34
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANTENATAL CARE 1. Pengertian Antenatal Care Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

  • Upload
    vanminh

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANTENATAL CARE

1. Pengertian Antenatal Care

Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan

untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga

mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan

kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan

Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter

sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah

adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi

dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk.,

2002). Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil

baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan

normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Pelayanan

antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal rutin dengan

beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai prioritas

Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan kualitas

pelayanan antenatal.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

8

Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal

terintegrasi meliputi :

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)

b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)

c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)

d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia

e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)

f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)

g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta

h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)

i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN).

(Depkes RI, 2009)

2. Tujuan Antenatal Care

Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil

secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternata angka mortalitas serta

morbiditas ibu dan bayi jelas menurun.

Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya

fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,

persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan

normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal

care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama

sehatnya atau lebih sehat;

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

9

b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati,

c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula

fisik dan metal (Wiknjosastro, 2005)

3. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu dan

tumbuh kembang bayi;

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial

ibu dan bayi,

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan dan pembedahan,

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, Ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,

e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi

agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin, dkk., 2002).

4. Keuntungan Antenatal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil

dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit. (Manuaba,1998)

5. Fungsi Antenatal Care

a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas

pendidikan

b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko

tinggi dan merujuk bila perlu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

10

c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan

menangani masalah yang terjadi.

6. Cara Pelayanan Antenatal Care

Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan

antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Kunjungan Pertama

1) Catat identitas ibu hamil

2) Catat kehamilan sekarang

3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium

6) Pemeriksaan obstetric

7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan

mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9) Penyuluhan/konseling.

b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).

2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28).

3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

11

dan sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002)

4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan

atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes,

2003:45).

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat

penting.

a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan

dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,

anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang

merugikan

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi

5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,

istirahat dan sebagainya

b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28

Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai

preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau

tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan

ganda

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

12

c. Trimester ketiga antara minggu 28-36

Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui

apakah ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu

Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal,

atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

(Saifuddin, dkk., 2002)

7. Tinjauan Tentang Kunjungan Ibu Hamil

Kontak ibu hamil dan petugas yang memberikan pelayanan untuk

mendapatkan pemeriksaan kehamilan, istilah kunjungan tidak mengandung

arti bahwa selalu ibu hamil yang ke fasilitas tetapi dapat juga sebaliknya,

yaitu ibu hamil yang dikunjungi oleh petugas kesehatan (Depkes RI,

1997:57).

8. Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7 T”

a. (Timbang) berat badan

b. Ukur (Tekanan) darah

c. Ukur (Tinggi) fundus uteri

d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

f. Tes terhadap penyakit menular sexual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. (Saifudin, 2002).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

13

9. Kebijakan Pelayanan Antenatal

a. Kebijakan Program

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat

penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi

strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga

Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri

Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu

hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS),

yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu :

1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang

adekuat.

3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan

penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya

komplikasi keguguran.

Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi

kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama

kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).

2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).

3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

14

b. Kebijakan teknis

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh

tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi.

Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang

bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.

Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai

berikut:

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat

2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal

serta rujukan bila diperlukan.

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan

jika terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini

dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain

meliputi :

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku

KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan

kelompok Kelas Ibu Hamil.

2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan

kemitraan Bidan dan Dukun.

3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

15

4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

(Depkes, 2009)

10. Intervensi Dalam Pelayanan Antenatal Care

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang

diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan.

Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :

a. Intervensi Dasar

1) Pemberian Tetanus Toxoid

a) Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus

neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan

bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4

minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali

pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka

TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas

vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian

yang tepat.

b) Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

16

c) Jadwal pemberian TT

Tabel : 2.1Jadwal Pemberian TT

Antigen Interval (selang waktu minimal)

Lama perlindungan % perlindungan

TT1 Pada kunjungan antenatal pertama

- -

TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 80 TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95 TT4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur

hidup 99

keterangan : artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS) tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus Neonatorum (TN). (Saifudin, 2002)

2) Pemberian Vitamin Zat Besi

a) Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe

pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas

kebutuhan meningkat.

b) Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah

rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi

60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet.

Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena

mengganggu penyerapan. (Saifudin, 2002)

b. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu

hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:

1) Faktor resiko, meliputi:

a) Umur

(1) Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

17

(2) Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b) Paritas

(1) Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)

(2) Paritas > 3

c) Interval

Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-

kurangnya 2 tahun.

d) Tinggi badan kurang dari 145 cm

e) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilan

a) Komplikasi obstetri langsung

(1) Perdarahan

(2) Pre eklamasi/eklamsia

(3) Kelainan letak lintang, sungsang primi gravida

(4) Anak besar, hidramnion, kelainan kembar

(5) Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

b) Komplikasi obstetri tidak langsung

(1) Penyakit jantung

(2) Hepatitis

(3) TBC (Tuberkolosis)

(4) Anemia

(5) Malaria

(6) Diabetes militus

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

18

c) Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat

kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran) (Mochtar R,

1998:75).

11. Pelaksana dan Tempat Pelayanan Antenatal

Pelayanan kegiatan pelayanan antenatal terdapat dari tenaga medis yaitu

dokter umum dan dokter spesialis dan tenaga paramedic yaitu bidan, perawat

yang sudah mendapat pelatihan. Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di

puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes,

rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

12. Peran Serta Ibu Dalam Pelayanan Antenatal

Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan

pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan

pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan

antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif.

Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam

pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut

perilaku. (Fizben dan Ajzen, 1989).

Menurut Lewrence Green dengan modifikasi dalam Buku Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan (Sukidjo Notoatmodjo) factor yang mempengaruhi

perilaku antara lain:

a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain

yang terdapat dalam diri individu (masyarakat)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

19

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo,

2003:121). Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang

dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar.

Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuandidefinisikan sebagai

berikut :

a) Sesuatu yang ada atau dianggap adab. Sesuatu hasil persesuaian

subjek dan objek.

b) Hasil kodrat manusia.

c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.

Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan

(reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa

pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu

yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin

diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama,

negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan

pengamatan dan eksperimen : metode ilmiah. Pengetahuan juga

diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

20

atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan

dengan pengamatan dan pengetesan.Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan penelitian ternyata

prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2) Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak

dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2003:130).

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek

tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan

menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu

(Sarlito Wirawan Sarwono, 2000:94). Sikap merupakan penentu

penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang yang

memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada

sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaiman respon atau

tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap

suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi

wajar-ideal gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang

diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau keadaan yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

21

dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Sugeng

Hariyadi, 2003:90). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,

antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap

imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada

fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut

mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga

diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo, 2003:133).

b. Faktor pendukung (enabling factor)

1) Keterjangkauan Fasilitas

Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari

faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang

kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana

masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan

kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan

masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan

fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, disamping faktor-faktor yang sudah dibawa sejak

lahir sehingga menjadi masalah tersendiri bila dilihat dari segi

individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat secara

keseluruhan (Nasrul Effendy, 1998:8).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

22

2) Jarak ANC

Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak

adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat

yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.

Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah

berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan

pelayanan kesehatan (Kresno, 2005). 

Menurut Koenger (1983) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak

akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan

kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam

Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa jarak merupakan

komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan pengobatan.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

yaitu factor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan

adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh

masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar

pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang

atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000).

1) Perilaku Masyarakat

Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan

dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan

recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang social budaya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

23

sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran,

recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya.

Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya

peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila

dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu

memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient.

Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan

prinsip-prinsip itu antara lain:

a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target

yamh dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat

dalam masyarakat target maupun staf birokrasi inovasi.

b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan

masyarakat terlaksana dengan lancer keren melibatkan peran serta

masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan felt-

need, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need,

menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan.

c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu

menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan

makan orang-orang dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan

makan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain teori channel

dari Kurt Lewin. Menurut teori ini pemilihan makanan didasari

oleh nilai intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa,

status social, kesehatan dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

24

dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala

nilai yang diacu (Mulyono Joyomartono, 2005:120-121).

2) Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah menumbuhkan dan

meningkatkan tanggungjawab individu, keluarga, terhadap kesehatan

atau kesejahteraan dirinya, keluarganya dan masyarakat (Depkes RI,

1987:2).

Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu:

a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena

paksaan.

b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena

insensitif.

c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin

meniru.

d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.

e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan

tanggungjawab (Depkes RI, 1987:18).

Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari

masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena

kemiskinan, kesenjangan social, sistem pengambilan keputusan dari

atas ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit

masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

25

sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbede dengan

persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi.

Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah

terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan

masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 1987:20).

Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam

masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan

perilaku yang merupakan factor penting dan besar pengaruhnya

terhadap derajat kesehatan (Depkes RI, 1987:20).

B. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANTENATAL

CARE

1. Umur

Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam

2001:133). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam

berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan

kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda

umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan

kehamilan.

Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko

tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

26

berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan

yang dilakukan. Menurut penelitian Woro Tri Hardjanti (2007) seorang

wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun

sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung

aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun.

Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30

tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia

dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali

sesudah usia 30-35 tahun.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses ilmiah yang terjadi pada manusia.

Menurut Crow, pendidikan adalah suatu proses dimana pengalaman atau

informasi diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.

Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan suatu

proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk

tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan.

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik

pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Suparlan (2006) pendidikan dalam arti luas yaitu segala

kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala

situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

27

kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi,

dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan

evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan

individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan

kesehatan (Uhu Suliha dkk, 2002:51). Ki Hajar Dewantara menyatakan

bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan

tubuh anak (Achmad Munib, dkk, 2004:32). Menurut dictionary of

Education dalam buku Achmad Munib, dkk (2004:33) pendidikan adalah

proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk

tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses yakni

orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau

mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang

optimal.

Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan penyempurnaan

hidup dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap

tingkah laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda

tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar.(Budioro,

2002). Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru

dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional

karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya

(Maulani, 1999). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

28

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang

akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan di Indonesia

mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar (SD/MI/Paket A

dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK), dan

pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

3. Paritas

Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari

satu orang. Sueheilif Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan

jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil

merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan

kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah

melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah

berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya

(Wiknjosastro, 2005).

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram

atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak

diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan

pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas

1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih

tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada

paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko

pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

29

Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan

(Wiknjosastro, 2005).

4. Pendapatan Perkapita

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),  pendapatan

perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata keluarga dari suatu keluarga

yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan seluruh anggota keluarga

tersebut. Pendapatan adalah hasil pencarian atau perolehan usaha

(Departemen Pendidikan Nasional 2002:236). Menurut Mulyanto Sumardi

dan Hans Diater Evers (1982:20), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik

berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri.

Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat

penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan

dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan keluarga yang

memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk

periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang

primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro

(2002:108) keterbatasan sarana dansumber daya, rendahnya penghasilan,

adanya peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan

membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah

perilakunya.

Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan

karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus

menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

30

berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan Rp 939.756,-

/bulan (BPS Semarang 2010).

Menurut penelitian Shintha Kusumaning Pribadi (2008) meskipun

faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap

saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari

kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap

tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk

ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu

disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu

disukai karena dirasa kurang khasiatnya.

5. Jarak

Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002:456) Jarak adalah

ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak

antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Menurut Koenger (1983)

keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan

mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut

Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (1980) yang mengatakan bahwa

jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk

memanfaatkan pelayanan pengobatan.

Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini

belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan

public termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan

mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

31

puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan, perawat. Secara

geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan

(Depkes RI, 2003).

Menurut penelitian Elfi Rahmawati (2008) bahwa jarak tempat tinggal

ketempat layanan kesehatan di ukur dengan kilometer dikelompokkan dalam

jarak.

C. PENGETAHUAN TENTANG ANTENATAL CARE

1. Pengertian pengetahuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), pengetahuan didefinisikan

segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan

dengan hal. Sedangkan Notoatmodjo (2003) mendefinisikan pengetahuan

sebagai hasil dari tahu setelah seseorang seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, perasaan, dan perabaan. Pengetahuan juga dapat didefinisikan

sebagai kumpulan informasi yang diperbarui yang didapat dari proses belajar

selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat

penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau lingkungannya.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

32

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam

domain mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula

baru dan formulasi-formulasi yang ada.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

33

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal

1) Jasmani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.

2) Rohani

Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,

psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.

b. Faktor eksternal

1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional

terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan

tersebut.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

34

lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan

lain-lain) akan memperoleh informasi lebih banyak jika dibandingkan

dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Hal ini

berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan

yang dimiliki oleh seseorang.

3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih

mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi yang

lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan

informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan sekunder.

4) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling

berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat

berinteraksi secara kontinyu akan lebih besar terpapar informasi,

sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan

individu sebagai komunikan untuk menerima pesan menurut model

komunikasi media.

5) Pengalaman

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari

lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya

seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti

seminar dan berorganisasi, sehingga dapat memperluas

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

35

pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut,

informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu cara tradisional (non ilmiah) dan cara modern (ilmiah).

a) Cara tradisional (non ilmiah)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis

dan logis.

Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain :

1) Coba-coba dan salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil akan dicoba dengan kemungkinan

yang lain.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Prinsip dalam cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

diketemukan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa menguji atau

membuktikan kebenaran terlebih dahulu berdasarkan fakta empiris

atau berdasarkan penalaran sendiri.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

36

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu. Pengalaman

pribadi dapat menuntun kembali seseorang untuk menarik kesimpulan

dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan

benar diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan pikir

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya secara induksi dan deduksi.

b) Cara modern (ilmiah)

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan jalan mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan terhadap semua fakta sebelumnya dengan objek penelitian

(Notoatmodjo, 2005).

5. Sumber pengetahuan

Menurut Istiarti (2000), pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.

Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

37

formal maupun informal ahli agama, pemegang pemerintahan, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

6. Pengukuran pengetahuan

Cara mengukur pengetahuan seseorang, menggunakan alat bantu kuesioner

dengan cara menilainya dengan dikategorikan baik, cukup dan kurang.

Pengetahuan dinyatakan baik bila 76 - 100 % pertanyaan dijawab benar,

cukup bila 56 - 75% pertanyaan dijawab benar, dan kurang bila pertanyaan

dijawab benar < 56 % (Arikunto, 2006).

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

38

D. KERANGKA TEORI

Berdasarkan uraian dalam landasan teori, maka disusun kerangka teori mengenai karakteristik dan pengetahuan ibu hamil yang melaksanakan ANC, sebagai berikut:

Faktor predisposisi :

1. Usia

2. Pendidikan

3. Paritas

4. Pendapatan Perkapita

5. Pengetahuan ANC

Faktor pendukung: Faktor pendorong:

1. Jarak kefasilitas kesehatan 1. Sikap petugas

2. Ketersediaan waktu Perilaku 2. Dukungan suami

Kunjungan ANC 3. Dukungan keluarga

 

 

 

 

                    Frekuensi ANC

= Yang diteliti = Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian

Sumber : modifikasi Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2005)

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

39

E. KERANGKA KONSEP

Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka konsep dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui karakteristik dan pengetahuan ibu hamil yang

melaksanakan antenatal care. Variabelnya meliputi: umur, pendidikan, paritas,

tingkat pendapatan, jarak lokasi rumah, serta pengetahuan ibu hamil ke BPS.

Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka kerangka konsep dapat di

gambarkan sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Karakteristik ibu hamil:

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan ibu hamil 

Frekuensi ANC 

Usia ibu hamil 

Pendidikan ibu hamil 

Paritas ibu hamil 

Pendapatan perkapita 

Jarak rumah ibu hamil 

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-fitrihanda... · 9 b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini

 

40

F. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini meliputi :

1. Ada hubungan antara umur ibu hamil dengan frekuensi ANC.

2. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan frekuensi ANC.

3. Ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan frekuensi ANC.

4. Ada hubungan antara pendapatan perkapita ibu hamil dengan frekuensi

ANC.

5. Ada hubungan antara jarak rumah ibu hamil dengan frekuensi ANC.

6. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil dengan frekuensi ANC