23
BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK OLEH ORANGTUA A. MAZHAB – MAZHAB TENTANG SEBAB – SEBAB KEJAHATAN 1. Mazhab Sosiologi Dalam melakukan penyelidikan ilmiahnya tentang kejahatan dan tentang gejala – gejala pathologi – sosial, para ahli sosiologi menggunakan metode stastik.Statistik adalah pengamatan massal dengan menggunakan angka-angka sekaligus juga mendorong keras majunya ilmu pengetahuan social. 29 Sejak abad ke 17 ilmu statistik sudah dipergunakan, seperti ahli sosiologi J. Graunt menggunakan ilmu statistik membuat daftar angka – angka yang bersangkutan menemukan bahwa jumlah angka kematian dan angka kelahiran dari tahun ke tahun selalu kembali dengan teratur sekali. Namun penggunaan ilmu statistik ini tidak berkembang karena pada awalnya ilmu statistik ini tidak terdapat dasar –dasar teoritis, umumnya hanya berdasarkan pengalaman.Selain itu bahan – bahan yang dicatat belum dapat dipercaya, karena hanya berdasarkan perkiraan saja, tidak berdasarkan perhitungan. Pada akhirnya,ilmu statistik mengalami kemajuan dan perubahan secara drastis melalui Quetelet (1796 – 1874), seorang ahli biologi dan sosiologi yang 29 Bonger, op. cit. halaman 64. Universitas Sumatera Utara

BAB II FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39448/3/Chapter... · 2015-04-15 · saja tidak ada perubahan besar dalam lapangan sosial

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK OLEH ORANGTUA

A. MAZHAB – MAZHAB TENTANG SEBAB – SEBAB KEJAHATAN

1. Mazhab Sosiologi

Dalam melakukan penyelidikan ilmiahnya tentang kejahatan dan tentang

gejala – gejala pathologi – sosial, para ahli sosiologi menggunakan metode

stastik.Statistik adalah pengamatan massal dengan menggunakan angka-angka

sekaligus juga mendorong keras majunya ilmu pengetahuan social.29

Sejak abad ke 17 ilmu statistik sudah dipergunakan, seperti ahli sosiologi J.

Graunt menggunakan ilmu statistik membuat daftar angka – angka yang

bersangkutan menemukan bahwa jumlah angka kematian dan angka kelahiran dari

tahun ke tahun selalu kembali dengan teratur sekali. Namun penggunaan ilmu

statistik ini tidak berkembang karena pada awalnya ilmu statistik ini tidak terdapat

dasar –dasar teoritis, umumnya hanya berdasarkan pengalaman.Selain itu bahan –

bahan yang dicatat belum dapat dipercaya, karena hanya berdasarkan perkiraan

saja, tidak berdasarkan perhitungan.

Pada akhirnya,ilmu statistik mengalami kemajuan dan perubahan secara

drastis melalui Quetelet (1796 – 1874), seorang ahli biologi dan sosiologi yang

29Bonger, op. cit. halaman 64.

Universitas Sumatera Utara

menjadikan statistik sebagai metode ilmu pengetahuan yang pasti dan

menciptakan dasar-dasar statistik praktis. Quetlet berdasarkan statistik kriminil

yang dijadikan sebagai alat dalam sosiologi criminal membuktikan untuk pertama

kalinya bahwa kejahatan adalah fakta kemasyarakatan, melihat kejahatan antara

lain pembunuhan yang direncanakan setiap tahun selalu terdapat yang sama dan

cara melakukannya yang sama.30

a) Statistik Kriminil sebagai Methode Statis

Sesudah statistik kriminil di Perancis beberapa tahun mulai diterbitkan,

beberapa pengarang mulai mengumpulkan bahan yang bersangkutan untuk diolah

termasuk bahan – bahan mengenai data kelamin dan umur yang berhubungan

dengan kejahatan. Juga pengumpulan data geografi kejahatan berdasarkan peta –

peta yang dilampirkan, terlihat bahwa di provinsi yang terkaya terdapat paling

banyak kejahatan terhadap hak milik dikarenakan kekayaan yang tidak merata

terbaginya menyebabkan banyak kemiskinan. Quetelet sebagai seorang yang

statis, beranggapan bahwa manusia tidak berdaya terhadap adanya kejahatan

didunia seperti keadaan alam yang tidak dapat dihindarkan. Beliau juga

menyelidiki pengaruh ; besar kecilnya kemungkinan untuk berbuat jahat seperti

dilihat dari pendidikan, pekerjaan, kemiskinan, iklim, perubahan musim dengan

bertambahnya kejahatan ekonomi dalam musim dingin dan kejahatan

penyerangan dalam musim panas dengan jenis kelamin dan umur.

30Bonger, op. cit. halaman 67.

Universitas Sumatera Utara

b) Statistik Kriminil sebagai Methode Dynamis

Quetelet mengakui dengan tegas bahwa adanya unsur dynamis dalam

kejahatan. Memang dalam penyelidikannya yang hanya berjalan beberapa tahun

saja tidak ada perubahan besar dalam lapangan sosial dan terlihat unsur yang

tetap. Tetapi jika dilihat dari hasil penelitian beberapa negara dalam beberapa

tahun maka dapat terlihat adanya perubahan besar dalam kejahatan mengingat

adanya perubahan – perubahan besar yang terjadi dalam masyarakat yang berjalan

pada waktu yang bersamaan. Misalnya tokoh L. M. Christophe ( 1791 – 1888 )

mengatakan bahwa di Inggris ada hubungannya perkembangan (kehancuran )

perindustrian dengan bertambahnya kemiskinan yang menyebabkan naiknya

jumlah kejahatan.

A Von Oettingen ( 1827 – 1905 ) juga mengatakan bahwa dalam waktu krisis

kejahatan seperti pencurian dan lain – lain bertambah, terutama yang dilakukan

oleh perempuan dan anak – anak, dan bahwa kejahatan agresif bertambah dalam

keadaan makmur.

2. Mazhab Antropologi

Pelopor pertama dari anthropologi kriminil adalah ahli phrenologi Gall dan

Spurzheim sekalipun ajarannya tidak mempunyai dasar ilmu pengetahuan.

Kemudian dilanjutkan oleh penelitian seorang dokter Prancis yaitu H. Lauvergne

(1797 – 1859) mempunyai pendapat yang bersifat phrenologi dan terbukti tidak

Universitas Sumatera Utara

betul tetapi dari hasil penelitiannya ditemukan hal yang penting mengenai

kejiwaan dan masyarakat.

C.G. Carus menyatakan kelainan – kelainan pada tengkorak penjahat

sebagai tanda – tanda otak yang terbelakang. Pinel membuktikan bahwa sakit gila

merupakan salah satu penyebab kejahatan. P. Lucas (1805 – 1885) menyatakan

bahwa sifat jahat pada hakekatnya sudah mulai dari kelahiran dan didapat dari

keturunan dan terkadang secara kebetulan dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya.

A. B. Morel (1809 – 1873) mengajarkan teori degenarasinya yang terkenal yang

menerangkan bahwa manusia biasa, karena pengaruh keadaan sekitarnya yang

tidak baik selama beberapa generasi mempunyai keturunan yang merosot sifat –

sifatnya, ini dapat pula menyebabkan kejahatan.

Tokoh yang paling terkemuka dalam mazhab anthropologi ini ialah C.

Lombroso (1835 – 1909) dengan buah pekerjaannya yang paling penting ialah

“L’uomo delinqunte”. Menurut Lombroso manusia yang pertama adalah penjahat

dari sejak lahirnya.31

Berdasarkan pandangan Lombroso yang mengadakan penyelidikan secara

anthropologi mengenai panjahat – penjahat yang terdapat dalam rumah penjara

dan terutama mengenai tengkoraknya, Lombroso menyatakan bahwa penjahat

dipandang dari sudut anthropologi mempunyai tanda – tanda tertentu. Misalnya

tengkoraknya (dari pencuri) isinya kurang dari pada orang lain, terdapat kelainan

– kelainan pada tengkoraknya. Roman wajahnya juga lain daripada orangbiasa,

31 W. A. Bonger, 1981, Pengantar tentang Psikologi Kriminal, Ghalia – Indonesia, edisi ke empat, Jakarta, halaman 100.

Universitas Sumatera Utara

tulang rahang lebar, tulang dahi melengkung ke belakang, juga kurang

perasaannya dan suka akan tatouge, seperti halnya pada orang yang masih

sederhana peradabannya.

Untuk membuktikan bahwa adanya makhluk yang abnormal (penjahat

sejak lahir) Lombroso memberikan hipotesa bahwa manusia yang masih rendah

peradabannya sifatnya a-moril, kemudian dengan berjalannya waktu ia dapat

memperoleh sifat – sifat susila. Maka seorang penjahat merupakan suatu gejala

atavistis, artinya bahwa ia dengan sekonyong – konyong mendapat kembali sifat –

sifat yang sudah tidak dimiliki nenek moyangnya yang terdekat tetapi dimiliki

oleh nenek moyangnya yang lebih jauh.

Enrico Ferri sebagai salah satu murid atau penganut ajaran Lombroso

berusaha untuk memperbaiki ajaran – ajaran gurunya. Ferri mengetahui bahwa

ajaran Lombroso dalam bentuk aslinya tidak dapat dipertahankan. Dengan tidak

mengubah intinya Ferri merubah bentuknya agar tidak berat sebelah dengan

mengakui bahwa adanya pengaruh lingkungan.

Dalam bukunya Sosiologi Criminille Ferri memberikan suatu rumusan tentang

timbulnya kejahatan:32

a) Tiap – tiap kejahatan adalah resultante dari keadaan individu, phsyik dan

sosial

b) Keadaan sosial memberi bentuk pada kejahatan, tetapi berasal dari

bakatnya yang biologis dalam arti sosial (organis dan psikis)

32W. A. Bonger, Op-cit, halaman 94

Universitas Sumatera Utara

3. Mazhab Lingkungan

Mazhab ini di pelopori oleh para ahli kedokteran di Prancis yang menentang

ajaran Lombroso tentang kejahatan yang bercorak anthropologis dari abad ke-19.

Mereka semua menganut garis – garis yang diberikan oleh J. Lamarck, E.

Geoffroy dan L. Pasteur yang menekankan pada arti lingkungan sebagai sumber

dari segala jenis makhluk dan penyakit – penyakit yang timbul. Mazhab ini

sebagian besar lebih memajukan teori lingkungan dengan menentang ajaran yang

mengatakan bahwa kejahatan ada sejak lahir.

Tokoh terkemukanya adalah A. Lacassagne (1843 – 1924) seorang guru besar

dalam ilmu kedokteran kehakiman di perguruan Kriminil Internasional. Ia

menentang hipotesa Lombroso dan merumuskan ajaran mazhab lingkungan

sebagai berikut:33

“Yang terpenting adalah keadaan sosial disekeliling kita. Dengan sebuah perbandingan modern dimana diumpamakan keadaan sosial di sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan, kuman adalah orang yang mendapatnya, suatu unsur akan mempunyai arti apabila menemukan pembenihan yang membuatnya berkembang.”

Tokoh yang tidak kalah penting dalam mazhab lingkungan ini yaitu G.

Tardo (1843 – 1904). Menurut pendapatnya, kejahatan bukan seuatu gejala yang

antropologis tapi sosiologis, yang seperti kejahatan – kejahatan masyarakat

lainnya dikuasai oleh peniruan.

Mazhab yang didasarkan pada lingkungan ekonomi ini mulai berkembang

pada pertengahan abad ke 19. Teori ini mengatakan faktor – faktor ekonomi

33 H. M. Ridwan, Ediwarman, 1994, Azas – Azas Kriminologi, USU PRESS, Medan, halaman 66.

Universitas Sumatera Utara

dalam masyarakat dipandang dari sudut dynamis adalah primair dan dipandang

dari sudut statis merupakan dasarnya. F. Turati sebagai salah satu tokoh pertama

dalam aliran mengatakan, bahwa tidak hanya kekurangan dan kesengsaraan saja

tetapi juga nafsu ingin memiliki, yang berhubungan erat dengan system ekonomi

pada waktu sekarang, mendorong kejahatan ekonomi. Mengenai kejahatan

terhadap orang, Turati menunjukkan akan pengaruh dari keadaan materil terhadap

jiwa manusia. Misalnya, kesengsaraan membuat pikiran menjadi tumpul,

kebodohan dan ketidak adaban merupakan penganut – penganutnya, dan hal – hal

ini merupakan faktor – faktor yang berkuasa dalam timbulnya kejahatan, serta

keadaan tempat tinggal yang buruk menyebabkan kejahatan kesusilaan.

N. Colajanni (1847 – 1921) dalam bukunya Sociologia Criminale juga

menentang aliran anthropologi. Ia menunjuk kepada hubungan antara krisis

dengan bertambahnya kejahatan ekonomi, antara kejahatan dengan gejala

pathologis-sosial seperti pelacuran, yang juga berasal dari keadaan perekonomian.

Colajanni menekankan pula adanya hubungan antara system ekonomi dan faktor –

faktor umum dalam kejahatan.

Beberapa hasil aetiologi daripada sosiologi kriminil yang menyebabkan

terjadinya kejahatan diantaranya, terlantarnya anak – anak, kesengsaraan, nafsu

ingin memiliki, kecintaan terhadap minuman keras, kurangnya peradaban dan

perang.

Para ahli juga menambahkan bahwa hal yang paling baik untuk mencegah

kejahatan adalah suatu sistem ekonomi, dimana telah tercapainya kestabilan

Universitas Sumatera Utara

sebesar – besarnya dan kekurang-sebandingan yang sekecil – kecilnya dalam

pembagian kekayaan.

4. Mazhab Bio – Sosiologi

Mazhab Bio-Sosiologi atau mazhab gabungan ini dicetuskan oleh Enrico Ferri

yang menerangkan bahwa gabungan dari aliran anthropologi dan aliran keadaan

lingkungan sebagai sebab kejahatan. Rumusnya berbunyi : “Tiap kejahatan adalah

hasil dari unsur – unsur yang terdapat dalam individu, masyarakat dan keadaan

fisik.”34

Rumusan tersebut berarti : tiap – tiap kejahatan = unsur individu + unsur

lingkungan. Unsur individu dalam suatu perbuatan kejahatan terdiri dari dua unsur

khusus, yakni :

Yang dimaksud dengan unsur yang terdapat dalam individu ialah unsur –

unsur seperti apa yang diterangkan oleh Lombroso.

a) Keadaan yang mempengaruhi individu dari lahirnya hingga pada saat

melakukan perbuatan tersebut.

b) Bakat yang terdapat dalam individu.

5. Mazhab Spritualis (Agama)

Diantara aliran – aliran kriminologi yang mempunyai kedudukan sendiri,

aliran inilah yang dulu mencari sebab terpenting dari kejahatan dalam tidak

34Ibid, halaman 67

Universitas Sumatera Utara

beragamanya seseorang. Kemudian aliran ini mengalami bermacam – macam

perubahan dan kehalusan yang pada saat sekarang lebih tepatnya dinamakan

aliran neo-spritualis, yang jika dibandingkan dengan aliran – aliran sebelumnya

aliran ini lebih cenderung mementingkan unsur kerohanian dalam terjadinya

kejahatan – kejatahan.

Beberapa tokoh yang termasuk dalam aliran lama seperti: M. De. Baets (1863

– 1931) seorang padri di Belgia mengatakan berkurangnya pengaruh agama

merupakan salah satu sebab yang terpenting dalam bertambahnya jumlah

kejahatan. Tokoh lain yaitu F. A. K. Krauss (1843 – 1917) beranggapan, makin

meluasnya pandangan lapisan bawah masyarakat, pengasingan diri terhadap

Tuhan serta pandangan hidup dan pandangan terhadap dunia yang mejadi dasar

kosong dalam hal dorongan – dorongan moral, adalah merupakan dasar yang

hitam dimana kebusukan dan kejahatan berkembang dengan subur.

B. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA

PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ORANGTUA TERHADAP

ANAK

1. Penyebab Terjadinya Penganiayaan Anak Dalam Keluarga

Terjadinya penganiayaan terhadap anak dalam keluarga yang dilakukan

ayah atau ibu (orang tua) disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Richard J. Gelles mengemukakan bahwa penganiayaan yang sering

dialami anak dalam keluarga terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor

Universitas Sumatera Utara

personal, sosial dan cultural yang meliputi pewarisan kekerasan antar generasi,

stress sosial, isolasi sosial dan keterlibatan masyarakat bawah dan struktur

keluarga.35

Beberapa faktor penyebab terjadinya terjadinya penganiayaan terhadap anak

dalam keluarga digolongkan ke dalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor

eksternal yang terdiri dari :

a) Faktor Internal

(1) Penyakit Parah atau Gangguan Mental

Kehidupan masyarakat yang penuh persaingan hidup oleh karena kebutuhan

hidup yang terus bertambah menjadi salah satu penyebab utama tumbuhnya

tingkah laku yang menyimpang (abnormal). Tingkah laku yang menyimpang ini

sangat erat hubungannya dengan keadaan jiwa individu yang membuat orangtua

tidak dapat merawat dan mengasuh anak karena gangguan jiwa berdasarkan

besarnya tekanan emosional dan depresi yang dialaminya.

Oleh sebab itu masalah gangguan jiwa ini sudah merupakan suatu hal yang

serius karena telah menjadi penyebab terjadinya perbuatan kejahatan atau

perbuatan abnormal. Gangguan jiwa ini menurut para sarjana digolongkan dalam

beberapa bagian, misalnya :

(a) Menurut Kartini Kartono gangguan jiwa terdiri dari :36

(1) Personality Disorders (Gangguan Kepribadian) :

35 J. Richard Gelles, 2004, Child Abuse, Dalam Encyclopedia Article from Encarta, halaman 4 sampai 6. http ://Encarta.msn.com/encyclopedia/5 Juli 2004 36 B. Simanjuntak , 1981, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung, halaman 66.

Universitas Sumatera Utara

a. Deliquen Personality (Kepribadian Nakal), hal ini disebabkan oleh

kemunduran mental karena kebiasaan dan karena kondisi mental

terganggu. Ini merupakan tingkah laku asosial, karena kurang

sosialisasi, mereka memberontak.

b. Multiple Personality atau Split Personality (Kepribadian Terpecah

atau Ganda), ini adalah kondisi patologis dengan kepribadian

pecah. Masing – masing pribadi menjadi otonom, berdiri sendiri

secara berdampingan atau muncul bergantian.

c. Psychopatic Personality (Kepribadian Psikopatik), Orang yang

tidak ada pertimbangan moral sehingga berbuat apa saja, bersifat

memberontak, juga asosial dan tidak memiliki harga diri.

(2) Psikoneurosa (Neurosa, Neurosis)

Ketegangan pribadi yang terus menerus akibat adanya konflik dalam diri

orang bersangkutan dan terjadi terus menerus orang tersebut tidak dapat

mengatasi konfliknya, ketegangannya tidak mereda akhirnya neurosis (suatu

kelainan mental dengan kepribadian terganggu yang ringan seperti cemas yang

kronis, hambatan emosi, sukar tidur, kurang perhatian terhadap lingkungan dan

kurang memiliki energi). Psikoneurosa adalah sekelompok reaksi psikis dengan

adanya ciri khas yaitu kecemasan, dan secara tidak sadar ditampilkan keluar

dalam pelbagai bentuk tingkah laku dengan jalan menggunakan mekanisme

pertahanan diri ( defence mechanism).

Universitas Sumatera Utara

(3) Histeria, gangguan yang ditandai oleh emosi yang ekstrim,

mencakup macam – macam fungsi, sensoris, alat pencernaan

sebagai produk dari berbagai macam konflik dalam kehidupannya.

(4) Psikastenia, ditandai dengan adanya reaksi – reaksi kecemasan,

dibarengi kompulsi, obsesi, phobia. Kompulsi merupakan

keinginan yang tidak dapat dicegah untuk melakukan suatu

perbuatan, tidak dapat dikontrol, tidak dapat dikendalikan dan

sewaktu – waktu melakukan pertentangan dengan kemauan yang

disadari. Obsesi merupakan ide – ide atau perasaan yang kuat dan

terus menerus melekat dalam pikiran dan tidak mau hilang

biasanya disertai adanya kompulsi. Phobia, merupakan ketakutan

atau kecemasan yang kuat, tidak rasional dan tidak dapat dikontrol

terhadap situasi tertentu.

(5) Hipokondria, suatu kecemasan yang berlebihan dan kronis terhadap

kesehatan diri sendiri.

(6) Psychosis

Merupakan gangguan atau penyakit mental yang parah yang ditandai dengan

adanya disorientasi fikiran, gangguan emosional, disorientasi waktu, ruang dan

pribadi, halusinasi dan dilusi sehingga perilakunya tidak rasional, realistik dan

asosial.37

Sehubungan dengan uraian – uraian diatas jika titik tolak peninjauan kita

dasarkan pada sifat – sifat pelaku dengan memperhatikan beberapa peristiwa

37 Ibid, halaman 66.

Universitas Sumatera Utara

penganiayaan atau kekerasan fisik terhadap anak, mereka melakukan perbuatan –

perbuatan demikian karena mengalami kekalutan mental yang merupakan

manifestasi berbagai kondisi kehidupan. Kondisi kehidupan yang menyebabkan

gangguan jiwa yang menimbulkan perbuatan abnormal seperti tekanan ekonomi

yang sangat memprihatinkan, tidak adanya komunikasi yang baik antara sesama

anggota keluarga, tingkat pendidikan yang relatif rendah, lingkungan hidup yang

masih kurang, tidak ada rasa tanggung jawab antar sesama anggota dan orangtua

yang belum matang secara psikologis, ketidaktahuan mendidik anak dengan baik,

harapan orangtua yang tidak realistis, anak yang tidak diinginkan (anak diluar

nikah).38

Dengan adanya kondisi – kondisi tersebut diatas yang diderita atau dialami

oleh seseorang akan mendorong untuk melakukan perbuatan – perbuatan berupa

kesilapan tanpa disadari. Jadi terdapatnya perbuatan – perbuatan tanpa sadar yang

muncul dari alam tak sadar yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyimpang

maupun cenderung pada perbuatan jahat.

2. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi

Orang tua yang “berbakat” menganiaya anaknya memiliki karakteristik

tertentu seperti mempunyai latar belakang masa kecil yang juga penuh kekerasan,

ia juga sudah terbiasa menerima pukulan dan dibesarkan dengan aniaya

orangtuanya. Banyak anak belajar perilaku kekerasan ketika mendapat perlakuan

38 Abu Huraerah, opcit, halaman 49.

Universitas Sumatera Utara

salah dari orangtuanya dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka akan

cenderung melakukan perlakuan salah pada anak – anaknya. Studi – studi

menunjukkan bahwa lebih kurang 30 persen anak – anak yang diperlakukan

dengan kekerasan menjadi orangtua yang bertindak keras pada anak – anaknya.

Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi (transmitted) dari generasi ke

generasi.

3. Stres Sosial

Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan resiko

kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi – kondisi sosial ini mencakup :

pengangguran, penyakit, kondisi perumahan buruk, ukuran keluarga besar dari

rata – rata, kelahiran bayi baru, adanya orang cacat dirumah dan kematian seorang

anggota keluarga. Sebagian besar kasus dilaporkan tentang tindakan penganiayaan

fisik terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Tindakan

kekerasan terhadap anak juga terjadi dalam keluarga menengah dan kaya, tetapi

tindakan yang dilaporkan lebih banyak diantara keluarga miskin karena beberapa

alasan.

Penggunaan alkohol dan narkoba diantara orangtua yang melakukan tindakan

kekerasan mungkin memperbesar stress dan merangsang perilaku kekerasan.

Karakterisik tertentu dari anak – anak seperti : kelemahan mental atau kecacatan

perkembangan fisik juga meningkatkan stress dari orangtua dan meningkatkan

resiko tindakan kekerasan.

Universitas Sumatera Utara

4. Struktur Keluarga

Tipe – tipe keluarga tertentu memiliki resiko yang meningkat untuk

melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap anak. Misalnya, orangtua tunggal

lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan fisik terhadap anak

dibandingkan dengan orangtua utuh. Karena keluarga dengan orangtua tunggal

biasanya berpendapatan lebih kecil dibandingkan keluarga lain, sehingga hal

tersebut dapat dikatakan sebagai penyebab meningkatnya tindak kekerasan

terhadap anak. Keluarga – keluarga yang sering bertengkar secara kronis atau istri

yang diperlakukan salah mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak

yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah.

5. Faktor Yang Berasal dalam Diri Anak

Terjadinya perbuatan penganiayaan dalam rumah tangga tidak hanya

disebabkan oleh faktor yang terdapat dari diri orangtua atau pelaku tapi bisa juga

dipicu oleh kondisi dan tingkah laku anak. Kondisi anak tersebut misalnya : Anak

menderita gangguan perkembangan, menderita penyakit kronis, disebabkan

ketergangtungan anak pada lingkungannya, anak mengalami cacat tubuh, retardasi

mental, gangguan tingkah laku, autisme dan anak yang melakukan perilaku

menyimpang.39

39 Rusmil Kusnandi, 2004, Penganiayaan dan Kekerasan terhadap Anak, Dalam Makalah “ Penanganan Kekerasan Pada Wanita dan Anak”, Bandung, halaman 60.

Universitas Sumatera Utara

a) Faktor Ekstern

(1) Faktor Ekonomi

Dalam kehidupan sehari – hari, faktor ekonomi memegang peranan penting

untuk menentukan arah hidupnya. Demikian juga hubungan antara perekonomian

dengan kejahatan senantiasa mendapat banyak perhatian dan selalu menjadi objek

penelitian para ahli.

Plato menyatakan bahwa :

“Kekayaan dan kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa orang, yang miskin

sukar memenuhi kebutuhan hidupnya dan merasa rendah diri dan timbul hasrat

untuk melakukan kejahatan, sebaliknya juga orang kaya hidup mewah untuk

segala hiburannya”.40

Perubahan dan perbedaan dalam kesejahteraan sosial ekonomi menimbulkan

banyak konflik yang mendorong orang melakukan kejahatan. Dalam masalah ini

Prof. Noach menganalisa sebagai berikut bahwa perubahan kesejahteraan pada

seseorang dapat berupa :

41

(a) Suatu kemunduran dalam kesejahteraan

(b) Suatu kenaikan dalam kesejahteraan

Kemisikinan memang selalu berhubungan erat dengan situasi ekonomi

kemasyarakatan dan ini secara relatif sangat mempengaruhi terhadap

perkembangan kejahatan. Penyebab terjadinya kejahatan berupa penganiayaan

40 Noach Simanjuntak, 1984, Kriminologi, Tarsito, Bandung, halaman 53. 41 Ibid, halaman 54.

Universitas Sumatera Utara

dan kekerasan dalam keluarga dengan latar belakang faktor ekonomi menurut

hemat penulis dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

(a) Tingkat Pendidikan Pelaku yang Relatif Rendah

Di dalam lingkungan sosial yang miskin kebanyakan orang yang memiliki

tingkat pendidikan yang rendah. Dalam hal ini tingkat pendidikan yang rendah

pada umumnya bersamaan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas.

Dengan demikian segala kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan menjadi terhambat. Cara berfikir dan bertindak untuk melakukan

suatu perbuatan akibat daya nalar yang rendah sering irasional akan tetapi lebih

dominan dipengaruhi oleh emosi semata

(b) Lingkungan Hidup yang Kurang Baik

Pada hakekatnya keadaan lingkungan yang kurang baik dapat digolongkan

dalam dua hal yaitu lingkungan hidup internal (keluarga) dan lingkungan hidup

eksternal. Pada lingkungan internal, masalah ketidak-harmonisan hubungan para

anggota keluarga merupakan faktor utama yang tidak kecil pengaruhnya.

Misalnya : Ayah yang seorang pecandu minuman keras dan obat, atau perceraian

antara ayah dan ibu menjadikan anak sebagai pelampiasan amarah, emosi dan

tekanan.

Sedangkan pada lingkungan hidup yang tidak baik secara eksternal adalah

meliputi kondisi lingkungan sosial yang buruk, permukiman kumuh, sikap acuh

tak acuh terhadap eksploitasi dan tidak adanya mekanisme kontrol sosial membuat

Universitas Sumatera Utara

norma, adat, susila, etika dan hukum menjadi barang yang aneh dan dilupakan

sama sekali, sehingga perlakuan – perlakuan yang sembarang yang sering terjadi

di luar rumah terbawa – bawa dalam keluarga.

(2) Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah

Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan kekerasan

terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali orangtua yang

bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi masyarakat dan kebanyakan

mempunyai hubungan yang sedikit dengan teman atau kerabat, kekurangan

keterlibatan sosial ini mengilangkan sistem dukungan dari orangtua yang

bertindak keras, yang akan membantu mereka mengatasi stress keluarga atau

sosial dengan lebih baik.42

Lagi pula, kurangnya kontak masyarakat menjadikan

para orangtua ini kurang memungkinkan mengubah perilaku mereka sesuai

dengan nilai – nilai standar masyarakat.

(3) Faktor Alat – alat Media

Media massa merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk menyampaikan

informasi antara pemerintah dan rakyat atau antara sesama anggota masyarakat.

Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan

media ini tentu mempengaruhi penerimaan konsep – konsep, sikap – sikap, nilai –

42 Abu Huraerah, opcit, halaman 53

Universitas Sumatera Utara

nilai dan pokok – pokok moral. Pada hakekatnya alat – alat media ini memiliki

fungsi yang positif terhadap pengguna jasa media tersebut.

Faktor – faktor alat – alat media yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana

kejahatan kekerasan dalam rumah tangga terdiri dari :43

(a) Surat kabar dan buku – buku (Media Cetak)

Dalam hal menyediakan berita – berita tentang kejahatan, surat

kabar banyak yang melupakan tanggung jawabnya. Berita – berita

mengenai kejahatan misalnya pembunuhan, penganiayaan, kekerasan

merupakan berita menarik sebagai bahan untuk diperdagangkan sehingga

berita yang demikian sering dimuat berkali – kali di surat kabar secara

gamblang dan vulgar. Hal ini tentunya mempengaruhi perkembangan jiwa

si pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung.

Undang – Undang Nomor 11 tahun 1966 tentang Undang – Undang Pokok Pers dalam BAB II tentang fungsi kewajiban dan hak pers, di dalam Pasal 2 ayat 1, “ Pers nasional adalah alat revolusi dan merupakan massa media yang bersifat aktif, dinamis, kreatif, edukatif, informatif dan mempunyai fungsi kemasyarakatan, pendorong dan pemupuk daya pikiran kritis dan progressif meliputi segala perwujudan kehidupan masyarakat Indonesia”.44

Melihat isi pasal peraturan tersebut diatas jelas bagi kita jika pihak

pers sebagai salah satu alat media massa benar – benar melakukan hak dan

kewajibannya sesuai dengan amanah pasal tersebut. Maka jelas

pengaruhnya terhadap setiap pembaca adalah berfungsi edukatif.

43 Taufiq Mustakim, 2009, Laporan Tugas Akhir : Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orangtua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal, Medan, USU Repository, halaman 103. 44 Lihat rumusan Bab II Pasal 2 ayat (1) Undang – Undang Nomor 11 tahun 1966 tentang Pokok Pers.

Universitas Sumatera Utara

Namun dengan munculnya berbagai pemberitaan tentang berbagai

bentuk kejahatan, kekerasan, penganiayaan membawa pengaruh yang

bukan tidak mungkin ditiru oleh pembaca. Bagi pembaca yang tidak dapat

menyikapinya secara positif justru akan berdampak negatif dalam dirinya.

(b) Radio, Televisi, Video dan Film (Media Elektronik)

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang – bidang

alat – alat media komunikasi canggih seperti radio, televisi, video, kaset

dan film sangat memperngaruhi perkembangan kejahatan berupa

penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga.

Hal ini disebabkan oleh karena hampir setiap hari berbagai media

elektronik ini menyajikan acara tontonan film yang mengandung adegan –

adegan kekerasan yang terlalu diekspos secara gamblang.

Dengan seringnya melihat tontonan yang sedemikian rupa akan

berdampak negatif terhadap kejiwaan penonton karena jiwanya akan

terkontaminasi akibat sudah terbiasa melihatnya. Jadi peristiwa kekerasan

yang dilihat tersebut dianggap sudah menjadi keadaan yang biasa dijumpai

sehari – hari, maka ketika apa yang dilihat atau ditonton akan dipraktekkan

pada orang – orang di lingkungannya.

(4) Praktek – Praktek Budaya yang Merugikan Anak

Tindakan semena – mena orangtua terhadap anak sering kali juga disebabkan

Universitas Sumatera Utara

karena masih dianutnya praktek – praktek budaya yang hidup dalam sebagian

besar masyarakat dimana pemikiran – pemikiran tersebut berupa :45

(a) Status anak yang dipandang rendah, sehingga ketika anak tidak dapat

memenuhi harapan orangtua, orangtua merasa anak harus dihukum.

(b) Khususnya bagi anak laki – laki, adanya nilai dalam masyarakat bahwa

anak laki – laki tidak boleh cengeng atau anak laki – laki harus tahan uji.

Pemahaman itu mempengaruhi dan membuat orangtua ketika memukul,

menendang, atau menindas anak adalah suatu hal yang wajar untuk menjadikan

anak sebagai pribadi yang kuat dan tidak boleh lemah.

b) Dampak Penganiayaan yang Dialami Anak Dalam Keluarga

Banyak masyarakat pada umumnya tidak menyadari luasnya pengaruh

kekerasan yang dialami anak. Sebagai gambaran, beberapa pakar anak

berdasarkan penelitian mereka menyampaikan dampak atau efek yang dapat

diderita anak akibat mengalami kasus – kasus penganiayaan yang terjadi

dalam rumahnya sendiri dan dilakukan oleh orangtuanya sendiri.

Anak yang sering mengalami perlakuan penganiayaan oleh orangtuanya dapat

menghadapi resiko :

a) Usia yang lebih pendek

45 Fentini Nugroho, 2002, Studi Eksploratif Mengenai Tindakan Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga. Dalam Jurnal Sosiologi “Masyarakat”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, halaman 41.

Universitas Sumatera Utara

b) Kesehatan mental dan fisik yang buruk

c) Masalah pendidikan (termasuk drop – out dari sekolah)

d) Kemampuan yang terbatas sebagai orangtua kelak

e) Melarikan diri dari rumah dan menjadi gelandangan

Sementara itu, YKAI ( Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia)

menyimpulkan bahwa anak yang mengalami penganiayaan dalam rumah dapat

mengalami dampak serius pada kehidupan anak di kemudian hari, antara lain :

a) Cacat tubuh permanen

b) Kegagalan belajar

c) Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian

d) Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau

mencintai orang lain

e) Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru

dengan orang lain

f) Agresif dan kadang – kadang melakukan tindakan kriminal

g) Menjadi penganiaya ketika dewasa

h) Menggunakan obat – obatan atau alkohol

i) Kematian.

Gambaran yang lebih jelas tentang efek tindakan penganiayaan fisik pada

anak dapat dilihat dalam penjelasan Moore yang mengamati beberapa kasus anak

korban penganiayaan fisik. Diungkapkannya bahwa efek tersebut demikian

meluas dan secara umum dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori: ada

Universitas Sumatera Utara

yang menjadi negatif dan agresif serta mudah frustasi, ada yang menjadi sangat

pasif dan apatis, ada yang tidak mempunyai kepribadian sendri, apa yang

dilakukan sepanjang hidupnya hanyalah memenuhi keinginan orangtuanya, tidak

mampu menghargai diri sendirinya, timbulnya rasa benci yang luar biasa terhadap

dirinya karena merasa hanya dirinyalah yang selalu bersalah sehingga

menyebabkan penyiksaan terhadap dirinya dan rasa benci terhadap dirinya sendiri

ini menimbulkan tindakan untuk menayakiti diri sendiri seperti bunuh diri dan

sebagainya.

Mungkin belum banyak orangtua yang tahu bahwa tindakan pemukulan

yang bersifat fisik itu menyebabkan kerusakan emosional anak. Ketika mereka

semakin besar, anak laki – laki cenderung menjadi sangat agresif dan bermusuhan

dengan orang lain, sementara anak perempuan sering mengalami kemunduran dan

menarik diri ke dalam dunia fantasinya sendiri. Namun, dampak yang lebih

menyedihkan adalah bahwa anak perempuan kemudian merasa semua anak pria

itu menyakiti (menyebabkan mereka membenci para pria), sedangkan anak laki –

laki kemudian percaya bahwa laki – laki mempunyai hak untuk memukul istrinya.

Universitas Sumatera Utara