13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori Permainan) Terinspirasi dari Jean Piaget , Zoltan Dienes (1981) kemudian merumuskan teorinya yang dikenal dengan teori Dienes. Teori Dienes memusatkan perhatian pada cara-cara pengajaran matematika terhadap anak-anak sedemikian rupa, sehingga menarik perhatian bagi anak-anak yang mempelajari matematika. Menurut Dienes (dalam Suherman, 2003; Ruseffendi, 2006) benda- benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Makin banyak bentuk- bentuk yang berlainan yang diberikan dalam konsep-konsep tertentu, akan makin jelas konsep yang dipahami anak, karena anak-anak akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan sistematis dalam konsep yang dipelajarinya. Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur- struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk konkret, akan dapat dipahami dengan baik. Menurut Dienes (dalam Ruseffendi) konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu: a. Permainan Bebas (Free Play ) Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul. Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Belajar Dienes (Teori Permainan)

Terinspirasi dari Jean Piaget, Zoltan Dienes (1981) kemudian

merumuskan teorinya yang dikenal dengan teori Dienes. Teori Dienes

memusatkan perhatian pada cara-cara pengajaran matematika terhadap anak-anak

sedemikian rupa, sehingga menarik perhatian bagi anak-anak yang mempelajari

matematika. Menurut Dienes (dalam Suherman, 2003; Ruseffendi, 2006) benda-

benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila

dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Makin banyak bentuk-

bentuk yang berlainan yang diberikan dalam konsep-konsep tertentu, akan makin

jelas konsep yang dipahami anak, karena anak-anak akan memperoleh hal-hal

yang bersifat logis dan sistematis dalam konsep yang dipelajarinya.

Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap

sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara

struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur-

struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam

matematika yang disajikan dalam bentuk konkret, akan dapat dipahami dengan

baik.

Menurut Dienes (dalam Ruseffendi) konsep-konsep matematika akan

berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap

belajar menjadi 6 tahap, yaitu:

a. Permainan Bebas (Free Play)

Dalam setiap tahap belajar, tahap yang paling awal dari pengembangan

konsep bermula dari permainan bebas. Permainan bebas merupakan tahap belajar

konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi

kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan pengetahuan anak muncul.

Dalam tahap ini anak mulai membentuk struktur mental dan struktur sikap dalam

mempersiapkan diri untuk memahami konsep yang sedang dipelajari. Misalnya

dengan diberi permainan block logic, anak didik mulai mempelajari konsep-

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

6

konsep abstrak tentang warna, tebal tipisnya benda yang merupakan ciri/sifat dari

benda yang dimanipulasi.

b. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)

Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-

pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini

mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang

lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi. Jelaslah, dengan melalui

permainan siswa diajak untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana

struktur matematika itu. Makin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan

dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena

akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang

dipelajari itu. Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, anak didik

memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam pengalaman,

dan kegiatan untuk yang tidak relevan dengan pengalaman itu. Contoh dengan

permainan block logic, anak diberi kegiatan untuk membentuk kelompok bangun

yang tipis, atau yang berwarna merah, kemudian membentuk kelompok benda

berbentuk segitiga, atau yang tebal, dan sebagainya. Dalam membentuk kelompok

bangun yang tipis, atau yang merah, timbul pengalaman terhadap konsep t ipis dan

merah, serta timbul penolakan terhadap bangun yang tipis (tebal), atau tidak

merah (biru, hijau, kuning).

c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam kegiatan

menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk

melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka

dengan menstranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi

ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan

semula. Contoh kegiatan yang diberikan dengan permainan block logic, anak

dihadapkan pada kelompok persegi dan persegi panjang yang tebal, anak diminta

mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam kelompok tersebut

(anggota kelompok).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

7

d. Permainan Representasi (Representation)

Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang

sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah

mereka berhasil menyimpulkan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasi-situasi

yang dihadapinya itu. Representasi yang diperoleh ini bersifat abstrak, Dengan

demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya

abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan anak

untuk menemukan banyaknya diagonal poligon (misal segi dua puluh tiga) dengan

pendekatan induktif seperti berikut ini.

Segitiga Segiempat Segilima Segienam Segiduapuluhtiga

0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal ….. diagonal ……. Diagonal

e. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)

Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan

kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan

menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal. Sebagai contoh,

dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan induktif tersebut,

kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya diagonal suatu poligon yang

digeneralisasikan dari pola yang didapat anak.

f. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir. Dalam tahap

ini siswa-siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian

merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah

mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus

mampumerumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Contohnya, anak didik telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika

seperti aksioma, harus mampu merumuskan suatu teorema berdasarkan aksioma,

dalam arti membuktikan teorema tersebut.

Pada tahap formalisasi anak tidak hanya mampu merumuskan teorema

serta membuktikannya secara deduktif, tetapi mereka sudah mempunyai

pengetahuan tentang sistem yang berlaku dari pemahaman konsep-konsep yang

terlibat satu sama lainnya. Misalnya bilangan bulat dengan operasi penjumlahan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

8

peserta sifat-sifat tertutup, komutatif, asosiatif, adanya elemen identitas, dan

mempunyai elemen invers, membentuk sebuah sistem matematika. Dienes

menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton) berlangsung selama belajar.

Untuk pengajaran konsep matematika yang lebih sulit perlu dikembangkan materi

matematika secara kongkret agar konsep matematika dapat dipahami dengan

tepat. Dienes berpendapat bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai

penyajian (multiple embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan

bermacam-macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik.

Berbagai penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses

pengklasifikasian abstraksi konsep.

Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu

dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual (perseptual variability),

sehingga anak didik dapat melihat struktur dari berbagai pandangan yang berbeda-

beda dan memperkaya imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang

disajikan. Berbagai sajian (multiple embodiment) juga membuat adanya

manipulasi secara penuh tentang variabel-variabel matematika. Variasi

matematika dimaksud untuk membuat lebih jelas mengenai sejauh mana sebuah

konsep dapat digeneralisasi terhadap konsep yang lain. Dengan demikian,

semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu,

semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1 Definisi Belajar

Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Menurut Sudjana (2005), mengatakan bahwa belajar dan

mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan,

yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar,

dan hasil belajar.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

9

Menurut Syamsudin (2000), mengatakan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu. Gagne (dalam Nurul A, 2006) mengungkapkan bahwa

belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat

suatu pengalaman. Karena itu belajar dicirikan dengan tiga hal yaitu:

a. Belajar adalah perubahan tingkah laku.

b. Perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan.

c. Perubahan tersebut harus bersifat parmanen dan tetap ada dalam waktu yang

cukup lama.

Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar

merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara

keseluruhan yang terjadi karena pengalaman yang telah dialami melalui interaksi

dengan lingkungannya dalam suatu proses belajar mengajar. Bukti bahwa

seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, baik dalam aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun dalam

ketrampilannya (psikomotorik).

2.2.2. Pengertian Hasil Belajar

Perubahan akan terjadi pada setiap individu yang melakukan kegiatan

belajar, perubahan tersebut baik perubahan pengetahuan, sikap maupun

ketrampilan. Dalam lembaga pendidikan formal, nilai suatu pembelajaran

dinamakan hasil belajar, dan tinggi rendahnya hasil belajar diukur dan dinyatakan

dalam bentuk nilai atau angka.

Keberhasilan belajar dapat dilihat dan diketahui berdasarkan perubahan

perilaku setelah diadakan kegiatan belajar, sebagaimana dikemukakan oleh

Winkel (2005), bahwa hasil belajar mencakup tiga kemampuan, yaitu:

a. Kemampuan kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pemahaman

pengetahuan dan pengertian pada suatu materi yang meliputi:

1) Pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat kembali hal-hal yang pernah

dipelajari; mencakup fakta, prinsip dan metode yang diketahui.

2) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna atau arti dari suatu

konsep sehingga dapat menguraikan isi pokok dari suatu makna.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

10

3) Penerapan, yaitu kemampuan menerapkan dan mengabstraksikan suatu

konsep atau ide dalam situasi yang baru.

4) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci satu kesatuan ke dalam bagian-

bagian, sehingga organisasinya dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis, yaitu kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai

sesuatu atau beberapa hal dan dapat mempertanggungjawabkan berdasarkan

kriteria itu.

b. Kemampuan Afektif, yaitu tahap-tahap perubahan sikap, nilai dan kepribadian

setelah mendapatkan pengetahuan dari proses belajar meliputi:

1) Penerimaan, yaitu kepekaan dalam meneriman rangsangan dan kesediaan

untuk memperhatikan rangsangan itu.

2) Partisipasi, yaitu kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penentuan sikap, yaitu kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

4) Organisasi, yaitu kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5) Pembentukan pola hidup, yaitu kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikan, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi

pegangan nyata.

c. Kemampuan Psikomotor, yaitu kesatuan psikis yang dimanifestasikan dalam

tingkah laku fisik (sekumpulan ketrampilan dalam bidang tertentu), yang

meliputi:

1) Persepsi, yaitu kemampuan membedakan antara dua perangsang atau lebih

berdasarkan ciri-ciri khas pada masing-masing rangsangan.

2) Kesiapan, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan akan

memulai suatu gerakan atau serangkaian gerakan.

3) Gerakan terbimbing, yaitu mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian-rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

11

4) Gerak terbiasa, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian

gerak-gerik dengan lancar, karena telah dilatih secukupnya tanpa lagi

memperhatikan lagi contoh.

5) Gerakan kompleks, yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu

ketrampilan dengan lancar, cepat dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerakan, yaitu kemampuan untuk mengadakan perubahan

dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan

menunjuk suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas, yaitu kemampuan untuk melahirkan pola gerak-gerik yang baru

atas dasar inisiatif sendiri.

Indikator hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan

bahwa perilaku siswa terdiri atas tiga kemampuan, yaitu kemampuan kognitif,

yang diartikan sebagai hasil belajar berkenaan dengan pemahaman pengetahuan

peserta didik dalam mempelajari Matematika, kemampuan afektif yang diartikan

sebagai hasil belajar yang merupakan tahapan perubahan sikap, nilai dan

kepribadian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran, psikomotorik

merupakan kesatuan yang dimanifestasikan dalam perilaku atau tingkah laku

berupa sekumpulan ketrampilan.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar mengajar diharapkan dapat memberikan keberhasilan yang

memuaskan bagi sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Akan tetapi

pada kenyataannya dalam usaha pencapaian tujuan tersebut, terkadang tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Hambatan inilah yang harus diketahui agar dapat

dihindarkan sehingga tidak menimbulkan kegagalan. Menurut Muhibbin Syah

(2002), faktor- faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga yaitu:

a. Faktor internal (faktor- faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik), di

antaranya:

1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) diantaranya kondisi kesehatan,

daya pendengaran dan penglihatan, dan sebagainya.

2) Aspek psikologis yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan

pembelajaran peserta didik, diantaranya yaitu kondisi rohani peserta didik,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

12

tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi peserta

didik.

b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik),

diantaranya:

1) Lingkungan sosial, seperti para guru, staff administrasi, dan teman-teman

sekelas, masyarakat, tetangga, teman bermain, orangtua dan keluarga

peserta didik itu sendiri.

2) Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat

keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan

waktu belajar yang digunakan peserta didik.

c. Faktor Pendekatan Belajar, dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang

digunakan peserta didik dalam menunjang efektivitas belajar dan efisiensi

proses pembelajaran materi tertentu.

2.3. Matematika

2.3.1. Pengertian Matematika

Andi Hakim Nasution (1982), mengatakan bahwa istilah matematika

berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata

ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang

memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda,

matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal

ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).

Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh

karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.

(Ruseffendi, 1988). Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme

sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai

makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara

berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian knowing

that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai

mahluk yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga

tujuan. (Romberg, T.A. 1992).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

13

Johnson & Rising (dalam Russefendi, 1972) mengatakan bahwa

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis,

matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefenisikan

dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, berubah

bahasa simbol mengenai ide daripada bunyi. Matematika adalah pengetahuan

struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori- teori dibuat secara deduktif

berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah

dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang keteraturan pola atau

ide; dan matematikan itu adalah seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan

keharmonisannya.

Menurut Reys, dkk (1984), matematika adalah telahaan tentang pola

hubungan, suaut jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Kline (1973) mengatakan baha matemika bukan tentang pengetahuan menyendiri

yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu

terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai

permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Matematika yang dimaksud dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah adalah Matematika Sekolah (Wahyudin, 1999), yaitu

matematika yang diajarkan disekolah. Matematika merupakan suatu alat

komunikasi yang tangguh, singkat, padat, dan tak memiliki arti ganda. Selain itu,

matematika juga mengembangkan kemampuan berpikir logis dan akurasi. Alasan

lainya matematika diajarkan di sekolah yaitu kepentingan dan kegunaannya bagi

berbagai bidang studi lain, seperti fisika, sains pengobatan serta biologi, geografi

dan ekonomi, studi-studi bidang bisnis dan manajemen, operasi industri dan

perdagangan, baik dalam segi perkantoran maupun bagi produksi dan

pemasarannya.

2.4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD

2.4.1. Fungsi Pembelajaran Matematika di SD

Fungsi mata pelajaran matematika sebagai berikut: alat, pola pikir, dan

ilmu atau pengetahuan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

14

1) Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk

memahami atau menyampaikan suatu informasi misalnya melalui persamaan-

persamaan, atau tabel-tabel dalam model matematika yang merupakan

penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.

Bila siswa dapat melakukan perhitungan, tetapi tidak tahu alasannya, maka

tentu ada yang salah dalam pembelajarannya atau ada sesuatu yang belum

dipahaminya.

2) Belajar matematika bagi para siswa, juga merupakan pembentukan pola pikir

dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan

diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para

siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang

sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan abstraksi.

Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan contoh, diharapkan

siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.

3) Fungsi matematika sebagai ilmu atau pengetahuan, dan tentunya pengajaran

matematika di sekolah harus diwarnai oleh fungsi yang ketiga ini. Guru perlu

menunjukkan betapa matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia

meraat kebenaran yang sementara diterima, bila ditemukan kesempatan untuk

mencoba mengembangkan penemuan-penemuan sepanjang pola pikir yang sah.

Mengacu pada Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal yaitu:

1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.

2. Mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006 disebutkan

bahwa fungsi mata pelajaran matematika di SD adalah wahana meningkatkan

ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

15

permasalahan sehari-hari, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan

menggunakan bilangan dan simbol-simbol yang tersusun.

Sedangkan menurut KTSP tujuan matematika sebagai mata pelajaran di

SD adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2004):

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan penyataan matematika.

3. Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, serta sikap ulet dan percaya

diri dalam pemecahan masalah.

2.5. Kajian yang Relevan

Hamidah, Nimah (2006). Penerapan Teori Dienes untuk Mengatasi

Kesulitan Belajar Soal Cerita Operasi Campuran di Kelas III SDN Capang I

Purwodadi Pasuruan.

Pertama, faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar yaitu

penggunaan model pembelajaran yang konvensional" Kedua, pembelajaran soal

cerita pada pokok bahasan operasi hitung campuran melalui model pembelajaran

yang bervariasi dapat meningkatkan semangat belajar siswa" Ketiga, melalui

penerapan teori Dienes dalam pembelajaran soal cerita operasi campuran dapat

mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dari

61,5 menjadi 85,5.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

16

Penelitian Ika Anggraheni (2011). Berjudul “Penerepan metode

bermein sambil belajar sains untuk mengembangkan kemampuan koknitif anak

kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan III Beji Pasuruan”.

Hasil penelitian ini menujukkan pelaksanaan metode bermain sambil

belajar sains kelompok A TK Dharma Wanita Persatuan III Beji dapat

meningkatkan kemampuan kognitif siswa, terbukti dari hasil yang di peroleh

siswa dengan rata-rata hasil tes mulai dari pra tindakan (42,56) dengan

presentase (8%) meningkat siklus I pertemuan pertama (54,08) dengan

presentase (20%) dan meningkat lagi siklus I pertemuan ke dua (76.08%) dengan

presentase 100%

2.6. Kerangka Berpikir

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sebagaimana pada umumnya

penelitian eksperimen, maka tahap pertama yang dilakukan sebelum melakukan

tahap-tahap berikutnya dalam penelitian adalah penentuan subyek penelitian. Pada

penelitian ini siswa SD kelas IV SD Negeri Seraten 01 sebagai kelas eksperimen,

sedangkan SD Negeri Candirejo 02 sebagai kelas control yang akan dijadikan

sebagai subyek penelitian. Siswa akan dibagi dalam dua kelompok yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok control. Sebelum kelompok eksperimen

diajarkan dengan metode belajar Dienes, kedua kelompok terlebih dahulu diuji

sebagai tes awal. Setelah dilakukan tes awal, kedua kelompok baik kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol akan diberi pelajaran matematika. Pada

kelompok eksperimen diberi pelajaran matematika dengan metode belajar dari

teori belajar Dienes (permainan) dan pada kelompok kontrol diberi pelajaran

matematika dengan metode ceramah. Setelah itu kedua kelompok diuji kembali

dengan tes akhir atau tes setelah perlakuan yang disebut juga dengan post test.

Setelah hasil pos test diperoleh kemudian dianalisis untuk dilihat adakah pengaruh

teori belajar Dienes terhadap hasil belajar matematika siswa SD kelas IV SD

Negeri Seraten 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Belajar Dienes (Teori ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2190/3/T1_292008229_BAB II.pdf · merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh

17

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

2.7. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dirumuskan hipotesis eksperimen

sebagai berikut: pembelajaran Teori Dienes efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri Sraten 01

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Pada Semester Genap Tahun Pelajaran

2011/2012

Kelas

kontrol Pre test

Pembelajaran

seperti biasa yang

dilakukan guru

kelas (ceramah)

Post test

Kelas

eksperimen Pre test

Pembelajaran

dengan Model teori

bermain Dienes Post test

Terdapat pengaruh yang

signifikan dengan penggunaan

model pembelajaran dengan

teori Dienes dimana hasil

belajar kelas eksperimen lebih

tinggi dari kelas kontrol