1
Pengaruh Kebudayaan India di Jepang Seri Dewa & Dewi #1 BENZAITEN-SARASWATI Benzaiten adalah nama Jepang untuk Dewi Saraswati dalam kepercayaan Hindu. Pemujaan Benzaiten hadir di Jepang yaitu pada abad ke-6 hingga ke-8. Informasi pembahasan dari Dewi ini terdapat dalam penerjemahan kitab Sutra Cahaya Emas dari bahasa Cina ke bahasa Jepang. Benzaiten (Saraswati) juga disebut dalam kitab Sutra Teratai dan sering digambarkan memegang biwa, semacam alat musik kecapi tradisional Jepang, berbeda dengan atribut asli Dewi Saraswati yang aslinya memegang alat musik petik yang dikenal sebagai veena. Benzaiten sendiri adalah hasil pembauran antara kebudayaan Jepang dan kebudayaan India (Local Genius) melalui dengan ajaran Hindu-Buddha dan ajaran asli Jepang yaitu Shinto. Benzaiten juga memiliki alternatif sebutan lain yaitu Benten & Benzai-Tennyo. Dalam mitologi Jepang, ia berperan sebagai dewi keberuntungan & dewi cinta yang kadang juga dikenal sebagai dewi pencemburu, selain itu Benzaitan juga menjadi perlambang dari sikap fasih berbicara, bahasa, seni, & juga musik. Ia juga berperan sebagai dewi pelindung bagi para geisha, penari dan musisi. Peran lainnya adalah dia perlambang sebagai dewi air atau dei laut seperti yang diyakini oleh masyarakat yang umumnya hidup dipesisir pantai ataupun danau. Dewi Benzaiten kadang juga digambarkan dikelilingi atau mengendarai naga/ular putih sembari memainkan alat musik petik. Dalam kitab Regweda (6.61.7) Sarasvati dipuji atas pemusnahan ‘Wretra’ yang berkepala tiga, dikenal pula sebagai Ahi ("ular"). Kemungkinan hal ini dijadikan salah satu sumber mengenai keterkaitan antara Saraswati/Benzaiten dengan ular dan naga di Jepang. Benzaiten dibuatkan kuil di sejumlah tempat di seluruh Jepang; contohnya, Pulau Enoshima di Teluk Sagami, Pulau Chikubu di Danau Biwa dan Pulau Itsukushima di Laut Pedalaman Seto (ketiganya adalah Tiga Kuil Besar Benzaiten di Jepang). Menurut Kōkei, Benzaiten adalah putri ketiga dari Raja Naga ‘Munetsuchi’ (arti secara harfiahnya berarti "danau tanpa panas"), yang dalam bahasa Sanskerta disebut ‘Anawatapta’, yang berarti ‘danau yang terbentang di pusat dunia’ menurut sudut pandang kosmologi Buddhis kuno. Di Jepang, Dewi Benzaiten termasuk diantara “Tujuh Dewa Keberuntungan (Seven Lucky Gods)” bersama dengan Bishamonten, Daikokuten, Ebisu, Fukurokuju, Hotei, Jurōjin & Kisshōten.

Benzaiten

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Artikel

Citation preview

Page 1: Benzaiten

Pengaruh Kebudayaan India di Jepang Seri Dewa & Dewi #1

BENZAITEN-SARASWATI

Benzaiten adalah nama Jepang untuk Dewi Saraswati dalam kepercayaan Hindu.

Pemujaan Benzaiten hadir di Jepang yaitu pada abad ke-6 hingga ke-8. Informasi

pembahasan dari Dewi ini terdapat dalam penerjemahan kitab Sutra Cahaya Emas dari

bahasa Cina ke bahasa Jepang. Benzaiten (Saraswati) juga disebut dalam kitab Sutra Teratai

dan sering digambarkan memegang biwa, semacam alat musik kecapi tradisional Jepang,

berbeda dengan atribut asli Dewi Saraswati yang aslinya memegang alat musik petik yang

dikenal sebagai veena. Benzaiten sendiri adalah hasil pembauran antara kebudayaan Jepang

dan kebudayaan India (Local Genius) melalui dengan ajaran Hindu-Buddha dan ajaran asli

Jepang yaitu Shinto.

Benzaiten juga memiliki alternatif sebutan lain yaitu Benten & Benzai-Tennyo.

Dalam mitologi Jepang, ia berperan sebagai dewi keberuntungan & dewi cinta yang kadang

juga dikenal sebagai dewi pencemburu, selain itu Benzaitan juga menjadi perlambang dari

sikap fasih berbicara, bahasa, seni, & juga musik. Ia juga berperan sebagai dewi pelindung

bagi para geisha, penari dan musisi. Peran lainnya adalah dia perlambang sebagai dewi air

atau dei laut seperti yang diyakini oleh masyarakat yang umumnya hidup dipesisir pantai

ataupun danau. Dewi Benzaiten kadang juga digambarkan dikelilingi atau mengendarai

naga/ular putih sembari memainkan alat musik petik.

Dalam kitab Regweda (6.61.7) Sarasvati dipuji atas pemusnahan ‘Wretra’ yang

berkepala tiga, dikenal pula sebagai Ahi ("ular"). Kemungkinan hal ini dijadikan salah satu

sumber mengenai keterkaitan antara Saraswati/Benzaiten dengan ular dan naga di Jepang.

Benzaiten dibuatkan kuil di sejumlah tempat di seluruh Jepang; contohnya, Pulau Enoshima

di Teluk Sagami, Pulau Chikubu di Danau Biwa dan Pulau Itsukushima di Laut Pedalaman

Seto (ketiganya adalah Tiga Kuil Besar Benzaiten di Jepang). Menurut Kōkei, Benzaiten

adalah putri ketiga dari Raja Naga ‘Munetsuchi’ (arti secara harfiahnya berarti "danau tanpa

panas"), yang dalam bahasa Sanskerta disebut ‘Anawatapta’, yang berarti ‘danau yang

terbentang di pusat dunia’ menurut sudut pandang kosmologi Buddhis kuno. Di Jepang, Dewi

Benzaiten termasuk diantara “Tujuh Dewa Keberuntungan (Seven Lucky Gods)” bersama

dengan Bishamonten, Daikokuten, Ebisu, Fukurokuju, Hotei, Jurōjin & Kisshōten.