BAB II babibubebo

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    1/33

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatomi Paru

    Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya

    berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru

    terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai

    tiga lobus sedangkan paruparu kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut

    dapat terlihat dengan jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa

    subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary

    segments. Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut

    mediastinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi

    menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang

    langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang

    menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut

    kavum pleura. Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.

    Pembentukan paru di mulai dari sebuah roove yang berasal dari !oregut. Pada

    roove terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu jaringan yang disebutPrimary "ung #ud. #agian proksimal foregut membagi diri menjadi $ yaitu

    esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung

    dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan

    cabang-cabangnya. #ronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur %& minggu,

    sedangkan alveoli baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus

    meningkat hingga anak berumur ' tahun. (lveoli bertambah besar sesuai dengan

    perkembangan dinding toraks. )adi, pertumbuhan dan perkembangan paru berjalanterus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti. *,+

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    2/33

    ambar %. (natomi paru

    Sitem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernafasan bagian atas dan

    pernafasan bagian ba ah. Pernafasan bagian atas meliputi, hidung, rongga

    hidung, sinus paranasal, dan faring. Pernafasan bagian ba ah meliputi, laring,

    trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru. Pergerakan dari dalam ke luar paruterdiri dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. nspirasi adalah pergerakan

    dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan ekspirasi adalah pergerakan dari dalam

    paru ke atmosfer. (gar proses ventilasi dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi

    yang baik pada otot pernafasan dan elastisitas jaringan paru. tot-otot pernafasan

    dibagi menjadi dua yaitu/

    %. tot inspirasi yang terdiri atas otot interkostalis eksterna,

    sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.$. tot-otot ekspirasi adalah rektus abdominis dan interkostalis internus.

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    3/33

    ambar $. tot-otot pernafasan inspirasi dan ekspirasi.

    2.2 Fisiologi ParuParu-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan

    normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada

    sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. 0ekanan pada

    ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di ba ah tekanan

    atmosfer. *

    !ungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah danatmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi

    jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon

    dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme

    seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen

    dan karbon dioksida tersebut. *

    1dara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit

    2bronchi dan bronkiolus yang bercabang di kedua belah paru-paru utama

    2trachea . Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru 2alveoli

    yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida

    dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. (da lebih dari 344 juta

    alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. 5uang udara tersebut

    dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat

    menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis.1ntuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi

    empat mekanisme dasar, yaitu/

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    4/33

    %. 6entilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli

    dan atmosfer $. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah3. 0ransport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan

    tubuh ke dan dari sel*. Pengaturan ventilasi.Pada aktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi

    pengeluaran pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup

    dalam, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-

    paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup

    ke posisi semula. (ktivitas bernafas merupakan dasar yang meliputi gerak

    tulang rusuk se aktu bernafas dalam dan volume udara bertambah.

    nspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. nspirasi menaikkan

    volume intratoraks. Selama bernafas tenang, tekanan intrapleura kira-kira $,+

    mm7g relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi

    menurun sampai -&mm7g dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih

    mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit

    negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil

    menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru

    dan dinding dada seimbang. 0ekanan dalam jalan pernafasan seimbang

    menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru.

    Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat

    elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada aktu otot interkostalis eksternus

    relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam

    rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume

    toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga

    udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir

    menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. Proses setelah ventilasi adalah

    difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveol ke dalam pembuluh darah dan

    berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah

    yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. (da beberapa faktor yang

    berpengaruh pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    5/33

    dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan

    gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran

    darah.

    2.2.1 Definisi

    0uberkulosis 20# merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

    Mycobacterium tuberculosis . 1mumnya 0# menyerang paru-paru, sehingga

    disebut dengan 0# paru. 0etapi kuman 0# juga bisa menyebar ke bagian atau

    organ lain dalam tubuh, dan 0# jenis ini lebih berbahaya dari 0# paru. #ila

    kuman 0# menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis

    0#. #ila kuman 0# menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal,

    jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut 0# milier atau 0#

    ekstrapulmoner. &

    0uberkulosis pada anak didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita oleh

    anak 8%+ tahun. & Seorang anak dikatakan terpapar 0# jika anak memiliki kontak

    yang signifikan dengan orang de asa atau remaja yang terinfeksi 0#, pada tahap

    ini test tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. nfeksi terjadi ketika seseorang

    menghirup droplet nuclei Mycobacterium tuberculosis dan kuman tersebutmenetap secara intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid sekitarnya,

    pada tahap ini rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat granuloma atau

    kalsifikasi pada parenkim paru dan jaringan limfoidnya serta didapatkan uji

    tuberkulin yang positif. Sementara itu, seseorang dikatakan sakit 0# jika terdapat

    gejala klinis yang mendukung serta didukung oleh gambaran kelainan rontgen

    toraks, pada tahap inilah seseorang dikatakan menderita tuberkulosis. 9

    0# ditularkan melalui udara 2melalui percikan dahak penderita 0# . Ketika penderita 0# batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman

    0# atau basil ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan 0# hanya dengan

    menghirup sejumlah kecil kuman 0#. Penderita 0# dengan status 0# #0( 2#asil

    0ahan (sam positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada %4-%+ orang

    lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan 0#.

    Seseorang yang tertular dengan kuman 0# belum tentu menjadi sakit 0#. Kuman

    0# dapat menjadi tidak aktif 2 dormant selama bertahun-tahun dengan

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    6/33

    membentuk suatu dinding sel berupa lapisan lilin yang tebal. #ila sistem

    kekebalan tubuh seseorang menurun, kemungkinan menjadi sakit 0# menjadi

    lebih besar. Seseorang yang sakit 0# dapat disembuhkan dengan minum obat

    secara lengkap dan teratur. '

    2.2.2 Epi emiologi

    #erdasarkan laporan :7 tahun $4%% sekitar ',' juta kasus baru terjadi di

    seluruh dunia. ;asih berdasarkan data pada tahun $4%4, diperkirakan pula

    sebanyak %,% juta kematian terjadi akibat tubeculosis pada penderita 0# dengan

    7 6 negatif dan sebanyak 4,3+ juta kematian yang terjadi akibat 0# pada

    penderita dengan 7 6 positif. 7al yang perlu dicermati adalah penurunan jumlah

    absolut kasus 0# sejak tahun $44&, diikuti dengan penurunan insidensi kejadian

    dengan angka estimasi kematian sejak tahun $44$. Dan sekitar %4 juta anak-anak

    di tahun $44< menjadi yatim piatu karena orang tua yang mengidap 0#. <

    #erdasarkan laporan :7 tahun $4%% terdapat +.9 kasus 0# paru baru

    setara dengan &+= angka prediksi di tahun $4%%. ndia dan >hina memberikan

    kontribusi *4= total penderita baru 0# dan (frika menyumbang $*= pasien baru.

    Secara global angka keberhasilan terapi pada penderita baru 0# dengan sputum

    #0( positif adalah '9= di tahun $44< ;D5-0# dideteksi mencapai *&.444

    kasus. :alaupun jauh diba ah angka estimasi yakni $

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    7/33

    2.2.! Klasifi"asiPerhimpunan Dokter Paru ndonesia 2PDP 2$44& , mengklasifikasikan

    tuberkulosis paru berdasarkan $ hal yaitu #erdasarkan hasil pemeriksaan dahak

    atau basil tahan asam 2#0( dan berdasarkan golongan pasien.2.2.!.1 Ber asar"an #asil pemeri"saan a#a" $BTA%a. 0uberkulosis paru #0( 2@ /

    • Sekurang-kurangnya $ dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil #0(

    positif.• 7asil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan #0( positif dan

    kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.• 7asil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan #0( positif dan

    biakan juga positif b. 0uberkulosis paru #0( 2- /

    • 7asil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan #0( negatif, gambaran

    klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.• 7asil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan #0( negatif dan biakan

    ;ikobakterium tuberkulosis.2.2.!.2 Ber asar"an"an golongan pasien

    0ipe pasien ditentukan berdasarkan ri ayat pengobatan sebelumnya. (da

    beberapa tipe pasien yaitu/a. Kasus baru

    Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan (0 atau sudah pernah menelan (0 kurang dari satu bulan. b. Kasus kambuh 2relaps

    Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

    tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian

    kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak #0( 2@ atau biakan positif.

    #ila #0( negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi

    aktifAperburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa

    kemungkinan/- "esi nontuberkulosis 2pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll .- 0# paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten

    menangani kasus tuberkulosis.c. Kasus defaulted atau drop out 2lalai

    Pasien yang telah menjalani pengobatan B % bulan dan tidak mengambil obat $

    bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.d. Kasus gagal

    Pasien #0( positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada

    akhir bulan ke-+ 2satu bulan sebelum akhir pengobatan atau akhir pengobatan.

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    8/33

    e. Kasus kronik Pasien dengan hasil pemeriksaan #0( masih positif setelah selesai pengobatan

    ulang dengan pengobatan kategori $ dengan penga asan yang baik.f. Kasus #ekas 0#

    7asil pemeriksaan #0( negatif 2biakan juga negatif bila ada dan gambaran

    radiologi paru menunjukkan lesi 0# yang tidak aktif, atau foto serial

    menunjukkan gambaran yang menetap. 5i ayat pengobatan (0 adekuat akan

    lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

    mendapat pengobatan (0 selama $ bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada

    perubahan gambaran radiologi.Pembagian 0uberkulosis menurut :7 didasarkan pada terapi yang terbagi

    menjadi * kategori yaitu/Kategori , ditujukan terhadap/C Kasus baru dengan dahak positif C Kasus baru dengan bentuk 0# beratKategori , ditujukan terhadap/C Kasus kambuhC Kasus gagal dengan dahak #0( positif Kategori , ditujukan terhadap/C Kasus #0( negatif dengan kelainan paru yang tidak luasC Kasus 0# ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori

    Kategori 6, ditujukan terhadap / 0# kronik

    2.2.& Etiologi

    ;ycobacterium tuberculosis merupakan suatu bakteri berbentuk basil non

    spora berukuran 4.+-3 m. ram netral dan bersifat tahan asam. Sifat tahan

    asamnya disebabkan oleh banyaknya kandungan asam mikolik, asam lemak rantai

    panjang dan beberapa unsur lemak lainnya. (sam mikolik tersebut terikat dalam

    struktur arabinogalactan dan peptidoglikan yang menyebabkan permeabilitasdinding sel bakteri sangat rapat sehingga menurunkan kerja antibiotik.

    "ipoarabinomannan juga merupakan suatu struktur bakteri yang berperan dalam

    proses interaksi dan pertahanan diri dalam makrofag. leh sebab itu bakteri ini

    dapat di arnai dengan carbol fuchsin dan dipanaskan. ;ycobacteriun tuberculosis

    biasanya ditemukan di udara, tanah, bahkan air. ;ycobacterium tuberculosis

    tumbuh lambat dan berkembang biak dalam %'-$* jam. ;ycobacteriun

    tuberculosis biasanya akan tampak membentuk koloni dalam agar sekitar $-+

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    9/33

    minggu. %,$,3

    ;ycobacterium tuberculosis dan varian mycobacterium lainnya tampak serupa

    namun berbeda dalam tes biokimia. ;ycobacterium bovis biasanya terdapat pada

    susu basi dan varian mycobacterium lainnya menyerang he an pengerat.

    #iasanya varian lain lebih sering ditemukan di (frika. %%

    2.2.' Patofisiologi

    Paru merupakan port d entree lebih dari

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    10/33

    (kan tetapi sebagian kecil kuman 0# akan dapat tetap hidup dalam granuloma.

    #ila imunitas seluler telah terbentuk, kuman 0# baru yang masuk kedalam alveoli

    akan segera dimusnakan oleh imunitas seluler spesifik 2 cellular mediated

    immunity, CMI .%$

    Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer dijaringan paru mengalami

    resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami

    nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak

    sesempurna fokus primer dijaringan paru. Kuman 0# dapat tetap hidup dan

    menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan

    gejala sakit 0#. '

    Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi

    dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. !okus primer

    di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. )ika

    terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar

    melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru 2kavitas . %$

    Kelenjar limfe parahilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal

    pada a al infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut,

    sehingga bronkus akan terganggu. bstruksi parsial pada bronkus akibat tekananeksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme

    ventil. bstruksi total dapat menyebabkan ateletaksis kelenjar yang mengalami

    inflamsi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding

    bronkus, sehingga menyebabkan 0# endobronkial atau membentuk fistula. ;assa

    kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan

    gangguan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental

    kolaps-konsolidasi.%3

    Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi

    penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman

    menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer atau berlanjut

    menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen

    langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh

    tubuh. (danya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan 0# disebut

    sebagai penyakit sistemik. %$

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    11/33

    Gambar 3. Patogenesis tuberkulosis12

    Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk

    penyebaran hematogenik tersamar. ;elalui cara ini, kuman 0# menyebar secara

    sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.

    Kuman 0# kemudian mencapai berbagai organ diseluruh tubuh, bersarang di

    organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa dan

    kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti

    otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut

    tetap hidup, tetapi tidak aktif, demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang

    di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat

    mengalami reaktivasi dan terjadi 0# apeks paru saat de asa. '

    Pada anak, + tahun pertama setelah terjadi infeksi 2terutama % tahun pertama

    biasanya sering terjadi komplikasi 0#. ;enurut :allgren, ada tiga bentuk dasar

    0# paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, 0# endobronkial, dan 0#

    paru kronik. 0uberkulosis paru kronik adalah 0# pascaprimer sebagai akibat

    reaktivasi kuman di dalam fokus yang tidak mengalami resolusi sempurna.

    5eaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering terjadi pada remaja dan

    de asa muda. %3

    !

    &

    '

    Per(alanan alamia#

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    12/33

    ;anifestasi klinis 0# di berbagai organ muncul dengan pola yang konstan,

    sehingga dari studi :allgren dan peneliti lain dapat disusun suatu kalender

    terjadinya 0# di berbagai organ. %$

    ambar *. Kalender perjalanan penyakit 0# primer %$

    Proses infeksi 0# tidak langsung memberikan gejala. 1ji tuberkulin biasanya

    positif dalam *-' minggu setelah kontak a al dengan kuman 0#. Pada a al

    terjadinya infeksi 0#, dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema

    nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi.

    Sakit 0# primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini. '

    0uberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung

    dalam 3-& bulan pertama setelah infeksi 0#, begitu juga dengan meningitis 0#.

    0uberkulosis pleura terjadi dalam 3-& bulan pertama setelah infeksi 0#.

    0uberkulosis sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, alaupun dapat terjadi

    pada tahun kedua dan ketiga. 0uberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama,

    yaitu +-$+ tahun setelah infeksi primer. Sebagian besar manifestasi klinis sakit 0#

    terjadi pada + tahun pertama, terutama pada % tahun pertama, dan

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    13/33

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    14/33

    '.1.2 Pemeri"saan penun(ang

    a. 1ji tuberkulin0uberkulin adalah komponen protein kuman 0# yang mempunyai sifat

    antigenik yang kuat. )ika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yangtelah terinfeksi 0#, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.

    1ji tuberkulin cara mantouG dilakukan dengan menyuntikkan 4,% ml PPD 50-$3

    $01 secara intrakutan di bagian volar lengan ba ah. Pembacaan dilakukan *'-9$

    jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul.

    )ika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai negatif. %*

    Secara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi %4 mm

    dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. 7asil positif ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi 0# alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh

    imunisasi #> atau infeksi ;. atipik. Pada anak balita yang telah mendapat

    #> , diameter indurasi %4-%* cm dinyatakan uji tuberkulin positif, kemungkinan

    besar karena infeksi 0# alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh #> -

    nya, tapi bila ukuran indurasinya %+ mm sangat mungkin karena infeksi

    alamiah. (pabila diameter indurasi 4-* mm dinyatakan uji tuberkulin negatif.Diameter +-< cm dinyatakan positif meragukan. Pada keadaan imunokompromais

    atau pada pemeriksaan foto thorak terdapat kelainan radiologis hasil positif yang

    digunakan +mm. %*

    b. 1ji interferonPrinsip yang digunakan adalah merangsang limfosit 0 dengan antigen tertentu,

    diantaranya antigen dari kuman 0#. #ila sebelumya limfosit 0 tersebut telah

    tersensitisasi dengan antigen 0# maka limfosit 0 akan menghasilkan interferongamma yang kemudian di kalkulasi. (kan tetapi, pemeriksaan ini hingga saat ini

    belum dapat membedakan antara infeksi 0# dan sakit 0#. %*

    c. 5adiologi

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    15/33

    ;enurut the (merican 0horacic Society and the 1S >enters for Disease

    >ontrol and Prevention, subyek terinfeksi ;tb harus diklasifikasikan mulai dari

    temuan klinis, radiografi, dan bakteriologis menjadi kategori berikut/

    2a infeksi 0#, tidak ada penyakit2b infeksi 0#, secara klinis aktifI nfeksi2c 0#, secara klinis tidak aktif. %+

    Gambar 6. Tubercular cavity . %+

    0horaG P( 2( dan >0 scan thoraG pada bidang koronal 2# . Panel (

    menunjukkan gambar bundaran opac tidak teratur pada puncak paru kanan

    2panah . Panel # menunjukkan bah a lesi di parenkim paru apikal adalah rongga

    0#> 2panah . !okus yang lebih kecil dari konsolidasi parenkim, yang tidak

    terdeteksi pada foto thoraG dapat terlihat pada >0 scan. %+

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    16/33

    ambar 9. Posteroanterior 2( dan lateral thoraG radiografi 2# . %+

    Panel ( menunjukkan penebalan interstitial peribronchovascular dengan

    penampilan mikronodular. >omputeriHed tomography 2>0 gambar pada bidang

    aksial 2> menunjukkan beberapa micronodules yang menyebar di kedua paru,

    dan >0 scan dengan teknik intensitas proyeksi maksimum jelas menunjukkan

    lokasi centrilobular 2D . %+

    ambar '. 0# primer parenkim pada orang de asa. 5adiografi dari paru-paru kiri

    menunjukkan lobus atas yang luas dan konsolidasi lingular %+

    #iasanya, 0# parenkim bermanifestasi padat, konsolidasi homogen parenkim

    dalam lobus apapun. Famun, dominasi di lobus ba ah dan tengah dapat

    mengarah pada penyakit tersebut, terutama pada de asa.

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    17/33

    ambar 0 scan lebih sensitif dibandingkan

    radiografi thoraG untuk menilai limfadenopati. %+

    ambar %4. Miliary tuberculosis. %+

    2( radiografi dari paru-paru kiri menunjukkan nodul $-3-mm difus, temuan

    yang biasanya terlihat pada tuberkulosis milier. 2# 7igh-resolution computed

    tomographic 2>0 Scan menunjukkan nodul serupa.5adiografi thoraG biasanya normal pada a al gejala, dan hiperinflasi mungkin

    gejala paling a al. 0emuan radiografi klasik berupa nodul kecil $-3 mm yangmenyebar, dengan dominasi sedikit pada lobus ba ah. Fodul biasanya hilang

    dalam aktu $-& bulan dengan pengobatan, tanpa bekas luka atau kalsifikasiI

    Famun, dapat juga membentuk konsolidasi fokal atau difus. %+

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    18/33

    Dalam area konsolidasi 2 ambar %%, %$ . 5esolusi dapat mengakibatkan

    perubahan emphysematous atau jaringan parut. Sebuah minoritas rongga

    menunjukkan tingkat udara-cairanI Famun, temuan ini dapat menunjukkan

    adanya superinfeksi. )ika ada penyakit saluran napas dan, khususnya, penyebaran

    infeksi secara endobronkial, tree in bud appearance dapat berkembang. 0emuan

    ini, yang biasanya terlihat di pinggiran paru-paru dan menyerupai pohon

    bercabang dengan kuncup di ujung cabang, adalah indikasi dari 0# aktif 2 ambar

    %3 .%+

    Keterlibatan jalan napas ditandai dengan stenosis bronkial, yang menyebabkan

    lobus kolaps atau hiperinflasi, pneumonia obstruktif, dan impaksi mukoid.

    stenosis bronkus terlihat baik dengan >0 scan, yang biasanya menunjukkan

    segmen panjang menyempit dengan penebalan dinding tidak teratur, obstruksi

    lumen, dan kompresi ekstrinsik. 7al ini juga menghasilkan tree in bud

    appearance. %+

    ambar %$. Parenkim paru pasca tb primer, >0 scanmenunjukkan kavitasi apical khas pada postprimary

    tuberkulosis. %+

    ambar %%. Parenkim paru pasca tb primer.5ontgen dada menunjukkan karakteristik

    fibrosis bilateral lobus atas. %+

    ambar %3. Parenkim paru pasca tb primer. >0 scan menunjukkan beberapa nodul kecilcentrilobular yang terhubung ke cabang linier opac yang disebut tree in bud

    appearance . penampilan ini biasanya terlihat pada pasca tuberkulosis primer. %+

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    19/33

    TB E"straparu)ar ia* Tu+er*ulosis

    0anda utama dari perikarditis tuberculosis adalah penebalan perikardial lebih

    dari 3 mm pada orang de asa. Pada >0 sacan menunjukkan pericardium menebal

    tidak teratur 2 ambar %+ , sering dikaitkan dengan limfadenopati mediastinum.

    Kebanyakan pasien memiliki diameter vena cava inferior melebihi 3 cm. Jfusi

    pleura biasanya bilateral, dan deformitas septum intraventrikular. 0#> miokard

    cenderung tanpa gejala dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan postmortem. %&

    ,eningitis TB

    ambar %*. ;ultiseptated empiema tuberkulosis. menunjukkan berbagai struktur echogenic linear dalam rongga pleura yang me akili beberapa septa, temuan yang

    biasanya terlihat pada pasca 0# primer. %&

    ambar %+. perikarditis tuberkulosis. >0 scan menunjukkan perikardium menebal dan

    efusi pleura bilateral. %&

    ambar %&. meningitis 0#. ambar ;5 menunjukkan infark iskemik bilateral akut,yang hyperintense pada gambar diffusion eighted 2a dan hypointense pada apparent

    difusion coe cient image 2b . %&

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    20/33

    ;eningitis 0# biasanya hasil dari penyebaran hematogen. Famun, mungkin

    juga akibat infeksi sekunder dari perluasan >FS. %&

    Spinal meningitis TB

    ambar %'.Pada ;5 dari tulang belakang menunjukkan ketidak teraturan, linear, nodular meningeal enhancement. %&

    Pencitraan ;5 dari spinal tuberculous meningitis terdiri dari >S! loculation

    dan obliterasi dari ruang subarachnoid tulang belakang, dengan hilangnya garis

    dari sumsum tulang belakang di spina cervicothoracic dan anyaman dari serabut

    saraf di lumbar. Pencitraan dengan kontras menunjukkan nodular, tebal, peningkatan intradural linear 2 ambar %' , yang kadang-kadang memberikan

    penampilan yang normal unenhanced ;5 gambar. %&

    ambar %9. 2%% Kontras >0-scan menunjukkan beberapa ringenhancing lesions bilateral2tuberkuloma di frontal dan parietal lobe. 0uberkuloma tampak bulat atau massa lobulated danmemiliki dinding yang tidak teratur dari berbagai ketebalan. 2%$ gambar ;5 menunjukkan beberapakaseosa enhancing dan noncaseating tuberkuloma, terutama dalam kiri frontal dan parietal lobe. %&

    ambar %

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    21/33

    Peritonitis TB

    Peritonitis diduga berasal terutama dari penyebaran hematogen.

    Famun, mungkin dapat juga terjadi akibat pecahnya lymph node atau

    gastrointestinal atau tuba fallopi. Kondisi ini dibagi menjadi tiga yaituI

    jenis-basah, fibrosis, dan kering. )enis peritonitis kering ditandai oleh

    penebalan mesenterika, perlengketan fibrosa, dan nodul caseous. %&

    .

    d. ;ikrobiologiPemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan

    mikroskopik apusan langsung untuk menemukan #0(, pemeriksaan biakan

    kuman ;. 0uberkulosis dan pemeriksaan P>5. %*

    Pada anak pemeriksaan mikroskopik langsung sulit dilakukan karena sulit

    mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung. Dari hasil bilas

    lambung didapatkan hanya %4 = anak yang memberikan hasil positif. Pada kultur

    ambar $4. 0# peritonitis basah. >0 scan dengan kontras menunjukkan asites 2panahyang hyperattenuating relatif terhadap urin dalam kandung kemih 2Panah . %&

    ambar $%. 0# peritonitis fibrotik. >0 scan diperoleh dengan bahan kontras oral danintravena menunjukkan omental caking 2panah dengan penebalan usus kecil yangmendasari 2 .%&

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    22/33

    hasil dinyatakan positif jika terdapat minimal %4 basil per milliliter spesimen. Saat

    ini P>5 masih digunakan untuk keperluan penelitian dan belum digunakan untuk

    pemeriksaan klinis rutin. '

    e. Patologi (natomik Pemeriksaan P( dapat menunjukkan gambaran granuloma yang ukurannya

    kecil, terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.

    ranuloma tresebut mempunyai karakteristik perkijuan atau area nekrosis kaseosa

    di tengah granuloma. ambaran khas lainnya ditemukannya sel datia langhans. '

    1ntuk memudahkan diagnosis 0# paru pada anak, D( merekomendasiskan

    diagnosis 0# anak dengan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau

    tanda klinis yang dijumpai. %*

    Parameter - 1 2 !

    Kontak 0# 0idak jelas -

    "aporan

    keluarga 2#0(

    negatif atau

    tidak jelas

    #0(2@

    1ji 0uberkulin

    Fegatif - - Positif 2L %4 mm

    atau L + mm pada

    keadaan

    imunosupresi

    #erat badan A

    Status iHi

    - ##A0# 8

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    23/33

    sebab yang jelas

    #atuk - L 3 minggu - -

    Pembesaran

    kelenjar koli,

    aksila, inguinal

    - L % cm, jumlah

    B %, tidak nyeri

    - -

    Pembengkakan

    tulang A sendi panggul, lutut,

    falang

    - (da

    pembengkakan

    - -

    !oto 0horak FormalAkelainan

    tidak jelas

    ambaran

    sugestif 0#

    - -

    >atatan/

    • )ika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.

    • #erat badan dinilai saat datang.

    • Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.

    • ambaran sugestif 0#, berupaI pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal

    denganAtanpa infiltratI konsolidasi segmentalAlobarI kalsifikasi dengan

    infiltratI atelektasisI tuberkuloma. ambaran milier tidak dihitung dalam

    skor karena diperlakukan secara khusus.

    • ;engingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis 0# anak,

    maka sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan kesehatan.

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    24/33

    • Pada anak yang diberi imunisasi #> , bila terjadi reaksi cepat #> 2M 9

    hari harus dievaluasi dengan sistim skoring 0# anak, #> bukan

    merupakan alat diagnostik.

    • Didiagnosis 0# (nak ditegakkan bila jumlah skor L &, 2skor maksimal

    %3 .

    • )ika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks,

    danAatau terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan

    penurunan kesadaran serta tanda kega atan lain seperti sesak napas,

    pasien harus di ra at inap di 5S.

    am+ar ' Bagan s"rining tu+er"ulosis

    '.1.! Penatala"sanaan

    Pada pasien yang baru pertama kali menderita 0uberkulosis

    5ekomendasi pertama adalah pemberian $75NJA*75 kecuali pada penderita

    0# sistem saraf pusat, 0# tulang yang membutuhkan terapi lebih lama.

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    25/33

    5ekomendasi kedua adalah pemberian $75NJA&7J. Pemberian tiga kali

    seminggu soniaHid dan rifampicin2$75NJA*275 3 pada fase lanjutan

    merupakan pilihan lain yang dapat dilakukan namun perlu dilakukan pemantauan

    ketat menelan obat. Pemberian regimen tiga kali seminggu baik pada fase intensif

    maupun fase lanjutan 2$275NJ 3A*275 3 merupakan alternatif terakhir yang

    dapat diberikan asalkan pasien tidak tinggal dalam lingkungan yang rentan dengan

    infeksi 7 6. Secara umum pemberian regimen pengobatan setiap hari lebih

    diutamakan karena angka keberhasilan pengobatan lebih tinggi dibanding dengan

    metode pemberian 3 kali seminggu. %'

    :7 tidak lagi menyarankan pemberian ethambutol pada fase intensif

    pasien dengan 0# non-kavitas, #0( Fegatif atau 0# ekstraparu pada pasien

    dengan 7 6 negatif. Famun demikian, alaupun masih tergolong lemah bukti,

    pada pasien yang tinggal di negara dengan resistensi isoniaHid yang tinggi,

    pemberian Jthambutol pada fase lanjutan dapat dipertimbangkan alaupun

    dengan resiko gangguan visual yang tinggi. %'

    Pada pasien 0# yang positif mengidap 7 6 dan pasien yang tinggal dalam

    lingkungan beresiko tinggi terinfeksi 7 6, regimen yang diberikan adalah regimen

    harian baik pada fase intensif dan lanjutan. Pada keadaan tertentu dimana pasientidak dapat menerima terapi harian, pemberian obat tiga kali seminggu tetap dapat

    dipertimbangkan. %'

    0abel %. Dosis (ntituberculosis pada de asa.

    ; F 0 5 F 0J5(P

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    26/33

    Pada pasien 0# paru baik pasien baru maupun pasien relaps yang

    ditangani dengan regimen lini pertama, pemeriksaan sputum dilakukan setelah

    fase intensif selama $ bulan. #eberapa bukti menunjukkan bah a hasil apusan

    tahan asam bukan merupakan indikator utama untuk menentukan kegagalan

    terapi. %'

    #ila pasien menunjukkan hasil positif pada smear bulan kedua, makan

    pemeriksaan smear tahan asam dilanjutkan pada bulan ketiga. #ila hasil pada

    bulan ketiga masih menunjukkan hasil positif maka harus dilakukan kultur sputum

    dan tes sensitivitas antibiotik. Pemeriksaan tetap dilanjutkan hingga bulan ke +

    dan ke &. #ila masih positif maka pengobatan dianggap gagal. %'

    0abel $. Pedoman ;onitoring Sputum pada pasien 0# baru dengan regimen lini pertama

    Pada pasien yang diobati dengan regimen rifampicin, bila hasil smear

    ditemukan positif pada fase intensif yang sudah selesai, tidak direkomendasikan

    untuk memperpanjang fase intensif. %'

    Pada pasien yang sudah pernah mendapat pengobatan sebelumnya, pasien

    perlu menjalani tes kultur sputum dan sensitivitas antibiotik rifampicin dan

    isoniaHid sebelum memulai pengobatan. Di negara dengan tes sensitivitas

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    27/33

    antiobitik yang rutin dilakukan, regimen pengobatan mengacu pada hasil tes

    sedangkan pada negara yang jarang menjalankan tes sensitivitas antibiotik,

    pengobatan didasarkan pada empirisme atau regimen ;D5-0#. %'

    5egimen yang dapat diberikan pada pasien dengan relaps dengan

    pengobatan lini pertama adalah $75NJSA%75NJA+75J dengan catatan bah a

    negara tersebut tergolong negara dengan insidensi ;D5 yang rendah. %'

    0abel 3. Pedoman ;onitoring Sputum pada pasien 0# retreatmen dengan regimen lini pertama

    Saat ini obat kombinasi tetap atau !iGed Drug >ombination 2!D> sering

    digunakan alaupun dalam kenyataanya :7 belum mengkaji lebih lanjutmengenai !D>. (kan tetapi :7 tetap merekomendasikan penggunaan !D>

    untuk mencegah insidensi obat yang tidak terminum yang berujung pada resistensi

    pengobatan. %'

    PJF(0("(KS(F((F 0# DJF (F F!JKS 7 6

    #anyak pendapat mengenai bagaimana pemberian anti tuberculosis pada

    penderita 7 6, berbagai pendapat berkembang mengenai apakah pemberianantiretroviral sebaiknya diberikan bersamaan atau beberapa minggu berikutnya.

    Sebuah studi yang dilakukan oleh Daine et al terhadap '4< pasien

    membandingkan antara kelompok penderita 0#-7 6 positif dengan >D*@ 8$+4

    per milimeter cubic yang diberi (50 $ minggu setelah terapi 0# dimulai dengan

    kelompok yang diberi anti 0# '-%$ minggu kemudian. 7asil yang diperoleh

    menunjukkan bah a tidak ada perbedaan keparahan penyakit karena ( DS

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    28/33

    terhadap kedua kelompok namun pada kelompok dengan >D*@8+4 pemberian

    (50 lebih dini memperlambat munculnya keparahan penyakit karena ( DS. %<

    Penelitian oleh Salim et al terhadap &*$ pasien di (frika Selatan

    menunjukkan bah a pemberian (50 * minggu pasca dimulainya terapi

    tuberculosis pada pasien dengan >D*@ 0-cell 8+4 per cubic millimeter

    memperlambat keparahan penyakit karena ( DS. $4

    Sedangkan studi yang dilakukan !rancois et al terhadap &&% pasien di

    Kamboja menunjukkan bah a pemberian (50 $ minggu sejak dimulainya terapi

    tuberculosis meningkatkan angka survivalitas pada pasien dengan >D*@ 0-cell

    $44 per cubic millimeter atau lebih rendah. $%

    :7 tetap menganjurkan pemberian antiretroviral ' minggu setelah

    terapi 0# dimulai terlepas dari jumlah >D*@ penderita dan berbagai penelitian

    terbaru lainnya. (50 yang dianjurkan adalah lini pertama yang mengandung dua

    jenis nucleoside reverse transcriptase inhibitors 2F50 s ditambah satu jenis

    nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor 2FF50 . (tau agen (50 terbaru

    lainnya seperti protease inhibitors sebagai pengobatan lini kedua. F50 pilihan

    antara lain Hidovudine 2(N0 atau tenofovir disoproGil fumarate 20D! ,

    kombinasi dengan lamivudine 230> atau emtricitabine 2!0> . 1ntuk FF50 ,:7 merekomendasikan efavirenH 2J!6 atau nevirapine 2F6P 2$3 . Pada

    pasien 0#, regimen (50 yang direkomendasikan harus mengandung efavirenH

    2J!6 karena interaksinya dengan obat 0# tergolong rendah namun tidak

    dianjurkan pada kehamilan.5egimen (N0 @30> @ F6P atau 0D! @30> atau !0>

    @ F6P atau triple F50 regimen 2(N0@30>@(#> atau (N0@30>@0D!

    direkomendasi bila efavirenH tidak memungkinkan untuk diberikan. %'

    J!JK S(;P F PJF #(0(F

    bat (nti 0uberculosis sering menimbulkan gangguan hepar ditandai

    dengan peningkatan enHim hati. !aktor resiko yang mungkin menimbulkan

    hepatotoksisitas pada pasien yang menjalani pengobatan 0# antara lain usia

    muda, jenis kelamin anita, infeksi 0# dengan apusan #0( positif, status giHi,

    level albumin seperti yang dipaparkan dalam penelitian yang dilakukan oleh

    5ajani et al pada +4 penderita 0# di Kathmandu tahun $44&. $$

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    29/33

    Feuritis optik merupakan efek samping yang dapat muncul pada

    penggunaan ethambutol terutama neuritis retrobulbar. Pada studi dengan he an

    menunjukkan bah a ethambutol menimbulkan toksisitas pada ganglion saraf

    retina pada tikus. 7al ini didasari pada teori jalur eksitotoksik dimana terjadi

    peningkatan glutama endogen yang dapat menyebabkan kerusakan sel.

    Jthambutol juga dapat menyebabkan penurunan kalsium sitosilik, peningkatan

    kalsium mitokondira dan meningkatkan membran potensial mitokondria yang

    dapat mengganggu fungsi mitokondria. Selain itu ethambutol juga dapat

    menyebabkan penipisan serat saraf di retina $*,$+ .

    Pada 5etina Pigmented Jpithelial, keterlibatan isoHim PK>O yang

    diinduksi oleh ethambutol menyebabkan perlambatan proliferasi sel, dan

    menggangu siklus sel. 7al ini juga berhubungan dengan peningkatan apoptosis

    pada sel epitel berpigmen pada retina. 0oksisitas bergantung pada dosis dan

    durasi yang diberikan. $3

    soniaHid dimetabolisme di hati melalui asetilasi oleh F-acetyl transferase

    yang mennghasilkan acetylisoniaHid.(cetylisoniaHid dihidrolisa menjadi asam

    isonicotinic dan acetylhydraHine yang keduanya akan diekskresi di urin.

    (cetylhydraHine akan dimetabolisme menjadi bahan reaktif yakni hydraHine yangmenyebabkan hepatotoksisitas. F7 dapat mengganggu metabolisme pyridoGin

    dan meningkatkan pengeluaran pyridoGin ke urin. ;etabolit hydraHine

    menghambat secara kompetitif enHim pyridoGine kinase yang mengkonversi

    pyridoGine menjadi pyridoGal phospate yang berujung pada terhambatnya

    produksi neurotransmitter inhibitor yakni (#(. 7al ini menjelaskan mengapa

    isoniaHid dapat menimbulkan kejang. Selaini itu, mekanisme ini menyebabkan

    terjadinya neuropati defisiensi.$&

    Pasien dinyatakan sembuh apabila tidak ditemukan #0( pada pe arnaan

    tahan asam dibandingkan dengan sebelum pengobatan. 0erapi dikatakan gagal

    apabila sudah menjalani terapi intensif dan lanjutan namun hasil #0( tetap positif

    pada bulan ke lima atau bulan berikutnya. Pasien default adalah pasien dengan

    terapi yang terinterupsi selama minimal dua bulan berturut-turut. %'

    PJF(F (F(F ;D5-0#

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    30/33

    Prinsip penanganan ;D5 0# yakni. %'

    %. bat yang digunakan setidaknya terdiri dari * jenis dengan pertimbangan

    bah a obat yang digunakan belum berpotensi untuk resisten atau obat tersebut

    tidak pernah digunakan didaerha tersebut.Pada rencana pengobatan berdasarkan

    regimen individual, obat yang akan digunakan sebaiknya berdasarkan pada hasil

    tes sensitivitas obat.

    $. )angan menggunakan obat yang memiliki potensi untuk menimbulkan resistensi

    silang. 5esistesi silang adalah mutasi pada gen ;.tuberculosis yang dapat

    memberikan resistensi pada obat lain dengan golongan yang sama atau golongan

    yang berbeda

    3. Jliminasi obat yang tergolong tidak aman untuk diberikan pada pasien

    misalnya obat yang menimbulkan alergi atau efek samping yang tidak dapat

    ditolerir pasien.

    *. Pemilihan lini pengobatan dilakukan berdasarkan tingkat potensi obat. #ila obat

    lini pertama masih dapat digunakan untuk mengobati ;D5 maka regimen

    tersebut dapat digunakan. #ila tidak memungkinkan maka pilihlah tingkat

    regimen yang lebih tinggi. #ila obat di regimen lini pertama tidak cukup * jenis,

    maka obat lainnya bisa diambil dari regimen yang lebih tinggi tingkatannya.7indari penggunaan streptomisin bila terjadi resistensi, selain itu efek

    ototoksiknya juga tinggi. #erikut adalah kelompok golongan obat-obat anti

    tuberculosis

    Kelompok %

    bat kelompok % merupakan obat yang sangat poten dan efek sampingnya dapat

    ditolerir yakni rifampicin, Jthambutol dan PyraHinamide. #ila hasil laboratorium

    dan pengalaman klinis mendukung efektifitas obat ini maka obat-obatan golongan

    ini masih dapat dipakai untuk pengobatan alaupun insidensi resistensi silang

    akan mungkin terjadi misalnya resistensi terhadap rifabutin akibat penggunaan

    rifampicin.

    Kelompok $

    #ila hasil tes sensitivitas menunjukkan hasil yang baik pada obat-obatan golongan

    ini maka obat ini perlu digunakan. bat golongan ini adalah aminoglikosida dan

    yang sering direkomendasikan adalah kanamycin dan amikacin karena efek

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    31/33

    samping ototoksitas yang lebih rendah dibanding streptomycin. #ila terjadi

    resistensi amikacin dan kanamycin, capreomycin dapat digunakan.

    Kelompok 3.

    !loro uinolon dapat diberikan pada pasien dengan infeksi tuberculosis yang

    sensitif dengan golongan ini seperti levofloGacin dan moGifloGacin, >iprofloGacin

    tidak lagi direkomendasikan untuk pengobatan 0# resisten.

    Kelompok *

    Jthionamide atau protionamide sering ditambahkan dalam regimen pengobatan.

    P-aminosalicylic acid 2P(S juga dapat diberikan terlebih dulu. Kombinasi P(S

    dan Jthionamid terkadang sering memberikan efek gastrointestinal dan

    hypothyroidisme >ycloserine juga dapat ditambahkan kedalam regimen

    pengobatan. 0iga agen ini sering dipakai secara bersamaan. 0eriHidone dapat pula

    digunakan untuk menggantikan cycloserin

    Kelompok +.

    Kelompok + tidak direkomendasikan oleh :7 dalam penggunaan rutin untuk

    mengatasi 0# resisten karena efektifitasnya yang masih tidak jelas. 5egimen ini

    membutuhkan pendapat para ahli terutama dalam penanganan QD5 0#

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    32/33

    0abel 3. Kelompok obat-obat anti tuberculosis

    2dikutip dari kepustakaan nomor %'

    Pada penanganan ;D5-0#, fase intensif didefinisikan sebagai fase terapi

    dengan obat injeksi selama minimum & bulan hingga sedikitnya * bulan

    sejak apusan #0( menjadi negatif. Pemberian obat juga perlu

    mempertimbangkan hasil apusan, Q ray dan gejala klinik dan dapatdiperpanjang bila perlu. 7asil kultur menentukan aktu terapi ;D5.

    0erapi harus dilanjutkan %' bulan setelah konversi kultur. Konversi kultur

    didefinisikan sebagai hasil kultur negatif selama $ kali berturut-turut

    dengan rentang pemeriksaan 34 hari. #ila terjadi kasus kronik,

    pengobatan dapat dilanjutkan hingga $* bulan.

    '.1.& Kompli"asi

  • 8/15/2019 BAB II babibubebo

    33/33

    "imfadenitis, meningitis, osteomielitis, arthtritis, enteritis, peritonitis,

    penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat terjadi. #ayi yang

    dilahirkan dari orang tua yang menderita tuberkulosis mempunyai risiko yang

    besar untuk menderita tuberkulosis. Kemungkinan terjadinya gangguan jalan

    nafas yang mengancam ji a harus dipikirkan pada pasien dengan pelebaran

    mediastinum atau adanya lesi pada daerah hilus.

    '.1.' PrognosisSecara umum angka kesembuhan dapat mencapai