BAB I baru

Embed Size (px)

Citation preview

25

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSebagai salah satu negara penghasil minyak bumi, saat ini Indonesia masih mengimpor kebutuhan bahan baku minyak mentah dari luar negeri. Indonesia mengimpor minyak senilai US$ 28,6 miliar pada tahun 2012. Nilai tersebut lebih besar dari tahun sebelumnya, yang mencapai US$ 28,13 miliar (Badan Pusat Statistik 2013). Konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia meliputi bidang transportasi, industri dan pembangkit listrik. Saat ini jumlah pemakaian alat-alat dan kendaraan bermesin diesel dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sejalan dengan peningkatan tersebut maka kebutuhan bahan bakar mesin diesel yaitu solar juga mengalami peningkatan. Masalah lain yang muncul dari penggunaan bahan bakar diesel adalah pencemaran lingkungan. Sumber energi alternatif pengganti bahan bakar solar yang menghasilkan emisi pembakaran yang lebih ramah lingkungan serta tidak menambah akumulasi gas CO2 di atmosfer sangat diperlukan, sehingga akan mengurangi efek pemanasan global (Nelly, dkk., 2004).Biodiesel merupakan salah satu sumber energi alternatif pengganti bahan bakar mesin diesel yang bersifat renewable, biodegradeble yang terdiri dari metil atau etil ester, hasil transesterifikasi baik dari triakilgliserida (TG) atau esterifikasi dari asam lemak bebas (FFA) (Ma et al., 1999 dalam Hikmah, Zuliyana., 2010). Bahan bakar biodisel menjadi lebih menarik karena manfaatnya terhadap lingkungan. Tanaman dan minyak nabati serta lemak hewani adalah sumber biomassa yang dapat diperbaharui (Zheng, S. et al.,2006). Dalam perkembangannya, raw material yang digunakan produsen biodiesel adalah CPO (Crude Palm Oil) dan minyak jarak. Pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008, usaha dan pengembangan biodiesel ini agak tersendat dengan adanya peningkatan tajam harga CPO (Wijono, 2010) yang merupakan bahan pangan (minyak goreng) sehingga kurang ekonomis untuk dikonversi sebagai biodiesel. Selain CPO bahan yang digunakan untuk pembuatan biodiesel adalah jarak pagar, akan tetapi kurangnya lahan penanaman jarak pagar menyebabkan pembuatan minyak jarak pagar kurang kontinyu. Mahalnya harga bahan baku berimbas pada mahalnya bahan bakar bio, hal ini disebabkan Edible oils sebagai bahan baku mempengaruhi 60%-70% harga biodiesel (Fukuda, dkk. 2001; Tyson 2004). Karena alasan tersebut diperlukan usaha untuk mencari bahan baku alternatif sehingga dihasilkan biodiesel yang terjangkau dan mudah diaplikasikan ke masyarakat (Dharsono, dkk., 2010).Indonesia sebagai penghasil padi terbesar ketiga di dunia memproduksi padi 54 juta ton pada tahun 2006, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (Organisasi Pangan dan Pertanian/FAO). Dengan suplai bahan baku yang melimpah maka produksi biodiesel dari minyak dedak amatlah menjanjikan. Minyak dedak padi memiliki keunikan tersendiri yaitu kumpulan trigliserida yang mempunyai kandungan 60%-90% asam lemak tak jenuh rendah, terutama oleat dan linoleat yang menghasilkan biodiesel yang berkarakteristik baik (Puspita., 2003). Bergantung pada varietas beras dan derajat penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak (Putrawan, 2006). Sekitar 60%-70% minyak dedak padi tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan (non-edible oil) dikarenakan kestabilan dan perbedaan cara penyimpanan dedak padi (Goffman, dkk. 2003). Minyak dedak padi merupakan salah satu jenis minyak berkandungan gizi tinggi karena adanya kandungan asam lemak, komponen - komponen aktif biologis, dan komponen-komponen antioksi seperti: oryzanol, tocopherol, tocotrienol, phytosterol, polyphenol dan squalene (Goffman, dkk. 2003; zgul dan Trkay, 1993), tetapi dengan waktu penyimpanan yang cukup, kandungan asam lemak bebas dapat meningkat lebih dari 60%. Peningkatan asam lemak bebas secara cepat terjadi karena adanya enzim lipase yang aktif dalam dedak padi setelah proses penggilingan padi (Lakkakula, dkk. 2004). Asam lemak bebas tersebut dapat dikonversi menjadi biodiesel (metil ester) dengan esterifikasi menggunakan alkohol dan dapat dipastikan bahwa dedak merupakan bahan baku pembuatan biodiesel yang potensial ( Hikmah, Zuliyana., 2010).1.2 Maksud dan Tujuan Didirikannya PabrikDengan didirikannya pabrik Biodiesel ini diharapkan mampu memberikan keuntungan sebagai berikut:1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri.2. Menghemat devisa Negara dari sektor industri dengan adanya pajak dan kemungkinan untuk ekspor produk.3. Pemanfaatan limbah biomassa sebagai bahan baku pembuatan biodiesel sehingga dapat mengurangi limbah padat organik.4. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga menurunkan tingkat pengangguran.

1.3 Kegunaan ProdukIndonesia memiliki sumber daya yang tidak terbatas terutama pada bidang pertanian. Limbah hasil pertanian yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti yaitu biodiesel. Biodiesel sendiri adalah bahan bakar yang berasal dari proses ekstrak lemak binatang atau minyak dari tumbuhan yang digunakan. Biodiesel menjadi alternatif utama untuk pemakaian bahan bakar yang terbuat dari minyak bumi.Biodiesel dapat mengurangi pencemaran, mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar, karbonmonoksida, polisiklik aromatik hidrokarbon dan hujan asam. Sifat-sifat yang terdapat di biodiesel yaitu dapatdiperbaharui, mudah terurai oleh bakteri, ramah lingkungan yaitu dengan menurunkan emisi (CO, CO2, dan SO2).

1.4 Kapasitas rancanganKapasitas produksi dari pabrik akan mempengaruhi perhitungan teknis maupun ekonomis dalam perancangan pabrik. Pada dasarnya, semakin besar kapasitas produksi, maka kemungkinan keuntungan juga semakin besar. Faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kapasitas produksi, adalah sebagai berikut:1. Proyeksi Kebutuhan Pasar BiodieselBerdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik, proyeksi kebutuhan biodiesel pada tahun 2013 semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, mentargetkan substitusi biofuel pada tahun 2024 adalah minimal 5% terhadap konsumsi energi nasional, serta Inpres Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, menunjukkan keseriusan Pemerintah dalam penyediaan dan pengembangan bahan bakar nabati, diantaranya bioetanol dan biodiesel. Pemerintah juga mengeluarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang salah satunya berisi road map biodiesel. Dalam road map ini pemerintah mentargetkan bahwa Indonesia mampu mensubstitusi minyak solar dengan biodiesel sebanyak 10% di tahun 2010, 15% di tahun 2015 dan 20% di tahun 2025 dari kebutuhan energi nasional ( Wijono, Agung,. 2010). Berikut ini data kebutuhan bahan bakar diesel di Indonesia :a. Data kebutuhan ADO diberbagai sektorTabel 1.1 Data konsumsi ADO diberbagai sektorTahunSector (kL)Total

Industri KomersilTransportasiOther

200653994707774798826588273928617742823

200752083887499658514215264234517114913

200857353568258449374239290969018845129

2009634997791434510378815322150220864639

2010666370295951810891587338066221895469

(bps.go.id, 2014)

Dengan perhitungan menggunakan metode least square yang dilakukan pada program excel maka didapat data hasil perhitungan menggunakan metode least square pada program excel adalah sebagai berikut :Tabel 1.2 Data proyeksi konsumsi ADO tahun 2011-2023 di IndonesiaTahunKonsumsi (kL)

201122909099,8

201224114601,6

201325320103,4

201426525605,2

201527731107

201628936608,8

201730142110,6

201831347612,4

201932553114,2

202033758616

202134964117,8

202236169619,6

202337375121,4

Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa konsumsi ADO pada tahun 2019 sebesar 32.553.114,2 kilo Liter. Berdasarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional yang dikeluarkan pemerintah yang menargetkan penggunaan biodiesel sebesar 15% dari konsumsi ADO pada tahun 2015, sehingga konsumsi biodisel di indonesia pada tahun 2019 dapat ditentukan yaitu sebesar 4882967,13 kilo Liter atau 4.248.181,4 ton/tahun. Besarnya kebutuhan bahan bakar nabati khususnya biodiesel yang mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan produksi pabrik biodiesel di indonesia sendiri masih kurang. Berikut ini daftar pabrik biodiesel di indonesia :Tabel 1.3 Data pabrik biodiesel dan kapasitasnya di IndonesiaNO.PerusahaanKapasitas (Tpa)Lokasi

1.Energi Alternatif7.000Jakarta

2.Eterna Buana Chemical Industries40.000Tanggerang

3.Indo Biofuels Energy60.000Merak

4.Anugerahinti Gemanusa140.000Gresik

5.Eterindo Nusagraha240.000Gresik

6.Wilmar Bioenergi Indonesia1.000.000Dumai

7.Wilmar Nabati Indonesia600.000Gresik

8.Sumi Asih Oleo Chemical100.000Bekasi

9.Darmex Biofuels150.000Bekasi

10.Pelita Agung Agri Industri200.000Bengkalis

11.Musim Mas70.000Deli Serdang

350.000Batam

12.Multikimia Intipelangi14.000Bekasi

13.Cemerlang Energi Perkasa400.000Dumai, Riau

14.Kenzie Megapolitan*5.000Makasar

15.Ganesha Energi*10.000Medan

16Damai Sejahtera Sentosa Cooking120.000Surabaya

17.Bioenergi Pratama Jaya6.000Kutai Timur

18.Nusantara Bio Energi*250.000Medan

(APROBI, 2014)Dari data pabrik penghasil biodiesel tersebut, didapat bahwa jumlah produksi biodiesel dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan tersebut. Kekurangan biodiesel = kebutuhan biodiesel- ketersediaan biodiesel= 4.248.181,4 ton/tahun - 3.855.000 ton/tahun= 393.181 ton/tahun

2. Ketersediaan Bahan BakuIndonesia sebagai penghasil padi terbesar ketiga di dunia memproduksi padi 54 juta ton pada tahun 2006, kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (Organisasi Pangan dan Pertanian/FAO). Dengan suplai bahan baku yang melimpah maka produksi biodiesel dari minyak dedak amatlah menjanjikan. Bergantung pada varietas beras dan derajat penggilingannya, dedak padi mengandung 16%-32% berat minyak (Putrawan, 2006). Bila kadar air Gabah Kering Giling (GKG) sebesar 14%, maka setiap penggilingan padi akan menghasilkan sekam 18-20%, dedak 8-10% dan beras 47-60%. Bila produksi padi di Indonesia tahun 2006 sebesar 54 juta ton, maka dedak yang dihasilkan berkisar 5,4 juta ton. Pada tahun 2013 produksi padi di Indonesia sebasar 70.866.571 ton (bps.go.id, 2014). Dan sebanyak 61,3768 ton tersedia di Pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Nusa Tenggara (bps.go.id, 2014).Bersadarkan perhitungan, dari 1000 kg/jam dedak padi menghasilkan biodiesel sebanyak 177,869 kg/jam sehingga dengan ketersediaan bahan baku dan kebutuhan biodiesel tersebut maka kapasitas pada perancangan pabrik kali ini sebesar 80.000 ton/tahun. Pada penentuan kapasitas ini juga berdasarkan kapasitas pabrik minimum yang telah ada. Bahan dedak sendiri berasal dari tanaman musinan yang melimpah pada bulan-bulan tertentu. Sehingga untuk menjaga pasokan bahan baku tersebut ditetapkanlah kapasitas sebesar 80.000 ton/tahun.

1.5 Teknologi yang digunakan1.5.1 Teknologi yang digunakanA. Transesterifikasi dengan treatment mikrofiltrasiTransesterifikasi adalah reaksi lemak atau minyak dengan alkohol dan membentuk ester dan gliserol atau gliserin. Untuk reaksi biasanya menggunakan katalisator asam atau basa, homogen atau heterogen. Hasil transesterifikasi adalah biodiesel. Agar diperoleh produksi yang tinggi, alkohol yang digunakan harus dalam jumlah yang berlebih (excess). Proses produksi biodiesel adalah relatif mudah. Beberapa situs mengajarkan cara pembuatannya, misalnya journey toforever, biodiesel techno-logies India, dan dangerous labora-tories. Langkah pertama adalah pengurangan kadar air dari minyak dengan cara peningkatan temperatur minyak sampai 120oC selama beberapa menit. Setelah itu, minyak didinginkan. Bersamaan dengan itu, melalukan pencampuran sodium hidrok-sidadan methanol, dengan cara pengadukan sampai menjadi larutan sodium methoksida.Minyak dipanaskan kembali sampai sekitar 60oC dan kemudian larutan sodiummethoksida dicampurkan ke minyak dan diaduk selama 30 menit. Setelah selesai pengadukan, biarkan larutan menjadi dingin dan memisah. Proses separasi berlangsungsekitar 15-60 menit. Methil ester (ME) atau biodiesel akan berada di lapisan atas, gliserin akan berada di bagian bawah (Amin., 2009). Untuk menghasilkan biodiesel yang berkualitas tinggi, diperlukan suatu preteatment yang tepat sebelum dilakukan tahap transesterifikasi (Gerpen, 2005). Teknologi mikrifiltrasi dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan padatan tersuspensi dan senyawa organik seperti protein, karbohidrat dan asam lemak bebas (Nasir, dkk, 2002). Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas biodiesel juga dapat digunakan teknik pemurnian menggunakan metode dry washing (Setiawati, dan Edwar, 2012). Kekurangan teknologi ini adalah tidak sesuai untuk bahan baku minyak dengan kadar FFA tinggi dan penggunaan teknologi membran yang kurang ekonomis.

B. Esterifikasi In situEsterifikasi in situ adalah reaksi dimana bahan yang mengandung asam lemak bebas direaksikan dengan alkohol membentuk ester dan air. Esterifikasi in situ hanya dapat dilakukan jika umpan yang reaksikan dengan alkohol mengandung asam lemak asam bebas tinggi, dan pada proses ini tidak diperlukan tahap ekstraksi karena alkohol berfungsi sebagai solven pengeksterak sekaligus reaktan. Keunggulan proses ini adalah dengan memasukan seluruh bagian biji kedalam proses esterifikasi, kandungan asam lemak dalam biji turut berperan dalam overall yield pembentukan ester. Lemak yang teresterifikasi memiliki viskositas dan kelarutan yang berbeda dari komponen trigliseridanya, sehingga dapat dengan mudah dipisahkan dari residu padat dan alkohol bertindak sebagai solven pengekstrak komponen minyak, sekaligus reagen untuk mengesterifikasi komponen. Katalis yang digunakan pada proses ini adalah H2SO4 ( Dharsono, dkk,. 2013).

C. Esterifikasi dan transesterifikasi Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas adalah mereaksikan asam lemak bebas dengan alkohol dengan bantuan katalis asam sulfat. Reaksi ini dikenal dengan esterifikasi. Diharapkan dengan pretreatment ini dapat menurunkan kadar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak sehingga kualitas biodiesel yang dihasilkan akan lebih baik. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Reaksi Esterifikasi

Transesterifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan ester dimana salah satu pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi disini terjadi pemecahan senyawa trigliserida dan migrasi gugus alkil antara senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi ini disebut biodiesel (Aziz, dkk., 2011). Reaksinya adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2 Reaksi Trans-esterifikasi

D. CrackingCracking adalah suatu cara untuk memecah rantai molekul hidrokarbon yang besar menjadi molekul yang lebih kecil. Pemecahan ini menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi tanpa katalis (non catalityc cracking) atau suhu dan tekanan rendah dengan menggunakan katalis (catalityc cracking). Keunikan dari reaksi ini adalah molekul hidrokarbon dihancurkan secara acak untuk menghasilkan campuran hidrokarbon yang lebih kecil (Buchori. L., 2007).Proses perengkahan non katalis (thermal cracking) berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi sehingga membutuhkan energi yang besar. Saat ini mulai dikembangkan penelitian tentang pembuatan biofuel dari minyak nabati dengan proses perengkahan berkatalis. Proses ini dapat memecah hidrokarbon kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, berlangsung pada suhu dan tekanan yang rendah dengan adanya katalis (Widayat, 2005). Pada beberapa penelitian, proses perengkahan minyak nabati dengan berbagai macam katalis menghasilkan berbagai jenis biofuel yang komposisinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya waktu reaksi, suhu reaksi, laju alir umpan, dan jenis katalis (Adjaye et al, 1996; Twaiq, 2001; Charusiri and Vitidsant, 2005. Dalam nurjanah, dkk., 2010). Kekurangan teknologi ini adalah membutuhkan energi yg besar dan hasil yang sulit diprediksi/ kondisi operasi sulit.

E. Teknologi enzimatisProdusen memiliki dua strategi untuk memproduksi biofuel konvensional. Strategi pertama adalah dengan menanam tanaman yang mengandung gula. Pemilihan tanaman yang mengandung gula dan pati Karena tanaman tersebut mengandung glukosa yang apabila di fermentasikan akan menghasilkan etilalkohol. Strategi kedua adalah dengan menanam tanaman yang berkadar minyak nabati tinggi, seperti kelapa sawit, alga, atau kedelai. Bahan bakar hayati dari minyak nabati harus diproses secara kimia hingga menjadi biodiesel. Bakteri berperan sebagai perombak susunan struktur kimiawi dari biomassa sehingga dapat dikonversi menjadi bahan bakar hayati.Asam lemak merupakan sebuah molekul kaya eneti yang ditemukan dalam minyak tumbuhan dan hewani. Berdasarkan temuan DOE, bakteri E.Coli dapat secara natural mensintesiskan asam lemak dan relative mudah untuk diubah secara enetic.Gen diinjeksikan sehingga dapat membuat bakteri E.Coli mengeluarkan enzim yang biasa bertugas memecah material terkuat dalam tumbuhan, yaitu enzim selulosa atau hemiselulosa. Enzim tersebut akan memproduksi gula yang dibutuhkan untuk proses pembuatan biodiesel dan dapat dikatakan enzim tersebut merupakan biomassa selulosa. Modifikasi dari gen inilah yang membuat bakteri E.Coli dapat memproduksi biodiesel secara langsung dari tubuhnya sehingga dapat membuat proses destilasi dan purifikasi dapat dipangkas. Proses ini dapat dikatakan sempurna untuk pembuatan hidrokarbon, namun belum dapat mencapai tahap pembuatan bensin. Selain itu kekurangan teknologi ini adalah lamanya waktu operasi.

1.5.2 Pemilihan Teknologi Dari beberapa proses yang telah ada, masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan dalam segi efektifitas dan efisiensi dalam setiap tahapan prosesnya. Berikut ini merupakan perbandingan efisiensi yang tergambar pada beberapa proses pembuatan biodiesel.Tabel 1.4 Perbandingan teknologi produksi biodieselTeknologiKarakteristik yang dibandingkan

Temperatur operasi (C)TekananKonversiWaktu operasiKatalis

Transesterifikasi dengan treatment mikrofiltrasi50 oC1 atm96,5%-NaOH

Esterifikasi in situ60-65 oC1 atm53-58 %6 hH2SO4

Esterifikasi dan transesterifikasi60 oC1 atm93% dan 98%6 hH2SO4 dan NaOH atau KOH

Cracking non catalitic350 oC43 Mpa96,7%6 h-

Enzimatic40oC1 atm83%25 h-

Berdasarkan perbandingan berbagai teknologi serta kelebihan dan kekurangan yang telah disebutkan sebelumnya, maka pada perancangan pabrik kali ini digunakan teknologi esterifikasi dan transesterifikasi. Metode ini merupakan metode yang efektif dan ekomonis. Dengan adanya proese esterifikasi maka asam lemak bebas yang terkandung dalam dedak bisa dikonversikan menjadi methyl ester atau biodiesel sehingga produk yang didapat akan bertambah. Pada proses ini dilakukan dua tahap dua tahap yaitu esterifikasi yang dilanjutkan dengan transesterifikasi, dimana proses reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi terjadi secara simultan. Alkohol yang digunakan pada proses ini adalah metanol yang berfungsi sebagai reaktan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan metode ini untuk produksi biodiesel dapat menurunkan biaya produksi karena reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi terjadi secara simultan (Ozgul-Yucel & Turkay, 2002).

1.6 Deskripsi prosesBiodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable), dengan komposisi ester asam lemak dari minyak nabati. Sifat biodiesel mirip dengan sifat minyak diesel, sehingga biodiesel menjadi bahan utama pengganti bahan bakar diesel. Perbandingan biodiesel dan solar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Tabel 1.5 Perbandingan Biodiesel dan Solar(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)Keuntungan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pencampur ataupun pengganti minyak solar, adalah :a. Merupakan sumber daya terbarukanb. Pembudidayaan lebih mudah karena sudah teradaptasi dengan iklim tropis c. Tidak memerlukan modifikasi mesind. Dapat mengurangi penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.e. Mengurangi polusi udara yang disebabkan pembakaran tidak sempurna dari solar.Beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan untuk memilih jenis minyak nabati yang akan digunakan sebagai bahan baku antara lain :1. Tanaman tersebut merupakan kekayaan hayati asli Negara yang bersangkutan2. Dapat dibudidayakan dengan mudah di Negara tersebut.3. Pemanfaatan minyak tersebut merupakan kekayaan hayati asli Negara yang bersangkutan tidak menyebabkan konflik dengan penyediaan untuk kebutuhan pangan dan produk penting lainnya.Berdasarkan kriteria tersebut, tanaman yang potensial dikambangkan untuk bahan baku biodiesel di Indonesia adalah padi. Proses pembuatan biodiesel dari minyak dedak padi dibagi beberapa tahap yaitu : 1. Tahap persiapan bahan bakuBahan baku yang digunakan adalah minyak dedak padi dan methanol. Dedak padi yang didapatkan dari petani atau industri di sekitar pabrik disimpan dalam storage. Dedak padi sebelum dimasukkan ke dalam extractor dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan air yang terdapat di dalam dedak padi. Dedak padi yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam ekstraktor dengan menggunakan pelarut heksan. Kondisi operasi pada ekstraktor dijaga konstan dengan suhu tidak melebihi 60oC. Minyak dedak yang didapat dari hasil ekstraksi dialirkan dengan pompa menuju reaktor esterifikasi.2. Tahap reaksiReaktan yang berasal dari ekstraktor dialirkan menuju evaporator terlebih dahulu untuk menghilangkan heksan sebelum dimasukkan ke dalam reaktor esterifikasi. Reaktan yang berada pada reaktor esterifikasi dipanaskan dengan menggunakan steam untuk menaikkan suhu hingga mencapai 60oC dengan menambahkan katalis H2SO4 selama proses berlangsung. Proses dilakukan dengan cara pengadukan terus-menerus dan kondisi operasi dijaga konstan.Reaksi-reaksi yang terjadi didalam reaktor terdiri dari dua reaksi yaitu reaksi esterifikasi dan transesterifikasi. Reaksi esterifikasi mereaksikan free fatty acid (FFA) dan methanol menghasilkan biodiesel dengan air sebagai produk samping. Reaksi transesterifikasi mereaksikan trigliserida dan methanol menghasilkan biodiesel dengan gliserol sebagai produk samping. Berikut ini adalah skema dari kedua reaksi tersebut.Reaksi esterifikasi :Reaksi transesterifikasi :

Minyak dedak padi hasil produk dari reaktor esterifikasi memiliki kadar FFA yang lebih rendah dan memiliki kandungan metil ester dimasukkan ke dalam reaktor transesterifikasi untuk mengubah trigliserida menjadi metil ester dengan bantuan methanol dan katalis NaOH.3. Tahap PemisahanProduk keluaran reaktor transesterifikasi gliserol dan biodiesel dialirkan menuju ke dekanter. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip gravitasi yang memiliki densitas paling berat berada di bagian bawah. Biodiesel berada di bagian atas sedangkan gliserol berada di bagian bawah karena densitas dan viskositas gliserol lebih besar dibandingkan dengan biodiesel. Biodiesel yang didapatkan dialirkan menuju ke evaporator untuk memisahkan sisa methanol dan air yang masih terkandung di dalam biodiesel.4. Tahap PemurnianProduk hasil biodiesel sering tercampur dengan sabun dan sisa-sisa bahan lain sehingga dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan kandungan-kandungan lain yang tidak diinginkan. Proses pencucian dilakukan dengan air dan dilakukan 2-3 kali agar hasil yang didapatkan merupakan biodiesel murni. Biodiesel yang telah melewati proses pencucian dilewatkan didalam evaporator untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam biodiesel.

1.7 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk1.7.1 Bahan Baku1. Dedak PadiTabel 1.6 Komponen Dedak Padi KomponenPersen (%)

Kadar Air8,71

Minyak kasar19,97

Protein14,12

Kadar Serat18,22

Karbohidrat22,04

Kadar Abu8,81

Komonen Lain8,13

Sumber : Hanmoungjai et al. 2002

Tabel 1.7 Karakteristik Minyak Dedak Padi (SBP Board of Consultants andEngineers 1998)KarakteristikRentang Nilai

Spesifik grafity pada 20/30 oC0,916-0,021

Reactive index pada 25 oC1,47-1,473

Bilangan Iodine99-108

Bilangan penyabunan181-189

Material tak tersabunkan (%)3-5

Titer (oC)24-23

Asam Lemak bebas3-60

Tabel 1.8 Komposisi minyak dedakKomponenePersen (%)

Trigliserida82,3

Digliserida2,5

Monogliserida5,5

Free fatty acid3

Unsaponification4

Impurities (wax, phospolipid, glicolipid)2,7

Sumber: www.ricebranoil.info

Tabel 1.4 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Dedak (SBP Board ofConsultants and Engineers 1998)Jenis Asam LemakKonsentrasi (%b)

Asam Miristat (C14:0)0,1

Asam Palmitat (C16:0)12-18

Asam Stearat (C18:0)1-3

Asam Oleat (C18:1)40-50

Asam Linoleat (C18:2)29-42

Asam Linolenat (C18:3)1

Asam Palmitat (C20:0)0,2-0,4

2. Methanol Metanol atau metil alkohol yang disebut juga alkohol kayu, merupakan alkohol paling sederhana dengan karekteristik berbentuk cairan dengan volatilitas yang tinggi, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun. Metanol juga merupakan zat anti beku, pelarut, bahan bakar dan denaturant untuk etil alkohol. Pada pembuatan biodiesel, metanol bereaksi dengan trigliserida minyak nabati menghasilkan ester dan gliserol. Reaksi ini disebut reaksi trans-esterifikasi. Katalis biasanya digunakan untuk mempercepat reaksi trans-esterifikasi ini. Spesifikasi metanol yang diguanakan sebagai berikut :Tabel 1.5 Sifat Sifat Fisika dan Kimia Metanol (Perry, 1984)Massa molar32,04 g/mol

Wujudcairan tidak brwarna

Specific gravity0,7918

Titik leleh-97 oC

Titik Didih64,7 oC

Kelarutan dalam airsangat larut

Keasaman15,5

3. Asam SulfatTabel 1.6 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat ( Perry, 1984)Massa molar98,08 g/mol

Wujudcair

Specific gravity1,834

Titik leleh10,49 oC

Titik Didih340 oC

Warnatidak berwarna

4. NaOHNatriumhidroksida disebut juga soda kaustik. Bahan kimia ini paling banyak digunakan sebagai basa kuat dalam pembuatan tekstil, kertas dan deterjen. Natriumhidroksida dibuat melalui proses elektrolisa larutan natriumklorida dan merupakan produk samping dari klorin. Dalam pembuatan biodiesel,natriumhidroksida digunakan sebagai katalis reaksi trans-esterifikasi. Natriumhidroksida yang digunakan harus bersifat anhidrat untuk menghindari terjadinya reaksi penyabunan yang tidak diinginkan.Tabel 1.7 Sifat Fisika dan Kimia NaOH (Perry,1984)Massa molar40 g/mol

Wujudzat padat putih

Specific gravity2,13

Titik leleh318,4 oC

Titik Didih1390 oC

Kelarutan dalam air111 g/100 ml (20 oC)

Kebasaan-2,43

5. N- HeksanTabel 1.8 Sifat fisik dan kimia n-Heksan (MSDC, AMOCO)Massa molar32,04 g/mol

Wujudcairan tidak brwarna

Specific gravity0,66 g/cm3

Titik leleh-94 oC

Titik Didih68 oC

Kelarutan dalam airtidak larut

Flash point-22 oC

1.7.2 Produk1. Biodiesel Tabel 1.9 Standar mutu biodiesel SNI 718-2012Parameter ujiSatuan min/maksPersyaratan

Massa jenis pada 40 Ckg/m3850-890

Viskositas kinematik pada 40 Cmm2/s (cSt)2,3-6,0

Angka setanamin51

Titik nyalaoC, min100

Titik kabutoC, maks18

Air dan sedimen%vol, maks0,05

Abu tersulfatkan%massa, maks0,02

Belerangmg/kg, maks100

Fosformg/kg, maks10

Angka asam0,6

Gliserol bebas%massa, maks0,02

Gliserol total%massa, maks0,24

Kadar ester metil%massa, min96,5

Angka iodium%massa (g-I2/100 g), maks115

Sumber : bsn.go.id

1.8 Lokasi Pabrik

Gambar 1.3 Peta Lokasi Pabrik Biodiesel Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan masa aktif pabrik, dengan kata lain juga berperan dalam menentukan keberhasilan dan kelancaran proses produksi. Lokasi suatu pabrik akan mempengaruhi kedudukan pabrik dalam persaingan dan juga pengadaan sarana penunjang dan biaya produksi yang dikeluarkan untuk transportasi bahan baku dan produk. Pendirian pabrik biodiesel ini direncanakan di daerah Kawasan Industri Suri Mulia Permai , Surabaya, Jawa Timur dengan pertimbangan sebagai berikut:a)Ketersediaan bahan bakuBahan baku merupakan faktor penting bagi kelangsungan operasi suatu pabrik. Jawa Timur merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia dengan kapasitas pertahun sebesar 80.000 ton/tahun. Dari pertimbangan tersebut maka dipilih kota Surabaya sebagai lokasi pendirian pabrik untuk memanfaatkan hasil dari sisa penggilingan padi berupa dedak yang biasanya hanya dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai pakan ternak. Kawasan industri yang berlokasi di Jl. Margomulyo 44, Tandas-Surabaya ini memiliki areal lahan seluas 301 Ha sudah dilengkapi dengan fasilitas pendukung mulai dari fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, penyediaan air bersih, listrik hingga jaringan komunikasi yang memadai. b)Daerah pemasaranFaktor lain yang harus diperhatikan adalah konsumen dari biodiesel. Pasar utamanya adalah masyarakat perkotaan serta industri-industri yang tingkat kesadaran akan pentingnya bahan bakar yang ramah lingkungan lebih tinggi. Pasar utama dari biodiesel ini adalah masyarakat perkotaan seperti kota Surabaya, Malang, Jogjakarta, Madura, Medan, Jakarta dan kota-kota besar lainnya, serta untuk konsumen di berbagai Negara Asia, seperti Singapura dan juga Malaysia maupun negara-negara Amerika dan Eropa.Lokasi kawasan industri Suri Mulia berada dekat dengan jalan tol,sehingga akses pengiriman akan lebih mudah dengan memanfaatkan secara maksimal jalur transportasi tersebut. c)Fasilitas transportasiSarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk proses penyediaan bahan baku dan produk. Kawasan Industri Suri Mulia terletak di segi-tiga tol Surabaya-Gresik , jalan Margomulyo ,serta jalan Kalianak, sehingga dengan akses jalan tol tersebut mempermudah jalur transportasi untuk pengiriman bahan baku maupun pemasaran produk biodiesel. Kawasan industri ini juga hanya berjarak 9 km dari pelabuhan Tanjung Perak sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian timur,sehingga akses pengiriman keluar kota maupun luar negeri akan berjalan dengan efisien.

d)Tenaga Listrik dan Bahan Bakar Tenaga listrik untuk pabrik ini disuplai dari PLN atau sumber listrik sendiri, sedangkan bahan bakar atau pelumas diperleh dari unit pemasaran Pertamina.e)Tenaga kerjaTenaga kerja yang terampil mutlak diperlukan dalam proses pabrik. Pabrik Biodiesel ini tidak menggunakan teknologi yang tinggi. Pabrik dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lingkungan pabrik. Untuk tenaga ahli, Surabaya memiliki perguruan tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja ahli.f)Unit pendukung (utilitas)Perlu diperhatikan sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik dan sarana-sarana lain untuk menunjang proses produksi agar berjalan dengan baik. Suri Mulia seperti kawasan industri lainnya di Surabaya memiliki fasilitas pendukung yang memadai. g)LahanFaktor ini berkaitan dengan rencana pengembangan pabrik lebih lanjut. Suri Mulia merupakan kawasan industri, sehingga lahan didaerah tersebut sudah disiapkan untuk pendirian atau pengembangan suatu pabrik.h)KomunitasKeadaan sosial kemasyarakatan penduduk sekitar sudah terbiasa dengan lingkungan industri, sehingga pendirian pabrik baru dapat diterima dengan baik dan tidak ada kesulitan untuk beradaptasi.i)Kebijakan pemerintahPendirian suatu pabrik perlu memperhatikan faktor kebijakan pemerintah yang terkait didalamnya. Kawasan industri Suri Mulia memang kawasan yang disiapkan untuk industri, sehingga pembangunan dan pengembangan didaerah tersebut akan mendapat dukungan dari pemerintah. Pabrik biodiesel ini juga merupakan pabrik yang banyak menggunakan sumber daya alam maupun manusia daerah Jawa Timur khususnya Surabaya sehingga ini juga merupakan pemberdayaan daerah.j)Sarana dan prasaranaPendirian pabrik juga mempertimbangkan sarana dan prasarana seperti jalan dan jembatan, jaringan telekomunikasi dan sarana serta prasarana lain yang sudah tersedia di daerah Suri Mulia ,Surabaya Jawa Timur.

1.9 Tata Letak Pabrik Tata letak pabrik merupakan susunan letak peralatan atau mesin-mesin dalam daerah proses, juga area perlengkapan, kantor, gudang, utilitas dan fasilitas bagi para karyawan. Hal ini harus diperhatikan pada waktu mendirikan suatu pabrik baru maupun jika ingin mengubah kapasitas yang sudah ada. Dalam suatu pabrik, perancangan tata letak bangunan merupakan bagian yang sangat penting. Tata letak bangunan dalam suatu pabrik akan menentukan pabrik akan berjalan dengan baik atau tidak. Tata letak bangunan yang baik akan menunjang kelancaran proses produksi dengan baik dan efisien, menjaga keselamatan kerja karyawannya dan menjaga keamanan dari pabrik tersebut. Tata letak pabrik yang modern harus fleksibel, agar pabrik dapat menampung perlengkapan-perlengkapan baru untuk penyesuaian diri dengan kemajuan teknik dan perkembangan sosial ekonomi tanpa mengubah terlalu banyak tata letak pabrik yang sudah ada, sehingga kemungkinan terjadinya ekspansi atau perluasan di kemudian hari harus diperhatikan. Tujuan utama tata letak pabrik adalah sebagai berikut:1. Menghemat biaya operasi, pemeliharaan dan konstruksi Tata letak pabrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga proses produksidapat dilaksanakan dengan lancar menggunakan cara-cara yang ekonomis. Seperti susunan mesin, peralatan dan tempat kerja sedemikian rupa sehingga barang dapat bergerak dengan lancar sepanjang suatu jalur. Susunan mesin yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang diperlukan.2. Meminimumkan pemindahan barang. Tata letak pabrik yang baik harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemindahan barang dapat diturunkan sampai batas minimum. Jika dapat dilaksanakan, pemindahan harus dilakukan secara mekanis agar berlangsung mudah dan barang yang dipindahkan dapat dihindari dan kerusakan dapat seminimum mungkin.3. Efisiensi Kerja dan keselamatan kerja Untuk memenuhi tujuan ini diperlukan perhatian atas hal-hal seperti lalulintas pekerja, penerangan yang cukup, sirkulasi udara yang baik, kebersihan lingkungan, fasilitas umum dan lain-lain. Peralatan yang menyebabkan kebisingan diisolasi sebanyak mungkin atau ditutup dalam suatu tempat yang mempunyai tembok dan langit-langit peredam suara. Peralatan yang bergetar diberi bantalan, untuk menjaga penyaluran getaran ini ke lantai atau barang-barang di sekitarnya. Pipa distribusi dari udara, air, uap dan listrik diatur sedemikian rupa sehingga aman dan tidak mengganggu kerja operator. Misalnya dapat dipasang dengan jarak sekitar 7 ft (2,13 m) dari lantai. Dalam pengaturan tata letak pabrik perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :1. Kemudahan dalam proses yang disesuaikan dengan kemudahan dalam pemeliharaan peralatan serta kemudahan mengontrol hasil produksi.2. Distribusi sarana penunjang (utilitas) yang tepat dan ekonomis.3. Keselamatan kerja.4. Memberikan kebebasan bergerak yang cukup leluasa di antara peralatan.5. Kemudahan pemeliharaan dan perbaikan peralatan.6. Adanya perluasan pabrik di masa mendatang.7. Pengaturan jalan, bangunan dan tata lingkungan yang ada.Dalam hal ini, pengaturan tata letak pabrik Biodiesel dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal di atas. Untuk itu, penempatan bangunan dalam kawasan pabrik direncanakan sebagai berikut:1.Daerah Bahan Baku dan ProdukFasilitas penyimpanan bahan baku dan produk diletakkan di daerah yang mudah dijangkau oleh truk sehingga kegiatan bongkar muat barang dapat berjalan lancar dan tidak mengganggu kelancaran proses lain.2.Daerah ProsesDaerah proses merupakan tempat berlangsungnya proses produksi. Daerah ini diletakkan pada lokasi yang memudahkan suplai bahan baku dari tempat penyimpanan dan pengiriman produk ke daerah penyimpanan produk serta memudahkan pengawasan dan perbaikan alat-alat proses. Tata letak peralatan proses diatur sehingga tercapai efisiensi proses, keselamatan dan kenyamanan kerja. Hal ini meliputi penempatan alat yang sesuai dengan urutan proses, pengelompokan alat untuk memudahkan pemeriksaan, perawatan dan lalu lintas.3. Daerah Pemeliharaan dan Perawatan PabrikDaerah ini merupakan lokasi untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan peralatan pabrik berupa bengkel teknik dan gudang teknik. Daerah ini diletakkan di luar daerah proses karena adanya aktifitas di dalam bengkel yang berakibat fatal bagi jalannya proses. Daerah ini juga diletakkan di daerah proses sehingga jika ada alat-alat utama proses yang rusak dapat diperbaiki dengan segera. Untuk itu diperlukanspaceyang cukup di antara alat proses untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan.4.DaerahQuality Controldan R & DDaerah ini merupakan lokasi untuk melakukan pengontrolan terhadap kualitas bahan baku yang akan digunakan dan produk yang dihasilkan. Dalam daerah ini juga dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang bertujuan untuk perbaikan atau pengembangan proses dan produk. Oleh karena itu, daerah ini di letakkan berdekatan dengan daerah proses.5.Daerah Sarana Penunjang (utilitas)Daerah ini merupakan proses berupa penyediaan air, listrik dan bahan bakar. Daerah ini diletakkan tidak jauh dari daerah proses agar biaya pemipaan ke daerah proses menjadi lebih ekonomis.6.Daerah Administrasi dan PerkantoranDaerah administrasi dan perkantoran merupakan daerah pusat kegiatan administrasi pabrik, baik untuk urusan dengan pihak luar maupun urusan pihak dalam.7.Daerah Fasilitas UmumFasilitas umum seperti area parkir, ruang ibadah, kantin, poliklinik, jalur hijau dan lain-lain perlu diadakan. Penempatan fasilitas umum ini diletakkan sedemikian rupa agar seluruh karyawan dapat memanfaatkannya dan perjalanan yang diperlukan oleh karyawan antara gedung seminimal mungkin.8. Pos KeamananPos keamanan dapat diletakkan pada pintu luar dan titik-titik yang dianggap perlu. Pos keamanan ini diperlukan agar keamanan pabrik dapat terjaga selama 24 jam.

Sheet1Sifat Fisik dan KimiaBiodieselSolarKomposisiEster AlkilHidrokarbonDensitas, g/ml0.86240.875Viskositas, cSt5.554.6Titik Kilat, degC17298Angka Setana62.453Energi Yang Dihasilkan40.1 MJ/kg45.3 MJ/kgSenyawa EmisiSO2, ppm078NO, ppm3764NO2, ppm11CO, ppm1040Partikulat, mg/NM30.255.6Benzene, mg/NM30.35.01Toulene, mg/NM30.572.31Xylene, mg/NM30.731.57Etil Benzene, mg/NM30.30.73