Upload
yenie-farida
View
181
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Ibudarzi (Ibu Sadar Gizi)
4.1.1 Posko Pemeriksaan Kesehatan dan Konsultasi Gizi
a Keterkaitan Masalah dengan Solusi
Pada dasarnya kegiatan Posko Kesehatan merupakan strategi tim untuk
melakukan promosi kegiatan-kegiatan intervensi pada PBL II. Namun
kegiatan kemudian ini diisi juga dengan kegiatan lain yaitu Konsultasi
Gizi. Sehingga kedua kegiatan tersebut terintegrasi dalam satu agenda
kegiatan. Disamping sebagai langkah promosi kegiatan yang lain,
kegiatan ini juga bertujuan untuk menanggulangi masalah berkaitan
dengan balita gizi kurang. Hal tersebut dimanifestasikan dengan
pemberian materi pada sesi Konsultasi Gizi berupa “menu balita” dan
“tumbuh kembang anak”. Pemberian materi tersebut dimaksudkan
menjadi stimulus kepada masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu agar
lebih peduli terhadap pemberian nutrisi pada balita.
Pada dasarnya perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar
(Hosland, et al: 1953). Pada tahapan proses belajar seseorang selalu
menerima informasi yang digunakan sebagai bahan acuan untuk
mengambil sikap dan tindakan. Informasi yang diterima oleh seseorang
dapat bersumber dari semua yang ada di sekitarnya. Kemudaian
informasi ini menjadi stimulus bagi seseorang. Maka dari itu,
pemberian materi pada kegiatan Konsultasi Gizi dimaksudkan menjadi
stimulus bagi masyarakat RW 11 agar mengambil sikap peduli
terhadap nutrisi balita. Sehingga dari kepedulian tersebut diharapkan
akan timbul perubahan perilaku terkait pemenuhan nutrisi balita secara
seimbang.
b Keberhasilan
Kegiatan ini hakekatnya tidak terdapat pada rencana
kerja (RK) awal tim PBL. Namun Posko Kesehatan dan
Konsultasi gizi justru berhasil dilaksanakan empat kali
selama PBL II. Pelaksanaan kegiatan ini tidak kalah
pentingnya dengan kegiatan-kegiatan yang sudah
terdapat di RK awal. Pemberian jasa pemeriksaan tanpa
dipungut biaya terbilang sangat efektif untuk
mengundang masyarakat sekitar datang ke posko tim
PBL. Hal tersebut sangat mempermudah promosi tim
terkait kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu antusias
masyarakat untuk menyimak materi “menu balita” dan
‘tumbuh kembang anak” membuat kegiatan ini harus
dilaksanakan empat kali selama PBL II.
c Partisipasi Masyarakat
Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu mengatasi
masalah-masalah kesehatan dengan cara menggali potensi-potensi yang
ada (Soekidjo: 2007). Sementara itu kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan gizi balita kepada masyarakat khususnya
ibu-ibu. Pengetahuan tersebut merupakan landasan dasar bagi
masyarak tersebut agar berdaya dalam menanggulangi masalah gizi
balita secara mandiri.
Posko Kesehatan yang dilaksanakan di basecamp tim PBL juga
bertujuan agar masyarakat sekitar mandiri dalam memenuhi kebutuhan
mereka. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan informasi yang
dapat menjadi dasar pengambilan sikap dan tindakan. Secara
keseluruhan terdapat 86 ibu-ibu baik yang mempunyai balita maupun
tidak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Angka tersebut cukup
menggambarkan antusiasme masyarakat dalam upaya memenuhi
kebutuhan informasi.
d Keberlangsungan Kegiatan
Keberlangsungan kegiatan pada Posko Kesehatan dan Konsultasi Gizi
lebih ditekankan pada output yang dihasilkan. Tujuan kegiatan yang
bermuara pada pembentukan karakter masyarakat yang mandiri
diharapkan akan terus berlanjut seiring dengan program-program
pemerintah melalui Puskesmas Pondok Aren. Pemebentukan karakter
tersebut sendiri sudah dijelaskan diatas yaitu dengan membangun
pengetahuan masyarakat sekitar.
Keberlangsungan suatu kegiatan tidak terlepas dari berbagai faktor.
Berdasarkan hasil analisa lapangan maka didapatkan:
a) Faktor Pendukung
Walaupun kegiatan posko pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gizi
tidak direncanakan sehingga konsep dan anggaran tidak ada di
rencana Kerja awal, namun kegiatan ini dapat berjalan dengan
beberapa faktor pendukung yaitu:
1. Tim PBL mendapatkan bantuan alat-alat seperi stetoscope,
tensimeter, dan alat cek gula darah.
2. Kemampuan individu yang dimiliki beberapa anggota tim PBL
seperti konseling dan pemakaian alat.
3. Antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.
4. Ketersediaan materi konsultasi.
5. Penyampaian materi yang interaktif dan sederhana.
b) Faktor Penghambat
Berdasarkan rencana kerja (RK) awal Tim PBL, kegiatan posko
pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gizi tidak direncanakan.
Namun ketika terjun ke lapangan, kegiatan ini kemudian diadakan
berdasarkan kesepakatan tim dan dosen pembimbing fakultas. Hal ini
sebagai strategi untuk sosialisasi kegiatan yang lain. Berikut faktor
penghambat dari kegiatan posko pemeriksaan kesehatan:
1. Perlengkapan kegiatan tidak dianggarkan diawal PBL sehingga
harus mengambil anggaran dari kegiatan yang lain.
2. Konsep dan materi konsultasi gizi dibuat ketika sudah tahap
pelaksanaan PBL sehingga penyempurnaan materi seiring
pelaksanaan kegiatan.
3. Waktu pelaksanaan yang tentatif dan bergantung dengan kegiatan
PBL yang lain dan kegiatan masyarakat.
4.1.2 Demo Gizi Ibudarzi
a Keterkaitan Masalah dengan Solusi
Demo gizi merupakan metode selanjutnya yang dilakukan sebagai
inisiasi adanya acara talkshow dan demo masak. Demo gizi ini dilakukan
pada saat arisan ibu-ibu di RT 03 dan RT 05 di RW 11 pada hari Sabtu, 5
Mei 2012.. Dalam demo gizi, disampaikan tips-tips cara menjaga
kandungan zat gizi dalam makanan balita saat dimasak, serta mencoba
menarik ibu-ibu untuk lebih kreatif dalam menyiapkan makanan balita
mereka, hal ini dicontohkan oleh tim PBL dengan membawa makanan
balita yang sudah jadi dan memberikan resep kepada ibu-ibu arisan. Cara
ini cukup membuat ibu-ibu tertarik dan banyak dari ibu-ibu yang bertanya
mengenai masalah kesulitan pada anaknya dan bagaimana mensiasatinya
melalui makanan balita.
Demo gizi dilakukan sebagai metode penyuluhan secara visual dan
verbal. Dengan demikian, maksud pesan dapat ditangkap dengan jelas, dan
mudah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Dari metode yang
dilakukan saat demo gizi ini, banyak peserta yang ingin tahu sehingga
mendorong mereka untuk bertanya, baik mengenai materi yang
disampaikan ataupun masalah gizi pada balita mereka masing-masing.
b Keberhasilan
Target pada kegiatan ini adalah disampaikannya materi tentang cara
pengolahan makanan yang baik untuk balita dan informasi untuk
meningkatkan kekreatifitasan ibu dalam mengolah makanan balita dan
adanya tanya jawab antara penyampai materi dengan peserta arisan di RT
03 dan 05. Dua hal ini telah tercapai. Daftar nama peserta arisan yang
mengikuti tensi dapat dilihat dalam lampiran
c Partisipasi Masyarakat
Kegiatan ini didukung oleh tokoh masyarakat yaitu Ibu RW 11. Beliau
yang mengenalkan dan memberikan ijin pada semua kegiatan kami.
Partisipasi dari masyarakat pun cukup bagus. Mereka menyambut baik
kedatangan kami, bahkan menjamu kami, mau bertanya dan mau
menggunakan jasa yang kami sediakan yaitu tensi dan konsultasi gizi
sesudah acara arisan. Sumber daya pelaksanaan demo gizi ini dibagi
menjadi dua tim mengingat demo gizi dilakukan pada dua RT dalam waktu
dan hari yang sama.
d Keberlangsungan Kegiatan
Kegiatan dalam arisan ini merupakan suatu cara sosialisasi dan
pendekatan untuk kegiatan Talkshow Ibudarzi yang dilaksanakan pada hari
Minggu, 6 Mei 2012 serta acara demo masak yang dilaksanakan pada hari
Minggu, 13 Mei 2012 di Aula Kelurahan Pondok Aren.
4.1.3 Talkshow Ibudarzi
a Keterkaitan Masalah dengan Solusi
Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan kesehatan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-
2014 adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 20%. Guna
mempercepat pencapaian sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis
Departemen Kesehatan 2005-2009 telah ditetapkan 4 strategi utama,
yaitu 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup
sehat; 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas; 3) Meningkatkan sistem surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan, dan 4) Meningkatkan pembiayaan
kesehatan. Selanjutnya dari empat strategi utama tersebut telah
ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh
keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi.1
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) mengutamakan pendekatan
pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat
dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesejahteraaan mereka sendiri. Tujuan dari
pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah tumbuhnya
pengetahuan.2
Dari teori tersebut, untuk mewujudkan Kadarzi, dilakukan
pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan cara meningkatkan
pengetahuan tentang gizi di tingkat keluarga. Di dalam sebuah
keluarga, biasanya ibu berperan sebagai pengatur makanan keluarga.
Baik buruknya gizi balita sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tentang gizi. Oleh karena itu, diselenggarakan kegiatan talkshow
dengan tema “Budayakan Kadarzi untuk Mencegah Balita
Malnutrisi” yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu
tentang gizi dan cara mengatasi kesulitan makan pada balita.
b Keberhasilan
Menurut GR Terry (dalam Setya 2006), fungsi pokok manajemen
terdiri dari planning, organizing, actuating, and controling, yang
disingkat POAC. Masing-masing fungsi saling berkaitan dan
1 Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta: Departemen Kesehatan. 2007
2 Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta 2007
membentuk suatu sistem. Fungsi manajemen tersebut dapat menjadi
dasar bagi penilaian aspek Keberhasilan dari kegiatan
talkshowIbudarzi.
Penilaian tersebut yaitu :
1) Perencanaan (planning)
Menurut Terry, perencanaan adalah memilih dan menghubungkan
fakta-fakta, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan
masa yang akan datang, dalam gambaran dan perumusan kegiatan-
kegiatan yang diusulkan yang diperlukan guna mencapai hasil yang
diinginkan. Dalam acara talkshow Ibudarzi, tahapan perencanaan sudah
berhasil dilakukan pada saat penetapan kegiatan-kegiatan intervensi
pada akhir PBL 1.
2) Pengorganisasian (Organizing)
Terry mengatakan pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara
masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-
tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Tahap pengorganisasian telah dilaksanakan pada
saat rapat teknis acara talkshow Ibudarzi. Pada tahap ini, telah
disepakati komponen-komponen dari acara yang sesuai dengan
indikator input dan sudah berhasil terpenuhi yaitu :
a) Man : adanya narasumber, adanya notulis, hadirnya 15 panitia,
hadirnya peserta dengan target 70 orang
b) Money : tersedianya dana yang cukup dari fakultas.
c) Material : adanya rundown acara, TOR, tersebarnya undangan
sesuai dengan target sasaran, adanya 1 unit LCD, 1 unit laptop,
1 unit sound system, banner, 1 kamera digital, dan tempat
acara fix.
d) Time : acara dilaksanakan dengan tepat waktu dan tepat pada
tangal yang telah ditetapkan, yaitu pada hari Minggu, 6 Mei
2012 pukul 09.00 sampai 12.00 WIB.
e) Method : disampaikannya materi talkshow tentang Keluarga
Sadar Gizi (Kadarzi) dengan pembicara Ibu Hj. Farichah
Sulasiah, SKM, MKM dan tanya jawab
f) Market : kader posyandu dan ibu yang mempunyai balita
terutama dengan masalah gizi di RW 11, Kelurahan Pondok
Aren
3) Penggerakan (Actuating)
Terry menyatakan penggerakan adalah membuat semua anggota
kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta
bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian. Pada acara talkshow Ibudarzi, semua
komponen sumberdaya telah menjalankan fungsinya masing-masing,
sehingga acara dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat terlihat dari
jumlah peserta talkshow yang melebihi target, waktu penyuluhan
berjalan sesuai rundown acara, dan ketertarikan peserta terhadap
talkshow. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya yang
dikerahkan pada saat sosialisasi acara talkshow Ibudarzi menjalankan
tugasnya dengan baik.
4) Pengawasan (Controlling)
Terry menyatakan pengawasan itu menentukan apa yang telah
dicapai. Artinya menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu untuk
mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikian rupa, sehingga
hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pada acara talkshow ini pengawasan terhadap kegiatan ini
telah terpenuhi, dapat dilihat dari indikator output yaitu para peserta
mendapat tambahan pengetahuan terkait gizi. Hal ini dapat dilihat dari
hasil SPSS hasil pretest dan posttest pada lampiran....
Secara keseluruhan, acara talkshow Ibudarzi dinilai dari fungsi
manajemen yaitu POAC telah mencapai semua target yang telah
direncanakan pada indikator input, proses, dan output.
c Partisipasi Masyarakat
Kegiatan talkshow Ibudarzi di aula Kelurahan Pondok Aren
dilaksanakan dengan argumen bahwa pengetahuan tentang gizi pada
ibu-ibu di RW 11, terutama yang mempunyai balita, masih kurang. Hal
iini berdasarkan pada hasil dari PBL 1.
Kegiatan talkshow ini melibatkan ibu-ibu di RW 11, terutama
yang mempunyai balita, baik balita gizi baik (agar tidak menjadi gizi
kurang) maupun balita penderita gizi kurang (agar menjadi gizi baik).
Kegiatan talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang gizi ibu-ibu di RW 11, terutama yang mempunyai
balita. Dengan tujuan tersebut, dapat dikonsepkan kegiatan penyuluhan
ini menjadi kegiatan Pengembangan Masyarakat atau community
development pada masyarakat Kelurahan Pondok Aren.
d Keberlangsungan Kegiatan
Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan program intervensi selanjutnya. Metode yang
digunakan untuk menilai sustainable program adalah dengan
menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan sebuah
bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi
gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi siswa SMP
PGRI 371 (masyarakat kelurahan Pondok Aren) sebagai faktor
masukan (input),yang kemudian dikelompokan menurut kontribusinya
masing-masing. Pada analisis SWOT terdapat empat komponen dasar
penilaian, yakni:
1) S = Strange, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari organisasi atau program saat ini.
2) W = Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari organisasi atau program saat ini.
3) O = Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan
peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang
bagi organisasi di masa depan.
4) T = Threat, adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman
bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat
mengancam eksistensi organisasi di masa depan.
Analisa SWOT adalah sebuah alat analisis yang ditujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan
dihadapi dalam menjamin keberlangsungan program intervensi untuk
menyelesaikan masalah gizi buruk dan gizi kurang. Adapun alasan
penggunaan metode SWOT adalah sebagai berikut:
1) Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa
depan dengan melakukan pengkajian berdasarkan pengalaman
masa lamppau yang didukung oleh sumber daya dan kemampuan
yang dimiliki saat ini, kemudian akan diproyeksikan masa depan.
2) Untuk menganalisis kesempatan/peluang dan kekuatan untuk
membuat rencana jangka panjang.
3) Untuk mengantasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai
kecenderunagn menghasilkan rencana jangka pendek,yaitu rencana
untuk perbaikan.
4) Untuk mengidentifikasi faktor eksternal (O dan T) dan faktor
internal (S dan W).
Berikut ini merupakan hasil penilaian analisis SWOT untuk
acara talkshow Ibudarzi:
Tabel ----Analisis SWOT Talkshow Ibudarzi
di Kelurahan Pondok ArenTahun 2012
Kekuatan Kelemahan
1. Jumlah kader yang memadai
2. Adanya sarana dan prasarana yang
mendukung keberlangsungan program
3. Terdapatnya tempat (di masing-
masing posyandu) untuk melakukan
keberlangsungan program
4. Pihak Puskesmas Pondok Aren yang
kooperatif dan mendukung program
5. Pihak Kelurahan Pondok Aren yang
kooperatif
6. Tokoh masyarakat dan kader yang
mendukung program
1. Ibu-ibu yang sibuk dengan
pekerjaan rumah
2. Heterogenitas ibu-ibu peserta dari
berbagai kalangan (terutama tingkat
pendidikan) yang dapat
mempengaruhi daya tangkap materi
program
Peluang Ancaman
1. Antusiasme ibu-ibu akan acara di
wilayahnya
1. Ibu-ibu peserta membawa balita
yang dapat menggangu jalannya
program
Dari analisis SWOT di atas maka dibentuklah rencana strategi
untuk keberlangsungan program. Berikut ini adalah rencana strategi
yang telah disusun:
1) Membentuk Ikatan Ibu Sadar Gizi (Ibudarzi) dengan mengangkat
kader-kader posyandu di RW 11 (Bougenville, Kenanga, dan
Gladiol) sebagai Ibudarzi yang ditandai dengan adanya SK (Surat
Keputusan) dari Puskesmas Pondok Aren.
2) Membuat buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” untuk
meningkatkan pengetahuan tentang gizi di wilayah RW 11
Kelurahan Pondok Aren.
3) Menggerakkan Ibudarzi untuk menyampaikan materi yang ada di
buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” kepada ibu-ibu
yang berkunjung ke posyandu ketika ada kegiatan penimbangan
balita di posyandu.
Untuk menjaga keberlangsungan program tersebut, tim PBL
bekerjasama dengan kader-kader Posyandu di RW 11, dibawah
pengawasan Puskesmas Pondok Aren, untuk menyampaikan materi
yang ada di buku yang diberikan sehingga pengetahuan ibu-ibu dapat
meningkat.
4.1.4 Demo Masak Ibudarzi
a Keterkaitan Masalah dengan Solusi
Demo masak merupakan metode yang dipilih oleh kelompok
PBL dalam menangani kasus gizi kurang dan gizi buruk di RW 11.
Dari akar masalah yang berupa pengetahuan, dan melihat kasus
dilapangan, kami menyimpulkan bahwa ibu-ibu di RW 11 ini perlu
distimulasi untuk lebih kreatif dalam membuat makanan balita
mereka. Biasanya mereka hanya membuat makanan balita
sekadarnya saja sehingga balita menjadi bosan pada makanan
tersebut. Diharapan sesudah mendapatkan demo masak makanan
balita oleh ahli gizi, mereka akan lebih terstimulasi untuk membuat
aneka makanan yang menarik bagi balita sehingga kasus kesulitan
makan pada anak dapat diatasi. Gizi kurang dan gizi buruk dapat
berkurang.
Lomba masak merupakan bentuk implementasi dari adanya demo
masak. Peserta diharapkan dapat meresap dan menerapkan tips-tips
serta saran-saran dari ahli gizi yang telah melakukan demo masak.
Tim PBL memberikan resep menu sehat untuk balita agar dapat
menjadi inspirasi para peserta lomba pada saat lomba demo masak
digelar.
b Keberhasilan
Pada acara launching Kadarzi, demo masak, dan lomba masak
ada 2 target yang ditetapkan. Target jumlah peserta demo masak dan
jumlah peserta lomba masak. Pada peserta umum yang hadir
sebanyak 54 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta yang hadir
melebihi target yang telah ditentukan, yaitu 50 orang. Lalu peserta
lomba memasak yang hadir terdiri dari 4 tim yaitu 1 tim dari
perwakilan kader sekelurahan Pondok Aren dan perwakilan dari 3
Posyandu di RW 11 (Kenanga, Gladiol, dan Bougenville) dengan
masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta lomba memasak yang ditargetkan dapat hadir. Sumber daya
yang digunakan yaitu berupa tempat beserta sarana prasarananya
telah mendapat dukungan dan disediakan oleh Bapak Lurah Pondok
Aren.
c Partisipasi Masyarakat
Sambutan dan antusiasme peserta dan masyarakat sangatlah
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya semua peserta lomba, dan
keaktifan peserta dalam bertanya pada sesi demo masak. Semangat
dan antusiasme mereka di demo masak dibuktikan pada lomba
masak, yaitu dengan terhidangnya berbagai makanan balita yang
sangat enak dan sangat menarik untuk dikonsumsi balita. Kami
menggunakan balita untuk mencicipi makanan dan meminta mereka
memberitahukan kepada kami mana makanan yang enak dan mereka
sukai.
Acara ini didukung sepenuhnya oleh tokoh masyarakat, terutama
oleh Bapak Lurah Pondok Aren, dan Bapak RW 11 beserta istri.
Dalam acara ini, Bapak Lurah menyediakan tempat beserta kursi-
kursi untuk dipakai dalam acara ini. Masyarakat juga ikut
berpartisipasi dan mau membawa alat-alat masak mereka untuk
lomba masak.
d Keberlangsungan Kegiatan
Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan program intervensi selanjutnya. Metode yang
digunakan untuk menilai sustainable program adalah dengan
menggunakan analisis SWOT. Adapun analisis SWOT adalah
sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif
(memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi
masyarakat RW 11 Kelurahan Pondok Aren sebagai faktor
masukkan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya
masing-masing. Analisis ini terdiri dari empat komponen dasar
penilaian yaitu:
S = Strength, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan
dari program saat ini.
W = Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari program saat ini.
O = Oportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang
di luar program yang memberikan peluang berkembangnya program
di masa depan.
T = Threat, adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman di
luar program yang dapat mengancam eksistensi program di masa
depan
Analisis SWOT adalah sebuah alat analisis yang ditujukan untuk
menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan
dihadapi dalam menjamin keberlangsungan program intervensi untuk
menyelesaikan masalah gizi buruk dan kurang. Adapun alasan penggunaan
metode SWOT adalah sebagai berikut:
1. Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa
depan dengan melakukan pengkajian berdasarkan pengalaman masa
lampau yang didukung oleh sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki saat ini, kemudian akan diproyeksikan ke masa depan.
2. Untuk menganalisis kesempatan atau peluang dan kekuatan dalam
membuat rencanan jangka panjang.
3. Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai
kecendrungan menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana
untuk perbaikan.
4. Untuk mengidentifikasi faktor eksternal (O dan S) dan faktor internal
(S dan W).
Berikut ini merupakan hasil penilaian analisis SWOT untuk seluruh
kegiatan Ibudarzi:
Kekuatan Kelemahan
o Jumlah kader yang memadai
o Adanya sarana dan prasarana
yang mendukung
keberlangsungan program
o Terdapatnya tempat (di
masing-masing posyandu)
untuk melakukan
keberlangsungan program
o Pihak kelurahan Pondok Aren
yang kooperatif
o Tokoh masyarakat dan kader
yang mendukung program
o Pihak Puskesmas yang
kooperatif dan mendukung
o Ibu-ibu yang sibuk dengan
pekerjaan rumah
o Heterogenitas ibu-ibu peserta
dari berbagai kalangan (terutama
tingkat pendidikan) yang dapat
mempengaruhi daya tangkap
materi program
program
Peluang Ancaman
o Antusiasme ibu-ibu akan acara
di wilayahnya
o Ibu-ibu peserta membawa balita
yang dapat menggangu jalannya
program
Strategi keberlangsungan program Ibudarzi:
Dari analisis SWOT di atas maka dibentuklah rencana strategi untuk
keberlangsungan program. Berikut ini adalah rencana strategi yang telah
disusun:
1. Membentuk Ikatan Ibu Sadar Gizi (Ibudarzi) dengan mengangkat
kader-kader posyandu di RW 11 sebagai Ibudarzi yang ditandai
dengan adanya SK (Surat Keputusan) dari Puskesmas Pondok Aren
2. Membuat buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” guna
membentuk pengetahuan tentang gizi di wilayah RW 11 Kelurahan
Pondok Aren
3. Menggerakkan Ibudarzi untuk menyampaikan materi yang ada di
buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” kepada ibu-ibu yang
berkunjung ke posyandu ketika ada kegiatan penimbangan balita di
posyandu.
4.2 Nonton Bareng Film Sehat Pakdarzi (Bapak Sadar Gizi)
4.2.1 Keterkaitan Masalah dengan Solusi
Pada pengambilan masalah di Pengalaman Belajar Lapangan I,
didapatkan masalah gizi kurang yang ber-spot area di RW 11 Kelurahan
Pondok Aren. Pada Pengalaman Belajar Lapangan II ini ada beberapa
program yang berkaitan dengan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) diantaranya
adalah Ibu Sadar Gizi (Budarzi), Bapak Sadar Gizi (Pakdarzi), dan Remaja
Sadar Gizi (Radarzi).
Dalam program Pakdarzi yang dilaksanakan di lingkungan RW 11
Kelurahan Pondok Aren dan sasarannya adalah bapak-bapak dengan
kegiatan menonton bersama video mengenai kesehatan agar terdapat daya
tarik dalam program ini. Dalam video tersebut terwakili beberapa materi
kesehatan yang berkaitan dengan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) untuk
mencegah malnutrisi bagi keluarga diantaranya adalah mendukung ibu
menyusui (ASI), makan beranekaragam makanan, memantau
perkembangan bayi dan balita, sarapan pagi dan menggunakan garam
beryodium serta ada beberapa penambahan materi seperti bahaya merokok
dan kerusakan lingkungan.
Teori yang digunakan pada program ini adalah Teori Lawrence
Green. Pada teori ini, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Faktor
perilaku sendiri terbagi atas 3 bentuk:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
saran-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari teori tersebut program Pakdarzi dalam kegiatan menonton
bersama video tentang kesehatan masuk ke dalam faktor predisposisi
pengetahuan. Pengetahuan yang diberikan melalui bentuk visual yang akan
ditangkap dan diolah maksud dan tujuannya secara individu, kemudian
memunculkan satu awareness atau kesadaran (motivasi) dari dalam
individu tersebut yang dapat mempengaruhi perubahan sikap.
Faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu
Pengetahuan
Sikap
Ekonomi
Sosial Budaya
Geografis
Informasi
DukunganDukungan Suami
ANC(Antenatal Care)
BudayaPendapatanTingkat Pendidikan
Dalam teori lain yaitu Teori WHO, yang menyebabkan orang
berperilaku ada 4, yaitu pengetahuan dan persepsi, kepercayaan, sikap, dan
penilaian-penilaian terhadap objek. Keterkaitan kegiatan menonton bersama
video tentang kesehatan adalah pengetahuan dan sikap. Jika masyarakat
antusias terhadap materi yang disampaikan, maka memungkinkan adanya
motivasi yang dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik sesuai
dengan pengetahuan atau pengalaman yang diberikan.
Kerangka Teori
Sumber: Bobak (2004), Musbikin (2008), Dagun (2002), Arief
(2008)
Dalam kerangka teori tersebut, faktor yang mempengaruhi perilaku
ibu salah satunya dukungan suami. Jika suami mendukung ibu untuk
berperilaku sehat maka ibu akan mengikuti dukungan suami tersebut. Oleh
sebab itu, program Pakdarzi tersebut dapat menjadi pelengkap menuju
Kadarzi.
4.2.2 Keberhasilan
Menurut GR Terry (dalam Setya 2006), fungsi pokok manajemen
terdiri dari planning, organizing, actuating, and controling, yang disingkat
POAC. Fungsi manajemen tersebut dapat menjadi dasar bagi penilaian
aspek Keberhasilan dari kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat
Pakdarzi. Penilaian tersebut antara lain:
a. Perencanaan (Planning)
Dalam acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi, tahapan
perencanaan sudah berhasil dilakukan pada saat penetapan kegiatan-
kegiatan intervensi pada akhir PBL 1.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Tahap pengorganisasian telah dilaksanakan pada saat rapat teknis acara
Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi. Pada tahap ini, telah
disepakati komponen-komponen dari acara yang sesuai dengan indikator
input, antara lain:
1) Man : Hadirnya panitia sebanyak 15 (lima belas) orang dan hadirnya
peserta berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang yakni 9 (sembilan) orang
sasaran dan 14 (empat belas) orang diantaranya merupakan tokoh
masyarakat. Target peserta berjumlah 50 (lima puluh) orang,
sehingga dikatakan target peserta tidak tercapai. Hal ini terjadi karena
kurangnya partisipasi aktif dari bapak-bapak di RW 11 terhadap
kegiatan yang diselenggarakan di wilayah tersebut. Selain itu, cuaca
kurang mendukung yaitu hujan sehingga banyak yang tidak hadir ke
acara ini.
2) Money : Tersedianya dana yang cukup dari fakultas.
3) Material : Kesemua material ini tercapai yaitu adanya lembar check
list, rundon acara, 1 unit LCD, 1 unit laptop, 1 unitmic, 1 unit
speaker, 1 unit meja, 2 unit alat tensi, tersebarnya surat undangan dan
lembar leaflet sebanyak lebih dari 200 lembar.
4) Time : Acara dilaksanakan tidak pada tanggal yang ditetapkan
karena adanya acara dadakan di Musholla Anu-Nur tersebut dan
memiliki keterlambatan waktu karena peserta terlambat hadir.
5) Method : Disampaikannya materi Nobar (Nonton Bareng) Film
Sehat Pakdarzi berupa video kesehatan dengan narasumber dari tim
PBL yaitu Morrys Antoniusman dan Rahma Malika serta kegiatan
tanya jawab.
6) Market : Bapak yang memiliki balita di RW 11, Kelurahan
Pondok Aren.
c. Penggerakan (Aactuating)
Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi, semua
komponen sumberdaya telah menjalankan fungsinya masing-masing,
sehingga acara dapat berjalan dengan baik meskipun jumlah peserta tidak
memenuhi target. Dikatakan berjalan baik adalah meskipun peserta yang
hadir tidak memenuhi target tetapi antusias dan ketertarikan peserta
terhadap acara yang diberikan cukup tinggi. Ketertarikan peserta dapat
dilihat dari hasil kuesioner yang menunjukkan 100% peserta menyatakan
acara yang diadakan menarik. Selain itu, acara ini dihadiri oleh beberapa
tokoh masyarakat seperti ketua RW 11, beberapa Ketua RT di
lingkungan RW 11 dan tokoh agama.
d. Pengendalian (Controllung)
Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi ini
pengendalian atau pengawasan terhadap kegiatan ini telah terpenuhi,
dapat dilihat dari indikator output yaitu kepuasan peserta terhadap acara
dan motivasi peserta untuk menerapkan KADARZI mencapai target yang
ditentukan. Persentase kepuasan peserta terhadap kegiatan Nobar
(Nonton Bareng) Film Sehat mencapai 100%. Hal ini tidak terlepas dari
materi acara yang menarik, adanya komunikasi dua arah antara peserta
dengan penyaji materi pada sesi tanya jawab dan doorprize yang
membuat acara menjadi lebih ramai. Selain itu, persentase peserta yang
termotivasi untuk menerapkan KADARZI dalam kehidupan sehari-hari
juga mencapai 100%.
4.2.3 Partisipasi Masyarakat
Kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini melibatkan bapak-
bapak yang memiliki balita di lingkungan RW 11 yang bertujuan mampu
memotivasi Bapak dalam menerapkan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)
sehingga diharapkan bapak-bapak lebih peduli terhadap kesehatan keluarga
dalam menjaga gizi yang seimbang dan mencegah terjadinya malnutrisi di
keluarganya. Dari tujuan tersebut dapat dikonsepkan bahwa kegiatan ini
menjadi kegiatan Pengembangan Masyarakat atau community development
karena dapat dilanjutkan di internal keluarga tersebut.
Pada kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini diinformasikan
bahwa bapak mempunyai peran yang penting dengan cara mengenalkan
masalah kesehatan terkait pengetahuan tentang peran bapak dalam
mendukung program ASI eksklusif, makan beranekaragam makanan,
memantau perkembangan bayi dan balita, sarapan pagi dan menggunakan
garam beryodium serta ada beberapa penambahan materi seperti bahaya
merokok dan kerusakan lingkungan.
4.2.4 Keberlangsungan Kegiatan
Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan program intervensi selanjutnya.
Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini tidak untuk
keberlanjutan program. Mengingat bahwa Pakdazi yang melibatkan bapak-
bapak di lingkungan RW 11 hanya sebagai sasaran sekunder saja. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pakdarzi ini tidak dapat menjadi
sustainable program.
4.3 Training of Trainer (TOT) Radarzi (Remaja Sadar Gizi)
4.3.1 Keterkaitan Masalah dengan Solusi
4.3.2 Keberhasilan
4.3.3 Partisipasi Masyarakat
4.3.4 Keberlangsungan Kegiatan