BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Kebakaran merupakan salah satu kasus kecelakaan tertinggi di Indonesia. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat, terutama di kota-kota besar, resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Selain itu, pertambahan jumlah penduduk, pembangunan gedunggedung perkantoran, kawasan perumahan, dan industry semakin berkembang sehingga rawan menimbulkan kebakaran dan jika telah terjadi kebakaran maka perlu penanganan yang khusus. Berdasarkan data Media Indonesia, jumlah kasus kebakaran, khususnya di Jakarta sebagai ibu kota Negara Indonesia sepanjang tahun 2011 naik 161 dari jumlah kasus kebakaran dalam periode yang sama pada tahun lalu yang hanya mencapai 54 kasus kebakaran. Maraknya peristiwa kebakaran di Jakarta dan daerah lain di Indonesia mengundang keprihatinan semua pihak. Biasanya dugaan awal kebakaran itu disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik. Tahun 2009, terjadi 136 kasus kebakaran di Jakarta. Dari jumlah itu. 103 kasus tempat kejadian perkara (TKP) 96 kasus karena dipicu api terbuka, dan 44 karena hubungan arus pendek listrik. Selama kurun waktu 2000-2009 Mabes Polri mencatat ada 1.148 kasus kebakaran. Yang paling tinggi tahun 2000 sebanyak 159 kasus. Tahun 2009 ada 139 kasus dan tahun 2001 ada 130 kasus kebakaran. Sudah sangat banyak kerugian material bahkan juga ada korban jiwa dari peristiwa kebakaran yang terjadi. Banyaknya dari jumlah kerugian tersebut disebabkan oleh human error atau kesalahan manusia itu sendiri. Untuk itu, perlu adanya kesadaran diri pribadi untuk tetap berhati-hati dalamPage | 1

menggunakan bahan-bahan yng dapat memicu api, mengelola lingkungan dengan baik, dan kalaupun telah terjadi kebakaran maka perlu dilakukan penanganan yang tepat sesuai dengan kondisinya.

B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu: 1. Bagaimana proses terjadinya api? 2. Bagaimana fenomena kebakaran dapat terjadi? 3. Bagaimana memahami prinsip pemadam api? 4. Apa itu alat pemadam kebakaran dan bagaimana cara penggunaannya? 5. Apa itu Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan bagaimana cara penggunaannya?

C. TUJUAN Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan informasi tentang kebakaran, seperti proses terjadinya api, fenomena kebakaran itu sendiri, prinsip pemadaman api, jenis-jenis alat pemadam kebakaran, dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Page | 2

BAB II PEMBAHASAN

A. TERJADINYA API 1. Definisi Api Api pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar kimia cepat yang dihasilkan yang disertai didalam berlansung proses secara oksidasi dan

pelepasan energi/panas. Api atau pembakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan 4 unsur dalamGbr. 1 Api

perbandingan yang baik, yaitu : 1. Bahan bakar. 2. Oksigen/zat pembakaran. 3. Panas/sumber nyala yang cukup. 4. Reaksi radikal bebas yang berlangsung secara berantai. Api akan padam apabila : 1. Semua bahan telah habis terbakar.

2. Konsentrasi oksigen tidak cukup untuk berlansungnya pembakaran. 3. Temperatur material berada di bawah suhu penyalaan. 4. Reaksi berantai terputus.

2. Proses Reaksi Bahan bakar setelah dipanaskan akan mengalami perubahan : a. Secara fisik menjadi gas.

Page | 3

b. Secara kimiawi akan menghasilkan atom-atom yang berdiri bebas (radikal) Contoh : Ethane (C2H6)====Bentuk bangun H C C H Setelah dipanaskan, salah satu atom H akan terlepas atau berdiri bebas. Atom H yang berdiri bebas inilah disebut H radikal (H*). 4Atom H bersifat sangat reaktif atau mudah berkombinasi dengan oksigen menjadi HOO*. Dan seterusnya akan menghasilkan HO* dan O* Jadi nyala api adalah persenyawaan antara radikal-radikal tersebut.

3. Besaran-Besaran Angka a. Flamable Range Flamable Range adalah

besaran angka yang menyatakan batas minimal (LEL) daan batas maksimal (UEL) jumlah

perbandingan volume uap bahan bakar di udara, konsentrasi dimana yangGbr. 2 Flammable Range

merupakan

rapat untuk dapat berlangsungnya nyala api/pembakaran. Adapun pembagian Flammable Range adalah sebagai berikut: 1. Lower Explosive Range (LEL) adalah batas minimal konsentrasi uap bahan bakar di udara dimana bila ada sumber api akan terbakar. 2. Upper Explosive Limit (UEL) adalah batas konsentrasi maksimal uap bahan bakar di udara dimana bila ada sumber api akan terbakar. 3. Explosive Range adalah konsentrasi LEL dan UEL. Pada konsentrasi ini apabila ada sumber nyala akan dapat terbakar atau meledak. Bila konsentrasi uap batas explosive range (kurang atau lebih) sekalipun ada sumber nyala tidak akan terbakar.Page | 4

Jadi pada konsentrasi uap minyak mentah 1 10 %, dilarang mengadakan kegiatan menggunakan api, karena akan terjadi kebakaran. Alat untuk mengukur kadar gas/uap mudah terbakar adalah Combustible Gas Indicator/Explosimeter. b. Titik Nyala (Flash Point) Adalah suhu terendah yang diperlukan untuk mengubah/menghasilkan sejumlah uap siap untuk terbakar bila ada sumber nyala. Besaran angka ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat resiko bahaya

kebakarannya. Menurut Peraturan Khusus EE bahwa setiap bahan cair yang mempunyai angka titik nyala/flash point kurang dari 55oC adalah termasuk bahan mudah terbakar. Menurut NFPA diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kelas 1 = Kurang dari 100oF (resiko tinggi) 2. Kelas 2 = 100 140oF (resiko sedang) 3. Kelas 3 = Lebih dari 140oF (resiko rendah) c. Autoignition Temperature Adalah temperatur terendah dimana bahan akan terbakar dengan sendirinya tanpa diberi sumber nyala. Contoh: y Setrika panas dapat membakar kain yang diseterika. y Instalasi pipa panas kontak langsung dengan bahan-bahan yang mudah terbakar. d. Berat Uap Berat uap bahan bakar juga merupakan indikator yang perlu diperhatikan. Uap yang lebih ringan terhadap udara akan cenderung ke atas dan lebih berat dari udara akan ke bawah. Dengan mengetahui berat uap bahan bakar, maka dapat ditentukan dimana exhaust fan harus ditempatkan.Page | 5

B. FENOMENA KEBAKARAN 1. Definisi Kebakaran Definisi kebakaran menurut

Depnaker yaitu suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Definisi kebakaran

menurut pengertian suransi secara umu yaitu sesuatu yang benar-benarGbr. 3 Salah Satu Contoh Peristiwa Kebakaran

terbakar yang seharusnya tidak terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyat, terjadi secara tidak sengaja, tiba-ttiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian. Definisi umumnya adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran. Unsure-unsur penyebab kebakaran itu adalah: 1. BAHAN PADAT seperti kayu, kain, kertas, plastik dan lain sebagainya dan jika terbakar umumnya akan meninggalkan abu / bara. 2. BAHAN CAIR seperti cat, alkohol dan berbagai jenis minyak. 3. BAHAN GAS seperti propane, Butane, LNG dan lain sebagainya. Pada adanya peristiwa segitiga kebakaran kebakaran. dikenal Segitiga

kebakaran yaitu tiga unsure yg membentuk rantai penyebab terjadinya api. Tiga unsure tersebut adalah sebagai berikut:Gbr. 4 Segitiga Kebakaran

Page | 6

1. Bahan yang mudah terbakar 2. Oksigen atau zat pengoksida, dan 3. Sumber panas yang cukup untuk menaikkan temperatur bahan bakar sampai titik penyalaannya.

2. Sifat-sifat Kebakaran Peristiwa kebakaran memiliki beberapa sifat, antara lain: 1. Terjadinya secara tidak terduga. 2. Tidak akan padam apabila tidak dipadamkan. 3. Kebakaran akan padam dengan sendirinya apabila konsentrasi

keseimbangan hubungan 3 unsur segitiga api tidak terpenuhi lagi.

3. Sumber Potensi Penyebab Kebakaran Kebakaran dapat disebabkan oleh beberapa sumber, yaitu: a. Api Terbuka Penggunaan api terbuka di daerah berbahaya atau terdapat bahan yang mudah menyala sering dapat menjadi sumber penyebab terjadinya kebakaran, antara lain : Pengelasan, dapur api dll. b. Permukaan Panas Pesawat/instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak

terkendali/kontak dengan bahan hingga mencapai suhu penyalaan dapat menyebabkan kebakaran. c. Peralatan Listrik Peralatan listrik dapat menjadi sumber kebakaran bila tidak memenuhi syarat keamanan (PUIL), pembebanan lebih, tegangan melebihi kapasitas, dan terdapat bunga api pada motor listrik.

Page | 7

d. Reaksi Eksotermal Reaksi eksotermal yaitu reaksi yang menghasilkan panas juga menghasilkan gas yang mudah terbakar. Contoh: reaksi batu karbit dengan air dan reaksi bahan kimia yang peka terhadap asam. e. Gesekan Mekanis Akibat gerakan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak bila tidak diberi pelumasan secara teratur dapat menimbulkan panas. Bunga api mekanis/gram bubutan atau gerinda dapat menjadi sumber nyala bila kontak dengan bahan mudah terbakar. f. Loncatan Bunga Api Listrik Statis Akibat pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat terjadi penimbunan elektron (akumulasi listrik statis). Contoh : y Minyak adalah bahan non konduktor. y Bila minyak dialirkan melalui slang dengan tekanan tinggi maka elektron akan tertimbun pada minyak tersebut. y Pada keadaan tertentu elektron dapat terjadi loncatan elektron dan dapat menjadi sumber penyebab kebakaran.

4. Klasifikasi Kebakaran Kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan klas-nya, sebagai berikut: 1. KLAS A, Kebakaran dari bahanbahan padat yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, plastik, kain dan lain-lain. 2. KLAS B, Kebakaran dari bahanGbr. 5 Klasifikasi Kebakaran

cair atau gas seperti bensin, solar, bensol, butane dan lain-lain.Page | 8

3. KLAS C, Kebakaran yang disebabkan arus listrik pada peralatan seperti permesinan, generator, panel listrik dan lain-lain. 4. KLAS D, Kebakaran yang timbul dari bahan-bahan logam, titanium, aluminium dan lain-lain. 5. KLAS K, kebakaran yang disebabkan oleh bahan-bahan makanan seperti minyak nabati, minyak hewani, dan lemak.

C. PRINSIP PEMADAMAN API Sebelum mempelajari lebih jauh prinsip pemadaman api, kita harus mengetahui lebih dahulu klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran atau jenis bahan bakarnya. Tujuan klasifikasi ini adalah agar memudahkan kita dalam usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran. Kita dapat memilih media pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu jenis kebakaran, sehingga usaha pencegahan dan pemadaman akan berdaya guna dan tepat guna. Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980, klasifikasi kebakaran di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Kelas A = kebakaran bahan padat biasa, dimana pendinginan ( dengan air atau larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya. Contoh : Kebakaran kayu, kain, kertas, karet dan beberapa macam plastik. 2. Kelas B = kebakaran cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara utama untuk memadamkannya. Contoh : kebakaran minyak, gemuk (grease), cat berpelarut minyak, dan gas mudah terbakar.

Page | 9

3. Kelas C = kebakaran pada peralatan beraliran listrik, dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media pemadam yang tidak menghantarkan listrik. Jika arus listriknya dimatikan, akan ditemui kebakaran kelas A atau B. Contoh: kebakaran trafo, panel lstrik, generator, peralatan audio, dll. 4. Kelas D = kebakaran logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya. Contoh : kebakaran sodium, magnesium, titanium, bahanbahan radioaktif, dll. Seperti telah diuraikan diatas, bahwa terjadinya api adalah atas dasar peristiwa segitiga api. Dengan demikian untuk memadamkan api atau untuk mencegah timbulnya api, kita harus menghilangkan salah satu unsur segitiga api atau merusak konsentrasi dari ketiga unsur tersebut, yaitu : 1. Menghilangkan/membatasi atau mengurangi bahan bakar (starvation). Pemindahan bahan mudah terbakar untuk mematikan api memang efektif, tapi pada prakteknya memang sulit. Sebagai contoh cara memindahkan bahan bakar yaitu dengan menutup kerangan, memompa minyak ketempat lain, memindahkan bahan yang mudah terbakar dll. Cara lain adalah dengan menyiram air pada bahan tersebut atau membuat penahan/pencegah terjadinya penguapan bahan tersebut yaitu dengan foam yang

menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran. 2. Memisahkan uap bahan bakar dengan udara (penyelimutan/smothering), sedangkan prinsip mengurangi kadar oksigen diudara disebut

pengenceran/dilusi. Salah satu contoh cara ini ialah memadamkan minyak terbakar dipenggorengan dengan jalan menutup penggorengan tersebut. Penyelimutan ini biasanya adalah salah satu cara yang paling mudah untuk memadamkan api. 3. Mengurangi panas bahan bakar sampai temperatur dibawah titik

penyalaannya (pendinginan/cooling). Salah satu cara yang paling luas untukPage | 10

memadamkan api adalah dengan cara pendinginan. Pengontrolan suhu mendapatkan penyerapan panas dengan pendinginan bahan baku sampai titik sehingga tidak bisa menguap untuk menyuplai uap untuk

pembakaran. Air adalah salahsatu bahan penyerap panas yang terbaik dari bahan lainnya. 4. Memutus rantai reaksi api baik secara kimiawi maupun secara fisis (breaking chain reaction). Penelitian yang telah dilakukan dalam beberapa tahun belakangan membuktikan bahwa pernyataan yang paling dekat tentang pemisah panas, pemisahan bahan bakar, atau pemisahan oksigen dalam pemadaman kebakaran tidak berlaku, bila Dry Powder atau

bahan-bahan yang mengandung hidrokarbon dipakai untuk bahan pemadam. Bahan-bahan ini adalah produk-produk menengah yang reaksinya lambat dalam reaksi kebakaran untuk menurunkan suhu panas (tingkatan evolusi suhu panas) dan untuk pemadam. Api dapat dipadamkan dengan berbagai media. Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. Jenis padat : misalnya pasir, tanah, selimut api, tepung kimia (dry chemical). 2. Jenis cair : misalnya air, busa. 3. Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon. Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut : 1) Pasir Pasir efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. Tujuan utama berfungsi untuk membatasi menjalarnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.

Page | 11

2) Tepung kimia Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).

Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K. 2. Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya : Monoamonium Phosphate (MAP). 3. Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-L-X, TEC, Lith X Powder dll. Ciri-ciri tepung kimia (dry powder) adalah : 1. Butiran relatif seragam dengan diameter 15-60 mikron, 2. Tidak beracun, 3. Untuk mencegah sifat higrokopis (mengisap air) dan penggumpalan, serta untuk memberikan daya pengaliran yang lebih baik, maka ditambah logam stearate serta bahan-bahan tambahan (additives). 4. Walaupun cocok untuk kebakaran kelas C (listrik), tetapi dapat merusak instalasi atau peralatan elektronik karena meninggalkan kotoran/kerak, 5. Bagi manusia, segi bahayanya adalah dapat merusak pandangan dan mengganggu pernafasan. Cara kerja tepung kimia dalam memadamkan api: 1. Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara. 2. Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikelpertikel tepung kimia tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.

Page | 12

3) Air Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran, air yang paling banyak digunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut : 1. Mudah didapat dalam jumlah yang banyak. 2. Murah 3. Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan 4. Dapat dipancarkan dalam berbagai bentuk. 5. Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi cirri utama dari media pemadam air. 6. Mempunyai daya menguapkan uap yang tinggi. Kelemahan air sebagai media pemadam, antara lain : 1. Menghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kelas C. 2. Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm (menghasilkan panas). 3. Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung. Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis, yaitu: 1. Pendinginan. Air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C sampai 100 C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs). 2. Penyelimutan. Air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution). d. Busa (Foam) Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut maka sangat efektif untukPage | 13

memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe kebakaran tersebut. Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas A. 1. Busa Kimia Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat. Reaksinya adalah sebagai berikut: A12(SO4)3 + 6NaHC 2. Busa Mekanik Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri darai cairan busa, air bertekanan, dan udara. Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa. Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut: air dicampurkan degan cairan busa sehingga membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa mekanis. Bahan baku busa mekanis antaralain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant (AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol). 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6C

Page | 14

D. ALAT PEMADAM KEBAKARAN Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu : 1. Alat pemadam api ringan (APAR) 2. Alat pemadam api beroda 3. Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system) Pada dasarnya teknik untukGbr. 6 Macam-Macam Alat Pemadam Kebakaran

memadamkan kebakaran adalah: 1. Harus dipadamkan sedini mungkin dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat, atau dengan cara sederhana yang tepat, antara lain : menutupi dengan karung goni basah, menyiram dengan air (disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran). 2. Bila pertolongan petama gagal, usahakan penanggulangan kebakaran terhadap daerah yang terbakar dan bersamaan dengan itu usahakan memblokir tempat kebakaran dengan bangunan lain yang terdekat. 3. Untuk pemadaman yang menggunakan air atau bahan cair, terlebih dahulu harus memutuskan aliran listrik ditempat yang akan dipadamkan atau disemprot.

E. ALAT PEMADAM API RINGAN Penggunaan alat pemadam api ringan (Portable Fire Extinguisher) untuk memadamkan kebakaran awalnya telah terbukti banyak manfaatnya. Menurut penelitian National Association of Fire Equipment Distributor di Amerika (Bryan, hal 27), dari sejumlah 5400 kasus kebakaran yang diteliti, sekitar 5073 kasus dapat dipadamkan oleh penghuni dengan menggunakan Alat PemadamPage | 15

Api Ringan. Sedangkan kasus sisanya dipadamkan dengan menggunakan sistem sprinkler otomatis atau oleh regu pemadam. Oleh karena itu, NFPA menentukan bahwa APAR harus tetap disediakan untuk memadamkan kebakaran awal. Walaupun tempat tersebut telah dilindungi oleh sprinkler otomatis atau alat pemadam kebakaran yang lain (hidran air, dll). NFPA memberikan batas, Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah: suatu peralatan ringan yang berisi tepung, cairan atau gas yang dapat disempurnakan bertekanan, untuk tujuan pemadaman kebakaran (NFC 10-1981, hal. 10-6). Sedangkan, menurut Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per04/MEN/1980, pemasangan dan tentang syarat-syarat APAR,

pemeliharaan

dikemukakan bahwa APAR adalah : alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulanya terjadi kebakaran. Dari kedua batasan diatas tampakGbr. 7 Bagian-Bagian APAR

jelas ciri-ciri yang memiliki APAR, yaitu:

ringan, berisi media pemadam, mempunyai tenaga dorong, digunakan untuk memadamkankebakaran awal, dan dapat dilayani oleh satu orang saja. Untuk memadamkan kebakaran, APAR memiliki beberapa keterbatasan, baik dalam jumlah media pemadam, jarak jangkau serta lamanya semprotan. Oleh karena itu APAR harus dipergunakan secara cepat dan tepat, agar tidak banyak media pemadam yang terbuang percuma. Daya guna (efisiensi) dan hasil guna (efektivitas) penggunaan APAR tergantung pada beberapa faktor, yaitu: 1. APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.

Page | 16

2. APAR diletakan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working order). 3. Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan APAR. 4. Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu mempergunakan APAR tersebut (NFC 10-1981, hal. 10-29). F. PEMAKAIAN ALAT PEMADAM API RINGAN Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. APAR Jenis Dry Powder (Tepung Kering). Salah satu contoh Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan media pemadam Dry Powder adalah Model A-20 E. Cara-cara pemakaiannya adalah sebagai berikut: 1. Turunkan alat pemadam dari tempatnya. 2. Lepaskan selang dari jepitan. 3. Pegang horn nozzle tangan dengan kanan dengan tangan kiri

sedangkan

menekan posisiGbr. 8 APAR Jenis Dry Powder

pelatuk/pemecah

cartrige

badan/muka menyamping dari fill cap racun api.

4. Lakukan pengetesan ditempat yang aman terlebih dahulu sebelum maju kesasaran api dengan posisi nozzle keatas. 5. Bila alat tersebut baik majulah mendekati api dari arah angin datang (di atas angin) dengan memegang nozzle sudut 45. 6. Padamkan api dengan mengarahkan semburan dry chemical 6 dimuka sudut (tepi) api dalam jarak kira-kira 2 meter (jangan terlampau dekat). Lalu majulah perlahan sambil mengibas kekiri dan kekanan sedemikianPage | 17

rupa sehingga semburan dry chemical melewati tepian api/batas bagian yang terbakar tertutup dengan sempurna. 7. Perhatikan dengan seksama apakah api benar-benar telah mati, kalau telah mati mundurlah beberapa langkah dan jangan langsung

membelakangi api karena kemungkinan api menyala kembali (flash back) dan akan membahayakan bagi pemakainya.

1

2

3

4

Gbr. 9 Tata Cara Penggunaan APAR

2. APAR Jenis Busa Kimia (Chemical Foam). APAR jenis busa kimia mempunyai konstruksi yang berbeda-beda yaitu: 1. Jenis balik biasa (overturing) 2. Jenis kerangan (valve) 3. Jenis sekat pecah (breakable seal) Saat menggunakan APAR jenis busa jangan digunakan langsung ke permukaan cairan yang terbakar, tetapi harus diarahkan ke dinding vertikal permukaan yang terbakar sehingga foam mengalir ke bawah dan membentuk lapisan selimut yang akan menyebar di atas permukaan yang terbakar. JenisPage | 18

alat pemadam ini terdiri dari gas cartrige dan stored pressure yang dioperasikan dengan posisi berdiri, tetapi jenis yang lama harus dibalikkan pada saat mengoperasikannya . Jenis ini harus dipegang selama dioperasikan dan akan

membantu untuk memadamkan api secara cepat, serta pada saat yang sama nozzle harus ditekan untuk memberikan pancaran dengan tekanan yang cukup.Gbr. 10 APAR Jenis Busa Kimia

Dibandingkan dengan APAR busa-mekanik, APAR jenis busa kimia memiliki beberapa kelemahan: 1. Daya pemadamannya lebih rendah (untuk ukuran APAR yang sama). 2. Sekali digunakan tidak dapat dihentikan pancarannya, sehingga mempersulit penggunaannya. 3. Mengandung bahan kimia yang bersifat karat. 3. APAR Jenis Busa Mekanik (Mechanical Foam Extinguisher) APAR jenis ini menggunakan sistem pendorong. Tekanan dorong diperoleh dari gas CO2, baik dengan cara tabung gas (Gas cartrige) maupun tekanan tersimpan (Stored Pressure). Konstruksinya terdiri dari berbagai jenis: 1. Tipe gas Cartrige. 2. Tipe stored-pressure. Pemakaian APAR jenis busa (inset: jenis dibalik) pada kepala bejana sering dilengkapi dengan katup pengatur, dan pada nozzle terdapat sistemGbr. 11 APAR Jenis Busa Mekanik

Page | 19

pengisi ventury untuk memasukkan udara gelembung busa. Keuntungan yang dimiliki APAR tipe ini dibandingkan dengan tipe busa kimia, adalah : 1. Daya pemadamannya tinggi. 2. Aliran busa dapat dikendalikan oleh operator, sehingga memudahkan pemadaman. 3. Sifat karat dari larutannya tidak setinggi alumunium sulfat. Teknik atau cara penggunaan busa ke lokasi kebakaran adalah: 1. Dinginkan wadah cairan yang terbakar. 2. Selama air masih keluar dari pemancar busa jangan sekali-kali air tersebut dimasukkan ke tempat yang terbakar. 3. Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ke tempat yang terbakar. 4. Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan ke bagian dalam dinding wadah yang terbakar. 5. Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan busanya diarahkan keluar dari tempat yang terbakar. 1. APAR Jenis Gas CO2 atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau, lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.

Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO2 berubah ujudnya menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan mendesak udara keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO2 disimpan dalam silinder dengan tekanan 1000-1200 psi. Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe ini mempunyai corong atau nozzle penyemprot yang lebar. APAR jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:

Page | 20

1. Bersih tanpa meninggalkan bekas pada peralaatan yang disemprotkan sehingga cocok untuk laboratorium, percetakan, pabrik makanan. 2. Murah dan mudah diperoleh. 3. Tidak menghantar listrik. APAR jenis ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: 1. Daya pemadaman kurang efektif (dibandingkan dengan media pemadam halon serta dry chemical) sehingga perlu konsentrasi yang tinggi untuk pemadamannya. 2. Mudah tersebut sehingga kurang efektif untuk tempat terbuka. 3. Tidak beracun, tetapi inert, sehingga untuk penggunaannya harus diperhitungkan orang-orang yang ada di ruangan tersebut (Ansul Fire Aid Fire Training, 1974). Cara-cara pemakaiannya: 1. Turunkan tabung CO2 dari tempatnya. 2. Lepaskan horn dari tempat jepitannya. 3. Putuskan lead seal (pen pengaman). 4. Pegang horn dengan tangan kiri dan arahkan ke atas. 5. Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum menuju ke arah api). 6. Bila keadaan baik bawa ke tempat kebakaran. 7. Semprotkan dengan mengarahkan horn ke arah api dari arah datangnya angin dan usahakan agar menutup ke seluruhan daerah permukaan api.Gbr. 12 APAR Jenis Gas

Page | 21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Api pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan didalam proses kimia oksidasi yang berlansung secara cepat dan disertai pelepasan energi/panas. Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980, klasifikasi kebakaran di Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Kelas A = kebakaran bahan padat biasa, dimana pendinginan ( dengan air atau larutan berkadar air tinggi) merupakan cara utama untuk memadamkannya. 2) Kelas B = kebakaran cairan mudah terbakar dimana penyelimutan merupakan cara utama untuk memadamkannya. 3) Kelas C = kebakaran pada peralatan beraliran listrik, dimana untuk memadamkannya dibutuhkan media pemadam yang tidak menghantarkan listrik. Jika arus listriknya dimatikan, akan ditemui kebakaran kelas A atau B.

Page | 22

4) Kelas D = kebakaran logam, dimana dibutuhkan media khusus untuk memadamkannya. Untuk memadamkan api atau untuk mencegah timbulnya api, kita harus menghilangkan salah satu unsur segitiga api atau merusak konsentrasi dari ketiga unsur tersebut, yaitu : 1) Menghilangkan/membatasi atau mengurangi bahan bakar (starvation). Pemindahan bahan mudah terbakar untuk mematikan api memang efektif, tapi pada prakteknya memang sulit. 2) Memisahkan uap bahan bakar dengan udara (penyelimutan/smothering), sedangkan prinsip mengurangi kadar oksigen diudara disebut

pengenceran/dilusi. 3) Mengurangi panas bahan bakar sampai temperatur dibawah titik penyalaannya (pendinginan/cooling). 4) Memutus rantai reaksi api baik secara kimiawi maupun secara fisis (breaking chain reaction). Api dapat dipadamkan dengan berbagai media. Media pemadam api menurut fasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1) Jenis padat : misalnya pasir, tanah, selimut api, tepung kimia (dry chemical). 2) Jenis cair : misalnya air, busa. 3) Jenis gas : misalnya gas asam arang (CO2), Halon. Beberapa jenis media pemadam tersebut diterangkan sebagai berikut : 1) Pasir Pasir efektif untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau ceceran minyak. 2) Tepung kimia

Page | 23

Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut : a) Tepung kimia reguler (untuk kebakaran kelas B dan C).

Misalnya : Purple K, Plus 50 C, Monnex, Super K. b) Tepung kimia serbaguna (multipurpose), untuk kebakaran kelas ABC. Misalnya : Monoamonium Phosphate (MAP). c) Tepung khusus untuk kebakaran logam (kelas D), misalnya : Met-LX, TEC, Lith X Powder dll.

3) Air Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran, air yang paling banyak digunakan. Busa (Foam) 4) Busa Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Busa dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Busa Kimia Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan larutan natrium bikarbonat. 2. Busa Mekanik Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan pembentuk busa yang terdiri darai cairan busa, air bertekanan, dan udara. Fasilitas alat pemadam kebakaran terbagi atas 3 macam, dan dibedakan menurut konstruksinya, yaitu : 1. Alat pemadam api ringan (APAR) 2. Alat pemadam api beroda 3. Alat pemadam api instalasi tetap (fixed system)Page | 24

Pada dasarnya teknik untuk memadamkan kebakaran adalah: 1. Harus dipadamkan sedini mungkin dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang terdekat, atau dengan cara sederhana yang tepat. 2. Bila pertolongan petama gagal, usahakan penanggulangan kebakaran terhadap daerah yang terbakar dan bersamaan dengan itu usahakan memblokir tempat kebakaran dengan bangunan lain yang terdekat. 3. Untuk pemadaman yang menggunakan air atau bahan cair, terlebih dahulu harus memutuskan aliran listrik ditempat yang akan dipadamkan atau disemprot. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1. APAR Jenis Dry Powder (Tepung Kering). 2. APAR Jenis Busa Kimia (Chemical Foam). 3. APAR Jenis Busa Mekanik (Mechanical Foam Extinguisher) 4. APAR Jenis Gas B. Saran Mengingat banyaknya kasus peristiwa kebakaran yang terjadi di Indonesia, perlu adanya peningkatan kewaspadaan terhadap penggunaan bahan-bahan pemicu timbulnya api, melakukan pengelolaan lingkungan yang baik, serta menyediakan tenaga khusus pemadam kebakaran yang terampil dan professional sehingga jika terjadi kebakaran dapat ditangani secara cepat dan tepat.

Page | 25

BEBERAPA CONTOH PERISTIWA KEBAKARAN

Figure 1 Penggunaan APAR Pada Saat Kebakaran

Figure 2 Kebakaran Yang Diakibatkan Arus Pendek Listrik

Page | 26

Figure 3 Kebakaran Hutan Akibat Titik-Titik Api Pada Musim Kemarau

Figure 4 Kebakaran Hutan

Page | 27

DAFTAR PUSTAKA

Chandra. 1983. Kebakaran. Djakarta: Tim Tiga Belas http://Kebakaran/Universitas_Pembangunan_Nasional_Veteran_file/.pdf http://www.cartenzadventure.com/Pengendalian-Bahaya-Kebakaran.html http://fathull.wordpress.com/2007/12/17/materi-k3-tentang-kebakaran/ http://alatpemadamapi.net/index.php/kelas-api http://Langkah _Langkah_Perawatan_Alat_Pemadam_Api/Anwar Arifin.blogspot .html http://ekokiswantoblog.blogspot.com/2010/06/dasar-dasar-pemadaman-kebakaran.html http://akar rumput 2/: blogspot.Com/2011/01/segitiga api dan pemindahan panas.html http:// metro.kompasiana.com/2010/07/02/elpiji- bagian dari segitiga api.html

Page | 28