23
BAB V SUMBER AIR BAKU 5.1 Umum Air baku adalah air yang memenuhi syarat untuk dapat diolah menjadi air minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari : Sumber air permukaan, seperti sungai, danau, dll Sumber air bawah tanah, seperti mata air Air laut. Semua sumber air yang berpotensi untuk dijadikan sumber air baku di sekitar wilayah perencanaan harus ikut dipertimbangkan. Untuk itu, diperlukan peninjauan terhadap kondisi sumber air baku. Pertimbangan dalam menentukan sumber air baku didasarkan pada : Kualitas , kuantitas dan kontinuitas sumber air Iklim Kemudahan dalam konstruksi intake Kemudahan dalam memperbesar kapasitas intake di masa yang akan datang Kemudahan pengoperasian Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi pengolahan Potensi pencemaran terhadap sumber air. V-1

BAB v Sumber Air Baku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB v Sumber Air Baku

BAB V

SUMBER AIR BAKU

5.1 Umum

Air baku adalah air yang memenuhi syarat untuk dapat diolah menjadi air

minum. Air baku yang diolah menjadi air minum dapat berasal dari :

Sumber air permukaan, seperti sungai, danau, dll

Sumber air bawah tanah, seperti mata air

Air laut.

Semua sumber air yang berpotensi untuk dijadikan sumber air baku di

sekitar wilayah perencanaan harus ikut dipertimbangkan. Untuk itu, diperlukan

peninjauan terhadap kondisi sumber air baku.

Pertimbangan dalam menentukan sumber air baku didasarkan pada :

Kualitas , kuantitas dan kontinuitas sumber air

Iklim

Kemudahan dalam konstruksi intake

Kemudahan dalam memperbesar kapasitas intake di masa yang akan datang

Kemudahan pengoperasian

Biaya dalam pengolahan air dan perawatan instalasi pengolahan

Potensi pencemaran terhadap sumber air.

5.2 Persyaratan Air Baku Air Minum

Pada dasarnya ada dua segi yang harus diperhatikan untuk dipenuhi oleh

suatu sistem pengolahan air minum, yaitu :

1. Segi Kualitas

Air yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat kualitas yang

menjamin bahwa air tersebut akan aman dikonsumsi oleh masyarat tanpa

khawatir akan terkena penyakit bawaan air. Dalam hal ini, air harus

memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.

2. Segi Kuantitas

V-1

Page 2: BAB v Sumber Air Baku

Air yang akan dipergunakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup

sehingga dapat dipergunakan selama dibutuhkan.

5.3 Sumber Air Baku Air Minum

Di sekitar lokasi perencanaan, terdapat sumber air permukaan dan sumber

air bawah tanah.

Sumber Air Bawah Tanah

Wilayah sekitar lokasi perencanaan belum terjangkau oleh saluran

distribusi PDAM Bandung, karena itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

seperti mandi, mencuci, dan sebagainya penduduk di sekitar lokasi perencanaan

menggunakan air tanah. Kedalaman muka air tanah di wilayah Gedebage adalah

sekitar 6 m, tetapi pada kedalaman tersebut kualitas air sangat buruk. Untuk

mendapatkan air yang dapat dimanfaatkan, penduduk harus menggali sampai

kedalaman 60 meter. Pada kedalaman ini pun, air yang didapat tidak bisa dipakai

untuk minum karena kandungan besi yang tinggi.

Sumber Air Permukaan

Ada 3 buah sungai yang berada di sekitar lokasi perencanaan, yaitu sungai

Cinambo, Cipamokolan dan Cisaranten.

Sesuai dengan master plan yang telah dibuat, ketiga sungai tersebut akan

masuk ke danau yang terletak di tengah wilayah perencanaan. Danau tersebut

berfungsi untuk menanggulangi banjir pada musim hujan, dan tidak dapat

digunakan sebagai sumber air karena pada musim kemarau sungai yang mengalir

ke danau hanya berisi air limbah, sehingga kontinuitas air untuk air baku tidak

dapat dipertahankan.

Karena tidak ada sumber air di lokasi perencanaan yang memenuhi syarat

untuk dijadikan air baku, maka harus dicari alternatif lain yang letaknya agak jauh

dari lokasi.

Sumber Air Yang Dipilih

V-2

Page 3: BAB v Sumber Air Baku

Saat ini, sungai yang debitnya memungkinkan untuk diambil airnya

sebagai air baku adalah Sungai Cisangkuy dan Sungai Citarum. Dengan

mempertimbangkan jarak dan debit air sungai yang dapat diambil, maka sungai

yang dipilih untuk dijadikan sumber air baku bagi Instalasi Pengolahan Air

Minum di Kota Baru Gedebage adalah Sungai Citarum.

Skema aliran Sungai Citarum dapat dilihat pada gambar 5.1.

5.4 Lokasi Intake

Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk mengambil air dari

sumbernya untuk keperluan pengolahan dan penyediaan air minum. Dalam

menentukan lokasi intake dengan sumber air sungai maka perlu dipertimbangkan

beberapa hal yaitu :

Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi

Kuantitas air

Minimasi efek-efek negatif

Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan

Memliki tempat bagi kendaraan

Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang

Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada

Kondisi geologis yang baik

Berdasarkan pertimbangan di atas dan kondisi aliran Sungai Citarum maka

ditetapkan lokasi intake adalah di desa Pangauban dengan ketinggian +958 m di

atas permukaan laut.

5.5 Kuantitas Air Baku

Data mengenai kuantitas air baku diperoleh dari PU Pengairan Kabupaten

Bandung. Pengukuran debit dilakukan di Pos Bendung Wanir.

V-3

Page 4: BAB v Sumber Air Baku

Gambar 5.1 Skema Aliran Sungai Citarum

V-4

Page 5: BAB v Sumber Air Baku

Tabel 5.1 Debit Rata-rata Bulanan Sungai Citarum

BulanDebit (L/detik)

1999 2000 2001 2002

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

10854

14224

13755

13523

10889

8187

2591

6791

6791

6443

6639

9835

11244

14742

7714

11863

10638

7815

7788

1482

1982

5339

9160

13582

15961

10898

22949

16337

10747

7781

2849

1563

1723

1787

1862

24016

16895

16731

16553

15256

12824

10459

4933

8949

8633

7521

8338

12297

Sumber : PU Pengairan Kabupaten Bandung

Untuk menentukan ketersediaan debit Sungai Citarum maka perlu

dilakukan analisis fluktuasi debit. Fluktuasi debit bulanan Sungai Citarum

ditunjukkan oleh gambar 5.2.

Fluktuasi Debit Bulanan Sungai Citarum

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

Bulan

Deb

it (

L/d

eti

k) Debit kebutuhan

Tahun 1999

Tahun 2000

Tahun 2001

Tahun 2002

Gambar 5.2 Fluktuasi Debit Bulanan Sungai Citarum

V-5

Page 6: BAB v Sumber Air Baku

Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan hingga tahun 2030 adalah ±

480 L/detik. Pada gambar 5.2 dapat dilihat bahwa nilai kebutuhan air ini jauh di

bawah debit minimum sumber air sehingga lokasi intake yang dipilih dapat

digunakan.

Untuk mengetahui ketersediaan air selama periode perencanaan perlu

diketahui potensi Sungai Citarum. Aliran kritis Sungai Citarum selama beberapa

periode ulang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Aliran Kritis Sungai Citarum

Periode Ulang Aliran Kritis Bulanan (L/detik)

5

10

20

50

2385

2030

1731

1390

Sumber : Fitriani, 2004

Aliran kritis adalah aliran terendah yang menjadi peluang untuk terjadinya

kekeringan bila air sejumlah debit kritis diambil dari sungai. Untuk penyediaan air

minum biasanya digunakan periode ulang 20 tahun. Dari tabel 5.2 diketahui

bahwa aliran kritis dari Sungai Citarum untuk periode ulang 20 tahun adalah 1731

L/detik. Bila kondisi ini dapat dipertahankan maka kuantitas air di Sungai Citarum

dapat memenuhi kebutuhan air di wilayah perencanaan sehingga Sungai Citarum

ini dapat digunakan sebagai sumber air baku.

5.6 Kualitas Air Baku

Kualitas air pada sumber air baku sangat mempengaruhi pemilihan unit-

unit yang akan digunakan dalam pengolahan, karena itu harus diambil sampel

yang representatif dan diperiksa menggunakan metode-metode tertentu.

V-6

Page 7: BAB v Sumber Air Baku

Tabel 5.3 Metode Pemeriksaan Air

No Parameter Metode Pemeriksaan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Warna

TDS

TSS

Kekeruhan

Suhu

DHL

pH

DO

Nitrat

Nitrit

Besi

Kesadahan

Klorida

Mangan

Sulfat

Ammonia

Kalsium

Zat Organik

CO2 Agresif

DPC

Visual Comparison Method

Pemanasan & Penimbangan

Pemanasan & Penimbangan

Turbidimetri

Termometri

Conductivimetri

Electrode-Potensiometri

Metode Winkler

Brucin-Spektrofotometri

Reaksi Diazotasi-Spectroforometri

Colorimetri-Visual

Titrasi Kompleksometri EDTA

Titrasi Argentometri cara Mohr

Colorimetri dengan Persulfat

Brucin-Spektrofotometri

Nessler-Spektrofotometri

Titrasi Kompleksometri EDTA

Titrasi Permanganometri

Grafik Mundlein Frankfurt

Colorimetri Orthotolidin

Sumber : Standard Method, 1995

Untuk mengetahui apakah air sungai yang akan diambil memenuhi syarat

untuk dijadikan air baku atau tidak, maka hasil pemeriksaan sampel dibandingkan

dengan baku mutu air baku air minum sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82

tahun 2001.

V-7

Page 8: BAB v Sumber Air Baku

Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Citarum

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pemeriksaan

Musim

KemarauMusim Hujan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Bau

Warna

TDS

TSS

Kekeruhan

Rasa

Suhu

DHL

pH

DO

Nitrat

Nitrit

Besi

Kesadahan

Klorida

Mangan

Sulfat

Ammonia

Kalsium

Zat Organik

Natrium

Kalium

CO2 Agresif

DPC

-

TCU

mg/l

mg/l

NTU

-

°C

µS/cm

-

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

-

-

1000

-

-

-

Suhu udara ±

3°C

-

6-9

Minimal 6

10

1

0,3

-

600

0,1

400

-

-

-

-

-

-

-

Tidak berbau

12,5 koloid

77,2

19,1

24,6

Tidak berasa

25

161,7

7,48

6,1

4,439

1,154

2,01

56

5,01

0,00

6,4

0,00

10,90

12,19

10,5

3,34

3,7

0,56

Tidak Berbau

15

79,2

60,4

25,0

Tidak berasa

25

165,8

7,34

6,1

5,383

0,359

3,61

56

7,3

0,07

10,8

0,025

11,74

29,22

7,7

2,43

0,0

0,56

Sumber : Hasil analisa

V-8

Page 9: BAB v Sumber Air Baku

Berikut ini keterangan mengenai parameter-parameter yang terdapat dalam

air baku.

Bau dan Rasa

Bau dan rasa dalam air dapat disebabkan oleh berbagai jenis material, seperti

alga atau mikroorganisme lain, zat organik yang membusuk, mineral seperti

besi dan mangan, juga gas terlarut seperti hidrogen sulfida atau klor.

Suhu

Suhu air adalah salah satu parameter penting dalam pengolahan air. Sebagai

contoh, bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan lebih mudah larut

dalam air yang hangat dibandingkan dalam air dingin. Partikel-partikel juga

akan mengendap lebih cepat dalam air hangat.

Warna

Warna air alami terlihat coklat kekuning-kuningan. Air permukaan, terutama

air genangan, seringkali memiliki warna yang menyebabkan air tersebut

tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam keperluan domestik maupun

industri. Warna yang terjadi berasal dari kontak air dengan sisa zat organik

seperti daun-daunan, ranting atau kayu dalam bentuk berbagai tahap

dekomposisi.

Warna bisa dibedakan menjadi warna semu dan warna sejati. Warna semu

disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi dalam air, sedangkan warna

sejati disebabkan oleh zat-zat organik yang larut dalam air.

Zat Padat

Dalam air alam terdapat 2 kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan

molekul organis, dan zat padat tersupensi dan koloidal seperti tanah liat,

kwarts. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui

ukuran/diameter partikel-partikel tersebut.

Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-

komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan

proses-proses pengolahan dalam bisang air minum maupun dalam bidang air

buangan.

V-9

Page 10: BAB v Sumber Air Baku

Zat padat total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu

bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu tertentu.

Zat padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi.

Kekeruhan

Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang

berukuran 10 nm sampai 10 µm. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut

antara lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang, dan

sebagainya.

DHL

Daya hantar listrik penting untuk memprediksi kandungan mineral dalam

air. Semakin tinggi kadar mineralnya semakin tinggi daya hantar listriknya.

pH

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui

konsentrasi (aktivitas) ion hidrogen (H+). pH dinyatakan dalam angka 0-14.

pH 7 menunjukkan air yang netral, pH di bawah 7 menunjukkan bahwa air

bersifat asam dan pH di atas 7 menujukkan bahwa air bersifat basa. Kisaran

pH yang normal untuk air permukaan adalah 6,5 sampai 8,5.

Jika pH air lebih kecil dari 7, air cenderung menyebabkan korosi pada

peralatan dan material lain yang kontak dengan air. Jika pH air lebih besar

dari 7, air memiliki kecenderungan untuk membentuk kerak pada pipa.

DO

Adanya DO (oksigen terlarut) di dalam air sangat penting untuk menunjang

kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Kemampuan air untuk

membersihkan pencemaran secara alamiah (self purification) banyak

tergantung kepada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Oksigen terlarut

dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan

air. Terlarutnya oksigen di dalam air tergantung kepada temperatur, tekanan

barometrik udara dan kadar mineral di dalam air.

Nitrat

Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi

+5. Nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil. Nitrat merupakan salah satu

V-10

Page 11: BAB v Sumber Air Baku

unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan

tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan

ganggang yang tak terbatas (bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi

fosfat terpenuhi), sehingga air kekurangan oksigen yang menyebabkan

kematian biota air.

Nitrat dapat berasal dari buangan industri bahan peledak, piroteknik, pupuk

cat, dan sebagainya. Kadar nitrat secara alamiah biasanya rendah, namun

dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi

pupuk yang mengandung nitrat. Kadar nitrat tidak boleh melebihi 10 mg/l.

Di dalam usus manusia, nitrat dapat direduksi menjadi nitrit yang

menyebabkan metamoglobinemi, terutama pada bayi (baby blue disease).

Nitrit

Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang teroksidasi, dengan tingkat oksidasi

+3. Nitrit biasanya tidak bertahan lama dan merupakan keadaan sementara

proses oksidasi antara amoniak dan nitrat, yang dapat terjadi pada instalasi

pengolahan air buangan, dalam air sungai dan sistem drainase. Nitrit yang

ditemui pada air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi yang

dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PAM.

Nitrit dapat membahayakan kesehatan karena dapat bereaksi dengan

hemoglobin dalam darah, hingga darah tersebut tidak dapat mengangkut

oksigen lagi. Di samping itu, NO2 juga menimbulkan nitrosamin pada air

buangan tertentu yang dapat menyebabkan kanker.

Besi

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir

semua tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air.

Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :

~ Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri)

~ Tersuspensi sebagai butiran koliidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar,

seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.

~ Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganis (seperti

tanah liat)

V-11

Page 12: BAB v Sumber Air Baku

Pada air permukaan jarang ditemukan kadar Fe yang melebihi 1 mg/l, tetapi

dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang tinggi

ini selain dapat membuat air berasa juga dapat menodai kain dan perkakas

dapur.

Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti misalnya air tanah, besi

berada sebagai Fe2+ yang dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang

mengalir dan memungkinkan terjadinya aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi

Fe3+. Fe3+ ini sulit larut pada pH 6 sampai 8, bahkan dapat menjadi Fe(OH)3

yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Jadi dalam air sungai, besi

ada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa

koloidal.

Kesadahan

Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+, juga

oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang

kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat

kapur, dimana terkandung Ca2+ dan Mg2+ dalam dosis yang tinggi.

Sulfat

Kandungan sulfat yang tinggi dalam air mungkin disebabkan oleh larutnya

magnesium sulfat atau sodium sulfat dalam air. Kandungan sulfat yang

tinggi dalam air tidak diinginkan karena dapat menimbulkan efek “pencuci

perut“.

Natrium

Natrium yang ada dalam air jauh lebih sedikit daripada natrium yang ada

dalam garam dan makanan. Karena itu untuk orang yang sehat, kandungan

natrium dalam air tidak memberikan pengaruh. Tetapi untuk orang yang

menjalani diet karena penyakit tertentu, keberadaan natrium bisa menjadi

masalah.

Berdasarkan perbandingan antara kualitas air sungai Citarum dengan

Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan

kualitas air Sungai Citarum memenuhi syarat untuk dijadikan sumber air baku

bagi Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Baru Gedebage.

V-12

Page 13: BAB v Sumber Air Baku

5.7 Analisa Kualitas Air Baku Terhadap Baku Mutu Air Minum

Air minum yang sesuai bagi kesehatan manusia adalah air minum yang

sesuai dengan baku mutu air minum yang telah ditetapkan. Di Indonesia, baku

mutu air minum mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air

Minum. Isi dari keputusan ini diberikan pada bagian lampiran A.

Kualitas air baku akan menentukan sifat dari air baku sebagai air minum.

Untuk kepentingan tersebut maka dilakukan analisa air baku terhadap baku mutu

air minum seperti yang ditunjukkan oleh tabel 5.5.

V-13

Page 14: BAB v Sumber Air Baku

Tabel 5.5 Analisa Kualitas Air Sungai Citarum

No Parameter Satuan Baku Mutu

Hasil Pemeriksaan

AnalisaMusim

KemarauMusim Hujan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

Bau

Warna

TDS

TSS

Kekeruhan

Rasa

Suhu

DHL

pH

DO

Nitrat

Nitrit

Besi

Kesadahan

Klorida

Mangan

Sulfat

Ammonia

Kalsium

Zat Organik

Natrium

Kalium

CO2 Agresif

DPC

-

TCU

mg/l

mg/l

NTU

-

°C

µS/cm

-

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

mg/l

-

15

1000

-

5

-

Suhu udara

± 3°C

-

6,5-8,5

-

50

3

0,3

500

250

0,1

400

-

-

10

200

-

-

-

Tidak berbau

12,5 koloid

77,2

19,1

24,6

Tidak berasa

25

161,7

7,48

6,1

4,439

1,154

2,01

56

5,01

0,00

6,4

0,00

10,90

12,19

10,5

3,34

3,7

0,56

Tidak Berbau

15

79,2

60,4

25,0

Tidak berasa

25

165,8

7,34

6,1

5,383

0,359

3,61

56

7,3

0,07

10,8

0,025

11,74

29,22

7,7

2,43

0,0

0,56

Sumber : Hasil analisa

Keterangan : √ = perlu diolah

V-14

Page 15: BAB v Sumber Air Baku

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa ada beberapa parameter yang harus

disisihkan, yaitu :

Kekeruhan

Kekeruhan dapat disisihkan dengan penambahan koagulan pada proses

koagulasi, dilanjutkan dengan flokulasi dan sedimentasi lalu filtrasi.

Besi

Besi dapat disisihkan dengan proses aerasi,koagulasi, flokulasi, sedimentasi

dan filtrasi.

Zat Organik

Zat organik dapat disisihkan dengan proses koagulasi dan sedimentasi,

dilanjutkan dengan proses filtrasi saringan pasir cepat dan desinfeksi.

CO2 Agresif

Pada umumnya dalam air permukaan selalu terdapat karbondioksida terlarut.

CO2 dalam air terdiri dari CO2 bebas dan CO2 terikat dalam bentuk bikarbonat

(HCO3-). CO2 bebas terbagi menjadi CO2 yang berada dalam kesetimbangan

dan CO2 agresif. Selama CO2 berada dalam kesetimbangan, kehadirannya

tidak terlalu menimbulkan masalah. Tetapi jika CO2 dalam air melewati titik

kesetimbangan, maka CO2 berlebih tersebut akan menjadi agresif. CO2 agresif

dapat menimbulkan korosi terhadap peralatan logam, peralatan plumbing dan

merusak bangunan beton dan lapisan semen pada pipa.

CO2 agresif juga merupakan indikator adanya kegiatan biologis dalam air. CO2

dapat diturunkan dengan aerasi atau pembubuhan kapur. Keagresifan air

terhadap karbonat dapat dilihat melalui indeks langelier (LI), yaitu :

LI < 0, air bersifat agresif

LI = 0, air berada dalam keadaan setimbang

LI > 0, terjadi presipitasi

V-15