Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Pengertian LKS
Pembelajaran yang berjalan dengan lancar pasti didukung oleh
perangkat pembelajaran yang sesuai. Salah satu penunjang
pembelajaran didalam perangkat pembelajaran adalah bahan ajar.
Guru sudah tidak asing lagi dengan bahan ajar cetak berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS). LKS di sekolah dasar pada umumnya lebih sering
digunakan sebagai acuan dalam mengajar selain buku paket. LKS
yang digunakan biasanya membeli dari salah satu penerbit.
Ada beberapa pandangan mengenai pengertian LKS yang
dapat dijadikan rujukan. Trianto (2013:222) menyebutkan bahwa
lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Diknas
(dalam Prastowo, 2015:203) menyebutkan lembar kegiatan siswa
(student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu pada kompetensi
dasar yang akan dicapai.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa LKS merupakan lembar kegiatan yang berisi materi, ringkasan
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
11
dan petunjuk atau langkah-langkah untuk membantu siswa
menyelesaikan suatu tugas yang mengacu pada kompetensi dasar yang
akan dicapai. Penggunaan LKS ini dapat mempermudah kegiatan
pembelajaran yaitu membantu guru dalam mentransformasikan
pengetahuan kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi
yang diajarkan dengan baik.
LKS dapat dikembangkan oleh pengajar yaitu guru yang
berperan sebagai fasilitator pembelajaran. LKS yang disusun dan
dikembangkan oleh guru dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pembelajaran dan lingkungan siswa. LKS juga merupakan media
pembelajaran karena dapat digunakan secara bersamaan dengan media
atau sumber belajar yang lain. LKS dapat menjadi sumber belajar dan
media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang
dirancang (Widjajanti, 2008:1).
b. Fungsi LKS
LKS memiliki fungsi dalam pembelajaran. Prastowo
(2015:205) menyebutkan LKS memiliki empat fungsi sebagai berikut.
1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik dan
lebih mengaktifkan peserta didik.
2) Sebagai bahan ajar yang dapat digunakan peserta didik untuk
memudahkan memahami materi yang diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan terdapat tugas atau latihan
soal.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
12
4) Memudahkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran peserta didik.
c. Tujuan penyususan LKS
LKS disusun tentunya memiliki tujuan penyusunannya.
Prastowo (2015:206) mengemukakan ada empat poin yang menjadi
tujuan penyusunan LKS, yaitu:
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
memahami materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan penguasaan
peserta didik terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta
didik.
d. Syarat-syarat LKS yang baik
Penyusunan LKS harus memenuhi syarat-syarat LKS yang
baik. Hendro Darmojo danJenny R.E Kaligis (dalam Widjajanti,
2008:2), menyebutkan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi LKS
agar menjadi bahan ajar yang baik, diantaranya:
1) Syarat Didaktik
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran. Sumber belajar LKS harus memenuhi
syarat didaktif, artinya lembar kerja siswa (LKS) harus mengikuti
azas-azas pembelajaran efektif, yaitu:
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
13
a) LKS yang baik dapat digunakan oleh seluruh siswa yang
memiliki kemampuan berbeda.
b) LKS menekankan pada proses menemukan konsep-konsep.
c) LKS memiliki variasi stimulus melalui berbagai media.
d) LKS mengembangkan kemampuan berkomunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri anak, sehingga siswa
tidak hanya mengenal fakta dan konsep akademi, tetapi
memungkinkan siswa dapat mengomunikasikan pendapat dan
hasil kerjanya.
e) Pengalaman belajar dalam LKS memperhatikan tujuan
pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional) dan
bukan ditentukan oleh arti pembelajaran.
2) Syarat konstruksi
LKS yang akan dikembangkan harus memperhatikan
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran,
dan kejelasan sehingga dapat dipahami oleh siswa. Syarat-syarat
konstruksi yang harus dipenuhi agar menjadi LKS yang baik
diantaranya:
a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan
anak.
b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas, sederhana dan
pendek.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
14
c) Memiliki tata urutan yang sesuai dengan tingkat kemampuan
siswa.
d) Hindari pertanyaan yang terlalu terbuka.
e) Mengacu pada sumber belajar yang masih dalam kemampuan
keterbacaan siswa.
f) Memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis mampu
menggambarkan hal-hal yang ingin siswa sampaikan dengan
memberi bingkai tempat menulis dan mengambar jawaban.
g) Menggunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata.
h) Menggunakan kalimat komunikatif dan interaktif.
i) Menggunakan kalimat dan kata sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif siswa.
j) Memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai
sumber motivasi.
k) Terdapat identitas (tujuan pembelajaran, identitas pemilik,
dsb).
3) Syarat teknis
Syarat teknis yang harus dipenuhi agar menjadi LKS yang
baik adalah sebagai berikut:
a) Tulisan, syarat teknis tulisan meliputi jenis dan ukuran huruf.
Penggunaan bingkai untuk membedakan kalimat perintah
dengan jawaban siswa bila perlu, serta membandingkan ukuran
huruf dan gambar dengan serasi.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
15
b) Gambar harus dapat menyampaikan pesan secara efektif pada
penggunaan LKS untuk mendukung kejelasan konsep.
c) Penampilan LKS dibuat menarik, meliputi ukuran dan desain,
baik isi maupun kulit buku yang meliputi tata letak dan
ilustrasi.
e. Langkah-langkah penyusunan LKS
Penyusunan LKS harus dilakukan secara bertahap sesuai
dengan langkah-langkah yang benar. Langkah-langkah penyusunan
LKS menurut Diknas (dalam Prastowo, 2015:211) adalah sebagai
berikut.
Gambar 2.1 Langkah Penyusunan LKS
1) Melakukan analisis kurikulum
Analisis kurikulum merupakan langkah awal dalam
menyusun LKS. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui materi-
materi yang memerlukan bahan ajar LKS. Menentukan materi
Analisis Kurikulum
Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Menentukan Judul-Judul LKS
Menuliskan LKS
Merumuskan KD
Menyusun Materi
Memperhatikan Struktur Bahan Ajar
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
16
dalam LKS dilakukan dengan cara melihat materi pokok,
pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan serta
kompetensi yang dimiliki peserta didik.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui
jumlah LKS yang harus ditulis sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa. Langkah awal yang dilakukan dalam menyusun peta
kebutuhan LKS yaitu menganalisis kurikulum dan analisis sumber
belajar sehingga dapat mengetahui berapa jumlah LKS yang akan
dibuat.
3) Menentukan judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi
dasar, materi-materi atau pengalaman belajar yang terdapat dalam
kurikulum. Satu KD dapat dijadikan judul apabila kompetensi
tersebut tidak terlalu besar.
4) Penulisan LKS
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penulisan
LKS yaitu sebagai berikut:
a) Merumuskan kompetensi dasar
Merumuskan KD dapat dilakukan dengan cara menurunkan
Standar Kompetensi (SK) langsung dari kurikulum yang
berlaku seperti kompetensi dasar yang diturunkan dari KTSP
2006.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
17
b) Menentukan alat penilaian
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penguasaan
kompetensi sehingga alat penilaian yang cocok dan sesuai
adalah menggunakan pendekatan penilaian acuan patokan
(PAP).
c) Penyusunan materi
Menyusun materi LKS harus memperhatikan hal yang
berkaitan dengan isi kompetensi dasar yang akan dicapai.
Materi LKS dapat berupa gambaran umum atau ruang lingkup
yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai
sumber yang relevan.
d) Memperhatikan struktur LKS
Struktur LKS merupakan langkah terakhir dalam penyusunan
sebuah LKS. Sktruktur LKS terdiri atas enam komponen yaitu
judul, petunjuk penggunaan LKS, kompetensi yang akan
dicapai tugas-tugas.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam menyususn LKS terdapat empat tahap yaitu
melakukan analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan, menentukan
judul LKS, dan penulisan LKS. Langkah-langkah tersebut merupakan hal
penting dalam menyusun LKS untuk dapat menghasilkan produk LKS
yang sesuai dengan standar persyaratan LKS yang baik serta dapat
membantu siswa dalam proses belajar mengajar.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
18
2. Kalkulator
a. Pengertian kalkulator
Kemajuan teknologi elektronika menuntut kita untuk dapat
memanfaatkannya dalam pemecahan masalah pada kehidupan sehari-
hari. Kemajuan teknologi elektronika salah satunya yaitu kalkulator.
Penggunaannya dalam kehidupan sehari banyak dijumpai dimasya-
rakat dengan berbagai tipe.
Winarni, E.S., Harmini, S (2012:68) mengemukakan bahwa
kalkulator merupakan suatu hasil kepandaian manusia yang
diwujudkan dalam ragkaian elektronika. Pengertian kalkulator
menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan sebagai alat hitung
atau juru hitung. Winarno (2003:1) menerangkan kalkulator
merupakan alat hitung elektronika yang jauh lebih sederhana
dibandingkaan dengan komputer, dan saat ini sudah beredar banyak
dikalangan masyarakat yang digunakan sebagai alat hitung yang
praktis dan cepat. Putra, S.R., (2012:26) mengemukakan kalkulator
adalah suatu alat elektronik yang berfungsi untuk mengkalkulasi atau
menentukan hasil perhitungan. Artinya, kalkulator adalah alat bantu
hitung.
Berdasarkan pengertian kalkulator di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kalkulator adalah alat bantu hitung yang
diciptakan manusia untuk membantu melakukan perhitungan dalam
kehidupan sehari-hari. Penggunaan teknologi seperti kalkulator
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
19
merupakan sarana penting untuk mengajar dan belajar matematika
secara efektif. Teknologi dapat memperluas matematika yang dapat
diajarkan dan meningkatkan belajar siswa. Kalkulator yang tidak
dimanfaatkan secara tepat benar, maka produk kepandaian manusia itu
akan hilang begitu saja tanpa manfaat.
b. Kalkulator dalam pembelajaran matematika
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran masih kurang
mendapat dukungan profesional dan kurang mendapat sambutan
penggunaannya di kelas matematika terutama di sekolah dasar. Hal ini
karena banyak muncul anggapan penggunaan kalkulator sebagai
pembuat bodoh kurikulum. Pandangan ini turut mempengaruhi orang
tua yang menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Penggunaan
kalkulator menurut para ahli tidak dapat mengganti pemahaman
karena kalkulator hanya mengitung sesuai dengan input yang masuk.
Calculators do not replace fluency with basic number
combinations, conceptual understanding, or the ability to
formulate and use efficient and accurate methods for computing.
Rather, the calculator should support these goals by enhancing
and stimulating learning (NCTM, 2000:145).
Maksud dari pendapat tersebut adalah kalkulator dalam
pembelajaran di sekolah tidak akan mengantikan kefasihan siswa
dalam kemampuan berhitung dasar, pemahaman konseptual, atau
kemampuan untuk merumuskan dan menggunakan metode yang
efisien dan akurat untuk menghitung. Kalkulator justru dapat
membantu siswa untuk merangsang kegiatan pembelajaran matema-
tika, membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam memahami
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
20
dan mempelajari konsep-konsep matematika dan menolong siswa
dalam mengerjakan soal matematika yang rumit.
Pengguaan kalkulator dalam pembelajaran dapat memberikan
manfaat positif bagi siswa maupun guru. Walle (2008: 112)
mengemukakan kalkulator mempunyai banyak kegunaan didalam
pembelajaran, yaitu:
1) Kalkulator dapat digunakan untuk mengembangkan konsep
Kalkulator bisa berarti lebih dari sekedar alat untuk
menghitung. Kalkulator juga dapat digunakan secara efektif untuk
mengembangkan konsep. Kegiatan untuk mengembangkan konsep
dengan kalkulator disarankan terutama dalam lingkup bilangan
dan perhitungan. Contoh untuk mengembangkan konsep terhadap
siswa menggunakan kalkulator pada materi pecahan yaitu guru
akan menjelaskan cara membandingkan pecahan =...
yaitu:
Siswa yang baru mengenal pecahan akan segera memahami bahwa
sama artinya dengan 1 : 4 dan sama artinya dengan 3 : 4.
2) Kalkulator dapat digunakan untuk drill
Kalkulator adalah alat yang sangat baik untuk drill.
Misalnya dalam pembelajaran dikelas siswa dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama mengerjakan soal menggunakan
1 : 4 = 0, 25
3 : 4 = 0, 75
1
4 dan
3
4
1
4<
3
4
1
4
3
4
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
21
kalkulator sedangkan kelompok kedua menggunakan perhitungan
langsung. Kelompok yang menggunakan perhitungan langsung
pada soal akan selesai lebih dulu. Kelompok yang
menggunakan kalkulator pada soal akan selesai lebih dulu.
Hal ini dilakukan untuk membuat siswa dengan kemampuan
rendah dapat meningkatkan keterampilan dasar. Hal ini dapat
menunjukkan pada siswa bahwa kalkulator tidak selalau tepat
untuk digunakan.
3) Kalkulator meningkatkan pemecahan soal
Siswa dapat enggan mengerjakan dan menyelesaikan soal
karena mekanisme perhitungan. Siswa harus memahami arti dari
operasi dan diperkenalkan dengan soal nyata dengan bilangan-
bilangan yang realistis. Bilangannya mungkin di atas kemampuan
mereka untuk menghitung, tetapi melalui kalkulator membantu
siswa menyelesaikan soal ini.
4) Kalkulator menghemat waktu
Beberapa soal matematika terdapat banyak cara dalam
melakukan perhitungan. Perhitungan dengan tangan akan
memakan banyak waktu, terutama untuk siswa usia dini yang
belum mengembangkan penguasaan teknik-teknik perhitungan.
Penggunaan kalkulator dapat membantu siswa menghemat waktu.
1
4+
1
4
1
4+
5
10
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
22
5) Kalkulator banyak digunakan dalam pembelajaran
Hampir setiap orang menggunakan kalkulator dalam
kehidupannya untuk melakukan perhitungan kecuali anak-anak
sekolah. Siswa harus diajarkan bagaimana menggunakan
kalkulator sebagai alat efektif yang mudah digunakan dan juga
belajar untuk menguji kebenaran dengan kalkulator apabila
diperlukan. Penggunaan kalkulator secara efektif adalah sebuah
keterampilan yang paling penting.
National Council of Teacher of Mathematic (NCTM)
(dalam Uno dan Kuadrat, 2009: 111) menganjurkan agar semua
siswa menggunakan kalkulator untuk
(1) konsentrasi pada proses pemecahan masalah, (2)
memperoleh akses untuk matematika melebihi tingkat atau
level siswa pada keterampilan perhitungan, (3) menggali,
mengembangkan, memperkuat konsep termasuk penaksiran,
perhitungan, perkiraan dan ketetapan.
c. Mitos dan kekawatiran penggunaan kalkulator
Mitos dan kekawatiran penggunaan kakulator disebabkan
karena salah pengertian. Walle (2008:114) mengungkapkan mitos
yang berkembang jika anak mengunakan kalkulator yaitu, mereka
tidak akan belajar “dasar”, membuat malas siswa, siswa harus belajar
cara yang nyata sebelum menggunakan kalkulator, dan mitos bahwa
siswa akan sangat tergantung pada kalkulator.
Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran masih diperdebat-
kan, banyak pihak yang mengatakan bahwa kalkulator membuat siswa
tidak belajar mengenai konsep dasar dan menghambat siswa dalam
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
23
menemukan dan memahami konsep matematika. Kalkulator hanya
mendorong siswa untuk mencoba berbagai operasai matematika tetapi
mereka tidak memahami apa yang mereka lakukan. Kalkulator
menghalangai siswa untuk mendapatkan salah satu manfaat penting
dari belajar matematika yaitu melatih dan disiplin pikiran siswa serta
melatih penalaran siswa menggunakan kalkulator.
Penguasaan fakta-fakta dasar, perhitungan, mental dan
perhatian kepada teknik perhitungan dengan tangan tetap penting bagi
semua siswa. Penggunaan kalkulator dalam pembelajaran hanya
sebagai keterampilan sehingga kalkulator digunakan secara terbatas.
Guru harus menyediakan soal yang hanya dikerjakaan dengan
perhitungan langsung dan dengan menggunakan kalkulator. Guru
perlu memperhatikan batasan dalam menggunakan kalkulator pada
pembelajaran dengan menggunaan kalkulator sehingga keberadaan
kalkulator tidak menyimpang dari penerapan konsep dasar. Kalkulator
yang dijauhkan dari siswa maka siswa akan beranggapan bahwa
penggunaan kalkulator dalam pembelajaran dilarang sehingga siswa
tidak akan selamanya menjauhi kalkulator.
d. Jenis kalkulator
Perluasan penggunaan kalkulator mengakibatkan semakin
banyak pula jenis kalkulator yang beredar dimasyarakat. Berbagai
jenis kalkulator menurut Lesarto (2012) diantaranya yaitu:
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
24
1) Office calculator adalah kalkulator yang banyak digunakan di
kantor atau dunia perdagangan. Kalkulator ini hanya digunakan
untuk operasi sederhana seperti menambah, menurang, mengali
dan membagi.
Gambar 2.2 Kalkulator Kantor
2) Scientific calculator adalah kalkulator yang memiliki tombol-
tombol khusus yang hanya digunakan untuk hitungan matematika.
Gambar 2.3 Kalkulator Ilmiah
3) Financial calculator adalah kalkulator yang memiliki tombol-
tombol yang dapat digunakan untuk menyimpan hitungan dan
menampilkan kembali hitungan yang biasa digunakan untuk
hitungan keuangan.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
25
Gambar 2.4 Kalkulator Keuangan
e. Kalkulator dalam pembelajaran matematika materi pecahan
Jenis kalkulator yang dapat dimanfaatkan untuk pendidikan
matematika di sekolah dasar adalah kalkulator ilmiah atau scientific
calculator. Kalkulator jenis ini sangat cocok untuk digunakan dalam
pembelajaran karena jenis kalkulator ini dapat membedakan tanda
operasi yang harus didahulukan dalam perhitungan matematika. Guru
dapat memberikan pemahanan dan keterampilan menggunakan
kalkulator terutama pada materi pecahan di kelas IV dengan
menggunakan jenis kalkulator ini.
Kalkulator ilmiah memiliki cara kerja yang mengikuti aturan-
aturan pengajaran dalam matematika. Kalkulator ilmilah terdapat
tombol khusus untuk menghitung pecahan dan melambangkan
pecahan biasa maupun camuran yaitu tombol . Untuk lebih
jelas dalam mengoperasikan pecahan menggunakan kalkulator adalah
sebagai berikut:
Langkah memulai pengoperasian, pertama harus menyalakan
kalkulator terlebih dahulu dengan menekan tombol . ON
𝑎 𝑏 𝑐
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
26
1) Contoh 1:
Menjumlahkan/mengurangkan pecahan.
Maka dengan menggunakan kalkulator ilmiah yaitu:
7 10 adalah hasil penjumlahan yang muncul di layar kalkulator
dan menggambarkan .
2) Contoh 2:
Menyederhanakan pecahan.
Maka dengan menggunakan kalkulator ilmiah yaitu:
1 2 merupakan hasil yang muncul di layar kalkulator dan
menggambarkan .
Pembelajaran matematika materi pecahan di kelas IV,
pengenalkan kalkulator dilakukan setelah melalui tahap
penanaman konsep dan pemahaman konsep yaitu pada tahap
pembinaan keterampilan dan penerapan konsep. Hal ini bertujuan
agar siswa dapat menguasai konsep pecahan dengan cara
peghitungan langsung terlebih dahulu. Siswa tidak akan
menyalahgunakan kalkulator dalam pembelajaran.
1 2 + 1 5 = 7 10
2 4 = 1 2
1
2+
1
5=
7
10
𝑎 𝑏 𝑐 𝑎 𝑏 𝑐
𝑎 𝑏 𝑐
7
10
2
4=
1
2
1
2
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
27
Siswa menggunakan LKS yang telah didesain dalam
pembelajaran kalkulator. Tahap pembelajaran yang ada dalam
LKS berpedoman pada model Delikan. Penggunaan kalkulator
terlebih dulu dicontohkan oleh guru selanjutnya siswa mencoba
menggunakan kalkulator pada tahap kerjakan. Siswa diharapkan
memiliki kemampuan peng-hitungan langsung dan keterampilan
menggunakan kalkulator pada materi pecahan kelas IV.
3. Model Pembelajaran Delikan
Delikan merupakan akronim dari dengar (de), lihat (li), kerjakan
(kan). Model ini termasuk dalam model pembelajaran cara belajar siswa
aktif (CBSA) yang paling sederhana karena mudah untuk dipraktekkan.
Aktivitas mental siswa dalam penggunaan model mengajar ini adalah
mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan dan
menerapkan. Model pembelajaran ini menekankan informasi-partisipasi.
Model Delikan terdapat tiga aktivitas belajar siswa sesuai dengan
namanya. Sudjana dan Suwariyah (1991:59) menuturkan aktivitas yang
terdapat dalam model pembelajaran Delikan yaitu menyimak (dengar),
meihat dan kerja. Menyimak artinya memperlihatkan dan menangkap
makna uraian yang diberikan oleh guru tentang bahan pengajaran. Proses
dengar tidak terbatas pada uraian guru, tetapi juga uraian-uraian dari media
instruksional lainnya, yaitu dari kaset (rekaman), diskusi, sandiwara atau
sosiodrama yang dilakukan oleh siswa dan kegiatan lain yang sejenis.
Proses lihat adalah aktivitas siswa dalam mengamati peragaan guru,
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
28
mengamati cara kerja, mengamati contoh pemecahan masalah yang
dikerjakan oleh guru, membaca buku atau bacaan lainnya. Proses kerja
adalah aktivitas siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar yang
diberikan oleh guru dalam rangka penerapan atau penggunaan konsep-
konsep bahan pengajaran. Guru dapat memberikan tugas untuk
mengerjakan soal, mendiskusikan pemecahan masalah, mengisi lembaran
kerja, atau menulis karangan. Siswa diharapkan dapat lebih menguasai
konsep-konsep bahan pengajaran yang telah dijelaskan oleh guru melalui
proses kerja.
Model pembelajaran mempunyai prosedur sebagai acuan dalam
pelakasanaannya. Langkah model Delikan menurut Sudjana dan
Suwariyah (1991:59) yaitu sebagai berikut ini.
1. Prainstruksional: tahap ini kegiatan yang harus dikerjakan oleh guru
sebelum membahas bahan pengajaran adalah untuk mengondisikan
kesiapan belajar dan memotivasi belajar. Kegiatan apersepsi
(mengulang bahan lama), memberitahukan TIK dan bahan pokok
pengajaran serta informasi kegiatan belajar merupakan aktivitas yang
harus dikerjakan oleh guru sebelum membahas bahan pengajaran.
2. Instruksional. Langkah pembelajaran yang harus ditempuh pada fase
kegiatan instruksional ada tiga tahapan, yaitu:
a) Proses dengar
Tahap ini bertujuan mengantarkan siswa kepada bahan
pengajaran. Guru memberikan uraian materi tentang bahan
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
29
pengajaran sedangkan siswa menyimak pembahasan guru menge-
nai bahan pengajaran. Materi harus sistematis. Isi materi dimulai
dari informasi konsep yang ada dalam bahan pengajaran, kemudian
memberikan contoh-contohnya. Guru dapat menggunakan alat
peraga untuk membantu penyampaian materi, memberi kesem-
patan kepada siswa untuk bertanya jika ada yang belum jelas.
Aktivtas siswa belum optimal sebab terbatas pada menyimak,
menulis, dan bertanya. Guru dapat menggunakan metode mengajar
ceramah dan tanya jawab.
b) Proses lihat
Tahap ini bertujuan memperjelas pemahaman bahan penga-
jaran yang telah dibahas pada langkah pertama. Guru memperlihat-
kan contoh penggunaan konsep bahan pengajaran dalam bentuk
pemecahan masalah. Guru dapat menjelaskan contoh pemecahan
masalah seperti cara menggunakan rumus, proses kerja dan
pemecahan soal-soal. Siswa dituntut untuk mengamatinya atau
membaca uraian yang ada pada buku sumber. Guru menunjuk
siswa lain untuk mengerjakan contoh soal lain di papan tulis
apabila siswa masih belum jelas. Guru dapat menggunakan metode
mengajar peragaan dan pelatihan-tugas.
c) Proses kerja
Siswa melakukan aktivitas belajar yang optimal pada tahap
ini. Guru memberikan soal atau tugas pemecahan masalah dengan
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
30
pola seperti dicontohkan dalam langkah kedua (proses lihat). Guru
dapat memberikan tugas seperti tugas mengerjakan soal hitungan,
menggunakan rumus dalam pemecahan masalah, mencari contoh
lain, mengisi lembar kerja, mendiskusikan pemecahan masalah,
mengamati suatu proses untuk dilaporkan, membaca buku dan
melaporkannya dan menjawab soal atau latihan yang ada pada
buku pelajaran. Kegiatan belajar siswa bisa individual (perseorang-
an), bisa pula dalam bentuk kelompok. Siswa melakukan kegiatan
belajar di luar kelas, di perpustakan atau laboratorium apabila
diperlukan.
Peran guru dalam tahap ini adalah memberikan bantuan dan
bimbingan serta memberikan kemudahan belajar seperti menyedia-
kan bahan belajar yang diperlukan (fasilitas belajar). Sangat keliru
apabila dalam CBSA hanya siswa yang aktif, dan guru
meninggalkan kelas. Ketika siswa bekerja atau belajar, guru
melakukan pemantauan dan penilaian terhadap aktivitas belajar
siswa (penilaian proses). Metode mengajar yang dapat digunakan
guru antara lain adalah tugas, kerja kelompok, eksperimen, diskusi
dan simulasi.
3. Evaluasi. Evaluasi meliputi tiga aspek. Pertama aspek proses.
Pelaksanaan kegiatan pada aspek proses dibutuhkan bimbingan guru,
pemantauan belajar, dan perbaikan belajar. Kedua aspek hasil. Guru
melakukan perbaikan hasil belajar maupun pengajuan pertanyaa-
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
31
an. Ketiga kesimpulan. Guru membeimbing siswa untuk membuat
kesimpulan dari hasil belajar yang telah dilakukan.
4. Tindak lanjut. Tindak lanjut di sini adalah berupa pemberian tugas
berupa pekerjaan rumah (PR) untuk hasil pembelajaran yang belum
berhasil dan pengayaan untuk hasil belajar yang sudah berasil supaya
penguasaan bahan pengajaran bisa lebih medalam dan luas.
Gambar 2.5 Model Pembelajaran Delikan
1. Prainstruksional
Absensi siswa, kegiatan apersepsi,
informasi TIK dan pokok-pokok bahan
pengajaran, informasi kegiatan belajar yang
akan dilakukan oleh siswa
Siswa menyimak bahan pengajaran
yang dijelaskan oleh guru, bertanya
kepada guru bila belum jelas
Siswa melihat pengarahan guru,
contoh-contoh yang dibuat oleh guru,
membaca buku, dll
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru
Bimbingan guru, pemantauan belajar,
perbaikan belajar
Pemeriksaan hasil belajar, pengajuan
pertanyaan
Guru + siswa membuat kesimpulan
Penugasan dan pengayaan belajar
2. Instruksional
3. Evaluasi
4. Tindak Lanjut
Dengar
Lihat
Kerja
Proses
Hasil
Kesimpulan/
rangkuman
Tindak
lanjut
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
32
Langkah-langkah pengajaran di atas sangat sederhana sehingga
guru dapat mempaktekkanya dan menyesuaikannya dengan situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Model pembelajaran sesuai digunakan untuk
menyampaikan bahan pengajaran baru, bukan untuk mengulang bahan
pengajaran yang sudah diberikan. Beberapa syarat harus dipenuhi untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam penggunaan model pembelajaran
Delikan. Persyaratan yang dimaksud menurut Sudjana dan Suwariyah
(1991:64) adalah sebagai berikut.
a. Guru. Guru dituntut untuk memiliki keterampilan dalam hal:
1) Menyajikan bahan pengajaran yang dapat dipahami oleh semua
siswa.
2) Menggunakan alat peraga, terutama dalam proses lihat untuk
memperjelas uraian materi yang disampaikan melalui metode
ceramah.
3) Menentukan tugas belajar yang akan diberikan kepada siswa dalam
proses kerja.
4) Memimpin kelas, terutama dalam memantau kegiatan belajar
siswa, memotivasi siswa, membantu belajar siswa, mengaktifkan
belajar siswa, memberi petunjuk cara belajar dan menilai hasil
proses belajar siswa.
5) Mengenal pribadi dan kararkterstik siswa agar dapat menyesuaikan
tugas-tugas belajar dengan minat dan kemampuan siswa, dapat
membina hubungan yang baik dengan siswa.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
33
b. Sarana belajar. Sarana belajar yang harus disiapkan antara lain:
1) Buku pelajaran dan atau bahan tertulis lainnya.
2) Alat peraga yang sesuai dan mendukung bahan pengajaran.
3) Waktu yang cukup untuk aktivitas belajar siswa, terutama untuk
proses kerja.
4) Tempat belajar yang dapat diatur secara fleksibel sesuai kebutuhan.
5) Suasana yang kondusif.
c. Bahan pengajaran. Bahan pengajaran yang akan dibahas hendaknya
memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1) Disusun secara sistemais.
2) Harus disiapkan contoh-contoh terkait materi dan cara mengguna-
kan konsep tersebut dalam pemecahan masalah.
3) Guru mempersiapkan langkah-langkah simulasi, apabila ada
konsep yang harus disimulasikan.
4) Konsep atau prinsip yang perlu dipecahkan melalui diskusi
hendaknya ditentukan tema dan masalahnya serta ruang lingkup
pembahasannya.
5) Kesimpulan materi harus disiapkan sebelumnya serta mengetahui
hubunganya satu sama lain.
6) Pengembangan materi bersumber dari kurikulum dengan pengaya-
an dari buku sumber dan lingkungan atau pengalaman anak.
d. Penilaian. Guru perlu mempersiapkan bebrapa hal untuk memper-
mudah pelaksanaan model pembelajaran ini, yaitu:
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
34
1) Alat-alat penilaian proses belajar siswa, yaiu pedoman observasi,
daftar cek, dan alat penilaiaan lain yang sesuai.
2) Soal-soal untuk menilai hasil belajar siswa, baik hasil belajar
kelompok (diskusi) maupun perorangan.
3) Kunci jawaban soal, lembar kerja, pemecahan masalah dalam
bentuk diskusi, tes yang diajukan pada akhir pembelajaran.
4) Soal atau tugas yang akaan diberikan kepada siswa sebagai
kegiatan tindak lanjut (pekerjaan rumah) baik remidial maupaun
pengayaan.
5) Kriteria yang akan digunakan dalam menentukan tingkat
keberhasilan proses pembelajaran serta cara-cara menentukannya.
4. Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya bekenaan
dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak peserta didik (Arifin, Z., 2013:12). Mulyasa
(2014:189) mengemukakan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada
hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Siswa akan menghasilkan prestasi belajar yang
berupa perubahan perilaku pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
35
Belajar dilakukan karena adanya kebutuhan, sehingga untuk
meningkatkan prestasi perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dikelompokan
menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang dipelajari; (b) lingkungan;
(c) faktor instrumental; (d) kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut
baik secara terpisah maupun bersama dapat memberikan kontribusi
tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik (Mulyasa, 2014:190).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud prestasi belajar pada penelitian ini adalah hasil penguasaan
materi pembelajaran yang diperoleh dengan jalan usaha yang ditunjukan
dengan nilai tes atau angka. Faktor-faktor prestasi belajar baik secara
internal maupun eksternal dapat secara bersama memberikan kontribusi
untuk prestasi belajar peserta didik.
5. Matematika
a. Pengertian matematika
Banyak pengertian mengenai matematika yang dikemukakan
oleh para ahli. Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein
atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan
dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti,
yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran (Depdiknas dalam
Susanto, 2015:184). Matematika menurut Ruseffendi (dalam Heruman,
2007:1) “adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan...”.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
36
Matematika menurut Johnson dan Myklebust (dalam
Abdurrahman, M., 2003: 252) adalah bahasa simbolis yang berfungsi
praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan
sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
Lerner (dalam Abdurrahman, M., 2003: 252) mengemukakan bahwa
matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan
bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat,
dan mengomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Berdasar-
kan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan
bahasa simbolis yang menyiratkan tentang kuantitas dan memiliki
keterkaitan konsep sehingga pembuktian matematika perlu dibangun
melalui pelaran deduktif.
b. Pembelajaran matematika di SD
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari mulai dari
tingkat SD sampai dengan SMA/sederajat bahkan perguruan tinggi.
Cornelius (dalam Abdurrahman, M., 2003: 253) mengemukakan lima
alasan perlunya siswa belajar matematika, karena matematika
merupakan (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal
pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk
mengembangkan kreativitas, (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
37
Kebutuhan akan aplikasi matematika saat ini dan masa yang
akan datang tidak hanya untuk membantu menyelesaikaan masalah
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dibutuhkan pula pada dunia kerja
dan untuk mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika
sebagai ilmu dasar perlu dikuasai baik oleh siswa terutama sejak usia
sekolah dasar. Depdiknas (2009:1) mengemukakan secara umum
terdapat empat tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi
pelajaran matematika di dalam pembelajaran. Tahapan aktivitas
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap penanaman konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan
awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pengajaran pada
tahapan ini memerlukan penggunaan benda konkret sebagai alat
peraga. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan
jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif
siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
Kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga
diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola
pikir siswa.
2) Tahap pemahaman konsep
Tahap pemahaman konsep merupakan tahapan lanjutan
setelah konsep ditanamkan. Pengunaan alat peraga pada tahap ini
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
38
mulai dikurangi dan bentuknya semi konkret sampai pada akhirnya
tidak diperlukan lagi.
3) Tahap pembinaan keterampilan
Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang tidak
boleh dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi
siswa. Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti menco-
ngak dan berlomba. Alat peraga pada tahap pengajaran ini sudah
tidak boleh digunakan lagi.
4) Tahap penerapan konsep
Tahap penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam
bentuk soal-soal terapan (cerita) yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan
memecahkan masalah.
6. Materi Pecahan
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi
pecahan yang terdapat di kelas IV semester genap. Berikut adalah standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang digunakan:
Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Bilangan
6. Menggunakan pecahan dalam
pemecahaan masalah
6.1 Menjelaskan arti pecahan
dan urutannya
6.2 Menyederhanakan berbagai
bentuk pecahan
6.3 Menjumlahkan pecahan
6.4 Mengurangkanpecahan
6.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pecahan.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
39
a. Arti pecahan dan urutannya
Pecahan diartikan sebagian bagian dari keseluruhan. Perhati-
kan gambar dibawah ini.
Cara menunjukkan letak suatu pecahan, mari kita gambarkan
garis bilangan antara bilangan 0 dan bilangan 1.
0 1
Cara menentukan letak pecahan , buatlah garis bilangan.
Bagilah ruas garis antara 0 dan 1 menjadi tiga ruas garis sama
panjang, maka akan diperoleh:
0 = 1
Pecahan terletak di antara dan atau 1.
Membandingkan pecahan dan mengurutkan pecahan
berpenyebut sama, perhatikan pembilangnya saja.
Contoh:
Membandingkan pecahan dan .
Buatlah ruas garis bilangan yang memuat seperlimaan dengan jarak
antara 0 sampai 1.
Bagian yang diarsir menunjukkan jumlah
pembilang yaitu 1. Satu lingkaran tersebut terdapat
dua bagian, hal ini menunjukkan jumlah penyebut
yaitu 2, sehingga ditulis bagian. 1
2
2
3
1
3
3
3
2
3
2
3
1
3
3
3
4
5
2
5
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
40
0
letaknya disebelah kanan .
Perhatikan pembilang pecahan 4 dan 2.
Jadi, karena 4 > 2, maka lebih besar , ditulis > .
Atau lebih kecil , ditulis < .
Cara membandingkan pecahan berpenyebut tidak sama dapat
digunakan perkalian silang.
Contoh:
Perkalian silang:
Jadi, karena 3 < 4, maka < .
Cara mengurutkan pecahan berpenyebut tidak sama dapat
dengan menyamakan penyebutnya dahulu.
Jadi, urutan pecahan dari yang terkecil adalah .
b. Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
Pecahan senilai (ekivalen) artinya pecahan-pecahan tersebut
mempunyai nilai yang sama meskipun ditulis dalam bentuk pecahan
yang berbeda.
1 x 3 . . . 4 x 1
= 3 . . . = 4
1
5
2
5
3
5
4
5
5
5= 1
4
5
2
5
4
5
2
5
4
5
2
5
2
5
4
5
2
5
4
5
1
4 … .
1
3
1
4
1
3
1
4
1
3
3
4=
3x3
4x3=
9
12
1
6=
1x2
6x2=
2
12
3
4=
3x3
4x3=
9
12
1
6=
1x2
6x2=
2
12
1
6,
3
12,2
3,3
4
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
41
Perhatikan gambar berikut!
Sebuah pecahan tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan
penyebutnya dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.
Perhatikan operasi hitung berikut ini.
Jadi, pecahan 1
2 ,
2
4 ,
3
6 ,
4
8, dan
5
10 merupakan pecahan senilai.
Pecahan paling sederhana dapat diperoleh dengan membagi
pembilang dan penyebut dengan FPB kedua bilangan tersebut sampai
bilangan tersebut tidak dapat dibagi lagi.
Contoh:
Bentuk sederhana dari pecahan 12
16 adalah . . .
Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12
Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 3, 4, 8, 16
1
2
2
4
3
6
4
8
5
10
1
2=
1x2
2x2=
2
4
1
2=
1x3
2x3=
3
6
1
2=
1x4
2x4=
4
8
1
2=
1x5
2x5=
5
10
2
4=
2: 2
4: 2=
1
2
4
8=
4: 4
8: 4=
1
2
3
6=
3: 3
6: 3=
1
2
5
10=
5: 5
10: 5=
1
2
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
42
FPB dari 12 adalah 4
12
16=
12∶4
16∶4=
3
4
Jadi, bentuk paling sederhana dari 12
16 adalah
3
4
c. Penjumlahan pecahan
Bilangan pecahan juga berlaku operasi hitung penjumlahan
tetapi aturannya sedikit berbeda. Penjumlahan pecahan yang
berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-
pembilangnya dan penyebutnya tidak dijumlahkan. Penjumlahan
pecahan yang penyebutnya berbeda dilakukan dengan (1) mengubah
ke bentuk pecahan lain yang senilai sehingga penyebutnya menjadi
sama, (2) samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai).
Contoh:
1) Penjumlahan pecahan dengan penyebut sama.
1
4+
1
4= ⋯
1
4+
1
4=
1+1
4=
2
4=
1
2
2) Penjumlahan pecahan dengan penyebut tidak sama.
1
2+
1
3= ⋯
a) Mengubah ke bentuk pecahan lain yang senilai sehingga
penyebutnya menjadi sama.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
43
Bentuk senilai 1
2 adalah
2
4 ,
3
6 ,
4
8 ,
5
10, ...
Bentuk senilai 1
3 adalah
2
6 ,
3
9 ,
4
12 ,
5
15, ...
Pecahan yang senilai dengan 1
2 dan
1
3 yang berpenyebut sama
adalah 3
6 dan
2
6.
1
2+
1
3=
3
6+
2
6=
5
6
Jadi, 1
2+
1
3=
5
6
b) Samakan penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari
bentuk pecahan yang senilai)
2
5+
5
10= ⋯
Penyebut kedua pecahan adalah 5 dan 10 dengan KPK 10.
2
5+
5
10=
2 𝑥 2
5 𝑥 2+
5
10=
4
40+
5
10=
9
10
Jadi, 2
5+
5
10=
9
10
d. Mengurangkan pecahan
Operasi hitung pengurangan dalam pecahan mempunyai aturan
yang serupa dengan penjumlahan dalam pecahan. Pengurangan
pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan
pembilang-pembilangnya sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan.
Pengurangan pecahan dengan berpenyebut berbeda dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan mengubah ke bentuk pecahan lain yang
senilai sehingga penyebutnya menjadi sama dan menyamakan
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
44
penyebut dengan KPK kedua bilangan (mencari bentuk pecahan yang
senilai).
Perhatikan contoh berikut.
1) Pengurangan dengan penyebut sama.
3
4−
1
4= ⋯
3
4−
1
4=
3−1
4=
2
4=
1
2
Jadi, 3
4−
1
4=
1
2
2) Pengurangan dengan penyebut berbeda.
a) Mengubah bentuk pecahan lain sehingga penyebutnya menjadi
sama.
5
8−
1
6= ⋯
Bentuk senilai 5
8 adalah
10
16 ,
15
24 ,
20
32 ,
25
40 ,...
Bentuk senilai 1
6 adalah
2
12 ,
3
18 ,
4
24 ,
3
30 ,...
Pecahan 5
8 senilai dengan
15
24 dan pecahan
1
6 senilai dengan
4
24
5
8−
1
6=
15
24−
4
24=
15−4
24=
11
24
Jadi, 5
8−
1
6=
11
24
b) Menyamakan kedua penyebut dengan KPK
5
6−
1
4= ⋯
Penyebut kedua pecahan adalah 6 dan 4 dengan KPK 12.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
45
5
6−
1
4=
5 𝑥 2 − 1 𝑥 3
12=
10−3
12=
7
12
Jadi, 5
6−
1
4=
7
12
e. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan
Contoh:
Bibi mempunyai persediaan gula pasir kg. Bibi membeli gula pasir
di toko Anis kg. Kemudian bibi menggunakan gula pasir untuk
campuran membuat kue kg. Berapa persediaan gula pasir bibi
sekarang?
Jawab:
1
4+
2
5−
1
5 = ⋯
1
4+
1
5 =
1𝑥5
4𝑥5+
1𝑥4
5𝑥4=
5+4
20=
9
20
7. Media Pembelajaran Blok Pecahan Lingkaraan
Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar
mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru dituntut untuk
dapat menggunakan berbagai media yang sudah tersedia maupun
membuat media yang baru. Arsyad, A., (2007:3) mengemukakan media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Gerlach & Ely (dalam Arsyad, A., 2007: 3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi
atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dari
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
46
pengertian ini maka guru, buku teks, maupun lingkungan sekolah
merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam
proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses,
dan menyusun kembali informasi visual atau vebal.
Media pembelajaran dapat memberikan manfaat dalam proses
belajar siswa. Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, A., 2007:24) mengemuka-
kan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu;
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2. Bahan pembelajaran akan lebih bermakna sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan;
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak
bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi siswa juga dapat mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Penjelasan mengenai media diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran merupakan alat yang digunakan untuk membantu siswa
dalam proses pembelajaran. Media sangat penting digunakan untuk
mempermudah siswa dalam memahami konsep materi yang diajarkan.
Penggunaan media memungkinkan pembelajaran menjadi menyenangkan
dan lebih bermakna.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
47
Media pembelajaran pada materi pecahan di kelas IV dalam
penelitian ini menggunakan media pembelajaran blok pecahan lingkaran
yang terbuat dari kardus dan kertas warna. Lingkaran tersebut dipotong
sesuai dengan nilai pecahan. Media pebelajaran pecahan yang digunakan
adalah sebagai berikut.
Gambar 2.6 Media Pembelajaran Blok Pecahan Lingkaran
Gambar 2.6 merupakan media pembelajaran materi pecahan
pembelajaran blok pecahan lingkaran dan bagian yang berwarana kuning
menunjukkan nilai pecahan dan . Media tersebut digunakan untuk
membantu siswa dalam menanamkan konsep dan pemahaman konsep
materi pecahan. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dalam
rangka menemukan konsep dan pemahaman materi pecahan.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil peneltian yang mendukung yaitu oleh Winarni, S (2011:17-24)
pada jurnal edumatica dengan judul Penanaman Konsep Bilangan Desimal
dengan Menggunakan Kalkulator pada Siswa Kelas IV SD Negeri N0. 7
Ngulak. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kalkulator dapat
memudahkan siswa dalam menemukan pola bilangan pecahan yang
3
4
2
8
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
48
penyebutnya 10, 100, dan 1000 menjadi bilangan desimal dan sebaliknya,
mengerti konsep lambang biangan berbeda apabila dikalikan atau dibagikan
bilangan yang sama menghasilkan bilangan yang sama, dan konsep kesamaan
dan ketidaksamaan bilangan desimal. Penelitian selanjutnya yang mendukung
adalah penelitian yang dilakukan oleh Irianto,S dan Eka, K.I (2011:187-194)
yang termuat dalam jurnal internasional educare. Penelitian tersebut
menyebutkan bahwa adanya pengaruh motivasi belajar siswa setelah
diterapkanya model Delikan terhadap prestasi belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir
Tahap pembinaan keterampilan pada pembelajaran matematika
membutuhkan berbagai alat bantu. Penggunaan teknologi merupakan salah
satu alternatif yang dapat digunakan untuk membantu siswa mempelajari
berbagai keterampilan berhitung matematika. Penggunaan teknologi dapat
diterapkan pada tahap ketiga dari tahap pembelajaran matematika yaitu tahap
pembinaan keterampilan.
Pembinaan keterampilan dalam pembelajaran matematika dapat
menggu-nakan alat bantu kalkulator. Mitos yang berkembang dalam
penggunaan kalkulator pada pembelajaran dapat membuat siswa menjadi
bodoh. Pendapat para ahli justru sebaliknya yaitu kalkulator tidak
menggantikan pemahaman berhitung karena kalkulator hanya menunjukan
hasil sesuai yang diinput. Guru dan siswa belum mampu menggunakan
kalkulator dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini diungkapkan pula
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
49
oleh guru dan wali murid saat wawancara. LKS yang digunakan siswa
sebelumnya setelah dievaluasi dengan mengisi angket penilaian. Hasil
penilaian diperoleh LKS belum memenuhi syarat LKS yang baik dan belum
ada petunjuk penggunaan kalkulator.
Berdasarkan uraian tersebut dibutuhkan pengembangan LKS
matematika menggunakan kalkulator berbasis model Delikan. LKS produk
yang dinyatakan valid setelah divalidasi oleh validator dan direvisi akan diuji
cobakan dalam pembelajaran. Pengembangan LKS matematika menggunakan
kalkulator bebasis model Delikan diharapkan dapat berpengaruh terhadap
prestasi belajar matematika siswa.
Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir
Tahap pembinaan keterampilan
membutuhkan berbagai alat bantu.
Penggunaan teknologi seperti kalkulator
dianggap sebagai alat pembodohan siswa.
Guru dan siswa belum banyak
yang mampu menggunakan
kalkulator untuk menyelesaikan
perhitungan matematika.
Evaluasi LKS Matematika
Persyaratan LKS belum memenuhi syarat LKS yang baik dan
belum ada penggunaan kalkulator dalam pembelajaran.
Pengembangan LKS Matematika Menggunakan Kalkulator
Berbasis Model Delikan
Validasi
Layak
Digunakan dalam pembelajaran
untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa
Revisi
Tidak
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016
50
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka hipotesis dari penelitian
ini yaitu:
1. Kondisi faktual penggunaan LKS Matematika di Sekolah Dasar masih
terdapat kekurangan.
2. Pengembangan LKS Matematika materi pecahan menggunakan kalkulator
berbasis model Delikan di kelas IV Sekolah Dasar sesuai dengan kriteria
syarat LKS yang baik.
3. Validitas pengembangan LKS Matematika materi pecahan menggunakan
kalkulator berbasis model Delikan di kelas IV Sekolah Dasar memperoleh
rata-rata valid.
4. Terdapat pengaruh penggunaan LKS Matematika materi pecahan menggu-
nakan kalkulator berbasis model Delikan di kelas IV Sekolah Dasar.
5. Respon guru terhadap LKS Matematika materi pecahan menggunakan
kalkulator berbasis model Delikan di kelas IV Sekolah Dasar memperoleh
rata-rata dengan kriteria setuju.
6. Respon siswa terhadap LKS Matematika materi pecahan menggunakan
kalkulator berbasis model Delikan di kelas IV Sekolah Dasar memperoleh
rata-rata dengan kriteria baik.
Pengembangan Lembar Kerja…, Susanti, FKIP UMP, 2016