Upload
agnestia-ayu-utami
View
52
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pengantar
Tulisan saya ini bermaksud untuk membuat evaluasi terjadinya banjir di
Jakarta, dan sebetulnya sudah ada kajian sebelumnya dan sangat betul
kajian tersebut secara ke ilmuan di bidang hidrologi dan penulispun
sependapat dengan kajian tersebut, tapi penulis baru membaca di Bulan
Maret tahun 2014, penulis tidak pernah tahu adanya kajian tersebut, jika
dilihat dari yang memberi komentar di internet kajian tersebut dibuat sekitar
tahun 2009, dan dari hasil kajian tersebut belum seluruhnya ter realisasi ini
yang membuat penulis agak tertarik untuk menulis dan mendukung kajian
tersebut segera dilaksanakan, dan ini memerlukan kebijakan nasional yang
bisa merealisasikan karena banjir adalah menyangkut suatu wllayah DAS
yang sangat panjang dan luas ,dipastikan melalui beberapa provinsi.
Dan penulis masih perlu memberikan informasi ke seluruh masyarakat
Indonesia karena ini suatu amanat keimanan saya dan keilmuan saya yang
perlu disampaikan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mayoritas
ber agama islam yaitu tentang proses terjadinya hujan yang telah
difirmankan oleh Allah SWT, bahwa hujan itu adalah rahmat bagi seluruh
makhluk di bumi,begitu juga penulis ingin menyampaikan kepada yang
membuat kebijakan di Indonesia Pengendalian Banjir hendaklah dilakukan
dengan konsep sesuai dengan maksud dan tujuan diturunkannya hujan
tersebut.
tulisan ini intinya membuat evauasi kejadian banjir dan solusinya, tentunya
saya harus menyertakan data data : tulisan berita ; peta peta dan hasil
kajian , hal tersebut saya ambil dari hasil presentasi seseorang maupun
tulisan seseorang kesemuannya dari internet.
Sudah banyak kajian kajian banjir yang dilakukan tetapi hasil kajian tersebut
khusus menangani bagaimana membuat limpasan air dari sungai tersebut
bisa terbuang ke laut secepatnya tanpa harus menggenangi daratan
disekitar sungai, padahal kalau memahami bahwa hujan itu rahmat Allah
dan maksud serta tujuannya untuk sumber sumber air di bumi dan berfungsi
sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di bumi, maka pengendalian
banjir seperti itu sangat bertentangan dengan maksud dan tujuan di
turunkannya hujan di daratan bumi ini.
BANJIR JAKARTA, AKIBAT BERKURANGNYA RESAPAN AIR
Penyebab banjir adalah hujan, anggapan ini sudah umum dipahami oleh
seluruh masyarakat indonesia bahkan dikota kota besar yang sering dilanda
banjir dikatakan hujan adalah musibah , padahal hujan itu rahmat.
Hujan salah satu penyebab banjir karena selama ini belum memahami siklus
hidrologi yang telah difirmankan Allah tersebut sehingga pengendalian banjir
selama ini sangat bertentangan dengan firman Allah SWT, tentang maksud
dan tujuan diturunkannya hujan.
Maksud di turunkannya hujan adalah Rahmat Allah untuk seluruh makhluk di
alam semesta ini sebagai sumber kehidupan dan bertujuan untuk
memberikan keyakinan , keimanan ; peringatan bagi umatnya untuk di
maknahi sebagai hikmah bagi umat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Tujuan diturunkannya hujan adalah rencana Allah SWT yang Maha Agung
dan lagi bijaksana serta maha kasih sayangnya kepada seluruh makhluk di
alam semesta ini , sehingga rencana penciptaan hujan tersebut telah ditulis
di Lauhul Mahfuzh , 50. 000 tahun sebelum penciptaan Langit dan Bumi dan
telah ditakdirkan oleh Allah SWT termasuk kejadian apa saja yang terjadi di
muka bumi ini .
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
أنف صة ض األسض تخ ات خهك انضه يمادش انخالئك لثم أ كحة للاه
“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi.”
Beliau shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda,
يارا أكحة لال اكحة يمادش كم انمهى فمال ن اكحة. لال سب ل يا خهك للاه ه ه أ ء دحه جمو انضهاعة إ ش
“Sesungguhnya yang pertama kali Allah ciptakan adalah qolam. Lalu Allah
firmankan padanya, „Tulislah‟. Qolam mengatakan, “Apa yang akan aku
tulis?‟ Allah berfirman, ‟Tulislah berbagai takdir dari segala sesuatu yang akan
terjadi hingga hari kiamat‟. ”
Begitu pentingnya recana hujan itu diturunkan karena hujan berfungsi
sebagai sumber kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini, sebagai
pendukung misi dari Allah SWT yang akan menciptakan langit dan bumi ini
sehingga turunnya hujan termasuk kunci ilmu ghoib dan hanya Allah SWT
yang mengetahui kapan turunnya.
Allah Ta‟ala berfirman,
يا جذس فش يارا جك عهى يا ف األسداو ث ل انغ ز ذ عهى انضهاعة ع ه للاه يا جذس فش إ ضة غذا
عهى خثش ه للاه ت إ أسض ج تأ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang
pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Luqman 34
يا جذس فش يارا ج عهى يا ف األسداو ث ل انغ ز اعة ذ عهى انضه ع ه للاه أسض إ يا جذس فش تأ كضة غذا
عهى خثش ) ه للاه ت إ 43ج )
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan lima perkara gaib yang hanya Allah
sendirilah yang mengetahui perkara itu yaitu:
1. Hanya Allah sajalah yang mengetahui kapan datangnya Hari Kiamat,
tidak seorangpun yang mengetahui selain Dia, kendatipun malaikat, sedang
malaikat itu adalah makhluk yang paling dekat dengan-Nya, dan tidak pula
diketahui oleh para Nabi yang diutus.
Allah SWT berfirman:
ال جها نلحا إال
Artinya:
Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain
Dia. (Q.S. Al A'raf: 187)
2. Allah sendirilah yang menurunkan hujan, Dialah yang menetapkan kapan,
di mana dan berapa banyak yang akan dicurahkan-Nya, maka ketetapan-
Nya itu tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. Para ahli astronomi
dan ahli meteorologi (ilmu cuaca), dapat meramalkan terjadinya gerhana
matahari atau gerhana bulan, dan kapan serta di mana hujan akan turun,
berdasarkan ilmu hisab dan tanda-tanda. Akan tetapi itu adalah
perhitungan dan perkiraan manusia yang tidak mengakibatkan pengertian
yang meyakinkan, hanyalah bersifat ramalan, mereka tidak dapat
memastikan.
3. Hanya Allah saja yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada
dalam suatu kandungan, apakah cacat atau sempurna, dan kapan ia akan
dilahirkan.
4. Hanya Dia pula yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan
oleh seseorang esok harinya. Sekalipun manusia dapat merencanakan apa
yang akan dikerjakannya itu, namun semuanya itu hanyalah bersifat
rencana saja. Jika Allah menghendaki terlaksananya, terlaksanalah dia,
dalam pada itu tidak sukar bagi Allah untuk menghalangi terlaksananya.
5. Seseorang tidak mengetahui di mana ia akan meninggal dunia nanti.
Apakah di daratan atau di lautan ataupun di udara, apakah di negeri ini,
atau di negeri itu. Hanya Allah saja yang dapat mengetahuinya dengan
pasti.
Begitulah rencana Allah SWT dengan turunnya hujan di bumi ini, sedangkan
proses terjadinya hujan juga Allah terangkan dalam Al Qur’an surat Ar-Ruum
Ayat 48 seperti dibawah ini:
“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan
menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari
celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-
hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”
Firman Allah tersebut adalah proses siklus Hidrologi , yaitu ilmu yang berkaitan
dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredarannya dan sifat –
sifatnya yang berhubungan dengan lingkungannya terutama dengan
makhluk hidup.
Jumlah air di bumi ini 97 % adalah air asin yang berada di lautan dan 3 %
adalah air tawar, dari 3 % tersebut 30 % air dalam tanah dan 70 % ada di
gunung es dan glacier, hanya 0,3 % air tawar yang ada di permukaan yang
bisa di manfaatkan oleh manusia dan makhluk lainnya beserta
lingkungannya.
KETERSEDIAAN AIRDistribusi air di Bumi
Sembilan puluh tujuh % dari tatal air di Bumi berada di lautberupa air asin sekitar 1400 x 1015 m3
Air tawar di Bumi 3 % yang meliputi :
Applied hydrology by mutreja
Lokasi Ketersediaan air %
Salju, es, dan gletserAir tanah/jenuhDanauButir –butit tanahAwan,kabut,embun,hujanSungai
75.0024.00 0.300.0650.0350.030
Total Luas tanah : 136 x 106 km2
Total Luas laut : 374 x 106 km2
Precipitasi didaratan : 750 mm/year
Evaporasi dari daratan : 545 mm/year
Precipitasi di wilayah laut : 870 mm/year
Evaporasi dari lautan : 940 mm/year
Dari sumber data Applied Hydrology oleh Mutreja air tawar yang bisa di
manfaatkan oleh manusia hanya 0.3 % dari 3 % itupun kalau proses siklus
hidrologi itu tetap ada, karena hanya Allah yang tahu bahwa hujan itu akan
terjadi atau turun ke bumi, jika siklus hidrologi itu tidak terjadi di Indonesia
maka cadangan air tawar di daratan Indonesia tidak pernah ada, karena
yang menentukan turunnya hujan baik intensitas hujan; tempat dan
waktunya hanya Allah SWT yang menentukan seperti telah difirmankan
sebagai berikut;
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira
sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah
membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab
hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. / Q.S Al A`raaf : 57
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al A'raaf 57 - 58
دحه إرا ألههث ح سد ذ اح تششا ت انهز شصم انش كم ي اء فأخشجا ت ان زنا ت صذاتا ثماال صما نثهذ يث فأ
( ش ج نعههكى جزكه شات كزنك خشج ان انهز خثث ال 75انثه ست ة خشج ثاج تئر انثهذ انطه خشج إاله كذا كزنك (
( و شكش ات نم ف ا ( 75صش
Dengan kedua ayat ini Allah menegaskan bahwa salah satu karunia besar
yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-Nya ialah menggerakkan angin
sebagai tanda bagi kedatangan nikmat-Nya yaitu angin yang membawa
awan tebal yang dihalaunya ke negeri yang kering yang telah rusak
tanamannya karena ketiadaan air, kering sumurnya karena tak ada hujan
dan penduduknya menderita karena haus dan lapar. Lalu Dia menurunkan
di negeri itu hujan yang lebat sehingga negeri yang hampir mati itu menjadi
subur kembali dan sumur-sumurnya penuh berisi air dengan demikian
hiduplah penduduknya dengan serba kecukupan dari hasil tanaman-
tanaman itu yang berlimpah-ruah.
Memang tidak semua negeri yang mendapat limpahan rahmat itu, tetapi
ada pula beberapa tempat di muka bumi yang tidak dicurahi hujan yang
banyak, bahkan ada pula beberapa daerah dicurahi hujan tetapi tanah di
daerah itu hilang sia-sia tidak ada manfaatnya sedikit pun.Firman berikutnya
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah- celahnya
dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung- gunung, maka ditimpakan-
Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu
hampir-hampir menghilangkan penglihatan. / Q.S An Nuur : 43
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah An Nuur 43
دق خشج ي ثىه جعه سكايا فحش ان زج صذاتا ثىه ؤنف ت ه للاه أنى جش أ جثال فا ي اء ي انضه ل ي ز خالن
شاء ي صشف ع شاء ي زة تاألتصاس )تشد فصة ت ( 34كاد صا تشل
Pada ayat ini Allah mengarahkan pula perhatian Nabi saw dan manusia
agar merenungkan bagaimana Dia menghalau awan dengan kekuasaan
Nya dari suatu tempat ke tempat yang lain kemudian mengumpulkan awan-
awan yang berarak itu pada suatu daerah, sehingga terjadilah tumpukan
awan yang berat berwarna hitam, seakan-akan awan itu gunung-gunung
besar yang berjalan di angkasa. Dengan demikian turunlah hujan lebat di
daerah itu dun kadang-kadang hujan itu bercampur dengan es. Bagi kita di
bumi ini jarang sekali melihat awan tebal yang berarak seperti gunung-
gunung, tetapi bila kita naik kapal udara akan terlihatlah di bawah awan-
awan yang bergerak pelan-pelan itu memang seperti gunung-gunung yang
menjulang di sana sini dan bila awan itu menurunkan hujan nampak pula
dengan jelas sebagaimana air itu turun ke bumi.
Dengan hujun lebat itu kadang-kadang manusia di bumi mendapat rahmat
dan keuntungan yang besar, karena sawah dan ladang yang sudah kering
akibat musim kemarau, menjadi subur kembali dun tumbuhlah berbagai
macam tanaman dengan suburnya sehingga manusia dapat memetik
hasilnya dengan senang dan gembira.
Tetapi ada pula hujan yang lebat dan terus menerus turunnya dan
menyebabkan terjadinya banjir di mana-mana sehingga terendamlah
sawah ladang itu bahkan terendamlah suatu kampung seluruhnya, maka
hujan lebat itu menjadi malapetaka bagi orang yang ditimpanya bukan
sebagai rahmat yang menguntungkan. Semua itu terjadi adalah menurut
iradah dan kehendak Nya, dan sampai sekarang belum ada suatu ilmupun
yang dapat mengatur perkisaran angin dan perjalanan awan sehingga
tidak akan terjadi banjir dan malapetaka itu. Di mana-mana terjadi topan
dan hujan lebat yang membahayakan tetapi para ahli ilmu pengetahuan
tetap mengangkat bahu karena tidak dapat mengatasinya. Semua ini
menunjukkan kekuasaan Allah, ditimpakan rahmat dan nikmat kepada siapa
yang dikehendaki Nya, dan ditimpakan Nya musibah dan malapetaka
kepada siapa yang dikehendaki Nya.
Di antara keanehan alam yang dapat dilihat manusia ialah terjadinya kilat
yang sambung-bersambung di waktu langit mendung dan dekat dengan
turunnya hujan, kejadiannya guruh dan petir yang dahsyat dan bergemuruh.
Meskipun ahli ilmu pengetahuan dapat menganalisa sebab musababnya
kejadian itu, tetapi mereka tidak dapat menguasai dan mengendalikannya.
Bukankah ini suatu bukti pula bagi kekuasaan Allah.
Dari jumlah air di bumi yang 97 % adalah air asin yang ber ada di lautan
maka diciptakan oleh Allah siklus hidrologi melalui firmannya dengan surat
Ar-Ruum Ayat 48 tersebut di atas, untuk menjadi air tawar sebagai sumber-
sumber air di bumi yang bersih, menjadi minuman dan banyak manfaatnya
untuk kebutuhan seluruh makhluk di alam semesta ini, dan secara rinci
tahapannya sebagai berikut:
Tahap Pertama : “ Allah, dialah yang mengirimkan angin…..”
Gelembung-gelembung udara yang tidak terhitung jumlahnya dibentuk oleh
buih-buih di lautan yang secara terus-menerus pecah dan mengakibatkan
partikel-partikel air tersembur ke udara menuju ke langit. Partikel-partikel ini
yang kaya akan garam– kemudian terbawa angin dan bergeser ke atas
menuju atmosfer. Partikel-partikel ini (disebut aerosol) membentuk awan
dengan mengumpulkan uap air.
Tahap Kedua : “…..lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah
membentangkannya di langit menurut yang dikehendakinya, dan menjadi
bergumpal-gumpal…..”
Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal-kristal garam
atau partikel-partikel debu di udara. Karena tetesan-tetesan air di sini sangat
kecil (dengan diameter antara 0,01-0,02 mm), awan mengapung di udara
dan menyebar di angkasa. Sehingga langit tertutup oleh awan.
Tahap Ketiga : “….lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka
apabila hujan itu turun.”
Partikel-partikel air yang mengelilingi kristal-kristal garam dan partikel-partikel
debu mengental dan membentuk tetesan-tetesan hujan. Sehingga, tetesan-
tetesan tersebut, yang menjadi lebih berat dari udara, meninggalkan awan
dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Setiap tahap dalam pembentukan hujan disampaikan dalam Al-Qur’an.
Terlebih lagi, tahapan-tahapan tersebut dijelaskan dalam runtutan yang
benar. Seperti halnya fenomena alam lain di dunia, lagi-lagi Al-Qur’an lah
yang memberikan informasi yang paling tepat tentang fenomena ini, selain
itu, Al-Qur’an telah memberitahukan fakta-fakta ini kepada manusia
berabad-abad sebelum sains sanggup mengungkapnya.
Secara ilmiah melalaui penelitian dan pengamatan ilmu hidrologi juga
melewati 3 (tiga ) Tahapan ,Sama seperti proses yang telah di firmankan
oleh Allah S.W. T. 1400 tahun yang lalu,
Siklus Hidrologi: adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan
transpirasi
SIKLUS HIDROLOGI Seperti firman Allah ” (Al Qur”an, surat 30; ayat 48)
Mempelajari satu ilmu hidrologi begitu menabjubkan ke jadiannya yang
sangat rumit dan tidak akan mampu di lakukan oleh manusia manapun
karena ilmu hidrologi tersebut adalah salah satu ilmu yang diciptakan oleh
Allah termasuk dari lima perkara gaib yang hanya Allah sendirilah yang
mengetahui perkara itu.
Maka oleh karena itu jangan menganggap hujan itu musibah, karena
kenyataan dan fakta bahwa hujan itu adalah benar-benar rahmat karena
sebagai manusia kita membutuhkan air tawar tersebut sebagai air minum
yang sangat diperlukan karena dalam tubuh manusia terkandung 70 % air,
dan marilah kita syukuri jika hujan itu turun di daerah kita, inipun di ingatkan
oleh Allah SWT dengan firmannya :
,”Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kamu minum. Kamukah
yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkannya Kalau
Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapa kamu tidak
bersyukur.” ( Q.S. Al Waaqi’ah : 68-70 )
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Waaqi'ah 68 - 70
(68)
(69)
(70)
Dalam ayat-ayat ini, kembali Allah SWT mengungkapkan salah satu dari
pada nikmat Nya yang agung, untuk direnungkan dan dipikirkan oleh
manusia apakah mereka mengetahui tentang fungsi air yang mereka
minum.
Apakah mereka yang menurunkan air itu dari langit yaitu air hujan ataukah
Allah SWT yang menurunkannya.
Air hujan itu manakala direnungkan oleh manusia, tahulah mereka bahwa ia
berasal dari uap air yang terkena panas matahari. Setelah menjadi awan
dan kemudian menjadi mendung yang sangat hitam bergumpal-gumpal,
maka turunlah uap air itu sebagai air hujan yang sejuk dan tawar, tidak asin
seperti air laut. Air tawar tersebut menyegarkan badan serta menghilangkan
haus.
Bila tak ada hujan, pasti tak ada sungai yang mengalir, tak akan ada mata
air dan berapa meter pun dalamnya orang menggali sumur, niscaya tak
akan keluar airnya. Dan bila tak ada air, rumputpun tidak akan tumbuh,
apalagi tanaman yang ditanam orang.
Apabila tidak ada hujan, pasti tidak ada air yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Kalau tanaman dan tumbuh-tumbuhan tidak tumbuh, maka
binatang ternakpun tak ada. Tak akan ada ayam, tak akan ada kerbau dan
sapi, tak akan ada kambing dan domba. Sebab hidup memerlukan makan
dan minum. Kalau tak ada yang dimakan, dan tak ada yang diminum,
bagaimana bisa hidup? Dan kalau tak ada tanaman dan tumbuh-
tumbuhan, dan tak ada air tawar untuk diminum, bagaimana manusia bisa
hidup? Apakah mesti makan tanah? Dan apakah yang akan diminum?
Kalau ada air, jika air tersebut dijadikan Tuhan asin rasanya, pasti tidak bisa
menghilangkan haus dan tak dapat dipergunakan untuk menyiram atau
mengairi tanaman.
Dan siapakah yang menurunkan hujan tersebut? Bukankah hanya Allah SWT
saja yang dapat menurunkan hujan sehingga mengalir dan sumur dapat
mengeluarkan air?
Mengapakah manusia tidak bersyukur kepada Allah? Padahal Dialah yang
menurunkan hujan yang demikian banyak manfaatnya sebagaimana
firman-Nya:
س ل ه س ه ه ب ه ه ت ع
ل ألع ب خ ل ث ت ي إ ك ة ق آل ف
Artinya:
Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu,
sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan)
tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu
menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-
buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(Q.S. An Nahl: 10, 11)
Oleh sebab itu dari siklus hydrology tersebut , maka air hujan harus
dimanfaatkan sebanyak mungkin untuk kebutuhan semua makhluk hidup.
yang berada di bumi, sesuai dengan firman Allah Dan Kami turunkan dari
langit air yang banyak manfaatnya ( Q.S.Qaaf ; 9)
Marilah kita dari sekarang memulai mengelola air hujan dengan betul dan
sesuai tujuan dari pada misi Allah tersebut yang telah di firmankan melalui
kitabnya Al Qur’an , karena air hujan adalah salah satu dari pada nikmat
Nya yang agung dan tidak seperti yang kita saksikan selama ini di Indonesia
yang dilakukan dalam pengendalian banjir adalah membuang atau
mengalirkan limpasan air hujan tersebut secepatnya ke laut dengan cara
normalisasi sungai dan lain sebagainya, dengan prinsip secepatnya air
terbuang kelaut, bahkan akhir-akhir ini dengan cara yang sangat spektakuler
membuat beberapa awan di taburkan pupuk orea supaya awan tersebut
secepatnya jatuh kelaut dengan cara menggiring awan itu terlebih dahulu,
ini sangat bertentangan dengan proses siklus hidrologi.
Kondisi seperti ini harus segera di kembalikan ke filosofi siklus hidrologi yaitu air
hujan bertujuan untuk menciptakan sumber – sumber air di bumi seperti
telah di firmankan oleh Allah SWT, berikut ini :
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di
bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-
derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,:21).
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Az Zumar 21
(21)
Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan manusia memikirkan salah satu dari
suatu proses kejadian di alam ini. yaitu proses turunnya hujan dan
tumbuhnya tanam-tanaman di permukaan bumi ini. Kalau diperhatikan
seakan-akan kejadian itu merupakan suatu siklus yang dimulai pada suatu
titik-titik dalam suatu lingkaran, dimulai dari adanya sesuatu, kemudian
berkembang menjadi besar, kemudian tua, kemudian meninggal atau
tiada. kemudian mulai pula suatu kejadian yang baru lagi dan begitulah
seterusnya sampai kepada suatu masa yang ditentukan Allah, yaitu masa
berakhirnya kejadian alam ini.
Contohnya ialah air hujan yang turun dari langit menyirami permukaan bumi,
sehingga bumi yang semulanya tandus dan kering, menjadi basah dan
berair. Air hujan itu sebagian disimpan di dalam bumi dengan adanya akar
pohon-pohonan yang ada di hutan-hutan kemudian meresap ke dalam
bumi, merupakan persediaan air bagi manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan
dan makhluk Tuhan yang lain di masa musim kemarau nanti. Pada bumi
yang gundul dan tandus, sebahagian besar dari air hujan itu tidak dapat
ditahan oleh bumi. Air itu langsung mengalir ke laut yang kadang-kadang
berupa banjir besar yang menjadi malapetaka bagi manusia. Adakalanya
air itu langsung dimanfaatkan oleh manusia, binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Maka tumbuhlah tumbuh-tumbuhan, sejak dari benih kemudian
menjadi besar, berbunga yang beraneka warna, berbuah, kemudian mati,
untuk tumbuh lagi. Buahnya bermanfaat bagi manusia, binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Ada yang dimakan, ada pula yang diolah untuk
keperluan-keperluan lain. Daun tumbuh-tumbuhan yang gugur kemudian
menjadi hancur bersama tanah dapat menjadi pupuk bagi bagi tanam-
tanaman yang lain.
Demikianlah, dari turunnya hujan, tumbuhlah tumbuh-tumbuhan dan
berkembang-biaknya binatang ternak dan sebagainya, manusia
memperoleh nikmat yang tiada taranya, sejak dari nikmat berupa makanan
dan minuman, juga nikmat yang berupa perasaan, seperti perasaan senang
dan gembira melihat pemandangan yang indah di pegunungan yang
diliputi oleh pohon-pohonan, perasaan senang melihat bunga yang sedang
mekar, air yang mengalir di sungai, bunyi burung yang merdu diselingi
dengan bunyi tetesan air yang jatuh dari atas tebing batu, binatang ternak
yang makan di padang rumput yang sedang menghijau.
Jika dilihat proses air yang mengalir ke laut, maka air itu menguap oleh terik
panas matahari, kemudian menjadi awan yang bergumpal, dihalau kembali
oleh angin ke suatu tempat sehingga menurunkan hujan.
Proses kejadian yang demikian itu menjadi bahan renungan bagi orang
yang mau menggunakan pikirannya. Tentu ada Zat Yang Maha Kuasa Yang
mengatur semuanya itu, sehingga segala sesuatu terjadi dengan teratur dan
rapi. Tidak mungkin manusia yang melakukannya. Yang melakukan semua
itu tentulah zat Yang berhak disembah dan ditaati segala perintah-Nya.
Indonesia secara geografi berada di antara benua Asia dan Australia
menjadi tempat perlintasan arah angin yang berganti arah setiap 6 bulan
sekali, sehingga Indonesia mengalami pergantian musim hujan dan musim
kemarau.
Karena itu Indonesia dipengaruhi Iklim musim.
Iklim musim ditandai dengan pergantian musim setiap 6 bulan sekali yaitu
musim hujan dan kemarau, musim kemarau atau musim kering terjadi antara
bulan April sampai dengan bulan September dengan ciri - ciri curah hujan
lebih kecil dari 60 mm per bulan, sedangkan musim hujan atau musim basah
di tandai dengan meningkatnya curah hujan di suatu daerah di banding
biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap, musim hujan terjadi
antara bulan oktober sampai dengan bulan maret.
Memperhatikan kondisi musim di Indonesia, pada waktu musim kemarau
berarti ada sekitar 6 bulan atau lebih hampir tidak ada hujan yang turun di
Indonesia sedangkan kebutuhan akan air tawar tetap berlanjut seperti biasa
,dari mana suplai air tawar pada waktu kemarau itu kita dapatkan
sedangkan hujan sudah tidak turun secara signifikan untuk di manfaatkan,
jadi saat kemarau itulah aliran bawah tanah yang pada musim hujan
diserap oleh tanah maupun hutan di daerah aliran sungai atau DAS
memulai perannya sebagai pemasok aliran air di sungai maupun di situ – situ
dan di danau danau, tetapi kalau daerah aliran sungai tidak dikelola
dengan baik akan mengakibatkan banjir di musim hujan dan kekeringan di
musim kemarau .
Anggapan bahwa air merupakan sumber daya alam yang tak terbatas dan
senantiasa dapat diperbaruhi, melalui proses siklus hidrologi yang terus
menerus berlangsung secara dinamis, sekarang ini terpatahkan dengan apa
yang sedang kita rasakan dalam beberapa decade terakhir ini.
Sering terjadinya banjir dan kekeringan yang disertai bencana yang terkait
dengan perilaku sumber daya air ini seakan menyentakkan kita bahwa
proses siklus hidrologi ini telah terganggu
Meningkatnya jumlah penduduk dunia, disertai peningkatan kegiatan
pembangunan telah merubah kondisi dan perilaku alam, khususnya sumber
daya air dan lingkungannya.
Perubahan iklim,baik global maupun local, saat ini tidak dapat dipungkiri
sedang terjadi dan diyakini akan terus berlangsung.
Menyadari bahwa, air yang merupakan sumber daya yang esensial bagi
kelangsungan kehidupan,pembangunan dan lingkungan, kini sudah
merupakan sumber daya yang terbatas dan rentan sesuai dengan ruang
dan waktu.
Tantangan ini sudah harus dijawab dengan tekad kita untuk mengelola
sumber daya air kita secara menyeluruh dan berkelanjutan, agar dapat
memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
BANJIR JAKARTA
Difinisi Banjir adalah : pertistiwa tergenangnya daratan karena volume air
yang meningkat. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai yang
meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi
dan terus menerus.
Banjir merupakan suatu fenomena alam yang biasa terjadi karena luapan
sungai-sungai,waduk, danau, laut atau badan air lain dan menggenangi
dataran rendah atau cekungan yang biasanya tidak terendam air. Banjir
juga dapat terjadi bukan karena luapan badan air tetapi air hujan yang
terperangkap dalam suatu cekungan yang menjadi genangan.
Penyebab banjir antara lain:
1. curah hujan yang tinggi
2. semakin luasnya hutan yang gundul
3. kurangnya daya resap air ke dalam pori-pori tanah
4. pembuangan sampah di sungai
5. sistem drainase yang kurang baik
6. jebolnya waduk atau tanggul, dan lain sebagainya
Penyebab banjir yang penulis sampaikan di atas adalah hasil dari para
pakar banjir yang umumnya selalu didiskusikan dan fakta lapangan yang
dilihat, dan itu semua juga benar adanya tapi ada yang lebih dalam secara
filosofi bagaimana hujan itu diturunkan dan apa maksud dan tujuan
diturunkannya hujan tersebut dan sudah penulis bahas di awal tulisan ini.
Padahal diantara penyebab banjir tersebut yang paling utama
penyebabnya yang selama ini terjadi di Indonesia adalah berkurangnya
resapan air di daerah aliran sungai atau DAS dan di wilayah perkotaan,
dengan satu alasan karena curah hujan yang turun relative hampir sama
selama 40 tahun terakhir ini , sebagai contoh nyata dan fakta dengan data
– data yang akan saya sajikan di bawah ini yaitu banjir yang terjadi di
wilayah Jakarta.
Sebagai ilustrasi kami berikan contoh kasus seperti seorang dokter
mendapatkan seorang pasien yang sedang sakit panas, oleh dokter pasien
tersebut di diagnose terlebih dulu dan dicari akibat utama yang
menimbulkan panas si pasien tersebut, dan ternyata panasnya akibat infeksi
kesimpulan dokter berarti infeksi tersebut penyebab panas lalu diberikan
obat untuk menyembuhkan infeksi tersebut, dan juga diberikan obat untuk
menurunkan panas, dan juga obat lainnya . yang pasti sudah ditemukan
penyebab utama panas adalah infeksi.
Begitu juga dengan permasalahan dengan banjir dijakarta, penyebab
utamanya adalah berkurangnya tanah resapan di daerah catchment area
atau daerah aliran sungai atau DAS dan tanah resapan di wilayah DKI akibat
aktivitas pembangunan infrastruktur seperti jalan dan perumahan dan lain
sebagainya tanpa mengindahkan lingkungan atau daerah resapan air,
indicator ini bisa kita buktikan dengan data – data; peta ; dan liputan berita
yang saya ambil dari beberapa hasil presentasi maupun tulisan yang ada di
internet.
Hasil dari diagnose atau analisa permasalahan banjir di Jakarta selama
hampir 40 tahun terakhir ini, atau sampai tahun 2014 adalah :
1. Data curah hujan bulanan maupun tahunan selama 40 tahun terakhir
hampir sama tidak ada secara extrim curah hujan meningkat /data di
sajikan dalam data indicator no 1.
2. Penggunaan lahan di kawasan daerah aliran sungai atau DAS
meningkat dan di wilayah DKI , data disajikan dalam data indicator
no 2.
3. Dari indicator bahwa data curah hujan selama 40 tahun terakhir ini
masih sama, berarti koeffesion run off berubah dan run off meningkat
karena curah hujan relative sama yang berubah run offnya ini terbukti
dari data debit banjir yang setiap tahun meningkat, dan luas
genangan pun meningkat setiap tahunnya di wilayah Jakarta. data
disajikan dalam data indicator no 3.
Berikut data indicator nomor 1 yaitu data curah hujan dari BMKG,
Informasi Perubahan Normal Curah Hujan
Salah satu fenomena perubahan iklim di Indonesia adalah terjadinya
perubahan jumlah intensitas hujan yang diterima di suatu tempat. Dengan
adanya perubahan jumlah curah hujan yang diterima dalam waktu periode
yang lama, maka hal tersebut akan berdampak pada normal atau periode
30 tahunan. Oleh karenanya sangat diperlukan informasi tentang perubahan
rata-rata normal curah hujan di Indonesia yang dikemas dalam bentuk peta
atau atlas (dalam proses penyusunan) agar lebih informative bagi
pengguna. Dalam hal ini, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG
sejauh ini telah menghasilkan produk analisis hasil perubahan normal yang
terjadi.
Perubahan normal curah hujan 1981-2010 dengan 1971-2000 menampilkan
informasi perubahan normal curah hujan 30 tahunan di wilayah Indonesia.
Data yang digunakan adalah data curah hujan rata-rata bulanan selama
periode 1971-2010 yang dikumpulkan dari titik pengamatan yang tersebar di
Indonesia, yang selanjutnya diolah menjadi informasi curah hujan normal
dalam 2 (dua) rentang waktu 1971-2000 dan 1981-2010. Berikut grafik
perubahan normal dari beberapa pos pengamatan yang ada di Indonesia :
Tabel 1. Rata-rata hujan bulanan seluruh Indonesia
Bulan Minimum (mm) Maksimum (mm)
Januari 100 >700Februari 50 500Maret 50 400April 50 300Mei 0 300Juni 0 300Juli 0 300Agustus 0 300September 0 300Oktober 0 400Nopember 50 450Desember 150 500
Catatan penulis Untuk data curah hujan menurut hasil studi dari
Departemen Kehutanan dengan judul rencana detail penanganan banjir
jabodetabekjur 2. Adalah sebagai berikut : Pola hujan dalam tempo 150
tahun terakhir menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat dikendalikan
karena penyebab utamanya bukan perubahan pola iklim dan curah hujan.
Pernyataan tersebut artinya selama 150 tahun curah hujan relative sama
yang berubah daerah resapannya di hulu dan di hilir.
Berikut data indicator nomor 2 yaitu data Penggunaan lahan di kawasan
daerah aliran sungai atau DAS meningkat
Bogor,Pelita
Sebanyak 74 persen hutan lindung di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor Jawa
Barat, hilang atau sudah beralih fungsi. Hal itu diungkapkan Menteri
Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar di sela-sela Inspeksi Mendadak (Sidak)
ke sejumlah vila mewah yang berdiri di kawasan hutan lindung Desa Tugu
Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (21/1).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, persentase lahan yang hilang itu terjadi
sepanjang tahun 2000-2008. Data yang diperoleh terjadi perubahan fungsi
lahan di kawasan hutan lindung Kecamatan Cisarua secara signifikan,
selama delapan tahun hutan telah berkurang 74 persen atau 4.918 hektar
tinggal 1.265 hektar dari kawasan hutan lindung menjadi area terbangun
danrusak.
Sehingga wajar jika terjadi banjir dan longsor, tegasnya kepada wartawan
sebelum melakukan sidak didampingi Wakil Bupati Bogor Karyawan
Faturachman dan Kepala Dinas Tata Bangunan dan Perumahan Kabupaten
Bogor, Masan Djajuli di kantor Kecamatan Cisarua.
Parahnya lagi lanjut dia, area terbuka di kawasan Puncak hampir tidak ada
sama sekali dari 4.550 hektar kini tinggal 14 hektar. Sementara pertumbuhan
pemukiman penduduk terus bertambah menjadi 44 persen atau dari 24.833
menjadi 25.750 hektar, tambahnya.
Jika kerusakan lingkungan yang terjadi secara sporadis ini dibiarkan, maka
bencana alam, seperti longsor dan banjir di kawasan hulu (Bogor, Depok,
dan Jakarta) tidak bisa dihindari lagi. Tak hanya itu, pihaknya juga melansir
data dari Pusat Pengkajian Perencanaan Pembangunan Wilayah (P4W)
Institut Pertanian Bogor dan Dinas Cipta Karya Kabupaten Bogor, alih fungsi
lahan dikawasan Puncak.
Sejak 1972 hingga 2005, sudah 30,36 persen wilayah vegetasi hutan di
kawasan Puncak hilang akibat pendirian bangunan, sementara data DCK
Kabupaten Bogor dari sekitar 5.000 bangunan di kawasan wisata Puncak,
hampir 1.500 unit tak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), jelasnya.
Dengan tingkat kerusakan lingkungan di hulu hingga hilir yang
menyebabkan banjir dan longsor, lanjut dia, penyimpangan tata guna lahan
harus segera ditertibkan.
Daerah resapan yang berkurang di watershed area
Kejadian banjir di Jakarta dan sekitarnya dipicu oleh perubahan penutupan
lahan terutama pembangunan pemukiman baik di hulu, tengah maupun hilir
yang tidak diimbangi dengan resapan,
Sumber data rencana detail penanganan banjir jabodetabekjur 2.
Naiknya debit maksimum ternyata berdampak pada menurunnya debit
dari mata air pada saat musim kemarau hal ini disebabkan karena
berkurangnya resapan, dengan demikian terjadinya perubahan
karakteristik DAS Ciliwung hulu disebakan karena perubahan penutupan
lahan dan bukan karena “anomali iklim”.
Pada th 1993 di sekitar Jabodetabek terjadi alih fungsi lahan seluas
9.149,84 ha terutama dari areal perkebunan yang berstatus HGU menjadi
HGB dan Hak Milik, Khusus untuk Sub DAS Ciliwung hulu alih fungsi
kebun terjadi pada th 1989 dengan hilangnya 2 kebun Megamendung dan
Cisarua 1, dan 2 (nipon) dan disusul dengan euporia masyarakat yang
tidak terkendali menyebabkan banyak tanah “tidur” digarap oleh
masyarakat, sehingga mempeparah kondisi aliran permukaan di
Jabodetabek
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Dari faktor besarnya masukan urbanisasi ke wilayah DKI Jakarta dapat
disimpulkan bahwa kondisi fisik lingkungan kota yang hijau serasi dan sehat di
wilayah DKI Jakarta secara umum mengalami penurunan, ini disebabkan
oleh:
a. Ruang terbuka hijau saat pada tahun 1983 berkisar 32185.9 hektar (50.2%)
dan pada tahun 2002 menjadi berkisar 9430.6 hektar (14.7%). Dalam kurun
waktu 19 tahun turun berkisar -22755.3 hektar (-159.0 %) dari luas yang ada.
Sebagian besar digunakan sebagai areal urban, dimana urban mengalami
kenaikan berkisar 24411.0 hektar (72.7 %), sehingga menyebabkan kondisi
fisik lingkungan kota yang hijau semakin menurun dan mengakibatkan daya
dukung resapan air semakin berkurang pula. Menurut Pemprov DKI tahun
2003 luas RTH tinggal 14 % dari luas DKI, namun yang dikuasai DKI hanya 9%.
Ini benar-benar bahwa DKI merasa tak ada lagi yang dibanggakan, banyak
RTH DKI menjadi Mal dan pemukiman penduduk, sehingga Pemprop DKI
kesulitan menambah luas RTH.
Daerah resapan yang berkurang di DKI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1972
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
500
0
9295
000
930
000
0
9300
000
93
0500
0
9305
00
0
9310
000
93
10000
9315
000
93
15000
932
000
0
9320
000
9325
000
9325
000
KETERANGAN
DANAUFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1983
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
500
0
9295
000
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
931
000
0
9310
000
93
1500
0
93
1500
0
93
2000
0
9320
00
0
9325
000
93
25000
KETERANGAN
DANAUFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKARAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHURBANVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1993
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
929
5000
92950
00
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
931
0000
93100
00
931
5000
93150
00
93
20000
932000
0
9325
00
0
93
25
000
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 1998
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
9295
00
0
92
95
000
93
0000
0
93
0000
0
9305
000
9305
000
9310
00
0
93
10
000
931
5000
93150
00
93
20000
932000
0
93
25000
932500
0
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
2000 0 2000 Meters
Peta Penutupan Lahan
DKI Jakarta Tahun 2002
690000
690000
695000
695000
700000
700000
705000
705000
710000
710000
715000
715000
9295
000
92
95000
930
000
0
9300
000
93
0500
0
9305
00
0
9310
000
93
10000
9315
000
93
15000
932
000
0
9320
000
93
2500
0
9325
00
0
KETERANGAN
AIR/SUNGAIFASILITAS UMUMLAHAN TERBUKAPERMUKIMANRAWA/TAMBAK/LAUTSAWAHVEGETASI
PERUBAHAN PENGGUNAAN
LAHAN DI JAKARTA TAHUN
1972-2002
1972
1983
1993
1998
2002
Jakarta telah secara signifikan kehilangan daerah hijau, daerah resapan air, danau-danau kecil dan waduk, dan lain-lain akibat konversi guna lahan
Catatan penulis untuk data daerah resapan yang berubah baik di hulu dan
di hilir ini data cukup akurat,dan dampaknyapun akan terlihat di indicator
yang ke 3 yaitu meningkatnya debit di sungai atau meningkatnya run off
atau limpasan air dipermukaan tanah akibat tidak bisa meresap ke dalam
tanah jika musim hujan dan berkurangnya debit di sungai ketika musim
kemarau karena aliran dasar di dalam tanah tidak cukup banyak karena
menurunnya luasan daya resap tersebut.
Karena setiap tahun debit banjirnya meningkat dan penampang sungai
menyusut atau berkurang akhirnya debit sungai melimpas, dan ini
mengakibatkan luas genangan banjirpun semakin meningkat, indicator ini
akan terbukti di data indicator
Berikut data indicator 3 bahwa data curah hujan selama 40 tahun terakhir
ini masih sama, berarti koeffesion run off berubah dan run off meningkat
karena curah hujan relative sama yang berubah run offnya ini terbukti dari
data debit banjir yang setiap tahun meningkat, dan luas genangan di
Jakarta meningkat setiap tahunnya.
Perubahan kenaikan run off di Ciliwung hulu berdasarkan hasil pemantauan debit
puncak S. Ciliwung di Katulampa, Ciawi, menunjukkan perubahan yang sangat
signifikan terutama sejak th 1998. Sebelum th 1998 debit maksium di S. Ciliwung di
Katulampa masih berada di bawah 200 m3/det, akan tetapi setelah itu kondisinya
terus menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan seperti yang terlihat pada
Gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1. Kenaikan debit puncak di S. Ciliwung Hulu
Terjadinya kenaikan debit puncak merupakan indikator yang sangat kuat
telah terjadi perubahan tata guna lahan yang serius di DAS Ciliwung bagian
hulu. Hal ini sejalan dengan data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kab. Bogor yang menyatakan bahwa pada th 1998 s/d 1990 terjadi
perubahan status HGU yang sangat cepat dalam tempo “singkat” telah
berubah menjadi HGB dan Hak milik.
Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu S. Ciliwung ini, akan secara
otomatis merubah pola aliran dan distribusi debit pada sungai-sungai yang
ada di hilir. Salah satu indikator kerusakan daerah hulu Sungai Ciliwung
terlihat dari semakin menurunnya debit rendah (base flow) pada saat musim
kering dan semakin naiknya debit puncak pada musim hujan, sehingga hal
ini akan menyebabkan berkurangnya keseimbangan neraca air di DAS
Ciliwung. Penurunan debit rendah di hulu S. Ciliwung secara lengkap
disajikan pada Gambar 4.2 di bawah ini.
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Gambar 4.2. Penurunan debit rendah di S. Ciliwung Hulu di stasiun Katulampa
Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Perubahan pola pengunaan lahan di hulu telah menimbulkan banjir besar th 1996, 2002, 2007
sehingga pola induk drainase Jakarta yang telah dibuat th 1973 dan kemudian disempurnakan
th 1997 setelah ada banjir besar Ciliwung yang melanda th 1996, nampak bahwa telah terjadi
kenaikan debit rencana pada semua badan sungai yang ada di DKI-Jakarta. Master Plan
Cengkareng Drain telah dinaikan dari 390 m3/det menjadi 620 m3/det, sementara sungai
Ciliwung telah dinaikan dari 370 m3/det menjadi 570 m3/det. Perubahan pola induk ini untuk
mengantisipasi kenaikan debit sungai-sungai yang ada di DKI-Jakarta akibat perubahan tata
guna lahan, khsusnya kurangnya daerah resapan dan terlalu dominannya permukiman yang
hampir menutup seluruh DKI akibat pesatnya pertumbuan permukiman di beberapa kawasan
Jabotabek dan sekitarnya. Data debit rencana secara lengkap disajikan pada Tabel 4.2 di
bawah ini.
Berdasarkan data kejadian banjir tahun 2002 dan 2007 total curah hujan yang tidak mampu
diresapkan sebesar 62,3% sehingga menghasilkan debit maksimum th 2002 tercatat 525
m3/det, berdasarkan hasil analisis data Iklim selama 150 tahun terakhir curah hujan dengan
intensitas tinggi pernah terjadi dalam kurun waktu sebelum th 90-an, maka dengan
memperhitungkan waktu pemusatan aliran di masing-masing DAS dan memperhatikan faktor
koefisien aliran maka dapat dihitung konstribusi aliran permukaan di setiap wilayah di
Jabodetabek.
Berdasarkan hasil analisis di DAS Cisadane yang penutupan lahannya masih 30% lebih
berupa hutan dan kebun teh, sawit dan karet pola aliran debit di S. Cisadane masih baik. Data
sebaliknya pada S. Kali Angke, Pesangrahan, Krukut & Grogol, Sunter, Cakung dan Kali
Bekasi yang juga mengalami perubahan penutupan lahan dari perkebunan karet, ladang,
tegalan ke pemukiman menyebabkan naiknya debit aliran permukaan (run off) sehingga
dengan melihat fenomena ini maka akar permasalahan utama banjir di Jabodetabek adalah
akibat kurang resapan di areal terbangun.Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Apabila dilihat secara seksama debit rencana th 1997 sebenarnya telah terlewati akibat banjir th
1996 sehingga dengan demikian banjir yang terjadi di DKI-Jakarta disebabkan oleh 3 faktor
penentu utama yaitu:
Akibat perubahan kondisi penutupan lahan di bagian hulu terutama dari daerah terbangun
didaerah hilir, tegah dan hulu DAS sehingga terjadi debit puncak yang tinggi melebihi kapasitas
daya tampung saluran yang ada.
Adanya penurunan resapan dari daerah lahan kering, tegalan, kebun campuran dan areal
semak belukar akibat alih fungsi ke pemukiman, sehingga memerlukan penanganan yang
bersifat penerapan teknik konservasi tanah dan air.
Akibat adanya pengaruh pasang surut air laut yang menghambat laju aliran air ke laut.
Ketiga faktor penyebab banjir tersebut harus ditangani secara konfrehensif dan dengan metode
yang berbeda pula. Pada Kejadian banjir th 1996 yang pernah terjadi sangat berbeda dengan
fenomena banjir th 2002 yang lalu. Kejadian banjir th 1996 lebih banyak disebabkan karena
terjadinya curah hujan yang tinggi di daerah hulu, yang tidak mampu diresapkan sehingga
terjadi banjir yang hebat di daerah hilir. Berdasarkan hasil kajian hidrograf pada tanggal 6
Januari 1996 debit S. Ciliwung di Katulampa telah mencapai 740 m3/det, dan berada di kisaran
diatas 400 m3/det selama lebih dari 10 jam sehingga Jakarta mengalami banjr yang hebat, yang
diakibatkan oleh kejadian hujan di hulu yang tercatat di daerah Gadog curah hujan mencapi 250
mm. Dengan curah hujan 230 mm di th 1998, debit S. Ciliwung di Katulampa sebesar 651
m3/det, dan th 1999 dengan curah hujan 220 mm debitnya mencapai 610 m3/det. Dari data
yang tersedia terlihat bahwa kapasitas saluran sungai di Jakarta khususnya Kali Ciliwung yang
didesain hanya 570 m3/det hampir setiap 2 tahun sekali akan terlampaui, sehingga dengan
demikian daerah hulu S. Ciliwung perlu mendapat perhatian yang serius, karena tanpa
perbaikan daerah hulu Ciliwung, pembuatan kanal di Jakarta tidak akan mampu manggulangi
banjir yang ada.Sumber data RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2)
Luas Wilayah Banjir di Jakarta yang semakin meningkat
Catatan penulis di indicator 3 adalah dari data tersebut sudah terbukti
faktanya , penyebab utamanya adalah daerah resapan yang berkurang.
Kita kembali ke contoh saya mengenai seorang dokter yang
menyembuhkan pasien sakit panas, dokter sudah menemukan akibat panas
adalah infeksi,….. maka diobatilah infeksi itu, begitu juga dengan
permasalahan BANJIR JAKARTA setelah saya evaluasi ternyata penyebab
utamanya adalah berkurangnya resapan tanah di daerah aliran sungai/DAS
dan resapan tanah di wilayah DKI, dengan data yang telah saya tampilkan
di atas tersebut , tapi apa yang dilakukan selama ini oleh pemerintah adalah
membuang air hujan secepatnya ke laut dengan melakukan normalisasi
sungai sungai yang ada di Jakarta sedangkan masalah utamanya yaitu
memperbaiki daerah resapan yang telah rusak secara signifikan malah di
abaikan, yang saya lihat belum ada kebijakan yang menuju kearah
perbaikan di daerah aliran sungai walaupun sudah ada studinya yang
dilakukan oleh Departemen Kehutanan pada tahun…….. yang sangat betul
analisanya dan sudah sesuai dengan filosofi siklus hidrologi, kajian ini yang
perlu didukung untuk segera dilaksanakan di Jakarta dan seluruh Indonesia
karena konsep tersebut sudah sesuai dengan maksud dan tujuan dari
diturunkannya hujan oleh Allah SWT yaitu air hujan untuk sumber sumber air di
bumi yang sangat di butuhkan oleh semua makluk untuk kelangsungan
hidupnya, tanpa adanya air tawar di daratan bumi ini tidak akan ada
kehidupan dan tanpa adanya hujan tidak akan ada air didaratan bumi.
jadi kembali ke persoalan contoh saya ke seorang dokter tadi yaitu
permasalahan banjir di jakarta oleh pakar banjirnya setelah di evaluasi
hanya kapasitas sungainya yang sudah tidak mampu lagi menampung
limpasan air dari curah hujan akibat pendangkalan dan banyaknya
penyempitan oleh rumah liar, lebih parah lagi karena curah hujan yang
tinggi padahal dari 40 tahun bahkan 150 tahun yang lalu curah hujannya
hampir sama besarnya, tidak ada yang extrem.
Jadi saya ibaratkan ke masalah dengan sakit panas di atas pakar banjir
Jakarta hanya mengobati meluapnya debit sungai saja dan tidak
menemukan penyebab utama banjir nya.
Saya berkesimpulan seperti itu karena selama hampir 40 tahun terakhir ini
dari hasil studinya maupun implementasinya yang dilakukan adalah
menangani luapan debit yang terjadi, tapi bukan menangani penyebab
utamanya , baru di tahun ……. Ada kajian yang dibuat oleh Departemen
Kehutanan /baru saya baca maret 2014 dan sangat betul karena
analisanya sudah mendapatkan penyebab utamanya banjir di wilayah
Jakarta, dan jika program ini dilaksanakan saya yakin dimasa yang akan
datang akan terasa dampaknya bahwa air hujan yang selama ini kita
buang kelaut karena di setiap sungai yang jumlahnya 13 yang melintasi
Jakarta seluruhnya meluap jika musim hujan datang, akan berubah menjadi
sumber sumber di daerah aliran sungai masing masing karena sudah
terbangunnya hasil studi yang dibuat oleh Departemen Kehutanan tersebut.
Jika Daerah Aliran Sungai dalam kondisi baik ada 3 (tiga) keuntungan yang
akan diperoleh :
1. Pada musim hujan tidak terjadi banjir karena air hujan akan diserap oleh
Daerah Aliran Sungai sampai 75% - 85% dan yang 15 % sampai 25% ini
menjadi run-of yang mengalir ke sungai dan terbuang ke laut.
2. Pada musim kemarau tidak terjadi kekeringan karena air yang 75% - 85%
menyerap ke bukit-bukit akan keluar melalui lembah-lembah dengan anak
sungainya, dan mengalir ke induk sungai dengan debit air yang cukup.
3. Kualitas air akan lebih baik karena debit sungai di musim kemarau masih
banyak , karena kondisi Daerah Aliran Sungai bisa menyerap curah hujan
hingga 85% itu gambaran kalau DAS masih baik dan ini terjadi 100 tahun
yang lalu pada daerah aliran sungai Cisadane-mapun Daerah Aliran Sungai
Ciliwung.
Kita kembali ke filosofi dari siklus hidrologi yang di rencanakan dan
diciptakan oleh Allah pada 50.000 tahun sebelum langit dan bumi di
ciptakan, untuk kehidupan di bumi yang kita tempati sekarang.
Dan kita sekarang dalam menghadapi musim hujan se olah – olah kita
nggak membutuhkan air yang bersih itu yang telah diproses dari air laut
yang asin dan kotor kemudian menjadi air tawar yang bersih dan setelah
diturunkan di daratan kita buang lagi kelaut, padahal kita butuhkan pada
waktu kemarau yang selalu kekeringan ini disebabkan oleh perbuatan kita
juga yang tidak mau mengelola air hujan yang tawar itu dengan baik,
karena di anggap waktu musim hujan mengakibatkan banjir, dan banjir itu
sendiri adalah akibat dari perbuatan kita dalam melakukan pembangunan
tidak memikirkan dampak dari pembangunan itu sendiri karena menutup
tanah resapan dan tidak memberikan penggantinya.
Pada dasarnya curah hujan setiap tahunnya hampir sama besarnya yaitu,
total curah hujan dalam setahun pada Daerah Aliran Sungai atau dalam
water shed area,
misal di Daerah Aliran Sungai Ciliwung dan Cisadane yang menjadi satu
area di wilayah Bogor berkisar antara 3000 mm sampai dengan 4000 mm
pertahunnya. Artinya kenapa setiap tahun indikator banjir makin meningkat
walaupun total curah hujan relatif hampir sama setiap tahunnya dari 150
tahun yang lalu sampai sekarang, ini karena tangkapan curah hujan Daerah
Aliran Sungai itu yang telah rusak. Sehingga curah hujan yang dari dulu bisa
diserap oleh Derah Aliran Sungai, makin lama makin rusak sehingga run-off
jadi lebih besar setiap tahunnya.
Penyebabnya pengelolaan Daerah Aliran Sungai tidak lagi memenuhi
kaidah-kaidah konservasi lahan, jadi curah hujan yang seharusya antara 75%
- 85% masuk kedalam tanah, dan 25 % s/d 15% mengalir di permukaan tanah
(run-off), lalu masuk ke anak-anak sungai dan terkumpul di sungai besar
seperti (Sungai Cisadane). Yang terjadi malah sebaliknya. ( run-off berkisar
60%-70% )
Indikator ini bisa kita lihat dari beberapa data debit di sungai tersebut
Misalnya : Sungai Cisadane,
fluktuasi debit maximum dengan debit minimum terlalu jauh atau
nilai rasio debit sungai Maximum/debit sungai Minimum sudah sangat besar
antara 300 sapai dengan 1600 ,
Seperti Daerah Aliran Sungai Cisadane maupun Daerah Aliran Sungai
Ciliwung tingkat kerusakan pada Daerah Aliran Sungai tersebut sudah
sangat serius untuk diperhatikan ,karena indikator kerusakan tersebut bisa
dilihat dari beberapa data seperti nilai ratio tersebut di atas telah
menunjukan efektifitas suatu Daerah Aliran Sungai dalam menyimpan surplus
air pada musim hujan yang kemudian dapat dialirkan melalui aliran dasar
pada musim kemarau.sudah sangat memprihatinkan
Penanganan Banjir selama ini hanya terfokus pada sungainya saja untuk
mengatasi debit banjir yang terjadi bisa secepat mungkin terbuang kelaut
sehingga tidak melimpas disekitar sungai yang mengakibatkan banjir, yaitu
dengan cara penangananan pelebaran sungai atau pengerukan sungai
sehingga kapasitas sungai bisa menampung debit banjir tersebut. Hal ini
kurang tepat jika kita memaknai firman Allah diatas dimana curah hujan
yang sudah direncanakan oleh Allah baik jumlah dan waktunya melalui
hydrology cycle yaitu dari air laut yang asin kemudian dibuat tidak asin dan
diturunkan didarat ( di bukit di lembah lembah ) supaya sebagian dari air
hujan itu tersimpan didarat untuk keperluan seluruh makluk Allah yang
seluruhnya perlu air tawar terutama pada waktu kemarau dimana tidak ada
hujan yang turun, disinilah diperlukan penyimpanan air hujan pada waktu
musim hujan di lokasi Daerah Aliran Sungai dengan cara tidak merusak
Daerah Aliran Sungai tersebut dan jika Daerah Aliran Sungai dalam kondisi
rusak harus diperbaiki sehingga bisa menyimpan air hujan pada waktu musim
hujan, dengan cara ini pencegahan banjir bisa diatasi secara lestari asal
Daerah Aliran Sungai bisa dipertahankan dalam kondisi baik.
Jadi Mencegah bencana banjir bukan dengan cara mengembalikan air
hujan secepat mungkin ke laut lagi (ini tidak sesuai dengan firman Allah )
tetapi harus memperbaiki Daerah Aliran Sungai atau Watershed Area
sehingga filosofi Hydrology cycle yang telah di firmankan Allah bisa terpenuhi
yaitu memindahkan air dari air asin atau air laut menjadi air tawar untuk
sumber kehidupan makluk di Bumi, karena perbuatan manusia daerah
resapan air dirusak untuk pembangunan infrastruktur dan perumahan
sehingga menutup resapan air tanpa ada rasa tanggung jawab untuk
mengganti luas tanah resapan yang dipakainya untuk pembangunan
tersebut sehingga perlahan lahan mengurangi luas tanah resapan
tersebut,akirnya air hujan menjadi limpasan semua yang harusnya menyerap
ke daerah resapan dan akan mengalir sebagai aliran bawah tanah yang
mengisi sungai sungai pada waktu musim kemarau. Ingat di indonesia musim
hujan hanya sekitar 4 bulan dari 12 bulan, harusnya selama 4 bulan itu air
hujan dikelola sesuai firman Allah. Kita semua tahu pada musim kemarau
banyak terjadi kekeringan dan pada waktu musim hujan air dibuang kelaut
padahal awalnya dari laut. Menurut firman Allah hujan itu : Rahmat ;
sebagai sumber sumber air di bumi ; untuk air minum ; air hujan banyak
manfaatnya ; air hujan itu bersih, untuk pertumbuhan seluruh tumbuh –
tumbuhan dan pertanian sebagai rezeki ; sumber kehidupan di bumi ; dan
lainnya silahkan di renungkan Firman Allah tersebut.
Banjir di Jakarta hampir setiap tahun terjadi dan bahkan Pemerintah DKI
pada waktu banjir januari 2014 sempat membuat keputusan siaga bencana
,untuk menghalau mendung yang ada disekitar DKI supaya hujannya nggak
jatuh diwilayah DKI, pengendalian banjir seperti ini yang penulis sangat tidak
setuju karena bertentangan dengan kehendak Allah SWT seperti telah
difirmankan sbb:
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka
tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya
sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Fathir: 2).
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Faathir 2
ضك نا ة فال ي سد نههاس ي انعزز انذكى )يا فحخ للاه تعذ ضك فال يشصم ن ي ( 2يا
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa pemberian atau penahanan
suatu rahmat, semuanya itu kekuasaan-Nya di tangan Dia, Apabila Dia
menganugerahkan suatu rahmat kepada manusia, tidak seorangpun yang
dapat menahan dan menghalangi-Nya Begitu pula sebaliknya, apabila Dia
menahan dan menutup sesuatu rahmat dan belum diberikan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, maka tiada seorangpun yang bisa membuka dan
memberikannya, karena semua urusan di tangan Dia. Dia Maha Perkasa
berbuat menurut kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Oleh karena itu, kita
harus selalu menghadap Allah SWT melalui ibadah mencapai cita-cita kita,
senantiasa dengan bertawakkal kepada-Nya, begitu pula di dalam
berusaha mencapai tujuan dan maksud yang diridai-Nya.
Tidak ada yang mampu menurunkan hujan melainkan Allah SWT, ini adalah
bentuk keimanan yang mesti diyakini seorang muslim tentang hujan, dan
hujan itu rahmat begitu juga dengan banjir.
Banjir adalah rahmat yang melimpah ruah,kalau kita memandang dari sudut
yang tidak terkena banjir tersebut, karena dengan adanya banjir itu tercipta
peluang bagi orang orang yang tidak terkena banjir tersebut untuk berbuat
amal kebaikan di jalan Allah baik secara materi maupun perbuatan, dan
merupakan ujian yang nyata dari Allah untuk umatnya yang bertaqwa dan
berkemampuan secara materi maupun fisik untuk membantu saudara
saudara yang terkena kesusahan akibat banjir tersebut.
Bagi saudara saudara kita yang terkena banjir itu adalah suatu ujian yang
tersembunyi dari Allah SWT dan kita harus lebih memaknai dari arti ujian itu
sendiri, karena dibalik ujian atau musibah kita harus selalu berfikiran positive
bahwa kejadian banjir ini harus kita jadikan hikmah dan instropeksi diri.
Sesuatu yang terjadi terhadap diri kita pasti ada hikmah dibalik peristiwa
tersebut, Allah SWT maha tahu yang terbaik bagi kita, menurut kita baik tapi
belum tentu di hadapan Allah dan itu suatu saat akan kita temukan
jawabannya.
SOLUSI JAKARTA BEBAS BANJIR
Belum lama ini gubernur DKI menurut berita telah berkoordinasi dengan
Bapenas mengenai pembangunan Giant Sea Wall berikut beritanya :
Proyek Giant Sea Wall DKI Dimulai Pertengahan 2014
Zulfi Suhendra - detikfinance
Rabu, 05/03/2014 16:02 WIB
Jakarta -Proyek Giant Sea Wall atau tanggul raksasa penangkal banjir akan segera dibangun dari Teluk Naga
Tangerang hingga Tanjung Priok Jakarta Utara. Proses kontruksinya akan dimulai pada pertengahan tahun 2014.
Hal ini disampaikan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat ditemui di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Jalan Taman Suropati, Jakarta, Rabu (5/3/2014).
"Pertengahan tahun ini (dimulai)," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan saat ini proyek raksasa di DKI tersebut, masih dalam tahap studi kelayakan dan detail
engineering design. "Sekarang lagi FS sama DED," singkatnya.
Secara terpisah, Deputi Sarana dan Prasarana Bappenas Dedi Priatna mengatakan pembangunan Giant Sea Wall akan
dilakukan secara bertahap. Untuk membangun Giant Sea Wall, pemprov DKI menyiapkan dana hingga Rp 150 miliar.
"DKI menyediakan dana kalau tidak salah itu Rp 150 miliar," kata Dedi.
Pembangunan Giant Sea Wall, lanjut Dedi akan dibarengi dengan percepatan proyek pengelolaan limbah terpusat
atau Jakarta Sewerage. Giant Sea Wall sendiri ditargetkan akan rampung pada tahun 2024. Sedangkan 15 zona proyek
Jakarta Sewerage ditargetkan selesai dalam waktu yang sama.
"Nah jadi pak Gubernur berharap bahwa Giant Sea Wall ini akan membantu pembangunan Jakarta Sewerage. Jakarta
Sewerage ini kan kalau normal dibiayai oleh pemerintah selesainya akan 2050. Kata Pak Gubernur itu kelamaan.
Karena Giant Sea Wall ini yang tahap 1 akan selesai pada 2024 maka diharapkan Jakarta Sewerage itu 2024 juga kan
selesai. Jadi itu akan dijadikan satu paket dengan Giant Sea Wall," kata Dedi.
"Tapi untuk zona 1 sekarang tetap akan dibangun oleh pemerintah. Zonanya kan ada 15. Zona 1 akan dibangun oleh
pemerintah dan akan dikasihkan ke swasta," tutupnya.
(zul/feb)
Pembangunan Giant Sea Waall ini adalah solusi yang benar karena air hujan
di simpan dijadikan air baku dan Jakarta bisa bebas banjir karena air hujan
tersebut alirannya bisa di atur dengan pompa serta tidak terpengaruh
dengan air pasang laut, tetapi hasil kelayakannya belum selesai.
Sekiranya tidak layak seperti yang disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI
seperti berikut beritanya :
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak yakin megaproyek penanggulangan banjir, deep tunnel dan giant sea wall, jadi dibangun. Menurut dia, Pemprov DKI Jakarta tidak akan mengalokasikan anggaran sepersen pun untuk membangun proyek ratusan triliun tersebut.
"Dulu kita berpikir bangun giant sea wall untuk menahan rob, sebuah ide bagus. Tapi, sekarang apa masih perlu bikin itu?" kata Basuki, saat berkunjung ke kantor Kompas.com, Palmerah, Jakarta, Rabu (15/1/2014).
Kajian pembangunan megaproyek giant sea wall dibutuhkan Jakarta pada 20 tahun yang lalu. Hingga saat ini, kata dia, Pemprov DKI masih mencari investor atau pihak swasta yang mau melakukan feasibility study (uji kelayakan) dan membangun megaproyek giant sea wall. Apabila pihak investor atau swasta tidak ada yang berminat melakukan uji kelayakan, maka proyek tersebut ditengarai memang tidak feasible.
Daripada membangun giant sea wall, kata Basuki, lebih baik Pemprov DKI menjalankan program reklamasi 17 pulau. Selain dapat menanggulangi banjir di kawasan utara Jakarta, program tersebut diyakini mampu menarik para investor mereklamasi pulau.
Beberapa waktu lalu, Basuki sempat disambangi oleh pihak asing. Pihak asing itu berniat ikut membangun giant sea wall, tetapi kekurangan biaya untuk melakukan uji kelayakan. Saat itu juga, Basuki berujar, jika ingin mencari untung dari proyek giant sea wall, terlebih dahulu biayai uji kelayakannya. Pemprov DKI hanya bertugas untuk memberikan izin pada investor.
"Desain giant sea wall ini kelihatan hebat sekali seperti garuda yang mengepakkan sayap. Tapi, gimana? Reklamasi 17 pulau saja belum dikerjakan," kata Basuki.
Sama halnya dengan giant sea wall, proyek terowongan bawah tanah, deep tunnel, juga dinilai tidak layak. Sebab, kata Basuki, konsep deep tunnel yang dibangun di Malaysia berbeda dengan yang akan dibangun di Jakarta.
Ia mengaku, tak sedikit investor yang tertarik membangun megaproyek itu di awal pemerintahannya bersama Jokowi. Namun, hingga saat ini, pihak investor itu tidak lagi menyambanginya. Hal itu berarti pihak investor telah mengetahui apakah proyek tersebut layak dibangun atau tidak.
Dalam pembangunan proyek besar, Basuki enggan berspekulasi. Lebih baik, pihak swasta yang melakukan uji kelayakan. Apabila memang layak, nantinya swasta pula yang akan meraup keuntungannya.
"Walaupun kita enggak menaruh uang, tapi tetap kita masukkan proyeknya ke rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2013-2017," ujarnya.
Giant sea wall ini merupakan salah satu gagasan Foke, sapaan mantan gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, untuk menjaga dari bahaya rob dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih. Ada jalan melingkar di atas giant sea wall dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sementara itu, megaproyek deep tunnel nantinya dapat berfungsi untuk beragam kepentingan. Selain sebagai saluran air raksasa pada saat banjir, di saat yang lain juga bisa sebagai sarana transportasi, jalan tol, fiber optik, penyaluran air, transportasi kendaraan, jalur utilitas PLN, gas, telepon, dan sebagainya.
Penulis masih mempunyai dua alternative yang fungsinya masih sama
dengan pembangunan Giant Sea Wall tersebut yaitu
Alternatve 1.
1. Membuat Waduk di sepanjang pantai utara Jakarta, yang berfungsi
sepert Waduk pluit tetapi lebih luas dan tidak perlu dalam karena
fungsinya hanya supaya debit banjir yang datang dari BKB dan BKT
serta sungai lainnya bisa mengalir scara grafitasi dengan cara air di
waduk tersebut dipompa kelaut dengan kapasitas pompa sama
dengan debit yang masuk ke waduk.
2. Untuk membendung pengaruh air pasang laut , seluruh tepi pantai
utara di buat tanggul untuk menjaga tinggi air pasang laut.
Berikut gambar dari Alternative 1. Letak waduk di antara sepanjang
pantai tidak seluruh pantai, yang terpenting aliran BKB dan BKT masuk
terlebih dulu ke Waduk tersebut.
A
Alternative 2.
Membuat Waduk di Muara BKB dan BKT seperti di bawah ini :
Pond Pond
A
A
Muara BKBMuara BKT
Dasar sungai
Muka air sungaiMuka air laut/ el. + 0
Kondisi
sekarang
Potongan A - A
Kondisi setelah
ada Waduk
Muka air sungai
Muka air laut / el. + 0
Muka air waduk/ el. - 3 - 3 m
Dasar sungai
Dasar laut
Dasar Laut
Jika pada musim hujan permukaan air di waduk di turunkan minus (-3 m) dibawahelevasi muka air Laut (elv. + 0 ) dengan cara di pompa sebelum musim hujan datang,antara bulan Nopember, dengan kondisi tersebut jika hujan turun air limpasan yangmasuk ke bkt dan bkb langsung terbuang secara lancar karena posisi air di waduklebih rendah dari pada muka air di bkt dan bkb.
Perhitungan secara estimasi, perkiraan debit banjir dengan kala ulang 100
tahun pada tiga sungai :
BKT debit banjirnya sebesar Q = 591,20 m3/detik,
BKB debit banjirnya sebesar Q = 699,80 m3/detik
Cengkaeng Drain debit Banjirnya Q = 593.30 m3/detik
dari sumber hasil analisa oleh PT.MULTIMERA HARAPAN ENGINERING
CONSULTANT Tahun 2009
Jika intensitas hujan selama 6 jam
Volume air yang harus ditampung di waduk BKT = 12,7 juta m3 dan
Volume air yang harus ditampung di waduk BKB & Cengkaren = 27.9 juta
m3
Jika kedalaman yang dipakai 3 m maka
Luas waduk untuk BKT = 455 Ha dan
Luas waduk untuk BKB & Cengkareng = 930 Ha
Kapasitas waduk yang direncanakan dengan kedalaman rata rata 6m
volume waduk BKT = 25,4 juta m3 dan
volume waduk BKB dan Cenkareng Drain = 56 juta m3
2
3
Kapasitas : 56 juta m3Luas : 930 Ha
Panjang : 8400 m
Lebar : 1100 m
Kedalaman : 6 m
Kapasitas Pompa : 5 m3/detKebutuhan pompa : 20 unit
Waktu operasi Pompa :3,5 hari
untuk menurunkan elevasi minus 3m
dibawah elevasi muka air laut
Kapasitas : 25,4 juta m3Luas : 455 Ha
Panjang : 7000 m
Lebar : 650 m
Kedalaman : 6 m
Papasitas pompa : 5 m3/detKebutuhan pompa : 10 unit
Waktu operasi pompa : 3,5 hari
untuk menurunkan elevasi minus3 m
dibawah muka air laut
Data Waduk BKB & Cengkareng Drain
Data Waduk BKT
Estimasi data Waduk
PRINSIP PENGOPERASIAN WADUK
Secara teknis sama seperti cara pengopersian waduk pluit, kalau waduk
pluit mengamankan wilayah pluit saja kalau waduk BKT dan Waduk BKB ini
mengamankan wilayah Jakarta seluruhnya.
1. Melalui informasi dari BMG kita tahu bahwa musim hujan
akan datang dan perkiraan hujan dg intensitasnya kita
akan tahu waktu dan lamanya hujan.
2. Perkiraan musim hujan pada bulan Nopember, dari bulan ini
permukaan air di waduk kita turunkan untuk supaya jika ada
hujan sedang bisa cepat ke waduk dan jika hujan besar kita
turunkan sesuai rencana yaitu minis 3 m dibawah muka air
laut. Dengan cara di pompa dan dibuang kelaut.
Setelah musim hujan akan ber akhir permukaan waduk mulai kita naikkan
sampai sama dengan muka air laut.
3. Air dalam waduk secara terus menerus akan terisi oleh air sungai
yang alirannya mendapat suplai dari resapan waktu musim hujan
melalui aliran bawah tanah ( base flow) walaupun sudah tidak ada
hujan.
4. Kondisi air di waduk pada awal pembuatan secara ber angsur angsur
akan terganti oleh air hujan dan air asin akan di pompa ke laut.
5. Setelah air di waduk sudah terganti dengan air tawar , air tersebut
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan untuk pemerintah DKI.
6. Dengan demikian tujuan dari hydrology cicle yang difirmankan oleh
Allah SWT telah sesuai, insya Allah bermanfaat amiin.
Dibawah ini penulis membuat asumsi maupun estimasi volume
limpasan air hujan yang terjadi di Jakarta jika musim hujan telah tiba,
Tabel 3. Penggolongan hujan daerah Jakarta sesuai dengan intensitasnya
(Sumber :BMG Jakarta)
Keterangan Intensitas hujan
Hujan ringan 5 – 20 mm/hari
Hujan sedang 20 – 50 mm/hari
Hujan lebat 50 – 100 mm/hari
Hujan sangat lebat > 100 mm/hari
Hujan lebat = 100 mm /hari = 0.1 m /hari
Sedangkan 1 x hujan lebat di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 1 x 664 000 000 = 63.080.000 m3/hari
Sedangkan 1 x hujan sedang di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 05 x 664 000 000 = 31.540.000 m3/hari
Sedangkan 1 x hujan ringan di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 02 x 664 000 000 = 12.616.000 m3/hari
Dari rata-rata hujan tahunan
Sedangkan 1 x hujan rata - rata harian di jakarta limpasannya
= 0.95 x 0. 01388 x 664 000 000 = 8.755.504 m3 / hari
Dan dibawah ini penulis menyarankan untuk pengoperasian waduk dan situ
yang ada di Jakarta, karena selama ini mungkin tidak pernah dilakukan
sebelumnya jika sebelum hujan turun sebaiknya muka air waduk diturunkan
sedalam mungkin melalui grafitasi dengan membuka pintu penguras jika
ada atau jika memungkinkan, tetapi kalau tidak memungkinkan dipompa ke
sungai. Turunnya hujan bisa di monitor dari ramalan BMKG
PENGOPERASIAN WADUK DAN SITU UNTUK MENGURANGI BANJIR DI JAKARTA
Luas waduk di jakarta = 198.26 Ha = 1 982 600 m2
Luas situ situ di jakarta = 115.3 Ha = 1 153 000 m2
Kalau muka air di dalam waduk dan di situ di turunkan 2 meter sebelum
hujan datang dari bogor atau sebelum hujan turun di jakarta
Waduk dan situ akan bisa menampung limpasan hujan sebesar
= 3.135.600 x 2 m = 6.271.200 m3
Rekayasa Penurunan muka air waduk atau situ berkurang 2 meter dari
muka air maximum akan berdampak berkurangnya genangan
10 % kalau terjadi hujan lebat
20 % kalau terjadi hujan sedang dan
50 % kalau terjadi hujan ringan
70 % kalau terjadi hujan rata rata harian
Sesuai dengan maksud dan tujuan diturunkannya hujan untuk kebutuhan air
tawar terutama manusia, maka di bawah ini kami estimasikan total air tawar
yang di dapat kalau hujan itu turun di Jakarta atau di DAS .
LIMPASAN AIR HUJAN
Berdasarkan data statistik, curah Hujan rata-rata di Indonesia adalah 2779
mm per tahun. Misalkan untuk di Jakarta curah hujan sekitar 2500 mm per
tahun, dengan jumlah hari hujan 180 hari/tahun. Jika dihitung secara
sederhana maka intensitas hujan rata-rata adalaha 2500/180 mm/hari-hujan
sama dengan 13. 888 mm/hr = 0,01388 m/hari
Air yang bisa di tampung jika hujan merata dengan luas Jakarta 664 km2
atau 664 000 000 m2
Misal coeefisian run off = 0.75
Q = C I A
= 0,75 x 0,01388 x180 x 664 000 000 x 0,50 (luas tanah di pakai 50% nya)
= 1,8738 x 332 000 000
= 622.101 600 m3 / tahun
Kebutuhan air baku di hitung berdasarkan kebutuhan per orang =
30 l/hari/orang
Penduduk Jakarta = 12 juta
= 30 x 12 000 000 x 365 hari
= 131.400 000 m3/tahun
Kebutuhan air dihitung secara debit = 30 000 liter /detik = 30 m3/detik
Kebutuhan 1 tahun = 30 x 86 000 dtik
= 2.592.000 m3/hari
= 946.080.000 m3/tahun
Dan dibawah ini kalau hujan turun di daerah aliran Sungai selama 1 Tahun
No. Sungai Koef. Runoff Intensitas Hujan hari hujan DAS Volume
C m/hari-hujan m2 m3/tahun
1 Angke 0.75 0.01388 180 239750000 449243550
2 Pesanggrahan 0.75 0.01388 180 177370000 332355906
3 Krukut grogol 0.75 0.01388 180 221990000 415964862
4 Ciliwung 0.75 0.01388 180 374720000 702150336
5 Sunter 0.75 0.01388 180 153490000 287609562
6 Cakung 0.75 0.01388 180 134030000 251145414
7 Mokervat 0.75 0.01388 180 25710000 48175398
8 kali baru barat 0.75 0.01388 180 8430000 15796134
9 kali baru timur 0.75 0.01388 180 0
10 cipinang 0.75 0.01388 180 57430000 107612334
11 kali buaran 0.75 0.01388 180 8930000 16733034
12 kali jati kramat 0.75 0.01388 180 37020000 69368076
TOTAL 2696154606
Seandainya air hujan itu bisa di tampung pada waktu hujan yang Daerah
aliran sungai dan Wilayah DKI seperti saat ini kondisinya volumenya adalah 3
milyart meter kubik per tahun sedangkan kebutuhan DKI hanya 1 milyart
meter kubik per tahun. Ini sudah melebihi yang di butuhkan diluar kebutuhan
industry dan lain lain.
Kesimpulan dari solusi Pengendalian Banjir di DKI adalah.
1. Perbaikan tanah resapan di DAS dan DKI aplikasikan hasil studi
Depatemen Kehutanan judul RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR
JABODETABEKJUR
2. Pembutan Waduk di hilir atau di laut untuk menampung air hujan serta
normalisasi seluruh sungai dan drainase di DKI.
Untuk Penanggulangan Banjir secara umum atau mencegah banjir adalah
harus kembali ke filosofi inti ditunrunkannya hujan tersebut itu adalah pokok
persoalannya karena, itu hukum dari Allah SWT yang Maha benar dengan
firmannya :
Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di
bumi kemudian ditumbuhkannya-Nya dengan air itu tanaman-tanaman
yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu Kami
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-
derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang berakal”. (QS.Az-Zumar,:21).
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih atas data data dari sumber
para pakar yang telah memberikan datanya melalui penampilannya di
internet tanpa data data dari nara sumber tersebut saya tidak bisa
memberikan kesimpulan tersebut sebab itu data dan fakta apa yang terjadi
selama hampir 40 tahun terakhir ini, dan insya Allh tulisan saya ini bermanfaat
bagi yang membacanya, amiiiiiiin.
Wassalam Mualaikum WR.WB.
Djoko Suryanto
Hp. 08129526683