Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka berdasarkan pada argumetasi yang dimiliki oleh
beberapa ilmuan atau pakar. Pembahasan kajian pustaka meliputi (1)
pembelajaran, (2) buku teks pelajaran, (3) menulis, dan (4) puisi rakyat. Kajian
teoritis dalam penelitan pemanfaatan buku teks dalam pembelajaran keterampilan
menulis pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 06 Batu sebagai berikut:
2.1.1 Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks guru dan peserta
didik di kelas formal, tetapi meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik di luar jam belajar yang dapat dihadiri oleh pendidik secara fisik
(Arifin, 2009: 10). Iskandarwassid (2008: 25) mengartikan bahwa pembelajaran
adalah wujud interaksi di dalam kelas yang dilakukan oleh pendidik dan peserta
didik. Interaksi yang dilakukan oleh keduanya tidak jauh dari peran yang dimiliki
oleh pendidik dan peserta didik. Cronbach (dalam M.Thobroni, 2015:19)
menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as result of
experience yang berarti belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman.
Peran dari pendidik dalam kegiatan pembelajaran yakni untuk menggali
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Strategi dan komponen
pembelajaran merupakan faktor penting dalam menunjang proses pembelajaran di
kelas. Unsur penting dalam proses belajar menurut Sanjaya (2006: 59) terdiri atas
8
komponen pembelajaran yang terdiri dari tujuan, isi atau materi, metode, media,
dan evaluasi. Komponen-komponen terstruktur dengan baik guna menunjang
pembelajaran yang efektif.
Tujuan dalam komponen pembelajaran merupakan salah satu kunci dalam
proses pembelajaran. Pembelajaran akan terstruktur dengan baik apabila tujuan
yang dimiliki oleh pendidik sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung.
Tujuan pembelajaran dalam kurikulum merupakan harapan untuk tercapainya
sebuah kompetensi dasar atau standart kompetensi. Gulo (dalam Sanjaya, 2006:
59) menyatakan bahwa kompetensi sebagai kemampuan. Kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anak berbeda, ada kemampuan anak yang tampak dan ada
kemampuan anak yang tidak tampak. Adanya kemampuan yang tampak
(performance) dan kemampuan kognitif bertujuan untuk membimbing dan
mendukung kemampuan peserta didik.
Komponen kedua pembelajaran, yaitu isi atau materi. Sanjaya (2006: 60)
menjelaskan bahwa kegiatan utama dalam pembelajaran yaitu materi pelajaran.
Pada saat kegiatan pembelajaran guru menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa. Isi atau materi pelajaran yang disampaikan oleh guru bersumber dari buku
teks, sehingga penyampaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersumber
dari buku teks. Komponen pembelajaran selanjutnya adalah strategi atau metode.
Iskandarwassid (2008: 2) menjelaskan strategi dalam artian secara umum sebagai
salah satu bentuk seni yang merancang, mengatur dalam suatu peperangan. Di sisi
lain, Gagne (dalam Iskandarwassid, 2008: 3) menjelaskan bahwa strategi dalam
konteks pengajaran adalah sebagai bentuk kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang dalam berpikir, memecahkan masalah, serta mengambil sebuah
9
keputusan. Melalui proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, guru
dituntut untuk memberikan sebuah pemikiran kepada siswa dalam memecahkan
sebuah permasalahan. Melalui adanya permasalahan yang ada, siswa dapat
berpikir secara tajam, akurat, dan bisa mengontrol emosi yang dimilikinya.
Alat dan sumber memiliki peranan yang aktif dalam komponen pembelajaran.
Sanjaya (2006: 60) menjelaskan bahwa alat dan sumber dijadikan salah satu
perkembangan pembelajaran yang berbasis teknologi. Pada proses pembelajaran, guru
yang awalnya dijadikan sebagai peran sumber belajar, namun untuk saat ini bergeser
sebagai pengelola sumber belajar bagi peserta didik. Komponen terakhir, yaitu
mengenai evaluasi. Evaluasi tidak hanya berpusat pada peserta didik, tetapi juga bagi
guru, yaitu sebagai umpan balik bagi guru atas kinerja yang telah dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran bahasa Indonesia dalam penelitian ini, merupakan pembelajaran
mengenai keterampilan menulis. Pembelajaran keterampilan menulis dalam kurikulum
2013 merupakan kompetensi dasar yang telah dikembangkan dan berhubungan dengan
literasi. Literasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia kurikulum 2013 merupakan
perluasan kompetensi berbahasa Indonesia dalam berbagai tujuan khususnya yang
berkaitan dengan membaca dan menulis. Pembelajaran literasi bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami, menafsirkan, dan menciptakan
teks yang tepat, akurat, fasih dan penuh percaya diri selama belajar.
10
2.1.2 Buku Teks
Sitepu (2012: 12) menjelaskan definisi buku berasal dari Yunani yang
sering disebut “biblos”, pengertian buku dalam kamus memiliki pengertian yakni
kumpulan kata yang dijilid. Di sisi lain, dalam Ensiklopedia Indonesia (dalam
Sitepu, 2012: 12), buku memiliki arti yang secara luas yang mencakup semua
tulisan, gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papirius,
lontar perkamen.
Tulisan yang ada dalam buku, menjadi salah satu kunci untuk mengarah
pada tujuan pembelajaran. Menurut Tarigan (dalam Jannah, 2015: 10) buku teks
diartikan sebagai bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, disusun
oleh pakar dalam bidang pendidikan yang dilengkapi dengan sarana pengajaran
yang serasi dan mudah dipahami.
Jenis-jenis buku teks dalam Sitepu (2012: 14) dapat dikelompokkan
sebagai berikut (1) buku yang mengandung kebenaran faktual, (2) buku sebagai
sasaran pembacanya, (3) tampilan fisiknya, misalnya buku teks, buku gambar.
Buku ini biasanya digunakan oleh anak-anak yang sudah dapat membaca pada
tahap awal, (4) peruntukkannya, buku jenis ini mengenai kepentingan pendidikan.
Buku jenis ini dibedakan menjadi buku pelajaran dan buku bacaan.
Melalui jenis-jenis buku yang ada, buku memiliki sifat untuk membaca
suatu kondisi yang ada. Sifat pokok buku teks, yaitu (1) berisi informasi, (2)
informasi yang ditampilkan disajikan berupa cetak, (3) media yang digunakan
yaitu media kertas, (4) lembaran-lembaran yang ada dijilid dan dibentuk dalam
kesatuan. Sitepu (2012: 16) menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi dalam
penggunaan buku teks. Buku teks sendiri telah mengalami perubahan, perubahan
11
pertama terjadi pada tahun 1992. Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah No. 262/C/Kep/R.1992 (dalam Sitepu, 2012: 16) telah menggolongkan
buku teks berdasarkan dengan buku pelajaran pokok, buku pelajaran pelengkap,
buku bacaan, dan buku sumber.
Perubahan kedua mengenai penggolongan buku teks terjadi pada tahun
2008 melalui PERMENDIKNAS (Peraturan Menteri Pendidikan dan Nasional)
nomor 2 tahun 2008 (dalam Sitepu, 2012: 16). Penggolongan terbaru terdiri dari
buku teks pelajaran, buku panduan guru, buku pengayaan, dan buku referensi.
Buku yang dijumpai dalam lembaga formal (sekolah) disebut buku teks pelajaran.
Buku teks pelajaran yang berada dalam lingkup formal telah disusun berdasarkan
dengan kurikulum yang digunakan. Adanya buku teks sebagai buku acuan wajib
untuk digunakan disatuan pendidikan yang memuat materi pembelajaran dalam
rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian dalam
Sitepu (2012: 17)
Buku dalam kegiatan pembelajaran dijadikan sebuah sumber insiprasi bagi
pembacanya dalam Sitepu (2012: 11). Buku teks menganut beberapa materi untuk
memberikan sebuah inspirasi kepada siswa untuk merubah suatu keadaan. Pada
saat pembelajaran, guru memiliki peranan yaitu merencanakan dan melaksanakan
buku teks yang terkait dalam pembelajaran puisi rakyat. Perencanaan yang
dilakukan oleh guru berbentuk pilihan.
Harjanto (2000: 2) mengartikan perencanaan atau rencana (planning)
sebagai penentuan yang akan dilakukan, melalui perencanaan maka akan
diketahui proses untuk menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasi
persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien.
12
Terdapat beberapa kriteria dalam melakukan perencanaan pemanfaatan
buku teks. Pertama, Esti (2012) menjelaskan bahwa perencanaan dalam buku
teks dapat dilihat berdasarkan dengan pengkajian dan kualitas buku. Kualitas buku
teks dapat dilihat berdasarkan dengan (1) buku teks harus menarik minat siswa
yang mempelajarinya, (2) buku teks yang digunakan harus menarik minat siswa
yang memanfaatkannya, (3) buku teks mempertimbangkan linguistik yang
dimiliki oleh siswa (Greene dan Petty dalam Esti, 2012: 13)
Pengkajian dalam buku teks bermanfaat sebagai kumpulan materi yang
digunakan oleh siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran di mana dalam materi
tersebut telah mencakup indikator yang telah ditelaah. Selain itu, manfaat yang
terkandung dalam kriteria buku disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Kedua,
Buku teks dalam kebutuhan siswa dapat dilihat berdasarkan dengan aspek
kebutuhan siswa. Aspek kebutuhan siswa meliputi aspek penyajian materi dan
aspek kebahasaan. Aspek penyajian materi diharapkan sistematis dan dapat
memberikan pengetahuan yang sesuai dengan usia perkembangan siswa. Aspek
bahasa diharapkan menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh siswa,
pemilihan kata-kata dalam penyajian materi dan menyajikan materi yang tidak
monoton dalam (Esti, 2012: 12)
Setelah melakukan sebuah perencanaan pemanfaatan, guru melakukan
langkah selanjutnya yakni pemanfaatan. Pertama, Husen dkk menyatakan bahwa
di dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat sebuah keefektifan. Keefektifan yang
ada dalam buku teks diharapkan tidak hanya berperan sebagai sumber belajar,
tetapi dapat juga dijadikan sebuah media pembelajaran, pemberian motivasi, dan
penyampaian materi.
13
Kedua, ketersediaan buku teks menjadi salah satu pemanfaatan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Memanfaatkan buku teks tidak hanya berada
dalam sekolah saja melainkan pada saat berada diluar sekolah (rumah), siswa
masih memerlukan buku teks (dalam Husen dkk. (2013: 6). Jika pembelajaran
berpusat pada buku teks, siswa akan merasa bosan. Oleh sebab itu, guru harus
pandai dalam mencari buku referensi untuk dijadikan bahan tambahan dalam
kegiatan pembelajaran.
Ketiga, ketercapaian tujuan menurut Husen dkk. (2013: 6) menyatakan
bahwa pemanfaatan buku teks mengalami keberhasilan apabila guru
memanfaatkannya sebagai bahan referensi selama kegiatan pembelajaran. Tujuan
tersebut terdapat pada materi yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran
dan disusun sesuai dengan silabus terdapat dalam buku teks.
Keempat, menurut Tarigan (dalam Jannah, 2015: 14) buku teks memiliki
manfaat bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat digunakan
sebagai pelatihan dalam membaca intensif. Di sisi lain, menurut Muslich (dalam
Jannah, 2015: 14) melalui memanfaatkan buku teks siswa akan memiliki
perubahan dalam kepribadian (berpikir secara positif). Selain itu, siswa dapat
belajar secara mandiri dan dapat memecahkan permasalahan yang ia alami ketika
memanfaatkan buku teks.
Melalui kegiatan pembelajaran, buku teks merupakan salah satu sumber
belajar yang masih dipergunakan dan dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran.
Buku teks memuat sekumpulan materi yang telah tersusun sesuai dengan
kompetensi dasar dan kurikulum yang digunakan. Secara umum, buku teks
14
memiliki beberapa jenis, namun dalam kegiatan pembelajaran formal buku teks
telah disediakan oleh pemerintah pusat untuk mendukung kegiatan pembelajaran.
2.1.3 Menulis
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia online (KBBI), menulis berasal dari
kata dasar “tulis” yang berarti melakukan kegiatan secara langsung dengan
menggunakan huruf. Selain itu, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang dimiliki oleh seseorang bagian terakhir. Urutan dalam keterampilan berbahasa
meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam Iskandarwassid (2008:
226).
Menulis secara aktif dimulai dari pemerolehan bahasa kedua. Melalui
bahasa kedua seseorang dapat mengerti tata cara dalam menulis yang baik dan
benar. Alasan menulis dijadikan sebagai keterampilan terakhir dalam
keterampilan berbahasa menurut Iskandarwassid (2008: 248) sebab dalam menulis
seseorang akan menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di
luar bahasa akan menjadi sebuah tulisan. Kemampuan menulis selalu
mengandalkan kemampuan-kemampuan berbahasa sebelumnya, yaitu
kemampuan berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Menulis bahasa kedua berbeda dengan menulis bahasa pertama.
Pembelajaran keterampilan berbahasa di bahasa pertama, seseorang hanya
diajarkan pengenalan abjad, maka dalam penulisan dalam bahasa kedua lebih
banyak menggunakan atau mempraktikan struktur-struktur linguistik atau
mengungkapkan hal-hal secara personal bagi siswa. Scot (dalam Ghazali, 2010:
295) menyebutkan bahwa menulis patut diajarkan pada siswa pada sejak awal
15
proses belajar. Siswa harus diberi tugas yang bermakna yang memperhitungkan
tujuan, isi, dan aspek-aspek linguistik.
Britton dan kawan-kawan (dalam Ghazali, 2010: 297) menyebutkan bahwa
jenis-jenis dalam menulis didasarkan dengan peran penulis dan berdasarkan
dengan tiga aspek tulisan yaitu ekspresif, transaksional, dan puitik. Pada saat
melakukan kegiatan menulis, pembelajar ditekankan untuk mengendalikan
beberapa aspek dalam waktu yang bersamaan. Menulis pada proses pembelajaran
dilakukan pada waktu siswa berada di lingkungan formal. Kegiatan yang bisa
dijadikan sebagai tulisan dalam pembelajaraan adalah dengan menceritakan
pengalaman dengan menggunakan teori perspektif komunikatif. Cara pendidik
untuk mengkoreksi menulis yang dilakukan oleh siswa tersebut bisa
menggunakan aturan-aturan sederhana dalam hal kepenulisan.
Dvorak (dalam Ghazali, 2010: 310) mengklasifikasikan kemampuan
menulis yang di peroleh oleh peserta didik yakni kemampuan menulis tahap
perkembangan awal, tingkat kemampuannya, dan kemampuan tingkat
kebahasaan. Ketiga jenis kemampuan menulis tersebut memiliki perbedaan
tingkat dalam keterampilan menulis. Kemampuan menulis tahap awal mulai
digerakkan pada siswa yang masih berada pada tahap awal pembelajaran bahasa.
Kemampuan menulis tingkat kemampuannya atau pemula-lanjut diberikan kepada
siswa yang sedang mengenali struktur wacana. Kemampuan menulis tahap
pengayaan bahasa, diberikan kepada peserta didik yang sedang menempuh gaya
penulisan mereka sendiri (voice, tone, and style).
Sumber belajar yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sumber
belajar buku teks. Pemanfaatan buku teks memiliki perananan penting dalam
16
keterampilan menulis pantun. Melalui pemanfaatan buku teks, siswa akan
merespon dalam bentuk pemahaman materi. Respon yang didapatkan oleh siswa
dalam kaitannya keterampilan menulis yakni siswa mampu menulis puisi rakyat
jenis pantun. Siswa dapat memperluas ide yang telah diberikan oleh guru, ide
tersebut bersifat merangsang kemampuan siswa untuk lebih kreatif dalam
menentukan ide. Penulisan pantun menggunakan tahap menulis pemula-lanjut.
Melalui menulis pantun diharapkan siswa mampu menulis pantun sesuai dengan
struktur pantun.
2.1.4 Pantun
Menurut Aminudin (2011: 134), puisi berasal dari bahasa Yunani poeima
yang memiliki arti ‘membuat’. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena
lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang
mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun
batiniah. Seiring dengan perkembangan zaman, puisi memiliki jenis puisi lama
dan puisi baru.
Puisi dikatakan sebagai salah satu bentuk sastra lama. Menurut Sugiarto
(2015: 1) sastra lama merupakan salah satu warisan nenek moyang yang sudah
sepatutnya mendapatkan perhatian. Sastra lama yang berkaitan dengan warisan
nenek moyang dikatakan sebagai puisi rakyat. Puisi rakyat memiliki jenis-jenis
seperti pantun, syair, gurindam, karmina, talibun, dan mantra.
Pantun dalam Sugiarto (2015: 3) menyatakan bahwa pantun bentuk puisi
asli Indonesia (Melayu). Pantun terbagi atas dua bagian, yaitu bagian sampiran
dan isi. Sampiran (dua larik pertama) dijadikan sebagai pengantar menuju isi
17
pantun. Larik-larik dalam dua larik pertama (sampiran) hanya memiliki hubungan
persamaan bunyi dengan larik ketiga dan keempat dan tidak memiliki hubungan
makna.
Ciri-ciri dalam pantun terdiri dari (1) setiap bait terdiri atas empat larik, (2)
banyaknya suku kata tiap larik sama atau hampir sama (biasa terdiri atas 8-12
suku kata), (3) pola sajak akhirnya adalah ab-ab, (3) larik pertama dan kedua
dinamakan sebagai sampiran, sedangkan larik ketiga dan keempat dinamakan isi.
Sutan Takdir (dalam Sugiarto, 2015: 7) menyatakan bahwa hubungan antara
sampiran dan isi hendaknya dipandang dalam kaitannya dengan cara manusia
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Berdasarkan maksud atau isi dan
temanya pantun dibedakan menjadi pantun anak-anak, pantun remaja, dan pantun
orang tua.
Multafifin (2015) memaparkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan
dalam menulis pantun yaitu tema. Melalui penentuan tema, siswa akan lebih
terarah dalam pembuatan pantun. Selain tema, isi dalam pembuatan pantun bisa
diajarkan kepada siswa agar siswa tidak kesulitan untuk menentukan huruf akhir
dalam pantun. Untuk membuat isi harus diingat bahwa pantun terdiri dari empat
baris. Dua baris pertama sampiran, dan dua baris berikutnya ialah isi.
Pantun terdiri dari empat baris. Dua baris pertama sampiran, dan dua baris
berikutnya ialah isi. Kalimat yang disajikan pada tiap barisnya berkisar antara 8
sampai 12 suku kata. Sebuah pantun yang baik, suku kata keempat dari sampiran
pertama bersajak dengan suku akhir kata keempat isi pertama, karena disinilah
nilai persajakan dalam pantun yaitu terletak pada baris pertama sama dengan baris
ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat. Misalnya:
18
Tak akan lari kanci dikejar (a)
Ke dalam pasar dia berlari (b)
Sejak kecil tekun belajar (a)
Sudah besar pintarlah nanti… (b)
Sesuai dengan panduan yang ada dalam buku teks guru pada KD 4.10
indikator mnegenai menulis pantun. Melalui kegiatan menulis pantun, siswa
diharapkan mampu menulis pantun sesuai dengan struktur dan kaidah penyusunan
yang benar. Belajar mengenai pantun merupakan salah satu bentuk pelestarian
yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia kepada siswa mengenai salah satu
bentuk sastra lama yang semakin hari keberadannya semakin ditinggalkan oleh
siswa. Alasan menggunakan pantun sebagai fokus pusat dalam keterampilan
menulis disebabkan, pantun menjadi salah satu karya sastra Melayu yang masih
sering digunakan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan
misalnya berpantun dalam acara pernikahan dan komedi. Alasan lainnya melalui
menulis puisi rakyat (pantun) siswa dapat melestarikan puisi rakyat yang
mengandung nilai-nilai positif di tengah-tengah kemajuan globalisasi.