Upload
vankiet
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS MAKALAH
TEKNOLOGI BUDIDAYA PERTANIAN
“TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN UBI KAYU SISTEM ORGANIK ”
Disusun Oleh Kelompok 14
Moh Syifaul Qulub 11504010111104
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang merupakan tugas
mata kuliah TPT yang membahas mengenai Teknologi Budidaya Ubi Kayu dengan Sistem
Organik.Dalam pembuatan makalah ini kami selaku penulis ingin mengucapkan banyak
terimaksaih kepada :
1. Bapak dan ibu Dosen TPT yang memberikan materi di perkuliahan dan dukungan
secara moril pada kami.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dikungan secara moril dan materiil.
3. Teman-teman kelompok yang turut serta memberikan ide dan bahan bahasan pada
makalah ini.
4. Teman-teman kelas I yang memberikan kritik, saran, serta pertanyaan yang bersifat
membangun dalam pembuatan makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
Malang, 15 September 2012
Tim Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….…….i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………….ii
Daftar gambar …………………………………………………………………………………....iii
Daftar Tabel……………………………………………………………………………………....iv
1. pendahuluan …………………………………………………………………………………..…..1
1.1 latar belakang ……………………………………………………………………….………..1
1.2.tujuan ……………………………………………………………………………….………..1
2.Tinjauan pustaka …………………………………………………………………………...……..2
2.1 teknologi produksi yang digunakan ……………………………………….…………………2
2.2 penanganan pasca panen ……………………………………………………………………..3
2.3 pemasaran dan aplikasi usaha tani ……………………………...……………………………4
3.pembahasan ……………………………………………………………………….………………7
3.1 Teknik Budidaya Sistem Organic………………………………………….………………....7
3.2 Teknik Budidaya Ubi Kayu………………………………………………………..………..10
3.3 Panen Dan Pasca Panen……………………………………………………………………...13
3.4 Pemasaran dan Analisis usaha tani…………………………………………………………..15
4.kesimpulan ………………………………………………………...…………….………………..19
3
Daftar pustaka…………………………………………………………..…………...……………....20
Daftar Gambar
Gambar 1……………………………………………………………………………………......7
Gambar 2…………………………………………………………………………………………9
Gambar 3…………………………………………………………………………..…………….9
Gambar 4……………………………………………………………………………………..…13
Gambar 5……………………………………………………………………………………..…14
Gambar 6……………………………………………………………………………..…………14
Gambar 7…………………………………………………………………………………..……14
Gambar 8…………………………………………………………………………..……………15
Gambar 9……………………………………………………………………………..…………15
Gambar 10………………………………………………………………………………………15
Gambar 11………………………………………………………………………………………16
4
Daftar Tabel
Tabel 1…………………………………………………………………………………………………………………………………..5
Tabel 2…………………………………………………………………………………………………………………………………..6
Tabel 3…………………………………………………………………………………………………………………………………..6
Tabel 4…………………………………………………………………………………………………………………………………..6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ke tiga
setelah padi dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk
negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di
Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan
propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah
produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum
diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar baik pemupukan baik pupuk an-
organik maupun organik (pupuk kandang).
Konsumen Indonesia kini mulai menyadari akan pentingnya mengkonsumsi hasil
pertnian yang sehat yaitu produk organic. Peluang inilah yang menjadi dorongan
terwujudnya penerpan teknologi budidaya ubikayu dengan system organic. Teknik budidaya
organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan
5
konsumen. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau
dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi
sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.
Latar belakang inilah yang mendorong dilakukannya pernerapan teknologi budidya
ubi kayu dengan system organic. Kebutuhan pasar yang semakin meningkat, yang di pacu
dengan trend positif dari produk pertanian organic dimasyarakat yang semakin diminati
membuat diperlukannya kajian mendalam tentang system organic pada produk pertanian.
Agar sistem yang dianggap mampu menjaga keberlanjutan pertanian Indonesia ini semakin
berkembang dan dampak positifnya agar semakin cepat bisa dirasakan terutama kelak untuk
generasi muda kita.
1.2 Tujuan
Mempelajari dan mengetahui teknologi budidaya tanaman ubi kayu sistem organic
Mengetahui Budidaya ubi kayu beserta produk yang dihasilkan.
Mengetahui manfaat dan peranan ubi kayu di sector pertanian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknologi Produksi Sistem Organic
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik
budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan
petani dan konsumen. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara
lain menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically
modified organisms), menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari
penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis, Menghindari
penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis.
Pertanian organik didasarkan pada sejumlah prinsip-prinsip, yaitu prinsip
kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan. Keuntungan yang
dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi : (1) Dihasilkannya makanan yang
cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat, (2)Terciptanya
lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, (3)Meningkatnya pendapatan petani,
Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, (4) Meningkat
dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, dan(5) yang paling
penting terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan.
Peranan bahan organik dalam memperbaiki produktifitas tanah sangat tergantung
pada tingkat dekomposisi dan jenis bahan organik. Kesesuaian antara tingkat dekomposisi
dengan kebutuhan tanaman perlu diperhatikan sehingga efektifitas bahan organik lebih
baik. Penambahan salah satu unsur hara dalam tanah dapat menyebabkan unsur hara lain
menjadi kekurangan, sedangkan penanaman bibit unggul disertai pemupukan takaran tinggi
menyebabkan unsur hara mikro makin terkuras .
7
(Widati, 1999).
Secara umum, penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian dapat membantu
dalam mewujudkan tujuan dasar pembangunan pertanian yaitu: (1) meningkatkan standar
hidup petani, (2) meningkatkan ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi, (3) mengurangi
kemiskinan, menciptakan lapangan kerja baru dan harga pangan lebih murah, dan (4)
menjaga kelestarian sumberdaya terutama air, tanah dan vegetasi .
(Master, 2000).
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang
menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat
tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian
organik merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi. Pupuk organik cair atau padat
yang diaplikasikan pada budidaya tanaman atau peternakan memiliki nilai jual yang lebih
tinggi. emua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan
kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka
( Meke, 2000).
2.2 Penanganan Pasca Panen
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering
disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang
digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi
“segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya.
Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan,
kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary
processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk
lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak
8
dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan
pengolahan industri. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam
kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku
pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang
kajian antara lain:
Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti
kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan hasil
tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran,
pengupasan, pencucian, fermentasi dll.
Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan
mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu penanaman. Teknologi
benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi,
pengemasan, penyimpanan, dll.
(Dep. Pertanian, 2007)
2.3 Pemasaran dan Aplikasi Usahatani
2.3.1 Pemasran
Sektor pertanian memiliki peranan yang strategis dalam penyediaan pangan,
penyerapan tenaga kerja dan menyediakan bahan baku untuk industri. Indonesia
mempunyai komoditas pertanian yang sangat beragam. Salah satunya adalah ubi kayu,
melalui diversifikasi pangan ubi kayu dimanfaatkan sebagai substitusi karbohidrat untuk
mengurangi ketergantungan terhadap beras. Ubi kayu juga digunakan untuk bahan baku
industri. Suatu proses produksi memerlukan distribusi. Aspek distribusi ubi kayu yang
mencakup fungsi tempat dan waktu sangat penting dalam upaya memperkuat ketahanan
pangan. Pemerataan distribusi ubi kayu diharapkan mampu memenuhi ketersediaan
pangan di daerah yang defisit ubi kayu.
2.3.2 Analisis Usaha Tani
Usaha tani ubi kayu system organic merupakan salah satu usaha tani dengan
kebutuhan waktu yang lumayan lama, sehingga modal investasinya ataupun penyusutan
alat yang digunakan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisah-kan dengan modal
9
investasi usaha tani lainnya(semisal usaha tani ubi kayu tumpangsari dengan pisang).
Untuk usaha tani ubi kayu dan tanaman rotasi setahun lainnya diperlukan modal investasi
berupa tanah, alat pengolahan tanah (cangkul, sabit, dll), alat panen, alat angkutan, alat
penyimpanan dan alat pemberantasan hama penyakit. Dan dalam usaha pertanian yang
dimasukkan dalam modal invetasi adalah di luar harga tanah. Jumlah modal investasi
usaha tani 1 hektar tanaman setahun (diluar tanah) adalah sebagai berikut:
Modal investasi selama 1 tahun
Nama
kebutuhan
jumlah Harga perunit total
Umur
ekonomis
( pertahun)
Penyusutan pertahun Rp
1. sprayer
2. Cangkul
3. Alat siram
(gembor)
4. Sabit
5. Gudang
6. Lain-lain
1 buah
6 buah
1 unit
4 unit
5 m2
150.000
25.000
50.000
15.000
50.000
150.000
150.000
50.000
60.000
250.000
60.000
5
5
2
4
5
6
30.000
30.000
20.000
15.000
50.000
10.000JUMLAH 720.000 155.000
10
Modal kerja
Jenis
Barang/Tenaga
Jumlah Satuan
Fisik
Harga per
Satuan
Jumlah Nilai
(Rp)
. Bibit 200 kg 750 / kg 150.000Pupuk : Urea 20 kg 1200 / kg 24.000Pupuk kandang 400 kg 1100 / kg 440.000Pupuk organic cair 300 kg 500 / kg 150.000kompos 400 kg 400 / kg 160.000
Tenaga Kerja 100 HKP 15.000 1.500.000
JUMLAH 2.424.000Gambar 2.2
Faktor produksi Rata-rata input Input optimal
Bibit 2.498,33 3.484,04
Tenaga kerja 45,66 25,73
.
(Sumber Data Primer) 2011.
Tabel 4. Perbandingan Hasil Analisis Dengan Literatur IdealSumber : Data Primer (diolah), 2011
Produksi kedelai sekitar 5 ton per ha dengan nilai 5000 x Rp 2.400 = Rp12.000.000. Laba
kotor = Rp 12.000.000 – Rp 2.424.000= Rp 9.576.500
11
Variable Input optimal Literatur ideal
Pupuk urea 200 kg/ha/MT
Pupuk system organic 5.000 KG/HA/mt
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teknologi budidaya sistem organik
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang
mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu
menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya
organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan
konsumen. Selama ini limbah organik yang berupa sisa hasil tanaman (jerami, tebon dan
hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar
praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa
hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke
lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian
berkelanjutan dapat terwujud.
Gambar 1. Pertanian organik (Deptan, 2011)
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically
modified organisms). GMO adalah definisi untuk organisme hasil
rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika dan
produknya, diproduksi melalui teknik dimana bahan genetika telah diubah dengan
cara-cara yang tidak alami. Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas
untuk: rekombinasi DNA, difusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi,
penghilangan dan penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak
12
termasuk organisme yang dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi
dan hibridisasi. Seluruh bahan dan/atau produk yang dihasilkan dengan rekayasa
genetika/modifikasi genetik (GEO/GMO) adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip
produksi organik (baik budidaya, proses manufaktur atau pengolahannya).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan
penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia
sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan
menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta
penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan
ternak.
Pertanian organik didasarkan pada sejumlah prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip tersebut
merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1. Prinsip kesehatan.
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman,
hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuandan tak terpisahkan.
2. Prinsip ekologi.
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan.
Bekerja meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
3. Prinsip keadilan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan
terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
4. Prinsip perlindungan.
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati bertanggung jawab untuk
melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta
lingkungan hidup.
Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi:
1. Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat;
13
2. Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
3. Meningkatnya pendapatan petani;
4. Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
5. Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang;
6. Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;
7. Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di perdesaan.
8. Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan.
Dengan demikian, pertanian organik akan meningkatkan ketahanan pangan,
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup. Di Indonesia,
ubi kayu (Manihot esculenta) juga merupakan makanan pokok. Sedangkan untuk konsumsi
penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300
juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%),
Propinsi Lampung (20,5%) dan propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum
pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya
produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan
benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk
kandang).
Gambar 2. Ubikayu (kiri) dan daun tanaman ubikayu berumur 2 minggu (kanan).
14
Gambar 3. Petani ubikayu organik
3.2 Teknik Budidaya Ubi Kayu
Teknik budidaya ubikayu dapat dilakukan sebagai berikut:
3.1.1 Tinjauan Teoritis Ubi Kayu
Ubi kayu juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong. Tanaman ini
merupakan pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae.
Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya
sebagai sayuran. Ubi kayu merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan
fisik rata-rata bergaris tengah 2 sampai 3 cm dan panjang 50 sampai 80 cm,
tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan (Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 2005). Ubi kayu termasuk
tanaman tropis, tetapi dapat pula beradaptasi dan tumbuh dengan baik di daerah sub
tropis. Adapun klasifikasi ubi kayu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculentas CRANTZ
3.1.2 Iklim
Faktor iklim harus diperhatikan dalam pertanian ubi kayu. Curah hujan yang
baik untuk bertanam ubi kayu adalah 750 sampai 1.000 mm/thn. Tinggi tempat untuk
bertanam adalah 0 sampai 1.500 m dpl dengan suhu 25 derajat Celsius sampai 28
derajat Celsius.
3.1.3 Tekstur dan Struktur Tanah
Selain faktor iklim, keadaan tanah juga perlu diperhatikan. Tekstur tanah yang
baik untuk bertanam ubi kayu adalah tanah berpasir hingga tanah liat. Ubi kayu juga
dapat tumbuh baik pada tanah lempung. Struktur tanah untuk bertanam sebaiknya
15
tanah gembur. Tingkat Ph tanah ideal berada pada 4,5 hingga 8, atau optimalnya
sampai dengan angka 5,8.
3.1.4 Bibit
Guna mendapatkan ubi kayu dengan kualitas yang baik, harus dilakukan
pemilihan bibit yang baik pula. Bibit ubi kayu yang baik berasal dari tanaman induk
yang memenuhi persyaratan. Persyaratan yang dimaksud adalah tingkat produksi ubi
kayu tinggi, kadar tepung tinggi, umur genjah (7 sampai 9 bulan), memiliki rasa yang
enak, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Ubi kayu ditanam dari stek batang
yang juga harus memenuhi syarat. Syarat stek batang ubi kayu yang siap ditanam
adalah sebagai berikut:
o Ubi kayu telah berumur 7-12 bulan, diameter 2,5-3 cm; telah berkayu, lurus dan
masih segar.
o Panjang stek 20-25 cm, bagian pangkal diruncingkan, agar memudahkan
penanaman, kulit stek sebaiknya tidak terkelupas, terutama pada bakal tunas
o Bagian batang ubi kayu yang tidak dapat digunakan untuk ditanam adalah 15
sampai 20 cm pada bagian pangkal batang dan 20 sampai 25 cm pada bagian
ujung atau pucuk tanaman
3.1.5 Pengolahan Tanah
Tanah yang akan digunakan untuk tempat penanaman ubi kayu harus
disiapkan dengan baik. Waktu pengolahan tanah sebaiknya pada saat tanah tidak
dalam keadaan becek atau berair, agar struktur tanah tidak rusak. Pengolahan tanah
bertujuan untuk menjaga agar tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar
dan umbi berkembang dengan baik. Cara pengolahan tanah untuk penanaman ubi
kayu adalah sebagai berikut:
Tanah ringan atau gembur: tanah dibajak atau dicangkul 1 sampai 2 kali
sedalam kurang lebih 20 cm, diratakan langsung ditanami.
Tanah berat dan erair: tanah dibajak atau dicangkul 1 sampai 2 kali sedalam
kurang lebih 20 cm, dibuat bedengan-bedengan atau guludan juga dibuat saluran
drainase, kemudian tanah baru dapat ditanami.
3.1.6 Penanaman
16
Pedoman usahatani ubi kayu selanjutnya adalah teknik bertanam yang tepat.
Penanaman ubi kayu dapat dilakukan setelah bibit dan tanah disiapkan. Waktu yang
baik untuk penanaman adalah pada permulaan musim hujan. Hal ini disebabkan ubi
kayu memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4 sampai 5
bulan, selanjutnya kebutuhan akan air relatif lebih sedikit. Guna menghindari
persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara, perlu 14 diperhatikan jarak
tanam. Jarak tanam ideal tanaman ubi kayu secara monokultur adalah 100 x 100 cm;
100 x 60 dan 100 x 40, sedangkan jarak tanam ideal ubi kayu pola tumpang sari
adalah 200 x 60 cm untuk ubi kayu dengan kacang tanah, serta 100 x 60 cm untuk ubi
kayu dengan jagung. Cara menanam ubi kayu dianjurkan stek tegak lurus atau
minimal membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10-15 cm.
3.1.7 Pemupukan
Guna mencapai hasil yang tinggi, tanaman ubi kayu perlu diberi pupuk
organik (pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau) dan pupuk non organik (Urea,
TSP, KCl). Pupuk organik sebaiknya diberikan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Tujuan utama pemberian pupuk ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Pupuk
non organik diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah.
3.1.8 Pemeliharaan
Pemeliharaan mtanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang
sehat, baik, seragam dan memperoleh hasil yang tinggi. Pemeliharaan ubi kayu
meliputi: 15
3.1.9 Penyulaman
Apabila ada tanaman ubi kayu yang mati atau tumbuh sangat merana harus
segera dilakukan penyulaman. Waktu untuk penyulaman paling lambat lima minggu
setelah tanam.
3.1.10 Penyiangan (ngored) dan Pembumbunan (mencug)
Penyiangan dilakukan apabila sudah mulai tampak adanya gulma (tanaman
pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat ubi kayu berumur 2 sampai 3
bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk
memperbaiki struktur tanah sehingga ubi kayu dapat tumbuh dengan sempurna,
memperkokoh tanaman supaya tidak rebah.
17
3.1.11 Pembuangan Tunas
Tunas yang terlalu banyak akan mengganggu pertumbuhan ubi kayu. Oleh
karena itu perlu dilakukan pembuangan tunas. Pembuangan tunas dilakukan pada saat
tanaman berumur 1 sampai bulan, apabila dalam satu tanaman tumbuh lebih dari dua
tunas.
3.1.12 Hama dan Penyakit
Hama penting bagi tanaman ubi kayu adalah tungau daun merah dan
kumbang, sedangkan penyakit yang sering menyerang ubi kayu adalah layu bakteri
dan bercak daun. Guna mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman ubi
kayu dilakukan beberapa hal, antara lain; sanitasi lapang setelah panen (membakar
sisa tanaman), menggunakan bibit yang sehat dari varietas tahan penyakit,
pengolahan tanah secara sempurna, serta pergiliran tanaman dengan palawija atau
tanaman lainnya.
3.2 Panen Dan Pasca Panen
Ubi kayu dipanen dengan cara menggunakan pengungkit atau mencabut
batangnya secara langsung. Umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu
tanah. Secara umum pengolahan pasca panen ubikayu digunakan untuk membuat tepung
tapioka, tepung kasava, kue, mie, dan lain-lain. Pembuatan tapioka sebagian besar
dilakukan oleh parbrik besar dengan teknologi modern.
Pengolahan ubikayu menjadi tepung kasava:
1. Pengupasan
Melepaskan kulit ubikayu dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan
pisau dapur atau pisau khusus.
18
Gambar 4. Pengupasan kulit ubikayu
2. Pencucian
Ubikayu yang telah dikupas segera dicuci dengan air didalam bak untuk
menghilangkan kotoran yang menempel selama pengupasan.
Gambar 5. Pencucian ubikayu yang telah dikupas
3. Penyawutan
Penyawutan dilakukan dengan alat perajang yang digerakkan tenaga motor
dengan kapasitas 1 ton ubikayu segar/jam/unit mesin penyawut.
Gambar 6. Penyawutan ubikayu
4. Perendaman
19
Sawut yang dihasilkan direndam dalam larutan yang dicampur dengan ragi
singkong untuk menghilangkan bau singkong dan membuat putih sawut yang dihasilkan.
Perendaman dilakukan selama 15 jam, lalu dicuci kembali agar bersih.
Gambar 7. Perendaman ubikayu
5. Pengepresan
Pengepresan untuk mempercepat mengurangi kandungan air pada sawut. Sawut
yang dipres membutuhkan waktu pengeringan dengan matahari 14-16 jam, sedangkan
yang tidak dipress membutuhkan waktu 30-40 jam.
Gambar 8. Pengepresan sawut ubikayu
6. Pengeringan
Sawut dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari hingga kadar air
14%.
7. Penepungan
Penepungan dilakukan menggunakan mesin penepung dengan ukuran kehalusan
80 mesh.
20
Gambar 9. Penepungan
8. Pengemasan dan penyimpanan
Tepung disimpan dalam kantong plastik dengan kadar air tepung < 12%. Daya
simpan tepung kasava cara ini dapat mencapai 6 bulan.
Gambar 10. Produk tepung kasava.
3.3 Pemasaran dan analisis usaha tani
Selain tepung kasava yang dapat diproduksi dari ubikayu, ubikayu juga dapat diolah
menjadi jajanan tradisional yang lezat seperti tape bakar khas Bondowoso. Ubi kayu merupakan
jenis bahan makanan yang memiliki rasa yang enak, mudah diolah, serta awet. Oleh karena itu,
ubi kayu bisa diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Produk olahan ubi kayu
diantaranya adalah tepung tapioka, peuyeum, kripik, tape, donat, tiwul dan sebagainya. Tepung
tapioka telah banyak dimanfaatkan untuk bahan makanan, antara lain bermacam gorengan dan
kue. Peuyeum dan tape dibuat dari ubi kayu yang dikukus, kemudian diberi ragi, makanan ini
memiliki rasa asam manis. Produk olahan ubi kayu yang paling terkenal adalah kripik ubi kayu,
yang dibuat dengan cara dipotong-potong, dikeringkan, lalu digoreng. Tiwul dibuat dengan cara
21
menjemur ubi kayu yang telah dikupas, untuk kemudian direbus, sedangkan donat terbuat dari
ubi kayu yang telah dihaluskan dan dikukus.
Gambar 11. Tape hasil olahan dari ubikayu.
Kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi
produk pangan organik, hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya permintaan daripada
penawaran yang tersedia. Sehingga dari pangan yang dihasilkan melalui sistem pertanian organik
rata-rata lebih tinggi dari pada pertanian konvensional.
Penghargaan konsumen terhadap produk ini antara lain dinilai dari sisi pemeliharaan
ekosistem dan kelestarian lingkungan, dengan cara mencermati sifat alam dan bersahabat dengan
semua rantai ekosistem, sehingga dapat menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia
termasuk pestisida dan pupuk ini sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu aman dikonsumsi.
Pada umumnya, pengertian pelaku agribisnis tentang pangan organik ini seringkali keliru,
apabila sudah tidak diproduksi dengan bahan kimia sintetis, termasuk pupuk atau pestisida, maka
produk dapat dijual dengan label organik. Pengertian tersebut menyesatkan karena apabila lahan
pernah digunakan untuk pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia, perlu masa
konversi untuk mendegradasi bahan kimia yang tersisa dalam tanah. Pada masa konversi ini
produk biasanya dikatakan sebagai transisi organik atau saat ini ada yang menyebut GO-
ORGANIK.
Setelah melalui masa konversi atau jangka waktu tertentu yang ditetapkan, produk hasil
dari lahan tersebut dan diproduksi dengan sistem pertanian organik, baru dapat label organik.
Persyaratan inilah yang sering dilupakan oleh pelaku agribisnis. Persyaratan lain yang penting
dalam produk pangan organik antara lain tidak menggunakan produk GMO dan diproduksi tanpa
irradiasi. Mekanisme pemberian sertifikat nantinya akan dilakukan oleh lembaga verifikasi
(pemerintah atau swasta yang ditunjuk) melalui kegiatan verifikasi oleh tim (ahli dibidang
organik) ke lapangan produsen. Hasil dari verifikasi ini akan menentukan suatu perusahaan atau
produsen pangan organik berhak atau tidaknya melabel produknya sebagai organik sesuai
22
dengan permohonannya. Manfaat sertifikasi adalah melindungi produsen organik dari penipuan
produk organik yang diakui organik, melindungi konsumen dari penipuan dan segala bentuk
kecurangan serta klaim produk yang tidak berdasar organik, alat pemasaran yang ampuh, dapat
membedakan produk unggulan dengan yang biasa, mendidik produsen untuk meningkatkan
mutunya dll.
Saat ini ada ratusan badan sertifikasi organik dan ahli organisasi di seluruh dunia.
Internationally-diakui badan sertifikasi. Namun, biasanya ahli IFOAM (Persekutuan
Antarabangsa Gerakan Pertanian Organik) yang merupakan organisasi payung lebih daripada
750 ahli di 108 negara. IFOAM menjalankan Sistem Jaminan Organik yang membolehkan
sertifikasi organik menjadi IFOAM Accredited. Global besar lain termasuk pertubuhan keahlian
Organic Crop Improvement Association (OCIA) dan Ecocert. Di Asia, Jepun Agricultural
Standard (JAS) adalah Japans dijalankan oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Sertifikasi terhadap standard penting ini boleh diberikan oleh pertubuhan-pertubuhan
antarabangsa. Di China, Pusat Pembangunan Makanan Organik (OFDC). Akreditasi IFOAM
menyediakan perkhidmatan sertifikasi organik yang memenuhi Standar Produk Organik
Kebangsaan China juga sebagai Standar Sertifikasi OFDC organik.
23
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan.
Teknologi budidaya ubi kayu dengan sistem organic adalah sistem produksi pertanian
yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-
ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup,
berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya ubi kayu organik merupakan teknik
budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan konsumen. Dalam
prakteknya, pertanian ubi kayu system organik dilakukan dengan cara, antara lain
menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified
organisms), menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari penggunaan zat
pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis, Menghindari penggunaan
hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis. Pertanian organik didasarkan pada sejumlah
prinsip-prinsip, yaitu prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip
perlindungan.
Ubi kayu organic memiliki banyak manfaat dalam berbagai hal. Ubi kayu dengan system
organic menghasilkan makanan yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat baik dalam bentuk produk olahan seperti tepung,kripik, dan tape
ataupun dalam bentuk produk mentahnya. Di sector pertanian, Budidaya ubi kayu system
organic mampu menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi
petani,Meningkatnya pendapatan petani,Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan
dari kegiatan pertanian, Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam
jangka panjang dan Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Nur Amri, 2011.Analis Efisiensi produksi dan pendapatan usaha tani Ubi Kayu. (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) Departemen Ekonomi Sumberdaya DAN Lingkungan Fakultas Ekonomi Dan Manajemen .Institut Pertanian Bogor.
Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-6729-2002 Tentang Sistem Pangan Organik. 2002.
Barkelaar. 2005. Perakitan SUT Lahan Kering Spesifik Lokasi di Kawasan Oesao. Kecamatan
Kupang Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Karama, S. 2003. Potensi, Tantangan dan Kendala Ubi Kayu dalam Mendukung Ketahan
Pangan. Jakarta: Balai Pustaka.
Kunia, Kabelan. 2008. Pupuk Organik Atasi Degradasi Kesuburan. http: //express.
com/w3jbiopupuk/vol 8/Kunia/index. Html. [Kamis. 14 Agustus 2008].
Master, W. A. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide.
Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Meke, D. 2000. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kupang. Kupang.
Murdeleno. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide.
Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Seran. 2001. Pengkajian Sistem Usaha Tani Lahan Pekarangan di NTT. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 154p.
Widati. 1999. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Kupang. Kupang.
25