25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Teori 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Refraksi Sesuai dengan perannya sebagai alat optik tubuh, mata memiliki struktur yang berfungsi untuk merefraksikan seluruh cahaya yang masuk mata melalui media refraksi. 2,6 sewaktu menuju ke retina, gelombang cahaya melewati media pembiasan cahaya yaitu cornea, humor aquos, lensa, dan corpus vitreus. 7 Gambar 1. Anatomi Mata 2.1.1 Kornea 4

BAB II

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Teori

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Refraksi

Sesuai dengan perannya sebagai alat optik tubuh, mata memiliki

struktur yang berfungsi untuk merefraksikan seluruh cahaya yang masuk

mata melalui media refraksi.2,6 sewaktu menuju ke retina, gelombang cahaya

melewati media pembiasan cahaya yaitu cornea, humor aquos, lensa, dan

corpus vitreus.7

Gambar 1. Anatomi Mata

2.1.1 Kornea

Kornea adalah daerah sirkular pada bagian anterior lapisan eksternal

jaringan ikat bulbus okuli. Pembiasan mata yang memasuki mata terutama

terjadi pada kornea. Kornea bersifat tembus cahaya, tidak berpembulu

darah, dan sensitif terhadap sentuhan. Kornea dipersarafi oleh nervus

4

Page 2: BAB II

opthalmikus (nervus kranialis V1) dan memperoleh nutrisi dari humour

aques, air mata, dan oksigen yang diserap dari udara.7

2.1.2 Aquos Humour

Aques humor didalam kamera okuli anterior dan kamera okuli

posterior dihasilkan oleh processus cilliaris. Larutan yang jernih dan

menyerupai air ini, menyediakan zat gizi bagi kornea dan lensa yang tidak

berpembulu darah. Setelah dari kamera okuli posterior melewati pupil dan

memasuki kamera okuli anterior, aquos humour disalurkan kedalam sinus

vena sklera yang dikenal dengan sinus venosus sclerae (canalis schlemm).7

Gambar 2. Anatomi kornea, aques humour, lensa, vitrosus Humour

2.1.3 Lensa

Lensa (lens) adalah sebuah struktur yang tembus cahaya, cembung

pada kedua permukaannya dan terselubung dalam sebuah capsula lentis.

Capsula lentis tertambat pada corpus ciliaris dan retina melalui

ligamentum suspensorium lensa. Lensa yang dikelilingi oleh processus

5

Page 3: BAB II

cilliaris, terletak dibelakang iris dan didepan dari humour vitrosus.

Kecembungan permukaan lensa, terutama permukaan depan, terus

menerus berubah untukk menjatuhkan bayangan benda dekat atau yang

jauh tepat pada retina. Bentuk lensa diubah oleh musculus cilliaris dalam

corpus ciliaris.7

2.1.4 Humor Vitreus

Humour vitreus adalah selai yang tembus cahaya dan terdapat di

dalam corpus vitreum dibagian empat perlima posterior bulbus okuli,

antara lensa dan retina. Selain menyalurkan cahaya, vitreus humour

menahan retina pada tempatnya dan berfungsi sebagai penyangga untuk

lensa.7

2.2 Definisi Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media

penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata (aquos humour), lensa,

badan kaca (corpus vitrosum), atau panjang bola mata, sehingga bayangan

benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan

akomodasi. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia,

hipermetropia, atau astigmatisma. Sebaliknya emetropia adalah keadaan di

mana sinar yang sejajar atau jauh dibiaskan atau difokuskan oleh sitem optik

mata tepat pada daerah makula lutea tanpa mata melakukan akomodasi.8

6

Page 4: BAB II

Mata dikatakan mempunyai refraksi emetropia, jika sinar-sinar yang

sejajar dengan sumbu mata tersebut, tanpa akomodasi dibiaskan pada retina,

sehingga tajam penglihatannya adalah maksimal.9

Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembungkan yang

terjadi akibat kontraksi otot siliaris yang terletak pada badan siliaris. Akibat

akomodasi, daya bias lensa bertambah sehingga titik-titik yang letaknya

lebih dekat pada mata dibias jatuh pada retina. Pungtum remotum adalah

titik terjatuh yang tanpa akomodasi dibias jatuh pada retina. Pungtum

proksimum adalah titik terdekat yang dengan akomodasi maksimum

dibiaskan jatuh pada retina.9

2.3 Macam-Macam Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi atau disebut juga ametropia. Macam-macam ametropia:

2.3.1.1 Miopia

a. Definisi Miopia

Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang kuat sehingga

sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan

retina. 8

Miopia adalan bila sinar-sinar yang berjalam sejajar dengan sumbu

mata tanpa akomodasi dibiaskan di depan retina. Tajam penglihatan

selalu kurang dari pada 5/5.9

Miopia ringan adalah miopia antara 0-3 D,

Miopia sedang adalah miopia antara 3-6 D,

7

Page 5: BAB II

Miopia berat adalah miopia diatas 6D

Gambar 3. Miopia

b. Klasifikasi Miopia

Bentuk-bentuk dari miopia menurut penyebab:

Miopia aksial (miopia sumbu), bila mata (jarak cornea-retina)

lebih panjang dari pada normal.

Miopia kurvatura (miopia refraktif, miopia pembiasan ), bila daya

bias kornea, lensa atau aquos humour terlalu kuat.8,9

Klasifikasi miopia berdasarkan gambaran klinis :

Miopia Simple

Disebabkan oleh pertumbuhan normal bola mata yang sehat.

Peningkatan miopia berhenti pada maturitas dan dapat dikoreksi

menjadi ketajaman penglihatan normal. Miopia simpel

merupakan miopia yang paling sering dibandingkan dengan

bentuk miopia yang lainnya. Secara umum < 6 dioptri, namun

kebanyakan biasanya < 4 atau 5 dioptri.

Astigmatisme biasanya terjadi bersamaan dengan simpel miopia

yang dikenal dengan miopia astigmat dan miopia campuran

8

Page 6: BAB II

astigmat. Bila derajat miopia tidak sama antara kedua mata

disebut anisometropi miopia (anisomopia). Namun ketika satu

mata normal (emetropia) dan mata yang lain miopia maka disebut

miopia simpel anisometropia. Anisometromia tidak akan

menjadi masalah klinis sampai perbedaan kedua mata mencapai

±1,0D.

Miopia nokturnal

Terjadi hanya pada pencahayaan yang kurang, miopia malam

(rabun senja) merupakan keadaan primer untuk meningkatkan

respon akomodasi yang berhubungan dengan level cahaya yang

rendah. Karena adanya suatu perbedaan yang tidak mencukupi

untuk menstimulasi akomodasi yang adekuat, maka mata lebih

memilih untuk memfokuskan posisi akomodasi terhadap keadaan

yang remang-remang dari pada memfokuskan ketajaman

penglihatan jauh. Miopia nokturnal ini biasanya mencapai -4,0D,

namun yang paling sering sekitar -1,0D.

Pseudomiopia

Merupakan hasil meningkatnya kekuatan refraksi okuler akibat

overstimulasi dari mekanisme akomodasi mata atau spasme dari

silieri.

9

Page 7: BAB II

Miopia degeneratif

Terjadi berhubungan dengan proses degeneratif dari posterior

segmen mata, yang dikenal dengan miopia degeneratif atau

miopiat patologis.

Miopia terinduksi

Merupakan hasil dari paparan berbagai jenis zat farmakologi,

kadar gula darah yang bervariasi, sklerosis dari lensa mata atau

kondisi-kondisi lainnya. Biasanya bersifat sementara atau

reversibel.

Tabel 1. Agen Farmasi yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Miopia

Golongan Nama agen farmasiAgonis Kolinergik Acetylkolin,

carbachol,demecarium, diisopropyl fluorophosphate, neostigmine, pilocarpine.

Antibiotik Isoniazid, sulfonamid, tetrasiklinAgen Antiangina Isosorbit dinitratAntihipertensi Diuretik tiazidObat Antialergi AntihistaminAgen sistem saraf Morfin, opium, fenotiazinAntikonvulsan methsuximide

c. Etiologi Miopia

Tabel 2. Etiologi miopia berdasarkan klasifikasi

Jenis Miopia EtiologiMiopia Simpel Keturunan, pekerjaan jarak pandang dekat

yang kekerapannya signifikan.Miopia nokturnal Keseringan mata berakomodasi dalam

gelap yang signifikanPseudomiopia Kelainan akomodasi, eksoforia tinggi, agen

antagonis kolinergikMiopia degeneratif Keturunan, retinopati prematur, halangan

pada media refraksi

10

Page 8: BAB II

d. Gejala-gejala miopia

Gejala meliputi penglihatan jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas.

Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum

kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam

posisi konvergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan

(astenooovergen). Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap,

sehingga terjadi striabismus konvergen (estropia).9

Gambar 4. Gejala klinis miopia

Apabila miopia pada suatu mata jauh lebih tinggi dari mata yang

lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi.

Mata ambliopia, akan menggulir ke temporal yang disebut strabismus

divergen (eksotropia).9

Gambar 5 . strabismus konvergensi dan strabismus divergen

11

Page 9: BAB II

e. Penatalaksanaan Miopia

Pengobatan seseorang dengan miopia diberi lensa sferis konkaf (minus)

yang terkecil agar ia tanpa akomodasi dapat melihat baik.9

2.3.1.2 Hipermetropia

a. Definisi Hipermetropia

Hipermetropia (hiperopia, farsightedness) bilamana sinar yang

berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan di

belakang retina (misalnya tajam penglihatan 5/10).9

Dengan berakomodasi, titik pembiasan tersebut dapat digeser ke

depan, sehingga jatuhnya di belakang retina (tajam penglihatan menjadi

5/5). Untuk mengetahui apakah pada tajam penglihatan 5/5 kita

berhadapan dengan seseorang emetropia atau hipermetropia, kita

meletakkan lensa S + 0,05 di depan matanya. Pada mata yang emetropia,

tajam penglihatan akan menjadi kabur, karena titik pembiasan akan

bergeser ke depan retina. Pada mata yang hipermetropia, tajam

penglihatan akan bertambah baik atau tetap sama.9

Gambar 6. Hipermetropia

12

Page 10: BAB II

b. Klasifikasi dan Etiologi Hipermetropia

Berdasarkan penyebabnya hipermetropian dibagi menjadi dua

yaitu:

Hipermetropia aksial (hipermetropia sumbu), hipermetropi yang

terjadi karena sumbu mata (jarak kornea – retina) terlalu pendek.

Hipermetropia kurvata (hipermetropia refraktif, hipermetropia

pembiasan), merupakan hipermetropia yang terjadi karena daya

bias kernea/ lensa/ aques humour terlali lemah.9

c. Gejala-gejala hipermetropia

Mata harus terus berakomodasi untuk mendapatkan ketajaman

penglihatan terbaik, maka padanya timbul keluhan-keluhan lemah,

pusing, sakit kepala, dan sebagainya. Keluhan-keluhan ini disebut

astenopia akomodatif.9

Oleh karena akomodasi juga disertai dengan kovergensi (trias N III

adalah akomodasi, konvergensi dan miosis) maka kemungkinan kedua

mata dalam keadaan strabismu kovergen (esotropia).9

Jika derajat hipermetropia pada suatu mata lebih tinggi dari mata

lainnya, maka mungkin mata yang pertama tidak dipergunakan, sehingga

tajam penglihatan makin lama makin berkurang (ambliopia). Mata yang

ambliopia sering mengguling ke temporal disebut strabismus divergen

(aksotropia).9

13

Page 11: BAB II

d. Penatalaksanaan Hipermetropia

Pengobatan seseorang dengan hipermetropia diberikan lensa sferis

positif yang terbesar agar ia tanpa akomodasi dapat melihat terbaik. Jika

otot-otot untuk akomodasi dilumpuhkan dengan tetes mata sikloplegik,

akan dibutuhkan lensa yang lebih besar guna mencapai tajam penglihatan

terbaik. Ini dinamakan drajat hipermetropia total. Selisih dinamakan

derajat hipermetropia laten. Sedangkan hipermetropia yang tidak dapat

dikoreksi dengan akomodasi disebut hipermiopia manifes.9

2.3.1.3 Presbiopia

a. Definisi Presbiopia

Presbiopia adalah gangguan akomodasi yang terjadi pada usia

lanjut akibat kurang lenturnya lensa dan melemahnya kontraksi badan

siliaris. Titik terdekat yang masih dapat dilihat terletak makin jauh di

depan mata.8

Gambar 7. Presbiopi

b. Gejala-gejala presbiopia

Gejala meliputi sukar melihat pada jarak dekat yang biasanya

terdapat pada usia 40 tahun, dimana pada usia ini amplitudo akomodasi

pada pasien hanya menghasilkan titik dekat sebesar 25cm. Pada jarak ini

14

Page 12: BAB II

seseorang emetropia yang berusia 40 tahun dengan jarak baca 25 cm

akan menggunakan akomodasi maksimal sehingga menjadi cepat lelah,

membaca menjauhkan kertas yang dibaca dan memerlukan sinar yang

lebih terang.8 Untuk orang indonesia dapat dipakai tabel berikut :9

40 tahun - add S + 1,00

45 tahun - add S + 1,50

50 tahun - add S + 2,00

55 tahun - add S + 2,50

60 tahun - add S + 3,00

c. Penatalaksanaan Presbiopi

pada pasien presbiopi biasanya diberikan kacamata baca untuk

membaca dekat dengan lensa sferis positif yang dihitung berdasarkan

amplitudo akomodasi pada masing-masing mata.8

2.3.1.4 Astigmatisme

a. Definisi Astigmatisme

Astigmatisme adalah mata dengan kekuatan pembiasan yang

berbeda-beda dalam dua bidang utama, biasanya tegak lurus satu sama

lainnya.8

15

Page 13: BAB II

Gambaran 8. Astigmatisme

Dengan refraksi astigmatime dimaksudkan, bahwa sinar sejajar

dengan sumbu penglihatan tidak dibiaskan pada satu titik, melainkan

pada banyak titik.9

b. Klasifikasi Astigmatisme

Berdasarkan titik-titik pembiasan mungkin letaknya :

Tidak teratur ( astigmatisme iregular ), disebabkan karena permukaan

kornea tidak teratur atau karena pada lapisan-lapisan kornea terdapat

kekeruhan. Permukaan kornea yang tidak teratur dapat dilihat dengan

cakram placido, dimana lingkaran-lingkarannya mencerminkan

sebagai lingkaran yang tidak teratur. Mungkin suatu lensa kontak

dapat memperbaiki tajam penglihatan, sedangkan terhadap turunnya

tajam penglihatan karena kekeruhan lapisan dalam kornea dapat

dipertimbangkan keratoplasti.

Teratur (astigmatisme ), disini semua titik-titik pembiasan letaknya

pada sumbu penglihatan. Pada astigmatisme reguler terdapat dua

bidang utama, dengan daya pembiasan terkuat dan terlemah. Kedua

bidang utama itu jalannya melalui dua meridian kornea. Meridian-

16

Page 14: BAB II

meridian kornea dinyatakan dengan meridian derajat. Misalnya

meridian 90 derajat adalah meridian ventrikal.

Biasanya daya pembiasan melalui bidang 90 derajat adalah kuat,

sedangkan bidang 180 derajat adalah lemah. Ini dinamakan

astigmatisme yang lazim (astigmatisme with the rule). Keadaan yang

sebaliknya disebut dinamakan astigmatisme against the rule.9

c. Penatalaksanaan Astigmatisme

Astigmatisme ringan, yang tidak mengalami gangguan ketajaman

penglihatan (0,5 D atau kurang) tidak perlu dilakukan koreksi. Pada

astigmatisme berat dipergunakan kacamata silindris.8

2.4 Pengobatan Kelainan Refraksi

2.4.1 Kaca Mata

Cara yang mudah untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah

dengan kacamata. Lensa plastik untuk kacamata yang lebih

ringantetapi cenderung meregangkan, sedangkan lensa kaca lebih

tahan lama tetapi mudah pecah. 10

Kacamata bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk

mengatasi presbiopia. Kaca mata ini memiliki dua lensa, yaitu untuk

membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang

diatas. 10

2.4.2 Lensa Kontak

17

Page 15: BAB II

Banyak yang mengira bahwa dengan penggunaan lensa kontak

maka penglihatan menjadi lebih alami. Lensa kontak memerlukan

perawatan yang lebih teliti, bisa merusak mata dan pada orang-orang

tertentu tidak dapat memperbaiki penglihatan sebaik kacamata. 10

Macam-macam lensa kontak :

Lensa kontak yang kaku (keras) adalah lempengan tipis yang

terbuat dari plastik keras.

Lensa yang dapat ditembus gas terbuat dari silikon dan bahan

lainnya. Lensa ini kaku tapi memungkinkan penghantaran

oksigen yang lebih baik ke kornea.

Lensa kontak hidrofilik yang lunak yang terbuat dari plastik

lentur dan menutupi seluruh kornea.

Lensa non-hidrofilik yang paling lunak terbuat dari silikon

Setiap lensa kontak memiliki resiko yaitu komplikasi yang serius

seperti ulserasi kornea akibat infeksi yang bisa menyebabkan

kebutaan. 10

2.4.3 Pembedahan dan terapi laser

Pembedahan dan terapi laser bisa digunakan untuk

memperbaiki miopia, hipermiopia dan astigmatisme. Terapi prosedur

tersebut biasanya tidak mampu memperbaiki penglihatan sebaik

kacamata dan lensa kontak. 10

Pembedahan refraktif biasanya lakukan pada pasien yang

penglihatannya tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa

18

Page 16: BAB II

kontak dan penderita yang tidak dapat menggunakan kacamata atau

lensa kontak. 10

Keratomi radiasi dan keratomi astigmatik

Keratomi adalah suatu prosedur atau pembedahan yang

digunakan untuk mengatasi mipia dan astigmatisme. Pada

keratomi radial (KR), dibuat sayatan radial (jari-jari roda)

pada kornea, biasanya dibuat 4-8 sayatan. 10

Pada Keratomi astigmatig (KA), digukan untuk memperbaiki

astigmatisme alami dan astigmatisme setelah pembedahan

katarak atau pencangkokan kornea. Pada KA dibuat sayatan

melengkung. 10

Karena kornea hanya memiliki ketebalan 0,5 mm, maka

kedalaman sayatan harus ditentukan dengan tepat. Lokasi

sayatan ditentukan setelah dilakukan analisis terhadap bentuk

kornea dan ketajaman penglihatan penderita. 10

Pembedahan ditujukan untuk mendatarkan kornea, sehingga

kornea bisa lebih memfokuskan cahaya yang masuk ke retina.

Dengan pembedahan ini penglihatan penderita menjadi lebih

baik. 10

Efek samping:

19

Page 17: BAB II

yang dapat dialami berupa penglihatan berubah-

berubah (kadang jelas, kadang kabur), terutama pada

beberapa bulan pertama setelah pembedahan.

Kornea menjadi lemah , lebih mudah robek bila

terpukul secara langsung.

Infeksi

Kesulitan dalam memasang lensa kontak

Silau jika melihat cahaya

Nyeri yang bersifat sementara

Komplikasi

Katarak

Nyeri yang bersifat menetap

Infeksi serius

Robekan akibat sayatan

Hilangnya penglihatan

Keratomi fotorefraktif

Prosedur pembedahan laser ini bertujuan untuk kembali

membentuk kornea. Digunakan sinar fokus tinggi untuk

membuang sebagian kecil kornea sehingga bentuknya beruba.

Dengan merubah bentuk kernea, maka cahaya akan lebih

fokus ke retina dan penglihatan menjadi lebih baik. Masa

penyembuhan dari terapi laser ini lebih lama dan lebih terasa

nyeri dibandingkan dengan pembedahan refraktif. 10

20

Page 18: BAB II

Laser in situ keratomileusis (LASIK)

LASIK tidak terlalu sakit dan penyembuhan penglihatannya

lebih baik dibandingkan dengan keratomi fotorefraktif. 10

21