Upload
dinhtuong
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Manajemen Peralatan merupakan salah satu bagian dari unsur-unsur
manajemen secara menyeluruh dalam kaitannya dengan pengertian
manajemen, yaitu: pencapaikan tujuan melalui orang lain,dilengkapi unsur-
unsur uang (money), mesin atau peralatan (machine), serta bahan (material),
yang tergabung bersama-sama dalam proses pencapaian sasarannya
berdasarkan metode pelaksanaan yang digariskan (method).
Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai atau dalam wujud
pengelolaan peralatan dalam usaha pencapaian sasaran manajemen secara
keseluruhan sebagai induknya.
Untuk penanganan Jalan dan Jembatan, antara lain pembangunan
baru/pemeliharaan rutin/pemeliharaan berkala/peningkatan jalan dan
jembatan, maka kegiatan fisik proyek itu merupakan satu kesatuan proses
manajemen secara menyeluruh, yang di dalamnya ada unsur-unsur
manajemen personalia (man), manajemen keuangan yang menyangkut
pembiayaan (money), manajemen peralatan (machine), material, dan
dilandasi dengan tata cara atau metoda pelaksanaan proyek baik yang yang
bersifat teknis, manajerial maupun non teknis.
1.2. Manajemen Peralatan
Manajemen Peralatan tidak hanya meliputi bagaimana cara mengatur
peralatan atau mengelola peralatan untuk melaksanakan pekerjaan saja,
melainkan merupakan siklus peralatan atau proses manajemen peralatan
sudah dimulai sejak peralatan direncanakan untuk disediakan/diadakan
sampai peralatan tadi tidak ada lagi atau dihapus dari inventarisasi.
Jadi Manajemen Peralatan dapat diartikan sebagai proses pengelolaan
peralatan sejak peralatan direncanakan pengadaannya, sampai peralatan
tersebut dihapus.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
2
Tahapan proses kegiatan secara utuh manajemen peralatan secara garis
besarnya meliputi kegiatan-kegiatan :
Perencanaan Pengadaan
Pengoperasian
Pemeliharaan dan Perbaikan
Penghapusan
Kegiatan khusus yang menunjang semua kegiatan-kegiatan di atas adalah
kegiatan pencatatan data inventarisasi peralatan dan pencatatan data riwayat
peralatan.
Pencatatan inventarisasi peralatan ini penting karena peralatan adalah aset
atau modal kekayaan perusahaan, sedangkan pencatatan data riwayat
peralatan diperlukan sebagai data penunjang dalam monitoring sebagai bahan
untuk evaluasi peralatan. Kegiatan ini biasa disebut sebagai kegiatan
pengendalian.
Jadi data-data yang diperoleh sebagai hasil monitoring serta data hasil
evaluasi peralatan diatas serta dilengkapi data inventarisasi peralatan sangat
berguna dalam menunjang kegiatan-kegiatan perencanaan pengadaan
peralatan, pengoperasian peralatan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan,
serta kegiatan penghapusan.
1.3. Pengenalan peralatan
Untuk dapat memberikan hasil yang baik dalam manajemen peralatan, maka
setiap individu yang terkait dalam setiap kegiatan dalam proses manajemen
peralatan dituntut untuk semaksimal mungkin mengenal peralatan yang
ditangani.
Mengenal jenis-jenis peralatan serta fungsinya atau kegunaannya disamping
cara kerjanya serta apa produksinya dan bagaimana indicator mengukurnya,
namun tidak perlu sampai harus mengetahui bagaimana tata cara
mengoperasikannya (kecuali operator).
Merencanakan kebutuhan peralatan tidak mungkin akan memberikan hasil
yang baik apabila tidak mengenal betul jenis-jenis peralatan serta
fungsi/kegunaannya, padahal keberhasilan pekerjaan berawal dari
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
3
perencanaan kebutuhan dan perencanaan pengadaan peralatan. Kita semua
tahu bahwa tujuan penggunaan peralatan adalah untuk pencapaian sasaran
pekerjaan sesuai dengan persyaratan mutu, waktu dan biaya yang telah
ditentukan.
Peralatan sesuai dengan jenis/macam kegiatannya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
Jenis kegiatan Peralatan
Pemindahan Tanah
(Earth moving)
: Bulldozer
Loader
Motor Grader
Excavator
Pemadatan
(Compacting)
: 3 Wheel Roller
Tandem Roller
Vibrating Compactor
Pedestrian Roller
Vibrating Tamper
Vibrating Rammer
Pneumatic Tyre Roller
Pengangkutan
(Hauling)
: Dump Truck
Motor Scraper
Agitator Truck
Penghamparan
(Paving/Spreading)
: Asphalt Finisher
Concrete Finisher
Aggregate/Chip Spreader
Asphalt Sprayer/Asphalt Distributor
Peralatan Produksi
(Plant)
: Stone Crushing Plant
Asphalt Mixing Plant
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
4
Concrete Plant
Pengeboran
(Drilling)
: Percussion Drill
Bore Pile
Hammer Drill
Pemancangan
(Piling)
: Pile Hammer
Alat Angkat
(Lifting)
: Crane
Forklift
Lift Platform
Transportasi
(Transportation)
: Truck
Trailer
Jeep
Pick Up
Bus
Alat Pemotong
(Cutting)
: Asphalt/Concrete Cutter
Milling Machine
Soil Stabilizer
Groving Equipment
Peralatan Bantu
(Supporting Equipment)
: Water Tank Truck
Fuel Tank Truck
Air Compressor
Generating Set
Water Pump
Pengeruk Lumpur
(Dredging)
: Dredger
Dragline Crane
Clam Shell Crane
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
5
Bagan Alir Manajemen Peralatan
Dalam bagan di atas digambarkan bahwa Pengendalian Peralatan seolah-olah
sebagai pusat kegiatan dalam proses manajemen peralatan, namun
sebenarnya tidak berarti demikian.
Pengendalian peralatan yang didalamnya berisi data informasi mengenai
peralatan akan selalu dibutuhkan bagi setiap pelaksanaan kegiatan yaitu
kegiatan perencanaan, pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan, serta
kegiatan penghapusan. Sebaliknya segala informasi data dari setiap kegiatan
harus dicatat dan dilaporkan ke pengendalian peralatan, sehingga data
mengenai peralatan yang tercatat di pengendalian peralatan akan selalu
mutakhir atau up to date.
Pengendalian peralatan secara utuh diperlukan untuk mengevaluasi sejumlah
invertasi dan sasaran kinerja yang dicapai memenuhi target apa tidak
selanjutnya juga diperlukan untuk memberikan umpan balik dalam proses
siklus manajemen peralatan.
PERENCANAAN PENGADAAN
PENGENDALIAN
PEMELIHARAAN DAN
PERBAIKAN
PENGHAPUSAN PENGOPERASIAN
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
6
BAB II
DASAR-DASAR PENGGUNAAN PERALATAN
2.1. Pengertian Manajemen Peralatan
Manajemen adalah usaha untuk mencapai tujuan (sasaran) melalui orang-
orang lain “ Get Things Done Through Other People ”.
Proses usaha dari seseorang pemimpin dengan menggunakan pemikiran
ilmiah maupun praktis.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditemukan.
Melalui kerja sama dengan orang-orang lain sebagai daya manusia.
Serta dengan memanfaatkan sumber-sumber daya lainnya yang tersedia.
Dengan setepat-tepatnya dan dalam waktu yang telah ditentukan serta
dengan anggaran biaya yang telah direncanakan.
1. U s a h a
a. Pimpinan melakuklan usaha melalui pendelegasian wewenang pada
staf.
b. Pimpinan perlu, bahkan harus melaksanakan usaha meyakinkan
adanya rangkaian kegiatan agar tujuan berhasil.
c. Rangkain kegiatan dan fungsi-fungsi.
2. Ciri-ciri Manajemen
a. Manajemen selalu diterapkan terhadap suatu kelompok, bukan
terhadap individu tertentu
b. Manajemen selalu mengandung pengertian ada tujuan yang akan
dicapai kelompok
Dari banyak konsep-konsep dasar manajemen antara lain :
a. Gullick
b. Fayol
c. Allen
d. Spriegel
e. Urwick
f. Newman
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
7
g. Koontz & George
h. Terry & George
i. Siagian
j. Dll.
Dasar dari teori Terry & George yang paling dapat diterima yaitu:
P.O.A.C.
Planning : Apa yang harus dilakukan
Kapan
Dimana
Bagaimana
Organizing : Siapa – untuk siapa
Dengan kewenangan seberapa
Dengan sarana dan lingkungan kerja
bagaimana
Actuating : Membuat semua anggota kelompok
melakukan tugasnya
Yang telah ditentukan dengan sepenuh hati
dan kerja sama dengan baik
Controlling : Apakah tugas telah dilaksanakan sesuai
ketentuan
Pengendalian rencana
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
8
PENGELOMPOKAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN ORGANIK
1. Gullick, Luther
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Coordinating
f. Reporting
g. Budgeting
2. Fayol, Herry
a. Planning
b. Organizing
c. Commanding
d. Coordinating
e. Controlling
3. Allen, Louis A.
a. Leading
b. Planning
c. Organizing
d. Controlling
4. Spriegel, william
a. Planning
b. Organizing
c. Controlling
5. Urwick, Lindal F.
a. Forecasting
b. Planning
c. Organizing
d. Commanding
e. Coordinating
6. Controlling Newman, Wiiliam
a. Planning
b. Organizing
c. Commanding
d. Assembling of Resources
e. Directing
f. Controlling
7. Roontz, Donnel
a. Planning
b. Organizing
c. Staffing
d. Directing
e. Controlling
8. Terry, George, R
a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
d. Controlling
9. Siagian, SP
a. Planning
b. Organizing
c. Motivating
d. Controlling
Manajemen : Get Thing Done Though Other People
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
9
Fungsi-fungsi Manajemen
Meskipun fungsi-fungsi manajemen yang disampaikan oleh para ahli berbeda,
tetapi dari pendapat para ahli seperti tersebut dibawah, terdapat tiga fungsi
yang sama, yaitu :
a. Planning
b. Organizing
c. Controlling
Fungsi-fungsi manajemen menurut beberapa ahli
Herry Fayol
Koontz O’donnel
George Terry
Ernest Dale
Wiiliam Newman
P L A N N I N G
O R G A N I Z I N G
C O N T R O L L I N G
COMMANDING STAFFING ACTUATING STAFFING ASSEMBLING OF RESOURCES
COODINATING DIRECTING DIRECTING DIRECTING
INNOVATING
REPRESENTING
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tenaga ahli Mahoney dan kawan-
kawan ditemukan bahwa meskipun semua manajer (dari yang terendah
sampai yang tertinggi) melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, tetapi
pencurahan waktunya untuk masing-masing fungsi berbeda. Pada umumnya
gambarannya adalah sebagai berikut:
Manajemen Pertama : Utamanya pada pengawasannya
Manajemen Menengah : Utamanya pada perencanaan
Manajemen Tinggi : Utamanya pada koordinasi
Dalam pembahasan dasar-dasar manajemen di Indonesia, fungsi-fungsi
manajemen George Terry banyak diikuti. Oleh karena itu dalam catatan
ringkas inipun diikuti fungsi-fungsi manajemen Geotge Terry, yajni POAC.
M A N A G E M E N T
Apakah proses mencakup hal-hal berikut ?
PLANNING ORGANIZING ACTUATING CONTROLLING
Sarana pendukung untuk mencapai efisiensi
MENCAPAI TUJUAN
Machine Method Material MAN Money
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
11
Dari teori manajemen diatas bisa kita ambil pendekatan dalam penggunaan
peralatan sebagai berikut :
Manajemen adalah proses usaha dari seseorang pemimpin dengan
menggunakan pemikiran ilmiah maupun praktis. Untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan, serta dengan memanfaatkan sumber-sumber daya lainnya
yang tersedia. Dengan setepat-tepatnya dan dalam waktu yang telah
ditentukan serta dengan anggaran biaya yang telah direncanakan .
Adapun relevansi sasaran dari fungsi manajemen bila dipergunakan untuk
menangani peralatan fungsi-fungsi kita rumuskan kedalam sasaran yang harus
dicapai sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia
a. Berperilaku baik dan terampil
b. Mampu dan mau memelihara peralatan dengan baik
c. Mampu dan mau mengopersikan peralatan dengan baik.
2. Material
Sesuai dengan spesifikasi teknis baik secarak kualitas maupun kuantitas.
3. Mesin/Peralatan (Machine)
a. Investasi yang digunakan harus bisa mencapai dan mempertahankan
performance secara terus menerus sesuai standar spesifikasi .
b. Pengoperasian harus bisa mencapai produktivitas standar kapasitas
ataupun kualitas
c. Peralatan harus selalu siap pada waktunya.
4. Metode (Method)
a. Mengetahui metode kerja yang baku
b. Secara dinamis dan stabil bisa memilih metode yang efektif.
5. Biaya (money)
a. Bisa menyusun program kerja dan program pembiayaan yang
rasional.
b. Dalam menentukan angka-angka pada proses forecasting dan
pengambilan asumsi sudah teruji secara teoritis, statistik dan
aplikatif.
c. Memahami administrasi keuangan dan administrasi kontrak guna
merealisasikan pos-pos penanganan peralatan yang diperlukan
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
12
2.2. Pengenalan Peralatan
Dapat dikelompokan dengan dua cara :
a. Sesuai dengan fungsinya
Alat pemindahan tanah
Alat pemadat
Alat pengangkut
Alat penutup perkerasan
Sekumpulan alat untuk produksi (plant), misal batu pecah, aspal,
beton dan semen beton.
b. Sesuai dengan peruntukannya :
Pembuatan dan pembentukan badan jalan
Produksi agregat
Pembuatan badan jalan
Pengaspalan
Pelaksanaan jembatan
Equipment Grouping
Earth Moving Equipment
1. Bulldozer (Crawler,Wheel) 2. Loader (Crawler, Wheel) 3. Motor Grader 4. Excavator (Crawler, Wheel)
Compacting Equipment
1. Tandem Roller 2. Pedestrian Roller 3. Vibrating Tamper 4. Vibrating Rammer 5. Three Wheel Roller 6. Tyre (Pneumatic) Roller 7. Vibrating Compactor 8. Combination Roller 9. Sheep Foot Roller
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
13
1. Motor Scraper 2. Dump Truck 3. Agitator Truck
Hauling Equipment
1. Asphalt Finisher 2. Concrete Finisher 3. Agregate / Chip Speader 4. Asphalt Sprayer / Distributor
Paving / Spreading Equipment
1. Stone Crushing Plant 2. Asphalt Mixing Plant 3. Concreta Plant / Mixer
1. Percussion Drill 2. Bore Pile 3. Hammer Drill Drailing / Boring Equipment
Plant Equipment
Piling Equipment 1. Pile hammer (Diesel, Vibro)
Lifting Equipment
1. Crane 2. Lift Platfrom 3. Forklift
Transportation Equipment
1. Truck 2. Trailer 3. Jeep 4. Pick Up 5. Bus
1. Water Tank Truck 2. Fuel Tank Truck 3. Generating Set 4. Air Commpressor 5. Water Pump 6. ETC
Supporting Equipment
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
14
Kelompok Peralatan Utama
1. Pembukaan & pembentukan badan jalan
a. Bulldozer
b. Motor Scraper
c. Vibrating Compactor
d. Motor Grader
e. Loader
f. Dump Truck
g. Sheep Foot Roller
2. Produk Aggregat
a. Stone Crushing Plant
b. Loader
c. Bulldozer
d. Dump Truck
3. Pembuatan Badan Jalan
a. Bulldozer
b. Motor Grader
c. Vibrating Roller
d. Dump Truck
e. Water Tank
4. Pengaspalan
a. Asphalt Mixing Plant
b. Asphalt Paving machine ( Finicher)
c. Pneumatic (Tyre) Roller
d. Tandem Roller
e. Asphalt Sprayer / Distributor
f. Dump Truck
1. Soil Stabilizer 2. Catter / Milling Machine 3. Groving Equipmen 4. Asphalt / Concrete Cutter
Cutting / Milling Equipment
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
15
5. Pembuatan Jembatan
a. Crawler Crane
b. Pile Hammer
c. Exavator
d. Concrete Mixer
2.3. Siklus Peralatan
Siklus peralatan dimulai dari perencanaan kebutuhan peralatan sampai
peralatan dihapus. Adapun aspek-aspeknya adalah sebagai berikut :
2.3.1. Perencanaan
a. Dibuat rencana kerja
b. Direncanakan :
c. Lokasi Quarry (Crushing Plant)
d. Lokasi Asphalt Mixing Plant (AMP)
e. Ditentukan :
f. Alat-alat yang diperlukan
g. Kapan diperlukannya
h. Spesifikasi
Dari data-data yang didapat dari kegiatan tersebut, dihitung dengan
cermat
1. Alat-alat yang diperlukan
2. Alat-alat yang ada
3. Kekurangannya
4. Kapan diperlukan
2.3.2. Pengadaan
Setelah jelas dan terperinci kebutuhan alat yang diperlukan, diadakan
rencana pengadaan :
a. Beli Baru
b. Sewa / Beli (leasing)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
16
c. Sewa dari Dep. Kimpraswil
d. Sewa dari Swasta
e. Sewa dari L C/P H
Kelebihan dan kekurangan tiap-tiap alternatif
2.3.3. Pengoperasian
Disesuaikan dengan seksama dengan jadwal peralatan dan
ketersediaan peralatan perhitungan biaya operasi dan biaya
pemeliharaan.
2.3.4. Pemeliharaan
Jenis-jenis pemeliharaan
a. Pemeliharaan Rutin
b. Pemeliharaan Berkala
c. Perbaikan Ringan
d. Perbaikan Berat
2.3.5. Penghapusan
Setelah peralatan tidak ekonomis lagi untuk dipakai dimana terjadi
biaya operasi dan biaya pemeliharaan tidak seimbang dengan produksi
yang dihasilkan, maka peralatan harus dihapus, dikeluarkan dari daftar
inventaris.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
17
BAB III
PENGELOMPOKAN PERALATAN
Dalam bab ini akan diuraikan macam-macam peralatan, fungsi serta cara
kerja dan hal-hal teknis lainnya yang berlu diketahui sebagai dasar pengenalan
terhadap peralatan.
Uraian selanjutnya akan dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu kelompok
peralatan pemindahan tanah, dan kelompok peralatan lain-lain yang dikaitkan
dengan fungsinya.
3.1 Kelompok Peralatan Pemindahan Tanah
3.1.1. Excavator
Peralatan ini fungsinya adalah untuk memindahlan tanah (tanah
dasar ) dari lokasi asalnya ke lokasi lain yang tidak jauh atau jarak
perpindahannya dekat sekali, yaitu di sekitar alat itu sendiri (di
sampingnya atau di belakangnya).
Dari perbedaan cara operasinya maka dikenal ada 2 macam excavator,
yaitu Backhoe Exchavator dan Excavator Shovel.
Backhoe Excavator cara kerjanya sama dengan cangkul, jadi
mengambil tanah dengan cara menggali yang berada sama atau lebih
rendah dari permukaan tempat dia berpijak. Sedangkan Excavator
Shovel cara kerjanya sama seperti sekop, jadi baik untuk mengambil
tanah dari tempat yang lebih tinggi atau dari bukit.
3.2. Kelompok Peralatan Lain-lain
Berikut ini diuraikan beberapa jenis peralatan lain-lain yang penting secara
ringkas disertai kegunaannya serta data utama yang harus diketahui dan
diperhatikan dari tiap-tiap peralatan yang bersangkutan.
Kelompok peralatan lain-lain ini dalam uraiannya akan disusun lagi urutan
penjelasannya dalam grup-grup sebagai berikut :
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
18
Peralatan Pemecah Batu
Peralatan Produksi Campuran Aspal Dingin
Peralatan Stabilitasi Tanah
Peralatan Recycling
a. Peralatan Pemecah Batu (Stone Crushing Plant)
Setiap bangunan teknis sarana baik itu bangunan gedung, jalan dan
jembatan, bendungan atau dam, selalu dibutuhkan batu, khususnya
batu pecah atau agregat dengan ukuran-ukuran tertentu serta
spesifikasi bentuk tertentu yang secara teknis memenuhi persyaratan
untuk dipakai pada jenis konstruksinya.
Untuk memperoleh batu pecah atau agregat tersebut diperlukan
peralatan yang kita kenal yaitu Peralatan Pemecah Batu atau Stone
Crushing Plant.
Beberapa tipe Peralatan Pemecah Batu yang dikenal dan biasa dipakai,
yaitu Jaw Crusher, Cone Crusher, Impact Crusher, dan Roll
Crusher.
b. Peralatan Produksi Campuran Aspal Dingin
Peralatan ini biasa disebut sebagai Pan Mixer, karena bentuk tempat
pencampuran materialnya berupa panci bulat silinder tapi rendah.
Pada umumnya Pan Mixer ini dibuat mobile, artinya bisa ditarik untuk
dipindah-pindah ke lokasi lain dimana produk campuran aspal dinginnya
dibutuhkan (di lokasi proyek). Lain halnya dengan Pan Mixer yang
dipakai untuk produksi beton semen yang pada dasarnya konstruksinya
sama, hanya pada Pan Mixer untuk beton semen harus lebih tertutup
rapat pada pintu pembuangannya, karena memakai air yang lebih
mudah bocor keluar bila dibanding dengan aspal cair.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
19
Konstruksi
Pan Mixer terdiri dari Pan (panci) berbentuk silinder tapi berdinding
rendah yang diletakkan di atas chasis/rangka yang bisa ditarik dan
mempunyai sepasang roda.
Panci ini adalah tempat mencampur material campuran aspal dingin,
yaitu agregat, pasir atau agregat halus, serta aspal cair (bisa juga aspal
emulsi).
Di dalam panci ini ada sudu-sudu/sendok-sendok yang diputar melalui
poros mesin penggerak (biasanya mesin diesel). Lihat gambar pada
halaman sebelumnya.
Pada alas panci dibuat semacam lubang sebagai pintu pembuangan
produk campuran yang sudah selesai. Pada saat bekerja maka pintu ini
selalu harus tertutup, kemudian baru dibuka setelah diketahui bahwa
campuran sudah jadi atau sudah selesai baik. Pembukaan pintu ini
dilakukan secara manual.
Cara Kerja/Proses Pembuatan Produk
Tahapan proses pembuatan campuran aspal dingin bisa diuraikan
sebagai berikut:
Hidupkan dulu mesin penggerak (mesin diesel), kopeling penghubung
putaran ke pemutar sudu-sudu/sendok-sendok di dalam panci
pengaduk dinetralkan terlebih dahulu.
Setelah mesin cukup panas, maka kopling dihubungkan, sehingga
sudu-sudu di dalam panci pengaduk mulai berputar.
Apabila pan mixer ini masih baru atau belum pernah dipakai, atau
apabila pancinya bersih tidak ada bekas aspak terutama pada
alasnya, maka terlebih dahulu siramkan aspal cair ke dalam panci
secukupnya secara merata. Setelah itu baru kemudian dituangkan
agregat dan pasirnya sejumlah sesuai persentase dalam
campurannya.
Sambil material tadi diaduk terus, tuangkan aspal cair ke atasnya
sedikit sampai banyaknya aspal cair yang dituangkan tadi sesuai
dengan persyaratan campuran.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
20
Di dalam panci semua material di dalamnya diaduk-aduk oleh sudu-
sudu yang berputar sehingga campurannya merata. Selama
percampuran berlangsung, maka pintu pembuangan pada alas panci
pencampur harus ditutup.
Apabila campuran sudah baik, artinya semua material sudah
terselimuti aspal cair secara merata, maka pintu pembuangan dibuka
sehingga campuran aspal dinginnya akan jatuh keluar. Selama
pembuangan campuran berlangsung, sudu-sudu tetap diputar dan di
bawah pintu pembuangan disediakan tempat menampung hasil
campuran.
Apabila panci sudah bersih dari campuran tadi, maka pintu
pembuangan ditutup kembali dan proses pembuatan campuran baru
bisa dimulai lagi tanpa harus mematikan atau melepas kopeling
penghubung dengan urutan proses seperti sebelumnya (kali ini tidak
perlu disiram aspal cair dulu).
Catatan :
Penyiraman aspal cair ke dalam panci pertama kali di atas adalah agar
tidak terjadi gesekan langsung antara agregat dengan permukaan besi
alas panci yang sering menimbulkan kemacetan (sudu-sudu tidak bisa
bergerak).
Jumlah produk campuran untuk tiap kali pencampuran tergantung pada
besar kecilnya kapasitas pancinya. Pada umumnya kapasitas Pan Mixer
ini adalah antara 300 lt – 500 lt campuran.
c. Peralatan Stabilisasi Tanah
Peralatan ini biasa disebut Soil Stabilizer atau Pulvi Mixer, dipakai untuk
proses stabilisasi tanah di tempat.
Konstruksi
Peralatan ini terdiri dari traktor penarik dan pisau atau pengaduk pada
rotor yang berputar berlawanan arah dengan arah traktor.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
21
Bentuk pisau atau pengaduknya bisa berbentuk seperti sudu-sudu alat
bajak, atau bisa juga berbentuk lengan-lengan dengan pencungkil baja
pada ujungnya yang dipasang di sekeliling silinder sebagai rotor yang
diputar melalui poros penggerak traktor penarik.
Proses Stabilisasi
Lapisan tanah yang di atas permukaannya telah ditaburi material
stabilisasi seperti semen, koral atau lime atau bisa juga aspal cair, akan
dibongkar/diaduk oleh sudu-sudu atau pencungkil pada rotor yang
berputar berlawanan arah dengan arah traktor penarik. Hasilnya adalah
hamparan lapisan tanah yang sudah bercampur material stabilisasi
secara merata dan homogen. Ketebalan lapisan stabilisasi ini tergantung
dari kapasitas kedalaman potong soil stabilizer-nya (maximum cutting
depth rotor).
d. Peralatan Recycling
Peralatan ini bukan dimaksudkan sebagai kesatuan unit peralatan untuk
proses recycling atau daur ulang, melainkan unit peralatan untuk
pengupasan (dengan dihancurkan) lapisan permukaan aspal jalan pada
ketebalan tertentu untuk diambil materialnya dan akan dipakai lagi
setelah melalui proses daur ulang.
Peralatan ini biasa disebut Recycler atau Milling Machine.
Proses daur ulangnya sendiri bisa terjadi di tempat lain dengan unit
peralatan lain yaitu AMP atau bisa juga terjadi di tempat pengupasannya
sendiri (in situ).
Konstruksi
Recycler atau juga Milling Machine ini pada dasarnya sama dengan
peralatan Soil Stabilizer, bedanya hanya pada alat pemotongnya saja.
Pada Milling Machine pisau pemotongnya berbentuk pen/gigi pendek
yang dipasang di sekeliling rotor, jumlahnya lebih banyak dan lebih
rapat dibandingkan dengan yang terpasang pada Soil Stabilizer.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
22
Bahan pembuat gigi-gigi ini adalah bahan keras sekali yaitu Tungste
Carbide.
Pengupasan
Sama seperti pada Soil Stabilizer, hanya pada Milling Machine atau
Recycler ini material hasil pengupasannya (material lapisan permukaan
yang sudah dihancurkan) akan disalurkan ke atas Dump Truck dan
kemudian dibawa ke lokasi dimana akan diproses daur ulangnya, yaitu
di lokasi AMP, diberi tambahan material baru serta aspal baru,
mengingat bahwa gradasi material hasil kupasan sudah berubah serta
aspalnya sudah berubah pula sifat-sifatnya karena oksidasi serta cuaca
dan lalu lintas.
Saat ini ada juga peralatan yang langsung memproses hasil
kupasan/pemotongannya di dalam alat itu sendiri, serta langsung
menghampar hasil proses daur ulangnya di belakangnya hanya tinggal
pemadatan.
Ketabalan atau ketinggian pengupasan tergantung kapasitas rotor dari
Milling Machine (maximum cutting depth).
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
23
BAB IV
PENGADAAN PERALATAN
4.1. Perencanaan Kebutuhan Peralatan
Beberapa hal utama yang penting diketahui dalam perencanaan kebutuhan
peralatan adalah :
Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan berikut volume, jangka waktu
pelaksanaan, dan spesifikasi teknis pekerjaan yang harus dicapai.
Jenis-jenis kegiatan pelaksanaan yang harus dikerjakan berikut
volumenya masing-masing.
Kondisi medan atau kondisi lapangan.
Jadual untuk masing-masing jenis peralatan dan jumlahnya serta jenis
kegiatan pekerjaan dan kondisi medan yang ada, serta spesifikasi dan
kapasitas peralatan peralatan yang bersangkutan dibutuhkan.
Bagaimana mobilisasi peralatan dilaksanakan agar pada waktu yang
diperlukan sudah tersedia di lapangan dengan kondisi yang sudah siap
operasi untuk jangka waktu pelaksanaan proyek.
Sasaran pekerjaan yang harus dihasilkan harus dipahami terlebih dahulu
sebagai dasar kita melangkah untuk merencanakan kebutuhan peralatan.
Juga mengenai volume pekerjaan serta jangka waktu penyelesaian
pekerjaan yang tersedia, disamping spesifikasi teknis dari produk akhir yang
harus dicapai. Dengan demikian akan kita ketahui sejak awal garis besar
pekerjaan apa yang harus dilaksanakan. Berdasarkan data ini kita sudah
dapat mengerjakan hal-hal berikutnya.
Contoh :
Pekerjaan yang harus diselesaikan misalnya pelebaran Jalan sepanjang 20
km, dengan pelapisan permukaan hotmix tebal 5 cm, di lokasi A, dari X
sampai Y, dengan jangka waktu penyelesaian pekerjaan 6 bulan.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
24
Pembiayaan peralatan dan lead time penyiapan termasuk dalam tahap
perencanaan sehingga biaya harus dianggarkan antara lain penyiapan
peralatan, mobilisasi dan perbaikan awal serta alokasi waktu yang diperlukan
untu perbaikan awal persiapan operasi sehingga peralatan akan siap operasi
dilapangan tepat kondisi dan tepat waktu sesuai dengan rencana kegiatan
pelaksanaan proyek
Jenis-jenis kegiatan pelaksanaan bisa juga merupakan tahapan-tahapan
pekerjaan atau bagian-bagian pekerjaan yang harus ditangani sebelum
sampai tahapan akhir kegiatan.
Contoh :
Pembangunan jalan baru melalui daerah pemukiman penduduk.
Tahap awal kegiatan fisik di lapangan tentunya membongkar dulu rumah-
rumah yang ada, selanjutnya membersihkan permukaan tanah dari puing-
puing bekas reruntuhan, dilanjutkan dengan pengupasan lapisan atas tanah
permukaan. Apabila diperlukan timbunan tanah, maka ada kegiatan
penimbunan serta pemadatan timbunan, selanjutnya kegiatan-kegiatan
berikut dan diakhiri kegiatan penghamparan hotmix sampai dengan
pemadatannya. Masing-masing kegiatan tersebut membutuhkan jenis
peralatan yang kemungkinan besar berbeda sesuai dengan fungsi
peralatannya.
Volume dari tiap-tiap kegiatan tersebut di atas serta lama waktu
pelaksanaan akan mempengaruhi jumlah peralatan yang dibutuhkan serta
kapasitas tiap jenis peralatannya.
Kondisi medan atau kondisi lapangan akan menentukan kemungkinan
pemakaian spesifikasi khusus pada peralatan yang harus disediakan,
misalnya untuk daerah berlumpur, maka untuk peralatan yang memakai
Crawler, harus dipilih tipe Crawler yang lebih lebar. Untuk daerah bukit yang
berbatu-batu tajam, bila diperlukan Loader, maka dipilih Loader dengan
Crawler Track atau biasa disebut Track Loader atau Traxcavator.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
25
Selain itu kondisi lapangan juga dapat mempengaruhi jenis peralatan yang
akan dipilih, misalnya untuk pemancangan tiang pancang di lokasi di antara
gedung-gedung bertingkat, tentunya tidak dibenarkan lagi kalau memakai
Diesel Pile Hammer, mungkin Vibrating Pile Hammer masih aman dipakai
karena pengaruh vibrasinya tidak terlalu kuat, sehingga tidak merusak
gedung di sekitarnya.
Motor Scraper bisa dipilih kalau medannya luas, dan tidak terganggu lalu
lintas umum, misalnya pada pembangunan lapangan terbang.
Hasil dari perencanaan kebutuhan peralatan adalah daftar jenis peralatan
yang dibutuhkan, lengkap dengan spesifikasi utamanya, jumlah unit, serta
jadwal waktu kebutuhannya.
4.2. Pengadaan Peralatan
Pengadaan peralatan di sini tidak diartikan sebagai membeli peralatan,
melainkan meng"ada"kan peralatan dari belum ada menjadi ada (tersedia).
Pengadaan peralatan dapat ditempuh dengan beberapa cara, yaitu :
Dari milik sendiri yang sudah ada,
Menyewa dari perusahaan sewa,
Membeli sendiri,
Sewa beli (leasing).
Jenis peralatan apa saja yang perlu dilaksanakan pengadaannya, bagaimana
spesifikasi utamanya antara lain kapasitasnya, berapa jumlah unitnya untuk
tiap jenis peralatan harus tersedia, semua hal tersebut di atas adalah
berdasarkan data hasil dari perencanaan ke butuhan peralatan
4.2.1. Dari milik sendiri
Yang dimaksud di sini adalah bahwa peralatan yang dibutuhkan
sudah dimiliki sendiri atau sudah tersedia, sebagian atau seluruhnya.
Yang perlu diperhatikan dari peralatan yang sudah dimiliki sendiri ini
adalah :
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
26
Apakah kondisinya baik, siap operasi.
Apakah pada saat dibutuhkan peralatan tersebut tidak dipakai
oleh proyek lain atau tidak direncanakan untuk proyek lain.
Bagaimana akuntabilitas administrasi dan pemakaiannya
disewakan apa secara swakelola
Keuntungan dengan telah dimilikinya peralatan yang dibutuhkan
adalah jelas tidak perlu menambah investasi baru, disamping itu
efektifitas penggunaan peralatan meningkat.
Kerugiannya harus disediakan fasilitas yang memadai untuk peralatan
dan sumberdaya yang lain termasuk operator dan
mekaniknya.Sehingga dalam hal ini harus dipertimbangkan efektifitas
dan efesiensinya lebih mendalam.
4.2.2. Menyewa dari perusahaan sewa
Langkah ini dipilih sebagai alternatif ke dua setelah diperiksa bahwa
peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia atau tidak dimiliki sendiri.
Keuntungan dari menyewa ini adalah bahwa biaya peralatan pada
satu proyek terbatas hanya pada jumlah sewa peralatan yang
diperlukan saja, tidak memerlukan mobilisasi dan demobilisasi
peralatan (biaya ini biasanya sudah termasuk dalam harga sewa
peralatan), dan tidak perlu pengendalian biaya operasi.
Menyewa dari perusahaan sewa cukup strategis bila pekerjaan
tersebut dilaksanakan sendiri bila dilaksanakan oleh pihak kedua
penyewaan melalui pihak kedua dan pengadaannya melalui proses
prakontrak.
Apabila mau menempuh cara menyewa, maka beberapa hal penting
perlu dipelajari dan diperhatikan, antara lain :
Adakah perusahaan sewa.
Apakah peralatan yang dibutuhkan tersedia di perusahaan sewa
yang bersangkutan.
Bagaimana perjanjian sewa-nya.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
27
Menyewa peralatan dapat menimbulkan beberapa kerugian, antara
lain :
Kondisi peralatan tidak bisa dijamin dalam keadaan baik dan siap
operasi.
Peralatan yang akan disewa belum bisa dijamin tersedia sesuai
jadwal keperluannya.
Teknologi peralatan tidak dikuasai.
Untuk proyek jangka panjang akan jadi mahal.
Banyak bergantung kepada perusahaan sewa.
Harus selalu memperhatikan produktivitasnya agar
pemakaiannya seefektif mungkin.
4.2.3. Membeli sendiri
Membeli sendiri peralatan berarti investasi modal, sehingga sudah
harus diperhitungkan tentang untung ruginya, yaitu bahwa jasa
peralatan harus lebih tinggi nilainya dari bunga Bank.
Selain itu, dituntut pula adanya pemanfaatan peralatan yang optimal,
mengurangi idle time yang merugikan, jumlah kebutuhan selama
umur ekonomisnya harus tersedia.
Peralatan yang dibeli bisa peralatan yang baru, bisa juga yang bukan
baru. Keuntungannya jelas bahwa peralatan yang baru performance-
nya lebih dijamin baik kondisi dan umur ekonomisnya masih
panjang, tapi harga lebih mahal dibandingkan dengan peralatan
bukan baru atau peralatan bekas (re-conditioned).
Beberapa keuntungan kalau membeli sendiri peralatan, antara lain :
Bisa menentukan sendiri (memilih sendiri) peralatan yang
diinginkan sehingga spesifikasi tehnis yang diperlukan terpenuhi
(makin baik peralatan akan makin mahal harganya).
Ketersediaan peralatan pada saat dibutuhkan bisa terjamin
sehingga kontinuitas pekerjaaan tidak terganggu, sepanjang
pemeliharaan peralatan bisa dilaksanakan dengan baik sehingga
kondisi peralatan bisa dipertahankan dalam keadaan baik.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
28
Adanya alih Teknologi peralatan, sehingga pengoperasian dan
pengelolaan peralatan bisa dikuasai.
Pengelolaan peralatan mengurangi ketergantung kepada pihak
lain, serta untuk proyek jangka panjang maka biaya peralatan
dimungkinkan bisa lebih ekonomis.
Disamping dapat memberikan keuntungan seperti di atas, membeli
atau memiliki sendiri peralatan dapat pula menimbulkan kerugian-
kerugian, antara lain :
Sulit mengendalikan Operator ataupun Mekanik yang terampil.
Harus tersedia sarana pemeliharaan/perbaikan peralatan.
Untuk proyek jangka pendek akan jadi mahal, kemungkinan idle
karena tidak atau belum ada lagi proyek berikutnya.
Perlu pengendalian yang ketat pada saat operasi, sehingga biaya
operasi, overhead maupun perbaikan peralatan kalau tidak bisa
membengkak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan apabila membeli sendiri peralatan :
Bentuk atau cata pembelian, dengan prosedur dan tatacara
sesuai peraturan perundangan yang berlaku,untuk sumber dana
APBN/APBD atau sebagian harus sesuai Pedoman pengadaan
Keppres 80/2003 atau pedoman yang lebih baru.
Spesifikasi teknis dari peralatan yang diperlukan harus
dijabarkan secara lengkap ,bila perlu metode evaluasinya dengan
cara kombinasi sistim gugur dan nilai, serta pelayanan purna
jual, dukungan suku-cadang juga dinilai agar dapat diperoleh
peralatan yang benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan di
lapangan dan pemeliharaannya akan lebih terjamin.
Fasilitas serta pelayanan purna jual, agar kondisi peralatan atau
perawatan yang baik pada peralatan terjamin, sehingga umur
ekonomis peralatan dapat dipertahankan.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
29
Catatan :
untuk peralatan khusus/spesifik agar diusahakan tidak dibeli sendiri,
lebih baik menyewa, karena akan mengalami kesulitan dalam
pemeliharaan, antara lain karena suku cadang tidak tersedia di
pasaran, serta sulit mencari Operatornya yang khusus.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
30
BAB V.
PENGOPERASIAN PERALATAN
5.1. Umum
Hasil kerja yang optimal pada penggunaan peralatan tergantung kepada
operator yang mengoperasikan peralatan yang bersangkutan, disamping
kondisi teknis dari peralatannya sendiri (peralatan kondisinya baik atau rusak
ringan, memenuhi spesifikasi dan kinerja yang disyaratkan atau tidak ).
Kelancaran pemakaian peralatan juga banyak tergantung kepada operatornya,
kondisi peralatan, dukungan pemeliharaan di lapangan serta tata laksana
pengelolaan peralatan, penyimpanan/pemeliharaan di base camp atau
digudang lapangan.
5.1.1 Operator
Operator yang baik/terampil akan memberikan hasil kerja yang baik
pula, disamping waktu pelaksanaan yang lebih cepat dibandingkan
operator yang biasa saja.
Operator yang baik/terampil selalu dicari kontraktor. Suatu ketika atau
setiap saat dia akan meninggalkan tempat kerjanya semula, dan
pindah ketempat kerja yang baru yang memberikan upah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan ditempatnya semula.
Operator yang keterampilannya biasa saja akan lebih senang tetap
bekerja di satu tempat. Namun biasanya mereka mempunyai tujuan
mencari pengalaman terlebih dahulu, sekaligus meningkatkan
keterampilan mereka, dan setelah mereka merasa sudah terampil,
kembali terjadi hal seperti yang disebutkan diatas.
Tuntutan kedepan kompetensi operator harus bisa ditunjukan melalui
standarisasi ketrampilan operator antara lain sertifikat ketrampilan
yang dikeluarkan oleh instansi atau institusi yang telah
diakreditasi/disyahkan olek LPJK/LPJPD sesuai UU No. 18 /Th 2000
jasa Konstruksi.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
31
Saat proses pengadaan/pelelangan Pekerjaan Jasa Konstruksi
persyaratan kompetensi operator harus dimasukan kedalam
persyaratan dokumen kualifikasi atau dokumen penawaran pada
proses prakontrak kedalam dokumen pengadaan.
Adapun metode evaluasinya dianjurkan menggunakan sistim nilai guna
memacu para kontraktor untuk menyiapkan operator yang memenuhi
kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan pada pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
5.1.2. Cara Pengoperasian
Cara pengoperasian yang baik dan benar akan menjaga kondisi
peralatan yang dipergunakan, disamping itu akan memberikan hasil
kerja yang baik sesuai persyaratan mutu yang harus dicapai.
Cara pengoperasian yang baik artinya adalah bahwa operator
menjalankan semua komponen-komponen peralatannya termasuk
menjalankan attachment-nya secara baik, tidak sembrono atau kasar,
sehingga peralatan secara kesatuan unit akan beroperasi secara baik
atau mulus.
Cara pengoperasian peralatan dengan benar mempunyai dua
pengertian, yaitu:
Peralatan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, contohnya Tyre
Roller tidak dipakai buat membawa pekerja/penumpang, tidak
dipakai untuk memadatkan hamparan batu pecah. Contoh lain
misalnya Motor Grader tidak dipakai untuk menggusur dan
memotong tanah (dengan beban berat),
Peralatan dioperasikan sesuai dengan tata cara dalam
pelaksanaan pekerjaan yang sedang diselesaikan. Misalnya pada
waktu pekerjaan asphalt coating memakai peralatan Asphalt
Sprayer atau Asphalt Distributor, dimana kecepatan laju harus
rendah, antara 3 - 4 km/jam, serta ketinggian
nozzle penyemprot 30 cm dari permukaan jalan (kalibrasi tetap
harus dilaksanakan untuk memperoleh jumlah berat aspal yang
terhampar tiap m2 nya sesuai yang diisyaratkan).
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
32
Contoh lain misalnya lintasan pemadatan awal atau break down
rolling pada hamparan hotmix asphalt concrete dengan memakai
Tandem Roller (bukan langsung Tyre Roller). Lintasan harus
dimulai dari tepi sebelah dalam (lihat gambar) kemudian pindah
ke tepi sebelah luar dan selanjutnya ke bagian tengah dengan
jumlah masing-masing lintasan sesuai petunjuk penanganan
pekerjaan (lihat juga bab tentang Tata Cara Pengoperasian
Peralatan).
5.1.3. Keselamatan
Apapun pekerjaan yang sedang kita laksanakan, dimanapun lokasinya
serta bagaimanapun kondisinya tempat kita bekerja, maka faktor
keselamatan kerja adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan.
Bekerja dengan peralatan berat mengandung resiko kecelakaan yang
cukup tinggi.
Kecelakaan bisa terjadi akibat:
Kecerobohan operator dalam menjalankan peralatannya,
misalnya ngebut, atau memutar tiba-tiba padahal kondisi di
tempat operasi cukup ramai dengan peralatan-peralatan lain
yang juga sedang bekerja. Contoh lain misalnya Dump Truck
atau Buldozer terguling karena terlalu ke tepi, atau Dump Truck
remnya blong.
Peralatan sendiri, misalnya rem blong, tiba-tiba bannya pecah
atau tiba-tiba ada kerusakan pada mesin karena sudah tua
sehingga peralatan yang bersangkutan berhenti dan
mengganggu peralatan lainnya yang berada di sekitarnya.
Beberapa penuntun dalam keselamatan kerja pada pengoperasian
peralatan dapat dipelajari dalam buku Safety Manual terbitan
Construction Industry Manufacturers Association (CIMA), 111 E.
Wisconsin Ave. Milwaukee, Wiscinsin 53202. USA.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
33
Kecelakaan bisa juga terjadi di tempat penyimpanan atau Pool
peralatan.
5.1.4. Penyimpanan Peralatan (POOL)
Sesudah atau sebelum operasi di lapangan, peralatan pada umumnya
disimpan di tempat penyimpanan peralatan atau pool peralatan
(biasanya disuatu tempat/lapangan terbuka).
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan terhadap lapangan atau
pool ini adalah:
Apakah tempat/lapangan (pool) tersebut aman dari pencurian.
Apakah kondisi medannya cukup baik, misalnya cukup datar,
tidak dipinggir jurang atau di sisi tebing.
POOL peralatan harus aman dari pencurian. Sering terjadi kehilangan-
kehilangan terutama komponen-komponen penting dari peralatan,
antara lain misalnya dinamo, lampu, batere (accu), yang mudah dijual
di luar. Kadang unit peralatan utuh bisa juga hilang, misalnya truk atau
pick up. Untuk mencegah terjadinya pencurian ini, ada baiknya pool
peralatan dibuatkan pagar pengaman serta ada cukup lampu sorot
atau lampu penerangan, dan terutama ada petugas jaga.
Kadang-kadang peralatan hilang karena jatuh ke dalam jurang, atau
beberapa peralatan rusak karena tabrakan atau rusak karena tertimpa
pohon akibat angin kencang, atau tertimbun longsoran tanah tebing.
Peralatan jatuh ke dalam jurang karena disimpannya di pinggir sekali
dan agak miring permukaannya, rem tangan lupa dipasang atau lupa
diganjal.
Hal-hal seperti diuraikan di atas, yaitu komponen hilang atau peralatan
rusak di pool karena tertimpa pohon, jelas mengakibatkan peralatan
tidak siap operasi sehingga kontinuitas pelaksanaan pekerjaan
terganggu.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
34
5.2. Penggunaan Peralatan Pada Pelaksanaan Pekerjaan
5.2.1. Pemotongan dan Penimbunan (Cut and Fill)
Untuk pekerjaan pemotongan tanah yang dibutuhkan untuk
penimbunan di suatu lokasi dapat dipakai beberapa jenis peralatan,
yaitu :
Backhoe (Excavator Backhoe)
Dipakai untuk menggali tanah yang akan dipakai untuk penimbunan
di suatu lokasi. Hasil galian bisa langsung dimuatkan ke atas Dump
Truck, atau ditimbun/ditumpuk dulu di samping atau di belakang
Excavator, baru kemudian dimuatkan ke atas Dump Truck dengan
memakai Loader dan selanjutnya dibawa ke lokasi penimbunan.
Bulldozer
Yang mengupas lapis permukaan tanah dan mendorong hasil
kupasannya untuk dikumpulkan di suatu tempat, dan selanjutnya
dengan memakai Loader timbunan tanah ini dimuatkan ke atas
Dump Truck dan dibawa ke lokasi penimbunan
Motor Scraper
Mengupas lapis permukaan tanah serta membawanya ke tempat
penimbunan, dan di tempat penimbunan tanah hasil kupasan tadi
dibuang dengan cara dihampar. Dengan Motor Scraper ini tebal
kupasan lebih tipis bila dibandingkan dengan kupasa Bulldozer
(biasanya tebal kupasan 30 cm), dan jarak angkutnya tidak terlalu
jauh, yaitu sekitar 1000 sampai 3000 m.
Di tempat penimbunan, tanah tumpahan dari Dump Truck sebelum
dipadatkan diratakan terlebih dahulu dengan memakai Bulldozer atau
Motor Grader. Setelah diratakan baru dipadatkan dengan memakai alat
pemadat yaitu Vibrating Compactor. Penimbunan dilaksanakan lapis
demi lapis.
Berikut ini beberapa contoh pelaksanaan penghamparan dan
pemadatan lapisan timbunan tanah maupun agregat atau rock fill pada
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
35
beberapa proyek jalan, pemadatan permukaan miring pada
pembangunan dam, serta cara pemadatan timbunan di dalam air.
5.2.2. Pengaspalan (Penghamparan Lapisan Hotmix)
a. Pembersihan, Prime Coat/Tack Coat
Permukaan yang akan dilapisi hamparan hotmix aspal pertama-
tama harus dibersihkan dari kotoran dan debu dengan memakai
peralatan Air Compressor.
Selanjutnya permukaan yang sudah bersih tadi disemprot aspal
cair atau aspal emulsi secara merata, dengan menggunakan
peralatan aspal Sprayer atau Asphalt Distributor. Penyemprotan
aspal cair di atas permukaan yang belum beraspal disebut prime
coating, sedangkan penyemprotan aspal cair di atas permukaan
lama yang sudah beraspal disebut tack coat.
Untuk tack coat jumlah aspal cair yang disemprotkan rata-rata 1,0
kg aspal cair untuk 1 m2 luas permukaan. Fungsinya adalah
sebagai bahan perekat antara permukaan lama dengan lapisan
baru yang akan dihampar. Untuk prime coat rata-rata 1,5 kg aspal
cair per m2 nya dan pada prime coat maka sebagian aspal cair
yang disemprotkan tadi akan meresap ke dalam lapis tipis
permukaan lama dan berfungsi sebagai pengikat dan sekaligus
sebagai penutup terhadap resapan air.
Asphalt Distributor dipakai sebagai penyemprot aspal cair apabila
permukaan yang akan disemprot cukup lebar dan jaraknya jauh.
Pada saat penyemprotan harus diperhatikan jarak/tinggi posisi
nozzle sprayer terhadap permukaan. Hal ini penting karena apabila
terlalu tinggi maka banyak aspal cair yang akan terbuang karena
tertiup angin sehingga banyaknya aspal cair yang jatuh di atas
permukaan akan berkurang/sedikit, sedangkan apabila terlalu
rendah maka aspal cair yang jatuh ke atas permukaan akan
berlebihan.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
36
Tinggi rata-rata nozzle 30 cm dari permukaan, dan kecepatan laju
asphalt sprayer atau distributor 150 sampai 400 m/jam. Namun
pada pelaksanaan di lapangan kecepatan laju ini tetap masih
harus disesuaikan berdasarkan hasil kalibrasi penyemprotan.
b. Penghamparan
Penghamparan campuran aspal panas (hotmix) dilakukan dengan
memakai peralatan Asphalt Paving Machine atau lebih dikenal
dengan nama Asphalt Finisher. Alat ini bisa mengatur lebar
serta tebal lapisan hamparan.
Pengisian hopper pada Asphalt Finiser ini dilakukan dengan
memakai Dump Truck yang bergerak mundur ke arah Finisher,
namun Dump Truck ini jangan sampai menabrak/mengenai
Finisher, agar tidak terjadi desakan pada Finisher yang
dapatmengakibatkan lekukan pada hamparan hotmix. Pada waktu
pengisian hopper, maka Finisher tetap bergerak menghampar
sambil mendorong Dump Truck melalui rodanya.
Setelah Dump Truck hampir mengenai Finisher maka posisi
transmisi Dump Truck dinetralkan, dan selanjutnya akan bergerak
maju karena didorong oleh Finisher sambil muatan Dump Truck
ditumpahkan ke atas hopper perlahan-lahan.
Pengisian hopper ini tidak boleh dilakukan menunggu isi hopper
habis, jadi hopper harus segera diisi lagi sebelum kosong, dengan
perkataan lain hopper tidak boleh sempat kosong apabila sedang
menghampar. Hal ini dimaksudkan agar kontinuitas dan
homogenitas hamparan selalu terjaga.
Arah penghamparan sebaiknya searah dengan arah dari AMP ke
lokasi penghamparan agar Dump Truck tidak perlu berputar pada
saat mau mengisi Finisher. Penghamparan dilakukan mulai dari
tepi sebelah luar (apabila lebih dari 1 lintas hamparan)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
37
Catatan :
Apabila prime coat atau tack coat memakai aspal emulsi, maka
penghamparan hotmix baru boleh dilakukan setelah aspal coating-
nya berwarna hitam (campuran airnya sudah menguap)
b. Pemadatan
Pemadatan hamparan campuran aspal panas atau hotmix
dilakukan 3 tahap, yaitu :
Tahap pertama disebut pemadatan awal (break-down
rolling) dengan memakai Tandem Roller 2 sampai 4
lintasan tergantung persyaratan.
Tahap kedua disebut pemadatan antara atau intermediate
rolling dengan memakai Pneumatic Tyre Roller, 6 sampai 8
lintasan tergantung persyaratan.
Tahap ketiga disebut pemadatan akhir atau finishing
dengan memakai Tandem Roller lagi sebanyak 2 sampai 4
lintasan.
Pada pelaksanaan pemadatan awal atau break-down rolling maka
posisi roda penggerak dari Tandem Roller (drive wheel) harus
pada posisi di depan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat
start/mulai bergerak maju roda depan roller akan langsung
berputar menggilas/menekan ke bawah hamparan, sehingga tidak
ada lapisan hamparan yang terdorong oleh roda (sesaat).
Break-down rolling ini juga akan menempatkan butir-butir agregat
di dalam lapisan secara merata sehingga dapat diperoleh lapisan
yang hogen. Di bawah ini sketsa penempatan butiran-butiran
agregat di dalam lapisan sebelum dan sesudah break-down rolling
Lintasan Roller mulai dari tepi luar kemudian pindah ke tepi
sebelah dalam, lalu ke bagian tengah. Hal ini dimaksudkan agar
tidak ada lapisan hamparan yang tergeser ke samping yang akan
mengakibatkan volume lapisan akan berkurang.
Arah awal lintasan sesuai dengan gerak Asphalt Finisher.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
38
Catatan :
Pemadatan lapisan hamparan campuran aspal panas atau
hotmix harus segera dilaksanakan begitu selesai dihampar
(biasanya sejauh 60 sampai 100 m hamparan), agar
temperatur dari hamparan masih cukup tinggi (100 - 120 C).
Jangan memarkir Tandem Roller atau Pneumatic Tyre Roller di
atas permukaan aspal yang baru selesai dipadatkan.
Pasang rambu-rambu pengaturan lalu lintas serta rambu-
rambu tanda ada pekerjaan jalan.
5.3 Administrasi Penggunaan Peralatan
Kegiatan yang penting dalam penggunaan peralatan adalah pencatatan dan
pelaporan. Pencatatan data peralatan serta hal-hal yang terjadi atau dialami
oleh peralatan yang bersangkutan dicatat, kemudian secara rutin berkala
catatan tersebut dikirimkan sebagai laporan ke pusat pengendalian yang
selanjutnya semua data-data tersebut akan diolah serta dievaluasi, yang
hasilnya bisa berguna bagi pemakai/pemilik peralatan.
Data hasil evaluasi ataupun data sebagai catatan ini merupakan data
informasi yang sangat berguna bagi pemakai/pemilik guna bahan
pertimbangan dalam perencanaan pengadaan peralatan, penyiapan armada
peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan, maupun sebagai data yang
diperlukan dalam pemeliharaan peralatan.
Data tersebut diatas berguna juga dalam proses perencanaan/pengambilan
keputusan dalam kegiatan penghapusan peralatan, antara lain misalnya dari
data kondisi peralatan dan riwayat operasi dan memeliharaan peralatan
dimana tercatat hasil operasi yang kecil dan sudah cukup banyak
mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan peralatan karena sering rusak.
Tiap unit peralatan mempunyai satu buku riwayat peralatan, yang memuat
semua hal yang terjadi pada peralatan yang bersangkutan, misalnya data
pemakaian/operasi, data tentang pemeliharaan/perbaikan, data pemakaian
bahan bakar, serta data lain yan dianggap perlu, seperti lokasi/proyek
pemakai, nama operatornya, data hasil operasi, jam kerjanya/jam-jam operasi
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
39
Norma Standar Petunjuk dan Manual ( NSPM) yang berlaku di lingkungan unit
kerja Departemen KIMPRASWIL sesuai Surat Edaran Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah nomor : 03/SE/Sj/2001 tanggal 31 Januari 2001 perihal
Pengelolaan Barang Milik / Kekayaan Negara, bahwa sebelum diterbitkan
pengaturan yang baru, maka Keputusan Menteri Pekerjaan Umum yang
berkaitan masih tetap berlaku, adalah sebagai berikut :
1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 19/KPTS/1986 jo. Nomor :
33/KPTS/1997 tentang Pelaksanaan Inventarisasi di lingkungan
Departemen Pekerjaan Umum.
2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 31/KPTS/1986 tentang
Pedoman Penghapusan Barang / Peralatan di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum.
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 593/KPTS/1987 tentang
Pedoman Penghapusan Barang Tidak Bergerak di lingkungan Departemen
Pekerjaan Umum.
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 537/KPTS/1989 tentang......
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 585/KPTS/1989 tentang
Pedoman Penggunaan Peralatan di lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum.
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 128/KPTS/1994 tentang
Penyerahan Proyek Selesai di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
7. Peraturan Menteri PU Nomor 15/KPTS/M/2004 tanggal 17 Desember 2004
tentang.....
5.4 Komponen Biaya Penggunaan Peralatan
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan dan pemakaian peralatan
adalah berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk peralatan mekanis
dimaksud.
Biaya dimaksud adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli peralatan
(owning cost) dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan
peralatan tersebut (operating cost).
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
40
Dengan mengetahui biaya pemilikan (owning cost) serta biaya operasi
(operating cost) akan dapat membantu mengetahui berapa keuntungan yang
bisa diperoleh setelah menyelesaikan suatu pekerjaan.
Dengan pencatatan yang akurat atau teliti atas biaya pemilikan dan biaya
operasi peralatan ini juga akan banyak membantu dalam perhitungan
perencanaan biaya pekerjaan berikutnya.
Biaya pemilikan dan biaya operasi peralatan per satuan waktu, misalnya per
jamnya untuk suatu peralatan tertentu akan berbeda-beda, antara lain harga
bahan bakar, harga peralatan setempat (bisa berbeda karena biaya angkutan
yang berbeda), bunga uang dan sebagainya.
Untuk menghitung biaya pemilikan dan biaya operasi per jam-nya, dapat
dikelompokan menjadi dua kelompok biaya yaitu :
Biaya Pemilikan (biaya pasti)
a) Penyusutan (depresiasi)
b) Bunga Bank, Asuransi dan Pajak
Biaya Operasi (biaya tidak pasti)
a) Bahan bakar
b) Minyak pelumas mesin
c) Minyak hidrolik
d) Minyak transmisi
e) Gemuk
f) Filter
g) Perbaikan
h) Ban
i) Komponen khusus
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
41
Dalam pengelolaan / pemilikan alat, maka yang dimaksud dengan biaya
peralatan adalah sebagai berikut :
Biaya Langsung
Biaya Pemilikan / Owning Cost :
Biaya Penyusutan/ Depresiasi
Biaya Modal
Biaya Manajemen
Biaya Operasi :
Biaya Bahan Bakar
Biaya Bahan Pelumas
Biaya Minyak Hidraulik (bila ada)
Biaya Bahan Gemuk (Grease)
Biaya Operator
Biaya Pemeliharaan :
Kepmen PU. No. 233/KPTS/198.Tentang :
Pedoman pemeliharaan perawatan dilingkungan Departemen PU.
Biaya Bahan dan Suku Cadang
Biaya Bengkel
Biaya Mekanik
Biaya Pemilikan (Owning Cost)= Sewa
Biaya Pemeliharaan (Maintenance Cost)
Biaya Operasi (Operating Cost)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
42
Biaya Tidak Langsung :
Biaya Overhead
Biaya Gudang
Keuntungan
Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi :
Biaya Angkutan Dari/ Ke Site
Biaya Pemasangan/ Pembongkaran
Kepmen PU. No.585/KPTS/1988, Tentang :
Pedoman dan tata cara penggunaan peralatan di lingkungan Departemen
PU.
Perhitungan Biaya Operasi
1. Biaya pemeliharaan per satu periode sulit ditetapkan, karena tergantung
beberapa faktor, antara lain :
a. Umur peralatan
b. Mutu/ kualitas peralatan
c. Mutu perbaikan / pemeliharaan yang telah dilakukan
d. Keterampilan foreman mekanik maupun pengawas lapangan dimana
alat tersebut di operasikan
e. Mutu / keterampilan operator dan mekanik
f. Kondisi medan
g. Mutu bahan yang dipakai
2. Pedoman dibawah dapat dipakai, diantaranya :
a. Untuk alat yang bekerja berat = 90 % dari harga alat
b. Untuk alat yang bekerja ringan = 65% dari harga alat
Contoh : Bulldozer (umur ekonomis 5 tahun)
3. Biaya pemeliharaan (tanpa rekondisi)
a. Tahun ke 1 : 1/15 x 90% harga alat
b. Tahun ke 2 : 2/15 x 90% harga alat
c. Tahun ke 3 : 3/15 x 90% harga alat
d. Tahun ke 4 : 4/15 x 90% harga alat
e. Tahun ke 5 : 5/15 x 90% harga alat
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
43
Biaya rekondisi biasanya dimasukan sebagai biaya investasi.
DASAR PERHITUNGAN BIAYA PEMELIHARAAN PERALATAN
Umur Ekonomi
Alat
Biaya Perbaikan
Tahun 65% x Harga Alat (H) 90% X Harga Alat (H)
2
Tahun
I 1/3 X 65% = 22% X H 1/3 X 90% = 30% X H
II 2/3 X 65% = 43% X H 2/3 X 90% = 60% X H
3
Tahun
I 1/6 X 65% = 10,8% X H 1/6 X 90% = 15% X H
II 2/6 X 65% = 21,6% X H 2/6 X 90% = 30% X H
III 3/6 X 65% = 32,5% X H 3/6 X 90% = 45% X H
4
Tahun
I 1/10 X 65% = 6,5% X H 1/10 X 90% = 9% X H
II 2/10 X 65% = 13% X H 2/10 X 90% = 18% X H
III 5/10 X 65% = 32,5%X H 5/10 X 90% = 45% X H
IV 2/10 X 65% = 12% X H 2/10 X 90% = 18%X H
5
Tahun
I 1/15 X 65% = 4,33%X H 1/15 X 90% = 6% X H
II 2/15 X 65% = 8,66%X H 2/15 X 90% = 12% X H
III 7/15 X 65% =30,31%XH 7/15 X 90% = 42% X H
IV 2/15 X 65% = 8,66%X h 2/15 X 90% = 12% X H
V 3/15 X 65% = 13% X H 3/15 X 90% = 18% X H
6
Tahun
I 1/20 X 65% = 3,25%X H 1/20 X 90% = 4,5% X H
II 2/20 X 65% = 6,5% X H 2/20 X 90% = 9% X H
III 3/20 X 65% =9,75% X H 3/20 X 90% =13,5% X H
IV 7/20 X 65% =22,75%XH 7/20 X 90% =31,5% X H
V 3/20 X 65% = 9,75%X H 3/20 X 90% =13,5% X H
VI 4/20 X 65% = 13% X H 4/20 X 90% = 18% X H
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
44
5.5. Perhitungan Produksi Peralatan
5.5.1. Cara Perhitungan Produksi Peralatan
Selain beberapa hal yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya
tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan peralatan,
maka hal lainnya yang juga harus dipertimbangkan adalah berapa
besar kapasitas produksi peralatan yang bersangkutan, atau dengan
perkataan lain berapa besar produksi yang bisa dihasilkan peralatan
tersebut dalam satu satuan waktu.
Banyak faktor sangat mempengaruhi hasil produksi peralatan. Faktor-
faktor tersebut adalah :
Faktor peralatannya sendiri
Faktor operator
Faktor medan/lapangan
Faktor cuaca
Faktor material
Faktor attachment (seperti bucket, pisau/blade)
Faktor manajemen kerja
Selanjutnya dalam bab ini akan diuraikan tata cara perhitungan hasil
produksi peralatan yang sebenarnya, yaitu untuk peralatan-peralatan :
Excavator
Loader
Bulldozer
Dump Truck
Motor Grader
Motor Scraper
Peralatan Pemecah Batu
Peralatan Pemadatan
Peralatan Pengaspalan
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
45
cycleper WLproduksi
DT kapasitas n
Contoh Perhitungan Hasil Produksi dan Kebutuhan Peralatan
Contoh soal 1 :
Memindahkan tanah sejumlah 20.000 m3 (loose) dari lokasi A ke lokasi B yang
berjarak 20 km. Jalan dari A ke B kondisinya datar, baik dan tidak ramai.
Pemindahan tanah memakai Dump Truck kapasitas bak 8 ton, yang dilayani
oleh 1 unit Wheel Loader kapasitas bucket 1,5 m3 (heaped). Cara pengisian
Dump Truck V-loading jarak dekat. Dump Truck bekerja pulang pergi.
Hitung berapa jumlah Dump Truck yang perlu disediakan serta dalam berapa
hari tanah tersebut bisa habis dipindahkan, apabila :
1 hari = 6 jam kerja efektif terus menerus
Efisensi (total) E = 0,8
Jawaban :
Wheel Loader :
Kapasitas bucket = q' = 1,5 m3
Efisiensi E = 0.8
Faktor bucket = 0,95 (kondisi pemuatan sedang, Tabel 2.1)
Produksi nyata WL per cycle = E x k x q'
= 0,8 x 0,95 x 1,5 m3
= 1,14 m3
Cm WL = 0,45 (menit), (lihat tabel 2.2)
Dump Truck :
Jumlah cycle pengisian DT oleh Wheel Loader
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
46
5,48 1,14
6,25 n
Kapasitas bak DT = 8 ton = 8/1,28 m3 = 6,25 m3
(berat spesifik tanah loose = 1,28 ton/ m3)
Jadi
n = 5 (kalau n = 6, ada tanah yang tumpah)
Cm DT = t1 + t2 + t3 + t4
t1 = lama waktu pengisian oleh WL
t2 = lama waktu perjalanan dari A ke B
t3 = lama waktu penumpahan dan pengambilan posisi
t4 = ama waktu perjalanan kembali dari B ke A
(kondisi kosong).
(menit) 2,25 0,45 5 WLCm n t1
t3 = 0,7 + 0,2 = 0,9 (menit) (Tabel T4.2 dan T4.3)
Jadi Cm DT = 2,25 + 30 + 20 + 0,9 = 53,15 (menit)
a) Jumlah DT yang perlu disediakan = N.
b) Jumlah DT yang berhasil memindahkan tanah di lokasi B serta tiba kembali
di lokasi A tiap harinya (6 jam kerja) = Peralatan
T4.1) (Tabel (menit) 30 jam 0,5 jam 40
20 t2
T4.1) (Tabel (menit) 20 jam 60
20 t4
(unit) 24 N
24 23,6 0,45 5
53,15
WLC n
DT C N
m
m
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
47
di mana T = waktu kerja (terus menerus) yang tersedia
per hari = 6 jam = 360 menit.
Jadi
P = 137 (unit )
(P diambil 137, karena kalau 138 maka DT terakhir belum sempat tiba
kembali di A)
Tiap DT memindahkan tanah per cycle-nya =
n x 1,14 = 5 x 1,14 = 1,7 m3
Jadi tanah yang bisa dipindahkan tiap harinya =
P x 57 = 137 x 5,7 = 780,9 m3
Maka tanah sejumlah 20.000 m3 dapat selesai dipindahkan dalam H (hari).
H = 26 (hari)
Catatan :
Rumus dan
Kedua-duanya hasilnya adalah benar apabila P > N; sedangkan apabila P <
N maka N hasilnya diambil sama dengan hasil P.
Hal ini bisa terjadi apabila jarak angkut materialnya sangat jauh, atau jam
kerja yang tersedia sangat pendek.
1 WLC n
DT C - T P
m
m
137,4 1 2,25
306,85 1
0,45 5
53,15 -360 P
26 25,6 780,9
20.000 H
WLC n
DT C N
m
m
1 WLC n
DT C - T P
m
m
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
48
Contoh Perhitungan Produksi Aggregat
Soal 1
Sebuah pabrik pemecah batu mempunyai seperangkat peralatan pemecah
batu (Stone Crushing Plant) yang terdiri dari Jaw Crusher sebagai primary
crusher, dan Cone Crusher sebagai secondary crusher. Kapasitas output Jaw
Crusher adalah 80 Ton per jam pada setting 40 mm, sedangkan kapasitas
output Cone Crusher adalah 40 ton per jam pada setting 20 mm.
Hitung berapa Ton aggregat ukuran 5 - 10 mm dan aggregat ukuran 10 - 20
mm yang bisa dihasilkan dalam waktu 2 (dua) bulan, apabila jenis batu yang
dipecah adalah Lime stone.
1 bulan = 25 hari kerja
1 hari kerja = 8 jam kerja
Soal 2
Hitung berapa Ton Aspal Hotmix (campuran aspal panas) yang bisa diproduksi
dengan memakai aggregat hasil dari Crusher pada soal No. 1 di atas, apabila
campuran aspal panas tersebut mempunyai komposisi campuran/kandungan
aggregatnya sebagai berikut :
Aggregat ukuran 5 - 10 mm = 40 %
Aggregat ukuran 10 - 20 mm = 35 %
Jawaban :
1. Jaw Crusher
Kapasitas 80 Ton per jam pada setting 40 mm.
Jenis batu : Lime stone → lolos saringan = 85 %
Dari Grafik III - 1, diperoleh hasil aggregat sebagai berikut :
Aggregat ukuran 40 mm = 15 %
20 - 40 mm = 32 %
10 - 20 mm = 16 %
5 - 10 mm = 12 %
0 - 5 mm = 25%
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
49
Hasil produksi per jam :
Ukuran 20 - 40 mm =
10 - 20 mm =
5 - 10 mm =
0 - 5 mm =
Cone Crusher
Kapasitas 40 Ton per jam pada setting 20 mm.
Jadi batu yang dipecah oleh Cone Crusher adalah aggregat ukuran 20 - 40
mm hasil dari Jaw Crusher, yaitu 30,1 Ton/jam
Lolos saringan (untuk coarse) diambil 65 %
Dari Grafik III - 2 diperoleh hasil aggregat sebagai berikut :
Aggregat ukuran 20 mm = 35 %
10 - 20 mm = 43 %
5 - 10 mm = 12 %
0 - 5 mm = 10 %
Hasil produksi per jam:
Ukuran 10 - 20 mm =
5 - 10 mm =
0 - 5 mm =
Ton/jam 30,1 80 85
32
Ton/jam 15,1 80 85
16
Ton/jam 11,3 80 85
12
Ton/jam 23,5 80 85
25
Ton/jam 19,9 30,1 65
43
Ton/jam 5,6 30,1 65
12
Ton/jam 4,6 30,1 65
10
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
50
Jumlah total produksi aggregat dari Crushing Plant per jam:
Ukuran 5 - 10 mm = 11,3 + 5,6 = 16,9 Ton/jam
10 - 20 mm = 15,1 + 19,9 = 35,0 Ton/jam
selama 2 (dua) bulan:
Ukuran 5 - 10 mm = 16,9 x (2 x 25 x 8) = 6.760 Ton
10 - 20 mm = 35,0 x (2 x 25 x 8) = 14,000 Ton
2. Aspal hotmix
1 Ton hotmix mempunyai komposisi aggregat sebagai berikut:
Ukuran 5 - 10 mm =
10 - 20 mm =
Hotmix yang bisa diproduksi:
Alt.a : aggregat 5 – 10 mm dihabiskan, maka
Banyaknya produk hotmix =
Aggregat 10 – 20 mm diperlukan sebanyak:
16.900 x 0,35 = 5.915 Ton
(tersedia 14.000 Ton)
Alt.b : aggregat 10 – 20 mm dihabiskan, maka
Banyaknya produk hotmix =
Aggregat 5 – 10 mm diperlukan sebanyak:
40.000 x 0,4 = 16.000 Ton
(tersedia hanya 6.760 Ton, tidak cukup)
Jadi hotmix yang bisa diproduksi adalah sejumlah: 16.900 Ton.
Ton 0,4 1 100
40
Ton 0,35 1 100
35
Ton 16.900 0,4
6.760
Ton 40.000 0,35
14.000
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
51
5.6. Analisa Harga Satuan
Contoh
Jenis : M01 - Pasir
Lokasi : Quarry
Tujuan : Base Camp
No Uraian Kode Koef. Satuan
Harga
Satuan
(Rp)
I. ASUMSI
1. Menggunakan alat berat
2. Kondisi jalan : sedang/baik
3. Jarak quarry ke lokasi base
camp L 5.00 Km
4. Harga satuan pasir di quarry Rp M01 1.00 M3 23.000,00
5. Harga satuan dasar
excavator Rp E10 1.00 Jam 164.260,00
6. Harga satuan dasar dump
truck Rp E08 1.00 Jam 100.637,00
II. URUTAN KERJA
1. Pasir digali dengan exvacator
2. Exvacator sekaligus memuat
pasir hasil
galian ke dalam dump truck
3. Dump truck mengangkut
pasir ke lokasi
base camp
III. PERHITUNGAN
Exvacator (E 10)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
52
Kapasitas bucket V 0.50 M3
Faktor bucket Fb 0.90 -
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Waktu siklus Ts 1
- Menggali/memuat T1 0.50 menit
- Lain-lain T2 0.50 menit
Ts 1 1.00 menit
Kap. Prod./jam = Q1 22.41 M3/jam
Biaya Exvacator/M3 = (1:Q1)
x Rp E10 Rp 1 7.329,76 Rupiah
Dump Truck (E 08)
Kapasitas bak V 4.00 M3
Faktor efisiensi alat Fa 0.83 -
Kecepatan rata-rata v1 40.00 Km/jam
Kecepatan rata-rata kosong v2 50.00 Km/jam
Waktu siklus
- Waktu tempuh isi =
(L/v1)x 60 T1 7.50 menit
- Waktu tempuh kosong =
(L/v2)x 60 T2 6.00 menit
- Muat = (V/Q1) x 60 T2 10.71 menit
- Lain-lain T4 1.00 menit
Ts2 25.21 menit
Kap. Prod./jam = Q2 7.90 M3/jam
Biaya Exvacator/M3 = (1:Q2)
x Rp E08 Rp 2 12.738,86 Rupiah
V x Fa x 60 Ts1
V x Fa x 60 Ts2
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
53
IV.
HARGA SATUAN DASAR
BAHAN DI LOKASI BASE
CAMP
Harga Satuan Dasar Pasir :
(Rp M01 + Rp 1 + Rp 2) M 01 43.068,7
2 Rupiah
Dibulatkan : M 01 43.000,00 Rupiah
a. Harga Satuan Bahan Olahan
Bahan olahan biasanya diberi keterangan tempat bahan tersebut diolah (di-
base camp/pabrik produksi campuran aspal terdekat (asphal mixing plant);
di lokasi mesin pemecah batu (stone crusher) untuk memperoleh agregat
kasar/halus, dan sebagainya.
1) Masukan (Input)
a) Jarak quarry (bila bahan dasar batu bulat) diambil dari quarry, yaitu
jarak yang diperhitungkan sebagai jarak angkut dari tempat
pengambilan suatu bahan (batu bulat) dari quarry ke lokasi di mana
alat pemecah batu berada.
b) Harga Satuan Dasar Bahan Dasar
Harga ini adalah harga satuan dasar batu kali berupa data autentik
yang tersedia (sesuai kriteria berupa sumber data harga satuan
dasar).
c) Harga Satuan Dasar Alat
Harga ini merupakan biaya yang terdiri dari biaya pasti, biaya
operasi dan biaya pemeliharaan.
d) Harga Satuan Dasar Tenaga Kerja
Harga ini adalah harga satuan dasar tenaga kerja berupa data
autentik yang tersedia (sesuai kriteria sumber-sumber data harga
satuan dasar).
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
54
e) Kapasitas Alat
Merupakan kapasitas alat pemecah batu (stone crusher) dan wheel
loader.
f) Faktor Efisiensi Alat
Faktor ini adalah efisiensi kerja dari alat yang digunakan.
g) Faktor Kehilangan Material
Ini merupakan faktor untuk memperhitungkan material yang
tercecer pada saat diolah.
2) Proses
Perhitungan bahan olahan, meliputi :
a) Biaya harga alat dalam memproduksi bahan olahan yang
bersangkutan berdasarkan waktu yang dibutuhkan alat tersebut
dan biaya sewa alatnya.
b) Biaya kebutuhan bahan dasar (batu kali dan pasir) yang diperlukan.
c) Perhitungan tenaga kerja yang diperlukan.
d) Biaya kerja alat dalam proses pencampuran (blending).
3) Keluaran (output)
Proses perhitungan di atas akan menghasilkan harga satuan dasar
bahan untuk agregat kasar dan halus. Harga satuan dasar bahan ini
merupakan masukan (input) dalam proses perhitungan analisa harga
satuan.
a) Harga bahan juga bisa berubah karena perubahan lokasi proyek
serta biaya transport dan tersedianya bahan-bahan setempat.
b) Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan jalan harus
memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam spesifikasi.
c) Analisa biaya disediakan untuk :
- Pengadaan dan produksi (dicadangkan pengangkutan menuju
lapangan pekerjaan sejauh kurang lebih 10 km)
- Mutu bahan harus sesuai dengan spesifikasi
- Harga-harga bahan didasarkan kepada pengadaan dan harga
produksi setempat.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
55
Sebagai contoh, berikut ini disajikan perhitungan analisis harga
satuan dasar bahan olahan yaitu Agregat Kasar dan Agregat Halus
untuk pekerjaan AC-WC (Asphaltic Concrete – Wearing Course)
Superpave.
Biaya pemakaian suatu alat dapat dirinci ke dalam dua komponen biaya
utama :
Biaya pemilikan (biaya pasti = initial cost atau capital cost)
Biaya operasi dan biaya pemeliharaan (direct operational and maintenance
cost)
a. Biaya pemilikan (biaya pasti = initial cost atau capital cost)
Biaya pemilikan alat adalah biaya untuk pemilikan kembali yang diterapkan
sebagai biaya penyusutan dan biaya pembayaran bunga atas nilai modal
peralatan. Pengembalian modal dan bunga, setiap tahun dihitung. Cara
penghitungan yang umum dipakai adalah metode garis sebagai berikut :
G = di mana
G = Biaya pemilikan (biaya pasti) per jam
B = Harga alat setempat
C = Nilai sisa (salvage value), yaitu nilai/harga dari peralatan yang
bersangkutan setelah umur ekonomisnya berakhir.
Biasanya nilai ini diambil 10% dari initial cost (harga pokok alat
setempat).
D = Faktor pengembalian modal atau faktor angsuran, biasa diebut
C.R.F. dan dapat dihitung dengan rumus :
D (C.R.F.) = di mana
i = bunga tiap tahun
A = Umur pemakaian dalam tahun atau umur ekonomis
peralatan (economic life years) dalam tahun yang
(B-C) x D + F
W
I x (1+i)A
(1+i)A - 1
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
56
lamanya tergantung dari tingkat penggunaan dan
standar dari pabrik pembuatannya.
Nilai C.R.F. (D) berdasar bunga pinjaman yang besarnya beragam dari
10% - 15%.
Tabel A.7 : Faktor Biaya Pengembalian Modal
Nilai n
(Umur Pemakaian)
Faktor Biaya Pengembalian Modal
10% 12,5% 15%
Umur 12 tahun 0,14676 0.16519 0,18448
Umur 11 tahun 0,15396 0,17211 0,19107
Umur 10 tahun 0,16275 0,18062 0,19925
Umur 9 tahun 0,17364 0,19126 0,20957
Umur 8 tahun 0,18744 0,20483 0,22285
Umur 7 tahun 0,20541 0,22260 0,24036
Umur 6 tahun 0,22961 0,23668 0,26424
Umur 5 tahun 0,26300 0,28085 0,29832
Umur 4 tahun 0,31547 0,33271 0,035027
Umur 3 tahun 0,402111 0,41993 0,43479
Umur 2 tahun 0,57619 0,059559 0,61512
Umur 1 tahun 0,10000 0,12500 0,15000
F = Biaya asuransi, pajak dan lain-lain per tahun
Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar 2 per mil dari initial cost
atau 2 permil dari nilai sisa alat.
= 0,002 x B
= 0,02 x c
W = Jumlah jam kerja alat dalam satu tahun
- Bagi peralatan yang bertugas berat (memungkinkan bekerja
secara terus-menerus sepanjang tahun) dianggap bekerja
8 jam/hari dan 250 hari/tahun, maka :
W = 8 x 250 x 1 = 2.000 jam/tahun
- Bagi peralatan yang bertugas sedang, dianggap bekerja
8 jam/hari dan 200 hari/tahun, maka
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
57
W = 8 x 200 x 1 = 1.600 jam/tahun
- Bagi peralatan yang bertugas ringan, dianggap bekerja
8 jam/hari dan 150 hari/tahun, maka :
W = 8 x 150 x 1 = 1.200 jam/tahun
- Biaya pemilikan atau biaya pengembalian modal per jam dapat
pula digunakan formula sebagai berikut :
x 0,9 x C.R.F.
Catatan :
- Harga alat adalah harga penyerahan peralatan.
- 0,9 (90%) disediakan kepada nilai sisa 10% pada umur pakai
sisa alat
- Tidak disediakan dalam perhitungan-perhitungan di atas
biaya-biaya tambahan (kepada penyewa) untuk asuransi dan
pajak
Cara lain untuk menghitung biaya pemilikan, dijelaskan dalam uraian
penjelasan cara menghitung depresiasi, poin 5.
b. Biaya Operasi Peralatan adalah biaya yang diperhitungkan untuk
- bahan bakar (H), oli, pelumas (I) dan filter
- perawatan dan perbaikan (J)
1) Biaya bahan bakar (H) dan Pelumasan (I)
Biaya-biaya untuk bahan bakar dan pelumasan dihitung atas dasar
banyaknya bahan bakar dan olie yang digunakan per jam oleh mesin
berdasarkan HP-nya. Untuk konsumsi bahan bakar dan olie, digunakan
taksiran per jam berikut :
- H (dalam liter) = 12,50% x HP/jam, untuk alat yang bertugas
ringan
- H (dalam liter) = 17,50% x HP/jam, untuk alat yang bertugas
berat
Harga alat
Waktu pengoperasian jam (per tahun)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
58
- I (dalam liter) = 1% x HP/jam, untuk peralatan sederhana,
termasuk pelumas dan grease
- I (dalam liter) = 2% x HP/jam, untuk peralatan cukup kompleks,
termasuk pelumas dan grease
Taksiran tersebut bersifat pendekatan untuk memudahkan
penghitungan berbagai macam alat dalam proyek. Taksiran yang
bersifat individual, pada tiap-tiap manual terdapat rumus tertentu untuk
alat baru.
Ketepatan taksiran tersebut akan dipengaruhi juga oleh umur alat, yang
cenderung lebih boros untuk alat lama.
2) Biaya perawatan dan pemeliharaan (Workshop (J))
Biaya perawatan dan perbaikan peralatan (termasuk penggantian ban)
yang harus disediakan, dihitung sebesar 60% dari biaya pengembalian
modal. Hal ini ditunjukan sebagai berikut :
Biaya perawatan dan
Perbaikan per jam =
Dari hasil perhitungan melalui uraian analisa alat, maka didapat harga satuan
berbagai jenis peralatan, yaitu tabel biaya sewa alat per jam kerja.
Tergantung pada skala proyek yang dihadapi, berikut ini diberikan contoh
resume kebutuhan biaya sewa alat per jam, seperti contoh terlampir di
bawah ini :
Biaya pengembalian modal x 0,6
Waktu Operasi (jam dalam tahun)
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
59
CONTOH DAFTAR BIAYA SEWA PERALATAN PER JAM
Biaya
No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa
Alat Alat/Jam
(di luar PPN)
1. ASPHALT MIXING PLANT E01 150 30 T/Jam
2,965,800,000
1,295,624
2. ASPHALT FINISHER E02 47 6 Ton
619,513,000
196,092
3. ASPHALT SPRAYER E03 15 800 Liter
94,172,000
31,085
4. BULLDOZER 100-150 HP E04 140
-
608,261,000
188,460
5.
COMPRESSOR 4000-6500
L\M E05 80
-
175,492,000
73,120
6.
CONCRETE MIXER 0.3-0.6
M3 E06 15 500 Liter
80,690,000
30,085
7. CRANE 10-15 TON E07 150 15 Ton
741,925,000
220,850
8. DUMP TRUCK 3-4 M3 E08 100 6 Ton
96,976,000
100,637
9. DUMP TRUCK E09 125 8 Ton
103,987,000
74,875
10. EXCAVATOR 80-140 HP E10 80 0.5 M3
551,711,000
164,260
11.
FLAT BED TRUCK 3-4 M3 E11 100 4 M3
96,976,000
63,900
12. GENERATOR SET E12 175 125 KVA
104,777,600
125,701
13. MOTOR GRADER >100 HP E13 125
-
431,135,000
144,875
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
60
Biaya
No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa
Alat Alat/Jam
(di luar PPN)
14.
TRACK LOADER 75-100 HP
E14
90
1.6
M3
500,770,000
146,510
15. WHEEL LOADER 1.0-1.6 M3 E15 105 1.5 M3
397,485,000
130,095
16.
THREE WHEEL ROLLER 6-8
T E16 55 8 Ton
149,787,000
58,145
17. TANDEM ROLLER 6-8 T. E17 50 8 Ton
246,529,000
103,729
18. TIRE ROLLER 8-10 T. E18 60 10 Ton
300,115,000
114,427
19. VIBRATORY ROLLER 5-8 T. E19 75 7 Ton
376,060,000
122,925
20. CONCRETE VIBRATOR E20 10
-
28,126,000
22,390
21. STONE CRUSHER E21 220 30 T/Jam
1,247,600,000
474,177
22. WATER PUMP 70-100 mm E22 6
-
30,471,000
18,434
23.
WATER TANKER 3000-4500
L. E23 100 4000 Liter
96,976,000
63,900
24. PEDESTRIAN ROLLER E24 11 0.98 Ton
68,302,000
25,629
25. TAMPER E25 5 0.17 Ton
18,013,000
15,695
26. JACK HAMMER E26 3
-
23,870,000
17,717
27. FULVI MIXER E27 75
-
160,069,000
67,925
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
61
Biaya
No. Uraian Kode HP Kapasitas Harga Sewa
Alat Alat/Jam
(di luar PPN)
28. CONCRETE PUMP E28 100 8 M3
112,500,000
65,517
29. TRAILER 20 TON E29 175 10 Ton
166,250,000
104,628
30. PILE DRIVER + HAMMER E30 25 2.5 Ton
70,000,000
29,703
31. CRANE ON TRACK 35 TON E31 125 35 Ton
350,000,000
122,211
32. WELDING SET E32 40 250 Amp
17,500,000
24,154
33. BORE PILE MACHINE E33 150 200 Meter
2,250,000,000
509,440
Depresiasi Alat Berat
Depresiasi terdiri dari tiga macam :
Straight Line Method / Garis lurus
Declining Balance Method / sum of the year method
Double Declining Balance Method
a. Straight Line Method
Harga alat berat misalnya Asphalt Finisher Rp. 600 juta
Nilai sisa 10% = Rp. 60 juta
Umur alat berat = 5 tahun = 10.000 jam kerja
Depresiasi = = Rp 108 juta / tahun
= Rp 54.000 / jam
Rp 600 juta – Rp 60 juta
5 tahun
Rp 600 juta – Rp 60 juta
10.000
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
62
b. Declining Balance Method / Sum of The Year Method
Harga alat berat Rp 600 juta
Umur alat berat 5 tahun : 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15
Depresiasi tahun ke-1 = 5/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)
Depresiasi tahun ke-2 = 4/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)
Depresiasi tahun ke-3 = 3/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)
Depresiasi tahun ke-4 = 2/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)
Depresiasi tahun ke-5 = 1/15 x (Nilai alat – Nilai sisa)
Dari hitungan tahun tersebut diperoleh :
FAKTOR DEPRESIASI NILAI ALAT
Akhir tahun ke Faktor Depresiasi Depresiasi akhir
tahun ke Rp … juta
Nilai buku
Rp… Juta
0 0 0 600
1 5/15 180 360
2 4/15 144 216
3 3/15 108 108
4 2/15 72 36
5 1/15 36 0
c. Double Declining Balance Method
Harga alat berat Rp 600 juta
Umur alat berat 5 tahun
Depresiasi rata-rata tiap tahun = 20%
Faktor depresiasi = 2 x 20% = 40%
Depresiasi tahun ke-1 = 40% x Rp 600 juta = Rp 240 juta
Nilai sisa/nilai buku = Rp 600 juta – Rp 240 juta = Rp 360 juta
Depresiasi tahun ke-2 = 40% x Rp 360 juta = Rp 144 juta
Nilai sisa/nilai buku = Rp 360 juta – Rp 144 juta = Rp 216 juta
Depresiasi tahun ke-3 = 40% x Rp 216 juta = Rp 86,4 juta
Nilai sisa/nilai buku = Rp 216 juta – Rp 86,4 juta = Rp 129,6 juta
Depresiasi tahun ke-4 = 40% x Rp 129,6 juta = Rp 51,84 juta
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
63
Nilai sisa/nilai buku = Rp 129,6 juta – Rp 51,84 juta = Rp 77,76 juta
Depresiasi tahun ke-5 = 40% x Rp 77,76juta = Rp 31,1 juta
Dari hitungan tersebut diperoleh tabel :
PROSENTASE DEPRESIASI NILAI ALAT
Akhir tahun ke Persen depresiasi Depresiasi akhir
tahun ke Rp … juta
Nilai buku
Rp… Juta
0 0 0 600
1 40 240 360
2 40 144 216
3 40 86,4 129,6
4 40 51,84 77,76
5 40 31,10 46,66
Ketiga metode tersebut, masing-masing harus dikalikan dengan faktor
pengembalian modal atau faktor angsuran “D” atau Capital recovery Factor
(CRF) seperti yang diuraikan dalam halaman-halaman sebelumnya.
Dalam hal alat yang digunakan tidak baru lagi, maka harga alat, umur
ekonomis, dan nilai sisa harus ditaksir berdasarkan data alat yang
bersangkutan dan harga pasar yang berlaku.
PERBANDINGAN 3 MACAM DEPRESIASI
Akhir tahun ke Straight line
Rp … juta/tahun
Declining Balance
Rp … juta/tahun
Double Declining
Balance
Rp … juta/tahun
1 108 180 240
2 108 144 144
3 108 108 86,4
4 108 72 51,84
5 108 36 31,10
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
64
Double Declining Balance, pada kolom 4, ternyata mendepresiasi lebih cepat
pada tahun ke-1 dan ke-2 dibandingkan dengan cara depresiasi yang lain, pada
kolom 2 maupun kolom 3 sehingga pada tahun berikutnya cara tersebut lebih
kecil nilai depresiasinya.
Setelah didapat harga satuan dan koefisien kuantitas untuk upah/tenaga,
bahan dan peralatan, maka dapat dihitung harga satuan pekerjaan melalui
analisa harga satuan pekerjaan dengan menggunakan formulir standar, Analisa
Harga Satuan Pekerjaan dibuat untuk seluruh item pekerjaan yang tercantum di
dalam dokumen lelang.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
65
BAB VI
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN
6.1. Pengertian Pemeliharaan dan Perbaikan
Pemeliharaan peralatan mempunyai arti sebenarnya adalah merawat serta
menjaga peralatan agar peralatan tersebut selalu dalam keadaan siap operasi
setiap saat diperlukan, sehingga dapat memberikan jasa pelayanan sesuai
fungsinya selama umur ekonomisnya. Sedangkan perbaikan peralatan masih
dalam lingkup kegiatan pemeliharaan, hanya prosesnya terjadi karena adanya
kerusakan pada peralatan sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu agar bisa
dioperasikan kembali.
Sebenarnya pemeliharaan peralatan sudah mulai dilaksanakan sejak peralatan
tersebut masih dalam proses perakitan/pabrikasi. Semua komponen yang
akan dirakit disiapkan di tempat yang bersih dan rapih serta aman dari
pencurian. Pada waktu perakitan dijaga betul kebersihannya, terutama pada
bagian-bagian yang benar-benar harus terhindar dari debu atau dari zat-zat
kimia atau asam seperti misalnya pada bagian hydraulic dan kelistrikan.
Setelah selesai perakitan, peralatan yang baru tersebut diberi pelindung
antara lain dicat anti karat atau sejenisnya, dilindungi dengan memakai oli
atau gemuk pada bagian-bagian tertentu, serta pada waktu pengiriman
dilakukan dengan pengepakan yang baik serta perlindungan-perlindungan lain
terutama pada bagian elektroniknya agar peralatan akan tetap dalam kondisi
siap operasi pada saat penyerahan kepada pemesan/pembeli.
Dalam bab ini yang akan diuraikan lebih lanjut adalah pemeliharaan peralatan
yang sudah berada pada pemilik/pemakai.
Pemeliharaan peralatan dari waktu pelaksanaan dapat dibagi menjadi 2
bagian :
pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan berkala.
Pemeliharaan peralatan dari penanganan pelaksanaan dapat dibagi menjadi 2
bagian :
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
66
pemeliharaan ringan (Pemeliharaan tingkat I,II, dan III)
pemeliharaan berat (Pemeliharaan tingkat IV, dan V)
6.2. Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara rutin setiap hari, dilaksanakan baik
oleh operator sendiri ataupun para mekaniknya (tidak perlu mekanik ahli),
misalnya pemeriksaan oli mesin, tekanan angin ban, tali kipas, kebocoran-
kebocoran oli kalau ada, oli hidrolik termasuk juga persediaan bahan bakar
dalam tangki bahan bakarnya, air radiator, batere, serta kebersihan peralatan
secara keseluruhan.
Pekerjaan pemeriksaan ini secara rutin dilaksanakan sebelum peralatan
berangkat ke lapangan. Peralatan setelah selesai operasi dan kembali ke pool
juga harus diperiksa lagi pada bagian-bagian yang perlu, termasuk
pembersihan kotoran yang terbawa dari lapangan.
Untuk pemeliharaan berkala, biasanya pabrik pembuat telah memberikan
petunjuk pemeliharaan berkala (service manual) yang harus diperhatikan
serta dipenuhi oleh pemilik/pemakai peralatan.
Yang dimaksud dengan pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang
harus dilakukan pada km atau jam kerja tertentu sesuai yang tercantum
dalam buku petunjuk dari pabriknya, terutama ini dilakukan pada bagian-
bagian atau komponen-komponen tertentu dari peralatan.(Sebagai contoh
pemeliharaan yang harus dilaksanakan setia 50 jam, 100 jam, 200 jam, 500
jam dst)
Pada bagian mesin misalnya, antara lain :
Penggantian oli mesin
Penggantian oli transmisi
Penggantian oli kopling/torque converter
Penggantian saringan oli, udara, bahan bakar
Pemeriksaan/penyetelan kekencangan V-belt
Pada pemeriksaan berkala ini ada kalanya beberapa komponen harus diganti
baru meskipun komponen tersebut tidak/belum rusak. Hal ini kadang-kadang
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
67
harus dilakukan agar tidak mengganggu atau merusak bagian lainnya apabila
komponen tadi tiba-tiba mengalami kerusakan.
6.3. Perbaikan Peralatan
Perbaikan peralatan masih termasuk dalam kegiatan pemeliharaan peralatan,
hanya proses ini dilaksanakan karena adanya kerusakan pada komponen atau
komponen-komponennya, sehingga perlu diperbaiki atau diganti agar
peralatan bisa segera dioperasikan kembali.
Jam kerja efektif peralatan apabila tidak dimanfaatkan merupakan suatu
kerugian bagi pemilik/pemakai.
Jam efektif yang hilang akibat peralatannya rusak disebut Downtime.
Downtime yang banyak atau lama menandakan peralatan sering rusak, sering
mengalami perbaikan atau juga bengkel atau mekanik yang kurang baik
karena lama/tidak cepat dalam menangani kerusakan peralatan antara lain
disebabkan karena mekanik yang kurang terampil, alat perkakas yang kurang
memadai, atau tidak tersedianya suku cadang yang dibutuhkan atau lama
perolehannya.
Tingkat perbaikan peralatan terbagi dalam 2 klasifikasi, yaitu :
Perbaikan ringan
Perbaikan ringan biasanya dilaksanakan oleh mekanik atau montir biasa,
bisa di bengkel, bisa juga diatasi di lapangan dengan tidak
membutuhkan alat-alat perkakas atau mesin-mesin bengkel.
Perbaikan berat
Perbaikan berat untuk mengatasi kerusakan berat, biasanya lebih dari
satu komponen atau bagian yang rusak, dilaksanakan oleh mekanik atau
montir di bengkel serta memerlukan mesin-mesin perkakas bengkel.
Biasanya membutuhkan waktu pelaksanaan yang lama dan dikerjakan
oleh mekanik atau montir ahli. Contoh kerusakan termasuk kerusakan
berat misalnya kerusakan pada bagian dalam engine atau pada
hydraulic system-nya, dan sejenisnya.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
68
Petunjuk atau cara-cara penanganan kerusakan berat biasanya dapat
dipelajari dalam buku petunjuk dari pabrik (Workshop Manual).
6.3.1. Suku Cadang
Guna menunjang kelancaran kegiatan pemeliharaan peralatan
diperlukan kontrol atau pengendalian penyediaan suku cadang dan
bahan-bahan yang biasa diperlukan.
a. Penyediaan suku cadang dan bahan
Untuk kelancaran pemeliharaan peralatan dan menjamin
kelancaran atau kontinuitas operasional peralatan, perlu
disediakan sejumlah suku cadang, serta bahan-bahan yang
diperlukan, sebagai berikut :
Fast Moving Parts.
Jenis suku cadang yang sering rusak dan harus segera
diganti, misalnya v-belt, sekering (fuse), lampu dan lain-lain.
Suku cadang sesuai jadwal pemeliharaan, misalnya filter-filter
(lihat buku petunjuk jadwal pemeliharaan dari pabrik).
Minyak pelumas dan minyak hidrolik (sesuai jadwal
pemeliharaan)
Bahan bakar (bensin, solar) sesuai jumlah unit peralatannya,
cukup untuk operasi selama waktu tertentu.
Dalam penyediaan suku cadang, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
Mutu suku cadang.
Sedapat mungkin diperoleh suku cadang asli dari pabrik (Agen
Tunggal). Suku cadang tidak asli kelihatannya memang baik
dan bisa dipasang, namun umur pemakaiannya tidak lama.
Lama waktu pemesanan suku cadang (Lead time), agar pada
saatnya diperlukan suku cadang sudah tersedia.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
69
Batas aman jumlah persediaan (Safety stock). Persediaan
suku cadang tidak perlu harus dalam jumlah banyak, tapi
harus cukup untuk pemakaian dalam kurun waktu tertentu
ditambah sejumlah tertentu (safety stock) untuk penggunaan
selama waktu pemesanan suku cadang yang baru, sehingga
persediaan suku cadang tidak akan sempat kosong atau habis.
Volume dan jumlah
Untuk perhitungan volume atau jumlah tiap item suku cadang
yang harus tersedia bisa diperoleh dari pengalaman di
lapangan serta dengan mempelajari petunjuk dari pabrik.
Data-data pengalaman di lapangan ini bisa diperoleh dari
catatan riwayat peralatan yang pernah dimiliki yang terhimpun
di pusat pengendalian peralatan yang menyimpan data-data
operasional peralatan dari lapangan.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
70
BAB VII
PENGAWASAN PERALATAN
Kegiatan yang penting dalam pengendalian peralatan adalah pencatatan dan
pelaporan. Pencatatan data peralatan serta hal-hal yang terjadi atau dialami oleh
peralatan yang bersangkutan dicatat, kemudian secara rutin berkala catatan
tersebut dikirimkan sebagai laporan ke pusat pengendalian yang selanjutnya semua
data-data tersebut akan diolah serta dievaluasi, yang hasilnya bisa berguna bagi
pemakai/pemilik peralatan.
Data hasil evaluasi ataupun data sebagai catatan ini merupakan data
informasi yang sangat berguna bagi pemakai/pemilik guna bahan pertimbangan
dalam perencanaan pengadaan peralatan, penyiapan armada peralatan untuk
pelaksanaan pekerjaan, maupun sebagai data yang diperlukan dalam pemeliharaan
peralatan.
Data tersebut diatas berguna juga dalam proses perencanaan/pengambilan
keputusan dalam kegiatan penghapusan peralatan, antara lain misalnya dari data
kondisi peralatan dan riwayat operasi dan memeliharaan peralatan dimana tercatat
hasil operasi yang kecil dan sudah cukup banyak mengeluarkan biaya untuk
pemeliharaan peralatan karena sering rusak.
7.1. Pencatatan Peralatan
Setiap unit peralatan sebaiknya harus mempunyai nomor inventarisasi atau
lebih dikenal dengan istilah nomor kode unit peralatan, atau nomor identifikasi
peralatan. Nomor kode unit peralatan ini bisa disusun sedemikian rupa agar
bisa mempermudah pengidentifikasiannya, namun tidak duplikasi, artinya satu
nomor hanya dipakai oleh satu unit peralatan.
Apabila peralatan yang bersangkutan sudah dihapus maka nomor atau kode
unit peralatannya tidak boleh dipakai lagi oleh peralatan lain yang baru yang
belum mempunyai nomor identifikasinya.
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
71
Contoh nomor identifikasi peralatan :
Kode identifikasi peralatan atau kode unit peralatan pada contoh di atas
dibuat sederhana, tapi cukup jelas menerangkan peralatan jenis apa, yang
mana, siapa pemiliknya/pemakainya.
XXX Tiga angka pertama menjelaskan siapa pemiliknya atau bisa juga
sebagai kode untuk pemakai atau proyek di mana peralatan
tersebut dipakai.
XXX Tiga angka kedua menunjukkan jenis peralatan, misalnya
Bulldozer, atau Motor Grader atau jenis peralatan yang lainnya.
Contoh : 001 untuk Jenis Peralatan Bulldozer
010 untuk Jenis Peralatan Motor Grader
XXX Tiga angka terakhir dipakai untuk nomor urut dari jenis peralatan
sesuai tiga angka ke dua di atas, misalnya Bulldozer
Contoh : 002 / 001 / 003
peralatan ini adalah Bulldozer nomor urut 3 milik PT. Jasa Marga
yang dipakai oleh proyek Pemeliharaan Jalan Tol Jagorawi (kode
002)
XXX / XXX / XXX
Nomor urut peralatan Nomor kode jenis peralatan Nomor kode pemilik/pemakai peralatan
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
72
Tiap unit peralatan mempunyai satu buku riwayat peralatan, yang memuat
semua hal yang terjadi pada peralatan yang bersangkutan, misalnya data
pemakaian/operasi, data tentang pemeliharaan/perbaikan, data pemakaian
bahan bakar, serta data lain yan dianggap perlu, seperti lokasi/proyek
pemakai, nama operatornya, data hasil operasi, jam kerjanya/jam-jam operasi
7.2. Pelaporan
Sesuai dengan jenis-jenis kegiatan dalam manajemen peralatan, maka data
peralatan yang harus dicatat dan harus dilaporkan adalah sebagai berikut :
7.2.1. Tahap perencanaan dan pengadaan
Pada tahap ini maka laporan yang harus dibuat adalah berupa data
hasil pelaksanaan pengadaan peralatan, apakah itu hasil pembelian
baru, sewa beli, atau sewa.
Data yang perlu dilaporkan antara lain data utamanya misalnya :
Jenis peralatan
Kapasitas peralatan
Kapasitas mesin
Nomor seri alat/body
Nomor seri mesin
Tahun pembuatan
Harga pembelian
Tahun pembelian
Nama perusahaan penjual/agen tunggal
Lokasi proyek/pemakai
Kondisi Peralatan
Data di atas diproses untuk dimasukkan ke dalam daftar inventarisasi
peralatan dan diberi nomor kode unit peralatannya. Untuk peralatan
hasil sewa beli dan sewa tidak masuk dalam daftar inventarisasi, cukup
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
73
hanya dalam daftar peralatan yang dipakai oleh proyek yang
bersangkutan, jadi tidak perlu data lengkapnya dilaporkan, kecuali
peralatan dari sewa beli, yang nantinya akan menjadi milik sendiri.
7.2.2. Tahap pengoperasian
Pada tahap ini maka semua hal yang terjadi pada peralatan yang
bersangkutan dicatat dalam buku riwayat peralatan. Datanya dibuat di
lapangan setiap harinya dan dilaporkan ke bagian administrasi
peralatan, selanjutnya direkap dalam tiap bulannya (apabila
diperlukan) dan dicatat/dipindahkan ke dalam buku riwayat peralatan.
Adapun data yang harus dicatat antara lain :
Lokasi pemakaian
Jenis tugas yang dilaksanakan
Volume hasil kerja
Pemakaian bahan bakar
Pemakaian minyak pelumas dan sejenisnya
Nama operator
Lama waktu/jam pemakaian
Kondisi peralatan
7.2.3. Tahap pemeliharaan dan perbaikan
Pada tahap ini, data tentang pemeliharaan dan perbaikan yang
dikerjakan terhadap peralatan yang bersangkutan baik yang terjadi di
lapangan maupun di bengkel harus dicatat, diantaranya adalah :
Pemakaian suku cadang
Pemakaian bahan bakar (pada waktu perbaikan)
Pemakaian minyak pelumas dan sejenisnya
Lama waktu perbaikan
Status km/jam peralatan pada saat perbaikan
Status/jenis kerusakan
Manajemen Peralatan
PIP Bidang Jalan & Jembatan
74
7.2.4. Tahap penghapusan
Pada tahap ini yang dicatat dan dilaporkan cukup daftar peralatan
yang dihapus, berisi data antara lain :
Kode unit peralatannya
Kapasitas alat
Tahun pembuatan
Lokasi pemakai peralatan
Catatan/kode alasan penghapusan (kalau ada)