33
BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan elektrolit (1). Cairan yang berada dalam tubuh terdapat dalam dua kompartemen yang utama yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler, yang berasal dari dalam sel dikenal dengan cairan intraseluler sedangkan berasal dari luar tubuh disebut cairan ekstraseluler (2),(3). Dalam tubuh manusia, air merupakan komponen utama yang mempunyai peran penting baik dalam suspensi maupun larutan (2). Cairan tubuh dari zat terlarut yaitu Elektrolit yang terdiri dari Natrium (Na + ), Kalium (K + ), Kalsium (Ca 2 + ), Magnesium (Mg 2 + ), Klorida (Cl - ), Bikarbonat (HCO 3 - ), Fosfat (HPO 4 2-) dan Sulfat (SO 4 2- ) dan non elektrolit merupakan zat yang tidak dapat diurai dalam larutan yang tidak mempunyai muatan 1

BAB I baru kadar kalium serum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I baru kadar kalium serum

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan elektrolit (1). Cairan

yang berada dalam tubuh terdapat dalam dua kompartemen yang utama yaitu

cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler, yang berasal dari dalam sel dikenal

dengan cairan intraseluler sedangkan berasal dari luar tubuh disebut cairan

ekstraseluler (2),(3).

Dalam tubuh manusia, air merupakan komponen utama yang mempunyai

peran penting baik dalam suspensi maupun larutan (2). Cairan tubuh dari zat

terlarut yaitu Elektrolit yang terdiri dari Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium

(Ca2+), Magnesium (Mg2

+), Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4

2-) dan

Sulfat (SO42-) dan non elektrolit merupakan zat yang tidak dapat diurai dalam

larutan yang tidak mempunyai muatan listrik (1,3). Proses metabolismenya

sebagian besar dipengaruhi oleh elektrolit (3).

Kalium merupakan salah satu ion dari elektrolit bermuatan positif

(kation) utama yang terdapat dalam cairan intraseluler (3). Jumlah konsentrasi

pada orang dewasa sekitar 50-60 per kilo gram berat badan yang dipengaruhi oleh

jenis kelamin, umur dan masa otot seseorang (3,4). Kalium mempunyai peran dan

fungsi sebagai sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran

hormon, transport cairan dan perkembangan janin (2). Pengaturan distribusi antara

kompartemen ekstraseluler dan intraseluler mempunyai peranan yang penting

untuk homeostasis kalium dan juga mempengaruhi keseimbangan dalam asupan

1

Page 2: BAB I baru kadar kalium serum

dan pengeluarannya. Pemeliharaan dari homeostasis cairan tubuh merupakan hal

yang penting untuk kelangsugan hidup (1,5). Kalium merupakan garam yang

dapat diserap dengan cepat oleh tubuh, kelebihan kalium yang terdapat dalam

tubuh akan dikeluarkan lewat urin dan keringat (6).

Latihan fisik adalah gerakan yang direncanakan, terstruktur dan berulang

untuk memelihara kesehatan tubuh (7). Pada waktu berolahraga energi dan panas

meningkat melalui proses metabolisme dan kontraksi otot, juga air yang keluar

melaui keringat tidak hanya melalui proses metabolisme tetapi hal ini didapatkan

melalui konsumsi cairan dan makanan sehari-hari.

Menurut World Health Organization (WHO) orang yang kurang

melakukan latihan fisik mempunyai 20% sampai 30% peningkatan risiko terhadap

semua penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yang terlibat dalam 30 menit

aktivitas atau latihan fisik dengan intensitas sedang yang dilakukan hampir setiap hari

dalam seminggu. (who)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti kadar

kalium sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas ringan pada mahasiswa

fakultas kedokteran universitas sam ratulangi angkatan 2010.

B. MASALAH

Bagaimana perbandingan kadar kalium sebelum dan sesudah latihan fisik

intensitas ringan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi angkatan 2010 ?

C. TUJUAN

2

Page 3: BAB I baru kadar kalium serum

Mengetahui perbandingan kadar kalium sebelum dan sesudah latihan fisik

intensitas ringan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi angkatan 2010

D. MANFAAT

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Dapat mengetahui gambaran kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan

fisik intensitas ringan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

angakatan 2010

2. Menambah wawasan dan melatih diri dalam melakukan penelitian tentang

gambaran kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik

3. Menambah wawasan tentang pengaruh intensitas suatu latihan fisik terhadap

keseimbangan elektrolit terutama kalium

E. Hipotesis

Penelitian ini mengambil hipotesis yaitu tidak ada perbedaan kadar kalium serum

sebelum dan sedsudah latihan fisik.

3

Page 4: BAB I baru kadar kalium serum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompartemen cairan tubuh

Dalam pendistribusian cairan tubuh terdapat dua kompartemen yang terdiri

dari cairan intreaseluler dan cairan ekstraseluler dan cairan ekstraseluler

distribusikan lagi menjadi cairan intertisial dan plasma darah, dalam

kompartemen cairan tubuh mempunyai presentase yang berbeda-beda yaitu

dengan pendistribusian cairan tubuh yang tergantung pada umur, jenis kelamin

dan derajat obesitas (3,5).

1. Kompartemen cairan intraseluler

Cairan intraseluler ialah cairan yang tedapat di dalam sel yang mempunyai

jumlah total 2/3 dari cairan tubuh dan sekitar 42 liter yang berada dalam 75 triliun

sel (3,5,9). Volume cairan intraseluler sekitar 60% dari cairan tubuh total,karena

konsentrasi dan jumlah zat terlarut yang terlalu besar sehingga masing-masing sel

dapat berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena setiap sel memiliki campuran

tersendiri dengan berbagai zat (2,5).

2. Kompartemen cairan ektraseluler

4

Page 5: BAB I baru kadar kalium serum

Cairan ekstraseluler ialah cairan yang terdapat diluar sel dan memiliki

20% cairan tubuh yang bervolume sekitar 40% dari cairan tubuh (2,3,8). Cairan

intertisial mempunyai kompartemen cairan sebesar 75% yang terdapat pada sel-sel

sedangkan cairan plasma darah terdapat sebesar 25% (3). Oleh karena itu secara

tetap cairan ekstraseluler tercampur antara plasma dan cairan intertisial yang

mempunyai komposisi hampir sama (5).

B Elektrolit dan Non Elektrolit

Elektrolit menghasilkan partikel – partikel yang bermuatan listrik yang

disebut ion jika berada dalam larutan yang mencangkup natrium (Na+), kalium

(K+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3

-), fosfat

(HPO42-) dan sulfat (SO4

2-) (1). Natrium (Na+) merupakan kation ekstraseluler

utama dan kalium (K+) merupakan kation intraseluler utama juga sel mempunyai

anion-anion yang utama dalam intrasel yaitu protein dan fosfat, dan anion utama

dalam ekstraseluler yakni klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-) sedangkan Non

elektrolit merupakan zat yang tidak terurai dalam larutan yang tidak mempunyai

muatan listrik yakni protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida dan asam-

asam organik (1,3).

1. Kalium

Kalium adalah kation utama yang mempunyai jumlah besar dan banyak

terdapat dalam cairan intrasel. Kadar kalium serum normal 3,5-5,5 mEq/L,

konsentrasi kalium intraseluler sekitar 145 mEq/L dan ekstraeluler 4 – 5 mEq/L,

kalium merupakan zat terlarut yang sebagian besar terdapat di intraseluler,

sehingga kalium mempunyai peran yang penting dalam menahan cairan di dalam

sel serta mempertahankan volume sel (1,2).

5

Page 6: BAB I baru kadar kalium serum

Jumlah kalium juga di pengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, pada

wanita 25% lebih kecil dibandingkan dengan laki – laki dan jumlah kalium pada

orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak – anak (2). Hal ini terlihat

di dalam (tabel 1) (4).

Tabel 1. Nilai rujukan kalium serum

Serum bayi 3,6 – 5,8 mmol/L

Serum anak 3,5 – 5,5 mmol/L

Serum dewasa 3,5 – 5,3 mmol/L

Urine anak 17 – 57 mmol/L

Urine dewasa 40 – 80 mmol/L

Cairan lambung 10 mol/L

2. Pengaturan distribusi kalium internal

Kalium berada pada jumlah yang konstan pada hampir semua jaringan

binatang dan tumbuhan tetapi masukannya bisa bervarasi. Kalium yang

diabsorbsi relatif lengkap di saluran pencernaan bagian atas dan sesudah

melakukan pencernaan makanan, kosensentrasi kalium ekstraseluler akan

meningkat mencapai angka yang bisa membahayakan bila kalium yang dicerna

tidak dipindahkan secara cepat ke dalam sel, sebagian besar kalium yang dicerna

secara cepat akan berpindah ke dalam sel sampai ginjal dapat membuang

kelebihan kalium (4,6).

3. Ekskresi kalium

6

Page 7: BAB I baru kadar kalium serum

Ginjal mempunyai tiga proses untuk mengekskresi kalium yaitu pertama

laju filtrasi kalium, kedua laju reabsorbsi tubulus oleh kalium dan ketiga laju

sekresi kalium oleh tubulus. Tempat yang paling penting dalam ekskresi kalium

berada di sel–sel prinsipalis tubulus distal bagian akhir dan tubulus gentes

kortikalis karena kebanyakan pengaturan per harinya terjadi di dalam bagian ini

(5).

4. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

a. Hipokalemia

Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/L,

penyebabnya dapat dibagi sebagai berikut: asupan kalium yang kurang,

pengeluaran kalium yang berlebihan, kalium masuk ke dalam sel, tetapi penyebab

yang paling sering menyebabkan hipokalemia yakni dengan meningkatnya

kehilangan kalium atau karena retribusi kalium dalam sel (2,9).

Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna salah satunya:

Muntah, pada keadaan muntah kalium lebih banyak keluar mealui ginjal dan

terdapat peningkatan ekskresi kalium ginjal dengan melibatkan tiga mekanisme

pertama kehilangan asam lambung yang menyebabkan alkalosis metabolik yang

merangsang perpindahan kalium ke dalam sel - sel tubulus ginjal, kedua alkalosis

metabolik menyebabkan lebih banyak NaHCO3 dan cairan melalui tubulus distal

dan bikarbonat dan meningkatkan ekskresi K+, ketiga kehilangan cairan lambung

menyebabkan berkurangnya volume ekstraseluler yang akan merangsang sekresi

aldosteron melalui mekanisme rennin–angiotensin-aldosteron (1,2). Berikut ini

gambar tentang penyebab terjadinya hipokalemia (gambar 1) (10)

7

Page 8: BAB I baru kadar kalium serum

Gambar 1. Pendekatan diagnostik hipokalemia

b. Hiperkalemia

Kadar kalium serum lebih dari 5,0 mEq/L disebut hiperkalemia,

penyebabnya antara lain 1) keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel 2)

berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.hiperkalemia paling sering terjadi

akibat ekskresi ginjal yang inadekuat dan terdapat pada keadaan

hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, dan pemakaian

siklosporin (1,2). Hal ini terlihat dalam (gambar 2) (10)

8

Page 9: BAB I baru kadar kalium serum

Gambar 2. Pendekatan diagnostik hiperkalemia

C. Latihan fisik

Latihan fisik merupakan bagian dari total volume aktifitas fisik dengan

tujuan atau maksud tertentu (7). Pada waktu seseorang melakukan aktifitas fisik

seperti kerja fisik atau berolahraga maka sumber-sumber energi yaitu lemak atau

karbohidrat yang terdapat dalam tubuh akan berubah menjadi air, karbondioksida

dan energi (6).

Latihan fisik adalah suatu kelompok aktifitas fisik berupa gerakan tubuh

yang terencana, terstruktur dan berulang untuk meningkatkan kebugaran jasmani,

meningkatkan kesehatan dengan memperkecil faktor risiko timbulnya penyakit

yang kronis serta juga menjamin keamanan selama melakukan latihan (7,11).

Latihan fisik mempunyai prinsip dengan memberi beban secara teratur, sistematis

9

Hiperkalemia (K > 5 mEq/ L)

Page 10: BAB I baru kadar kalium serum

dan berkesinambungan melalui program latihan yang tepat sehingga dapat

meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (12).

Olahraga yang teratur memiliki efek yang menguntungkan pada manusia

juga mencegah masalah kesehatan hal itu menyatakan bahwa terdapat perbedaan

pada durasi keparahan dan frekuensi latihan, kondisi fisik dan fisiologi seseorang

(13).

1. Jenis aktifitas fisik

Sebagian besar orang menghabiskan waktu mereka dengan beraktifitas

sekitar 85-95% seperti duduk, berdiri dan berjalan dalam aktifitas fisik. Setiap

individu mempunyai faktor- faktor utama yaitu(7,11) :

a. Frekuensi

Frekuensi aktifitas fisik mengacu pada jumlah sesi aktifitas fisik persatuan

waktu, dan untuk menentukan sasaran kalori yang diberikan, pembatasan gaya

hidup yang ditentukan bergantung pada jumlah sesi latihan per minggu.

b. Durasi

Lamanya waktu yang di habiskan sesorang dalam melakukan aktifitas

fisik. American College of Sports Medicine (ACMS) menganjurkan 20-60 menit

untuk melakukan aerobic secara kontinu.

c. Insitas

Total penggunaan kalori selama melakukan latihan fisik. Intensitas juga di

bagi dengan istilah ringan, sedang, berat dan sangat berat. Terlihat dalam tabel

berikut (tabel 2)

10

Page 11: BAB I baru kadar kalium serum

Tabel 2. Kalsifikasi intensitas latihan berdasarkan denyut jantung (12)

Klasifikasi intensitas Denyut jantung

maksimum (%)

Sangat ringan

Ringan

Sedang

Berat

Sangat berat

Maksimum

< 50

50-63

64-76

60-84

> 94

100

d. Volume

Volume merupakan jumlah total dari aktifitas yang dihitung dari durasi,

jarak yang di tempuh maupun pengulangan yang akan di lakukan (13).

D. Hubungan latihan fisik dengan kadar elektrolit serum

Aktifitas seseorang mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan cairan dan

elektrolit hal ini menyebabkan meningkatnya metabolisme tubuh maka terjadi

peningkatan cairan yaitu melalui keringat (8), sehingga semakin besar

pengeluaran keringat maka semakin besar pula laju kehilangan natrium, kalium

dan klorida dari dalam tubuh (3).

Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh akan terbagi

menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja dan panas, energi dalam bentuk

kerja terdiri dari berlari, menendang, meloncat dan lain-lain sedangkan energi

11

Page 12: BAB I baru kadar kalium serum

panas hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat karena terjadi di dalam sel-sel

otot dan sistem kardiovaskuler (6).

Kehilangan air melalui penguapan dipengaruhi oleh suhu tubuh dan

lingkungan juga jumlah kehilangan lewat keringat juga dipengahruhi dari suhu

tubuh dan dikontrol oleh sistem saraf otonom (14), dengan demikian jumlah

cairan yang dibutuhkan juga akan meningkat (8).

Peningkatan konsentrasi dari elektrolit akan menyebabkan terjadinya

perbedaan konsentrasi antara cairan ektraseluler dan cairan intraseluler dengan

melalui proses osmosis yaitu berpindahnya larutan yang memiliki konsentrasi

tinggi menuju ke konsentrasi yang rendah (6). Kehilangan cairan yang banyak

menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi (12). Ketika sel-sel mengalami

dehidrasi dan cairan tubuh terus berkurang hal imi menyebabkan terhambatnya

laju pengeluaran panas dari dalam tubuh, dengan terhambatnya pengeluaran panas

akan menyebabkan terjadinya peningkatan temperature intenal badan yang dapat

memicu heart stresss (6).

Pada saat berolahraga tubuh akan mengalami dehidrasi, sehingga

menyebabkan penurunan kemampuan konsentrasi, peningkatan suhu tubuh dan

terhambatnya laju produksi energi. Hal ini dapat terjadi jika tidak diimbangi

dengan konsumsi cairan yang cukup (6,12).

Olahraga yang teratur mempunyai efek yang penting dalam aspek

biokimia darah, hal ini juga menunjukkan perbedaan tergantung pada keparahan,

frekuensi latihan dengan disertai kondisi fisik dan fisiologis seseorang, yang

dinyatakan dalam nilai-nilai biokimia yang berbeda selama dan setelah latihan

intensif.(hurmus koc)untuk olahraga dengan intensitas yang tinggi terjadi

12

Page 13: BAB I baru kadar kalium serum

pengurangan berat badan 2,5% karena akibat dari cairan tubuh yang keluar

melalui keringat,(konsumsi cairan dan olahraga)cotntoh latihan fisik dengan

intensitas tinggi misalkan dalam hal ini sepakbola karena membutuhkan kekuatan

dan ketahanan tubuh sedangkan untuk intensitas rendah seseorang hanya

melakukan aktifitas seperti biasa misalnya berjalan atau berlari-lari kecil,

(cairan,karbhdrat dan perfma sepakbola)

BAB III

13

Page 14: BAB I baru kadar kalium serum

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimental.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 5 bulan (September

2013 – Januari 2014).Lokasi penelitiannya bertempat di Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, tempat fitnes My Health

dan pemeriksaan darah duilakukan di Laboratorium ProKita.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Ratulangi program studi kedokteran umum angkatan 2010

2. Sampel

Sampel diambil dengan metode simple random sampling sebanyak 30

orang.

Kriteria pengambilan sampel:

a. Kriteria inklusi:

1) Sehat

2) Bukan atlet

3) Tidak dalam pengobatan yaeng mengonsumsi obat yang

mempengaruhi kadar elektrolit darah

14

Page 15: BAB I baru kadar kalium serum

4) Bersedia ikut dalam penelitian

b. Kriteria eksklusi:

1) Sedang sakit ketika latihan fisik dilakukan

2) Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

banyak kalium minimal 24 jam sebelum pengambilan darah

pertama selama latihan fisik berlangsung.

D. Cara Pengambilan Sampel

Sampel diambil dengan metode simple random sampling sebanyak

30 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

E. Variabel Penelitian

Variabel terikat : kadar serum kalium

Variabel bebas : latihan fisik intensitas ringan

F. Definisi Operasional

a) Kadar serum kalium adalah hasil yang didapat dari pengambilan

darah vena tanpa puasa yang dipeiksa dengan alat AVL 9180

electrolyte analyzer dengan metode elektrode ion selektif dapat

diklasifikasi normal adalah....

b) Denyut jantung adalah hasil perabaan arteri radialis dengan

menggunakan indeks dari jari tengah dan jari manis.

c) Latihan fisik dengan dengan intensitas ringan yaitu latihan fisik

dengan target denyut jantung 30-59% dari denyut jantung

maksimum yang dihitung dengan rumus denyut jantung maksimum

15

Page 16: BAB I baru kadar kalium serum

x 30-59%. Denyut jantung maksimum diperoleh dari rumus 220 –

usia.

G. Alat dan Bahan

1.Alat

a. Spuit 5 mL

b. Tourniquet

c. Tabung reaksi

d. Stopwatch

e. AVL 9180 electrolyte analyzer

f. Treadmill

2. Bahan

a. Serum darah

b. Kapas

c. Alkohol 70%

H. Jalannya Penelitian

1. Persiapan penelitian

a. Populasi terjangkau dikumpulkan di ruangan

b. Dijelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian

c. Dilakukan pemilihan sampel dengan metode simpel random sampling

16

Page 17: BAB I baru kadar kalium serum

e. Responden diminta untuk menandatangani informed consent

2. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali. Pengambilan pertama

dilakukan sebelum melakukan latihan dan kedua saat selesai melakukan

latihan. Latihan terdiri dari 5 menit pemanasan, 5 menit peregangan, 30

menit latihan intiwarm up dan 30 menit latihan inti dengan target heart rate

yang ditentukan serta 5 menit pendinginan. Suhu ruangan diatur konstan.

a. Pengambilan darah

1) Lengan responden diletakkan diatas meja dengan telapak tangan

menghadap keatas.

2) Lengan diikat cukup erat dengan tourniquet 7-10 cm dari lipatan siku agar

aliran darah terbendung.

3) Responden disuruh untuk mengepal dan membuka tangan beberapa kali

agar lebih banyak mengisi pembuluh darah.

4) Dalam keadaan tangan responden masih mengepal, ujung jari pemeriksa

mencari pembuluh darah yang akan ditusuk,yaitu vena mediana cubitti.

5) Lokasi tersebut dibesihkan dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan

mengering.

6) Spuit injeksi 5 mL telah disiapkan sebelumnya dan dipegang dengan

tangan kanan. Setelah alkohol mengering, kulit ditegangkan dengan jari

telunjuk disamping pembuluh darah agar tidak bergerak.

7) Jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 300 sepanjang pembuluh

darah kira-kira 1 cm.

17

Page 18: BAB I baru kadar kalium serum

8) Tarik perlahan spuit sehingga darah masuk ke dalam semprit.

9) Bersamaan dengan itu, kepalan tangan dibuka dan ikatan toniquet dilepas.

10) Kasa kering diletakkan pada tempat tusukkan dan jarum ditarik.

Responden diinstruksikan untuk menekan bekas tusukan.

11) Jarum dilepas dari spuit dan dipindahkan pada tabung reaksi.

12) Tabung reaksi diberi label yang berisi identitas dan waktu pengambilan.

b. Teknik pemeriksaan

i. Sampel darah yang telah diambil dibawah ke Laboratorium Pro-Kita

ii. Darah yang diambil didiamkan sampai beku

iii. Sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15

menit

iv. Serum dipisahkan dari bekun darah dengan memisahkan kedalam

cup sampel.

v. AVL 9180 dinyalakan dan dilakukan kalibrasi.

vi. Ambil sampel sebanyak 100 µl.

vii. Bila pada alat sudah tertera “ Analyzing Blood” tekan tombol

“Yes”.

viii. Sampel akan dihisap oleh aspirator, tunggu hasil selama satu menit.

Hasil akan muncul pada layar dan lasung diprint

I. Metode Pengukuran Kalium Serum

Pemeriksaan dilakukan dengan alat AVL 9180 Electrolyte

Analyzer dengan metode elektrode ion selektif (Ion Selective Electrode/

ISE). Pada dasarrya alat yang menggunakan metode ISE untuk

menghitung kadar ion sampel dan membandingkan kadar ion yang tidak

18

Page 19: BAB I baru kadar kalium serum

diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion

selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran

merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga

menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial

membran ini diukur, dihittung dengan menggunakan persamaan Nerst,

hasilnya kemudian di hubungkan dengan amplifier dan di tampilkan oleh

alat.

J. Pengolahan data

Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20. Data dianalisa

univariat dengan menghitung mean dan dianalisa bivariat dengan uji t

berpasangan (paired t-test).

19

Page 20: BAB I baru kadar kalium serum

K. Alur Penelilitian

Gambar 3. Alur Penelitian

20

Pengambilan Darah

Analisis dan Pengolahan data

Pemeriksaan kadar

ka

Pembagian kuesioner untuk mendapat data

Pemanasan dan peregangan

Pemilihan Populasi

Pengukuran denyut jantung

Informed consent

Pemilihan sampel dengan simple random sampling yang sesuai kriteria

Latihan diatas treadmill selama 30 menit

Pengambilan darah

Pendinginan

Page 21: BAB I baru kadar kalium serum

Gambar 4. Kerangka Teori

Gambar 5. Kerangka Konsep

21

Variabel Terikat :

Kadar Kalium Serum

Variabel Bebas :

Latihan fisik Intensitas Ringan

kalium

Latihan Fisik

Laju Pengeularan Kerinngat

Kerusakkan ginjal

Penggunaan obat-obat

Suhu

Dehidrasi

Page 22: BAB I baru kadar kalium serum

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson ML, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya, dalam: Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2005, h:308-9,313,341-3

2. Siregar P, Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Buku Interna Publishing: 2009, h:175-183

3. Irawan AM, Cairan Tubuh Elektrolit dan Mineral, Polton Sports Science Performance Lab, 2007; 01:1-5

4. Yaswir R, Ferawati I, Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium, Jurnal Kesehatan Andalas, 2012; 1:80-85

5. Guyton CA, Hall EJ, Kompartemen Cairan Tubuh:Cairan Ekstrasel dan Intrasel; Cairan Intertisial dan Edema, dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 1 :1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2007, h:307-315

6. Irawan AM, Konsumsi Cairan dan Olahraga, Polton Sports Science Performance Lab, 2007; 01: 1-6

7. Sjostrom M, Ekelund U, Yngve A, Penkajian Aktifitas Fisik, dalam: Buku Ajar Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2009, h:100-08

8. Tamsuri Anas , Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, dalam: Seri Asuhan Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2008, h 1-25

22

Page 23: BAB I baru kadar kalium serum

9. Gaw A, Murphy JM, Cowan AR, O’Reilly St J Denis, Stewart JM, Shepherd James, Biokimia Klinis Teks Bergambar, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2012, h:233-6,242-3

10. Darwis D, Moenajat Y, Nur BM, Madjid AS, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dam Gangguan Keseimbangan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, Edisi 2, Jakarta: FK-UI: 2008

11. Pardede KK Sri, Panduan Uji Latihan Jasmani dan Peresapannya, dalam: Buku American college of Sports Medicine, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:2004, h:133-142

12. Rismayanti C, Jurnal Persepsi Terhadap Macam,Fungsi Cairan,dan Kadar di Hidrasi Tubuh di Unit Kegatan Mahasiswa Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta

13. Tirtawirya D, Intensitas dan Volume dalam Latihan Olahraga, ISSA, 2012

14. nelsen

15. Koc H, The Effect of A ccute Exercises on Blood Electrolyte Values in Handball Players, Pharmacy and Pharmacology, 2011; 4

16. Hazar M, Sever O, Gurkan CA, Er FN, Erol M, Physiologic Responses of Macro Elements to Maximal Aerobic Exercises in Male and Famale, Life Science Journal, 2013; 10

23