19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal. Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3) Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran. Nana Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman dan perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

  • Upload
    votu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Harminingsih (2008) menyatakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa

atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh),

(2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan

kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan

masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk

kehidupan masyarakat).

Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa,

sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi hasil

belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar

pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode

pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media

pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa

merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.

Dimyati dan Mudjiono, (2006: 3) Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk

angka-angka atau skor setelah diberi tes hasil belajar pada setiap akhir pelajaran.

Nana Sudjana (2011:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan, sikap, dan ketrampilan yang diperoleh siswa setelah menerima pengalaman

dan perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengaplikasikan pengetahuan

yang diperoleh untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

8

2.1.2. Pengertian Matematika

Menurut James dan James yang dikutip Ruseffendi (1998) “Matematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, Matematika adalah ilmu pengetahuan yang

dibangun dengan penalaran yang terstruktur secara deduktif berdasarkan unsur, aksioma,

sifat dan teori yang telah terbukti.

Menurut Abraham S Lunchins dan Edith N Luchins dalam Erman Suherman (2011:16)

matematika dapat dijawab secara berbeda-beda tergantung pada bilamana pertanyaan itu

dijawab, dimana dijawabnya, siapa yang menjawabnya, dan apa sajakah yang dipandang

termasuk dalam matematika.

Menurut Johnson dan Rising didalam Ruseffendi (1992 : 28) Matematika adalah pola

berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa yang

menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya

dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) daripada

mengenai bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan, sifat-

sifat atau teori-teori itu dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang

didefinisikan, atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang

telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola

atau ide; dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan

dan keharmonisannya.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematikaadalah ilmu

pengetahuan yang diperoleh dengan bernalartentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran,konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang

banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dangeometri.

2.1.2.1 Perlunya Belajar Matematika

Pencarian kebenaran dalam matematika disajikan sebagai suatu cara manusia

berpikir, sehingga validitas dari pemikiran kebenaran tidak diragukan lagi. Demikian pula

dalam menyelesaikan persoalan sehari–hari, atau persoalan lain yang memerlukan

matematika sebagai suatu cara yang khusus, misalnya persamaan, pertidaksamaan,

model Matematika dan sebagainya. Banyak persoalan sehari-hari yang dapat dibantu

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

9

dengan matematika. Oleh karena itu, matematika sangat perlu untuk dipelajari.

Matematika bukan hanya sebagai alat bantu untuk matematika itu sendiri, akan tetapi

banyak konsep–konsep yang sangat diperlukan oleh ilmu lainnya seperti fisika, kimia,

biologi, teknik, ekonomi dan farmasi.

2.1.2.2 Ruang Lingkup Matematika

Bahan kajian inti Matematika Sekolah Sekolah Dasar mencakup aritmatika (berhitung)

pengantar aljabar, geometri, pengukuran, dan kajian data (pengantar statistik). Penekanan

diberikan pada “penguasaan bilangan termasuk berhitung“ (Depdikbud, 1994:35). Menurut

standar kompetensi dasar Matematika, ruang lingkup Matematika dikelompokkan dalam

kemahiran matematika, bilangan, pengukuran, geometri, aljabar, statistika, peluang,

trigonometri, dan kalkulus.

2.1.3. Pendekatan Pembelajaran

Dalam Dekdikbud (1990:25), pendekatan dapat diartikan sebagai proses ,perbuatan,

atau cara untuk mendekati sesuatu.

Menurut Suharno, Sukardi, Chotijah dan Suwalni (1998:32) bahwa pendekatan

pembelajaran diartikan“ Model Pembelajaran “.

Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa pembelajaran

atau instruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa

belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar

mengajar”.

Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu

kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik

mempelajarinya”.

Berdasarkan pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan

bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk

memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna

membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan pembelajaran dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang

baik dan benar. Program pembelajaran merupakan macam kegiatan yang menjabarkan

kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran,

alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

10

pembelajaran dari setip pokok mata pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran

dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan

yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belummengetahui apa yang akan

diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang

diharapkan akandicapai.

2.1.4. PendekatanKontekstual (Contextual Teacher Lerning) Komponen Inkuiri

2.1.4.1 Hakekat Pendekatan Kontekstual

Johnson (2002:24) pendekatan kontekstual adalah suatu proses pengajaran yang

bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka

pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari.

Lebih lanjut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual

adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat

maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi

kehidupannya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah

konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu

guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan

kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun

warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi

kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan

masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

11

2.1.4.2 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional

(Behaviorisme/Strukturalisme)

Pendekatan kontekstual memiliki perbedaan dengan pendekatan tradisional

(behaviorisme/strukturalisme. Adapun perbedaannya dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Perbedaan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Tradisional

No Pendekatan CTL Pendekatan Tradisional

1. Siswa secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran.

Siswa adalah penerima informasi

secara pasif.

2. Siswa belajar dari teman melalui kerja

kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi.

Siswa belajar secara individual.

3. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan

nyata dan atau masalah yang disimulasikan

Pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis.

4. Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Perilaku dibangun atas dasar

kebiasaan.

5. Ketrampilan dikembangkan atas dasar

pemahaman.

Ketrampilan dikembangkan atas

dasar latihan.

6. Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan

diri.

Hadiah untuk perilaku baik adalah

pujian/nilai.

7. Sesorang tidak melakukan yang jelek karena

dia sadar hal itu keliru dan merugikan.

Seseorang tidak melakukan yang

jelek karena dia takut hukuman.

8. Bahasa diajarkan dengan bahasa komunikatif

yakni siswa diajak menggunakan bahasa

dalam konteks nyata.

Bahasa diajarkan untuk pendekatan

struktural:rumus diterangkan

sampai paham, kemudian dilatihkan

9. Pemahaman rumus dikembangkan atas dasar

skemata yang sudah ada dalam diri siswa.

Rumus itu ada di luar diri siswa

yang harus diterangkan, diterima,

dihafalkan, dan dilatihkan.

10. Pemahaman rumus itu relatif berbeda antara

siswa yang satu dengan yang lainnya, sesuai

Rumus adalah kebenaran absolut.

Hanya ada dua kemungkinan yaitu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

12

dengan skemata siswa. pemahaman rumus yang salah dan

pemahaman rumus yang benar

11. Siswa menggunakan kemampuan berpikir

kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan

terjadinya proses pembelajaran yang efektif,

ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses

pembelajaran yang efektif, dan membawa

masing-masing skemata ke dalam proses

pembelajran.

Siswa secara pasif menerima

rumus atau kaidah (membaca,

mendengarkan, mencatat,

menghafal) tanpa memberikan

kontribusi ide dalam proses

pembelajaran.

12. Pengetahuan yang dimiliki manusia

dikembangkan oleh manusia itu sendiri.

Manusia menciptakan pengetahuan dengan

cara memberi arti dan memahami

pengalamannya.

Pengetahuan adalah penangkapan

terhadap serangkaian fakta,

konsep, atau hukum yang berada di

luar diri manusia.

13. Karena ilmu pengetahuan itu dikembangkan

oleh manusia itu sendiri, sementara manusia

selalu mengalami peristiwa baru, maka

pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu

berkembang.

Kebenaran bersifat absolut dan

pengetahuan bersifat final.

14. Siswa diminta bertanggungjawab memonitor

dan mengembangkan pembelajaran mereka

masing-masing.

Guru adalah penentu jalannya

proses pembelajaran

15. Penghargaan terhadap pengalaman belajar

siswa sangat diutamakan.

Pembelajaran tidak memperhatikan

pengalaman siswa.

16. Hasil belajar diukur dengan berbagai

cara:proses bekerja, hasil karya, penampilan,

rekaman, tes, dll.

Hasil belajar hanya diukur dengan

tes.

17. Pembelajaran terjadi di barbagai tempat,

konteks dan setting.

Pembelajaran hanya terjadi dalam

kelas.

18. Penyesalan adalah hukuman dari perilaku Sanksi adalah hukuman dari

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

13

jelek. perilaku jelek.

19. Perilaku baik berdasar motivasi intrinsik. Perilaku baik berdasar motivasi

ekstrinsik.

20. Seseorang berperilaku baik karena dia yakin

bahwa itulah yang terbaik dan bermanfaat.

Seseorang berperilaku baik karena

dia terbiasa melakukan begitu.

Kebiasaan ini dibangun dengan

hadiah yang menyenangkan.

Berdasarkan tabel 2.1 perbedaan pendekatan kontekstual dan pendekatan

tradisional, maka dapatlah disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual lebih menekankan

siswa untuk belajar lebih aktif, menekankan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan di

benak mereka sendiri dan siswa belajar dari mengalami sendiri bukan dari pemberian

orang lain dan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata.

2.1.4.3 Penerapan Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam Kelas

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah

pembelajarannya adalah sebagai berikut :

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

ketrampilan barunya.

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri (menemukan sendiri) unutk semua topik.

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Selain itu, pendekatan kontekstual mendasarkan pada kecenderungan pemikiran

tentang belajar sebagai berikut :

1. Proses Belajar

Bekajar tidak hanya sekedar menghafal

Anak belajar dari mengalami

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang

terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

14

Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide

Proses belajar dapat mengubah struktur otak

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain

Ketrampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit),

sedikit demi sedikit

Penting bagi siswa tahu “untuk apa” ia belajar, dan “bagaimana” ia menggunakan

pengetahuan dan ketrampilan itu.

3. Siswa Sebagai Pembelajar

Strategi belajar penting agar anak mudah mempelajari sesuatu yang baru

Peran guru membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah

diketahui

Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan

kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan

menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

Belajar lebih efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa

Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan

pengetahuan baru mereka

Umpan balik penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian (assessment)

yang benar

Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok.

Menurut Zahorik (1995:14-22), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam

praktek pembelajaran kontekstual yaitu :

1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)

2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari

secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara menyusun

konsep sementara (hipotesis), melakukan sharingkepada orang lain agar mendapat

tanggapan/validasi dan konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

15

4) Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

pengetahuan tersebut

Jadi pada dasarnya penerapan pendekatan CTL dapat diterapkan pada kurikulum

apapun, bidang studi apa saja dan dalam kelas yang bagaimanapun juga. Hal tersebut

dengan melihat konsep pada anak untuk menemukan sendiri pengetahuan dan

ketrampilan barunya.

2.1.4.4 Karakteristik Pendekatan Kontekstual (CTL)

Menurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi

karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu (1) melakukan hubungan yang bermakna, (2)

mengerjakan pekerjaan yang berarti, (3) mengatur cara belajar sendiri, (4) bekerja sama,

(5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa, (7) mencapai

standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian sebenarnya.

Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik

antara lain yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, (4) belajar

dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7)

siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa aktif, guru kreatif, (10) dinding kelas dan

lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-

lain, serta (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa,

laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran

diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam

konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang

alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas

yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa

melalui proses mengalami (learning by doing).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

16

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi

(learning in a group).

5) Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam

merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

(learning to knot each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja sama

(learning to ask, to inquiry, to York together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy

activity).

Dari beberapa uraian di atas maka pembelajaran contextual teaching and learning

mempunyai karakteristik diantaranya sebagai berikut, saling menunjang dan bekerja sama,

penbelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan, pembelajaran yang

terintegrasi, bergairah, menuntut siswa lebih aktif, adanya berbagai macam sumber

pembelajaran, terdapatnya hasil karya siswa, dan laporan kepada orang tua bukan hanya

rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

2.1.4.5 Tujuh Komponen Pendekatan Kontekstual (CTL)

Menurut Supinah (2008:16) pembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen

utama, yaitu sebagai berikut :

1) Konstruktivisme (Construktivism)

Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang menyatakan bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-

konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan

seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme menuntut

siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada pengetahuan tertentu.

Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme

menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari

pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

17

2) Inkuiri (Inquiry)

Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan pembelajaran kontekstual.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus

selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun

materinya.

Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari

melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau

konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena

dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk menghasilkan

temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari kegiatan mengamati,

bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, dan

merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran CTL.

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya

merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri,

yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.

Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru

maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya

jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan

guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

4) Masyarakat belajar (Learning Commnunity)

Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran

kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi sebagai

wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat

berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta

mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan teman-teman lainnya. Belajar

bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

18

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja

sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi pengalaman antarteman,

antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran kontekstual

dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga

sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat.

Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicara

dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa

aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik

adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community.

5) Pemodelan (Modelling)

Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual.

Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran

agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan

model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya

model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model.

Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk

membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita

menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar

siswa melakukannya.

6) Refleksi (Reflction)

Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme.

Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses telaah

terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang

telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat

kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk

mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui. Realisasinya

adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yang

diperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai

pembelajaran pada hari itu.

Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan apa

yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

19

pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan

perbaikan jika diperlukan.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan

informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam

pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya, maka

data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya.

Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara

nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar

observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya

ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu

mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh informasi pada akhir periode.

Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih

pada proses belajarnya.

2.1.4.6 Hakekat Pendekatan Kontekstual (CTL) Komponen Inkuiri

Inti dari pembelajaran CTL adalah inkuiri (menemukan). Pengetahuan yang diperoleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari

menemukan sendiri yang siklusnya observasi, bertanya, mengajukan dugaan,

pengumpulan data dan penyimpulan (Depdiknas 2002:12). Prinsip yang bisa dipegang

guru ketika menerapkan komponen inkuiri dalam pembelajaran (Muslich 2007:45)

menjelaskan: (1) Pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa

menemukan sendiri. (2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti

dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa. (3) Siklus inkuiri adalah

observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. (4)

Langkah kegiatan inkuiri adalah merumuskan masalah, mengamati atau melakukan

observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,

tabel, dan karya lain, mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pada pihak lain

(pembaca, teman sekelas, guru, audiens dan lain-lain).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

20

Asas menemukan sendiri merupakan asas penting dalam pembelajaran kontekstual.

Dengan proses berpikir yang sistematis ini diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah,

rasional, dan logis yang dapat dijadikan dasar pembentukan keaktifan siswa dalam

pembelajaran.

Jadi pada hakekatnya pendekatan kontekstual komponen inkuiri adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari melalui kegiatan inkuiri: a) identifikasi

dan merumuskan masalah, b) menyusun hipotesis, c) merancang dan melaksanakan

kegiatan/percobaan, d) analisis data, e) penyajian hasil percobaan, dan f) penarikan

kesimpulan.

2.1.4.7 Teori Belajar yang Mendasari Inkuiri

Implementasi pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bekerja seperti ilmuwan diantaranya merumuskan hipotesis, menguji hipotesis melalui

percobaan dan menginformasikan hasil penyelidikan. Pembelajaran inkuiri juga

didefinisikan sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, melakukan

sesuatu, menggunakan simbol-simbol (gambar-gambar) dan mencari jawaban atas

pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain,

membandingkan yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain

(Sidharta,2005).

Hal senada juga diungkapkan oleh Sanjaya (2011:196) yang menyatakan bahwa

“Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang

dipertanyakan”.

Kegiatan inkuiri dibentuk dan meliputi discovery karena siswa harus menggunakan

kemampuan discovery lebih banyak lagi. Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses

perluasan proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Kegiatan

discovery adalah proses mental yang memungkinkan siswa mengasimilasi konsep dan

prinsip-prinsip. Proses mental dalam discovery diantaranya mengamati, menggolongkan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

21

membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan sebagainya

(Roestiyah,2001).

Dari pengertian inkuiri yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang mencakup

seluruh kemampuan siswa dalam struktur kelompok melalui proses berpikir kritis, logis,

analitis, dan sistematis untuk menemukan jawaban dari suatu masalah. Masalah yang

akan dicari jawabannya tersebut harus kontekstual. Kontekstual dalam hal ini yaitu

mengaitkan konten mata pelajaran (isi, materi pelajaran) dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.4.8 Kelebihan dan Kekurangan Metode Inkuiri

Dalam penerapannya (Gulo, 2004), pembelajaran menggunakan metode inkuiri

mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan, yaitu :

Kelebihan

1. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar.

2. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip,

tetapi hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar

tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial

secara terpadu.

3. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri).

4. Dapat memberi waktu kepada pembelajar untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi informasi.

5. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat

membosankan.

Kelemahan

1. Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar

2. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar,

kemungkinan besar tidak berhasil

3. Siswa yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang

guru, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar

mandiri.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

22

4. Dampaknya dapat mengecewakan guru dan siswa sendiri.

5. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan

memberi kesan terlalu idealis.

6. Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuaannya kurang

berhasil hanya merupakan suatu pemborosan belaka.

2.1.4.9 Langkah-langkah Pembelajaran CTL Komponen Inkuiri

Sanjaya (2008:202) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai

oleh siswa

Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk

mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta

tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah

sampai dengan merumuskan kesimpulan

Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam

rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan

yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan

masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran

inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh

pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental

melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji.

Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

23

yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak

(berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan

yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau

dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu

permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan melalui beberapa langkah. Menurut

Muhibbin Syah (2005:244) menyampaikan “ tahapan dan prosedur pelaksanaan inkuiri

sebagai berikut :

a) Pemberian rangsangan (stimulation)

b) Pernyataan atau identifikasi masalah (problem statement)

c) Pengumpulan data (data collection)

d) Pengolahan data (data processing)

e) Verifikasi (verification)

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

24

f) Generalisasi (generalization)

2.2 Penelitian yang Relevan

Yuliningsih (2012) dalam penelitian yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Melalui Model pembelajaran Contextual Teaching & Learning (Ctl) Siswa

Kelas II SD N Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2011 / 2012 ” mengemukakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan

metode Contextual Teaching& Learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika

kelas II. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa pada saat kondisi awal

siswa yang belum tuntas memenuhi KKM = 64 sebanyak 13 siswa atau 48% dan yang

sudah tuntas sebanyak 12 siswa atau 52%. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang sudah

tuntas memenuhi nilai KKM sebanyak 14 siswa atau 56% dan siswa yang belum tuntas

sebanyak 11 siswa atau 44%, pada pelaksanaan siklus II siswa yang tuntas memenuhi

KKM sebanyak 24 siswa atau 96%. Dan siswa yang tidak memenuhi nilai KKM sebanyak 1

siswa atau 4%.

Suparmin (2012) dalam penelitian yang berjudul “ Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Bandungsari tentang Penarikan Akar Pangkat

Tiga Bilangan Kubik dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012 ” membuktikan bahwa pendekatan Contextual

Teaching and Learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan pembelajaran siswa yang tuntas KKM

≥ 60 hanya 13 siswa dari 41 siswa ( 32 % ). Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 siswa

yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat menjadi 23 siswa ( 56 % ) dan pada perbaikan siklus 2

siswa yang tuntas KKM ≥ 60 meningkat lagi menjadi 38 siswa ( 92 % ). Dan tinggal 3

siswa ( 8 % ) yang belum tuntas. Penerapan CTL dapat meningkatkan kemampuan hasil

belajar matematika tentang penarikan akar pangkat tiga dari bilangan kubik pada siswa

kelas VI di SD Negeri 3 Bandungsari.

2.3 Kerangka Berpikir

Optimalisasi kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

faktor media atau teknik dan model mengajar guru. guru dapat menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran.

Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3733/3/T1_262012010_BAB II.pdfbidang, yaitu aljabar, analisis, geometri.” Jadi, ... sifat-sifat

25

atau sesuai dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih

bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.Dengan menerapkan media

audio visual, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat mengatasi masalah dalam

pembelajaran Matematika di kelas 4 SD Negeri Wonotunggal03, karena siswa menjadi

lebih aktif dalam pembelajaran dan diharapkan pula terjadi peningkatan hasil belajar.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan kajian pustaka, serta kerangka

berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan bahwa

pembelajaran dapat meningkat melalui penerapan pendekatan kontekstual (Contextual

Teaching and Learning/CTL) komponen inkuiri pada hasil belajar matematika siswa kelas

4 SD Negeri Wonotunggal03Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Semester 1

tahun pelajaran 2013/2014.