30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Hurlock (2000), menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan wujud penyesuaian diri seseorang terhadap kehidupan sosialnya. Penyesuaian sosial yang berhasil akan menuju pada kondisi mental yang baik dalam arti mampu memecahkan masalahnya dengan cara realistis, menerima dengan baik sesuatu yang tidak dapat dihindari, memahami secara obyektif kekurangan orang lain yang bekerja dengan dirinya. Hal ini senada diungkapkan dengan Walgito (1990) yang berpendapat bahwa didalam hubungan sosial ini individu satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi, sehingga setiap individu akan menerima nilai-nilai dan menyesuaikan dengan norma sosial yang berlaku. Gerungan (2000) menyatakan bahwa didalam penyesuaian individu dituntut untuk mampu mengadakan cara penyesuaian yang baik tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Penyesuaian ini erat hubungannya dengan kepribadian seseorang. Menurut Allport

BAB II Hurlock

  • Upload
    wirda

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas kuliah

Citation preview

Page 1: BAB II Hurlock

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyesuaian Sosial

1. Pengertian Penyesuaian Sosial

Hurlock (2000), menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan wujud penyesuaian diri

seseorang terhadap kehidupan sosialnya. Penyesuaian sosial yang berhasil akan menuju pada

kondisi mental yang baik dalam arti mampu memecahkan masalahnya dengan cara realistis,

menerima dengan baik sesuatu yang tidak dapat dihindari, memahami secara obyektif

kekurangan orang lain yang bekerja dengan dirinya. Hal ini senada diungkapkan dengan

Walgito (1990) yang berpendapat bahwa didalam hubungan sosial ini individu satu dengan

yang lainnya saling mempengaruhi, sehingga setiap individu akan menerima nilai-nilai dan

menyesuaikan dengan norma sosial yang berlaku. Gerungan (2000) menyatakan bahwa

didalam penyesuaian individu dituntut untuk mampu mengadakan cara penyesuaian yang

baik tanpa menimbulkan konflik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Penyesuaian ini erat

hubungannya dengan kepribadian seseorang. Menurut Allport (dalam Gerungan, 2010),

kepribadian merupakan organisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dalam individu yang turut

menentukan cara-cara yang khas dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Pribadi

manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan an sich (suatu

individu saja) tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya. Kepribadian

itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan sistem psiko-fisiknya (termasuk bakat,

kecakapan, dan ciri-ciri kegiatannya) dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi

sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu manusia dengan

lingkungannya, khususnya lingkungan psikisnya. Hubungan individu dan lingkungan pada

Page 2: BAB II Hurlock

umumnya berkisar pada usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri

dengan lingkungannya ini sering disebut juga dengan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial

dapat dibagi menjadi dua kategori yakni mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan

yang disebut autoplastis (dibentuk diri sendiri), dan pengertian kedua mengubah lingkungan

sesuai dengan keadaan atau keinginan diri yang disebut aloplastis (dibentuk dengan orang

lain). Menurut Hall (dalam Handayani 1996) penyesuaian sosial adalah suatu proses yang

terus menerus berlangsung dan selalu berubah dalam kaitannya dengan orang lain, peristiwa-

peristiwa yang dialami dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kehidupannya seperti

teman-temannya, keluarga, perkembangan fisik serta proses penuaan dalam lingkungan.

Faktor-faktor ini secara kesinambungan akan terus mengalami perubahan selama rentang

kehidupan. Penyesuaian sosial yang baik fungsi individu dalam masyarakat, hubungan

sosialnya, pelaksanaan tugas-tugasnya, dan perasaa subjektf mengenai kepuasan dan

kesenangan hidup, akan dapat berlangsung dengan baik. Hurlock (1999) juga menambahkan

bahwa untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik bukanlah hal yang mudah. Akibatnya

banyak individu yang kurang dapat menyesesuaikan diri, kurang baik secara sosial maupun

pribadi. Perkembangan pribadi, sosial dan moral yang dimiliki seseorang menjadi dasar untuk

memandang diri dari lingkungannya dimasa-masa selanjutnya. Menurut Schneiders (1964:

455), penyesuaian sosial merupakan suatu kapasitas atau kemampuan yang dimilikioleh

setiap individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi,

dan relasi sosial, sehingga kriteria yang harus dipenuhi dalam kehidupan sosialnya dapat

terpenuhi dengan caracara yang dapat diterima dan memuaskan. Penyesuaian sosial tersebut

meliputi penyesuaian di rumah atau keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, yang

dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan determinannya, perkembangan dan kematangan,

determinasi psikologi, kondisi lingkungan rumah, sekolah, masyarakat, serta budaya dan

agama. Kartono (1985) mengatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan kesanggupan

Page 3: BAB II Hurlock

individu untuk bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap realitas sosial yang sehat, dapat

menghadapi pribadi lain dan mampu menghadapi hak-hak sendiri didalam masyarakat, dapat

bergaul dengan orang lain dengan cara membina persahabatan yang baik. Sedangkan menurut

Khairuddin (1997) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan tingkah laku

penyesuaian diri terhadap lingkungan, dimana dalam lingkungan tersebut terdapat aturan-

aturan dan norma-norma yang mengatur tingkah laku dalam lingkungan sosial, orang masuk

dalam lingkungan tersebut harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan dan norma-norma

yang ada dan berlaku mengikat individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Taylor (2001),

penyesuaian sosial adalah kemampuan individu untuk mampu membentuk kedekatan

bersosialisasi dengan berkompeten dalam membina hubungan dengan orang lain secara baik

dan tulus. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan

kemampuan individu baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang tua atau lansia

untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain secara tulus dengan tetap menghargai

nilai-nilai dan tradisi yang ada. Zubaidah (2003) menyatakan penyesuaian sosial adalah

berhasil atau tidaknya seseorang dalam bergaul dengan orang lain atau di dalam kelompok

atau masyarakat. Apabila individu bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh

lingkungan tetapi tidak merasa puas atau tidak terpuaskan kebutuhan-kebutuhannya, maka

tidak dapat dikatakan bahwa individu tersebut berhasil dalam penyesuaian sosial. Dalam hal

ini individu harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitar sehingga

keberadaannya diterima melanda kehidupannya. Dengan demikian maka dapat dikatakan

bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan anak untuk melakukan hubungan sosial

dengan orang lain secara tulus dengan tetap menghargai nilai-nilai dan tradisi yang ada.

Menurut Atwater (1983) penyesuaian memerlukan suatu perubahan dalam diri seseorang dan

juga lingkungannya, agar dapat mencapai suatu hubungan yang memuaskan, baik hubungan

dengan orang lain, maupun dengan lingkungan sekitar. Weissman dan Paykel (dalam John,

Page 4: BAB II Hurlock

2001) menyatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan interaksi antara individu dan

lingkungan sosial dan sejauh mana peran kinerja individu menyesuaikan diri sesuai dengan

norma atau kelompoknya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan penyesuaian sosial adalah keberhasilan penyesuaian diri seseorang dalam memainkan

perannya dilingkungan sosial yang tercermin dalam bentuk perilaku-perilaku sebagai suatu

respon terhadap tuntutan-tuntutan yang berasal dari lingkungan sosial.

2. Aspek Penyesuaian Sosial

Hurlock (1997) mengemukakan aspek-aspek dalam penyesuaian sosial sebagai berikut :

a. Penampilan nyata

Overt performance yang diperlihatkan individu sesuai norma yang berlaku di dalam

kelompoknya, berarti individu dapat memenuhi harapan kelompok dan ia di terima

menjadi anggota kelompok tersebut.

b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

Artinya bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri secara baik dengan setiap

kelompok yang dimasukinya, baik teman sebaya maupun orang dewasa.

c. Sikap sosial

Artinya individu mampu menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang

lain, ikut pula berpartisipasi dan dapat menjalankan perannya dengan baik dalam

kegiatan sosial.

d. Kepuasan pribadi

Ditandai dengan adanya rasa puas dan perasaan bahagia karena dapat ikut ambil

bagian dalam aktivitas kelompoknya dan mampu menerima diri sendiri apa adanya

dalam situasi sosial.

Page 5: BAB II Hurlock

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam

pengukuran penyesuaian sosial antara lain yaitu aspek: penampilan nyata, penyesuaian diri

terhadap berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi.

3. Faktor-faktor Penyesuaian Sosial

Menurut Hurlock (1999) penyesuaian sosial merupakan sebuah proses panjang yang dilalui

oleh setiap individu untuk mendapatkan keseimbangan dalam lingkungan sosialnya.Banyak

faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian sosial, diantaranya:

a. Tingkat Pendidikan dan Intelegensi

Individu yang mempunyai tingkat pendidikan dan inteligensi yang tinggi cenderung dapat

melakukan kemampuan komunikasi yang baik. Dan seseorang yang memiliki kemampuan

komunikasi yang baik, biasanya diikuti dengan tingkat pendidikan dan intelegensi yang tinggi

pula. Calvin (dalam Arifiah, 2005) juga menyebutkan bahwa intelegensi adalah kemampuan

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Suatu penelitian menunjukan bahwa

seseorang yang diterima oleh lingkungan sosialnya mempunyai ranking tertinggi (25% dari

nilai yang tertinggi) di sekolah atau di kantornya, sedangkan orang yang ditolak adalah 25%

kebawah , dengan catatan bahwa orang yang ditolak mempunyai hubungan dengan orang lain

yang tidak begitu baik ( Hurlock, 1999).

b. Keadaan Fisik

Keadaan fisik sangat mempengaruhi penyesuaian seseorang. Adanya cacatfisik atau penyakit

tertentu sering menjadi latar belakang terjadinya hambatanhambatan sosial. Matches dan

Kahn (dalam Hurlock, 2000) mengatakan bahwa dalam interaksi sosial, penampilan fisik

yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk

memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya. Salah satu keuntungan

yang sering diperoleh ialah orang tersebut mudah berteman. Orang-orang yang menarik lebih

mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibandingkan orang

Page 6: BAB II Hurlock

yang kurang menarik. Karena banyak hal positif yang disebabkan oleh penampilan yang

menarik ini, maka orang tersebut lebih mudah menyesuaikan diri dari pada yang kurang

menarik.

c. Karakteristik Kepribadian

Karakteristik kepribadian seseorang akan dapat mempengaruhi dalam melakukan

penyesuaian sosial, antara lain tipe kepribadian, motivasi dalam dirinya, dan penerimaan

dirinya (Hurlock, 1999). Hurlock menambahkan bahwa penerimaan diri seseorang turut

menentukan keberhasilan penyesuaian sosial seseorang, karena seseorang yang menolak

dirinya atau tidak menyukai dirinya akan menjadi kurang mampu menyesuaikan diri secara

baik dan merasa tidak bahagia.

d. Jenis kelamin

Selain itu lingkungan stereotip tertentu pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang

menyebabkan terjadinya perbedaan status sosial, misalnya sikap laki-laki yang menentang

peraturan cenderung lebih diterima dibandingkan jika dilakukan oleh perempuan. Lebih

lanjut Ashmore (dalam Sears, 1994) menyebutkan bahwa stereotip jenis kelamin merupakan

keyakinan tentang sifat kepribadian laki-laki dan perempuan, yang memberikan gambaran

mengenai ciri-ciri dari anggota suatu kelompok sosial. Dalam segi psikologis, Suryabrata

(dalam Sunarni, 2000) mengatakan bahwa laki-laki biasanya lebih bersifat intelektual dan

abstrak, sedangkan perempuan lebih bersifat pasif, menerima dan minatnya lebih menuju

pada halhal yang bersifat emosional dan konkret. Perempuan mempunyai tendensi neurotis

yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, walaupun telah diberikan kesempatan yang

sama. Suryabrata (dalam Untari, 2001) menyatakan bahwa dalam lingkungan sosial pada

umumnya, laki-laki mendapat kebebasan lebih banyak. Laki-laki cenderung lebih bebas,

lebih berkuasa, lebih berani menentang segala peraturan yang ada. Sebaliknya, perempuan

lebih banyak terikat pada keluarga dan mempunyai kecenderungan lebih patuh dan menerima

Page 7: BAB II Hurlock

peraturan yang berlaku. Perempuan juga lebih mudah menghayati perasaan orang lain dan

merasa lebih senang bersama dan menciptakan hubungan yang erat dengan teman-temannya.

e. Pengalaman Sosial pada Masa Kanak-kanak

Freud (dalam Hurlock, 1999) menyatakan bahwa pengalaman sosial awal (masa kanak-

kanak) memegang peranan penting dalam membentuk penyesuaian sosial yang baik pada

masa remaja dan masa selanjutnya. Penyesuaian sosial tersebut merupakan suatu proses yang

berkesinambungan, dimana keberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian sosial pada

fase sebelumnya berpengaruh terhadap keberhasilan penyesuaian sosial individu pada fase

berikutnya.

f. Kondisi Psikologis

Individu yang sehat dan matang secara psikologis akan dapat menyelaraskan dorongan-

dorongan internalnya dengan tuntutan-tuntutan yang berasal dari lingkungan. Bahkan tidak

hanya itu, individu itu akan berusaha memenuhituntutan tersebut (Hurlock, 1999).

g. Kondisi Keluarga

Hurlock (1999) menyatakan bahwa kondisi keluarga yang menimbulkan kesulitan bagi

seseorang dalam penyesuaian sosial adalah sebagai berikut:

(a) Pola perilaku sosial yang buruk di rumah

Bila pola perilaku sosial yang buruk dikembangan dirumah, seseorang akan

menemui kesulitan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik diluar

rumah, meskipun dia diberi motivasi kuat untuk melakukannya.

(b) Kurangnya model perilaku yang ditiru

Bila rumah kurang memberi model perilaku untuk ditiru, individu akan

Page 8: BAB II Hurlock

mengalami hambatan yang serius dalam penyesuaian sosialnya diluar

rumah. Individu yang ditolak oleh keluarganya akan mengembangkan

kepribadian yang tidak stabil, agresif, yang mendorong mereka untuk

melakukan tindakan yang penuh dendam atau bahkan kriminalitas.

(c) Kurangnya motivasi untuk belajar

Kurangnya motivasi untuk belajar melakukan penyesuaian sosial sering

timbul dari pengalaman sosial awal yang tidak menyenangkan baik diluar

maupun didalam rumah. Sebagai contoh, individu yang selalu diganggu oleh

orang lain, atau diperlakukan sebagai orang yang tidak dikehendaki dalam

kehidupan mereka, tidak akan memiliki motivasi kuat untuk melakukan

penyesuaian sosial yang baik diluar rumah.

(d) Kurangnya bimbingan dari orang tua / orang dewasa lainnya

Meskipun memiliki motivasi yang kuat untuk belajar melakukan

penyesuaian sosial yang baik, namun tidak memperoleh dukungan da

bantuan yang cukup dalam proses belajar ini, maka individu tersebut

mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.

h. Keadaan Lingkungan

Keadaan lingkungan yang baik, damai dan penuh penerimaan serta

memberikan perlindungan kepada anggota masyarakatnya merupakan

lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian individu

(Hurlock,1999). Dalam aliran empirisme yang dikembangkan oleh John Locke

(dalam Untari, 2001) juga diterangkan bahwa segala sesuatu memerlukan proses

belajar, yakni dari lingkungan yang turut membentuk karakter dan

perkembangan individu.

i. Kebudayaan dan Agama

Page 9: BAB II Hurlock

Hurlock (1999) menyatakan bahwa kebudayaan secara langsung atau tidak

langsung berpengaruh pada pembentukan tingkah laku individu. Kebudayaan

memudahkan atau bahkan menyulitkan penyesuaian sosial individu. Individu

yang dapat bertingkahlaku sesuai dengan budaya yang berlaku akan mudah

untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Demikian halnya dengan

agama, sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik, frustasi dan ketegangan

psikis lainnya akan memberi rasa aman bagi individu dalam penyesuaiannya.

Jalaludin (dalam Arifah, 2005) juga menyebutkan bahwa semakin kuat

tradisi keagamaan dalam suatu masyarakat akan semakin besar pengaruh

dominannya dalam kebudayaan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada 9 faktor penting yang

mempengaruhi penyesuaian sosial seseorang, yaitu tingkat pendidikan dan

intelegensi, keadaan fisik, karakteristik kepribadian, jenis kelamin, pengalaman

sosial pada masa kanak-kanan, kondisi psikologis, kondisi keluarga, kondisi

lingkungan, dan kebudayaan dan agama.

4. Proses Penyesuaian Sosial

Proses penyesuaian manusia dalam kelompok berperan sesuai dengan jenis

kelaminnya merupakan bagian normal dalam proses perkembangan, sehingga tidak

seorangpun menganggapnya sebagai masalah. Akibat dari proses tersebut

terbentuklah steorotif jenis kelamin yang secara tidak langsung disetujui oleh anggota

kedua jenis kelamin dalam suatu lingkungan, bergantung pada apa saja yang dihargai

untuk lingkungan tersebut (Hurlock, 1999). Penyesuaian sosial pada setiap tahap usia

ditentukan oleh dua faktor, pertama adalah sejauh mana seseorang dapat memainkan

peran sosial secara tepat sesuai dengan apa yang diharapkan dari padanya. Kedua,

seberapa banyak kepuasan yang diperoleh seseorang.

Page 10: BAB II Hurlock

Penyesuaian sosial seorang anak penderita thalassemia merupakan suatu hal

yang penting untuk dimainkan dan dikembangkan karena hal tersebut akan

mempengaruhi tercapainya tujuan hidup dan dapat mencapai keberhasilan dalam

setiap tugas yang ia jalankan.

Menurut Munssen, sosialisasi adalah proses yang digunakan remaja atau anak

untuk mencapai standar-standar, nilai-nilai dan perilaku apa yang diharapkan oleh

masyarakat disekitar tempat tinggalnya. Dalam sosialisasi seseorang dapat

mempelajari keterampilan menguasai kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam

kelompoknya dan berperilaku sesuai dengan harapan sosial, sehingga dapat menjadi

orang yang mampu bermasyarakat dan diterima di lingkungan sosialnya sebagai

cermin adanya kematangan sosial. Hurlock mengemukakan bahwa proses sosialisasi

seorang remaja atau anak dalam masyarakat meliputi 3 (tiga) tahapan yang masingmasing

terpisah dan sangat berbeda antara satu dengan yang lain, tapi saling berkaitan

sehingga kegagalan dalam salah satu tahap akan menurunkan kadar sosialisasi

individu, ketiga proses tersebut yaitu:

1. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya tentang perilaku

yang dapat diterima untuk masyarakat, remaja atau anak tidak harus

mengetahui perilaku dengan patokan yang dapat diterima, tetapi mereka juga

harus menyesuaikan perilaku dengan patokan yang diterima.

2. Memainkan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

dengan seksama oleh anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi.

3. Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat, remaja harus menyukai orang lain dan aktifitas sosial

Page 11: BAB II Hurlock

agar dapat diterima sebagai anggota dalam kelompok sosial sehingga berhasil

dalam penyesuaian sosialnya.

Dari tiga proses pembentukan kemampuan bersosialisasi tersebut dapat diketahui

bahwa faktor penting yang sangat mempengaruhi terciptanya kemampuan seorang

anak untuk bersosialisasi adalah masyarakat dan lingkungan tempat tinggal. Dalam hal

ini, lingkungan anak tidak hanya terbatas pada orang-orang di dalam keluarga saja,

melainkan juga masyarakat tempat ia senantiasa berinteraksi dan bermain serta

lingkungan sekolah tempat mereka belajar dan bergaul dengan teman sebayanya.

Tentu saja kemampuan untuk mencapai kematangan sosial ini sangat berkaitan dengan

bimbingan dan arahan serta kerjasama dengan pihak-pihak dalam ketiga lingkungan

tersebut. Dengan demikian yang terpenting dalam terbentuknya penyesuaian sosial

anak adalah untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dengan cara mencari dan

menemukan respon yang sesuai dengan dirinya, kemudianakan dibawa kepada

lingkungan dimana ia bersosialisasi sebagai wadah untuk aktualisasi diri, baik dengan

teman sebaya atau dimana ia bersama kelompoknya atau di lingkungan masyarakat

umum sekitar anak tinggal.

B. Anak

1. Pengertian Anak

Anak (jamak: anak-anak) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa

atau belum mengalami masa pubertas. Anak juga merupakan keturunan kedua, di mana

kata "anak" merujuk pada lawan dari orang tua, orang dewasa adalah anak dari orang tua

mereka, meskipun mereka telah dewasa. Menurut psikologi, anak adalah periode

pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode

ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan

tahun tahun sekolah dasar.

Page 12: BAB II Hurlock

2. Perkembangan anak

Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan tahap selanjutnya, di mana tahapan

perkembangan harus melewati tahap demi tahap Fase perkembangan Anak.

Perkembangan dibagi berdasarkan waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.

Santrock dan Yussen membagi atas lima fase yaitu:

a. Fase pra natal (saat dalam kandungan)

Adalah waktu terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran

b. Fase Bayi

Adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan,

masa ini adalah masa yang sangat bergantung pada orang tua.

c. Fase Kanak-kanak Awal ( masa pra sekolah)

Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6

tahun.

d. Fase Kanak-kanak tengah dan akhir ( masa usia sekolah dasar)

Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun.

e. Fase Remaja

Adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa

dewasa awal, yang dimulai kira-kisa umur 10 sampai 12 tahun dan beakhir kira-kira

umur 18 sampai 22 tahun.

3. Tugas Perkembangan Masa Anak

Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami

perkembagan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas

perkembangan atau Development Task. Tugas perkembangan masa anak menurut

Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat,

belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja

Page 13: BAB II Hurlock

kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang

sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri

sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar

membedakan baik dan buruk. Sedangkan menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980)

tugas perkembangan pada masa anak-anak adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang

umum.

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang

tumbuh.

c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya

d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

e. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan

berhitung

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan seharihari

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata serta tingkatan nilai

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga

i. Mencapai kebebasan pribadi.

Tugas perkembangan fase anak-anak menurut Syah (2004), masa anak-anak (late

childhood) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun dengan ciri-ciri utama sebagai

berikut:

a. Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer

group)

b. Keadaan fisik yang memungkinkan/ mendorong anak memasuki dunia permainan

dan pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan jasmani

c. Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan

Page 14: BAB II Hurlock

komunikasi yang luas.

C. Pengertian Thalassemia

Menurut Kosasih (Suyono, 2001), sindrom thalassemia adalah sekelompok

penyakit atau keadaan herideter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai

polipeptida terganggu.Perbedaan fisik tersebut yaitu muka mongoloid, batang hidung

masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol, akibat dari sumsum tulang yang dipaksa

bekerja keras mengatasi kekurangan hemoglobin, pertumbuhan badan kurang sempurna

(pendek), pembesaran hati dan limpa, serta kulit mereka yang menghitam.

Thalasemia adalah sejenis anemia hemolitik yang bersifat turun temurun dalam

satu keluarga, ditandai dengan sel-sel darah merah serupa cakram tembak dengan daya

tahan terhadap tekanan osmotic yang meningkat. Bentuk thalasemia lengkap pada anakanak

selalu fatal, keadaan yang ditandai dengan ukuran sel darah merah yang abnormal

kecil, peningkatan daya tahan tekanan osmotic kadang-kadang polisitemia dengan kadar

hemoglobin normal, keadaan yang relative menurun timbul pada umur 2 tahun dengan

anemia, ikterus dan pembesaran hati ( Kamus Kedokteran jambatan edisi 2005 ).

Thalasemia adalah kelainan genetik darah yang paling sering ditemukan. Faktor

tertentu yang menyebabkan thalasemia sering terjadi belum diketahui, namun

diasumsikan berhubungan dengan penyakit malaria. Penderita thalasemia memiliki sel

darah merah yang usianya lebih pendek dari pada sel darah merah normal, memilki

hemoglobin fetus dalam kadar jauh lebih tinggi dari pada normal, dan sel darah merahnya

lebih sensitive terhadap stress oksidatif.

Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang bersifat degeneratif dan tidak

bisa disembuhkan. Pengobatan satu-satunya adalah dengan melakukan transfusi darah

dan suntikan desferal secara rutin. Penderita thalasemia tergantung pada transfusi darah

serta desferal seumur hidup. Transfusi darah membawa efek samping. Kelebihan zat besi

Page 15: BAB II Hurlock

akibat transfusi dapat menyebabkan pembengkakan limpa dan menyebabkan komplikasi

pada hati, ginjal, dan jantung.

Secara umum, ada dua jenis thalassemia yaitu thalassemia minor dan mayor.

Penderita thalassemia minor/trait adalah orang-orang sehat dan normal, namun membawa

sifat thalassemia yang dapat diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, penderita

thalassemia minor disebut juga sebagai pembawa thalassemia. Thalassemia minor sudah

ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang hidup penderita, tapi tidak memerlukan

transfusi darah di sepanjang hidupnya.

Penderita thalassemia mayor/berat memerlukan perhatian lebih khusus. Perlu

mendapatkan transfusi darah serta pengobatan yang dilakukan seumur hidup. Penderita

thalassemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun gejala anemia mulai terlihat di

usia 3-18 bulan. Selain itu, akan muncul gejala lain diantaranya jantung berdetak lebih

kencang dan memiliki wajah yang disebut facies cooley. Facies cooley merupakan ciri

khas thalassemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol,

akibat dari sumsum tulang yang dipaksa bekerja keras mengatasi kekurangan

hemoglobin. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita thalassemia mayor umumnya

hanya bertahan sekitar 1-8 tahun.

D. Kerangka Berfikir

Anak yang menderita thalassemia ini mempunyai berbagai masalah dalam

penyesuaian sosialnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada latar belakang

masalah di atas, anak-anak yang menderita thalassemia sering merasa minder, diolokolok,

dikucilkan, dan tidak percaya diri untuk bermain dengan anak-anak lainnya. Terkait

dengan masalah tesebut, anak-anak yang menderita thalassemia ini perlu melakukan

penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya. Penyesuaian sosial ini dapat membantu

anak untuk dapat bermain dengan bebas dan juga dapat membantu anak dalam proses

Page 16: BAB II Hurlock

penyembuhannya karena pada masa anak-anak ini mereka masih membutuhkan teman

untuk bermain. Seorang anak yang dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian

sosial adalah jika anak tersebut mampu memainkan peran sosialnya secara tepat dengan

apa yang diharapkan dari dirinya dan seberapa banyak orang lain dapat merasakan

kepuasan dari peran sosialnya tersebut. Dan seorang anak dikatakan tidak berhasil dalam

melakukan penyesuaian sosial jika anak tersebut tidak dapat memainkan peran sosialnya

dengan baik dan orang lainpun tidak dapat merasakan puas dari peran sosial yang

dilakukannya.

Hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka berfikir dibawah ini.

Masalah Anak Thalassemia:

1. Minder

2. Diolok-olok

3. Dikucilkan

Berhasil / Tidak Berhasil

Penyesuaian Sosial:

1. Proses penyesuaian sosial

2. Aspek penyesuaian sosial

3. Faktor penyesuaian sosial