedangkan Hutchison (3), memiliki market share terbesar yang keempat
dengan jumlah pelanggan yang diestimasikan sebesar 16,49 subscriber pada
September 2011, dengan market share sebesar 7,5%. Jumlah subscriber yang
dimiliki oleh Hutchison meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 16,27
juta subscriber.
1.2 Rumusan Masalah
Pada tahun 2010 dan 2011, operator telekomunikasi yang berbasis CDMA
kurang dapat bersaing dengan operator telekomunikasi berbasis GSM. Beberapa
permasalahan yang menyebabkan hal tersebut dijelaskan dalam poin-poin di
bawah ini.
- Mulai berubahnya layanan yang dominan dipakai oleh pelanggan, dimana pada
tahun 2009 masyarakat Indonesia mulai banyak menggunakan smartphone
sehingga operator harus dapat menyediakan layanan data agar dapat terus
11
bersaing. Perbandingan net income beberapa operator dijelaskan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 1.4 : Perbandingan Net Income Operator di Indonesia Tahun 2007 – 2011
Sumber :Diolah dari berbagai sumber
Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa tingkat keuntungan atau laba yang
diperoleh perusahaan pada tahun 2007 hingga tahun 2008 cenderung mengalami
penurunan hingga adanya rugi yang doalami oleh PT XL Axiata, Tbk dan PT
Smartfrren, Tbk, sedangkan PT Telekomunikasi Selular dan PT Bakrie Telecom,
Tbk mengalami penurunan laba dan tidak mengalami kerugian. Sedangkan pada
tahun 2009, perusahaan telekomunikasi lainnya, yaitu PT Telekomunikasi Selular
dan PT XL Axiata, Tbk dapat meningkatkan laba perusahaannya menjadi IDR
13.160.000.000 dan menjadi IDR 17.709.000.000. Namun di tahun 2010, laba
perusahaan PT Telekomunikasi Selular, Tbk mengalami penurunan sebesar 6%, di
mana pada tahun yang sama, PT XL Axiata mencatatkan peningkatan laba sebesar
69%. Penurunan laba juga dialami oleh dua operator yag bergerak di jaringan
CDMA, yaitu PT. Bakrie Telecom, Tbk dan PT Smartfren, dengan penurunan
sebesar 89,83% dan 93,51%. Penurunan laba ini masih dialami oleh PT. Telecom,
Tbk dan PT Smartfren, Tbk di tahun 2011. Apabila di tahun 2011 PT. Bakrie
Telecom, Tbk mencatat kerugian perusahaan sebesar IDR 782.700.000.000,00,
12
maka PT. Smartfren, Tbk mengalami kerugian yang lebih besar daripada kerugian
yang dialaminya pada tahun 2010, yaitu menjadi senilai IDR
2.400.248.000.000,000.
- Banyaknya operator di Indonesia, mulai meningkatnya pengunaan data oleh
konsumen yang disertai banyaknya smartphone, merupakan beberapa faktor
eksternal yang mengurangi ARPU (Average Revenue Per User) perusahaan,
yang sebelumnya unggul dalam layanan suara karena memilikin tarif yang
murah dibandingkan dengan operator lain. Kurangnya daya saing perusaahan
dalam industri telekomunikasi yang tingkat persaingannya makin tinggi
mengakibatkan penurunan pertumbuhan subscriber yang secara garis besar
dapat diamati dari tabel di bawah ini :
Tabel 15: Data Subscriber PT Bakrie Telecom, Tbk
Sumber : Laporan Tahunan PT. Bakrie Telecom, Tbk Tahun 2011
Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa pertumbuhan jumlah subscriber
mengalami penurunan sejak tahun 2008, yang terjadi pula pada jumlah pelanggan
prepaid. Sedangkan jumlah pelanggan postpaid mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. ARPU yang mengalami penurunan
13
dari tahun ke tahun merupakan salah satu pertanda bahwa terdapat pengurangan
pemakaian telepon oleh subscriber sehingga menyebabkan pendapatan rata-rata
per subscriber menurun, dimana hal ini bisa dibsebabkan kurangnya infrastruktur
untuk mendukung layanan data dan mulai berkurangnya penggunaan layanan
voice oleh konsumen. Penurunan tingkat pertumbuhan subscriber dan ARPU
tersebut bertolak belakang dengan penambahan jumlah BTS yang dilakukan oleh
Bakrie Telecom, dimana jumlah BTS selalu meningkat dari tahun 2007 hingga
tahun 2011.
1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka pertanyaan penelitian yang
muncul adalah:
1. Apakah strategi yang diterapkan oleh Bakrie Telecom saat ini masih
efektif dalam menghadapi persaingan?
2. Apa kekuatan dan kelemahan serta peluang dan tantangan Bakrie
Telecom dalam menghadapi persaingan?
3. Strategi apa yang sesuai untuk Bakrie Telecom dalam menghadapi
persaingan?
14
1.4 Penjelasan Metode Penelitian
1.4.1. Metode Pengumpulan Data
Sumber data penelitian adalah dari data primer yang berupa hasil
wawancara dengan Chief Business Plan & Control Officer dan General
Manager Relationship & System PT. Bakrie Telecom, Tbk. Wawancara yanng
dilakukan adalah untuk menganalisis strategi perusahaan dan industri
telekomunikasi di Indonesia. Selain itu data primer juga diperoleh dari hasil
penilaian rating oleh Chief Business Plan & Control Officer, Chief Product
Tariff & CCM Officer dan General Manager Relationship & System yang akan
digunakan dalam Internal Factor Analysis dan External Factor Analysis
Sedangkan data sekunder adalah berupa data laporan keuangan PT. Bakrie
Telecom, Tbk, laporan keuangan PT. XL Axiata Tbk, laporan keuangan PT
Telekomunikasi Selular Tbk, dan laporan keuangan PT Smafrtfren Tbk. Selain
itu, data industri telekomunikasi akan didapat dari Indikator Teknologi
Informasi dan Komunikasi Indonesia tahun 2011, yang diterbitkan oleh
Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan Indonesia Telecommunications
Report kuartal 2 tahun 2012 yang diterbitkan oleh Business Monitor
International.
1.4.2. Metode Analisis
Analisa terhadap perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia, dan
faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
15
1. Evaluasi Strategi Bersaing
Analisis strategi bersaing dilakukan dengan melakukan evaluasi akan
strategi-strategi yang telah dilakukan dan diterapkan oleh perusahaan agar
perusahaan dapat meningkatkan layanan dan performanya di dalam industri
telekomunikasi.
2. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal merupakan analisis yang dilakukan terhadap
kondisi-konsdisi di dalam perusahaan. Analisis yang akan dilakukan terdiri
dari :
a. Analisis Keuangan, merupakan analisis untuk mengetahui kondisi
internal perusahaan untuk mengetahui performa perusahaan. Analisis keuangan
yang akan dilakukan akan berdasarkan pendapatan usaha, beban usaha, dan
rugi usaha dan margin usaha.
b. Aspek Produk, merupakan analisis tentang produk atau jasa yang
dimilki oleh perusahaan yang dapat berperan meningkatkan performa
perusahaan.
c. Aspek Sumber Daya Manusia, merupakan analisis yang dilaukan
terhadap sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan.
3. Analisis Lingkungan Eksternal
a. Analisis Lingkungan Makro
Analisis lingkungan makro merupakan analisis yang mengevaluasi
lingkungan ekternal perusahaan secara makro, dan terdiri dari analisis
16
lingkungan politik atau regulasi, analisis lingkungan ekonomi
general, analisis lingkungan sosial, dan teknologi.
b. Analisis Lingkungan Persaingan
Dalam analisis lingkungan persaingan, akan digunakan analisis
dengan Porter’s Five Forces model, di mana produk dan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan akan dianalisis berdasarkanfaktor
kekuatan pemasok, ancaman pendatang baru, ancaman dari produk
substitusi, dan kekuatan dari pembeli, yang kesemuanya
mempengaruhi tingkat persaingan diantara perusahaan-perusahaan
penyedia layanan telekomunikasi. Berikut adalah penjelasan dari tiap-
tiap faktor pada Porter’s Five Forces :
- Intensitas persaingan di dalam pasar diamati dari beberapa hal yang
dapat mempengaruhinya, antara lain adalah tingkat konsentrasi
penjual, tingkat pertumbuhan industri, perbedaan cost yang
signifikan antar perusahaan, tingkat diferensiasi produk antara
perusahaan, tingkat loyalitas pelanggan, cost pembeli dari satu
kompetitor ke kompetitor lainnya, dan analisis mengenai adanya
price leadership yang terjadi di dalam industri.
- Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ancaman
pendatang baru akan diamati dari tingkat pengaruh adanya
economies of scale, akses pendatang baru terhadap kemudahan
dalam pemilihan site, teknologi, dan izin dari pemerintah, dan
keuntungan incumbentsterhadap penggunaaan teknologi. Faktor-
17
faktor yang relevan terhadap pengaruh ancaman dari pendatang baru
di industri telekomunikasi adalah skala ekonomi yang signifikan,
akses pendatang baru terhadap jalur distribusi, akses pendatang baru
terhadap sumber material atau sumber daya, dan akses pendatang
baru terhadap lokasi yang dipilih
- Analisis terhadap pengaruh produk substitusi maupun produk
komplementer akan diamati dari availibility produk substitusi, nilai
harga terhadap produk yang dimiliki oleh produk substitusi,
availability dari prosuk dimiliki oleh produk substitusi. Faktor-faktor
yang signifikan yang mempengaruhi sebuah produk apabila ditinjau
dari ancaman produk substitusinya maupun sokongan dari produk
komplementernya di industri telekomunikasi adalah ketersediaan
produk atau jasa distribusi dan karakterisyik harga-nilau dari produk
distribusi.
- Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan pembeli akan
diamati dari kemampuan pembeli dalam mendapatkan produk
substitusi bagi produk yang digunakannya dan analisis harga yang
disesuaikan dengan keinginan konsumen atau harga yang ditentukan
oleh penjual
- Analisis terhadap kekuatan tawar menaawar pemasok, yang akan
dianalisis dari jumlah produk susbstitusi dari produk-produk yang
disediakan oleh suppiler dan kemampuan supplier dalam
mendiskriminasi harga.
18
4. Analisis SWOT
Analisis SWOT yang akan dilakukan mencakup evaluasi perusahaan
berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, dan
tingkat peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari industri
telekomunikasi.
5. Formulasi Strategi
Formulasi strategi yang akan dilakukan adalah berdasarkan penghitungan
bobot dan rating dari masing-masing unsur kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang didapatkan dari analisis SWOT, yang disusun menjadi
matriks IFE (Internal Factors Analysis) dan EFE (External Factor
Analysis). Setelah didapatkan nilai weighted score dari matriks IFE dan
EFE tersebut, maka dapat diketahui posisi perusahaan dari matriks
internal-eksternal, di mana matriks tersebut akan membantu dalam
memetakan strategi perusahaan ke depan. Setelah itu, posisi perusahaan
akan dianalisa berdasarkan grand strategy matrix yang didapatkan dari
analisis terhadap tingkat pertumbuan pasar dan posisi kompetitif
perusahaan.
6. Driving Forces & Key Success Factor
Analisis terhadap faktor-faktor terpenting yang memberikan pengaruh
terbesar dalam membentuk ulang suatu industri dan merubah kondisi
kompetisi industri. Analisis ini akan meliputi tingkat perkembangan
teknologi dalam dunia telekomunikasi, perubahan tren dalam penggunaan
19
handphone pintar, dan perubahan tingkat penggunaan suatu produk atau
jasa oleh konsumen.
Menurut Thompson, et al. (2012), key success factor pada suatu
industri adalah faktor-faktor kompetitif yang mempengaruhi kemampuan
anggota industri tersebut untuk bertahan dan sukses di pasar, yaitu antara
lain : elemen-elemen strategi, atribut produk, pendekatan operasional,
sumber daya, dan kemampuan berkompetisi yang memberikan perbedaan
antara menjadi kompetitor yang kuat atau kompetitor yang lemah, dan
antara keuntungan dan kerugian.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber dan
atau dapat dikembangkan menajdi penelitian berikutnya.
2. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
memecahkan permasalahan maupun sebagai alat bantu dalam membuat
keputusan
20
1.6 Susunan Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bab
yang saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan yang utuh, yang disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi penjelasan tentang latar belakang permasalahan, perumusan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan, metode penelitian dan metode analisis yang dilakukan
pada penelitian.
BAB 2 : TINJAUAN LITERATUR
Berisi penjelasan tentang berbagai kajian literatur yang terkait dengan
permasalahan penelitian, serta penelitiann terdahulu.
BAB 3 : PROFIL INDUSTRI TELEKOMUNIKASI DAN PERUSAHAAN
Berisi penjelasan tentang industri telekomunikasi di Indonesia, serta
tentang perusahaan PT. Bakrie Telecom, Tbk.
BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisi penjelasan terkait dengan analisis data yang telah didapatkan
dengan metode analisis yang telah dijelaskan, beserta pembahasan yang
mendalam.
21
BAB 5 : SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan hasil analisis yang telah
dilakukan, serta rekomendasi untuk manajemen perusahaan PT. Bakrie
Telecom, Tbk, dan bagi praktisi yang akan melakukan studi lanjutan dari
penelitian ini.