42

BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

  • Upload
    others

  • View
    26

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya
Page 2: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

BABIX

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

POTENSI SUMBER DAYA PERKEBUNAN

9.1. Perkebunan di Kabupaten Pelalawan

Perkembangan usaha perkebunan Kabupaten pelalawan mencapai

220.843,56 ha. Komoditi perkebunan pelalawan tersebar di 12

kecamatan pelalawan , dimana yang terluas berada pada kecamatan

Pangkalan kuras, selanjutnya diikuti dengan kecamatan langgam. Ukui

dan teluk meranti merupakan areal terkecil untuk perkebunan. Untuk

lebih jelasnya mengenai sebaran komoditi perkebunan di Kabupaten

Pelalawan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. 1. Luas Areal Perkebunan Di Kabupaten Pelalawan

No KomoditiTahun Luas Area

Luas Prod TBM TM TTR JumlahProduksi tahun 2008 Petani

1 Karet 19867.90 22419.6 4126.85 13459.81 2626.29 20212.95 23840.88 138072 Kelapa 15625.60 20604.8 804.45 10584.41 4790.16 16179.02 21210.62 100633 K. Sawit 177905.50 285270.3 25275.87 156375.87 1275.00 182926.19 331541.20 361434 Antan 1415.20 537.8 532.04 532.04 407.35 1525.40 484.26 29135 Sagu 653.90 526.5 77.40 77.40 404.41 654.93 206.74 4846 Pinang 67.50 5.6 29.31 29.31 2.93 76.75 8.65 15067 Kopi 693.70 5.6 425.33 425.33 0.01 793.72 268.87 9238 Jumlah 216229.30 329370.20 31271.25 181484.17 9506.15 222368.96 377561.22 65839

Pengembangan usaha perkebunan di Kabupaten Pelalawan

dilakukan melalui 2 bentuk usaha perkebunan yakni perkebunan rakyat

dan perkebunan Besar Swasta.

Page 3: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

9.2. Perkembangan usaha Perkebunan rakyat

Usaha perkebunan rakyat, merupakan usaha perkebunan yang

dikelola langsung oleh rakyat/petani. Keadaan luas areal perkebunan

rakyat di Kabupaten Pelalawan sampaii dengan tahun 2008 menccapai

97.869,03 ha (44,3 % dari total luas areal perkebunan Kabupaten

Pelalawan) dengan produksi tahun 2008 mencapai 128.960,37 ton /tahun

dan diusahakan oleh 62.926 KK petani, dengan komoditas karet, kelapa,

kelapa sawit, dan aneka tanaman lainnya (sagu pinang, dan kopi) , yang

tersebar pada 12 kecamatan di Kabupaten Pelalawan.

Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan

dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu:

1. Pola swadaya (baik swadaya murni maupun swadaya

berbantuan )

2. Pola UPP ( Unit pelayanan dan pengembangan

3. Pola Pir- Bun (perusahaan inti rakyat Perkebunan) baik Pir –

Trans maupun Kemitraan, berupa kebun plasma.

9.3. Perkebunan Karet

Perkebunan karet-rakyat di Kabupaten Pelalawan sudah

membudaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya

diusahakan oleh petani dalam skala kecil (sempit) dengan sistem

tradisional. Berbeda dengan yang diusahakan oleh perusahaan

pemerintah/swasta, dimana pengusahaannya dilakukan dalam

skala besar dengan sistem teknologi modern. Namun demikian,

dilihat dari proporsi luasan, kebun karet-rakyat tetap

mendominasi, sehingga usaha itu patut diperhitungkan, karena

dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.

Page 4: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Pengelolaannya dilakukan secara sederhana. Setelah bibit karet

ditanam kemudian dibiarkan begitu saja tanpa perawatan yang

memadai, sehingga tingkat produktivitasnya masih rendah, yaitu

hanya sekitar 5,49 kw/ha/th; disamping kualitas hasil olahan-

karet juga tergolong rendah. Salah satu penyebabnya adalah

faktor pemilikan teknologi dan kemampuan sumberdaya petani

masih rendah, sehingga sampai di pasaran, produk karet Indonesia

dikenal sebagai yang bermutu rendah. Sementara produk karet

dari negara jiran, seperti Thailand dan Malaysia tetap mampu

menjaga kualitas karetnya, sehingga sampai sekarang masih

menguasai pasaran karet Dunia.

Rendahnya harga karet yang diterima oleh petani selama ini sering

dituduhkan karena jeleknya kualitas produksi karet-rakyat.

Sebaiknya ke depan, persoalan yang menimpa peta karet ini tidak

dilihat hanya dari sisi rendahnya mutu karet yang dihasilkan

petani karet rakyat. Namun perlu juga dilihat dari sisi faktor

penyebab lainnya, misalnya sisi hubunga sosial antara petani

dengan pihak lain yang ada di tingkat lokal. Artinya, persoala

rendahnya harga (pendapatan) dan kehidupan petani tidak hanya

disebabkan oleh persoalan teknis semata, tapi yang tidak kalah

pentingnya adalah dukungan situasi dan kondisi sosi masyarakat di

tingkat bawah. Iklim sosial yang dimaksud adalah adanya

kenyataan bahwa penentuan harga karet di tingkat bawah justru

sering ditentukan oleh keterikatan hubunga sosial antara petani

kecil, petani besar dengan pedagang karet di tingkat lokal yang

menggiringnya ke sudut posisi tawar petani karet-rakyat menjadi

lemah. Kenyataan seperti ini, di pedesaan sulit sekali untuk

dihindarkan. Keinginan yang besar dari petani untuk tetap

menjaga ke-eratan hubungan sosial sering memaksa dan

menghilangkan rasionalitas petani dalam berbisnis. Artinya,

kebanyakan petani di pedesaan

Page 5: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

lebih cenderung untuk menomor-satukan hubungan resiprositas

sosial dibandingkan dengan keuntungan bisnis semata, meskipun

bisnis karet tersebut merupakan penyokong kehidupan ekonomi

keluarga. Realitas seperti ini bukan sesuatu yang mustahil

adanya, karena sampai saat ini, di pedesaan masih banyak

dijumpai para toke atau petani besar (induk somang),

disamping berperan sebagai pembeli produksi karet, juga masih

mempunyai hubungan kekerabatan dengan petani produsen; baik

itu sebagai mertua/famili, atau pemberi dana bagi kehidupan

rumah tangga, dsb. Jadi karena hubungan patron-client tersebut

sudah bercampur aduk dengan hubungan sosial kekeluargaan,

maka hubungan resiprositas dan keterikatan sosial tersebut,

secara implisit pada akhirnya menjadi rikuh-pakewuh dan dapat

menyulitkan posisi petani dalam adu tawar-menawar dalam proses

penentuan harga bagi produksi karetnya. Karenanya kebanyakan

mereka, suka atau tidak, terpaksa atau rela, mereka pasrah dan

menerima harga yang telah ditentukan (sepihak) oleh para toke

atau induk semang-nya.

Variabel lain yang juga berperan ikut menentukan tingkat

pendapatan petani adalah rantai pemasaran karet, sebab

kenyataan menunjukkan bahwa begitu banyaknya lapisan

pedagang yang terlibat, sehingga menjadikan rantai tataniaga

karet di sini cukup panjang, dan kondisi demikian sudah

merupakan suatu fenomena lama. Petani tidak pernah bisa

langsung dalam memasarkan produksi karetnya kepada pabrik

atau pedagang eksportir. Paling kurang mereka harus melalui dua

atau tiga orang pedagang perantara yaitu pedagang di tingkat

desa dan pedagang di tingkat kecamatan. Meski disadari; rantai

tataniaga yang pendek sulit dijumpai, karena umumnya sentra

produksi karet-rakyat di Riau relatif jauh dari pusat kota dengan

kondisi jaringan transportasi yang kurang memadai. Karenanya

Page 6: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

petani harus melalui rantai pemasaran yang panjang dan berliku,

mulai dari pedagang ditingkat kelompok, di tingkat desa,

pedagang di tingkat kecamatan, sampai ke pedagang agen-komisi,

baru masuk ke pabrik pengolahan atau eksportir karet.

Panjangnya rantai tataniaga itu berakibat kepada rendahnya harga

jual di tingkat petani, karenanya petani hanya bisa menerima

harga karet apa adanya. Mubyarto dan Dewanta (1991)

menyebutkan bahwa dengan adanya rantai tataniaga yang panjang

tersebut petani karet di Sumatera dan Kalimantan hanya

menerima sekitar 25-30% dari harga ekspor karet-alam.

Bandingkan dengan pendapatan petani karet di negara jiran

Malaysia yang mampu menerima paling kurang 70-80% dari harga

ekspor karet-alam. Jadi tidak mustahil bila kehidupan sosial

ekonomi petani karet di pedesaan Riau masih rendah dan jauh

tertinggal. Dengan begitu, meskipun produksi karet-rakyat tinggi,

tapi menjadi tidak banyak berarti karena tidak sejalan dengan

peningkatan kesejahteraan petaninya. Untuk itu penting adanya

perhatian pemerintah terhadap upaya pembangunan perkebunan

karet-rakyat yang mampu memberikan dampak positif terhadap

perbaikan derajat hidup petani.

Pada Era sebelumnya yakni tahun 2004 luas perkebunan karet-

rakyat (PR) di Riau mencapai 359.091 ha atau 12,97 % dari luas

total PR Indonesia. Sementara luas PR di Indonesia mencapai

sekitar 86 % dari seluruh luas perkebunan karet total 3,26 juta

hektar (Dirjen Perkebunan, 2004). Ini merupakan potensi areal

lahan perkebunan karet terbesar di dunia, meskipun sebagian

besar pengelolaannya masih dilakukan oleh rakyat yang belum

sepenuhnya menerapkan teknik dan manajemen usaha yang

efisien. Pengelolaannya dilakukan secara sederhana. Setelah bibit

karet ditanam kemudian dibiarkan begitu saja tanpa perawatan

Page 7: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

yang memadai, sehingga tingkat produktivitasnya masih rendah,

yaitu hanya sekitar 5,49 kw/ha/th. disamping kualitas hasil

olahan-karet juga tergolong rendah. Salah satu penyebabnya

adalah faktor pemilikan teknologi dan kemampuan sumberdaya

petani masih rendah, sehingga sampai dipasaran, produk karet

Indonesia dikenal sebagai yang bermutu rendah. Sementara

produk karet dari negara jiran, seperti Thailand dan Malaysia

tetap mampu menjaga kualitas karetnya, sehingga sampai

sekarang masih menguasai pasaran karet Dunia. Dengan

fenomena tersebut, maka posisi Indonesia dalam eskalase

perkaretan dunia saat ini menurun; padahal menurut Mubyarto

dan Dewanta (1991) dalam periode sebelum PD-II sampai 1956

karet-alam Indonesia telah berhasil mencapai kejayaan, karena

menjadi produsen karet-alam terbesar di Dunia.

Gambar 9. 1. Citra Land Sat E 7 EMT Sebaran Realisasi Perkebunan.

Gam

bar

10. 1.

Cit

ra L

and S

at

E 7

EM

T

Sebara

n R

ealis

asi

Perk

ebunan.

Page 8: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Page 9: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Kondisi Perkebunan Karet pada tiap kecamatan sebagai berikut

1. Kecamatan Langgam

Areal perkebunan karet dilakukan baik masyarakat menetap

sebagai pekebun karet maupun masyarakat yang telah memiliki

pekerjaan menetap. Wilayah perkebunan sawit pada

kecamatan Langgam berkisar 4624 ha dari luas pemanfaatan

lahan sebagai perkebunan karet 20213, 0 Ha yang tergarap

dengan produksi pertahunnya dalam satuan ton berkisar 9147,8

Ton.

Pada umunya masyarakat pekebun karet meenjual produknya

langsung ke tauke dengan kisaran harga yang ditentukan oleh

tauke tersebut. Adapun jenis karet yang digunakan adalah

jenis karet alami yakni berasal dari hutan dan sebagian lagi

berasal dari hasil perkawinan silang maupun bantuan dari

pemerintah setempat seperti bibit unggulan.

2. Banadar sikijang

Areal perkebunan sawit yang dimiliki oleh masyarakat bandar

sikijang sebesar 190,5 Ha dengan kisaran produksi pertahun

9147,8 Ton. Usaha perkebunan karet ini dilakukan dengan cara

bergotong royong atau pembukaan lahan secara alami.

3. Pangkalan Kerinci

Luas wilayah perkebunan karet di kecamatan Pangkalan kerinci

merupakan perkebunan karet yang paling sedikit jumlah satuan

lahannya dengan kisaran 152 ha dengan hasil yang didapat

sekitar 158, 2. Walaupun kondisi lahan dalam jumlah yang

relatif kecil , keadaan produksinya dapat dikatakan maksimal.

Keadaan ini diperkirakan karena lokasi sarana transportasi

Page 10: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

lebih baik dibandingkan dengan kondisi kecamatan lainnya di

wilayah Kabupaten Pelalawan

4. Pangkalan Kuras

Luas wilayah pemanfaatan lahan untuk Kecamatan Pangkalan

kuras berkisar 2055,2 dengan total produksi 2552,4 Ton

pertahunnya. Kondisi ini diperkirakan karena Kecamatan

Pangkalan kUras memiliki satuan lahan yang idea selain jenis

tanahnyya yang memadai juga lokasi yang strategis untuk

perkebunan karet.

5. Pangkalan Lesung

Perkebunan yang dimiliki dalam region kecamatan Pangkalan

Lesung seluas 1909,0 dengan total produksi berkisar 1844, 2

Ton pertahunnya.

6. Kecamatan Bunut

Luas wilayah perkebunan sebagai perkebunan karet berkisar

2935,7 dengan satuan produksi dalam ton pertahunnya berkisar

2836, 3 . masyarakat biasanya melakukan aktifitas perkebunan

dilakukan dengan cara yang tradisional dan bibit yang didapat

merupakan bibit peninggalan dari yang terdahulu. Atau bibit di

dapat dari hutan setempat.

7. Kecamatan Bandar petalangan

Kondisi satuan luas wilayah perkebunan karet masyarakat

berkisar 3102, 0 Ha. Luas wilayah perkebunan karet di

kecamatan bandar petalangan merupakan yang terbesar untuk

satuan wilayah perkebunan Di kabupaten Pelalawan. Total

produksi yang dimiliki oleh kecamatan ini berkisar 2548 Ton

pertahunnya.

Page 11: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

8. Kecamatan Pelalawan

Luas wilayah perkebunan Karet di kecamatan Pelalawan

Kabupaten Pelalawan berkisar 1025 Ha dengan total produksi

berkisar 438, 15 Ton per Tahunnya. Berdasar kan korelasi luas

wilayah dan satuan produksi , dapat dikatan bahwa pada

kecamatan Pelalawan kondisi lahannya masih banyak tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat setempat atau juga dapat jalus

perekonomian untuk usaha perkebunan karet dikatakan lambat

terkait dengan sarana transportasi dan aspek pendukung

lainnya.

9. Kecamtan Ukui

Luas wilayah perkebunan yang dimiliki oleh masyarakat

kecamatan Ukui berkisar 796 dalam satuan Ha dengan total

peoduksi pertahunnya berkisar 971, 15 Ton pertahunnya

10.Kecamatan Kerumutan

Luas wilayah perkebunan karet di Kecamatan Kerumutan

berkisar 2329 dalam satuan ha , dengan total produksi berkisar

2709 Ton pertahunnya. Kondisi perkebunan karet dikecamatn

kerumutan dapat dikatakan baik hal ini di lihat dari satuan

produksi dalam ton pertahunnya menunjukan hasil yang relatif

baik.

11.Kecamatan Teluk meranti

Luas areal perkebunan karet di kecamatan Meranti berkisar

1009 dengan total produksi dalah satuan ton pertahunnya

berkisar 422,94.

12.Kecamatan Kuala Kampar

Kecamatan kuala kampar merupakan wilayah pesisir yang

masih di pengaruhi oleh air asin sehingga satuan lahan untuk

Page 12: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

produksi komoditi perkebunan karet dikatak rendah dengan

luas wilayah berkisar 84Ha dengan total produksi dalan satuan

ton pertahunnya berkisar 24, 79.

Perbandingan potensi perkebuan Karet pada masing – masing

kecamatan Kabupaten Pelalawan Dapat Dilihat Pada Gambar

berikut.

Gambar 9. 2. Kondisi Perkebunan Karet di Kecamatan dalam kawasan Regional Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Lahan yang telah dimanfaatkan 24.378 Ha, terdiri dari TBM 7839 Ha, TM 15.324 Ha, TT/TR 1,215 Ha Lahan yang tersedia 117.896 Ha dengan Produksi 28.921 ton (15.324 Ha TM).

Dilihat dari diagram diatas Keberadaan Atau Potensi Perkebunan karet bisa dijadikan pusat produksi di kecamatan Langgam, Bunut, Pangkalan Kuras, Kerumutan, Pangkalan Lesung, Pelalawan. Untuk kecamatan Langgam keberadaan Perkebunan Karet sudah didukung dengan Unit pengolahan yakni PT. Mitra Unggul Pusaka.

Page 13: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

9.3.1.Kondisi Pasar Karet

Rendahnya harga karet yang diterima oleh petani selama ini sering

dituduhkan karena jeleknya kualitas produksi karet-rakyat. Sebaiknya ke

depan, persoalan yang menimpa petani karet ini tidak dilihat hanya dari

sisi rendahnya mutu karet yang dihasilkan petani karet-rakyat. Namun

perlu juga dilihat dari sisi faktor penyebab lainnya, misalnya sisi

hubungan sosial antara petani dengan pihak lain yang ada di tingkat

lokal. Artinya, persoalan rendahnya harga (pendapatan) dan kehidupan

petani tidak hanya disebabkan oleh persoalan teknis semata, tapi yang

tidak kalah pentingnya adalah dukungan situasi dan kondisi sosial

masyarakat di tingkat bawah. Iklim sosial yang dimaksud adalah adanya

kenyataan bahwa penentuan harga karet di tingkat bawah justeru sering

ditentukan oleh keterikatan hubungan sosial antara petani kecil, petani

besar dengan pedagang karet di tingkat lokal yang menggiringnya ke

sudut posisi tawar petani karet-rakyat menjadi lemah.

9.4. Perkebunan Kelapa

1. Kecamatan Langgam

Luas wilayah untuk arel perkebunan Kelapa di Kecamatan

Langgam berkisar 71 Ha dengan produksi kelapa berkisar 98 Ton.

Pada umumnya masyarakat di sekitar kecamatan ini menjual hasil

produksinya ke wilayah setempat atau dimanfaatkan sebagian

hasilnya untuk kebutuhan rumah tangganya.

2. Bandar sikijang

Luas areal perkebunan kelapa di kecamatan sikijang berkisar 7,2

Ha dengan kapsitas produksi berkisar 7,3 ton pertahunnya.

Page 14: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

3. Kecamatan Pangkalan Kerinci

Kondisi lahan pada wilayah kecamatan Pangkalan kerinci memiliki

luas areal perkebunan kelapa berkisar 24,5 Ha dengan kapasitas

produksi dalam satuan ton pertahunnya berkisar 24

4. Kecamatan Pangkalan Kuras

Luas areal perkebunan kelapa di wilayah kecamatan Pangkalan

kuras berkisar 16, 48 dengan total produksi dalam satuan ton

pertahunnya berkisar 30,822.

5. Kecamatan Pangkalan lesung

Perkebunan kelapa sawit di wilayah kecamatan pangkalan lesung

memiliki satuan ha dengan kisaran luasan berkisar 38 Ha dengan

total produksi berkisar 38 Ton Pertahunnya

Page 15: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Gambar 9. 3. Peta Eksisting Kawasan Perkebunan Kabupaten Pelalawan

Page 16: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

6. Kecamatan Bunut

Luas Areal perkebunan kelapa dikecamatan bunut berkisar 0,4 Ha

dengan total produksi pertahunnya berkisar 0,88 Ton

7. Kecamatan Bandar petalangan

Luas Areal Perkebunan Kelapa di kecamatan Bandar Petalangan

Kabupaten Pelalawan berkisar 30,5 ha dengan total produksi

berkisar 25 Ton pertahunnya.

8. Kecamatan Pelalawan

Luas areal perkebunan untuk komoditi Kelapa di wilayah Kecamat

Pelalawan Berkisar 5,44 ha dengan total produksi pertahunnya

berkisar 64 Ton.

9. Kecamatan Ukui

Luas Areal perkebunan kelapa yang dimiliki oleh masyarakat

Kecamatan Ukui berkisa 57,7 Ha dengan total produksi berkisar 88

Ton pertahunnya.

10.Kecamatan Krumutan

Hasil perkebunan kelapa di wilayah kecamatan kerumutan

berkisar 164 ton per tahunnya dengan luas wilayah 125, 5 Ha

11.Kecamatan Teluk Meranti

Luas area perkebunan kelapa yang berada di Kecamatan Teluk

Meranti merupakan luasan yang kedua untuk komoditi kelapa. Hal

ini diperkirakan jenis satuan lahannya sangat cocok untuk

perkebunan kelapa mengingat daerah ini merupak daerah yang

berhubungan dengan wilayah pesisir. Luasan wilayah perkebunan

kelapa berkisar 1580, 14 ha dengan total produksi berkisar 3016

ton pertahunnya. Kendala yang dihadapi masyarakat kecamatan

Page 17: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

teluk meranti adalah susahnya jalur perdagangan dan sarana

pendukung lainnya. Hal ini tentu saja dapat menghambat hasil

produksi atau luas lahan produksi tidak sesuai dengan out pun

produksi panen.

12.Kecamatan Kuala Kampar

Kecamatan kuala kampar merupakan salah satu potensi

perkebunan hasil kelapa. Keadaan ini tentu saja didukung oleh

jenis satuan lahan yang ada di sekitar nya serta jumlah luasan

lahan yang ada di kecamatan ini. Luasan lahan yang dimiliki untuk

perkebunan kelapa di kecamatankuala kampar berkisar 14221, 72

Ha. Dilihat luasan lahannya tentu saja secara tidak langsung akan

mengakibatkan dampak terhadap hasil atau out put panen yang

seiring dengan luasan lahannya. Total produksi pertahun dalam

satuan ton untuk komoditi perkebunan kelapa berkisar 17654, 46.

Selain buahnya dijual di luar kecamatan, masyarakat setempat

juga telah mengenal pengolahan kelapa yakni dengan pengeringan

kelapa atau Kopra

Gambar 9. 4. Kondisi Perkebunan Kelapa di Kecamatan dalam kawasan Regional Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

Page 18: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Lahan yang telah dimanfaatkan 25.205,50 Ha, terdiri dari TBM 2.986,70

Ha, TM 20.606,90 Ha, TT/TR 1.612 Ha. Lahan yang tersedia 137.783 Ha

dengan Produksi 230.715,60 ton (20.606,90 Ha TM). Pusat produksi

Kelapa terdapat diwilayah kecamatan teluk meranti dan kuala kampar.

9.5. Perkebunan Sagu

Sagu adalah salah satu sumber pangan bagi sebagian masyarakat

Indonesia di Propinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara,

Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan

Tengah, Sumatera Barat, Riau, Riau Kepulauan, dan Nangro Aceh

Darussalam. Walaupun akhir-akhir ini sagu sebagai makanan pokok bagi

generasi muda, sudah mulai dialihkan sebagian sumber karbohidratnya

ke beras, yang dianggap lebih mudah didapat dan praktis dalam

pengolahan sebagai makanan pokok.

Namun demikian, sebagai sumber karbohidrat potensinya sangat

besar. Peluang pengembangan sagu sebagai substitusi bahan makanan

lainnya, seperti mie, roti, biskuit, kue, makanan penyedap, dan berbagai

jenis minuman sirup berkadar fruktosa tinggi, serta bahan baku bukan

makanan, seperti bahan perekat, farmasi, biodegradable plastic, serta

sumber bahan baku etanol sangat terbuka dan menjanjikan.

Potensi sagu di Indonesia dari sisi luasnya sangat besar. Sekitar

60% areal sagu dunia ada di Indonesia. Data yang ada menunjukkan

bahwa areal sagu Indonesia menurut Prof. Flach mencapai 1,2 juta ha

dengan produksi berkisar 8,4-13,6 juta ton per tahun. Tetapi data luas

areal sagu ini, perlu diteliti lagi ketepatannya melalui metode dan teknik

yang lebih akurat dan mutakhir, karena berbagai sumber informasi

lainnya, khususnya provinsi Papua dan Papua Barat yang mencakup 90%

sagu di Indonesia, sangat besar perbedaannya yaitu dari 600.000-5 juta

ha. Data sagu perlu diperbaiki, apalagi data yang dipakai selama ini,

Page 19: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

selain sudah puluhan tahun, dan ternyata sebagian besar merupakan

data perkiraan.

Dari sekian banyak kecamatan maka daerah penghasil sagu di

Kabupaten Pelalawan adalah

a. Kecamatan Kerumutan

Pada kecamatan kerumutan luas areal untuk pemanfaatan lahan

sebagai komoditi Sagu berkisar 1,7 Ha dengan produksi rata-rata 0,2 Ton

Pertahunnnya. Kondisi perkebunan sagu dilakukan oleh penduduk

setempat dengan cara sambilan atau tidak terpaku kepada hasil Sagu.

Hal ini diperkirakan karena rendahnya tingkat jual di daerah tersebut.

b. Kecamatan teluk Meranti dan Kuala Kampar

Pada kecamatan teluk meranti luas area pemanfaatan hasil

perkebunan berupa sagu berkisar 653,23 dengan total produksi dalam

satuan ton pertahunnya berkisar 206,54 . untuk wilayah kecamatan kuala

kampar luas area pemanfaatan perkebunan sagu berkisar 654,93 dengan

total produksi berkisar 206,74 ton pertahunnnya.

Perkebunan sagu di Meranti dan kecamatan kuala kampar telah

menjadi sumber penghasilan utama hampir 20% masyarakat Meranti.

Sagu di Meranti bukanlah tumbuhan hutan yang liar seperti di Papua dan

Maluku. Batas-batas tanah telah disepakati oleh pemilik dan

pemerintah. Sebagian besar perkebunan sagu tersebut merupakan

warisan keluarga sehingga pertumbuhan luasan areal perkebunan sangat

kecil. Hal ini dikarenakan masyarakat jarang melakukan perluasan

tanaman sagu (penanaman tanaman baru) pada tanah mereka. Sebagian

petani yang hanya memiliki luasan kurang dari 20 Ha biasanya menjual

sagu batangan kepada pemilik kilang sagu (pabrik pengolahan) dan

sebagian ada yang titip olah dan kemudian hasilnya dibagi sesuai

kesepakatan dengan pemilik kilang.

Page 20: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Pertumbuhan tinggi pohon sagu pertahun diperkirakan 1,5 meter.

Pohon sagu masak tebang (siap panen) biasanya berumur 8 – 12 tahun.

Tahapan ini ditandai dengan terjadinya penurunan dalam ukuran pelepah

yang baru terbentuk pada bagian pucuknya dan terlihat warna keputihan

menyerupai serbuk pada pelepah. (Rostiawati, Shoon, Natadiwirya,

Balitbanghutbun, Jkt)

Perkebunan sagu rakyat di Meranti masih dibudidayakan secara

tradisional. Hal ini bisa dilihat dari kerapatan tanaman sagu pada

perkebunan rakyat. Jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan

kurangnya ruang bagi pertumbuhan anakan (tunas).

Proses Produksi Sagu Rakyat di Meranti dan kecamatan Kuala

Kampar

Kilang-kilang sagu di Meranti berkapasitas 600 - 3.500 ton tepung

sagu pertahun. Dengan mengandalkan mesin diesel berkekuatan 12 – 30

Horse Power untuk mengoperasikan mesin pompa air guna mensuplai

kebutuhan air (proses pencucian), menjalankan kanban serta alat parut

yang dimodifikasi secara sederhana sehingga menghasilkan tepung sagu

dengan kandungan air 15 – 18%.

Panen dan Pengangkutan Hasil Panen

Pohon sagu ditebang dengan memotong batang pada bagian dasar,

diusahakan dekat dengan permukaan tanah agar mendapatkan berat

batang maksimal. Batang sagu dipotong sepanjang + 1,2 meter (log)

dengan menggunakan gergaji mesin untuk mempermudah proses

pengangkutan ke pengolahan. Kemudian log-log tersebut dibawa ke

pabrik pengolahan dengan digulingkan atau didorong dengan

perlengkapan sederhana ke sungai. Log-log tersebut kemudian

dikumpulkan dalam satu bentuk ikatan yang menyerupai rakit kemudian

dibawa dengan perahu ke pabrik pengolahan.

Page 21: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Sebagai catatan, proses panen yang biasa dilakukan petani ini

belum optimal. Proses pemotongan log berpotensi menghilangan berat

log. Hal ini bisa diminimalisir dengan memperpanjang ukuran log,

namun akan mennyulit proses transportasi log ke tempat pengolahan.

Proses pengolahan sagu

Log-log sagu yang akan diolah terlebihdahulu dikuliti (dikupas)

bagian luarnya. Bagian kulit luar ini keras dan tebal kulit 2 – 3 cm.

Pengupasan ini biasanya mengunakan kapak atau pisau yang agak besar.

Tujuan proses pengupasan adalah memisahkan bagian dalam yang

berbentuk seperti gabus dengan kulit luarnya yang keras dan tebal.

Kemudian bagian dalamnya ini dipotong kecil dan dimasukan kedalam

mesin parutan yang berbentuk drum berpaku yang berputar. Belakangan

mesin parut ini digantikan dengan mesin parut dengan bejana berbahan

stainless steel dengan motor diesel berkekuatan 7 HP, mesin parut ini

prinsip kerjanyanya mirip dengan mesin parut kelapa.

Hasil parutan akan dibawa oleh kanban secara mekanis dan jatuh

pada bak penampungan. Parutan tersebut kemudian dicampur dengan

air dan diaduk secara manual menggunakan tenaga manusia (kadang

memakai sistem mekanis), proses ini adalah proses ekstraksi sagu

menjadi tepung (starch). Pengadukan didalam media aduk ini sebenarnya

merupakan proses pelumatan daging batang sagu (yang berbentuk gabus)

dengan bantuan air sebagai katalis. Hasil ekstraksi ini menghasilkan serat

(fiber) dan butiran untuk kemudian disaring dengan kain yang terbuat

dari nylon dengan ukuran + 200 mesh. Proses ekstraksi ini menghasilkan

ampas yang oleh masyarak Meranti disebut dengan “repu” yang

kemudian menjadi penyebab pencemaran sungai-sungai di sekitar

meranti karena kilang-kilang sagu di Meranti berada dipinggir sungai.

Hasil saringan dari proses ekstraksi dialirkan ke bak penampungan

(bak beton atau ember kayu besar) untuk proses pengendapan, proses ini

Page 22: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

akan memisahkan air dengan hasil ekstraksi (tepung basah) Setelah bak

penampungan penuh dengan endapan kemudian untuk yang keduakalinya

endapan tersebut diaduk dalam media adukan untuk kemudian dialirkan

ke bak penampungan untuk diendapkan. Setelah pengendapan, tepung

basah dijemur dengan memanfaatkan sinar matahari.

Sebenarnya ampas pengolahan sagu (repu) ini biasanya sebagai

pakan ternak terutama babi. Tapi karena produksi kilang sagu sudah

demikian tinggi amaps pengolahan sagu ini menjadi menggunung. Baru-

baru ini ada riset yang menyatakan bahwa amapas pengolahan sagu

dapat dicampur sampai sebesar 25% untuk pakan unggas.

Permasalahan Limbah Cemaran Produksi Petani Sagu

Hal inilah yang sebenarnya harus menjadi perhatian serius

pemerintah. Kilang sagu mini milik petani sagu di Meranti tidak akan

mungkin membangun IPAL karena investasinya begitu mahal. Penataan

kawasan industry pengolahan kecil milik petani bisa dilakukan dari

sekarang. Pemerintah Daerah harus membangun Instalasi Pengolahan Air

Limbah yang akan dimanfaatkan secara bersama oleh petani sagu.

Sehingga efek pembuangan air limbah proses pengolahan bisa

terkendali. Pemerintah juga dengan teknologi yang telah berkembang

bisa memanfaatkan ampas pengolahan sagu atau repu untuk pakan

ternak. Sehingga Industri Sagu sebagai Zero Waste Industry akan

terwujud.

Namun begitu kebijakan tersebut akan meyisakan permasalahan

bagi pemilik kilang dan petani sagu eksisting. Jarak pabrik pengolahan

yang biasanya dekat dengan perkebunan kini harus memperpanjang

waktu tempuh. Mesin dan fasilitas pabrik harus direlokasi kekawasan

terpadu yang lebih bersahabat dengan lingkungan sesuai dengan

kebijakan pemerintah. Pemilik kilang harus memperhitungkan biaya

break down,re installment mesin dan biaya pemindahan fasilitas pabrik

Page 23: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

lainnya. Kajian terhadap permasalahan ini akan menjadi acuan

pemerintah dalam memutuskan kebijakan mengenai relokasi kilang-

kilang sagu rakyat di Meranti. Secara Rinci pemanfaatan lahan hasil sagu

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 9. 5. Kondisi Perkebunan Sagu di Kecamatan dalam kawasan Regional Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.

Lahan yang telah dimanfaatkan 1.412 Ha, terdiri dari TBM 41 Ha, TM

1.371 Ha. Namun keadaan ini masih kurang maksimal hal ini mengingat

bahwa layan yang tersedia 125.383 Ha.

Page 24: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Gambar 9. 6. Konsensi Perkebunan di Kabupaten Pelalawan

9.3. Strategi Kebijakan Pembangunan Perkebunan

Adanya kenyataan bahwa kondisi sosial dan ekonomi petani di

pedesaan kurang baik, Pemerintah Indonesia dewasa ini semakin intensif

melaksanakan berbagai program pembangunan di daerah pedesaan.

Kartodirdjo (1990) menyebut istilah itu dengan syndrome pedesaan.

Jadi, jika akan memecahkan berbagai persoalan di pedesaan, maka harus

bertitik tolak dari syndrome tersebut. Menurutnya ada dua jenis

syndrome pedesaan, yaitu syndrome kemiskinan (berkait dengan

rendahnya produktivitas, pengangguran, tuan tanah, dan kurang gizi) dan

syndrome inertia (adanya sifat serba patuh, pasivisme, fatalisme dan

ketergantungan) yang sudah lama berakar. Kedua syndrome ini

merupakan persoalan pokok yang sudah laten yang perlu segera

dipecahkan dalam program pembangunan. Dengan upaya mengatasi

kedua syndrome tersebut diharapkan semua sumberdaya alam dan

manusia yang sangat potensial di negeri ini dapat dikembangkan untuk

mempertinggi martabat kehidupan rakyat.

Upaya untuk mengatasi persoalan pedesaan di Pelalawan,

Pemerintah (Pusat dan Daerah) telah melakukan pembangunan dengan

menerapkan strategi modernisasi. Secara umum strategi yang diterapkan

untuk membangun perkebunan karet-rakyat adalah melaui cara:

Pertama, pemerintah membentuk pusat-pusat pengolahan karet di

beberapa daerah sentra produksi, dengan sasaran untuk menampung dan

Page 25: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

mengolah lateks dari hasil perkebunan rakyat. Program ini bertujuan

untuk memperbaiki mutu olahan karet-rakyat. Kedua, melakukan

pembinaan perkebunan rakyat dengan membentuk unit pelaksana proyek

(UPP). Di daerah Propinsi Riau, program ini lebih dikenal dengan istilah

proyek SRDP. Sistem ini diharapkan mampu berfungsi sebagai pembina

petani karet secara menyeluruh, meliputi dari masalah penanaman

hingga persoalan pemasaran.

Strategi program pembangunan yang diterapkan pemerintah

tersebut selain untuk memperbaiki kondisi pendaptan petani, juga dalam

jangka panjang diaharapkan mampu meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi dan perubahan sosial petani. Strategi dan program pertama

dilaksanakan hampir di seluruh daerah yang menjadi sentra-sentara

produksi karet-rakyat di Riau. Di tahap-tahap awal pelaksanaan program

ini banyak sekali petani yang merespon positif. Karena dipandang dalam

menyukseskan program tersebut, pemerintah.

9.6. Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon

batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai

penghasil minyak sayur yang berasal dari Amerika. Brazil dipercaya

sebagai tempat di mana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat

asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia

Tenggara, dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama kali yang

ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius, Afrika.

Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu

Sumatera Utara oleh Schadt (Jerman) pada tahun 1911.

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditas

perkebunan selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik

oleh pemerintah dalam bentuk Perkebunan Besar Negara (PBN) maupun

Page 26: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

oleh perusahaan swasta dalam bentuk Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Pada masa kolonial Belanda, perkebunan kelapa sawit yang ada di

Indonesia seluruhnya dimiliki oleh perusahaan swasta asing. Ada

beberapa alasan, mengapa perkebunan kelapa sawit tidak muncul

dikalangan masyarakat petani. Salah satu alasan yang penting adalah

karena membangun perkebunan kelapa sawit membutuhkan sumberdaya

modal yang besar dan teknologi yang mahal. Sampai saat ini belum

ditemukan suatu teknologi yang sederhana yang bisa digunakan oleh

petani untuk memproses buah kelapa sawit menjadi minyak sawit yang

siap untuk dipasarkan oleh petani.

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang

memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia,

khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa

sawit di Indonesia tahun 1996 mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO

hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit

direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari

12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi

negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia.

Diwilayah kabuapten pelalawan perkembangan usaha perkebunan

kelapa sawit sampai akhir tahun 2008 mencapai 177.905, 5 Ha dengan

total produksi 331.541, 20 Ton. Secara umum perkebunanan sawit

diwilayah kabupaten pelalawan dilakukan oleh masyarakat , pemerintah

dan swasta.

Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk

betina dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut

memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Varietas unggul hasil

persilangan antara lain: Dura Deli Marihat (keturunan 434B x 34C; 425B x

435B; 34C x 43C), Dura Deli D. Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan,

D. Ilir (keturunan 533 x 533; 544 x 571), Dura Dumpy Pabatu, Dura Deli

G. Bayu dan G Malayu (berasal dari Kebun Seleksi G. Bayu dan G.

Page 27: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Melayu), Pisifera D. Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi),

Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun), Pisifera SP 540T (berasal dari

Kongo dan ditanam di Sei Pancur). Beberapa ciri yang dapat digunakan

untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak untuk

ditanam antara lain sebagai berikut:

· Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan

· Ukuran radikula lebih panjang daripada plumula

· Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah

· Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.

Ilustrasi beberapa jenis varietas bibit kelapa sawit yang dikategorikan

memenuhi syarat seperti pada

Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai

dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan

kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua

berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian

produk. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung

asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat

Page 28: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

pengapalan. Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak

lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan

menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar

asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah).

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk

kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui

fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami

yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa

sawit (TKKS) mencapai 23 % dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa

sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik sehingga memberikan

manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat

menghemat penggunaan pupuk sintetis sampai dengan 50 %. Ada

beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu

sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik yang telah mengalami

proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme.

Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain :

• Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.

• Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi

pertumbuhan tanaman.

• Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama

tanaman.

• Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap

dalam tanah.

• Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.

Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium karena abu

tandan tersebut memiliki kandungan 30 - 40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO,

dan 3 % MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200

ppm Fe, 1.000 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Fungsi lain TKKS

Page 29: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras,

polipot, dll.

• Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E

• Batang pohon dapat dijadikan “Fiber Board” untuk bahan baku

mebel, kursi, meja, lemari dan

• Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi

kasur, bantalan kursi, dan sebagainya.

Karakteristik Konsumsi/Pemanfaatan Komoditi Kelapa Sawit dan

Ikutannya

Keberadaan perkebunan kelapa sawit dikabupaten pelalawan sangat

berperan aktif dalam menunjang perokonomian. Keberadaan ini

ditunjang pula dengan adanya unit pengolahan hasil perkebunan kelapa

sawit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Nama Perusahaan Lokasi

KecamatanKapasitas Pabrik

Terpasang TerpakaiPT. Serikat Putra Bunut 60 45PT. Sari Lembah Subur Pangkalan Lesung 60 30PT. Musim Mas Pangkalan Kuras 60 60PT. Sinar Siak dian Permai Langgam 60 45PT. Mitra Unggul Pusaka Langgam 60 30PT. Iis Ukui Ukui 60 60PT. IIS Buatan Pangkalan Kerinci 60 30PT. Surya Brata Sena Pangkalan Kuras 60 30PT. Gandaerah Hendana Ukui 60 45PT. Adei Plantation Pelalawan 120 90PT. Multi Palma Sejahtera Pangkalan Kerinci 45 45PT. Jalus Pusaka Pangkalan Kerinci 10 5PT. Sinar Agro Raya Pangkalan Kerinci 45 45PT. Sumber Sawit Sejahtera Pangkalan Kuras 60 45

Dinas Perkebunan Kabupaten Pelalawan 2008

Page 30: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Selain sebagai sumber minyak goreng kelapa sawit, produk turunan

kelapa sawit ternyata masih banyak manfaatnya dan sangat prospektif

untuk dapat lebih dikembangkan, antara lain:

• Produk turunan CPO. Produk turunan CPO selain minyak goreng

kelapa sawit, dapat dihasilkan margarine, shortening, Vanaspati

(Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun

dan Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings,

Specialty Fats, Dry Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream

Fats, Filled Milk, Lubrication, Textiles Oils dan Bio Diesel. Khusus

untuk biodiesel, permintaan akan produk ini pada beberapa tahun

mendatang akan semakin meningkat, terutama dengan

diterapkannya kebijaksanaan di beberapa negara Eropa dan

Jepang untuk menggunakan renewable energy.

• Produk Turunan Minyak Inti Sawit. Dari produk turunan minyak inti

sawit dapat dihasilkan Shortening, Cocoa Butter Substitute,

Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar

Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream,

Sabun, Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

• Produk Turunan Oleochemicals kelapa sawit. Dari produk turunan

minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat dihasilkan

Methyl Esters, Plastic, Textile Processing, Metal Processing,

Lubricants, Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic,

Explosives, Pharmaceutical Products dan Food Protective

Coatings.

Dari gambaran tersebut dapat disampaikan bahwa prospek kelapa

sawit masih sangat luas, tidak saja untuk pemenuhan kebutuhan minyak

goreng kelapa sawit, tetapi juga untuk kebutuhan produkproduk

turunannya. Untuk lebih meningkatkan daya saing produk kelapa sawit

dan turunannya agar lebih mempunyai daya saing, keterpaduan

penanganan sejak dari kegiatan perencanaan, kegiatan on-farm, off-

Page 31: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

farm, dukungan sarana dan prasarana serta jasa-jasa penunjangnya

sangat diperlukan.

Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit Di Kabupaten Pelalawan

Pembibitan

Masyarakat Kabupaten Pelalawan melukan pembibitan Pembibitan

dimulai paling lambat satu tahun sebelum penanaman di lapangan.

Standar yang biasa dilakukan, kapasitas pembibitan 1 ha kelapa sawit

dapat menyediakan bibit tanaman untuk kebun seluas 71 ha. Lokasi

pembibitan harus mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut:

• dekat dengan sumber air

• bebas genangan air atau banjir

• dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi

• tidak jauh dari areal yang akan ditanami

• tidak terlalu jauh dengan sumber tanah (top soil) untuk mengisi

polybag.

Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji dapat dilakukan dengan

mengusahakan sendiri atau memesan ke produsen resmi bibit kelapa

sawit yang telah ditunjuk pemerintah. Kegiatan mengusahakan bibit

kelapa sawit dimulai dengan melakukan seleksi biji, mengecambahkan,

menyemai, dan membibitkannya.

Sistem Pembibitan

Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan

ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage

system). Pada penerapan sistem tahap ganda, penanaman bibit

Page 32: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan

pendahuluan, yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik

polibag kecil sampai bibit berumur 3 bulan, kemudian tahap kedua bibit

tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan plastik

polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem pembibitan tahap tunggal,

bibit langsung di tanam di dalam plastik polibag besar hingga berumur 12

bulan tanpa harus ditanam di dalam plastik polibag kecil. Pada

prinsipnya sistem manapun yang dipilih tujuannya sama, yaitu untuk

menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan

kemampuan adaptasinya yang besar sehingga faktor kematian bibit di

pembibitan dan setelah dilapangan dapat ditekan.

Waktu Tanam

Biasanya masyarakat di Wilayah Kabupaten Pelalawan Penanaman

dilakukan pada awal musim hujan karena persediaan air sangat berperan

dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan.

Penanaman yang dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan

kematian dan memerlukan biaya yang lebih karena perlu persediaan air.

Minimum 10 hari setelah penanaman diharapkan dapat turun hujan

secara berturut-turut. Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan

penanaman adalah pada bulan Oktober atau November.

Panen dan Produksi

Umur panen

Kelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5

bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika tanaman

berumur 31 bulan, sedikitnya 60 % buah telah matang panen, dari 5

pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya

berkisar 10 kg lebih.

Page 33: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Periode Panen

Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari untuk pemeliharaan alat.

Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah,

keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan

hama - penyakit. Contoh kapasitas produksi kelapa sawit jenis dura:

• Umur tanaman 4 tahun hasil minyak = 500 kg/ha, hasil inti = 100

kg/ha

• Umur tanaman 6 tahun hasil minyak = 1.000 kg/ha, hasil inti = 200

kg/ha

• Umur tanaman 8 tahun hasil minyak = 1.600 kg/ha, hasil inti = 320

kg/ha

• Umur tanaman 10 tahun hasil minyak= 2000 kg/ha, hasil inti = 400

kg/ha

• Umur tanaman 12 tahun hasil minyak = 2250 kg/ha, hasil inti = 450

kg/ha.

Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu

minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak

inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap-

tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan sebagai

berikut:

1. Pengangkutan TBS ke Pabrik

2. Perebusan TBS

3. Perontokan dan Pelumatan Buah

4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit

7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung

Page 34: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Keberhasilan panen dan produksi sangat tergantung kepada bahan

tanaman yang digunakan, SDM dengan kapasitas kerjanya, peralatan

yang digunakan pada saat panen, kelancaran tranformasi serta faktor

pendukung lainnya seperti organisasi, keadaan areal. Hal-hal yang perlu

mendapat perhatian dalam pelaksaan panen adalah sebagai berikut :

persiapan panen, sistem dan organisasi panen, kapasitas, kualitas dan

sortasi panen, ramalan produksi, angkutan panen. Penggunaan teknologi

pada pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit mentah

(CPO), merupakan teknologi yang sederhana antara lain meliputi proses

pemurnian dengan melakukan penguapan kadar air dengan menggunakan

mesin bertekanan tinggi.

Skala Usaha Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit Di Kabupaten Pelalawan

Perkebunan kelapa sawit dan unit pengolahan minyak sawit (CPO

mill) membutuhkan modal intensif, teknologi, dan pasar dalam

investasinya. Perkebunan kelapa sawit memerlukan area yang sangat

luas agar bisa menghasilkan tandan buah sawit dan memproduksi CPO

secara berkesinambungan dan cadangan area juga mungkin diperlukan

untuk perluasan perkebunan. Mengikuti peraturan yang ada, tidak

mungkin membangun CPO mill tanpa perkebunan tersebut (yang mampu

menghasilkan bahan baku secara terus-menerus). Karenanya, investasi

pada komoditi CPO dan perkebunan kelapa sawit merupakan investasi

yang terkategori proyek padat modal (capital intensive). Untuk

mengetahui suatu usaha layak atau tidak, maka diperlukan perhitungan

skala usahanya. Untuk kelayakan komoditi kelapa sawit, skala usaha

untuk investasi besar yang menjanjikan keuntungan yang cukup besar

dapat dilakukan pada luas lahan kurang lebih 6.000 ha. Data mengenai

rencana produksi tanaman kelapa sawit berdasarkan umur tanaman

untuk luas lahan 6.000 ha dapat dilihat pada Tabel.

Page 35: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Produksi TBS, Minyak Sawit Dan Inti Sawit Tiap Tahun untuk Luas Lahan 6.000 Ha

Pusat Produksi

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit

(CPO- crude palm oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu

primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil di

Kabupaten Pelalawan. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit

dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah

Page 36: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Kabupaten Pelalawan untuk memacu pengembangan areal perkebunan

kelapa sawit.

Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Kabupaten

Pelalawan tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang

memberikan berbagai insentif. Terutama kemudahan dalam hal perijinan

dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat

dengan pola PIR-Bun dan dalam perijinan pembukaan wilayah baru untuk

areal perkebunan besar swasta

Lahan Lahan yang telah dimanfaatkan 147.493 Ha, terdiri dari TBM

42.606,50 Ha, TM 104.887 Ha. Lahan yang tersedia 123.347 Ha dengan

produksi 150.486 ton (104.887 Ha TM). Adapun kecamatan yang

dijadikan pusat produksi perkebunan kelapa sawit adalah Ukui, Bunut,

Pelalawan, Pangkalan Kuras, Pangkalan Kerinci, Pangkalan Lesung.

Peluang Investasi

Dilihat dari segi peluang Hasil Perkebunan Kelapa Sawit maka,

pengembangan wilayah yang berpotensi dapat ditujukan di Kecamatan

Langgam, Pangkalan Kuras, Bunut, Pelalawan, dan Kerumutan Kondisi ini

didukung oleh beberapa faktor seperti

Jalan yang akan dibangun pada pengembangan perkebunan kelapa sawit

rata-rata sudah memiliki:

• jalan utama, merupakan jalan penghubung yang menghubungkan

afdeling ke pusat kebun, pabrik dan merupakan jalan keluar

masuk kebun dengan kualitas cukup baik sehingga dapat dilalui

walaupun dalam kondisi musim penghujan. Arah jalan utama ialah

Utara – Selatan dengan panjang jalan per hektar lebih kurang 2 %

dari luas areal,

Page 37: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

• jalan produksi, merupakan jalan lalu lintas pengankutan hasil dari

kebun ke pabrik. Lebar jalan 4 – 5 m dengan arah tegak lurus

dengan arah barisan tanaman,

• jalan blok (jalan kontrol), yaitu jalan yang membatasi blok yang

satu dengan yang lainnya yang sewaktu-waktu berfungsi sebagai

jalan produksi. Fungsi utama jalan ini adalah sebagai jalankontrol.

Lebar jalan ini 3 m,

• jalan piringan adalah jalan yang dibuat pada perbatasan antar

afdeling atau dengan perkampungan,

• jalan pembantu adalah jalan yang dibuat pada daerah

bergelombang berguna untuk pengangkutan produksi dan menuju

jalan produksi,

• jalan putaran adalah jalan yang digunakan untuk tempat berputar,

biasanya dibuat di punggung bukit,

• jalan pikul adalah jalan yang dibuat menurut barisan tanaman

dengan sling atau gawangan, berguna untuk mengankut hasil

panen ke tempat pengumpul hasil (TPH).

Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber

minyak nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar

dunia. Peningkatan konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari

tahun 1987 hingga tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik

dengan laju rata-rata 5.6% per tahunnya. Peningkatan ini sebagian

disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.98% dan

peningkatan konsumsi minyak nabati per kapita sebesar 2.27%.

Sedangkan laju peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit

adalah 9% (hampir dua kali dari laju peningkatan permintaan akan

minyak nabati). Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi

Page 38: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

CPO, maka diperlukan usaha untuk mengolah CPO menjadi produk hilir.

Pengolahan CPO menjadi produk hilir memberikan nilai tambah tinggi.

Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu produk

pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak goreng dan

margarin. Produk non pangan terutama oleokimia yaitu ester, asam

lemak, surfaktan, gliserin dan turunan-turunannya. Industri penghasil

oleokimia termasuk industri kimia agro (agrobased chemical industry)

yaitu industri yang mengolah bahan baku yang dapat diperbaharui

(renewable), merupakan industri yang bersifat resources-based

industries dan mempunyai peranan penting dalam upaya pemenuhan

kebutuhan pokok masyarakat luas (basic needs) seperti kosmetika,

produk farmasi dan produk konsumsi lainnya. Selain itu industri tersebut

berperan pula dalam pemerataan dan pertumbuhan ekonomi (economic

growth with equality) serta pemberdayaan ekonomi rakyat.

Sampai saat ini beberapa produk industri bahan kimia khusus yang

berbasis CPO sepenuhnya masih tergantung impor, seperti produk

isopropyl palmitat, isopropyl miristat, asam palmitat dan asam oleat.

Pengembangan industri bahan kimia khusus di dalam negeri yang

menghasilkan produk-produk tersebut mempunyai prospek yang baik. Hal

ini didukung potensi pasar dalam negeri cukup besar seperti industri

kosmetika yang berjumlah sekitar 600 perusahaan besar dan kecil serta

industri farmasi, yang sebagian besar membutuhkan produk-produk kimia

khusus yang berbasis CPO. Produk olahan CPO yang merupakan non

pangan diantaranya adalah oleokimia. Salah satu produk turunan

oleokimia adalah ester, contohnya adalah metil ester. Asam lemak metil

ester mempunyai peranan utama dalam industri oleokimia. Metil ester

digunakan sebagai senyawa intermediate untuk sejumlah oleokimia yaitu

seperti fatty alcohol, alkanolamida, a-sulfonat, metil ester, gliserol

monostearat, surfaktan gliserin dan asam lemak lainnya. Perusahaan Lion

of Japan bahkan telah menggunakan metil ester untuk memproduksi

Page 39: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

sabun mandi yang berkualitas, selain itu metil ester saat ini telah

digunakan untuk membuat minyak diesel sebagai bahan bakar alternatif.

Metil ester mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

asam lemak, diantaranya yaitu: 1) Pemakaian energi sedikit karena

membutuhkan suhu dan tekanan lebih rendah dibandingkan dengan asam

lemak; 2) Peralatan yang digunakan murah. Metil ester bersifat non

korosif dan metil ester dihasilkan pada suhu dan tekanan lebih rendah,

oleh karena itu proses pembuatan metil ester menggunakan peralatan

yang terbuat dari karbon steel, sedangkan asam lemak bersifat korosif

sehingga membutuhkan peralatan stainless steel yang kuat; 3) lebih

banyak menghasilkan hasil samping gliserin yaitu konsentrat gliserin

melalui reaksi transesterifikasi kering sehingga menghasilkan konsentrat

gliserin, sedangkan asam lemak, proses pemecahan lemak menghasilkan

gliserin yang masih mengandung air lebih dari 80%, sehingga

membutuhkan energi yang lebih banyak; 4) metil ester lebih mudah

didistilasi karena titik didihnya lebih rendah dan lebih stabil terhadap

panas; 5) dalam memproduksi alkanolamida, ester dapat menghasilkan

superamida dengan kemurnian lebih dari 90% dibandingkan dengan

asamlemak yang menghasilkan amida dengan kemurnian hanya 65-70%;

6) metil ester mudah dipindahkan dibandingkan asam lemak karena sifat

kimianya lebih stabil dan non korosif. Metil ester dihasilkan melalui

reaksi kimia esterifikasi dan transesterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi

asam dengan alkohol menggunakan katalis asam menghasilkan ester.

Kajian Pasar

Pengembangan produk turunan minyak sawit penting untuk dilakukan

mengingat peningkatan nilai tambah yang dapat diperoleh. Sebagai

bahan perbandingan, pada Gambar dibawah ini

Page 40: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

Dari Gambar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan

Gliserin diperkirakan dari tahun ketahunnya akan semakin meningkat

atau perkembangn harga produk-produk oleokimia yang menggunakan

CPO sebagai bahan baku. Produk hilir sawit lanjutan yang dapat

dihasilkan melalui penerapan proses lanjutan terhadap produk-produk

oleokimia yang telah berkembang diIndonesia akan memberikan

tambahan nilai tambah yang cukup besar. Nilai tambah produk hilir sawit

tersebut akan lebih besar dibandingkan nilai tambah produk-produk

oleokimia.

Peluang pengembangan produk turunan (hilir) minyak sawit

mengingat lembaga-lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset-

riset mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang

telah dikembangkan hingga skala produksi pilot plant oleh lembaga

riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan ke skala

industri.

Ekspor Impor Oleokimia

Ekspor industri oleokimia telah dilakukan ke berbagai negara. Pasar

ekspor yang selama ini prospektif untuk komoditi asam lemak adalah

Singapura, Eropa (Jerman Prancis, Inggris, Belanda, Denmark dan

Belgia), Jepang dan Amerika Serikat. Negaranegara konsumen utama

Page 41: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009

deterjen adalah Amerika Serikat (29,1 kg/kapita/tahun), Eropa (15,5 kg/

kapita/tahun), Singapura (7,8 kg/kapita/tahun) dan Jepang (7,2

kg/kapita/tahun); sedangkan konsumen utama sabun berturut-turut

adalah Singapura (4,5 kg/kapita/tahun), Amerika Serikat (2,8 kg/kapita/

tahun) dan Eropa (2,3 kg/kapita/tahun). Sejalan dengan peningkatan

jumlah dan pendapatan penduduk, kebutuhan akan kedua produk

tersebut (deterjen dan sabun) tampaknya akan semakin meningkat

(AP31, 1993;Tri Karya Pecindo, 1995).

_____________________

9.1. Perkebunan di Kabupaten Pelalawan ........................................ 156

9.2. Perkembangan usaha Perkebunan rakyat ............................... 157

9.3. Perkebunan Karet ..................................................................... 157

9.3.1. Kondisi Pasar Karet ............................................................ 167

9.4. Perkebunan Kelapa ................................................................. 167

9.5. Perkebunan Sagu ..................................................................... 172

9.3. Strategi Kebijakan Pembangunan Perkebunan ........................... 178

9.6. Perkebunan Kelapa Sawit ......................................................... 179

Page 42: BAB - Pemda Pelalawan Bab IX Perkebunan.pdf · Usaha pengembangan perkebunan rakyat diKabupaten Pelalawan dilaksanakan melalui 3 pola pengembangan yaitu: 1. Pola swadaya (baik swadaya

423

Laporan AkhirKajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten PelalawanTahun 2009