13
VOLUME 11 NOMOR 29 EDISI MARET 2010 ISSN 1412-4645 BRIKET ARANG DARI LIMBAH ARANG PT. CITRA PRIMA UTAMA BANJARBARU Muhammad Faisal Mahdie 1-8 PEMANFAATAN LIMBAH LAMPIT SEBAGAI CAMPURAN BAHAN BAKU KERTAS TERHADAP PANJANG PUTUS DAN FAKTOR SOBEK KERTAS Eko Rini Indrayatie 9-17 KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR Susilawati 18-23 UJI FITOKIMIA AKAR BAMBAN (Donax cannaeformis) SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN Lusyiani 24-31 KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Ahmad Yamani 32-37 PRODUKSI NIRA AREN (Arrenga pinnata) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Fatriani 38-42 KELIMPAHAN FUNGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN SENGON DI KECAMATAN CEMPAKA BANJARBARU Eny Dwi Pujawati 43-50 PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN Crude Palm Oil (CPO) DAN SOLAR TERHADAP SIFAT FISIKA MEKANIKA ROTAN TONTO (Calamus optimus Becc) Kurdiansyah 51-60 PENGARUH POSISI PADA PANGKAL, TENGAH DAN UJUNG BATANG TERHADAP SIFAT KIMIA BAMBU WULUNG (Giganthochloa atter Munro) Diana Ulfah 61-70 ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mngium Wild) DENGAN BATUBARA Noormirad Sari, Rosidah R. Radam & Ranifa Dwina 71-76 DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU – INDONESIA

BRIKET ARANG DARI LIMBAH ARANG PT. CITRA PRIMA UTAMA

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

VOLUME 11 NOMOR 29 EDISI MARET 2010 ISSN 1412-4645

BRIKET ARANG DARI LIMBAH ARANG PT. CITRA PRIMA UTAMA BANJARBARU Muhammad Faisal Mahdie

1-8

PEMANFAATAN LIMBAH LAMPIT SEBAGAI CAMPURAN BAHAN BAKU KERTAS TERHADAP PANJANG PUTUS DAN FAKTOR SOBEK KERTAS Eko Rini Indrayatie

9-17

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR Susilawati

18-23

UJI FITOKIMIA AKAR BAMBAN (Donax cannaeformis) SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN Lusyiani

24-31

KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Ahmad Yamani

32-37

PRODUKSI NIRA AREN (Arrenga pinnata) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Fatriani

38-42

KELIMPAHAN FUNGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN SENGON DI KECAMATAN CEMPAKA BANJARBARU Eny Dwi Pujawati

43-50

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN Crude Palm Oil (CPO) DAN SOLAR TERHADAP SIFAT FISIKA MEKANIKA ROTAN TONTO (Calamus optimus Becc) Kurdiansyah

51-60

PENGARUH POSISI PADA PANGKAL, TENGAH DAN UJUNG BATANG TERHADAP SIFAT KIMIA BAMBU WULUNG (Giganthochloa atter Munro) Diana Ulfah

61-70

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mngium Wild) DENGAN BATUBARA Noormirad Sari, Rosidah R. Radam & Ranifa Dwina

71-76

DITERBITKAN OLEH

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU – INDONESIA

VOLUME 11 NOMOR 29 EDISI MARET 2010 ISSN 1412-4645

Media Publikasi Ilmiah Ilmuwan dan Praktisi Rimbawan

DITERBITKAN OLEH FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Terbit Secara Berkala Setiap Bulan: Maret, September, Desember Penanggungjawab : Dekan Fakultas Kehutanan Unlam Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ruslan, M.S (Unlam) 2. Prof. Dr. Ir. M. Arief Soendjoto, M.Sc (Unlam) 3. Prof. Dr. Ir. Sipon Muladi (Unmul) 4. Prof. Dr. Ir. Yusuf Sudo Hadi, M.Sc (IPB) 5. Dr. Ir. Sofyan Warsito (UGM) 6. Prof. H. Hasanu Simon (UGM) 7. Dr. Ir. Bahruni, M.S (IPB) 8. H. Udiansyah, Ph.D (Unlam) 9. Dr.rer.nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, M.P (Unlam) 10. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc (Unlam) Dewan Redaksi : Hamdani Fauzi, Hafizianor, Kissinger, Adi Rahmadi, Rosidah Muis Rusdal, Khairun Nisa, Siti Hamidah, Badaruddin, Yusanto Nugroho, Arfa Agustina Rezekiah, Dina Naemah, Rina Muhayah Administrasi & Keuangan : Rahmiyati, Amino Natalina, Dwi Lestari Alamat Redaksi: Fakultas Kehutanan UNLAM Jl. A. Yani KM 36 Kotak Pos 19 Banjarbaru - Kalimantan Selatan Telp./Fax. (0511)4772290 E-mail: [email protected]

JURNAL HUTAN TROPIS BORNEO adalah wadah informasi bidang kehutanan berupa hasil penelitian, studi pustaka, maupun tulisan ilmiah.

VOLUME 11 NOMOR 29 EDISI MARET 2010 ISSN 1412-4645

DAFTAR ISI

BRIKET ARANG DARI LIMBAH ARANG PT. CITRA PRIMA UTAMA BANJARBARU Muhammad Faisal Mahdie

1-8

PEMANFAATAN LIMBAH LAMPIT SEBAGAI CAMPURAN BAHAN BAKU KERTAS TERHADAP PANJANG PUTUS DAN FAKTOR SOBEK KERTAS Eko Rini Indrayatie

9-17

KERAGAMAN LEPIDOPTERA PADA DUKUH DAN KEBUN KARET DI DESA MANDIANGIN KABUPATEN BANJAR Susilawati

18-23

UJI FITOKIMIA AKAR BAMBAN (Donax cannaeformis) SEBAGAI BAHAN BAKU KERAJINAN ANYAMAN Lusyiani

24-31

KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN LINDUNG GUNUNG SEBATUNG DI KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN Ahmad Yamani

32-37

PRODUKSI NIRA AREN (Arrenga pinnata) DAN KADAR ALKOHOL DARI DESA UJUNG LAMA KABUPATEN TANAH LAUT DAN DESA SUNGAI ALANG KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN Fatriani

38-42

KELIMPAHAN FUNGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN SENGON DI KECAMATAN CEMPAKA BANJARBARU Eny Dwi Pujawati

43-50

PENGARUH KONSENTRASI BAHAN PENGAWET MICROSIDA 100 EC DENGAN MEDIA PENGGORENGAN Crude Palm Oil (CPO) DAN SOLAR TERHADAP SIFAT FISIKA MEKANIKA ROTAN TONTO (Calamus optimus Becc) Kurdiansyah

51-60

PENGARUH POSISI PADA PANGKAL, TENGAH DAN UJUNG BATANG TERHADAP SIFAT KIMIA BAMBU WULUNG (Giganthochloa atter Munro) Diana Ulfah

61-70

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR (Acacia mngium Wild) DENGAN BATUBARA Noormirad Sari, Rosidah R. Radam & Ranifa Dwina

71-76

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 61

PENGARUH POSISI PADA PANGKAL, TENGAH DAN UJUNG BATANG TERHADAP SIFAT KIMIA BAMBU WULUNG (Giganthochloa atter Munro)

Oleh/By

DIANA ULFAH

Program Studi Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat

Jl. A. Yani KM 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of wulung bamboo species position in the middle, base and end of the stick type of chemical properties are located in mountainous areas. Observation of bamboo in the chemical properties of the base, middle and late Rod includes soluble mineral content in hot water soluble mineral substance in cold water, benzene levels-soluble mineral holoselulosa levels, levels of Alpha Cellulose and lignin content. Average soluble mineral content in hot water, cold water and alcohol largest benzene in the stem base number 6.707, 4.950 and 3.473, smallest fibres found on the tip of the rod string 5.627, 3.310 and 2.740%. While the average level holoselulosa, alpha cellulose and lignin of the largest in the base of the stem of each position at 75.903%, 47.283% and 25.407%, and the smallest was in the position of the stem tip to the average level and alpha cellulose holoselulosa row of 74.623% and 45.813% Key words : wulung bamboo species, chemical properties Penulis Untuk Korespondensi :+6281314216896

PENDAHULUAN

Potensi tanaman bambu di Indonesia cukup besar, baik dari segi jenis maupun jumlah produksinya. Dari segi jenis dikenal ada 10 genus dengan lebih dari 125 jenis bambu (Berlian dan Rahayu, 1995). Di pulau jawa saja terdapat 30 jenis bambu, begitu juga dengan pulau-pulau yang lain di Indonesia dan penyebarannya mencapai ketinggian tempat tumbuh sampai 2.000 m di atas permukaan laut. Dari jenis-jenis tersebut yang ada di pulau jawa ada 13 jenis bambu yang telah dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan yang pada umumnya di tanam di pekarangan (Anonim, 1993). Bambu adalah tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Bambu merupakan tanaman

yang cepat tumbuh, pada umur 3 – 4 tahun sudah dapat dipanen. Batang bambu mempunyai sifat-sifat yang sangat menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, batangnya lurus dan ukurannya beragam. Selain itu batang bambu dapat dipakai langsung tanpa proses yang berlebihan dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Dengan sifat-sifat tersebut batang bambu banyak digunakan sebagai bahan bangunan, perabotan dan peralatan rumah tangga, alat musik, bahan baku untuk kerajinan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh posisi jenis bambu wulung pada pangkal, tengah dan ujung batang jenis terhadap sifat kimia yang berada di daerah pegunungan.

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 62

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis bambu Wulung (Gigantochloa atter Munro) yang telah berumur 3 tahun. Bambu tersebut diambil dari lokasi tempat tumbuh yang ada di daerah pegunungan di kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji tangan dan parang untuk menebang/memotong bambu, gergaji lingkar untuk membuat serbuk, saringan 40 -60 mesh untuk menyaring serbuk gergaji merek Fisher Scientific Co. No. 405 U.S Standard, kaliper merek Mitutoyo untuk mengukur tebal bambu dan perubahan dimensi, timbangan analitis, kompor listrik merek Sargent Welch dan Retsch, gelas piala, tabung reaksi, pendingin tegak, cawan saring merek Pyrex, pemanas air panas/air dingin merek Memert, soxhlet, gelas pengaduk, pipet merek Duran, gelas ukur merek Pyrex dan termometer, oven pengering merek Memert 1500 dan Binder Serie E dan Desikator untuk menstabilkan suhu contoh uji setelah di oven, gelas obyek, pipet, curvimeter, fibroskop merek Bausch dan Lomb, mikroskop dilengkapi skala model 60-61-62-62 Listed 488 B, Alat tulis menulis.

Langkah awal dalam penentuan sifat kimia bambu adalah membuat serbuk tepung bambu berukuran 40 – 60 mesh pada setiap posisi dalam batang bambu (pangkal, tengah dan ujung). Serbuk tersebut dikeringkan sampai kering, kemudian disaring melalui tapisan 40 mesh. Hasil saringan yang diambil adalah bagian yang tidak dapat melalui saring 60 mesh. Bahan ini kadar airnya telah dibuat seimbang dengan kondisi udara dalam laboratorium dan ditempatkan dalam botol tertutup. Kadar air serbuk yang diperoleh untuk jenis bambu Wulung pada penelitian ini adalah 11,18 %.

Untuk mengetahui kandungan zat ekstraktif larut alkolhol benzene dilakukan dengan mencari kadar air

serbuk bambu terlebih dahulu. Selanjutnya serbuk bambu ditimbang sebanyak 2 gram (dalam cawan saring) dan diekstraksi dengan 200 ml larutan alkohol benzen (1 : 2) dalam alat ekstraktor Soxhlets selama 4 – 6 jam. Penempatan cawan saring diusahakan agar permukaan cawan lebih tinggi dari siphon dan permukaan serbuk didalamnya lebih rendah. Pemanasan diatur agar kecepatan keluar dan masuknya pelarut kedalam cawan saring sama. Setelah selesai cawan dikeluarkan dari Soxhlets, serbuk diisap dengan pompa vakum dan dicuci dengan menggunakan alkohol sebanyak 50 ml untuk menghasilkan benzen. Selanjutnya keringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Untuk mengetahui Kandungan Zat Ekstraktif larut air panas dimulai dengan mencari kadar air serbuk bambu terlebih dahulu. Selanjutnya serbuk bambu sebanyak 2 gram dimasukan kedalam gelas erlenmeyer dan ditambah dengan akuades 100 ml, kemudian dipasang pada pendingin tegak yang dipanaskan dalam pemanas air selama 3 jam. Setelah pemanasan selesai, serbuk bambu disaring menggunakan cawan saring dan dicuci dengan air panas. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Kandungan Zat ekstraktif larut air dingin ditentukan dengan mengukur kadar air serbuk terlebih dahulu. Selanjutnya serbuk bambu ditimbang sebanyak 2 gram dan dimasukan kedalam gelas piala dan ditambahkan akuades sebanyak 300 ml. Biarkan campuran ini mencerna selama 48 jam dan sering diaduk. Setelah 48 jam campuran dipindahkan ke dalam cawan saring dan dicuci dengan akuades dingin, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Kandungan holoselulosa ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D 1104 – 56 (1966) dengan urutan pekerjaan sebagai

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 63

berikut : Serbuk bambu bebas ekstraktif sebanyak 0,70 gram dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer, kemudian tambahkan 10 ml larutan A dan 1 ml larutan B. Larutan A adalah campuran 60 ml asam asetat glasial dan 20 ml NaOH dalam 1 liter akuades, sedangkan larutan B merupakan campuran 200 gram NaCIO2 dalam 1 liter akuades. Selanjutnya botol dimasukan ke dalam pemanas air yang suhunya diatur ± 70 0 C dan digoyang-goyangkan setiap 30 menit. Selanjutnya ditambahkan larutan B sebanyak 1 ml pada waktu 45 menit, 90 menit dan 150 menit. Botol segera digoyang-goyangkan saat larutan B ditambahkan, Sesudah 4 jam erlenmeyer dipindahkan ke dalam penangas air es dan ditambahkan 15 ml akuades kedalamnya. Selanjutnya isi gelas erlenmeyer dipindahkan kedalam cawan saring yang sudah ditimbang dan isi tersebut dicuci dengan 100 ml larutan asam asetat 1 % dan diisap dengan pompa vakum. Selanjutnya cawan saring dicuci dengan aseton sebanyak 2 – 5 ml dan diisap dengan pompa vakum selama 3 menit, Holoselulosa dibiarkan mencapai kondisi kering udara minimum selama 4 hari. Cawan saring dan isinya ditimbang, dicatat beratnya dan kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Penentuan kandungan alfa selulosa menggunakan metode ASTM D 1103 – 60 (1968) dengan urutan pekerjaan sebagai berikut : Alfa selulosa ditentukan dengan tidak memindahkan holoselulosa dalam cawan saring. Dalam cawan saring holoselulosa ditambahkan 3 ml larutan NaOH 17,5 % dan diletakkan dalam gelas piala yang berisi air hingga terendam ± 1 cm, kemudian diaduk mempergunakan gelas pengaduk selama 1 menit agar basah seluruhnya. Sesudah 5 menit ditambahkan 3 ml larutan NaOH 17,5 % dan diaduk selama 1 menit, Sesudah 35 menit ditambahkan 6 ml akuades kedalam cawan saring, kemudiaan cawan saring dikeluarkan dari gelas piala dan cawan

saring diisap dengan pompa vakum sambil dicuci dengan menuangi 60 ml akuades, Setelah penghisapan selesai ditambahkan 10 ml asam asetat 10 % ke dalam cawan saring sambil diaduk dan diisap lagi. Pencucian dengan 60 ml akuades diulangi lagi dan terakhir dicuci dengan 10 ml aseton. Cawan saring dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Kandungan lignin ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D 1106 – 56 (1966) dengan urutan pekerjaan sebagai berikut : Serbuk bambu bebas ekstraktif sebanyak 1 gram dimasukan kedalam gelas erlenmeyer dan dilarutkan dengan 400 ml air panas di atas penangas air 100 0 C selama 3 jam. Penyaring serbuk menggunakan cawan saring dan dibiarkan kering udara, Selanjutnya serbuk dalam cawan saring dipindah kedalam gelas piala kecilyang ditutup dengan gelas arloji dan sambil diaduk ditambahkan 15 ml H2SO4 72 % yang dingin. Pengadukan dilakukan paling sedikit 1 menit sampai tercampur sempurna. Diamkan selama 2 jam dengan sering diaduk dan suhu dijaga agar tetap berkisar antara 18 0 – 20 0 C dengan cara mendinginkan bagian luar gelas piala memakai es, selanjutnya serbuk dipindah ke dalam gelas erlenmeyer, Pencucian serbuk bambu dalam gelas erlanmeyer dilakukan dengan mengencerkannya hingga mencapai kosentrasi asam 3 % dengan menambahkan 560 % ml akuades. Serbuk dalam gelas dididihkan di bawah pendingin tegak selama 4 jam dan diusahakan agar volume selalu tetap dengan menambahkan air panas sewaktu-waktu. Setelah bahan-bahan yang tidak larut dibiarkan mengendap, disaring dengan cawan saring dan dicuci dengan air panas hingga babas dari air asam. Selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2 0 C sampai beratnya konstan.

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perbedaan sifat kimia jenis bambu Wulung berdasarkan posisi di sepanjang batang (pangkal,

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 64

tengah dan ujung), yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan sifat kimia bambu pada posisi pangkal, tengah dan ujung batang meliputi kadar ekstraktif yang larut dalam air panas, kadar ekstraktif yang larut dalam air dingin, kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen, kadar holoselulosa, kadar alfa selulosa dan kadar lignin. Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap sifat kimia bambu tersebut disajikan pada tabel 1. Dari hasil seluruh pengamatan pada Tabel 1. dilakukan analisis varians untuk mengetahui apakah faktor posisi dalam batang, yaitu pangkal, tengah dan ujung berpengaruh terhadap sifat kimia jenis bambu Wulung. Kadar Ekstraktif Larut Dalam Air Panas Hasil analisis varians untuk mengetahui pengaruh posisi disepanjang batang terhadap kadar ekstraktif larut dalam air panas jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis varians kadar ekstraktif larur dalam air panas pada Tabel 2. menunjukan bahwa posisi dalam batang memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar ekstraktif larut dalam air panas. Hal ini ditandai karena nilai F hitung, yaitu 6,06 lebih besar dari F tabel, yaitu 5,14. karena posisi dalam batang berpengaruh nyata terhadap kadar ekstraktif larut dalam air panas maka dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD yang disajikan pada Tabel 3. Hasil uji Tukey kadar ekstraktif yang larut dalam air panas untuk jenis bambu Wulung pada posisi pangkal sebesar 6,707 % dan posisi ujung batang sebesar 5,627 % menunjukan adanya perbedaan, namun kadar ekstraktif yang larut dalam air panas kedua posisi tersebut tidak berbeda dengan posisi tengah yang mempunyai

kadar ekstraktif sebesar 6,560 %. Berdasarkan hasil uji Tukey Tabel 3. kadar ekstraktif yang larut dalam air panas terbesar terdapat pada posisi pangkal dan terkecil terdapat pada posisi ujung batang. Kadar ekstraktif larut dalam air panas jenis bambu Wulung yang didapatkan dalam penelitian ini berkisar antara 4,980 % sampai 6,940 %, dengan rata-rata kadar ekstraktif pada posisi pangkal sebesar 6,707 %, tengah sebesar 6,560 % dan ujung sebesar 5,627 %.

Kadar Ekstraktif Larut Dalam Air Dingin Hasil analisis varians untuk menetahui pengaruh posisi di sepanjang batang terhadap kadar ekstraktif larut dalam air dingin jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis varians kadar ekstraktif larut dalam air dingin pada Tabel 4. menunjukan bahwa posisi dalam batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar ekstraktif larut dalam air dingin. Hal ini ditandai dengan nilai F tabel pada taraf kepercayaan 95 %, yaitu 5,14 labih besar dari F hitung, yaitu 1,77. karena posisi dalam batang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar ekstraktif larut dalam air dingin maka tidak dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD. Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 1. dan analisis varians Tabel 4. menunjukan bahwa rata-rata kadar ekstraktif yang larut dalam air dingin untuk jenis bambu Wulung yang terbesar terdapat pada posisi pangkal, yaitu sebesar 4,950 % dan yang terkecil terdapat pada posisi ujung batang sebesar 3,310 %. Tetapi secara statistik perbadaan nilai kadar ekstraktif ini tidak berbeda nyata, yang berarti bahwa posisi dalam batang tidak

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 65

mempengaruhi besarnya kadar ekstraktif larut dalam air dingin bambu Wulung. Kadar ekstraktif yang larut dalam air dingin jenis bambu Wulung yang didapatkan dalam penelitian ini berkisar antara 2,190 % sampai 5,860

%. Dan kalau dibandingkan dengan hasil penelitian Gusmailina dan Sumadiwangsa (Sutigno, 1994), kadar ekstraktif yang larut dalam air dingin yang berkisar antara 4,5 % sampai 9,9 %, maka hasil yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk rendah.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil perhitungan sifat kimia bambu pada posisi pangkal, tengah

dan ujung batang.

Posisi Ulangan Kadar Eks-ap

(%)

Kadar Eks-ad

(%)

Kadar Eks-ab

(%)

Kadar Holos

(%)

Kadar Alfa-s

(%)

Kadar Lignin

(%)

Pangkal

1 6,560 5,050 2,830 76,330 47,670 25,960 2 6,640 5,860 3,650 75,500 46,480 25,570 3 6,920 3,940 3,940 75,880 47,700 24,690

Jumlah 20,120 14,850 10,420 227,710 141,850 76,220 Rerata 6,707 4,950 3,473 75,903 47,283 25,407

Tengah

1 6,440 2,660 2,490 74,720 46,660 25,270 2 6,300 4,900 3,360 74,340 46,140 25,790 3 6,940 4,310 4,090 75,700 46,570 24,180

Jumlah 19,680 11,870 9,940 224,760 139,370 75,240 Rerata 6,560 3,957 3,313 74,920 46,457 25,080

Ujung

1 4,980 2,190 2,350 75,650 47,070 24,670 2 6,170 4,370 2,770 73,140 43,990 26,240 3 5,730 3,370 3,100 75,080 46,380 24,550

Jumlah 16,880 9,930 8,220 223,870 137,440 75,460 Rerata 5,627 3,310 2,740 74,623 45,813 25,153

Keterangan : Kadar Eks-ap = Kadar ekstraktif larut dalam air panas Kadar Eks-ad = Kadar ekstraktif larut dalam air dingin Kadar Eks-ab = Kadar ekstraktif larut dalam alkohol benzen Kadar Holos = Kadar holoselulosa Kadar Alfa-s = Kadar alfa holoselulosa Kadar Lignin = Kadar lignin Tabel 2. Analisis varians kadar ekstraktif larut dalam air panas.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

2,059 1,022

1,030 0,170

6,06s

5,14

Total 8 3,081 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 66

Tabel 3. Uji Tukey kadar ekstraktif larut dalam air panas. Pangkal Tengah Ujung Kadar ekstraktif Larut dalam air Panas

6,707* 6,560 5,627*

Keterangan : Nilai Tukey (W) untuk pembeda posisi dalam batang = 1,003. Tabel 4. Analisis varians kadar ekstraktif larut dalam air dingin.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

4,094 6,936

2,047 1,156

1,77ns

5,14

Total 8 11,030 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant Tabel 5. Analisis varians kadar ekstraktif larut dalam alkohol benzen.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

0,892 2,229

0,446 0,372

1,20ns

5,14

Total 8 3,121 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant Kadar Ekstraktif Larut Dalam Alkohol Benzen Hasil analisis varians untuk mengetahui pengaruh posisi di sepanjang batang terhadap kadar ekstraktif larut dalam alkohol benzen jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 5. Hasil analisis varians kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen pada Tabel 5. menunjukan bahwa posisi dalam batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen. Hal ini ditandai dengan nilai F tabel pada taraf kepercayaan 95 %, yaitu 5,14 lebih

besar dari F hitung, yaitu 1,20. karena posisi dalam batang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen maka tidak dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD. Hasil pengamatan Tabel 1. dan analisis varians Tabel 5. menunjukan bahwa rata-rata kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen untuk jenis bambu Wulung dalam penelitian ini yang terbesar terdapat pada posisi pangkal, yaitu sebesar 3,473 % dan yang terkecil pada posisi ujung batang sebesar 2,740 %. Tetapi secara statistik hasil tersebut tidak berbeda nyata, yang artinya posisi dalam batang

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 67

tidak mempengaruhi nilai kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol bebzen. Berdasarkan nilai tersebut maka pola variasi kadar ekstraktif yang larut dalam alkohol benzen mempunyai kecenderungaan menurun dari posisi pangkal ke arah ujung batang. Kadar Holoselulosa Hasil analisis varians untuk mengetahui pengaruh posisi disepanjang batang terhadap kadar holoselulosa jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 6. Hasil analisis varians kadar holoselulosa pada Tabel 5. menunjukan bahwa posisi dalam batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar holoselulosa. Hal ini ditandai dengan nilai F tabel pada taraf kepercayaan 95 %, yaitu 5,14 lebih besar dari F hitung, yaitu 1,69. karena posisi dalam batang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar holoselulosa maka tidak dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD. Hasil analisis varians kadar holoselulosa Tabel 6. dan hasil pengamatan Tabel 1. menunjukan bahwa rata-rata kadar holoselulosa jenis bambu Wulung dalam penelitian

ini yang terbesar terdapat pada posisi pangkal, yaitu sebesar 75,903 % dan yang terkecil pada posisi ujung batang sebesar 74,623 %. Walaupun ada perbedaan besaran nilai pada kadar holoselulosa yang dihasilkan disepanjang batang, tetapi secara statistik nilai tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi dalam batang tidak mempengaruhi kadar holoselulosa jenis bambu Wulung yang diteliti. Kalau melihat pola variasi kadar holoselulosa di sepanjang batang bambu, maka terdapat kecenderungan bahwa kadar holoselulosa semakin menurun dari pangkal ke arah ujung batang. Variasi ini terjadi baik pada arah radial dari batang bagian dalam menuju ke batang bagian luar, maupun pada arah vertikal dari pangkal kearah ujung batang. Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 1. menunjukan bahwa kadar holoselulosa jenis bambu Wulung di daerah penelitian berkisar antara 73,140 % sampai 76,330 %. Sedangkan kalau dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka hasil yang diperoleh mempunyai kadar holoselulosa yang lebih tinggi.

Tabel 6. Analisis varians kadar Holoselulosa.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

2,693 4,793

1,347 0,799

1,69ns

5,14

Total 8 7,486 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 68

Kadar Alfa Selulosa Hasil analisis varians untuk mengetahui pengaruh posisi disepanjang batang terhadap kadar alfa selulosa jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis varians kadar alfa selulosa pada Tabel 7. menunjukan bahwa posisi dalam batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar alfa selulosa. Hal ini ditandai dengan nilai F tabel pada taraf kepercayaan 95 %, yaitu 5,14 lebih besar dari F hitung, yaitu 1,54. karena posisi dalam batang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alfa selulosa maka tidak dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD. Melihat hasil analisis varians pada Tabel 7. dan hasil pengamatan

Tabel 1. menunjukan bahwa rata-rata kadar alfa selulosa jenis bambu Wulung yang diteliti mempunyai nilai yang terbesar pada posisi pangkal, yaitu sebesar 47,283 % dan yang terkecil pada posisi ujung batang sebesar 45,813 %. Dari nilai tersebut maka pola variasi kadar alfa selulosa jenis bambu Wulung menunjukan kecenderungan menurun dari pangkal ke arah ujung batang. Walaupun secara pengamatan yang dilakukan terdapat adanya perbedaan kadar alfa selulosa pada posisi batang, tetapi secara statistik perbedaan nilai kadar alfa selulosa tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, yang berarti posisi dalam batang, yaitu pangkal, tengah dan ujung batang tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar alfa selulosa bambu.

Tabel 7. Analisis varians kadar alfa selulosa.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

3,258 6,348

1,629 1,058

1,54ns

5,14

Total 8 9,606 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant Kadar Lignin Hasil analisis varians untuk mengetahui pengaruh posisi disepanjang batang terhadap kadar lignin jenis bambu Wulung disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis varians kadar lignin pada Tabel 8. menunjukan bahwa posisi dalam batang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar lignin. Hal ini ditandai dengan nilai F tabel pada taraf kepercayaan 95 %, yaitu 5,14 lebih besar dari F hitung, yaitu 0,13. karena posisi dalam batang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar lignin maka tidak dilakukan uji lanjutan menggunakan uji Tukey atau HSD.

Melihat hasil analisis varians kadar lignin Tabel 8. dan hasil pengamatan Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata kadar lignin jenis bambu Wulung yang diteliti mempunyai nilai yang terbesar pada posisi pangkal, yaitu sebesar 25,407 % dan yang terkecil pada tengah batang sebesar 25,080 %. Dari nilai tersebut maka pola variasi kadar lignin jenis bambu Wulung menunjukan kecenderungan meningkat pada pangkal, kemudian menurun pada posisi tengah dan meningkat lagi ke arah ujung batang. Walaupun secara pengamatan yang dilakukan terdapat adanya perbedaan kadar lignin pada posisi batang, tetapi secara statistik perbedaan kadar lignin tersebut tidak

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 69

menunjukan perbedaan yang nyata, yang berarti posisi dalam batang, yaitu pangkal, tengah dan ujung batang tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar lignin bambu yang diteliti.

Sedangkan secara umum kadar lignin jenis bambu Wulung yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 24.180 % sampai 25,960 %.

Tabel 8. Analisis varians kadar lignin.

Sumber Variasi db Jumlah

Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung

Ftabel 95 %

Perlakuan Sisa

2 6

0,176 3,975

0,088 0,663

0,13ns

5,14

Total 8 4,151 Keterangan : 95 % = taraf kepercayaan 95 % (0,05) ns = non significant s = significant

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitin, analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan yaitu Rata-rata kadar ekstraktif yang larut dalam air panas, air dingin dan alkohol benzen yang terbesar terdapat pada posisi pangkal batang yang berturut-turut sebesar 6,707 %, 4,950 % dan 3,473 %, serat yang terkecil terdapat pada posisi ujung batang yang berturut-turut sebesar 5,627 %, 3,310 % dan 2,740 %. Sedangkan rata-rata kadar holoselulosa, alfa selulosa dan lignin yang terbesar terdapat pada posisi pangkal batang yang berturut-turut sebesar 75,903 %, 47,283 % dan 25,407 %, serta yang terkecil terdapat pada posisi ujung batang untuk rata-rata kadar holoselulosa dal alfa selulosa yang berturut-turut sebesar 74,623 % dan 45,813 %. Kecuali rata-rata kadar lignin yang terkecil terdapat pada posisi tengah batang, yaitu sebesar 25,080 %, dari nilai rata-rata sifat kimia bambu jenis Wulung maka pola variasi kadar ekstraktif yang larut dalam air panas, air dingin, alkohol benzen, kadar holoselulosa dan alfa selulosa mempunyai kecenderungan

meningkat pada posisi pangkal dan menurun pada posisi tengah batang, kemudian meningkat pada posisi ujung batang, secara umum kadar ekstraktif yang larut dalam air panas, air dingin dan alkohol benzen berkisar antara yang berturut-turut sebesar 4,980 % samapi 6,940 %, 2,190 % sampai 5,860 % dan 2,350 % sampai 4,090 %. Sedangkan kadar holoselulosa, alfa selulosa dan lignin berkisar antara yang berturut-turut sebesar 73,140 % sampai 76,330 %, 43,990 % sampai 47,700 % dan 24,180 % sampai 25,960 %, hasil analisis varians terhadap kadar ekstraktif yang larut dalam air dingin, alkohol benzen, kadar holoselulosa, alfa selulosa dan lignin, ternyata tidak terdapat pengaruh yang nyata terhadap posisi dalam batang bambu jenis Wulung. Tetapi untuk hasil analisis varians kadar ekstraktif yang larut dalam air panas terdapat pengaruh yang nyata dari posisi dalam batang pada taraf kepercayaan 95 %. Dan berdasarkan hasil uji Tukey ternyata posisi pangkal dan ujung berbeda nyata, tetapi posisi batang tidak berbeda nyata terhadap kadar ekstraktif yang larut dalam air panas.

PENGARUH POSISI PADA (29):61-70

Jurnal Hutan Tropis Volume 11 No. 29, Edisi Maret 2010 70

Saran Berhubungan dengan kesimpulan diatas maka dapat disarankan untuk melengkapi dari penelitian ini diperlukan penelitian

lanjutan yang lebih mendalam mengenai tempat tumbuh bambu jenis Wulung yang meliputi jenis tanah dan iklim yang diperkirakan berpengaruh perhadap sifat kimia bambu.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Inventarisasi Potensi Bambu di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berlian, N. dan Esti Rahayu. 1995. Bambu. Budi Daya dan Prospek Bisnis. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Fengel, D. dan G. Wagener. 1989. Wood, Chemistry,

Ultrastructure, Reactions. De Gruyter.

Liese, W. 1985. Anatomy and Properties of Bamboo. Dalam Recent Research on Bamboo. IDRC. Canada.

Panshin, A.J dan Carl de Zeeuw. 1980. Texbook of Wood Technology. Fourth Edition. McGraw-Hill Book Company.

Sutigno, P. 1994. Beberapa Hasil Penelitian Sifat dan Pengolahan Bambu. Dalam Strategi Penelitian Bambu Indonesia. Yayasan Bambu Lingkungan Lestari. Bogor.