33
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ibudarzi (Ibu Sadar Gizi) 4.1.1 Posko Pemeriksaan Kesehatan dan Konsultasi Gizi a Keterkaitan Masalah dengan Solusi Pada dasarnya kegiatan Posko Kesehatan merupakan strategi tim untuk melakukan promosi kegiatan-kegiatan intervensi pada PBL II. Namun kegiatan kemudian ini diisi juga dengan kegiatan lain yaitu Konsultasi Gizi. Sehingga kedua kegiatan tersebut terintegrasi dalam satu agenda kegiatan. Disamping sebagai langkah promosi kegiatan yang lain, kegiatan ini juga bertujuan untuk menanggulangi masalah berkaitan dengan balita gizi kurang. Hal tersebut dimanifestasikan dengan pemberian materi pada sesi Konsultasi Gizi berupa “menu balita” dan “tumbuh kembang anak”. Pemberian materi tersebut dimaksudkan menjadi stimulus kepada masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu agar lebih peduli terhadap pemberian nutrisi pada balita. Pada dasarnya perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar (Hosland, et al: 1953). Pada tahapan proses belajar seseorang selalu

BAB IV

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Ibudarzi (Ibu Sadar Gizi)

4.1.1 Posko Pemeriksaan Kesehatan dan Konsultasi Gizi

a Keterkaitan Masalah dengan Solusi

Pada dasarnya kegiatan Posko Kesehatan merupakan strategi tim untuk

melakukan promosi kegiatan-kegiatan intervensi pada PBL II. Namun

kegiatan kemudian ini diisi juga dengan kegiatan lain yaitu Konsultasi

Gizi. Sehingga kedua kegiatan tersebut terintegrasi dalam satu agenda

kegiatan. Disamping sebagai langkah promosi kegiatan yang lain,

kegiatan ini juga bertujuan untuk menanggulangi masalah berkaitan

dengan balita gizi kurang. Hal tersebut dimanifestasikan dengan

pemberian materi pada sesi Konsultasi Gizi berupa “menu balita” dan

“tumbuh kembang anak”. Pemberian materi tersebut dimaksudkan

menjadi stimulus kepada masyarakat sekitar khususnya ibu-ibu agar

lebih peduli terhadap pemberian nutrisi pada balita.

Pada dasarnya perubahan perilaku merupakan hasil dari proses belajar

(Hosland, et al: 1953). Pada tahapan proses belajar seseorang selalu

menerima informasi yang digunakan sebagai bahan acuan untuk

mengambil sikap dan tindakan. Informasi yang diterima oleh seseorang

dapat bersumber dari semua yang ada di sekitarnya. Kemudaian

informasi ini menjadi stimulus bagi seseorang. Maka dari itu,

pemberian materi pada kegiatan Konsultasi Gizi dimaksudkan menjadi

stimulus bagi masyarakat RW 11 agar mengambil sikap peduli

terhadap nutrisi balita. Sehingga dari kepedulian tersebut diharapkan

akan timbul perubahan perilaku terkait pemenuhan nutrisi balita secara

seimbang.

Page 2: BAB IV

b Keberhasilan

Kegiatan ini hakekatnya tidak terdapat pada rencana

kerja (RK) awal tim PBL. Namun Posko Kesehatan dan

Konsultasi gizi justru berhasil dilaksanakan empat kali

selama PBL II. Pelaksanaan kegiatan ini tidak kalah

pentingnya dengan kegiatan-kegiatan yang sudah

terdapat di RK awal. Pemberian jasa pemeriksaan tanpa

dipungut biaya terbilang sangat efektif untuk

mengundang masyarakat sekitar datang ke posko tim

PBL. Hal tersebut sangat mempermudah promosi tim

terkait kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu antusias

masyarakat untuk menyimak materi “menu balita” dan

‘tumbuh kembang anak” membuat kegiatan ini harus

dilaksanakan empat kali selama PBL II.

c Partisipasi Masyarakat

Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu mengatasi

masalah-masalah kesehatan dengan cara menggali potensi-potensi yang

ada (Soekidjo: 2007). Sementara itu kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan gizi balita kepada masyarakat khususnya

ibu-ibu. Pengetahuan tersebut merupakan landasan dasar bagi

masyarak tersebut agar berdaya dalam menanggulangi masalah gizi

balita secara mandiri.

Posko Kesehatan yang dilaksanakan di basecamp tim PBL juga

bertujuan agar masyarakat sekitar mandiri dalam memenuhi kebutuhan

mereka. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan informasi yang

dapat menjadi dasar pengambilan sikap dan tindakan. Secara

keseluruhan terdapat 86 ibu-ibu baik yang mempunyai balita maupun

tidak yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Angka tersebut cukup

menggambarkan antusiasme masyarakat dalam upaya memenuhi

kebutuhan informasi.

Page 3: BAB IV

d Keberlangsungan Kegiatan

Keberlangsungan kegiatan pada Posko Kesehatan dan Konsultasi Gizi

lebih ditekankan pada output yang dihasilkan. Tujuan kegiatan yang

bermuara pada pembentukan karakter masyarakat yang mandiri

diharapkan akan terus berlanjut seiring dengan program-program

pemerintah melalui Puskesmas Pondok Aren. Pemebentukan karakter

tersebut sendiri sudah dijelaskan diatas yaitu dengan membangun

pengetahuan masyarakat sekitar.

Keberlangsungan suatu kegiatan tidak terlepas dari berbagai faktor.

Berdasarkan hasil analisa lapangan maka didapatkan:

a) Faktor Pendukung

Walaupun kegiatan posko pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gizi

tidak direncanakan sehingga konsep dan anggaran tidak ada di

rencana Kerja awal, namun kegiatan ini dapat berjalan dengan

beberapa faktor pendukung yaitu:

1. Tim PBL mendapatkan bantuan alat-alat seperi stetoscope,

tensimeter, dan alat cek gula darah.

2. Kemampuan individu yang dimiliki beberapa anggota tim PBL

seperti konseling dan pemakaian alat.

3. Antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini.

4. Ketersediaan materi konsultasi.

5. Penyampaian materi yang interaktif dan sederhana.

b) Faktor Penghambat

Berdasarkan rencana kerja (RK) awal Tim PBL, kegiatan posko

pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gizi tidak direncanakan.

Namun ketika terjun ke lapangan, kegiatan ini kemudian diadakan

Page 4: BAB IV

berdasarkan kesepakatan tim dan dosen pembimbing fakultas. Hal ini

sebagai strategi untuk sosialisasi kegiatan yang lain. Berikut faktor

penghambat dari kegiatan posko pemeriksaan kesehatan:

1. Perlengkapan kegiatan tidak dianggarkan diawal PBL sehingga

harus mengambil anggaran dari kegiatan yang lain.

2. Konsep dan materi konsultasi gizi dibuat ketika sudah tahap

pelaksanaan PBL sehingga penyempurnaan materi seiring

pelaksanaan kegiatan.

3. Waktu pelaksanaan yang tentatif dan bergantung dengan kegiatan

PBL yang lain dan kegiatan masyarakat.

4.1.2 Demo Gizi Ibudarzi

a Keterkaitan Masalah dengan Solusi

Demo gizi merupakan metode selanjutnya yang dilakukan sebagai

inisiasi adanya acara talkshow dan demo masak. Demo gizi ini dilakukan

pada saat arisan ibu-ibu di RT 03 dan RT 05 di RW 11 pada hari Sabtu, 5

Mei 2012.. Dalam demo gizi, disampaikan tips-tips cara menjaga

kandungan zat gizi dalam makanan balita saat dimasak, serta mencoba

menarik ibu-ibu untuk lebih kreatif dalam menyiapkan makanan balita

mereka, hal ini dicontohkan oleh tim PBL dengan membawa makanan

balita yang sudah jadi dan memberikan resep kepada ibu-ibu arisan. Cara

ini cukup membuat ibu-ibu tertarik dan banyak dari ibu-ibu yang bertanya

mengenai masalah kesulitan pada anaknya dan bagaimana mensiasatinya

melalui makanan balita.

Demo gizi dilakukan sebagai metode penyuluhan secara visual dan

verbal. Dengan demikian, maksud pesan dapat ditangkap dengan jelas, dan

mudah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Dari metode yang

dilakukan saat demo gizi ini, banyak peserta yang ingin tahu sehingga

mendorong mereka untuk bertanya, baik mengenai materi yang

disampaikan ataupun masalah gizi pada balita mereka masing-masing.

Page 5: BAB IV

b Keberhasilan

Target pada kegiatan ini adalah disampaikannya materi tentang cara

pengolahan makanan yang baik untuk balita dan informasi untuk

meningkatkan kekreatifitasan ibu dalam mengolah makanan balita dan

adanya tanya jawab antara penyampai materi dengan peserta arisan di RT

03 dan 05. Dua hal ini telah tercapai. Daftar nama peserta arisan yang

mengikuti tensi dapat dilihat dalam lampiran

c Partisipasi Masyarakat

Kegiatan ini didukung oleh tokoh masyarakat yaitu Ibu RW 11. Beliau

yang mengenalkan dan memberikan ijin pada semua kegiatan kami.

Partisipasi dari masyarakat pun cukup bagus. Mereka menyambut baik

kedatangan kami, bahkan menjamu kami, mau bertanya dan mau

menggunakan jasa yang kami sediakan yaitu tensi dan konsultasi gizi

sesudah acara arisan. Sumber daya pelaksanaan demo gizi ini dibagi

menjadi dua tim mengingat demo gizi dilakukan pada dua RT dalam waktu

dan hari yang sama.

d Keberlangsungan Kegiatan

Kegiatan dalam arisan ini merupakan suatu cara sosialisasi dan

pendekatan untuk kegiatan Talkshow Ibudarzi yang dilaksanakan pada hari

Minggu, 6 Mei 2012 serta acara demo masak yang dilaksanakan pada hari

Minggu, 13 Mei 2012 di Aula Kelurahan Pondok Aren.

4.1.3 Talkshow Ibudarzi

a Keterkaitan Masalah dengan Solusi

Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan kesehatan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-

2014 adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi 20%. Guna

mempercepat pencapaian sasaran tersebut, di dalam Rencana Strategis

Departemen Kesehatan 2005-2009 telah ditetapkan 4 strategi utama,

yaitu 1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup

Page 6: BAB IV

sehat; 2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas; 3) Meningkatkan sistem surveilans,

monitoring dan informasi kesehatan, dan 4) Meningkatkan pembiayaan

kesehatan. Selanjutnya dari empat strategi utama tersebut telah

ditetapkan 17 sasaran prioritas, satu diantaranya adalah seluruh

keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi.1

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) mengutamakan pendekatan

pemberdayaan keluarga, pemberdayaan masyarakat, peningkatan

cakupan dan kualitas pelayanan didukung kerjasama lintas sektor.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan

meningkatkan kesejahteraaan mereka sendiri. Tujuan dari

pemberdayaan masyarakat salah satunya adalah tumbuhnya

pengetahuan.2

Dari teori tersebut, untuk mewujudkan Kadarzi, dilakukan

pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan cara meningkatkan

pengetahuan tentang gizi di tingkat keluarga. Di dalam sebuah

keluarga, biasanya ibu berperan sebagai pengatur makanan keluarga.

Baik buruknya gizi balita sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu

tentang gizi. Oleh karena itu, diselenggarakan kegiatan talkshow

dengan tema “Budayakan Kadarzi untuk Mencegah Balita

Malnutrisi” yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

tentang gizi dan cara mengatasi kesulitan makan pada balita.

b Keberhasilan

Menurut GR Terry (dalam Setya 2006), fungsi pokok manajemen

terdiri dari planning, organizing, actuating, and controling, yang

disingkat POAC. Masing-masing fungsi saling berkaitan dan

1 Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta: Departemen Kesehatan. 2007

2 Soekidjo Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta 2007

Page 7: BAB IV

membentuk suatu sistem. Fungsi manajemen tersebut dapat menjadi

dasar bagi penilaian aspek Keberhasilan dari kegiatan

talkshowIbudarzi.

Penilaian tersebut yaitu :

1) Perencanaan (planning)

Menurut Terry, perencanaan adalah memilih dan menghubungkan

fakta-fakta, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan

masa yang akan datang, dalam gambaran dan perumusan kegiatan-

kegiatan yang diusulkan yang diperlukan guna mencapai hasil yang

diinginkan. Dalam acara talkshow Ibudarzi, tahapan perencanaan sudah

berhasil dilakukan pada saat penetapan kegiatan-kegiatan intervensi

pada akhir PBL 1.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Terry mengatakan pengorganisasian adalah tindakan

mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara

masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara

efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-

tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk mencapai

tujuan dan sasaran. Tahap pengorganisasian telah dilaksanakan pada

saat rapat teknis acara talkshow Ibudarzi. Pada tahap ini, telah

disepakati komponen-komponen dari acara yang sesuai dengan

indikator input dan sudah berhasil terpenuhi yaitu :

a) Man : adanya narasumber, adanya notulis, hadirnya 15 panitia,

hadirnya peserta dengan target 70 orang

b) Money : tersedianya dana yang cukup dari fakultas.

c) Material : adanya rundown acara, TOR, tersebarnya undangan

sesuai dengan target sasaran, adanya 1 unit LCD, 1 unit laptop,

1 unit sound system, banner, 1 kamera digital, dan tempat

acara fix.

Page 8: BAB IV

d) Time : acara dilaksanakan dengan tepat waktu dan tepat pada

tangal yang telah ditetapkan, yaitu pada hari Minggu, 6 Mei

2012 pukul 09.00 sampai 12.00 WIB.

e) Method : disampaikannya materi talkshow tentang Keluarga

Sadar Gizi (Kadarzi) dengan pembicara Ibu Hj. Farichah

Sulasiah, SKM, MKM dan tanya jawab

f) Market : kader posyandu dan ibu yang mempunyai balita

terutama dengan masalah gizi di RW 11, Kelurahan Pondok

Aren

3) Penggerakan (Actuating)

Terry menyatakan penggerakan adalah membuat semua anggota

kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta

bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan

usaha-usaha pengorganisasian. Pada acara talkshow Ibudarzi, semua

komponen sumberdaya telah menjalankan fungsinya masing-masing,

sehingga acara dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat terlihat dari

jumlah peserta talkshow yang melebihi target, waktu penyuluhan

berjalan sesuai rundown acara, dan ketertarikan peserta terhadap

talkshow. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya yang

dikerahkan pada saat sosialisasi acara talkshow Ibudarzi menjalankan

tugasnya dengan baik.

4) Pengawasan (Controlling)

Terry menyatakan pengawasan itu menentukan apa yang telah

dicapai. Artinya menilai hasil pekerjaan dan apabila perlu untuk

mengadakan tindakan-tindakan pembetulan sedemikian rupa, sehingga

hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya. Pada acara talkshow ini pengawasan terhadap kegiatan ini

telah terpenuhi, dapat dilihat dari indikator output yaitu para peserta

mendapat tambahan pengetahuan terkait gizi. Hal ini dapat dilihat dari

hasil SPSS hasil pretest dan posttest pada lampiran....

Page 9: BAB IV

Secara keseluruhan, acara talkshow Ibudarzi dinilai dari fungsi

manajemen yaitu POAC telah mencapai semua target yang telah

direncanakan pada indikator input, proses, dan output.

c Partisipasi Masyarakat

Kegiatan talkshow Ibudarzi di aula Kelurahan Pondok Aren

dilaksanakan dengan argumen bahwa pengetahuan tentang gizi pada

ibu-ibu di RW 11, terutama yang mempunyai balita, masih kurang. Hal

iini berdasarkan pada hasil dari PBL 1.

Kegiatan talkshow ini melibatkan ibu-ibu di RW 11, terutama

yang mempunyai balita, baik balita gizi baik (agar tidak menjadi gizi

kurang) maupun balita penderita gizi kurang (agar menjadi gizi baik).

Kegiatan talkshow ini bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang gizi ibu-ibu di RW 11, terutama yang mempunyai

balita. Dengan tujuan tersebut, dapat dikonsepkan kegiatan penyuluhan

ini menjadi kegiatan Pengembangan Masyarakat atau community

development pada masyarakat Kelurahan Pondok Aren.

d Keberlangsungan Kegiatan

Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin

keberlangsungan program intervensi selanjutnya. Metode yang

digunakan untuk menilai sustainable program adalah dengan

menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan sebuah

bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi

gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi siswa SMP

PGRI 371 (masyarakat kelurahan Pondok Aren) sebagai faktor

masukan (input),yang kemudian dikelompokan menurut kontribusinya

masing-masing. Pada analisis SWOT terdapat empat komponen dasar

penilaian, yakni:

1) S = Strange, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari organisasi atau program saat ini.

Page 10: BAB IV

2) W = Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan

kelemahan dari organisasi atau program saat ini.

3) O = Opportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan

peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang

bagi organisasi di masa depan.

4) T = Threat, adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman

bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat

mengancam eksistensi organisasi di masa depan.

Analisa SWOT adalah sebuah alat analisis yang ditujukan untuk

menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan

dihadapi dalam menjamin keberlangsungan program intervensi untuk

menyelesaikan masalah gizi buruk dan gizi kurang. Adapun alasan

penggunaan metode SWOT adalah sebagai berikut:

1) Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa

depan dengan melakukan pengkajian berdasarkan pengalaman

masa lamppau yang didukung oleh sumber daya dan kemampuan

yang dimiliki saat ini, kemudian akan diproyeksikan masa depan.

2) Untuk menganalisis kesempatan/peluang dan kekuatan untuk

membuat rencana jangka panjang.

3) Untuk mengantasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai

kecenderunagn menghasilkan rencana jangka pendek,yaitu rencana

untuk perbaikan.

4) Untuk mengidentifikasi faktor eksternal (O dan T) dan faktor

internal (S dan W).

Page 11: BAB IV

Berikut ini merupakan hasil penilaian analisis SWOT untuk

acara talkshow Ibudarzi:

Tabel ----Analisis SWOT Talkshow Ibudarzi

di Kelurahan Pondok ArenTahun 2012

Kekuatan Kelemahan

1. Jumlah kader yang memadai

2. Adanya sarana dan prasarana yang

mendukung keberlangsungan program

3. Terdapatnya tempat (di masing-

masing posyandu) untuk melakukan

keberlangsungan program

4. Pihak Puskesmas Pondok Aren yang

kooperatif dan mendukung program

5. Pihak Kelurahan Pondok Aren yang

kooperatif

6. Tokoh masyarakat dan kader yang

mendukung program

1. Ibu-ibu yang sibuk dengan

pekerjaan rumah

2. Heterogenitas ibu-ibu peserta dari

berbagai kalangan (terutama tingkat

pendidikan) yang dapat

mempengaruhi daya tangkap materi

program

Peluang Ancaman

1. Antusiasme ibu-ibu akan acara di

wilayahnya

1. Ibu-ibu peserta membawa balita

yang dapat menggangu jalannya

program

Dari analisis SWOT di atas maka dibentuklah rencana strategi

untuk keberlangsungan program. Berikut ini adalah rencana strategi

yang telah disusun:

1) Membentuk Ikatan Ibu Sadar Gizi (Ibudarzi) dengan mengangkat

kader-kader posyandu di RW 11 (Bougenville, Kenanga, dan

Gladiol) sebagai Ibudarzi yang ditandai dengan adanya SK (Surat

Keputusan) dari Puskesmas Pondok Aren.

Page 12: BAB IV

2) Membuat buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” untuk

meningkatkan pengetahuan tentang gizi di wilayah RW 11

Kelurahan Pondok Aren.

3) Menggerakkan Ibudarzi untuk menyampaikan materi yang ada di

buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” kepada ibu-ibu

yang berkunjung ke posyandu ketika ada kegiatan penimbangan

balita di posyandu.

Untuk menjaga keberlangsungan program tersebut, tim PBL

bekerjasama dengan kader-kader Posyandu di RW 11, dibawah

pengawasan Puskesmas Pondok Aren, untuk menyampaikan materi

yang ada di buku yang diberikan sehingga pengetahuan ibu-ibu dapat

meningkat.

4.1.4 Demo Masak Ibudarzi

a Keterkaitan Masalah dengan Solusi

Demo masak merupakan metode yang dipilih oleh kelompok

PBL dalam menangani kasus gizi kurang dan gizi buruk di RW 11.

Dari akar masalah yang berupa pengetahuan, dan melihat kasus

dilapangan, kami menyimpulkan bahwa ibu-ibu di RW 11 ini perlu

distimulasi untuk lebih kreatif dalam membuat makanan balita

mereka. Biasanya mereka hanya membuat makanan balita

sekadarnya saja sehingga balita menjadi bosan pada makanan

tersebut. Diharapan sesudah mendapatkan demo masak makanan

balita oleh ahli gizi, mereka akan lebih terstimulasi untuk membuat

aneka makanan yang menarik bagi balita sehingga kasus kesulitan

makan pada anak dapat diatasi. Gizi kurang dan gizi buruk dapat

berkurang.

Lomba masak merupakan bentuk implementasi dari adanya demo

masak. Peserta diharapkan dapat meresap dan menerapkan tips-tips

serta saran-saran dari ahli gizi yang telah melakukan demo masak.

Page 13: BAB IV

Tim PBL memberikan resep menu sehat untuk balita agar dapat

menjadi inspirasi para peserta lomba pada saat lomba demo masak

digelar.

b Keberhasilan

Pada acara launching Kadarzi, demo masak, dan lomba masak

ada 2 target yang ditetapkan. Target jumlah peserta demo masak dan

jumlah peserta lomba masak. Pada peserta umum yang hadir

sebanyak 54 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peserta yang hadir

melebihi target yang telah ditentukan, yaitu 50 orang. Lalu peserta

lomba memasak yang hadir terdiri dari 4 tim yaitu 1 tim dari

perwakilan kader sekelurahan Pondok Aren dan perwakilan dari 3

Posyandu di RW 11 (Kenanga, Gladiol, dan Bougenville) dengan

masing-masing tim terdiri dari 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa

peserta lomba memasak yang ditargetkan dapat hadir. Sumber daya

yang digunakan yaitu berupa tempat beserta sarana prasarananya

telah mendapat dukungan dan disediakan oleh Bapak Lurah Pondok

Aren.

c Partisipasi Masyarakat

Sambutan dan antusiasme peserta dan masyarakat sangatlah

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hadirnya semua peserta lomba, dan

keaktifan peserta dalam bertanya pada sesi demo masak. Semangat

dan antusiasme mereka di demo masak dibuktikan pada lomba

masak, yaitu dengan terhidangnya berbagai makanan balita yang

sangat enak dan sangat menarik untuk dikonsumsi balita. Kami

menggunakan balita untuk mencicipi makanan dan meminta mereka

memberitahukan kepada kami mana makanan yang enak dan mereka

sukai.

Acara ini didukung sepenuhnya oleh tokoh masyarakat, terutama

oleh Bapak Lurah Pondok Aren, dan Bapak RW 11 beserta istri.

Page 14: BAB IV

Dalam acara ini, Bapak Lurah menyediakan tempat beserta kursi-

kursi untuk dipakai dalam acara ini. Masyarakat juga ikut

berpartisipasi dan mau membawa alat-alat masak mereka untuk

lomba masak.

d Keberlangsungan Kegiatan

Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin

keberlangsungan program intervensi selanjutnya. Metode yang

digunakan untuk menilai sustainable program adalah dengan

menggunakan analisis SWOT. Adapun analisis SWOT adalah

sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif

(memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi

masyarakat RW 11 Kelurahan Pondok Aren sebagai faktor

masukkan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya

masing-masing. Analisis ini terdiri dari empat komponen dasar

penilaian yaitu:

S = Strength, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan

dari program saat ini.

W = Weakness, adalah situasi atau kondisi yang merupakan

kelemahan dari program saat ini.

O = Oportunity, adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang

di luar program yang memberikan peluang berkembangnya program

di masa depan.

T = Threat, adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman di

luar program yang dapat mengancam eksistensi program di masa

depan

Analisis SWOT adalah sebuah alat analisis yang ditujukan untuk

menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau yang mungkin akan

dihadapi dalam menjamin keberlangsungan program intervensi untuk

menyelesaikan masalah gizi buruk dan kurang. Adapun alasan penggunaan

metode SWOT adalah sebagai berikut:

Page 15: BAB IV

1. Untuk melakukan perencanaan dalam upaya mengantisipasi masa

depan dengan melakukan pengkajian berdasarkan pengalaman masa

lampau yang didukung oleh sumber daya dan kemampuan yang

dimiliki saat ini, kemudian akan diproyeksikan ke masa depan.

2. Untuk menganalisis kesempatan atau peluang dan kekuatan dalam

membuat rencanan jangka panjang.

3. Untuk mengatasi ancaman dan kelemahan yang mempunyai

kecendrungan menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu rencana

untuk perbaikan.

4. Untuk mengidentifikasi faktor eksternal (O dan S) dan faktor internal

(S dan W).

Berikut ini merupakan hasil penilaian analisis SWOT untuk seluruh

kegiatan Ibudarzi:

Kekuatan Kelemahan

o Jumlah kader yang memadai

o Adanya sarana dan prasarana

yang mendukung

keberlangsungan program

o Terdapatnya tempat (di

masing-masing posyandu)

untuk melakukan

keberlangsungan program

o Pihak kelurahan Pondok Aren

yang kooperatif

o Tokoh masyarakat dan kader

yang mendukung program

o Pihak Puskesmas yang

kooperatif dan mendukung

o Ibu-ibu yang sibuk dengan

pekerjaan rumah

o Heterogenitas ibu-ibu peserta

dari berbagai kalangan (terutama

tingkat pendidikan) yang dapat

mempengaruhi daya tangkap

materi program

Page 16: BAB IV

program

Peluang Ancaman

o Antusiasme ibu-ibu akan acara

di wilayahnya

o Ibu-ibu peserta membawa balita

yang dapat menggangu jalannya

program

Strategi keberlangsungan program Ibudarzi:

Dari analisis SWOT di atas maka dibentuklah rencana strategi untuk

keberlangsungan program. Berikut ini adalah rencana strategi yang telah

disusun:

1. Membentuk Ikatan Ibu Sadar Gizi (Ibudarzi) dengan mengangkat

kader-kader posyandu di RW 11 sebagai Ibudarzi yang ditandai

dengan adanya SK (Surat Keputusan) dari Puskesmas Pondok Aren

2. Membuat buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” guna

membentuk pengetahuan tentang gizi di wilayah RW 11 Kelurahan

Pondok Aren

3. Menggerakkan Ibudarzi untuk menyampaikan materi yang ada di

buku “Pedoman Menuju Keluarga Sadar Gizi” kepada ibu-ibu yang

berkunjung ke posyandu ketika ada kegiatan penimbangan balita di

posyandu.

4.2 Nonton Bareng Film Sehat Pakdarzi (Bapak Sadar Gizi)

4.2.1 Keterkaitan Masalah dengan Solusi

Pada pengambilan masalah di Pengalaman Belajar Lapangan I,

didapatkan masalah gizi kurang yang ber-spot area di RW 11 Kelurahan

Pondok Aren. Pada Pengalaman Belajar Lapangan II ini ada beberapa

program yang berkaitan dengan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) diantaranya

adalah Ibu Sadar Gizi (Budarzi), Bapak Sadar Gizi (Pakdarzi), dan Remaja

Sadar Gizi (Radarzi).

Page 17: BAB IV

Dalam program Pakdarzi yang dilaksanakan di lingkungan RW 11

Kelurahan Pondok Aren dan sasarannya adalah bapak-bapak dengan

kegiatan menonton bersama video mengenai kesehatan agar terdapat daya

tarik dalam program ini. Dalam video tersebut terwakili beberapa materi

kesehatan yang berkaitan dengan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) untuk

mencegah malnutrisi bagi keluarga diantaranya adalah mendukung ibu

menyusui (ASI), makan beranekaragam makanan, memantau

perkembangan bayi dan balita, sarapan pagi dan menggunakan garam

beryodium serta ada beberapa penambahan materi seperti bahaya merokok

dan kerusakan lingkungan.

Teori yang digunakan pada program ini adalah Teori Lawrence

Green. Pada teori ini, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Faktor

perilaku sendiri terbagi atas 3 bentuk:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

saran-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Dari teori tersebut program Pakdarzi dalam kegiatan menonton

bersama video tentang kesehatan masuk ke dalam faktor predisposisi

pengetahuan. Pengetahuan yang diberikan melalui bentuk visual yang akan

ditangkap dan diolah maksud dan tujuannya secara individu, kemudian

memunculkan satu awareness atau kesadaran (motivasi) dari dalam

individu tersebut yang dapat mempengaruhi perubahan sikap.

Page 18: BAB IV

Faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu

Pengetahuan

Sikap

Ekonomi

Sosial Budaya

Geografis

Informasi

DukunganDukungan Suami

ANC(Antenatal Care)

BudayaPendapatanTingkat Pendidikan

Dalam teori lain yaitu Teori WHO, yang menyebabkan orang

berperilaku ada 4, yaitu pengetahuan dan persepsi, kepercayaan, sikap, dan

penilaian-penilaian terhadap objek. Keterkaitan kegiatan menonton bersama

video tentang kesehatan adalah pengetahuan dan sikap. Jika masyarakat

antusias terhadap materi yang disampaikan, maka memungkinkan adanya

motivasi yang dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik sesuai

dengan pengetahuan atau pengalaman yang diberikan.

Kerangka Teori

Sumber: Bobak (2004), Musbikin (2008), Dagun (2002), Arief

(2008)

Page 19: BAB IV

Dalam kerangka teori tersebut, faktor yang mempengaruhi perilaku

ibu salah satunya dukungan suami. Jika suami mendukung ibu untuk

berperilaku sehat maka ibu akan mengikuti dukungan suami tersebut. Oleh

sebab itu, program Pakdarzi tersebut dapat menjadi pelengkap menuju

Kadarzi.

4.2.2 Keberhasilan

Menurut GR Terry (dalam Setya 2006), fungsi pokok manajemen

terdiri dari planning, organizing, actuating, and controling, yang disingkat

POAC. Fungsi manajemen tersebut dapat menjadi dasar bagi penilaian

aspek Keberhasilan dari kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat

Pakdarzi. Penilaian tersebut antara lain:

a. Perencanaan (Planning)

Dalam acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi, tahapan

perencanaan sudah berhasil dilakukan pada saat penetapan kegiatan-

kegiatan intervensi pada akhir PBL 1.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Tahap pengorganisasian telah dilaksanakan pada saat rapat teknis acara

Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi. Pada tahap ini, telah

disepakati komponen-komponen dari acara yang sesuai dengan indikator

input, antara lain:

1) Man : Hadirnya panitia sebanyak 15 (lima belas) orang dan hadirnya

peserta berjumlah 23 (dua puluh tiga) orang yakni 9 (sembilan) orang

sasaran dan 14 (empat belas) orang diantaranya merupakan tokoh

masyarakat. Target peserta berjumlah 50 (lima puluh) orang,

sehingga dikatakan target peserta tidak tercapai. Hal ini terjadi karena

kurangnya partisipasi aktif dari bapak-bapak di RW 11 terhadap

kegiatan yang diselenggarakan di wilayah tersebut. Selain itu, cuaca

kurang mendukung yaitu hujan sehingga banyak yang tidak hadir ke

acara ini.

2) Money : Tersedianya dana yang cukup dari fakultas.

Page 20: BAB IV

3) Material : Kesemua material ini tercapai yaitu adanya lembar check

list, rundon acara, 1 unit LCD, 1 unit laptop, 1 unitmic, 1 unit

speaker, 1 unit meja, 2 unit alat tensi, tersebarnya surat undangan dan

lembar leaflet sebanyak lebih dari 200 lembar.

4) Time : Acara dilaksanakan tidak pada tanggal yang ditetapkan

karena adanya acara dadakan di Musholla Anu-Nur tersebut dan

memiliki keterlambatan waktu karena peserta terlambat hadir.

5) Method : Disampaikannya materi Nobar (Nonton Bareng) Film

Sehat Pakdarzi berupa video kesehatan dengan narasumber dari tim

PBL yaitu Morrys Antoniusman dan Rahma Malika serta kegiatan

tanya jawab.

6) Market : Bapak yang memiliki balita di RW 11, Kelurahan

Pondok Aren.

c. Penggerakan (Aactuating)

Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi, semua

komponen sumberdaya telah menjalankan fungsinya masing-masing,

sehingga acara dapat berjalan dengan baik meskipun jumlah peserta tidak

memenuhi target. Dikatakan berjalan baik adalah meskipun peserta yang

hadir tidak memenuhi target tetapi antusias dan ketertarikan peserta

terhadap acara yang diberikan cukup tinggi. Ketertarikan peserta dapat

dilihat dari hasil kuesioner yang menunjukkan 100% peserta menyatakan

acara yang diadakan menarik. Selain itu, acara ini dihadiri oleh beberapa

tokoh masyarakat seperti ketua RW 11, beberapa Ketua RT di

lingkungan RW 11 dan tokoh agama.

d. Pengendalian (Controllung)

Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat Pakdarzi ini

pengendalian atau pengawasan terhadap kegiatan ini telah terpenuhi,

dapat dilihat dari indikator output yaitu kepuasan peserta terhadap acara

dan motivasi peserta untuk menerapkan KADARZI mencapai target yang

ditentukan. Persentase kepuasan peserta terhadap kegiatan Nobar

(Nonton Bareng) Film Sehat mencapai 100%. Hal ini tidak terlepas dari

Page 21: BAB IV

materi acara yang menarik, adanya komunikasi dua arah antara peserta

dengan penyaji materi pada sesi tanya jawab dan doorprize yang

membuat acara menjadi lebih ramai. Selain itu, persentase peserta yang

termotivasi untuk menerapkan KADARZI dalam kehidupan sehari-hari

juga mencapai 100%.

4.2.3 Partisipasi Masyarakat

Kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini melibatkan bapak-

bapak yang memiliki balita di lingkungan RW 11 yang bertujuan mampu

memotivasi Bapak dalam menerapkan KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)

sehingga diharapkan bapak-bapak lebih peduli terhadap kesehatan keluarga

dalam menjaga gizi yang seimbang dan mencegah terjadinya malnutrisi di

keluarganya. Dari tujuan tersebut dapat dikonsepkan bahwa kegiatan ini

menjadi kegiatan Pengembangan Masyarakat atau community development

karena dapat dilanjutkan di internal keluarga tersebut.

Pada kegiatan Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini diinformasikan

bahwa bapak mempunyai peran yang penting dengan cara mengenalkan

masalah kesehatan terkait pengetahuan tentang peran bapak dalam

mendukung program ASI eksklusif, makan beranekaragam makanan,

memantau perkembangan bayi dan balita, sarapan pagi dan menggunakan

garam beryodium serta ada beberapa penambahan materi seperti bahaya

merokok dan kerusakan lingkungan.

4.2.4 Keberlangsungan Kegiatan

Sustainable program intervensi diperlukan untuk menjamin

keberlangsungan program intervensi selanjutnya.

Pada acara Nobar (Nonton Bareng) Film Sehat ini tidak untuk

keberlanjutan program. Mengingat bahwa Pakdazi yang melibatkan bapak-

bapak di lingkungan RW 11 hanya sebagai sasaran sekunder saja. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kegiatan Pakdarzi ini tidak dapat menjadi

sustainable program.

Page 22: BAB IV

4.3 Training of Trainer (TOT) Radarzi (Remaja Sadar Gizi)

4.3.1 Keterkaitan Masalah dengan Solusi

4.3.2 Keberhasilan

4.3.3 Partisipasi Masyarakat

4.3.4 Keberlangsungan Kegiatan