40
28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06º 30’ LS–07º 00’ LS dan 108º 40’ BT. Wilayah tersebut mempunyai ketinggian 0130 m di atas permukaan laut. Kedalaman perairan berkisar antara 020 m dengan dasar perairan lumpur dan lumpur berpasir. Secara keseluruhan wilayah ini mempunyai luas 981.029 km² dengan pantai sepanjang 54 km (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon 2006). Kabupaten Cirebon merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan batas administratif sebagai berikut: Sebelah Utara : Kota Cirebon dan Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu Secara Topografi Kabupaten Cirebon mempunyai ketinggian antara 0 130 meter di atas permukaan laut dan dibedakan menjadi dua bagian yaitu daerah dataran rendah yang terletak di sepanjang Pantai Utara Jawa antara lain: Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara, Tengah Tani, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Pangenan, Karangsembung, Waled, Babakan, Ciledug, dan Losari, sedangkan lainnya termasuk pada daerah dataran sedang dan tinggi. Iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai, terutama bagian Utara, Timur dan Barat, sedangkan di sebelah Selatan adalah daerah perbukitan. Kabupaten Cirebon termasuk kategori iklim type C dan D dengan jumlah curah hujan rata-rata berkisar antara 10003000 mm/tahun. Jumlah curah hujan tertinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat ...media.unpad.ac.id/thesis/230110/2009/230110090050_4_1708.pdf · Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat

Embed Size (px)

Citation preview

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis

Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang

terletak pada lintang 06º 30’ LS–07º 00’ LS dan 108º 40’ BT. Wilayah tersebut

mempunyai ketinggian 0–130 m di atas permukaan laut. Kedalaman perairan

berkisar antara 0–20 m dengan dasar perairan lumpur dan lumpur berpasir. Secara

keseluruhan wilayah ini mempunyai luas 981.029 km² dengan pantai sepanjang

54 km (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon 2006).

Kabupaten Cirebon merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang

antara Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan batas administratif sebagai

berikut:

Sebelah Utara : Kota Cirebon dan Laut Jawa

Sebelah Timur : Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah

Sebelah Selatan : Kabupaten Kuningan

Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Indramayu

Secara Topografi Kabupaten Cirebon mempunyai ketinggian antara 0–130

meter di atas permukaan laut dan dibedakan menjadi dua bagian yaitu daerah

dataran rendah yang terletak di sepanjang Pantai Utara Jawa antara lain:

Kecamatan Gegesik, Kapetakan, Arjawinangun, Klangenan, Cirebon Utara,

Tengah Tani, Weru, Mundu, Astanajapura, Lemahabang, Pangenan,

Karangsembung, Waled, Babakan, Ciledug, dan Losari, sedangkan lainnya

termasuk pada daerah dataran sedang dan tinggi.

Iklim dan curah hujan di Kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan

alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai, terutama bagian Utara,

Timur dan Barat, sedangkan di sebelah Selatan adalah daerah perbukitan.

Kabupaten Cirebon termasuk kategori iklim type C dan D dengan jumlah curah

hujan rata-rata berkisar antara 1000–3000 mm/tahun. Jumlah curah hujan tertinggi

29

terdapat di bagian tengah dan selatan yaitu daerah perbukitan di kaki Gunung

Ciremai (Kecamatan Beber, Sumber, Palimanan dan Plumbon).

Gebang Mekar merupakan salah satu desa pantai yang berada di

Kecamatan Gebang dan merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Cirebon yang

berada di wilayah timur. Secara geografis Desa Gebang Mekar berada pada posisi

108º43’5” BT dan 6º 49’ LS. Desa Gebang Mekar terletak di wilayah paling utara

Kecamatan Gebang dan berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Desa Gebang

Mekar menjadi dermaga bagi perahu–perahu nelayan berlabuh. Pangkalan

Pendaratan Ikan Gebang Mekar lama berada di sisi timur sungai Ciberes dengan

luas 2.297 m². Perkembangan aktivitas penangkapan ikan telah menyebabkan

makin banyaknya usaha perikanan, fasilitas umum, maupun perumahan penduduk

sehingga mengakibatkan areal sekitar menjadi padat. Akibat berbagai kesulitan

PPI Gebang Mekar tersebut, akhirnya dilakukan pengembangan PPI Gebang

Mekar. Proyek pengembangan tersebut dilaksanakan pada tahun 2002.

Pengembangan PPI meliputi antara lain area PPI itu sendiri seluas 10 ha dan

ditambah area sekitar sebagai pendukung dari kegiatan perikanan tangkap yang

ada. Pada Gambar 8 dapat dilihat kapal ikan dimana tempat tambat labuh yang

sudah sangat padat.

Gambar 8. Tempat Tambat Labuh Perahu di Gebang Mekar

30

4.1.2 Sejarah Singkat Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon

Dinas Kelautan dan Perikanan dibentuk berdasarkan Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang pelaksanaannya

dijabarkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2008

tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten

Cirebon Tahun 2008 Nomor 5 Seri D.4). Dalam PERDA tersebut menyatakan

bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon adalah Lembaga Teknis

Daerah berbentuk dinas, merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di

Bidang Kelautan dan Perikanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang

berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris

Daerah. Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan daerah di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan azas

otonomi daerah dan pembantuan.

4.2 Gambaran Usaha Pengolahan Rajungan

Usaha pengolahan rajungan di Desa Gebang Mekar cukup banyak

dilakukan oleh masyarakat setempat khususnya nelayan. Nelayan di Desa Gebang

Mekar biasanya melakukan penangkapan rajungan pada pukul 19.00 wib dengan

mengunakan perahu dan alat tangkap yang disebut jaring kejer. Jaring Kejer

merupakan jaring yang berbentuk empat persegi panjang dan terdiri dari satu lapis

jaring dan memiliki bagian-bagian yaitu tali ris atas, tali ris pelampung,

pelampung, badan jaring, tali ris bawah, pemberat, tali selambar dan perlengkapan

tambahan berupa pelampung tanda dan pemberat tambahan. Jaring kejer yang

digunakan oleh nelayan Gebang Mekar untuk menangkap rajungan termasuk ke

dalam golongan jaring puntal (tagled net) karena rajungan merupakan sasaran

utama penangkapannya tertangkap dengan cara terpuntal pada bagian tubuhnya

pada bagian jaring.

Selain membawa jaring untuk menangkap rajungan, nelayan juga

membawa perlengkapan lainnya, seperti bahan bakar perahu yang biasa

digunakan yaitu solar sebanyak ± 15 liter dan membawa perlengkapan pribadi.

Biasanya nelayan kembali ke darat pada pukul 09.00 wib. Nelayan biasanya

31

mendapatkan hasil tangkapan kurang lebih 3 kg, sehingga dari 3 kg rajungan utuh

akan menghasilkan 1 kg rajungan kupas. Hasil tangkapan seperti rajungan,

langsung di jual ke bakul dalam keadaan utuh atau rajungan kupas dengan

melakukan proses perebusan dan pengupasan untuk menjaga agar daging rajungan

yang dihasilkan tetap bermutu dan berkualitas tinggi. Kualitas rajungan yang

rendah disebut juga rijek, biasanya daging rijek beraroma daging yang sedikit bau

dan warna daging sudah mulai berwarna kekuningan. Cara penentuan harga

dengan mengikuti informasi pasar. Harga rajungan utuh di jual oleh nelayan

dengan harga 40.000/kg, sedangkan rajungan kupas di jual dengan harga

140.000/kg. Nelayan biasanya menjual hasil tangkapan pada pedagang

pengumpul/ bakul.

Pedagang pengumpul memperoleh rajungan utuh dari nelayan sebanyak 50

kg/hari dari 20 nelayan dengan harga beli rajungan utuh 50.000/kg. Proses

pengupasan dilakukan pada siang hari, alat-alat yang digunakan pada proses

pengupasan adalah pisau, nampan, toples dan es. Setiap pedagang

pengumpul/bakul memiliki 20 langgan nelayan. Langgan nelayan adalah nelayan

yang menjual hasil tangkapan karena memiliki utang-piutang pada pedagang

pengumpul atau bakul sehingga nelayan tersebut menjual seluruh hasil

tangkapannya kepada pedagang pengumpul tersebut. Kupasan rajungan yang

dihasilkan oleh bakul setiap harinya mencapai 20 kg/hari. Jenis rajungan kupas

bermacam-macam yaitu Jumbo, Backfin, Spesial, Claw meat dan Claw finger.

Rajungan kupasan tersebut di timbang dan diberi es, kemudian di jual ke

pengusaha miniplant, selain di jual ke pengusaha miniplant rajungan utuh dan

rajungan kupas di jual ke restoran, bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang

lebih besar.

Pengusaha miniplant memperoleh rajungan kupas pada waktu sore hari,

tetapi pada pagi hari miniplant melakukan proses pengupasan sendiri. Pengusaha

Minplant memperoleh rajungan kupas 50 kg/hari. Transaksi yang dilakukan oleh

miniplant ke bakul dengan cara tunai. Pengusaha Miniplant menjual produk

kupasan tersebut ke pabrik besar. Pabrik besar merupakan sebuah usaha skala

besar. Pabrik memperoleh kupas rajungan pada malam hari, lalu di simpan pada

32

ruangan pendingin, jika ada permintaan dari luar, pabrik langsung mengekspor

produk tersebut.

4.3 Keragaan Usaha

4.3.1 Nelayan

Nelayan menjual hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul. Perahu

yang beroperasi di Gebang Mekar umumnya terbuat dari kayu jati, perahu dibuat

di daerah asal nelayan. Perahu yang digunakan pada penangkapan rajungan

dengan menggunakan perahu berukuran 30 GT. Harga jual perahu rata-rata

berkisar antara 20.000.000 - 40.000.000. Mesin yang digunakan pada nelayan

adalah mesin diesel dengan harga berkisar 5.000.000/unit. Jaring yang digunakan

pada penangkapan rajungan adalah jaring kejer dengan harga berkisar 150.000 -

250.000/pis. Alat untuk menyimpan ikan pada nelayan adalah basket/keranjang

dengan harga 50.000 - 75.000/buah. Bahan bakar yang digunakan pada

penangkapan adalah solar dengan jumlah 15 Liter dalam satu kali penangkapan,

solar dengan harga 5.500/liter. Makanan atau ransum yang dibawa seperti nasi,

rokok, air minum. Sistem bagi hasil pada nelayan tergantung dari hasil tangkapan.

4.3.2 Pedagang Pengumpul/Bakul

Pedagang pengumpul atau bakul menerima rajungan segar dan rajungan

yang sudah di rebus dari nelayan. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi

rajungan kupas adalah keranjang, fiber, kursi, meja, dan timbangan. Keranjang

digunakan untuk menyimpan bahan baku rajungan yang telah di pisahkan dari

cangkangnya, fiber digunakan untuk menyimpan hasil kupasan rajungan yang

sudah di kemas dalam toples, meja digunakan untuk tempat memproses rajungan

kupas, kursi digunakan sebagai tempat duduk para pekerja rajungan kupas,

timbangan digunakan sebagai alat untuk mengetahui hasil kupasan. Alat-alat yang

digunakan pada proses pengolahan rajungan adalah toples, nampan, pisau dan es

giling. Toples yang digunakan pada proses pengolahan rajungan sebanyak 20

buah toples setiap kali produksi, nampan yang digunakan pada proses pengolahan

sebanyak 6 buah, pisau digunakan dalam proses pengolahan rajungan untuk

33

mengambil daging yang sulit di ambil dengan tangan dan untuk mematahkan capit

rajungan agar dapat diambil dengan mudah. Tenaga kerja dalam proses

pengupasan berjumlah 5 orang, dengan upah/kg Rp. 10.000 tergantung dengan

hasil kupasan. Transportasi dalam pengiriman rajungan kupas pada pengusaha

miniplant menggunakan beca dengan upah 5000 untuk sekali pengiriman.

4.3.3 Pengusaha Miniplant

Miniplant mendapatkan rajungan yang sudah direbus dan kupas dari

pedagang pengumpul/bakul. Alat-alat yang digunakan dalam produksi rajungan

adalah keranjang sebanyak 10 dengan harga Rp. 75.000/buah, fiber yang

digunakan sebanyak 5 buah dengan harga Rp. 500.000/buah, kursi yang

digunakan sebanyak harga Rp. 40.000/buah, timbangan yang digunakan sebanyak

1 buah dengan harga Rp. 1.000.000/buah, blong yang digunakan dalam sebanyak

10 buah dengan harga 125.000/buah. Tenaga kerja pada proses pengupasan

berjumlah 20 orang dengan upah per/kg rajungan kupas Rp. 10.000/kg tergantung

dengan jumlah kupasan yang dihasilkan. Nampan yang digunakan sebanyak 25

buah dengan harga Rp. 10.000/buah, toples yang digunakan sebanyak 50 buah

untuk satu kali proses pengolahan tergantung dengan bahan baku yang di kupas,

toples yag digunakan dengan harga Rp. 6000 untuk kualitas baik, pisau yang

digunakan sebanyak 7 buah dengan harga per/buah Rp. 5000/buah,es giling yang

digunakan sebanyak 10 balok, kemudian es di giling agar mudah dalam proses

pengepakan rajungan kupas.

4.3.4 Pabrik Besar

Proses pengolahan rajungan kupas di pabrik besar dengan menggunakan

rajungan utuh yang sudah direbus dan yang sudah dalam bentuk kupasan di

hasilkan dari pengusaha miniplant. Alat-alat yang digunakan dalam proses

produksi rajungan adalah kursi sebanyak 50 buah dengan harga Rp. 40.000/buah,

meja sebanyak 10 buah dengan harga Rp. 2.000.000/buah, fiber sebanyak 5 buah

dengan harga Rp. 500.000/buah, blong sebanyak 10 buah dengan harga Rp.

125.000/buah, timbangan sebanyak 1 buah dengan harga Rp. 2.500.000/buah,

34

keranjang sebanyak 10 buah dengan harga Rp. 75.000/buah . Tenaga kerja pada

pengupasan rajungan berjumlah 50 orang, uapah yang di berikan ada yang

menggunakan 10.000/kg, tetapi juga ada pabrik yang menggunakan UMR dalam

pemberian upah. Alat-alat yang digunakan dalam pengolahan rajungan adalah

toples sebanyak 50 buah dengan harga Rp. 6000/buah, nampan sebanyak 30 buah

dengan harga Rp. 10.000/buah, dan pisau sebanyak 20 buah dengan harga

5000/buah. Rajungan kupas yang sudah di kemas akan di simpan cold storage

agar kualitas dan mutu tetap terjaga, dan bila ada permintaan sudah siap untuk di

ekspor.

4.3.5 Restoran

Restoran mendapatkan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas dari

pedagang pengumpul/bakul dengan harga yang lebih tinggi di banding menjual ke

miniplant. Restoran menyimpan bahan baku pada freezer, agar kualitas daging

rajungan tetap segar. Dalam membuat rajungan olahan, restoran menggunakan

alat-alat untuk memasak dan bumbu-bumbu masak sebagai pelengkap, agar

konsumen semakin tertarik pada produk olahan tersebut. Pada restoran terdapat 10

karyawan dengan gaji setiap bulan Rp. 700.000/bulan. Harga per porsi rajungan

olahan sebesar 80.000/porsi.

4.4 Karakteristik Responden

4.4.1 Usia Responden

Responden terdiri dari nelayan, bakul/pedagang pengumpul, miniplant,

pabrik besar/ plant, dan pemilik restoran. Nelayan yang di wawancara sebanyak

20 orang. Umur responden secara keseluruhan bervariasi mulai dari tahun. Badan

pusat statistik menetapkan usia produktif berkisar antara 15-50 tahun dan usia non

produktif berada dibawah dan diatasnya. Masa-masa pada usia produktif adalah

kemampuan mausia secara optimal untuk mengeluarkan energi dalam produksi.

Pandangan ini merumuskan bahwa sekelompok masyarakat atau negara perlu

membandingkan jumlah usia produktif dan usia non produktif penduduk. Apabila

usia produktif lebih besar daripada usia non produktif penduduk maka secara

35

ekonomis penduduk wilayah tersebut bersifat positif atau terjamin

kesejahteraannya, Sebaliknya, jika jumlah penduduk berusia produktif lebih kecil

daripada penduduk berusia non produktif, maka secara ekonomis kesejahteraan

masyarakat tersebut bersifat negatif.

Tabel 2. Tingkat Usia Nelayan

Usia Jumlah Presentasi

(Tahun) (Orang) (%)

21-30 6 30

31-40 8 40

41-50 2 10

51-60 4 20

Jumlah 20 100

Sumber: Data Kuisioner

Responden yang masih berusia antara 21-50 tahun adalah responden

yang masih produktif dan optimal kinerjanya dibandingkan dengan responden

yang sudah berusia 50 tahun ke atas yang tergolong usia non produktif sehingga

kinerjanya tidak optimal dan menurun. Adapun perincian kelompok usia (21-30)

tahun sebanyak 30 %, (31-40) tahun sebanyak 40 %, (41-50) tahun sebanyak 10

%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa nelayan di Gebang Mekar masih

berusia produktif untuk kegiatan penangkapan rajungan, karena memiliki

kemampuan fisik dan berfikir yang sangat baik dalam melakukan usahanaya

sebagai nelayan. Tingkat umur juga mempengaruhi perkembangan usaha yang

dimiliki oleh Pedagang pengumpul/ Bakul yang terdapat di Desa Gebang Mekar

Kabupaten Cirebon.

Tabel 3. Tingkat Usia Pedagang Pengumpul/ Bakul

Usia Jumlah Presentasi

(Tahun) (Orang) (%)

29 1 10

31-40 4 40

41-50 4 40

51 1 10

Jumlah 10 100

Sumber: Data Kuisioner

36

Umur pedagang pengumpul/bakul secara umum berada pada usia

produktif adalah pada kisaran 29 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan

usaha lebih besar. Secara keseluruhan tingkat umur (31-40) dan umur (41-50)

tahun merupakan tingkat umur yang paling tinggi berjumlah 8 orang dengan

persentase 80% dari keseluruhan pedagang pengumpul. Tingkat umur yang

terkecil pada kisaran 51 tahun berjumlah 1 orang dengan persentase 10% dari

seluruh pedagang pengumpul/bakul.

Tabel 4. Tingkat Usia Pengusaha Miniplant

Usia Jumlah Presentasi

(Tahun) (Orang) (%)

29 1 20

38 1 20

41-50 3 60

Jumlah 5 100

Sumber: Data Kuisioner

Umur pengusaha miniplant secara umum berada pada usia produktif

adalah pada kisaran 29 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan usaha

lebih besar. Secara keseluruhan tingkat umur 38 dengan presentasi 20 % dan usia

(41-50) tahun merupakan tingkat umur yang paling tinggi berjumlah orang

dengan persentase 60% dari keseluruhan pengusaha miniplant.

Tabel 5. Tingkat Usia Pemilik Restoran

Usia Jumlah Presentasi

( Tahun) (Orang) (%)

38 1 20

40-50 3 60

52 1 20

Jumlah 5 100

Sumber: Data Kuisioner

37

Umur pemilik restoran secara umum berada pada usia produktif yakni

pada kisaran 38 tahun sehingga peluang untuk mengembangkan usaha lebih besar.

Secara keseluruhan tingkat umur (40-50) tahun merupakan tingkat umur yang

paling tinggi berjumlah 3 orang dengan persentase 60% dari keseluruhan pemilik

restoran responden. Tingkat umur yang terkecil pada kisaran 52 tahun berjumlah 1

orang dengan persentase 10% dari seluruh pedagang responden.

4.4.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dicapai nelayan responden merupakan faktor

utama yang mempengaruhi cara berpikir, melihat permasalahan serta mengambil

keputusan terhadap usaha yang dikelolanya, khususnya berkaitan dengan

teknologi dan keterampilan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal

yang telah ditempuh oleh nelayan.

Tabel 6. Identitas Nelayan Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Gebang

Mekar

Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan

secara umum berkisar antara tingkat pendidikan SD. Namun mayoritas tingkat

pendidikan mereka masih rendah, sehingga hal ini akan memberikan pengaruh

dalam hal inovasi teknologi dan keterampilan. Tingkat pendidikan SD sebanyak

12 orang dengan persentase 60% menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nelayan

responden tergolong rendah. Tingkat pendidikan Tamat SD sebanyak 8 orang

dengan presentasi 40 %.

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

(Orang) (%)

SD 12 60

Tamat SD 8 40

Jumlah 20 100

38

Tabel 7. Identitas Pedagang Pengumpul/Bakul Menurut Tingkat Pendidikan

Di Desa Gebang Mekar

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

(Orang) (%)

SD 4 40

Tamat SD 1 10

SLTA 2 20

SMA 3 30

Jumlah 10 100

Sumber: Data Kuisioner

Tingkat pendidikan pedagang pengumpul/bakul secara umum masih

rendah, karena tingkat pendidikan yang terendah adalah Tamat SD sejumlah 1

orang pedagang pengumpul atau hanya 10 %. Tingkat pendidikan tertinggi adalah

SD sebanyak 4 orang pedagang pengumpul/bakul atau 40%. Tingkat pendidikan

SLTA sejumlah 2 orang pedagang pengumpul atau 20%. Tingkat pendidikan yang

cukup tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan para responden sehingga

lebih memudahkan dalam penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang

baik.

Tabel 8. Identitas Pengusaha Miniplant Menurut Tingkat Pendidikan Di

Desa Gebang Mekar

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

(Orang) (%)

SMA 2 40

D3 3 60

Jumlah 5 100

Sumber: Data Kuisioner

39

Tingkat pendidikan pengusaha miniplant secara umum cukup tinggi,

karena tingkat pendidikan yang terendah adalah SMA sejumlah 2 orang responden

atau hanya 40%. Tingkat pendidikan tertinggi adalah D3 sebanyak 3 orang

miniplant atau 60%. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dapat mempengaruhi

tingkat pengetahuan para responden sehingga lebih memudahkan dalam

penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang baik.

Tabel 9. Identitas Pemilik Restoran Di Desa Gebang Mekar

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase

(Orang) (%)

SMA 3 75

D3 1 25

Jumlah 4 100

Sumber: Data Kuisioner

Tingkat pendidikan pemilik restoran secara umum cukup tinggi, karena

tingkat pendidikan yang terendah adalah D3 sejumlah 1 orang pemilik restoran

atau hanya 25%. Tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA sebanyak 3 orang

pemilik restoran atau 75%. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan para responden sehingga lebih memudahkan

dalam penyerapan informasi dan strategi cara berdagang yang baik.

4.4.3. Lama Pengalaman Kerja

Lama pengalaman kerja menyangkut berapa lama nelayan menggeluti

pekerjaan mereka sebagai seorang nelayan, semakin lama nelayan menggeluti

pekerjaan tersebut maka semakin banyak pula pengalaman yang mereka dapatkan

dalam menjalankan usaha mereka. Hal ini dapat membantu dalam hal

keterampilan terlebih lagi kebanyakan nelayan memiliki tingkat pendidikan yang

masih rendah.

40

Tabel 10. Identitas Nelayan Berdasarkan Lama Pengalaman Kerja Di Desa

Gebang Mekar

Pengalaman Jumlah Presentasi

Usaha (Orang) (%)

7 1 5

11-20 14 70

21-30 3 15

31-40 2 10

Jumlah 20 100

Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja

responden sebagai nelayan secara umum menggambarkan bahwa mereka telah

menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja 7 tahun

sebanyak 1 nelayan atau 5%. Lama pengalaman kerja 11-20 tahun sebanyak 14

nelayan atau 70%. Pengalaman kerja dalam waktu paling lama yaitu 21-30 tahun

berjumlah 3 nelayan atau 15%. Rata rata nelayan memiliki pengalaman kerja

yang cukup lama sehingga dapat memberikan pengetahuan yang banyak dalam

mengelola usahanya.

Tabel 11. Identitas Pedagang pengumpul/Bakul Berdasarkan Lama

Pengalaman Kerja di Desa Gebang Mekar

Pengalaman Jumlah Presentasi

Usaha (Orang) (%)

1-10 7 70

11-20 2 20

30 1 10

Jumlah 10 100

Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja

responden sebagai pedagang pengumpul secara umum menggambarkan bahwa

mereka telah menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja

1-10 tahun sebanyak 7 orang bakul atau 70%. Lama pengalaman kerja 11-20

tahun sebanyak 2 bakul atau 20%. pengalaman kerja dalam waktu paling lama

41

yaitu 30 tahun berjumlah 1 bakul atau 10%. Rata rata bakul memiliki pengalaman

kerja yang cukup lama sehingga dapat memberikan pengetahuan yang banyak

dalam mengelola usahanya.

Tabel 12. Identitas Pengusaha Miniplant Berdasarkan Lama Pengalaman

Kerja di Desa Gebang Mekar

Pengalaman Jumlah Presentasi

Usaha (Orang) (%)

1-10 3 60

13 1 20

20 1 20

Jumlah 5 100

Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa lama pengalaman kerja

responden sebagai pengusaha miniplant secara umum menggambarkan bahwa

mereka telah menekuni hal tersebut dalam waktu tertentu. Lama pengalaman kerja

1-10 tahun sebanyak 3 pengusaha miniplant atau 60%. Lama pengalaman kerja 13

tahun sebanyak 1 miniplant atau 20%. Pengalaman kerja dalam waktu paling lama

yaitu 20 tahun berjumlah 1 miniplant atau 20%. Rata rata pengusaha miniplant

memiliki pengalaman kerja yang cukup lama sehingga dapat memberikan

pengetahuan yang banyak dalam mengelola usahanya.

Tabel 13. Identitas Pemilik Restoran Berdasarkan Pengalaman Kerja di

Desa Gebang Mekar

Pengalaman Jumlah Presentasi

Usaha (Orang) (%)

1-10 2 40

11-20 3 60

Jumlah 5 100

Sumber: Data Kuisioner

42

Dari Tabel data di atas disebutkan bahwa lama pengalaman kerja

mayoritas pemilik restoran adalah 1-10 tahun sebanyak 2 orang pemilik restoran

secara keseluruhan atau 40%. Lama Pengalaman kerja 11-20 tahun sebanyak 3

orang responden atau 60%. Semakin lama pengalaman kerja pemilik restoran

dalam pengolahan makanan maka semakin banyak pula pengetahuan tentang

strategi cara berdagang yang baik dan memiliki informasi yang lebih banyak

dalam menjual olahan produk tersebut.

4.5 Analisis Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran hasil perikanan di Gebang Mekar adalah jalur-jalur

pergerakan yang terjadi pada proses pemasaran hasil perikanan dari nelayan yang

menangkap rajungan hingga sampai hingga sampai ke tangan konsumen.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam memasarkan produk rajungan dari

nelayan rajungan sampai ke tangan konsumen adalah nelayan, pedagang

pengumpul/bakul, pengusaha miniplant, pabrik besar dan restoran.

Saluran pemasaran di Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon terdiri dari

3 saluran pemasaran, diantaranya sebagai berikut :

Saluran Pemasaran I

Saluran Pemasaran II

Nelayan

Utuh Segar

Pedagang

Pengumpul

Utuh Rebus

Konsumen

Utuh Rebus

Nelayan

Utuh Segar

- Rebus

Kupas

Pedagang

pengumpul

Kupas

Restoran

Kupas

Konsumen

Olahan

43

Saluran Pemasaran III

Saluran pemasaran I merupakan saluran yang melibatkan nelayan,

pedagang pengumpul/bakul, dan konsumen. Saluran ini merupakan saluran

pemasaran yang memiliki saluran pemasaran paling pendek. Pada saluran I tidak

ada ikatan piutang antara nelayan dan bakul, sehingga nelayan bebas menjual

langsung pada konsumen. Harga mempengaruhi karena membeli pada nelayan

jauh lebih murah dibandingkan membeli pada pedagang pengumpul. Jarak waktu

tempuh juga lebih dekat jadi tidak mengeluarkan biaya transportasi.

Saluran Pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang melibatkan

nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan konsumen. Pada saluran II

tidak ada ikatan piutang antara nelayan dan pedagang pengumpul/bakul, tetapi

pada pedagang pengumpul dan restoran sudah ada kerjasama dalam penjualan

produk rajungan. Harga dari nelayan pada pedagang pengumpul lebih rendah, di

bandingkan harga pedagang pengumpul/bakul pada restoran. Jarak tempuh antara

nelayan dan bakul lebih dekat, di baandingkan dengan jarak tempuh pada restoran.

Saluran Pemasaran III merupakan saluran pemasaran yang melibatkan

nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha miniplant dan pabrik besar.

Saluran III banyak digunakan pada proses pemasaran rajungan. Pada saluran III

lebih menguntungkan dibandingkan dengan saluran I dan saluran II. Nelayan

terdapat ikatan piutang pada pedagang pengumpul/bakul, sehingga hasil

tangkapannya tidak bebas di jual pada pedagang pengumpul/bakul lainnya. Jika

nelayan memilik piutang pada pedagang pengumpul/bakul maka harga jual

rajungan lebih rendah. Pengusaha miniplant terdapat ikatan kontrak dengan pabrik

besar, sehingga pengusaha miniplant harus menjual rajungan kupas pada pabrik

Nelayan

Segar

Pedagang

Pengumpul

Di rebus

Kupas

Miniplant

Kupas

Pabrik Besar

Kupas

44

besar. Jarak tempuh nelayan dengan bakul dekat sehingga tidak mengeluarkan

biaya transportasi dan jarak antara pengusaha miniplant pada pabrik jauh,

sehingga mengeluarkan biaya transportasi.

4.6 Analisis Struktur Pasar dan Efisiensi Pemasaran

4.6.1 Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar pada pengolahan rajungan di definisikan dengan melibatkan

keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan informasi

pasar.

4.6.1.1 Keadaan Produk

Pengolahan produk rajungan dari mulai nelayan sampai dengan restoran

melaui sortasi dan grading. Sortasi adalah memilih dan memisahkan bagian-

bagian dari rajungan utuh berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan

untuk memilih (menyortir) rajungan mencakup ukuran, bobot, kondisi daging

rajungan, kelengkapan morfologi tubuh. Tujuan sortasi untuk memenuhi kualitas

daging yang berkualitas dan meningkatkan keseragaman mutu produk, serta

meningkatkan harga produk dan penerimaan (Effendi dan Oktariza 2006).

4.6.1.2 Kondisi Keluar Masuk Pasar

Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga

pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hal ini dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya hambatan untuk memasuki pasar yang disebabkan oleh beberapa

hal antara lain, tinggi rendahnya modal atau biaya yang dimiliki untuk bertindak

sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar. Nelayan menjual hasil

tangkapannya pada saluran I dan dan Saluran II tidak bebas keluar masuk

berkaitan dengan utang piutang pada pedagang pengumpul/Bakul, tetapi pada

saluran III bebas keluar masuk. Pengusaha miniplant terikat kontrak dengan

pabrik berkaitan dengan pemasaran rajungan kupas untuk ekspor.

45

4.6.1.3 Informasi Pasar

Pengumpulan informasi pasar dilakukan terutama untuk mengetahui

ukuran, jumlah, harga, waktu dan mekanisme distribusi dan pelayanan yang

dikehendaki oleh konsumen terhadap produk (Effendi dan Oktariza 2006).

Lembaga-lembaga pemasaran sangat memerlukan informasi pasar untuk mencapai

terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Nelayan memerlukan informasi

tentang kemungkinan jumlah permintaan dan harga produk sebagai dasar untuk

membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan.

Nelayan memperoleh informasi harga secara langsung dari pedagang yang

diatasnya. Sumber informasi ini diperoleh dari harga yang dibayar oleh pasar

ekspor. Harga yang berlaku sesuai harga pasar pada saat permintaan akan produk

rajungan naik, maka harga produk rajungan pun meningkat dan sebaliknya, pada

saat permintaan produk rajungan turun maka harga produk rajungan pun turun.

Struktur pasar pada pelaku pemasaran mengarah pada pasar oligopoli. Hal

ini ditunjukan dengan terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual atau

pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Interaksi seluruh penjual

hanya menerima harga yang sudah ditentukan. Berapa banyak produk yang dijual

oleh penjual tidak dapat mengubah harga yang sudah ditentukan pasar karena

jumlah yang diproduksikan hanya sebagian kecil dari jumlah yang diperjual

belikan.

4.6.2 Analisis Efisiensi Pemasaran

Efisiensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu efisiensi operasional dan

efisiensi harga. Efisiensi operasional diukur dari biaya pemasaran dan margin

pemasaran. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh

konsumen terakhir dengan harga yang diterima oleh lembaga pemasaran

sebelumnya, yang meliputi biaya dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran

adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan barang dari satu lembaga

ke lembaga pemasaran lainnya diluar keuntungan yang diperoleh lembaga

pemasaran tersebut (Hanafiah dan Saefuddin 1983).

46

Gambar 8. Pengukuran Efisiensi Pada Pelaku Pemasaran

Sumber: Data Kuisioner

Berdasarkan Gambar 8 dapat disimpulkan bahwa dari ke lima pelaku

pemasaran, memiliki nilai BCR di atas 3, artinya seluruh pelaku pemasaran yaitu

nelayan, pedagang pengumpul, pengusaha miniplant, pabrik besar dan restoran

memiliki status efisiensi pemasaran yang efisien. Tiap saluran memiliki BCR di

atas 3, artinya dari seluruh saluran pemasaran yang ada di Gebang Mekar

statusnya efisien. Analisis margin yang menekan pada keuntungan dan biaya pada

masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran menggunakan perhitungan kita

dapat mengetahui apakah suatu usaha tersebut dapat dikatakan mengutungkan dan

sebaliknya. Berikut perhitungan market share pada pemasaran rajungan di Desa

Gebang Mekar dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Market Share Rajungan Di Desa Gebang Mekar

Pelaku Pasar Harga Jual (Rp) / Market Share (%)

Saluran I Saluran II Saluran III

1. Nelayan

Rajungan utuh

MS (%)

Rajungan kupas

MS (%)

40.000

(44)

140.000

(50)

40.000

(20)

140.000

(19)

40.000

(21)

140.000

(16)

1,4

4,72

1,4

4,72

2,041,4

4,72 4,47

9,44

3,06 2,72

5

0

2

4

6

8

10

BC

R

I

Efisiensi Pemasaran

BCR

Rata-rata BCR

II IIII

47

2. Pedagang pengumpul

Rajungan utuh

MS (%)

Rajungan kupas

MS (%)

3. Miniplant

Rajungan utuh

MS (%)

Rajungan kupas

MS (%)

4. Pabrik besar

Rajungan utuh

MS (%)

Rajungan kupas

MS (%)

5. Restoran

Rajungan utuh

MS (%)

Rajungan kupas

MS (%)

50.000

(55)

140.000

(50)

50.000

(25)

140.000

(19)

60.000

(30)

150.000

(20)

50.000

(26)

140.000

(16)

50.000

(26)

300.000

(34)

50.000

(26)

300.000

(34)

Fisherman Share

(%)

Rajungan Utuh

Rajungan Kupas

57,143

70

66,667

93,333

80

46,667

Sumber: Data Kuisioner

Pada Tabel diketahui dari setiap saluran memiliki nilai market share yang

berbeda. Market share dengan nilai cukup tinggi ada pada saluran I untuk

rajungan utuh maupun rajungan kupas. Pada saluran II dan III nilai market terkecil

hampir mendekati sama. Nilai market share tertinggi untuk semua produk

rajungan ada pada saluran I. Hal ini disebabkan pada saluran I terdapat saluran

pemasaran yang pendek dengan pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang

pengumpul/bakul, Sedangkan pada saluran II dan III masing-masing memiliki

48

saluran tiga dan empat pelaku pemasaran. Saluran pemasaran II dengan pelaku

pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul, restoran. Saluran III dengan

pelaku pemasaran yaitu nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha

miniplant, dan pabrik besar.

4.7 Analisis Margin Pemasaran

Margin pemasaran menunjukan perbedaan harga diantara tingkat lembaga

dalam sistem pemasaran. Hal tersebut dapat didefinisikan sebagai perbedaan

antara yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh produsen untuk

produk yang dihasilkan.

Tabel 21. Margin Pemasaran Rajungan Utuh Di Desa Gebang Mekar

Margin Pemasaran Saluran I

Nelayan 40.000

Pedagang Pengumpul 50.000

Konsumen 70.000

Margin 30.000

Share (%) 1,75

Sumber: Data Kuisioner

Saluran I terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul dan konsumen.

Margin pemasaran pada saluran I adalah 30.000, dan share pada saluran I sebesar

1,75. Hal ini menunjukan harga jual konsumen lebih tinggi dibandingkan dengan

harga jual nelayan/produsen.

Tabel 22. Margin Pemasaran dan Share Rajungan Kupas Di Desa Gebang

Mekar

Margin Pemasaran Saluran II Saluran III

Nelayan 40.000

Bakul 140.000

Restoran 150.000

Konsumen 480.000

Nelayan

40.000

49

Bakul

50.000

Minplant

140.000

Pabrik Besar

300.000

Margin 440.000 260.000

Share (%) 12 % 7,5 %

Sumber: Data Kuisioner

Saluran II terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul, restoran dan

konsumen. Margin pemasaran pada saluran II adalah 440.000 dan share adalah 12

%. Hal ini menunjukan bahwa harga jual rajungan pada restoran lebih tinggi

dibandingkan dengan harga jual nelayan/produsen.

Saluran III terdiri atas nelayan, pedagang pengumpul/bakul, pengusaha

miniplant dan pabrik besar. Margin pemasaran pada saluran III adalah 260.000

dan share adalah 7,5 %. Hal ini menunjukan harga jual pada pabrik besar lebih

tinggi dibandingkan harga nelayan/produsen.

4.8 Analisis Fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi pemasaran adalah mengusahakan agar konsumen

memperoleh barang atau jasa yang diinginkan sesuai pada tempat, waktu dan

harga yang tepat. Fungsi-fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran ini yang akan terlibat dalam proses penyampaian barang atau

jasa dari produsen sampai ke tangan konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran meliputi

fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Adapun pelaksanaan fungsi-

fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran di Desa Gebang Mekar sebagai

berikut:

Tabel 15. Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Pemasaran Oleh Lembaga Pemasaran

Hasil Pengolahan Rajungan Di Desa Gebang Mekar.

Fungsi

Pemasaran

Lembaga Pemasaran

Nelayan Bakul Miniplant Pabrik besar Restoran

Fungsi

Pertukaran

Pembelian - + + + +

Penjualan + + + + +

50

Fungsi Fisik Penyimpanan - - + + +

Pengemasan + + + + -

Pengangkutan + + + + -

Fungsi Fasilitas

Sortasi - + + + -

Grading - + + + +

Penaggulangan

resiko + + + + +

Pembiayaan + + + + +

Informasi pasar + + + + +

Sumber: Data Kuisioner

Keterangan :

+ : Melakukan fungsi pemasaran

- : Tidak melakukan fungsi pemasaran

1. Nelayan

Nelayan merupakan lembaga pemasaran yang merupakan produsen pada

proses pemasaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh nelayan adalah menjual

hasil tangkapan pada pedagang pengumpul/bakul.

Kegiatan pengangkutan rajungan dari perahu sampai ke pedagang

pengumpul/ bakul dengan di simpan dalam keranjang lalu diangkut dengan cara

dipanggul sampai tempat pedagang pengumpul yang letaknya tidak berjauhan,

sehingga tidak memerlukan biaya pengangkutan. Dalam hasil tangkapan nelayan

mendapatkan rajungan, rajungan yang di dapatkan hampir satu ukuran, sehingga

tidak di pisahkan antara ukuran kecil maupun besar. Fungsi penanggulangan

resiko yang di hadapi nelayan adalah mendapatkan hasil tangkapan yang tidak

sesuai dan memperoleh rajungan yang kropos (tidak ada daging). Pembiayaan

selama usaha penangkapan rajungan seluruhnya di tanggung oleh nelayan.

2. Pedagang Pengumpul/Bakul

Pedagang pengumpul merupakan lembaga pemasaran yang berhubungan

langsung dengan nelayan. Pedagang pengumpul membeli rajungan dari nelayan

yang telah menjadi nelayan langanannya. Rajungan yang telah di beli dari nelayan

51

kemudian di jual kembali kepada pengusaha miniplant dan restoran. Kegiatan

tersebut merupakan fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan.

Dalam menyalurkan rajungan utuh dan rajungan kupas pada pengusaha

miniplant, pedagang pengumpul melakukan aktifitas pengangkutan. Pedagang

pengumpul mengangkut rajungan yang telah di beli dari nelayan ke tempat

gudang pengupasan. Rajungan tersebut di simpan dan di jual langsung kepada

pengusaha miniplant. Kegiatan pengangkutan dan pengemasan ini merupakan

fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul.

Pedagang pengumpul/bakul setelah membeli rajungan dari nelayan akan

langsung melakukan proses pengupasan, sebelum melakukan proses pengupasan

dilakuakan sortasi memisahkan antara karapas dengan badan rajungan lalu daging

hasil kupasan di jual pada pengusaha miniplant tetapi ada juga pedagang

pengumpul/ bakul yang langsung menjual rajungan utuh langsung ke pengusaha

miniplant. Fungsi penanggulangan resiko yang dihadapi pedagang pengumpul

adalah kerusakan daging pada saat pengupasan, sehingga menghasilkan mutu dan

kualitas menurun. Pembiayaan selama usaha penjualan rajungan seluruhnya

ditanggung oleh pedagang pengumpul. Fungsi Informasi pasar yang dilakukan

oleh pedagang pengumpul adalah dengan mencari informasi harga yang sedang

berlaku di pasar.

3. Pengusaha Miniplant

Pengusaha miniplant membeli rajungan dari pedagang pengumpul,

kemudian menjualnya kepada pabrik besar. Kegiatan tersebut merupakan fungsi

pertukaran berupa pembelian dan penjualan. Pengusaha miniplant mendapatkan

rajungan utuh dan rajungan kupas dari pedagang pengumpul kemudian rajungan

utuh tersebut di kupas di tempat pengupasan skala menengah dan hasil daging

keseluruhan di jual langsung ke pabrik besar dengan sudah di kemas secara rapih

menggunakan toples, di beri es dimasukan pada sebuah boks piber dan diangkut

menggunakan mobil bak terbuka. Kegiatan tersebut merupakan fungsi fisik

berupa fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan.

52

Fungsi penanggulangan resiko yang dihadapi pengusaha miniplant adalah

HACCP karena kurangnya kebersihan pada saat proses pengupasan. Hal ini

berkaitan dengan mutu produk ekspor yang memenuhi standar HACCP. Fungsi

informasi pasar yang dilakukan pengusaha miniplant adalah untuk mengetahui

naik turunya harga rajungan utuh maupun rajungan kupas.

4. Pabrik Besar

Pabrik besar merupakan pedagang yang berhubungan langsung dengan

ekportir. Pabrik besar membeli rajungan utuh maupun kupas dari pengusaha

miniplant, kemudian produk yang sudah di kalengkan di ekspor ke negara lain.

Kegiatan tersebut merupakan fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan.

Fungsi pengangkutan yang dilakukan pabrik besar adalah dengan cara

mengangkut rajungan kupas dalam kaleng ke dalam cold storage sebelum di

ekspor kegiatan tersebut merupakan fungsi penyimpanan. Fungsi penanggulangan

resiko yang dihadapi pabrik besar adalah rijeck pada daging rajungan kurang nya

es pada saat pengangkutan. Pembiayaan selama usaha penjualan rajungan

seluruhnya di tanggung oleh pemilik pabrik. Fungsi informasi pasar yang

dilakukan oleh pabrik besar adalah dengan mencari tahu tentang keadaan pasar,

harga pasar, dan permintaan ekspor.

5. Restoran

Restoran merupakan suata usaha yang di miliki oleh perorangan maupun

sekelompok orang. Produk yang menjadi bahan utama pada restoran di peroleh

dari pedagang pengumpul atau bakul. Hasil rajungan kupas atau rajungan utuh

dari bakul, kemudian diolah menjadi makanan yang bergizi bagi konsumen.

Kegiatan tersebut merupakan fungsi penjualan dan pembelian.

Pengolahan bahan baku rajungan utuh dan rajungan kupas disimpan pada

freezer agar bahan baku tidak mudah rusak dan kualitas tetap terjaga. Kegiatan

tersebut merupakan fungsi penyimpanan. Penangulangan resiko pada pengolahan,

memilih rajungan yang kualitas bagus dan kualitas buruk. Pembiayaan seluruhnya

53

di tanggung oleh pemilik restorant. Informasi pasar yang dilakukan untuk

mengetahaui harga rajungan yang dibutuhkan.

4.9 Analisis Biaya Manfaat

Usaha pengolahan rajungan baik untuk produksi maupun dalam proses

pemasarannya, bahwa kedua tahap tersebut membutuhkan biaya yang terdiri atas

biaya produksi dan biaya pemasaran ( Hanafiah dan Saefudin 1983). Biaya

produksi atas dua bagian yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).

Biaya tetap yaitu sejumlah biaya yang harus dikeluarkan pada saat nelayan

berproduksi atau tidak, misalnya biaya penyusutan perahu, penyusutan mesin dan

penyusutan alat tangkap.

Biaya tidak tetap (biaya variabel) yaitu biaya yang digunakan untuk

memproduksi rajungan dan jumlahnya sangat bergantung pada kapasitas dan masa

produksi yang bersangkutan. Beberapa biaya variabel yang ke dalam biaya tetap

adalah bahan bakar, es balok, biaya makanan.

Tahap selanjutnya setelah produksi adalah pemasaran yang merupakan

proses penyaluran produk dari nelayan ke konsumen atau pasar. Biaya pemasaran

merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung, mulai

dari nelayan hingga diterima oleh konsumen. Besarnya biaya pemasaran sangat

bergantung dari panjang pendeknya saluran pemasaran. Selain semakin mahal

harga, saluran pemasaran yang juga memiliki resiko yang tinggi. Penurunan mutu

dan kualitas adalah resiko yang sering terjadi. Biaya yang dikeluarkan adalah

biaya transportasi, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan.

Keragaan biaya manfaat merupakan kajian keuangan untuk mengetahui

keuntungan yang telah dicapai selama usaha pengolahan rajungan tersebut

berlangsung. Pelaku pemasaran dapat menganalisis perhitungan serta menentukan

tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya.

54

Tabel 16. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar

Pada Tingkat Nelayan Dalam Waktu 1 Bulan.

Keterangan Nilai (Rp)

Biaya Investasi 45.485.000

Biaya Tetap (1 bulan) 294.359

Biaya Variabel (1 bulan) 7.050.000

Biaya Total 7.344.359

Jumlah Penerimaan 13.410.000

Keuntungan 2.786.282

BCR 1,4

Sumber: Data Kuisioner

Pada Tabel 16 diketahui nilai B/C adalah sebesar 1,4 sehingga

keuntungan bersih yang diperoleh perbulan rata-rata mencapai Rp. 2.786.282

untuk pemilik perahu. Untuk nelayan memperoleh uang bagi hasil perorang rata-

rata sekitar Rp. 928.760/bulan (Lampiran 12). Bagi hasil yang diperoleh masing

masing nelayan tersebut adalah hasil pembagian dari jumlah bagi hasil di bagi 3

jumlah nelayan.

Tabel 17. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar

Pada Tingkat Pedagang Pengumpul/bakul Dalam Waktu 1

Bulan.

Keterangan Nilai (Rp)

Biaya Investasi 4.425.000

Biaya Tetap (1 bulan) 368.873

Biaya Variabel ( 1 bulan) 8.885.000

Biaya Total 8.886.873

Jumlah penerimaan 42.000.000

Keuntungan 33.113.127

BCR 4,72

Sumber: Data Kuisioner

Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul/bakul dapat terlihat pada

Tabel 17 yaitu sebesar Rp. 33.113.127/bulan, maka besarnya keuntungan untuk

satu kali produksi yaitu Rp. 1.103.770 (Lampiran 13). Nilai B/C lebih dari satu

menunjukan bahwa usaha tersebut menguntungkan.

55

Tabel 18. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar

Pada Tingkat Pengusaha Miniplant Dalam Waktu 1 Bulan.

Keterangan Nilai (Rp)

Biaya Investasi 12.300.000

Biaya Tetap (1 bulan) 102.498

Biaya Variabel ( 1 bulan) 28.050.000

Total biaya 28.152.498

Jumlah penerimaan 126.000.000

Keuntungan 97.847.502

BCR 4,47

Sumber: Data Olahan (2013)

Kentungan yang diperoleh pengusaha miniplant dapat terlihat pada Tabel

18 yaitu sebesar Rp. 97.847.502/bulan, maka dalam satu kali produksi

memperoleh Rp. 3.261.583 (Lampiran 14) . Nilai B/C lebih dari 1 menunjukan

bahwa usaha tersebut menguntungkan.

Tabel 19. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar

Pada Tingkat Pabrik Besar Dalam Waktu 1 Bulan.

Keterangan Nilai (Rp)

Biaya Investasi 333.250.000

Biaya Tetap (1 bulan) 2.631.248

Biaya Variabel ( 1 bulan) 45.000.000

Total biaya 47.631.248

Jumlah penerimaan 450.000.000

Keuntungan 402.368.752

BCR 9,44

Sumber: Data Kuisioner

Keuntungan yang diperoleh pabrik besar dapat terlihat pada Tabel 19 yaitu

sebesar Rp. 402.368.752/bulan, maka besarnya keuntungan untuk satu kali

produksi yaitu Rp. 13.412.291 (Lampiran 15). Nilai B/C lebih dari satu

menunjukan bahwa usaha tersebut menguntungkan.

56

Tabel 20. Biaya-Manfaat Usaha Pemasaran Rajungan Di Gebang Mekar

Pada Tingkat Restoran Dalam Waktu 1 Bulan.

Keterangan Nilai (Rp)

Biaya Investasi 14.875.000

Biaya Tetap (1 bulan) 247.916

Biaya Variabel (1 bulan) 220.000.000

Total biaya 220.123.958

Jumlah penerimaan 450.000.000

Keuntungan 229.876.042

BCR 2,04

Sumber: Data Kuisioner

Keuntungan yang diperoleh pemilik restoran dapat terlihat pada Tabel 20

yaitu sebesar Rp. 229.876.042/bulan, maka besarnya keuntungan untuk satu kali

produksi yaitu Rp.7.662.534. Nilai B/C lebih dari satu menunjukan bahwa usaha

tersebut menguntungkan.

4.10 Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai tambah

yang terdapat pada pengolahan rajungan utuh yang diolah menjadi rajungan

kupas. Besarnya analisis nilai tambah satu kali produksi pada nelayan dapat di

lihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Nelayan

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output / total produksi (Kg / trip) 1 (A)

2 Input bahan baku (Kg / trip) 3 (B)

3 Input tenaga kerja ( HOK / trip) 1 (C)

4 Faktor konversi (1) / (2) 0,33(D)

5 Koefisien tenaga kerja (3) / (2) 0,33(E)

6 Harga produk ( Rp / Kg) 140.000 (F)

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/

kg)

10.000 (G)

57

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) 40.000(H)

9 Sumbangan input lain (Rp) 833(I)

10 Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg) 46.200 (J)

11 a. Nilai tambah (10) – (8) – (9) (Rp/ Kg)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

5367 (K)

11,617 % (L)

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp /

Kg)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

3300 (M)

61,487 % (N)

13 a. Keuntungan (11a) – (12a) (Rp / Kg)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

2067 (O)

4,474 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (10) – (8) (Rp / kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

6200 (Q)

53,225 %(R)

13,435 % (S)

86,565 % (T)

Sumber: Data Kuisioner

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 23 (Lampiran 17) , bahwa

hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 1 kg dengan

penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 3 kg. Bahan baku yang digunakan

di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga kerja yang

dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan dalam

proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 1 orang.

Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan

jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di

atas adalah sebesar 0,33 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg

daging rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga

kerja dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.

Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,33. Nilai output rata-rata rajungan

kupas pada penelitian ini adalah Rp. 140.000/kg. Harga bahan baku input 40.000

58

/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi/kg

bahan baku adalah sebesar Rp. 833

Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor

konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/output pada

perhitungan nilai tambah adalah Rp. 46.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut

dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat

diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat nelayan Rp.

5367/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan

diperoleh nilai tambah sebesar 11,617 %.

Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang

diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 3300/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam

pengolahan rajungan kupas adalah 61,487%.

Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan

yang diperoleh adalah Rp. 2067/kg dengan tigkat keuntungan 4,474 %, jumlah ini

cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga

menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan

keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga

bahan baku rajungan/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 6200 yang didistribusikan kepada masing-masing

faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 53,225 %, sumbangan input lain 13,435 %,

dan keuntungan usaha 86,565 %.

Tabel 24. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Bakul

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output / total produksi (kg/hari) 10 (A)

2 Input bahan baku (Kg/hari) 35 (B)

59

3 Input tenaga kerja ( HOK/hari) 5 (C)

4 Faktor konversi (1) / (2) 0,28(D)

5 Koefisien tenaga kerja (3) / (2) 0,14 (E)

6 Harga produk ( Rp / Kg) 140.000 (F)

7 Upah rata-rata tenaga kerja HOK (Rp/ kg) 10.000 (G)

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) 50.000(H)

9 Sumbangan input lain (Rp) 6857(I)

10 Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg) 39200 (J)

11 a. Nilai tambah (10) – (8) – (9) (Rp/ Kg)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

27.343 (K)

69,753 % (L)

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja ( Rp / Kg)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

1400 (M)

5,120 % (N)

13 a. Keuntungan (11a) – (12a) (Rp / Kg)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

25.943O)

66,181 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (10) – (8) (Rp / kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

34.200 (Q)

4,093 %(R)

20,05% (S)

79,950% (T)

Sumber: Data Kuisioner

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 24 (Lampiran 18), bahwa

hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 10 kg dengan

penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 35 kg. Bahan baku yang

digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga

kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan

dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 5 orang.

Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan

jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di

atas adalah sebesar 0,28 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg

60

daging rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga

kerja dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi.

Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,14. Nilai output rata-rata rajungan

kupas pada penelitian ini adalah Rp. 140.000/kg. Harga bahan baku input

50000/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi

/kg bahan baku adalah sebesar Rp. 6857

Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor

konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk/ouput pada

perhitungan nilai tambah adalah Rp. 39.200/kg. Hasil dari nilai produk tersebut

dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat

diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pedagang

pengumpul/bakul Rp. 27.353/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan

nilai produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 69,573 %.

Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang

diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 1400/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam

pengolahan rajungan kupas adalah 5,120 %.

Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan

yang diperoleh adalah Rp. 25.943/kg dengan tigkat keuntungan 66,81 %, jumlah

ini cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga

menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan

keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga

bahan baku rajungan per kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 34.200 yang didistribusikan kepada masing-masing

faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 4,093 %, sumbangan input lain 20,05 %, dan

keuntungan usaha 79,950 %.

61

Tabel 25. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Pengusaha

Miniplant

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output / total produksi (kg) 30 (A)

2 Input bahan baku (Kg) 100(B)

3 Input tenaga kerja ( HOK) 20 (C)

4 Faktor konversi (1) / (2) 0,3 (D)

5 Koefisien tenaga kerja (3) / (2) 0,2 (E)

6 Harga produk ( Rp / Kg) 300.000 (F)

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/

kg)

10.000 (G)

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) 50.000(H)

9 Sumbangan input lain (Rp) 3800 (I)

10 Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg) 90.000 (J)

11 a. Nilai tambah (10) – (8) – (9) (Rp/ Kg)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

36.200 (K)

40,222 % (L)

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp /

Kg)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

2000(M)

5,525 % (N)

13 a. Keuntungan (11a) – (12a) (Rp / Kg)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

34.200(O)

38 % (P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (10) – (8) (Rp / kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

40.000 (Q)

5 % (R)

9,5 % (S)

85,5 % (T)

Sumber: Data Kuisioner

62

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 25 (Lampiran 19), bahwa

hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 30 kg dengan

penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 100 kg. Bahan baku yang

digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga

kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan

dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 20 orang.

Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan

jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di

atas adalah sebesar 0,3 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg daging

rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja

dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Besarnya

nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,2. Nilai output rata-rata rajungan kupas pada

penelitian ini adalah Rp. 300.000/kg. Harga bahan baku input 50000/kg.

Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per kg

bahan baku adalah sebesar Rp. 3800.

Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor

konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai porduk/ouput pada

perhitungan nilai tambah adalah Rp. 90.000/kg. Hasil dari nilai produk tersebut

dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat

diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pengusaha

miniplant Rp. 36.200/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai

produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 40,222 %.

Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang

diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 2000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam

pengolahan rajungan kupas adalah 5,525 %.

Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan

yang diperoleh adalah Rp. 34.200/kg dengan tigkat keuntungan 38 %, jumlah ini

cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga

menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

63

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan

keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga

bahan baku rajungan per kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 40.000/kg yang didistribusikan kepada masing-masing

faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 5 %, sumbangan input lain 9,5 %, dan

keuntungan usaha 85,5%.

Tabel 26. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Pabrik Besar

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output / total produksi (kg) 50 (A)

2 Input bahan baku (Kg) 170 (B)

3 Input tenaga kerja ( HOK) 50 (C)

4 Faktor konversi (1) / (2) 0,3 (D)

5 Koefisien tenaga kerja (3) / (2) 0,3 (E)

6 Harga produk ( Rp / Kg) 300.000 (F)

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/

kg)

10.000 (G)

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) 50.000(H)

9 Sumbangan input lain (Rp) 5294 (I)

10 Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg) 90.000 (J)

11 a. Nilai tambah (10) – (8) – (9) (Rp/ Kg)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

34.706 (K)

38,562 % (L)

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (5) x (7) ( Rp /

Kg)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

3000 (M)

8,644 % (N)

13 a. Keuntungan (11a) – (12a) (Rp / Kg)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

31,706 (O)

35,229 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

64

14 Marjin (10) – (8) (Rp / kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

40.000 (Q)

7,5 % (R)

13,235 % (S)

79,265% (T)

Sumber: Data Kuisioner

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 26 (Lampiran 20), bahwa

hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 50 kg dengan

penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 170 kg. Bahan baku yang

digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga

kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua tenaga kerja yang berperan

dalam proses produksi rajungan kupas yang berjumlah 50 orang.

Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan

jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di

atas adalah sebesar 0,3 yang berarti 3 kg bahan baku dapat dihasilkan 1 kg daging

rajungan kupas. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga kerja

dengan jumlah bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Besarnya

nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,3. Nilai output rata-rata rajungan kupas pada

penelitian ini adalah Rp. 300.000 per/kg. Harga bahan baku input 50000 per/kg.

Sumbangan input lain yang digunakan dalam satu kali proses produksi per/kg

bahan baku adalah sebesar Rp. 5294.

Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor

konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai prduk/output pada

perhitungan nilai tambah adalah Rp. 90.000/kg. Hasil dari nilai produk tersebut

dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku maka dapat

diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat pabrik Rp.

34.706/kg. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai produk maka akan

diperoleh nilai tambah sebesar 38,562 %.

Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang

diberikan dari setiap kg bahan bahan baku rajungan utuh yang diolah menjadi

65

rajungan kupas adalah Rp. 3000/kg dengan demikian bagian tenaga kerja dalam

pengolahan rajungan kupas adalah 8,644%.

Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan

yang diperoleh adalah Rp. 31.706 dengan tigkat keuntungan 35,229%, jumlah ini

cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga

menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan

keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga

bahan baku rajungan per/kg, tiap pengolahan rajungan 1 kg rajungan utuh menjadi

rajungan kupas adalah Rp. 40.000 yang didistribusikan kepada masing-masing

faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 7,5 %, sumbangan input lain 13,235 %, dan

keuntungan usaha 79,265 %. Marjin didistribusikan untuk keuntungan usaha

merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan pendapatan tenaga kerja dan

sumbangan input lain.

Tabel 27. Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami Tingkat Restoran

No Variabel Nilai

Output, Input, Harga

1 Output / total produksi (Kg) 10 (A)

2 Input bahan baku (Kg) 35 (B)

3 Input tenaga kerja ( HOK) 20 (C)

4 Faktor konversi(1) / (2) 0,3 (D)

5 Koefisien tenaga kerja (3) / (2) 0,5 (E)

6 Harga produk ( Rp / Kg) 150.000 (F)

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/

kg)

20.000 (G)

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) 60000(H)

9 Sumbangan input lain (Rp) 28.571 (I)

10 Nilai produk (4) x (6) (Rp / Kg) 45.000 (J)

66

11 a. Nilai tambah (10) – (8) – (9) (Rp/ Kg)

b. Ratio nilai tambah (11a) / (10) (%)

10.429 (K)

23,175 % (L)

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja ( Rp / Kg)

b. Imbalan Tenaga Kerja (12a) / (11a) (%)

10.000 (M)

95,886 % (N)

13 a. Keuntungan (11a) – (12a) (Rp / Kg)

b. Tingkat Keuntungan (13a) / (10) (%)

429(O)

0,953 %(P)

Balas Jasa untuk Faktor Produksi

14 Marjin (10) – (8) (Rp / kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12 a) / (14) (%)

b. Sumbangan input lain (9) / (14) (%)

c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14) (%)

39.000 (Q)

25,614 %(R)

73,258 % (S)

1,1 % (T)

Sumber: Data Kuisioner

Dari hasil perhitungan nilai tambah pada Tabel 27 (Lampiran 21), bahwa

hasil produksi/output untuk satu kali proses produksi adalah sebesar 10 kg dengan

penggunaan bahan baku/input rata-rata sebesar 35 kg. Bahan baku yang

digunakan di sini adalah rajungan utuh yang diukur dengan satuan kg. Tenaga

kerja yang dihitung pada penelitian ini adalah semua karyawan yang berperan

dalam penjualan produk tersebut yang berjumlah 20 orang.

Faktor konversi merupakan bagi hasil bagi antara produksi/output dengan

jumlah bahan baku yang digunakan, besarnya faktor konversi pada perhitungan di

atas adalah sebesar 0,3. Koefisien tenaga kerja merupakan hasil bagi antara tenaga

kerja dengan produk yang di jual. Besarnya nilai koefisien tenaga kerja adalah 0,3

yang berari 1 kg bahan baku/input dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 0,5. Nilai

output rata-rata rajungan kupas pada penelitian ini adalah Rp. 150.000/produk.

Harga bahan baku input 60000/kg. Sumbangan input lain yang digunakan dalam

satu kali penjualan adalah sebesar Rp. 28.571. Sumbangan input lain meliputi

bahan penolong, bahan pengemas.

Nilai produk/output tersebut dikurangi biaya dari hasil kali dari faktor

konversi dengan harga produk rata-rata. Besarnya nilai produk/output pada

perhitungan nilai tambah adalah Rp. 45.000/produk. Hasil dari nilai produk

67

tersebut dikurangi biaya dari sumbangan input lain dan biaya dari bahan baku

maka dapat diperoleh besarnya nilai tambah. Besarnya nilai tambah pada tingkat

restoran Rp. 10.429/produk. Apabila nilai tambah tersebut dibagi dengan nilai

produk maka akan diperoleh nilai tambah sebesar 23,176 %.

Imbalan tanaga kerja merupakan hasil perkalian antara koefisien tenaga

kerja dengan upah rata-rata. Pada perhitungan di atas, imbalan tenaga kerja yang

diberikan dari setiap pengolahan produk adalah Rp. 10.000/kg dengan demikian

bagian tenaga kerja dalam pengolahan rajungan kupas adalah 95,886 %.

Analisis lebih lanjut pada pengolahan rajungan menunjukan keuntungan

yang diperoleh adalah Rp. 429 dengan tigkat keuntungan 0,953 %, jumlah ini

cukup besar dari skala usaha yang ada. Hasil analisis nilai tambah ini juga

menujukan marjin dari bahan baku rajungan utuh menjadi rajungan kupas yang

didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan

keuntungan usaha. Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga

bahan baku rajungan/produk adalah Rp. 39.000 yang didistribusikan kepada

masing-masing faktor yaitu pendapatan tenaga kerja 25,641 %, sumbangan input

lain 73,259 %, dan keuntungan usaha 1,1 %. Marjin didistribusikan untuk

keuntungan usaha merupakan bagian terbesar bila dibandingkan dengan

pendapatan tenaga kerja dan sumbangan input lain.