9
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus masyarakatlah yang menentukan kualitas makanan tersebut. Kualitas makanan dapat ditinjau dari aspek kelezatan, cita rasa, dan bahan yang dibuat untuk makanan tersebut. Kualitas makanan yang baik dan aman untuk dikonsumsi secara kebersihan misalnya bebas bahan kimia. Makanan yang nikmat dan tinggi gizinya akan menjadi tidak berarti jika tidak aman untuk dikonsumsi (BPOM, 2003). Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan / restoran dan hotel (Depkes, 2003). Makanan jajanan saat ini tidak bisa dipisahkan dengan bahan tambah makanan, berbagai makanan jajanan yang dijual hampir selalu menggunakan bahan tambah makanan. Bahan tambahan makanan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan tambahan makanan ini berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan tekstur, serta memperpanjang masa simpan (Saparinto, 2006). Peraturan mengenai penggunaan bahan tambah pangan yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Mentreti Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Namun sering terjadi penyalahgunaan seperti pemakaian zat 1

BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

  • Upload
    ngonhu

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Makanan mempunyai peran yang sangat penting dalam kesehatan

masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

masyarakatlah yang menentukan kualitas makanan tersebut. Kualitas makanan

dapat ditinjau dari aspek kelezatan, cita rasa, dan bahan yang dibuat untuk

makanan tersebut. Kualitas makanan yang baik dan aman untuk dikonsumsi

secara kebersihan misalnya bebas bahan kimia. Makanan yang nikmat dan tinggi

gizinya akan menjadi tidak berarti jika tidak aman untuk dikonsumsi (BPOM,

2003).

Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin

makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap

untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan /

restoran dan hotel (Depkes, 2003). Makanan jajanan saat ini tidak bisa dipisahkan

dengan bahan tambah makanan, berbagai makanan jajanan yang dijual hampir

selalu menggunakan bahan tambah makanan.

Bahan tambahan makanan adalah senyawa yang sengaja ditambahkan ke

dalam makanan dengan jumlah dan ukuran tertentu dan terlibat dalam proses

pengolahan, pengemasan, dan penyimpanan. Bahan tambahan makanan ini

berfungsi untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa dan tekstur, serta

memperpanjang masa simpan (Saparinto, 2006). Peraturan mengenai penggunaan

bahan tambah pangan yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui

SK Mentreti Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan

Tambahan Makanan. Namun sering terjadi penyalahgunaan seperti pemakaian zat

1

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

2

pewarna, sakarin, benzoate dan siklamat. Penggunaan bahan tambah makanan ini

sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya kandungan zat kimia tersebut.

Cemaran zat kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan adalah

penggunaan bahan tambahan illegal seperti boraks (pengempal yang mengandung

logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin

B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada

tekstil) (Yuliarti,2007).

Pewarnaan untuk makanan bertujuan diantaranya untuk memberikan kesan

menarik bagi konsumen, menyeragamkan dan menstabilkan warna, serta

menutupi perubahan warna akibat proses pengolahan dan penyimpanan. Terdapat

dua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan).

Pewarna sintetis merupakan zat warna sintetis yang pembuatannya menggunakan

zat-zat kimia seperti asam sulfat atau asam nitrat serta sering terkontaminasi oleh

arsen atau logam berat yang bersifat racun (Cahyadi, 2006 dalam Purba, 2009).

Pada umumnya penggunaan pewarna pada makanan yaitu pewarna sintetis

karena pewarna jenis ini mempunyai kelebihan yaitu warnanya homogen dan

penggunaannya sangat efisien (penggunaannya memerlukan jumlah yang sedikit).

Akan tetapi kekurangannya yaitu pada saat proses terkontaminasi logam berat,

pewarna jenis ini akan berbahaya. Selain itu makanan jajanan, terutama industri

kecil dan industri rumah tangga, makanan masih sangat banyak menggunakan

pewarna non makanan (Menurut Mudjajanto, 2005 dalam Sihombing, 2008).

Beberapa jenis makanan jajanan yang dikonsumsi anak siswa sekolah dasar

yaitu makanan jajanan basah seperti cilok bersaos, kue, sosis, siomay, dan

makanan jajanan kering meliputi biscuit, kripik, kue kering, sedangkan minuman

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

3

siswa cenderung menyukai minuman es, seperti es krim, es cendol, es doger dan

es campur (Sukirman, 2010). Kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi

energi anak usia sekolah adalah 5,5 % dan terhadap protein 4,2 %, peranan gizi

makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, akan tetapi makanan

jajanan diduga masih beresiko terhadap kesehatan (Purwanti, 2003).

Siswa Sekolah Dasar merupakan aset penerus bangsa yang akan melaksanakan

perubahan pembangunan di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, proses

pertumbuhan dan perkembangan penerus bangsa haruslah diperhatikan dari segi

gizi terutama asupan makanannya. Anak sekolah memilih makanan jajanan

sebagai makanan tambahan dalam memenuhi kebutuhannya, selain itu harganya

yang relatif murah. Pemilihan makanan jajanan dengan kandungan energi dan

protein yang rendah bagi siswa hanya sebagai penambah energi setelah mereka

melakukan aktivitas belajar di dalam kelas. Ketidak tahuan siswa sekolah dasar

dalam memilih makanan jajanan akan berakibat buruk dalam kesehatannya

(Judarwanto, 2006).

Setiap hari siswa Sekolah Dasar menghabiskan waktu di luar jam pelajaran

dengan menghabiskan uang jajannya tanpa berfikir makanan yang mereka santap

aman untuk dikonsumsi atau tidak. Di lingkungan SD kota Malang, disepanjang

pinggiran sekolah, banyak terlihat orang berjualan makanan jajanan. Penjual

makanan jajanan memilih tempat di lingkungan SD karena konsumen dari anak

yang usianya antara 5 – 10 tahun sangatlah menyukai makanan jajanan, karena

warnanya yang menarik, rasanya yang enak dan harganya terjangkau (Sumarlin,

2007).

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

4

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2004) di kota Malang, terdapat

lima merk bumbu instan positif mengandung pewarna sintetis. Menambahkan

Apriyanti (2006) melakukan penelitian pada makanan jajanan tradisional di pasar

kota Malang, terdapat tujuh jajanan tradisional mengandung pewarna sintetis, dua

sampel diantaranya kadar pewarnanya melebihi ambang batas Depkes RI. Hasil

penelitian terdahulu, digunakan peneliti untuk melakukan penelitian makanan

jajanan yang ada di lingkungan SD kota Malang.

Jajanan yang dijual di lingkungan sekolah pada umumnya sangat menarik dan

relatif murah. Pada dasarnya anak-anak menyukai jajanan makanan yang praktis,

bentuk dan penampilannya menarik, misalnya cilok bersaos, kue, sosis, cireng,

snack, dan es sirup (Judarwanto, 2006). Hasil dari survei lapang yang dilakukan

peneliti didapatkan makanan jajanan yang dijual di lingkungan SD kota Malang

yaitu sosis, kue berselai, kripik makaroni, kripik pedas, cilok, dan minuman es.

Kandungan yang terdapat di dalam jajanan makanan tersebut itulah yang akan

dijadikan objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian bahan tambahan makanan

pada makanan jajanan di lingkungan SD kota Malang sangat diperlukan untuk

mengetahui kualitas makanan yang sering disantap oleh siswa Sekolah Dasar.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan peneliti untuk lebih mengenalkan

bahan pewarna alami dan buatan dalam makanan adalah melalui bidang

pendidikan. Materi bahan pewarna alami dan buatan dalam makanan dibahas pada

materi IPA tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah dalam Standar Kompetensi IPA (Ilmu

Pengetahuan Alam) SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas VIII yaitu

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

5

“Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan” dalam materi bahan

pewarna alami dan buatan dalam makanan akan membutuhkan suatu media

beserta sumber belajar yaitu berupa video pembelajaran IPA. Dengan video

pembelajaran IPA yang berisi materi bahan pewarna alami dan buatan dalam

makanan mulai dari materi pelarajan: contoh pewarna alami dan buatan dalam

makanan, dampak pewarna buatan bagi kesehatan, serta cara melakukan

eksperimen (percobaan) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam serta dapat meningkatkan pengembangan kreatifitas guru

dalam mengajar sebagai salah satu faktor penting berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar, salah satunya pengembangan metode serta media pembelajaran

(Heriyanto, 2012).

Media pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang sangat

bermanfaat untuk dapat memperjelas dan menambah perhatian serta tanggapan

siswa terhadap materi pembelajaran(Arief S Sadiman, dkk. 2010). Lembar kerja

siswa (LKS) adalah Lembaran-lembaran yang digunakan sebagai pedoman di

dalam pembelajaran serta berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik

dalam kajian tertentu (Depdiknas, 2010). LKS sebagai penunjang untuk

meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil

belajar. Media pembelajaran, bahan ajar, pesan atau materi yang disampaikan

guru, siswa, lingkungan itu semua merupakan satu kesatuan sumber belajar yang

saling berhubungan. Berdasarkan penguraian diatas, maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kandungan Pewarna Sintetis

Pada Makanan Jajanan Di Lingkungan SD Kota Malang Sebagai Sumber

Belajar IPA”.

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Adakah kandungan pewarna sintetis pada jajanan basah, kering dan

minuman jajanan di lingkungan SD kota Malang ?

2. Adakah perbedaan kandungan pewarna sintetis pada jajanan basah, kering,

dan minuman jajanan di lingkungan SD kota Malang ?

3. Apakah kandungan pewarna sintetis pada jajanan basah, kering dan

minuman jajanan di lingkungan SD kota Malang sesuai dengan peraturan

Depkes RI ?

4. Bagaimanakah hasil penelitian kandungan pewarna sintetis pada makanan

jajanan di lingkungan kota Malang diterapkan sebagai sumber belajar IPA ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalahnya adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya kandungan pewarna sintetis pada

jajanan basah, kering dan minuman jajanan di lingkungan SD kota Malang

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan kandungan dan jumlah bahan pewarna

sintetis pada jajanan basah, kering, dan jajanan minuman di lingkungan SD

kota Malang.

3. Untuk mengetahui kesesuaian bahan pewarna sintetis pada jajanan basah,

kering, dan jajanan minuman di lingkungan SD kota Malang sesuai dan

tidaknya dengan ketentuan yang diberlakukan oleh Depkes RI.

4. Menerapkan hasil penelitian sebagai sumber belajar IPA

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

7

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara Khusus

a. Untuk mengembangkan keilmuan peneliti dalam mata kuliah

keamanan pangan, khususnya analisis kandungan bahan tambah

makanan.

b. Untuk mengembangkan kreatifitas peneliti dalam menerapkan ilmu

biologi pada bidang keamanan pangan.

c. Meningkatkan kreatifitas peneliti dalam pembuatan video

pembelajaran dan LKS

2. Secara Umum

a. Memberikan informasi kepada masyarakat dan pengajar untuk

memperhatikan anak sekolah dasar dalam mengkonsumsi makanan

jajanan yang dijual di lingkungan SD kota Malang

b. Memberikan tambahan sumber belajar IPA berupa video pembelajaran

bahan pewarna alami dan buatan dalam makanan yang dapat

digunakan pada sekolah di jenjang SMP kelas VIII.

1.5 Batasan Penelitian

Melalui batasan penelitian diharapkan penelitian ini dapat terarah dan tidak

terlalu luas jangkauannya. Adapun batasan penelitian dalam penelitian ini adalah

sebgai berikut

1. Obyek dalam penelitian ini adalah makanan jajanan yang diperoleh dengan

cara membeli dari pedagang di lingkungan SD kota Malang

Page 8: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

8

2. Pengamatan dilakukan pada makanan jajanan yaitu makanan jenis basah

seperti sosis, makanan jenis kering seperti keripik makaroni dan kue

berselai, minuman jajanan seperti es sirup.

3. Pengamatan dilakukan pada makanan jajanan yaitu menganalisis bahan

pewarna sintetis dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan plat

KLT ujuran 10 x 20 cm.

4. Indikator dalam penelitian ini adalah menghitung kadar rata-rata bahan

pewarna sintetis.

5. Lokasi penelitian yang digunakan adalah di lingkungan SD kota Malang

yaitu SDN Kasin, SDN Blimbing 1, dan SDN Purwantoro 2 yang dipilih

dengan menggunakan teknik Purprosive sampling.

6. Penerapan dari penelitian ini yaitu berupa sumber belajar video yang

dilengkapi dengan LKS pada materi bahan pewarna dalam makanan siswa

SMP kelas VIII semester ganjil

1.6 Definisi Operasional

a. Analisis kandungan pewarna sintetis dalam makanan terdiri dari dua

metode yaitu kualitatif dan kuantitatif. prosedur uji kualitatif dalam

penelitian ini yaitu 1) pengambilan sampel, 2) uji kromatografi, 3)

pencatatan hasil. Untuk uji kuantitatif terdiri dari 1) pengambilan sampel,

2) uji spektrofotometer, 3) pencatatan hasil 4) analisis data.

b. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan peserta

didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman

dan keterampilan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2006). Sumber

belajar hasil penerapan penelitian ini berupa video pembelajaran dan LKS.

Page 9: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/26862/1/jiptummpp-gdl-kurniawans-34219-2-babi.pdfdua jenis pewarna makanan yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis (buatan). Pewarna sintetis merupakan

9

Tahapan penyusunan sumber belajar adalah 1) pemilihan SK-KD, 2)

penetapan materi, 3) penentuan sumber belajar.