17
BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005). Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998). 40

BAB IV,V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

b

Citation preview

BAB IVPEMBAHASANA. PengkajianMasalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun kota kecil di seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost generation (Joewana, 2005).Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik (Stuart & Sundeen, 1998).Klien berinisial Tn. I dengan usia 35 tahun masuk ke rumah sakit diantar oleh ibunya, klien riwayat pengguna sabu yang digunakan dengan cara hisap, terakhir menggunakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit dan biasanya menggunakan kurang lebih 0,5 gram perhari.Klien pernah mengalami intoksikasi dan keadaan lepas zat. Perilaku kriminal karena upaya untuk melengkapi kebutuhan untuk membeli zat tersebut yaitu mengambil barang-barang yang ada dirumah pernah dilakukan. Klien pernah ada memiliki catatan kepolisian dan pernah berhenti kuliah, hal ini karena zat tersebut yang menyebabkan ia sulit konsentrasi belajar.Klien sudah lama berpisah dengan istrinya sejak 4 tahun lalu. Klien juga pernah bekerja dan saat ini telah berhenti bekerja. Klien mengalami masalah dengan masyarakat dilingkungannya. masyarakat sekitar rumahnya memandang remeh dan tidak mau mendengar pendapatnya.Klien menggunakan sabu diajak oleh temannya, dan ingin coba-coba. Saat kambuh ini, klien merasa tidak mampu menahan sugest, diajak teman dan keinginan mencoba lagi. Saat ini klien merasakan keluhan sulit tidur dan lemah pada seluruh sendi serta otot-ototnya. Kondisi pengguna taraf awal, yang disebabkan rasa ingin tahu dari remaja. Sesuai kebutuan pada masa tumbuh kembangnya, klien biasanya ingin mencari pengalaman yang baru atau sering dikatakan taraf coba-coba (Eksperimental) (Yosep, 2007).Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.Sinaga (2007) melaporkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman sebaya (78,1%). Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja menggunakan narkoba. Hasil penelitian ini relevan dengan studi yang dilakukan oleh Hawari (1990) yang memperlihatkan bahwa teman kelompok yang menyebabkan remaja memakai NAPZA mulai dari tahap coba-coba sampai ketagihan.Konsep diri saat ini, klien mengatakan perannya sebagai seorang suami dan ayah tidak maksimal. Klien juga jarang bertemu dengan putranya, karena pernah meninggalkan anak dan istrinya tanpa sebab. Klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dianggap jika berbicara atau berpendapat. Klien juga mengatakan bahwa dirinya sudah 3 kali pindah perguruan tinggi, namun tidak ada yang selesai.Saat ini, klien kurang mengetahui cara menahan keinginan untuk menggunakan zat tersebut.Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut; faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positifnya sikap masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidakpedulian masyarakat tentang NAPZA (Hawari, 2003).Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan penyalahgunaan dan ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.Terapi yang diberikan kepada klien adalah cypraplex 10 mg, abilify 10 mg dan tryhexylpenidyl (THP) 2 mg.Escitalopram (cypraplex) terutama digunakan untuk mengobati depresi. SSRI bekerja dengan mencegah serotonin dari yang diserap ke dalam sel-sel saraf di otak. Ini membantu memperpanjang keringanan mood pengaruh dari setiap serotonin dirilis. Dengan cara ini, escitalopram membantu meringankan depresi, panik dan ketakutan.Apiprazole (abilify) adalah obat antipsikotik golongan benzioxazole termasuk jenis obat anti psikosis atipikal yang bekerja pada dopamine D2 Receptor dan Serotonin 5 HT2 Receptor yang efektif mengobati Gejala Positif dan Negatif, karena pada atipikal selain bekerja pada Dopamin D2 Receptor juga bekerja pada Serotonin 5 HT Receptor.Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada klien adalah koping individu tidak efektif: belum mampu untuk menahan keinginan menggunakan zat, harga diri rendah, gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan penglihatan, dan isolasi sosial.Martono (2006) menjelaskan bahwa penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang sangat luas bagi pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta masyarakat, bangsa, dan negara.Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak, kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan/jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang merupakan golongan narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti rasa cemas, dan 3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.Pada masalah koping individu tidak efektif: belum mampu untuk menahan keinginan menggunakan zat, tanda dan gejala yang muncul yaitu klien mengatakan menggunaka zat narkoba awalnya dari temannya, pernah coba untuk berhenti, tetapi tidak mampu untuk menahan keinginannyauntuk mencoba kembali dan ketika ada masalah dan sedang gelisah klien lebih suka untuk menggunakan narkoba.Pada masalah harga diri rendah, tanda dan gejala yang muncul yaitu klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dianggap jika berbicara atau berpendapat, sudah 3 kali pindah perguruan tinggi, namun tidak ada yang selesai dan istri serta anaknya meninggalkannya tanpa sebab. Klien juga terdengar berbicara dengan suara pelan dengan kontak mata.Pada masalah gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran dan penglihatan, tanda dan gejala yang muncul yaitu klien mengatakan mendengar suara-suara dan melihat bayangan hitam, muncul setiap klien sendiri, dan biasanya muncul kurang dari 5 kali dalam sehari, isi suara tersebut menyuruhnya untuk beribadah dan merasa terganggu dan sulit berkonsentrasi. Klien juga sering menyendiri dan melamun.Masalah Isolasi sosial pada klien terjadi dengan tanda dan gejala yaitu klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah dianggap jika berbicara atau berpendapat oleh orang lain, malas berinteraksi dengan orang lain lebih baik dikamar dan belum mempunyai teman di ruangan. Klien terlihat menyendiri, tidak bercakap-cakap dengan orang lain, tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain, lesu, tidak bersemangat, kontak mata tidak ada dan lebih banyak tidur-tiduran.

C. Implementasi Tindakan KeperawatanImplementasi yang dilakukan pada hari pertama pada tiap-tiap masalah yaitu membina hubungan saling percaya, hal ini karena klien dilakukan interaksi awal.Pada masalah koping individu tidak efektif: belum mampu untuk menahan keinginan menggunakan zat, tindakan yang telah dilakukan yaitu mengidentifikasi penyebab klien menggunakan NAPZA, mengidentifikasi motivasi klien untuk berhenti menggunakan NAPZA dan meningkatkan motivasi klien untuk berhenti.Kemudian untuk masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan pendengaran, tindakan yang telah dilakukan yaitu kontrak waktu untuk interaksi sering tetapi singkat, mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya, mendiskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, mendiskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan tersebut, mendiskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien menikmati halusinasinya, mengidentifikasi brsama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri), mendiskusikan cara yang digunakan klien. Jika cara adaptif, berikan pujian jika cara maladaptif jelaskan kerugiannya.

D. Evaluasi TindakanDari beberapa masalah dan kemudian dilakukan implementasi pada hari pertama tersebut, klien masih mau membuka diri sepenuhnya dengan perawat, klien juga mengetahui dampak menggunakan NAPZA dan memiliki motivasi untuk berhenti menggunakannya. Klien juga masih mengalami halusinasi, dan klien mampu mengetahui isi, frekuensi, waktu maupun kondisi saat klien mengalami halusinasi tersebut.Depkes (2001) menyatakan harapan pasien pengguna NAPZA yang direhabilitasi adalah dapat mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi, mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA, pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya, mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik, dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja, dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan lingkungannya.

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULANPenyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia telah menyebar di seluruh Indonesia.NAPZA dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Zat-zat tersebut antara lain: ganja, heroin, kokain, morfin, amfetamin (shabu-shabu), ektasy (metamfetamin), fenfluramin, minuman keras (alkohol), nikotin, votaile, dan solvent/inhalasia. Amfetamin/s habu-shabu adalah kelompok narkoba yang dibuat secara sintetis dan akhir-akhir ini menjadi populer di Asia Tenggara. Amfetamin biasanya berbentuk bubuk putih, kuning atau coklat dan kristal kecil berwarna putih. Stimulan-stimulan seperti amfetamin mempengaruhi sistem saraf pusat dengan mempercepat kegiatan bahan-bahan kimia tertentu di dalam otak.Hasil pengkajian yang dilakukkan pada tanggal 17 februari didapat bahwa Tn.I mengatakan bahwa klien menggunakan zat adiktif sejenis shabu-shabu sejak SLTA. Klien terakhir menggunakan shabu-shabu 5 hari SMRS sebanyak 0,5 gram. Pertama kali klien menggunakan zat ini karena klien di bujuk oleh teman-temannya. Klien sempat berhenti menggunakan zat ini, namun klien mulai menggunakan shabu-shabu kembali setelah bercerai dengan istrinya dan tidak mampu menhan suggest terhadap keinginan menggunakan shabu-shabu kembali. Dari data tersebut masalah utama pada Tn. I adalah koping individu tidak efektif: belum mampu untuk menahan keinginan menggunakan zat. Selain masalah koping individu tidak efektif, ada beberapa masalah yang muncul pada kasus ini yaitu harga diri rendah, isolasi sosial, dan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Pada kasus ini masalah keperawatan isolasi sosial dan harga diri rendah sudah tidak muncul. Masalah keperawatan yang muncul saat sekarang ini yaitu koping individu tidak efektif dan gangguan sensori persepsi: halusinasi yang disebabkan karena efek zat adiktif yang digunakan sejak SLTA dulu.Implementasi yang dilakukkan kelompok pada Tn. I yaitu koping individu tak efektif dan gangguan sensori persepsi: halusinasi. Klien diberikan implementasi selama 3 hari dengan kontak yang sering, secara bertahap klien sudah mengalami perubahan. Klien sudah dapat mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan lain dan klien sudah dapat memotivasi dirinya untuk berhenti menggunakan zat adiktif.

B. SARAN1. Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur1. Diharapkan petugas kesehatan dapat menjadi orang yang pertama membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien merasa nyaman dan tenang saat berada disamping perawat. 1. Diharapkan kepada pettugas kesehatan untuk memberikan intervensi pada klien penyalahgunaan NAPZA yang disertai dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi untuk dapat mengkaji lebih dalam terkait masalah halusinasi yang dihadapinya.

2. Penulis selanjutnyaa. Diharapkan penulis selanjutnya dapat memberikan motivasi yang kuat, pertemuan yang sering, dan modifikasi terhadap teknik komunikasi yang tepat untuk melakukan pendekatan pada klien dengan masalah koping individu tak efektif.

48