Upload
andre-saputra
View
3.124
Download
3
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Ini hasil tutorial Problem Based Learning Blok 11 (system Urogenital) FK UNSRI, tahun 2008 kira kira.Kasus kali ini tentang Mr. Brown yang mengalami gangguan miksi, dan dari hasil pemeriksaan didapatkan hiperplasia prostat, dan kemudian di analisa sebagai suatu Benign Prostatic Hyperplasia.Semoga berguna !
Citation preview
Laporan Hasil Tutorial(PBL #3 – Blok 11)
Kelompok 4Tutor : dr. Iskandar
Cast,
Andre SaputraMuhammad Nasir
Teddy WijayaChintya Mutiara
Dian Ariani Intan Noor Indah
Maria UlvaPuri Maya Sari
Rizky NovaniWinda Nestamer
SkenarioMr. Brown 60 years old come to emergency room with chief
complaint cannot voiding spontaneously since 3 hours ago and suffered from lower abdominal pain.
History of illness, he has weak of stream and strain of urination since 6 months ago.
Discuss this case completely.
Obstructive acute since 6 months ago, including hesistancy (delay to start voiding), decrease force and kaliber of stream, sensation of incomplete bladder emptying, straining to urinate, post void dribbling (kencing terakhir menetes). Irritative symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur lebih dari 1)
On physical examination IPSS since 6 months ago 28 BP 150/90, HR 105x/menit, temperature 37oC Head and neck : normal Chest : normal Abdominal,
Inspeksi : distended lower abdominalPalpasi : bladder palpable 2 cm below the umbillicus
DRF (digital rectal examination) should be done after insert the catheter into the urethra
Sphincter tone is normal, prostate enlarge, consistency rubbery, no induration
Lab findings: serum creatinine : 1,0; urine sediment: RBC 10/HPF, WBC:
0-2/HPF Imaging,
USG : bilateral mild hydronephrosis, bladder is full, prostate enlarge 6cmx5cmx5cm
KLARIFIKASI ISTILAH
Voiding spontaneously Mengeluarkan urine secara spontanLower abdominal pain Nyeri pada perut bagian bawahStream and strain urination Aliran dan pancaran dari urine
IDENTIFIKASI MASALAH1. Anamnesis
a. Mr. Brown (♂, 60 tahun), mempunyai keluhan utama yaitu tidak bisa berkemih secara spontan sejak 3 jam yang lalu dan nyeri perut bagian
bawah.b. Gejala obstruktif akut sejak 6 bulan yang lalu
- kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan- hesistancy- Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran- Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.- Berusaha keras untuk kencing (mengedan)- Kencing terakhir menetes.
c. Iritatif symptoms: urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur > 1 kali)
d. IPSS since 6 months ago 28
2. Pemeriksaan fisik : hipertensi, distensi pada perut bagian bawah, bladder teraba 2 cm di bawah umbilikus, pada pemeriksaan colok dubur tonus sfingternya normal, prostat membesar, konsistensi prostat kenyal.
3. Pemeriksaan lab sedimen urine : RBC 10/HPF, WBC: 0-2/HPFUSG : hidronefrosis ringan pada kedua
ginjal, bladder terasa penuh, prostate membesar dengan ukuran 6cmx5cmx5cm
Analisis Permasalahan1. Anamnesis
a. Retensi urine- apa yang dimaksud denagn retensi urine ?- bagaimana patofisiologinya ?- apa yang dimaksud denagn gejala obstruktif dan iritatif ?- bagaimana mekanisme terjadinya gejala-gejala tersebut ?
Gejala obstruktif :- kelemahan pada aliran dan pancaran urine yang dikeluarkan- hesistancy- Penurunan tekanan dan kaliber dari aliran- Sensasi pengosongan VU yang tidak complete.- Berusaha keras untuk kencing (mengedan)- Kencing terakhir menetes.
Gejala iritatif :urgency, frequency (kencing sedikit-sedikit dan sering karena
obstruksi prostat) and nocturia (terbangun untuk kencing selama jam tidur lebih dari 1)
b. Bagaimana interpretasi dari IPSS MR Brown dan bagaimana nilai IPSS itu diperoleh ?
2. Pemeriksaan fisika. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada Mr Brown ?b. Bagaimana mekanisme dari pemeriksaan fisik tersebut ?c. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada Mr. Brown ?
3. Apa sajakah diagnosis banding pada kasus Mr. Brown ?4. Pemeriksaan penunjang (lab dan imaging)
a. Apa interpratasi dari pemeriksaan penunjang ?b. Bagaimanakh mekanisme dari pemeriksaan lab dan imaging tersebut ?c. Bagaimanakah cara melakukan pemeriksaaan tersebut ?
5. Apa dan bagaimanakh diagnosis kerja dari kasus Mr. Browna. Definisib. Etiologic. Epidemiologid. Faktor resikoe. Manifestasi klinik
6. Bagaimankah penatalaksanaan yang mungkin dan yang terbaik yang bisa diberikan dalam kasus Mr. Brown ini ?
7. Seperti apakh prognosis dan komplikasi dari kondisi penyakit Mr. Brown ?
8. Sejauh manakah kompetensi seorang dokter umum dalam menangani kasus Mr. Brown ?
Hipotesis
Mr. Brown (60 tahun) mengalami retensi urine Akut, hidronefrosis, hematuria, dan hipertensi yang disebabkan oleh BPH (Benign Prostat Hiperplasia)
Pembahasan
Sistim urogenital laki-laki
Miksi / Berkemih / Voiding
Anatomi, fisiologi & hubungan saraf yang berperan:
Muskulus detrusor vesika urinaria> n. pelvikus (segment S.2 & S.3) sensorik : regangan dinding vesika urinaria motorik : otot detrusor
Sfingter eksterna (otot lurik, volunter)> n. pudendal
Sfingter interna (leher vesika urinaria/urethra posterior
Siklus&
Refleks Miksi
Vesika urinaria terisi
Peregangan dinding VU
Peningkatan impuls (relay)
Refleks miksi >> kontraksi awal
Stimulus pd reseptor regang sensorik (uretra
posterior)
n. Pelvikus >> S.2 & S.3
medula spinalis
Impuls motorik ke o. detrusor
Refleks miksi berulang
Kontraksi kuat m.detrusor
Relaksasi sfingter eksterna
MIKSI
Pengosongan VU
Diadaptasi dari,
Fisiologi Kedokteran edisi 9. Guyton & Hall
Masalah Urologis Umum pada Laki-laki Usia Lanjut(Common Urologic problems of Aging Men)
LUTS (Symptoms)
BPH (Hyperplasia)
BOO (Obstruction)
Retensi Urine
Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di dalam vesika urinaria hingga kapasitas maksimal vesika urinaria tidak terpenuhi.
Penyebab:
Obstructive:◦ Interruption Benign prostatic hyperplasia; meatal stenosis; paraphimosis; penile constricting bands;
phimosis; prostate cancer infectious and inflammatory
◦ Balanitis; prostatic abscess; prostatitis Pharmacologic
◦ antidepressants; Sympathomimetic Drugs; NSAIDs Neurologic
◦ Interruption along the pathways of a complex interaction between the brain, autonomic nervous system, and somatic nerves supplying the bladder and urethra
OtherPenile trauma, fracture, or laceration; Disruption of posterior urethra and bladder neck in pelvic trauma; postoperative complication; psychogenic
PathophysiologyAcute Urinary Retention
Ada tiga mekanisme umum: Peningkatan resistensi urethral. Contohnya pada bladder
outlet obstruction (BOO) Rendahya Tekanan Vesica Urinary. Misalnya pada Gangguan
kontraktilitas otot-otot vesica urinaria. Interupsi pada inervasi sensorik maupun motorik pada
vesica urinaria.
Gejala obstruktif pada Mr. Brown
1. Hesitansi (sejak 3 jam lalu)awal keluarnya urin menjadi lama dan seringkali harus mengejan untuk berkemih. Sulit untuk memulai kencing serta harus berdiri atau duduk di toilet beberapa saat terlebih dahulu sebelum kencing.
2. Pancaran urin lemah (sejak 6 bulan lalu)
3. Decreased force of stream (Berkurangnya kekuatan aliran kencing)Perasaan subjektif kehilangan kekuatan saat kencing
4. Sensasi tidak puas/masih bersisa (sejak 6 bulan lalu)residu urin, pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna , Adanya rasa tidak puas setelah berkemih. Perasaan ada urin residu/sisa yang menetap tanpa memerhatikan frekuensi miksi
5. Post- voiding dribbling (sejak 6 bulan lalu)Saat akhir berkemih masih keluar tetesa-tetesan urin. Kehilangan sejumlah kecil urin karena aliran urin yang jelek
Mekanisme Gejala obstruktif
Adanya obstruksi infravesika
Menghambat aliran urin
Tekanan intravesikal ↑
Butuh tekanan yang lebih besar
untuk miksi
hesitansi
Urin yang dikeluarkan ↓
Pancaran urin lemah
Pemanjangan waktu miksi
Ada residual
urin
Sensasi tidak puas
Post-voiding dribbling
Retensi urin di VU
distensi
Nyeri suprapubik
Gejala Iritatif pada Mr. Brown1. Urinary frequency
Frekuensi berkemih yang lebih dari normal. produksi urine yang berlebihan > Penyakit-penyakit diabetes insipidus
> asupan cairan yang berlebihanmenurunnya kapasitas buli-buli > obstruksi infravesika
> menurunnya komplians buli-buli> buli-buli contracted, inflamasi/iritasi
2. Urinary urgency urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit.> hiperiritabilitas dan hiperaktivitas buli-buli karena inflamasi, > terdapat benda asing di dalam buli-buli> adanya obstruksi infravesika> karena kelainan buli-buli nerogen.
3. Nocturia Frekuensi berkemih yang lebih dari normal yang terjadi pada malam hari. > produksi urine yang berlebihan > kapasitas buli-buli yang menurun > pada pasien usia tua tidak jarang terjadi peningkatan produksi urine pada
malam hari karena kegagalan ginjal melakukan konsentrasi (pemekatan urine)
Mekanisme Gejala IritatifAdanya obstruksi
infravesika
Menghambat aliran urin
Tekanan intravesikal ↑
Butuh tekanan yang lebih besar
untuk miksi
hesitansi
Urin yang dikeluarkan ↓
Pancaran urin lemah
Pemanjangan waktu miksi
Ada residual urin
Sensasi tidak puas
Post-voiding dribbling
Retensi urin di VU
distensi
Nyeri suprapubik
kapasitas VU ↓
VU terisi pada volume yang
belum mencapai kapasitasnya
terjadi rangsangan miksi
Urinary frequency
kegagalan ginjal melakukan konsentrasi
(pemekatan urine)
peningkatan produksi urine pada malam hari
nocturia
hiperiritabilitas dan hiperaktivitas VU
urgency
Skor ipss Adalah suatu system scoring untuk menilai tingkat
keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah. IPSS ini terdiri dari 7 pertanyaan yang berhungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.
Pada kasus Mr. Brown, nilai IPSS adalah 28, hal ini menunjukkan bahwa gejala saluran kemih bagian bawahnya berada pada tingkatan berat.
Skor ipss
Interpretasi Pem. FisikPemeriksaan fisik Normal Interpretasi
BP: 150/90 mmHg < 120/ <80 mmHg Hipertensi derajat I (140-159/90-99 mmHg)
HR 105 x/min 60-100 x/min Takikardia
T 37o C 36,5-37,2o C Normal
- Kepala- Leher- dada
Normal Normal
Abdomen :-Distensi abdomen bawah-Palpasi bladder teraba 2 cm dibawah umbilicus
(-)(-)
- ada nya tumor- adanya retensi urin (↑ tekanan intra abdomen bag.bawah)- adanya retensi urin di bladder
Edema (-) (-)
Bekas luka (-) (-)
Prostat enlarge,consistancy rubbery, no induration, spinchter tone normal
Curiga BPH
KeterkaitanSymptoms
Mr Brown (60 tahun)
Hiperplasia prostat
Menyumbat uretra pars prostatika
Penyempitan lumen uretra
Menghambat aliran urin
Urin tertahan di VU (retensi urin)
Vol urin >>
Tekanan VU >>
Distensi abdomen bawah
VU membesar
Palpasi bladder 2cm dibawah umbilicus
↑ rasio stroma :epital (4:1)
↑ tonus otot polos prostat
Dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari
n.pudendus
Aktivitas simpatis ↑
takikardia
Otot-otot VU meregang
Stimulasi reseptor adrenergik α
Aktivitas simpatik ↑
Faktor usia lanjut
Elastisitas PD ↓
PD kaku
Susah untuk berdilatasi
Vasokonstriksi >>
↑ TD
Hipertensi derajat I
Diagnosis Banding
Benign Hiperplasia Prostat Prostatitis Urethral strictures Prostate or Bladder cancer.
Tumor ekstra Vesika Obstruksi leher vesika ( Fibrosis, Kontraktur ) Obstruksi urethra ( striktur, Batu ) Neurogenic Bladder = spinchter dyssinergia
(PD CASE TONUS OTOT NORMAL)
Evaluasi pada Patient yang tampak dengan LUTS / BPH
Diagnosis Algorithm
Interpretasi pemeriksaan laboratorium
No Hasil Pada kasus Normal Interpretasi
1 Serum creatinin 1,0 U/N </= 1 U/N Normal
2 Urin sediment RBC
10/HPF 2-3/ lpb Hematuria
3 WBC 0-2 / HPF < 5 / lpb Normal
Interpretasi pemeriksaan penunjang / USG
No Hasil Pada kasus
Normal Interpretasi
1 Bilateral mild hydronephros
(-) hydronefrosis BPH,Pyeloneftritis
2 Bladder is always full
Terjadi siklus pengosongan dan pemenuhan urine secara periodik.
BPH,batu saluran kemih,
3 Prostat enlarge 6cmX5cmX5cm 4cmX3cmX2,5cm BPH
Hematuria
Adalah adanya sustu keadaan dimana terdapat sel darahh merah di dalam urine.
Penderita mengejan
Venous return tidak lancar
Dilatasi vena
Tahanan intraperitoneal meningkat
hematuria
BPH
(+) hematuria & prostat membesar
Vena-vena membesar (submukosa tipis)
Anamnesiso Retensi urine & LUTS 3 bulano Gejala obstruktif o hesistancy o Gejala Iritatif; urgency, frequency, nocturia
Physical Examination o Hipertensi o Takikardiao Distensi abdomeno Bladder terabao Pembesaran Prostat
Urinalysis & Labo Hematuria
Imaging evaluation o Hydronephrosiso Prostat enlarge
Test Diagnostik Tambahan dan dapat diperlukan
Uroflowmetry Post void residual urine
volume Pressure flow studies
urodynamic evaluation Prostate-specific antigen
(PSA)
Diagnosis Kerja - BPH
Prostate Lokasi,
Diantara Vesica Urinaria dan dinding dasar pelvis
Dimensi,3 x 4 x 2,5 cmBerat, 20g in size
Fungsi,Sekresi cairan encer seperti susu mengandung ion sitral, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin.
Cairan ini melengkapi volume semen dan sifatnya yang basa berperan dalam mengoptimalkan sifat cairan vasdeferens dan sekret vagina yang asam demi keberhasilan fertilisasi
Prostate
Prostate orang dewasa terdiri atas 2/3 bagian glandular dan 1/3 fibromuscular
Glandular portion terbagi dalam 3 Zona:> central (20% to 25% dari total volume)> transitional (5% to 10%)> peripheral (70% to 80%)Serta dua komponen utama: stroma (Otot Polos & jar.Ikat) dan epithelium, yang mengandung kelenjar> ratio normal stroma:epithelium adalah 2:1
Setelah mencapai ukuran dewasa. Prostat berukuran tetap dalam beberapa dekade. Kemudian pada usia paruh baya dan lebih, kelenjar prostat berkembang lagi pada kebanyakan laki-laki.
Benign prostate hyperplasia (BPH)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.
Clinically evident 50% pada laki-laki usia 50 tahun, dan 80% pada usia 80 tahun.
Androgens play a permissive role Hyperplasia prostate mempersempit lumen urethra (static
component) Tonus otot polos Prostatic, dimediasi oleh alphaadrenergic
receptors, dan lebih lanjut dapat mengobstruksi bladder outlet (Dynamic component)
Baik pembesaran kelenjar maupun peningkatan tonus otot polos dapat menyebabkan lower urinary tract symptoms (LUTS)
Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging
Beberapa teori atau hipotesis mengenai penyebab BPH:1. Teori Hormonal2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena
Berkuramgnya Sel yang mati4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis) 5. Teori Dihydro Testosteron (DHT) 6. Teori Reawakening
Faktor Penyerta Etiologi BPH
Androgens– Testosterone, DHT play permissive role
Stromal-epithelial interactions– Paracrine growth factor signaling
> Cell proliferation> Apoptosis
Sel-sel radang pada prostate
Smooth muscle controlled by adrenergic nerves
Nervous supply has a permissive role and allows for maximal growth
Patologi
Perubahan paling awal pada BPH adalah di kelenjar periuretra sekitar verumontanum.
a. Perubahan hiperplasia pada stroma berupa nodul fibromuskuler, nodul asinar atau nodul campuran fibroadenomatosa.
b. Hiperplasia glandular terjadi berupa nodul asinar atau campuran dengan hiperplasia stroma. Kelenjar-kelenjar biasanya besar dan terdiri atas tall columnar cells. Inti
sel- sel kelenjar tidak menunjukkan proses keganasan.
Patthogenesis
Faktor Resiko Primer pada BPH / Pembesaran Prostate
Penuaan — Faktor resiko utama Herediter / Keturunan — Riwayat keluarga Status Pernikahan — Pria yang menikah memiliki
kecendrungan menderita BPH dibandingkan Pria Lajang (Single)
Nationality / Ras — BPH atau pembesaran prostat lebih sering diderita orang Amerika dan Eropa daripada laki-laki Asia
Symptoms BPH / Pembesaran Prostate
Symptoms BPH / Pembesaran Prostate
Penatalaksanaan
Tujuan:1. memperbaiki keluhan miksi2. meningkatkan kualitas hidup3. mengurangi obstruksi infravesika4. mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal5. mengurangi volume residu urine setelah miksi6. mencegah progesifitas penyakit
Treatment Algorithm
kateterisasi
Pemasangan kateter pada pria :
1. setelah dilakukan disinfeksi pada penis dan daerah disekitarnya, daerah genitalia dipersempit dengan kain steril.
2. kateter yang telah diolesi dengan pelicin/ jelly dimasukkan kedalam orifisium uretra eksterna.
3. pelan-pelan kateter didorong masuk dan kira-kira pada daerah bulbomembranasea (yaitu daerah sfingter uretra eksterna) akan terasa tahanan dalam hal ini pasien diperintahkan untuk mengambil nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih relaks. Kateter terus didorong hingga masuk ke buli-buli yang ditandai dengan keluarnya urine dari lubang kateter.
4. sebaiknya kateter terus didorong masuk ke buli-buli lagi hingga percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna.
5. Balon kateter dikembangkan dengan 5-10 mL air steril.6. jika diperlukan kateter menetap, kateter dihubungkan dengan pipa penampung
(urine bag).7. kateter difiksasi dengan plester di daerah inguinal atau paha bagian proksimal.
Fikasasi kateter yang tidak betul, 9yaitu yang mengarah ke kaudal) akan menyebabkan terjadinya penekanan pada uretra bagian penoskrotal sehingga terjadi nekrosis. Selanjutnya di tempat ini akan timbul striktura utetra atau fistel uretra.
Treatments (continue)
Watchful waiting
Teknik Minimal Invasive – TUMT
– TUNA – WIT
Terapi Medikamentosa– Phytotherapy– 5α-reductase inhibitors– α-blockers– Combination therapy
• Tindakan Bedah– TURP (gold standard)– TUIP– Open surgery– TUVP– ILC– VLAP– Prostatic stents
Pilihan treatment pada BPH
Watch and Wait
Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan (skor IPSS < 7 atau Madsen-Iversen < 9).
Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan.
Pasien diberi nasihat agar mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia, menghindari obat-obat parasimpatolitik (mis: dekongestan), mengurangi kopi, dan melarang minum minuman alkohol agar tidak terlalu sering buang air kecil.
Penderita dianjurkan untuk kontrol setiap tiga bulan untuk diperiksa: skoring, uroflowmetri, dan TRUS. Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.
BPH: medical options
Alpha blockers: mengurangi tonus otot polos pada jaringan prostate dan leher vesica urinaria serta mengurangi resistensi aliran urine
Dinilai sebagai monotheraphy terbaik untuk meredakan symptom dalam waktu dekat.
5 alpha-reductase inhibitors: Didemontrasikan untuk dapat menghindari progresivitas BPH.
Kombinasi therapy ( alpha blocker + 5 alphareductase inhibitor) merupakan treatment paling efektif untuk symptomps dan progresi BPH pada moderate hingga severe symptomp.
Alpha Blocker
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor α -1 yang banyak ditemukan pada otot polos ditrigonum, leher buli-buli, prostat, dan kapsul prostat. Dengan demikian, akan terjadi relaksasi di daerah prostat sehingga tekanan pada uretra pars prostatika menurun dan mengurangi derajat obstruksi.
Obat ini dapat memberikan perbaikan gejala obstruksi relatif cepat.
Efek samping dari obat ini adalah penurunan tekanan darah yang dapat menimbulkan keluhan pusing (dizziness), lelah, sumbatan hidung, dan rasa lemah (fatique).
Xatral*
Cardura*
Flomax*
Hytrin*
Proscar*
*Merek dagangSumber: Levy, Albert, MD et al.
Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat.
Cleveland Clinic Journal of Medicine
Pemilihan alpha-blocker
α-adrenergic receptor distribution inthe lower urinary tract
Keuntungan Penggunaan alpha blockers
Perbaikan yang cepat pada urinary flow Mengurangi gejala LUTS Memiliki efikasi yang sama diantara berbagai agent
dikelasnya. Ber-efek moderate pada disfungsi sexual, kecuali
tamsulosin
5α-Reductase Inhibitors
Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim 5 α reduktase, sehingga testosteron tidak diubah menjadi dehidrotestosteron. Dengan demikian, konsentrasi DHT dalam jaringan prostat menurun, sehingga tidak akan terjadi sintesis protein. Obat ini baru akan memberikan perbaikan simptom setelah 6 bulan terapi. Salah satu efek samping obat ini adalah menurunnya libido dan kadar serum PSA2
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini (finasterid) 5 mg sehari yang diberikan sekali setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28 %; hal ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi.
Hypothesis DHT pada Stimulasi BPH dan Mekanisme Aksi 5α-Reductase Inhibitors
Fitoterapi
Fitoterapi ini kemungkinan bekerja sebagai anti-estrogen,anti- androgen, menurunkan kadar serum hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan epidermal growth factor (EGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan outflow resistance dan memperkecil volume prostat
Minimally invasive techniques (MIT)
Transurethral needle ablation (TUNA) Transurethral microwave therapy (TUMT) Laser resection or ablation Electrovaporization Transurethral incision of the prostate (TUIP) Water-Induced Thermotherapy* Ethanol Invection* Intraprostatic stents (very uncommon)
TUMT TUNA
Green light Laser
Holmium light Laser
Indikasi Bedah
Tindakan bedah direkomendasikan pada pasien penderita BPH yang terindikasi:
Renal insufficiency Urinary retention Recurrent urinary tract infection Bladder calculi Hydronephrosis Post void residual volume >500 mL
(volume urine residu / sisa setelah miksi)
Sumber: Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine
Open prostatectomy
Dianjurkan pada pembesaran prostate >100 g dan pada penderita bladder cancer
Kelebihan: Follow-up pembedahan tidak begitu dipentingkan
Kekurangan: > Insisi abdominal > longer convalescence vs. transurethral approaches> Berpotensi Hemorrhage
Transurethral resection of the prostate (TURP)
Kelebihan: 90% memperbaiki Symtomps Invasi lebih minimal
dibandingkan prostatectomy Hanya mebutuhkan anastesi
regional / lokal
Kekurangan: Potensi komplikasi:
– Infeksi– Pendarahan– Reoperation / operasi ulang– Impotensi dan Incontinence
(Jarang)
Outcomes Setelah Pembedahan
Perbaikan Subjektif dan Objektif dalam waktu singkat
Impotensi: 4 - 30% Urinary incontinence: 1-3% BPH reccurent dalam 5 tahun: 2-10%
Komplikasi Potensial pada BPH
Urinary retention Renal impairment Urinary tract infection Gross hematuria Bladder stones Bladder decompensation Overflow incontinency
Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
Namun, BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Menurut penelitian, kanker prostat merupakan kanker pembunuh no 2 pada pria setelah kanker paru-paru.
BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
Dietary Recommendations
Makanan rendah karbohidrat / tinggi protein nabati (sayuran) contoh: raw pumpkin seeds, cold water fish (salmon, halibut, etc.), soy protein products, fresh vegetables and fruits, and flax oil and meal.
Drink at least 3 quarts of fresh water daily. Choose organically grown foods when possible. Hindari
alcohol (especially beer), processed foods, fast foods, hydrogenated oils and margarine, refined sugar and flour/white flour, animal fats, caffeine, commercially raised and processed meats and dairy products.
Support Nutrisi: Flax seed oil: 1 tablespoon daily, Vitamin C: 500 mg three times a day, Zinc: 30 to 50 mg daily, Vitamin E: 400 IU daily.
Source: Special BPH Treatment, www.urolog.nl
Zat-zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan prostat sebagai pencegahan BHP
1. Vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat berkembang menjadi kanker prostat.
2. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh lain tidak terlalu berat.
3. Copper (gluconate) dan Parsley Leaf, yang dapat membantu melancarkan pengeluaran air seni dan mendukung fungsi ginjal.
4. L-Glysine, senyawa asam amino yang membantu sistem penghantaran rangsangan ke susunan syaraf pusat.
5. Zinc, mineral ini bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan kualitas sperma.
Kompetensi Dokter Umum dan Kapan Merujuk
Merujuk ke urologist bila:
hematuria ISK berulangVolume postvoid residu besar (>800ml)Batu BladderPeningkatan Level PSA (Prostate specific antigen)Tidak respon terhadap conservative treatment.
Penutup
“Pasien berhak mendapat informasi mengenai ‘benefit & harms’ dari treatment options dan lebih berhak lagi dalam menentukan treatment choice”,
example, “I prefer to get long with the less risky option even though doctor knows it is less effective”
Tapi, dalam situasi tertentu statement di atas tidak selamanya mutlak.
Referensi
Guyton et Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta:EGC
Lee, David I., MD. Benign Prostatic Hyperplasia. Penn Presbyterian Hospital - Univesity of Pennsylvania.
Levy, Albert, MD et al. Benign prostatic hyperplasia: When to ‘watch and wait,’ when and how to treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine Volume 74. May 2007: S15-S20.
Nordling J et al. In: Chatelain C et al, eds. Benign Prostatic Hyperplasia. Plymouth, UK: Health Publication Ltd; 2001:107-166.
Reynard, John. Lower Urinary Tract Emergencies. http://www.springer.com/978-1-85233-811-4
Special BPH Treatment, www.urolog.nl
… Many more