Upload
trinhngoc
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam
kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif
dalam perkembangan pribadi seseorang tentu hal seperti ini tidak dapat dipungkiri lagi.
Demikian juga dengan kehidupan pribadi seseorang dalam sebuah keluarga, keluarga
sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki
hubungan antar individu yang terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara
individu tersebut.Adapun tugas penting dalam membentuk pribadi seseorang untuk
menjadi seorang yang bermutu dan bernilai yakni tugas mendidik dalam kehidupan
keluarga agar dapat menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia, dalam hal ini
bentuk dari Keluarga Kristen. Keluarga sebagai suatu komunitas,1 oleh karena keluarga
menjadi lingkungan pembinaan pertama dan utama serta mendasar untuk kehidupan dan
suatu wadah yang dalamnya terdapat nilai-nilai hidup dan kehidupan berdasarkan apa
yang diajarkan dalam agama Kristen pada seseorang. Dengan sebuah harapan agar orang
tersebut dapat hidup dalam persekutuan cinta kasih antar pribadi anggota keluarga yang
berpedoman pada iman dalam Tuhan Yesus Kristus. Iman yang hidup dan
diwujudnyatakan dalam sikap dan tindakan nyata pada kehidupan sehari-hari, di mana
sikap dan tindakan tersebut disebut dengan nilai-nilaivaluesyang merupakan standard
yang ditetapkan Allah sendiri. Nilai di sini dapat dimengerti secara sederhana sebagai
1 Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 23.
2
segala sesuatu yang positif, indah, baik, benar, menyenangkan dan berguna bagi
kehidupan pribadi maupun orang lain.
Sebagai pemberian Tuhan yang tak ternilai harganya keluarga Kristenlah yang
memegang peranan penting dalam Pendidikan Agama Kristen.2Seseorang yang dididik
dalam keluarga sejak usia dini penting untuk mendapatkan Pendidikan Agama Kristen
dalam dirinya sebagai bekal pembentukan yangakan dipegang dalam kehidupan di masa
mendatang. Dengan menerima pendidikan itu, segala pelajar, muda dan tua, memasuki
persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri.Oleh Dia mereka terhisab dalam
persekutuan Jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya disegala waktu
dan tempat.Tugas pendidikan yang diteruskan orang tua kepada anak-anaknya merupakan
suatu makna bahwa orang tualah yang berperan sebagai pendidik utama bagi anak-anak
mereka.Selain Pendidikan Agama Kristen dalam keluarga, gereja juga sangat berperan
dalam memperkenalkannilai Kristiani yang ada padakehidupankeluarga Kristen. Gereja
sebagai sebuah lembaga tentunya tidak hanya mengabarkan berita injil semata melainkan
juga mengajarkan nilai Kristiani dalam setiap pengajaran yang dilakukan didalamnya
dengan berpedoman pada firman Tuhan. Firman yang mengajarkantentang kasih harus
dimiliki oleh setiap jemaat dengan beragam pengajaran tentangiman dalam Tuhan Yesus
Kristus sebagai kepala gereja.Iman yang ditanamkan lewat nilai Kristiani inilah yang
harus memiliki hubungan dalam kehidupan keluarga Kristen untuk dapat menjadi
keluarga yang seutuhnya bertumbuh didalam kasih Kristus dengan satu bentuk kehidupan
yang taat dan takut kepada Tuhan.
2 I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal 144.
3
Keluarga Kristen yang senantiasa turut serta dalam hidup dan perutusan gereja,
terdapat beberapa tugas pokok keluarga Kristen sebagai tugas menggereja mengingat
ikatan mendalam yang menghubungkan gereja dan keluarga Kristen dengan membentuk
keluarga sebagai gereja mini Ecclesia domestica atau gereja rumah tangga,3 yakni suatu
komunitas yang diselamatkan dan menyelamatkan.4Oleh karena itu gereja menjadi
komunitas orang-orang yang mengaku Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya. Gereja mengesahkan iman melalui baptisan dan mewujudkan Kerajaan
Allah sebagaimana yang diberitakan oleh Tuhan Yesus dalam perkataan dan perbuatan-
Nya,dengan melakukan tiga misi gereja sebagai pemenuhan Kerajaan Allah yakni
Koinonia, Diakonia dan Marturia sebagai kesempurnaan dari Kerajaan Allah yang penuh
dengan kasih.5 Gereja mendorong dan membimbing keluarga Kristiani untuk
memberikan pelayanan kasih, sehingga keluarga itu dapat meneladan dan menghayati
kembali pemberian diri dan kasih pengorbanan Tuhan Yesus bagi seluruh bangsa
manusia. Keluarga Kristiani disamping menjadi buah dan tanda kesuburan adikodrati
gereja, juga merupakan lambang saksi dan pengambil bagian dalam keibuan gereja.6
Peranan keluarga yang menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi lain dalam posisi dan situasi tertentu. Setiap
keluarga menemukan didalam dirinya sendiri panggilan yang tidak dapat diabaikan, yang
menentukan kekhasan martabat maupun tanggung jawabnya.7Maka dari itu keluarga
harus kembali ke “asal-usul karya penciptaan Allah”, karena keluarga dibangun sebagai
3I. H. Enklaar,Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), hal 91.
4 Maurice Eminyan, SJ, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 217.
5Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hal 66.
6A. Widyamartaya, Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal 92.
7A. Widyamartaya,Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal 39.
4
persekutuan mesra yang hidup dan kasih. Keluarga mempunyai tugas perutusan untuk
makin menjadi sesuatu sesuai dengan hakikatnya, yakni persekutuan hidup dan kasih
dengan suatu usaha yang akan mencapai pemenuhannya dalam Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah yang terdapat kedamaian dan keadilan, keutuhan dan kesempurnaan, juga
kebahagiaan dan kebebasan sebagai pemberian dari kuasa Allah.8Oleh karena itu
keluarga mempunyai perutusan untuk menjaga, menyatakan dan menyampaikan cinta
kasih sebagai pencerminan hidup dari partisipasi nyata dalam kasih Allah kepada sesama
manusia dan kasih Kristus kepada gereja.9
Penulis lebihmemperhatikan pada satu titik saja yakni nilai keadilan dalam
kehidupan keluarga Kristen. Bukan berarti nilai-nilai yang lainnya tidak penting,
melainkan nilai-nilai tersebut jugaturut membawa pengaruh dalam kehidupan
seseorang.Pada hakikatnya keadilan adalah kata sifat yang artinya adalah sifat adil, tidak
berat sebelah.Sifat ini merupakan salah satu sifat manusia, orang yang adil adalah orang
yang tidak pilih kasih.10
Dalam kitab Perjanjian Lama,11
keadilan memiliki makna khas
bahwa Tuhanlah yang mewujudkan keadilannya melalui perbuatan belas kasihan dan
tindakan penyelamatan. Sedangkan dalam Perjanjian Baru12
makna keadilan itu sama
dengan kuasa Allah yang menyelamatkan.Dalam hubungan ini, maka yang menjadi dasar
dan motif keadilan menurut pemahaman alkitab ialah kasih dan pengorbanan
sebagaimana harus ditampakkan dalam kehidupan konkret sehari-hari oleh orang
8Thomas H. Groome, Christian Religious Education, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hal 53.
9A. Widyamartaya,Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal 40.
10Al. Andang L. Binawan, Keadilan sosial Upaya Mencari Makna Kesejahteraan Bersama di Indonesia,
(Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2004), hal 13. 11
Lihat Yes 11:4, Mzm 135:14,140:12, Yer 12:1. 12
Lihat Roma. 1:16,17, 2 Tim 2:22, Ef 5:9.
5
beriman.13
Pada akhirnya keadilan dapat dipahami sebagai cara Allah berada dan
bertindak oleh karena keadilan adalah anugerah Allah dan sekaligus sebagai sesuatu yang
harus dikerjakan.14
Jikalau setiap keluarga Kristen benar-benar mau dan mampu
mewujudkan serta memancarkan makna keadilan diatas dalam kehidupannya, maka
keluarga itu telah menjalankan fungsinya sebagai garam dan terang dengan baik. Dengan
demikian ia telah memberikan dan memancarkan keadilan yang berasal dari Allah
sehingga mereka yang ada dalam keluarga akan menjumpai perbuatan yang baik dan adil
antara hubungan dalam keluarga.15
Inilah yang perlu menjadi perhatian penting dalam
kehidupan keluarga terutama peran orang tua dalam tugas mendidik anaknya berdasar
pada nilai-nilai Kristiani dalam menanamkan dan menimbulkan kesadaran dalam diri
anak akan rasa keadilan sejati, yakni nilai yang membuahkan sikap hormat terhadap
martabat pribadi setiap orang sebagai nilai dasar yang diwujudnyatakan dalam kehidupan
keluarga dengan menerapkan sikap adil yang meluap dari cinta kasih terhadap sesama.
Dalam menerapkan keadilan sebagai salah satu nilai dalam kehidupan keluarga
Kristen perlu juga melihat satu bentuk proses sosialisasi yang membawa pengaruh
penting dalam menerapkan dan melakukan nilai keadilan.Secara sederhana sosialisasi
merupakan proses pendidikan yang berlaku wajar dengan sendirinya, yang dalamnya
orang tua, persekutuan meneruskan pengetahuan, kebiasaan, nilai-nilai kepada anak-anak,
anggota keluarga mereka dan dari generasi ke generasi yang terjadi baik secara tidak
sadar maupun sadar.16
Groomemengemukakan bahwa sosialisasi Kristen disini sangatlah
13
Sutarno, Di Dalam Dunia Tetapi Tidak Dari Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 164. 14
Komisi internasional, Buku Pegangan Bagi Promotor Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan
Ciptaan,(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal 21. 15
Di Dalam Dunia Tetapi Tidak Dari Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 167. 16
N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hal 184.
6
penting dalam membentuk identitas manusia Kristen. Hanya melalui identitas Kristen
itulah iman Kristen dimungkinkan tumbuh.17
Sosialisasi sebagai interaksi yang akan
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya manakala interaksi sosial yang berawal
dari lingkungan keluarga sangatlah penting karena memberi standar perilaku sesuai
dengan tuntutan apa yang dianggap benar dan salah tentang suatu hal. Anak-anak dalam
keluarga Kristen disini melalui interaksinya dengan kedua orang tuanya akan mengalami
sosialisasi yang pada gilirannya akan membentuk identitas diri seorang anak menjadi
identitas diri seorang Kristen. Keluarga adalah sekolah pertama dan mendasar untuk
hidup bermasyarakat sebagai persekutuan cinta kasih, olehnya keluargamenemukan
pemberian diri sebagai sesuatu yang membimbingnya dan mempertumbuhkan,18
Dengan adanya masalah tersebut, maka penulis mengangkat judul:
“Penerapan Nilai Kristiani Dalam Kehidupan Keluarga Kristen”
Studi Kasus Tentang Penerapan Keadilan Sebagai Nilai Dasar Dalam Keluarga
Kristen di Jemaat GPIB Immanuel, Semarang
1. 2. RUMUSAN MASALAH
Pada rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mencoba
merumuskan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini, yaitu :
1. Apakah keluarga Kristen yang terdapat di Jemaat GPIB Immanuel Semarang sudah
menerapkan nilai keadilan dalam keluarga mereka?.
17
N. K. Atmadja Hadinoto, Dialog Dan Edukasi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hal 191. 18
A. Widyamartaya,Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal 74.
7
2. Bagaimana nilai Kristiani terlebih khusus nilai keadilan dalam ajaran Kristen
diterapkan dalam kehidupan keluarga Kristen di Jemaat GPIB Immanuel Semarang?.
1. 3. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini hendak
mendeskripsikan penerapan nilai keadilan yang terdapat dalam kehidupan keluarga di
Jemaat GPIB Immanuel, Semarang
1. 4. BATASAN MASALAH
Nilai Kristiani merupakan satu tema yang memiliki cakupan yang luas, maka
penulis membatasi penyusunan skripsi ini hanya pada nilai keadilan sebagai suatu hal
yang memiliki pengaruh dengan kehidupan keluarga yang ada pada saat ini. Sebab itu
keluarga Kristen seharusnya mampu menerapkan nilai keadilan dalam kehidupan mereka
sebagai citra keluarga yang sadar akan tugas dan tanggung jawab mendidik yang mereka
lakukan dengan mengangkat keluarga sebagai bentuk dari gereja kecil.
1. 5. METODE PENELITIAN
1. 5a. Jenis Penelitian
Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini, penulis lebih menggunakan
metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Oleh karena, penelitian
kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia
sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis secara
induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori-teori dasar
8
Grounded Theory, dan bersifat deskriptif.19
Berdasarkan hal itulah penulis berpusat pada
penelitian di Jemaat GPIB Immanuel, Semarang.
Sedangkan jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, yaitu
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fenomena yang
diselidiki.Jenis deskriptif berusaha menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala
tertentu.20
Dalam hal ini penulis hendak mendiskripsikan nilai Kristiani berkaitan dengan
nilai keadilan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel, Semarang.
1. 5b. Tekhnik Pengumpulan Data dan Sumber Data
a) Data Primer dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data antara
lain:
- Tekhnik Wawancara langsung, yakni percakapan dengan maksud tertentu
yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai, yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.21
Wawancara mendalam yang penulis lakukan di sini lebih
ditujukan kepada informan kunci yaitu pendeta, majelis jemaat dan beberapa
anggota keluarga dalam lingkup Jemaat GPIB Immanuel Semarang.
19
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal 27. 20
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), hal 136-137. 21
Imam Suprayogo dan Tobroni,Metode Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2003), hal 135.
9
Wawancara tersebut dilakukan secara langsung, di mana pewawancara
dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan,
dan jawaban responden dicatat pewawancara.22
Dalam menggunakan metode
ini penulis menggunakan model wawancara terbuka, yaitu responden
menyadari dan mengetahui tujuan wawancara.23
- Selanjutnya adalah tekhnik Pengamatan atau Observasi, disini peneliti
datang ke tempat penelitan untuk melihat dan mengamati bagaimana
kehidupan keluarga Kristen yang terdapat di jemaat Immanuel, Semarang. Hal
ini penulis lakukan agar dapat memperoleh data yang lengkap untuk dapat
membantu penyusunan penelitian ini. Dalam hal pengumpulan data di
lapangan, dengan memanfaatkan pengamatan bisa efektif, namun pengamat
sendiri harus berhati-hati memanfaatkannya.24
- Tekhnik FGD(Focus Group Discusion), pengambilan data kualitatif melalui
FGD memiliki kelebihan dalam memberikan kemudahan dan peluang bagi
peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi,
sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan, di mana dalam FGD
mengandung 3 kata kunci, yakni: diskusi, kelompok dan terfokus untuk dapat
mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang
memiliki latar belakang berbeda-beda.25
Dalam tahap pelaksanaannya, FGD
22
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial &Hukum, (Jakarta: Ranit, 2004),hal 72. 23
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian
Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),hal 155. 24
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal 134. 25 http://bincangmedia.wordpress.com/2011/03/28/relasi-media-dan-konsumtifisme-pada-remaja/, diakses
tanggal 23 Mei 2012, 11.32.
10
dilakukan kepada beberapa keluarga yang terdapat bapak, ibu dan anak di
dalamnya yang terdiri dari 5-7 orang.
b) Data Sekunder
Data sekunder didapat melalui studi kepustakaan yang berkaitan dengan
keadilan, gereja, pendidikan agama Kristen dan Keluarga,hal ini bertujuan
untuk mendapatkan data secara lengkap guna menentukan tindakan yang akan
diambil sebagai langkah penting dalam penelitian.26
Penulis juga
membutuhkan data-data tertulis yang terdapat di artikel online, karena data-
data tersebut juga akan sangat membantu penulis memperoleh data yang lebih
lengkap.
1. 6. MANFAAT PENELITIAN
Bagi Keluarga, penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, untuk memberikan
suatu pemahaman bagi keluarga-keluarga Kristen tentang nilai-nilai Kristiani dan
penerapan nya terlebih khusus nilai keadilan, oleh karena hal ini merupakan satu
bentuk ajaran Kristen yang harus dipahami dan dilakukan dengan suatu kewajiban
tanggung jawab iman kepada Yesus Kristus. Sehingga keluarga Kristen yang ada
pada saat ini mengerti dan memahami apa yang menjadi tugas mereka sebagai
pribadi Kristen, tidak hanya sebagai suatu identitas semata melainkan sebagai
suatu tujuan yang akan dicapai.
Bagi Gereja, manfaat dari penelitian ini agar dapat memahami dan mengerti satu
bentuk tugas yang harus dilakukan kepada jemaat, agar jemaat tidak hanya sekedar
beribadah, berdoa dan memuji nama Tuhan, melainkan tugas perutusan yang harus
dilaksanakan dengan titik fokus mengajarkan nilai-nilai dalam ajaran Kristen
26
Joko Subagiyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),hal 109.
11
terlebih nilai keadilan kepada setiap pribadi Jemaat maupun dalam keluarga agar
mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Mahasiswa, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pemahaman dan
pengetahuan mereka akan satu bentuk ajaran penting dalam agama Kristen yang
harus selalu diterapkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sekedar
mengakui dan memegang identitas Kristen semata, tetapi juga mengerti apa yang
seharusnya dilakukan sebagai seorang Kristen.
Bagi Fakultas, penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pemahaman dan
pengetahuan yang ada, terlebih dalam bidang pendidikan agama Kristen yang
menjadi salah satu mata kuliah di fakultas Teologi, pendidikan agama Kristen
merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan pribadi Kristen saat ini.
Terlebih bagi fakultas yang senantiasa membentuk citra diri seorang pribadi calon-
calon pelayan Tuhan.
1. 7. GARIS BESAR PENULISAN
Pembahasan dalam Bab I merupakan pendahuluan dari penelitian ini yang di
dalamnya meliputi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,
Pembatasan Masalah, Metode Penelitian, Manfaat dan Sistematika penulisannya.
Dalam Bab II, akan dikaji mengenai apa itu gereja, pendidikan agama Kristen,
keluarga, sosialisasi dan keadilan secara umum dengan penjelasan dari beberapa ahli
yang berpendapat mengenai ajaran Kristen. Juga proses sosialisasi nilai-nilai Kristen
berkaitan dengan nilai keadilan yang dilakukan dalam keluarga, terutama pada
12
pandangan mereka mengenai ajaran Kristen dan dalam kaitannya dengan kehidupan
keluarga yang ada saat ini.
Bab III. Dalam isi bab ini akan disajikan beberapa penjelasan mengenai data rinci
dari lapangan dimana penulis melakukan pengamatan pada Jemaat GPIB Immanuel
Semarang sebagai objek utama dari penelitian ini, dengan menganalisa langsung hasil
penelitian berdasarkan pada Kajian Pustaka.
Bab IV, pada bab ini akan merupakan kesatuan dari Bab III dengan melakukan
refleksi terhadap penerapan nilai keadilan sebagaimana Ajaran Kristiani yang terdapat
dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, serta pengaruh apa
yang ditimbulkan ketika individu dalam keluarga menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari, oleh karena itu bagian ini hampir menjawab keseluruhan dari penelitian
ini.
Bab V, merupakan kesimpulan hasil dari penelitian dan juga saran-saran yang
disampaikan oleh penulis, baik bagi keluarga Kristen, gereja, juga bagi fakultas
sebagai suatu wadah yang mendidik mahasiswa, terlebih pemahaman masyarakat
awam pada umumnya mengenai nilai keadilan dalam ajaran Kristen yang terdapat
dalam konteks kehidupan masing-masing.