Upload
anindya
View
75
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dalam paper ini membahas tentang hernia diafragma pada hewan
Citation preview
Tugas Bedah Khusus Veteriner
Teknik Operasi Hernia Diafragma
Oleh :
I Wayan Krisna Wisudana 1009005035
Clara Luceatriani Sabaaturohma 1109005028
Ni Putu Rismayani 1109005097
I Gede Priyatna Jayadhi Putra 1109005110
Anindya Novitasari 1209005001
A.A. Sg. Indah Prami Indraswari 1209005002
Dwi Kusuma Komala Ratih 1209005003
Nyoman Anandiya Ramaditya 1209005004
Dewa Ayu Paranitha 1209005005
I Wayan Suarnata 1209005006
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Judul paper ini adalah “Teknik Operasi Hernia Diafragma”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu pedoman dalam pelajaran Mata
Kuliah “Ilmu Bedah Khusus Veteriner”, dimana di dalamnya membahas tentang
definisi, persiapan, teknik operasi dan perawatan pasca operasi hernia diafragma.
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mengerti definisi dan
persiapan operasi dan cara melakukan perawatan pasca bedah hernia diafragma
yang benar tanpa harus membahayakan pasien.
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh dosen mata kuliah Ilmu
Bedah Khusus Veteriner yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi
lancarnya terselesaikannya tugas paper ini.
Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan
makalah ini. Demikianlah tugas ini penulis susun. Penulis berharap semoga
bermanfaat, dan dapat memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Bedah Khusus
Veteriner. Akhir kata, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih.
Denpasar, 2 November 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.2 Tujuan penulisan........................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Definisi Bedah Hernia Diafragma.............................................................3
2.2 Persiapan Bedah Hernia Diafragma...........................................................4
2.3 Teknik Operasi Hernia Diafragma.............................................................8
2.4 Perawatan Pasca Bedah Hernia Diafragma...............................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................9
3.1 Kesimpulan.................................................................................................9
3.2 Saran...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ruang operasi.................................................................................5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bedah digesti adalah sub-bagian dari cabang ilmu bedah yang
dikhususkan untuk penanggulangan gangguan kesehatan yang terjadi pada
bagian pencernaan tubuh hewan. Salah satu contoh bedah digesti adalah
pharyngotomy. Pharyngotomy adalah tindakan pembedahan untuk
melakukan insisi pada pharyng, biasanya dilakukan untuk memasang
endotracheal intubation atau feeding tube. Merupakan prosedur bedah
untuk meminimalkan kesukaran yang dijumpai jika pencernaan secara oral
mengalami gangguan.
Indikasi dilakukannya pharyngotomy adalah : 1. Hewan tidak mau
dan tidak mampu untuk makan; 2. Jika proses kesembuhan setelah operasi
oral sulit mengalami kesembuhan; 3. Hewan dengan dilatasi gastrium atau
gajala dilatasi volvulus.
Sehingga dokter hewan harus memahami tentang pharyngotomy.
Mulai dari persiapan alat dan obat yang akan digunakan sampai dengan
teknik operasi pharyngotomy yang benar agar tidak membahayakan
kondisi pasien. Selain itu pasca operasi pharyngotomy, kondisi pasien
harus terus dipantau sampai kondisinya pulih kembali.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari hernia diafragma?
1.2.2 Apa saja persiapan yang dilakukan sebelum melakukan bedah
hernia diafragma?
1.2.3 Bagaimana melakukan operasi hernia diafragma?
1.2.4 Bagaimana perawatan pasca bedah hernia diafragma?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hernia diafragma.
1.3.2 Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan sebelum melakukan
bedah sistem digesti.
1.3.3 Untuk mengetahui cara melakukan operasi hernia diafragma.
1
1.3.4 Untuk mengetahui pasca bedah hernia diafragma.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Melalui paper ini diharapkan kalangan mahasiswa Universitas
Udayana, khususnya Kedokteran Hewan memiliki wawasan lebih
mengenai bedah hernia diafragma dan perawatan pasca operasinya.
1.4.2 Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan bedah hernia
diafragma.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah otot inspirasi
utama berupa sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Sewaktu
diafragma berkontraksi, diafragma akan bergerak ke kaudal. Dengan
menurunnya diafragma, vicera abdomen akan terdorong juga ke arah kaudal.
Akibatnya akan terjadi penurunan tekanan intra thoracal, sehingga udara
tersedot ke dalam paru. Volume cavitas abdominalis akan sedikit berkurang
dan tekanan intra abdominal akan meningkat. Diafragma dibentuk dari 3 unsur
yaitu membrane pleura peritoneal, septum transversum dan membrane tepi
yang berasal dari otot-otot dinding dada. Hernia diafragma dibedakan menjadi
2 bentuk yaitu hernia diafragma traumatika dan hernia diafragma peritoneo-
pericardial.
Hernia diafragma traumatika adalahhernia yang terjadi karena
kecelakaan dengan benturan keras pada rongga dada sehingga menyebabkan
diafragma robek. Kasus tersebut sering terjadi pada anjing dan kucing, dengan
kronologis tertabrak kendaraan bermotor pemiliknya atau karena luka tembak
thorakoabdominalis. Membrane diafragma yang robek dapat mempengaruhi
tekanan negatif rongga dada, akibatnya organ-organ yang seharusnya berada
pada bagian peritoneal masuk ke dalam rongga dada. Kejadian tersebut
menyebabkan hewan kesulitan bernafas karena volume paru-paru berkurang
karena terdesak oleh organ lain. Organ-organ peritoneal yang sering masuk
mengisi ruang dada saat terjadi hernia diafragma traumatika adalah hati,
omentum, usus, lambung, ginjal, dan limpa. Keadaan masuknya organ
peritoneal ke dalam rongga dada tidak terjadi secara mendadak tetapi secara
perlahan – lahan.
Hernia diafragma peritoneoperikardikal congenital adalah keadaan
anomali yang sering ditemukan pada anjing (ras weismeraner) dan kucing (ras
persia). Pembentan septum transversum saat organogenesis yang memisahkan
3
organ abdominal dengan organ thorakal menyebabkan kondisi bersatunya
jantung dengan hati. Penyebab kejadian ini kemungkinan besar adalah
teratogenetik. Keadaan paling fatal yang mungkin terjadi adalah insufisiensi
kerja jantung karena tertekan kemudian kolaps.
2.2 Persiapan Operasi Bedah Sistem Digesti
2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan
1) Meja Operasi
2) Pinset anatomis
3) Meja Sorong
4) Needle
5) Spuit
6) Needle holder
7) Stetoskop
8) Pinset chirurgis
9) Sarung tangan
10) Dook steril
11) Lampu operasi
12) Tampon
13) Scalpel dan blade
14) Gunting lurus
15) Allies tissue forceps
16) Kapas secukupnya
17) Benang catgut dan cotton
secukupnya
18) Benang Silk
4
Persiapan Obat-obatan dan Kemikalia
1) Atropin sulfat 0,025% dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
2) Ketamin 10% dosis 10-40 mg/kg BB
3) Xilazin 10% dosis 2-3 mg/kg BB
4) Larutan penicili-streptomicin
5) Ampisilin 10%
6) Alkohol 70%
7) Yodium tincture
8) Salep Antibiotik, Betadine
2.2.2 Persiapan Ruangan Operasi dan Pasien
Persiapan Ruang Operasi
Ruang operasi umumnya dibuat dengan design yang simpel, dinding dan funiture
dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatn yang biasa digunakan sudah tersusun
rapi. Ruang dengan ventilasi dan suhu ruangan dijaga tetap 18-21o C, tetapi ruangan
jangan lembab. Ruang operasi harus menggunakan AC untuk mencegah kontaminasi
dari luar.
Gambar 1. Ruang operasi
1) Bagian Kamar Operasi
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area
a. Area bebas terbatas (unrestriced area): Area ini petugas tidak perlu menggunakan
pakaian khusus kamar operasi.
b. Area semi ketat (semi restricted area): Area ini petgas wajib mengenakan pakaian
khusus kamar operasi
c. Area ketat/terbatas (restriced area): Area ini petugas wajib menggunakan pakaian
khusus kamar operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.
5
2) Persyaratan Kamar Operasi
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Letak
Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan dengan unit
gawat darurat dan unit radiology.
b. Bentuk dan Ukuran
Bentuk : kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit
berbentuk lengkung, warna tidak mencolok.
Ukuran : tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
c. Sistem Ventilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan penyaringan
udara dengan menggunakan filter. Idelanya menggunakan AC. Pertukaran dan
sirkulasi udara harus berbeda.
d. Suhu
Suhu ruangan antara 190-220 C. Kelembaban 55 %
e. Sistem Penerangan
Lampu operasi : menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas,
cahaya terang, tidak menyilaukan dan arah mudah diatur posisinya.
Lampu penerangan : menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
Ruang operasi harus bersih. Semua peralatan yang ada di dalam ruang operasi
hendaknya dibersikan sebelum operasi dilaksanakan. Lantai dan meja operasi
hendaknya dibersihkan dan didisinfeksi dengan bahan disinfektan yang umum di jual
di pasaran.
Di dalam ruang operasi juga perlu disiapkan alas kaki yang kusus untuk
dipergunakan hanya di dalam ruang operasi saja. Orang yang akan masuk ke ruang
operasi harus melepas alas kakinya dan menggunakan alas kaki yang disediakan di
dalam ruang operasi tersebut. Ruang operasi harus mendapat penerangan yang cukup
agar daerah (site) operasi dapat diliat dengan jelas, untuk itu perlu disediakan lampu
operasi.
Persiapan Operator dan Asisten Operator
Operator dan asisten harus mengenakan pakaian dan perlengkapan yang telah
disterilisasi sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi terjadinya
kontaminasi silang dari operator dan asisten ke daerah steril di meja operasi.
6
Langkah-langkah yang harus dilakukan operator dan asisten I adalah mencuci tangan
sebelum mengenakan tutup kepala dan masker, kemudian mencuci tangan dengan
sabun dan sikat. Pencucian dilakukan dari ujung jari sampai ke bagian siku selama
kurang lebih 5 menit, karena waktu tersebut merupakan lama waktu kontak yang
efektif antara sabun dan kulit untuk membunuh mikroba yang menempel dipermukaan
kulit. Tangan kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak 10 kali. Setelah itu,
tangan dilap hingga kering dengan menggunakan handuk yang telah disterilisasi
sebelumnya. Operator dan asisten I kemudian memakai baju operasi (jas lab) dan
sarung tangan. Setelah semua prosedur persiapan tersebut dilalui secara aseptis, proses
operasi dapat dilakukan.
Persiapan Pasien
Sebelum dioperasi hewan yang akan dioperasi harus disiapkan dengan baik
untuk menghindari terjadi hal – hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung
maupun setelah operasi (pasca operasi). Untuk itu perlu dilakukan anamnesa yang
cermat, pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang meliputi pemeriksaan pulsus,
frekuensi nafas, temperature dan pemeriksaan seluruh sistema (jantung, paru – paru,
saluran pencernaan, hati, dan ginjal).
Disamping pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu meliputi pemeriksaan darah, urin dan feses. Pada kasus yang memerlukan
konfirmasi foto rontgen, maka perlu dilakukan foto rontgen, misalnya pada kejadian
gangguan pada sendi dan tulang (patah tulang).
2.2.3 Premedikasi dan Anestesi
Pada umumnya persiapan anestesi diawali dengan persiapan psikologis / mental
bagi pasien yang akan diberikan anestesi. Serta pemberian obat-obat yang dipilih untuk
tujuan tertentu sebelum induksi dimulai. Kedua macam persiapan ini yang sebetulnya
dinamakan premedikasi. Dengan premedikasi ini diharapkan bahwa saat memasuki
prabedah, pasien akan bebas dari rasa cemas cukup mengalami sedasi tetapi mudah
dibangunkan dan kooperatif.
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan
keadaan darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam yang bertujuan untuk
menghindari dampak pemberian anastesi dan juga untuk membersihkan saluran cerna
sehingga memudahkan dalam melakukan pembedahan serta menghindari terjadinya
hipersalivasi dan vomit. Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang
digunakan.
7
Premedikasi dan anestesi untuk bedah sistem digesti dapat digunakan anestesi
umum atau anestesi local dengan premedikasi sedative. Anestesi local dapat digunakan
solusio procain-HCl 2%, kemudia kulit dibersihakn, disterilkan atau didesinfeksi.
Frekwensi nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan
selesai. Cooperator memantau frekwensi kerja jantung dan nafas. Stadium 3 plane 3
ditandai dengan respirasi abdominal dengan amplitude yang minimal, bola mata
terletak di tengah, jawtension menghilang dan reflek pedal hilang sama sekali yang
berarti hewan tersebut telah teranestesi sempurna dan siap untuk dioperasi. (Tilley dan
smith,2002)
2.3 Teknik Operasi Hernia Diafragma
1. Penyayatan dilakukan pada linea alba (medianus), 3-5cm di posterior umbilical.
2. Lapisan subkutis dipreparir kemudian dijepit menggunakan tang arteri
bersama kulit. Penjepitan dilakukan pada masing-masing ujung sayatan.
3. Lubang dilebarkan menggunakan gunting tumpul.
4. Cincin hernia dicari dan kemudian organ – organ yang keluar dari cincin
tersebut dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi antibiotic penicillin
cair topical.
5. Peritoneum dan omentum dijahit menggunakan jarum bundar, catgut chromic
3/0 dengan jahitan sederhana.
6. Ujung-ujung otot abdominal dijahit menggunakan jarum bundar, catgut
chromic 3/0 dengan jahitan sederhana.
7. Kulit dan subkutis dijahit menggunakan jarum segitiga, benang silk 3/0 dengan
jahitan sederhana.
8. Bekas jahitan diolesi dengan iod tincture 3% dan diolesi levertran.
9. Kemudian bekas jahitan tersebut ditutup dengan kain kassan dan verban.
1. Sayatan dilakukan pada garis linea alba dari kartilago xiphoid ke kaudal (medial
anterior
2. Reposisi organ viscera abdominalis kedalam rongga abdominal apabila diperlukan
cincin hernia diperluas.
3. Apabila terdapat perlekatan organ viscera dengan rongga thoraks dilakukan
pemotongan atau pemisahan secara perlahan sehingga mencegah terjadinya
hidrothoraks atau pendarahan.
8
4. Visceral abdomen ditarik keluar tubuh, karena apabila langsung dimasukkan ke ruang
abdomen maka organ viscera akan mudah terdorong kembali ke ruang thoraks.
5. Selama operasi organ viscera diberikan cairan steril normal saline.
6. Pinggir cincin hernia diangkat dengan alat Allies tissue forceps dan dilakukan
penjahitan pada cincin hernia dengan jahitan continous, sederhana atau matras
horizontal menggunakn benang absorbable maupun non-absorbable, ukuran benang
menyesuaikan dengan hewan.
7. Apabila cincin hernia terdapat di pinggir dekat costal maka dilakukan penjahitan
dengan mengelilingi os costae menggunakan jahitan continous sehingga jahitan
bertambah lebih kuat.
2.4 Pasca Operasi Bedah Sistem Digesti
Perawatan pasca operasi pada hewan yang dilakukan bedah sistem digesti adalah :
1. Pemberian antibiotika secara general dan topikal
2. Pemberian pakan dan air yang cukup
3. Perlindungan luka operasi (pengguanaan elizabeth collar)
4. Pemberian infus jika perlu
5. Pemberian vitamin jika perlu
6. Hari ke tujuh jahitan dibuka.
9