10
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Pemeriksaan buta warna B. Waktu, Tanggal Praktikum Selasa, 25 Maret 2014 C. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui fungsi retina sebagai reseptor cahaya mempunyai kepekaan terhadap warna tertentu 2. Dapat melakukan pemeriksaan buta warna D. Dasar Teori Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen- pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001). Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda.

BUTAWARNA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Judul PraktikumPemeriksaan buta warnaB. Waktu, Tanggal PraktikumSelasa, 25 Maret 2014C. Tujuan Praktikum1. Mengetahui fungsi retina sebagai reseptor cahaya mempunyai kepekaan terhadap warna tertentu2. Dapat melakukan pemeriksaan buta warnaD. Dasar TeoriPenglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu, memancarkan cahaya. Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001). Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen terutama cis aldehida A2. Penglihatan warna merupakan kemampuan membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700 (Ilyas, 2008). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu. Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna dasar merah, hijau dan biru.

Beberapa jenis sel kerucut (Ilyas, 2008). :1. Sel kerucut yang menyerap long-wavelength light (red) 2. Sel kerucut yang menyerap middle- wavelength light (green) 3. Sel kerucut yang menyerap short-wavelength light (blue)Ketiga macam pigmen tersebut membuat kita dapat membedakan warna mulai dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan atau tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang bila dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya (Ilyas, 2008). Gelombang elektromagnet yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2008).Seseorang yang mampu membedakan ketiga macam warna, disebut sebagai trikromat. Dikromat adalah orang yang dapat membedakan 2 komponen warna dan mengalami kerusakan pada 1 jenis pigmen kerucut. Kerusakan pada 2 pigmen sel kerucut akan menyebabkan orang hanya mampu melihat satu komponen yang disebut monokromat. Pada keadaan tertentu dapat terjadi seluruh komponen pigmen warna kerucut tidak normal sehingga pasien tidak dapat mengenal warna sama sekali yang disebut sebagai akromatopsia (Ilyas, 2008).E. Alat Bahan1. Buku pseudo isokhromatik dan ishiharaF. Cara Kerja1. Pada ruangan dengan penerangan cukup, probandus disuruh membaca nomor atau huruf dalam gambaran-gambaran buku ishihara2. Tiap gambar harus dapat dibaca dalam waktu maksimal 10 detik3. Catat hasilnya dan tentukan kelainan yang ditemukan menurut petunjuk yang terdapat dalam buku tersebut4. Bila tidak ada yang buta warna, maka keadaan itu dapat distimulasi dengan memakai kacamata merah, hijau, atau biru dengan melihat langit selama 1 hari5. Kemudian segera disuruh membaca gambar-gambar dalam buku ishihara

BAB IIHASIL DAN PEMBAHASANA. HasilB. PembahasanC. Aplikasi Klinis1. Buta Warna Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna.. Buta warna merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki satu atau lebih sel kerucut pada mata. Seseorang yang menderita buta warna sebagian besar disebabkan oleh faktor genetic. Selain itu, buta warna juga dapat disebabkan oleh Shaken Baby Syndrome, cedera atau trauma pada otak dan retina. Berdasarkan istilah Yunani buta warna disebut sebagai protos (pertama, merah), deutros (kedua, hijau), dan tritos (ketiga, biru). Buta warna karena herediter dibagi menjadi tiga: monokromasi (buta warna total), dikromasi (hanya dua sel kerucut yang berfungsi), dan anomalus trikromasi (tiga sel kerucut berfungsi, salah satunya kurang baik). Dari semua jenis buta warna, kasus yang paling umum adalah anomalus trikromasi, khususnya deutranomali, yang mencapai angka 5% dari pria. Sebenarnya, penyebab buta warna tidak hanya karena ada kelainan pada kromosom X, namun dapat mempunyai kaitan dengan 19 kromosom dan gen-gen lain yang berbeda. Beberapa penyakit yang diturunkan seperti distrofi sel kerucut dan akromatopsia juga dapat menyebabkan seseorang menjadi buta warna ( Handayani., 2011).Buta warna umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding dengan perempuan dengan perbandingan 20:1. Buta warna mempengaruhi 13% populasi umum. Saat ini di Eropa sekitar 8-12% pria dan 0,5-1% wanita menderita buta warna. Penelitian lain menyatakan 1 dari 12 orang pria menderita buta warna. Sedangkan wanita hanya 1 dari 200 orang saja yang menderita buta warna (Rahmadi, 2009). Di Australia buta warna terjadi pada 8% laki-laki dan hanya sekitar 0,4% pada perempuan. Sekitar 8% wanita pembawa sifat buta warna (color blindness carrier). Kelainan buta warna didapat (buta warna biru kuning) memiliki pengaruh sama antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 didapatkan bahwa prevalensi nasional Buta Warna adalah 0,7 %. Sebanyak 6 provinsi mempunyai prevalensi buta warna di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat ( Handayani, 2011).Klasifikasi Buta warna, diantaranya ( Handayani, 2011) :a) Anomalous trichromacy Anomalous trichromacy adalah gangguan penglihatan warna yang dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau kerusakan pada mata setelah dewasa. Penderita anomalous trichromacy memiliki tiga sel kerucut yang lengkap, namun terjadi kerusakan mekanisme sensitivitas terhadap salah satu dari tiga sel reseptor warna tersebut. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna akan tetapi dengan interpretasi berbeda daripada normal. b) Dichromacy Dichromacy adalah jenis buta warna di mana salah satu dari tiga sel kerucut tidak ada atau tidak berfungsi. Akibat dari disfungsi salah satu sel pigmen pada kerucut, seseorang yang menderita dikromatis akan mengalami gangguan penglihatan terhadap warna-warna tertentu. Dichromacy dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pigmen yang rusak: 1. Protanopia adalah salah satu tipe dichromacy yang disebabkan oleh tidak adanya photoreceptor retina merah. Pada penderita protonopia, penglihatan terhadap warna merah tidak ada. Dichromacy tipe ini terjadi pada 1 % dari seluruh pria. Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau sehingga sering dikenal dengan buta warna merah - hijau. 1. Deutranopia adalah gangguan penglihatan terhadap warna yang disebabkan tidak adanya photoreceptor retina hijau. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam membedakan hue pada warna merah dan hijau (red-green hue discrimination). 1. Tritanopia adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki short-wavelength cone. Seseorang yang menderita tritanopia akan kesulitan dalam membedakan warna biru dan kuning dari spektrum cahaya tanpak. Tritanopia disebut juga buta warna biru-kuning dan merupakan tipe dichromacy yang sangat jarang dijumpai.c). Monochromacy Monochromacy atau akromatopsia adalah keadaan dimana seseorang hanya memiliki sebuah pigmen cones atau tidak berfungsinya semua sel cones. Pasien hanya mempunyai satu pigmen kerucut (monokromat rod atau batang). Pada monokromat kerucut hanya dapat membedakan warna dalam arti intensitasnya saja dan biasanya 6/30. Pada orang dengan buta warna total atau akromatopsia akan terdapat keluhan silau dan nistagmus dan bersifat autosomal resesif. ( Handayani., 2011).

Pada setiap penderita buta warna, gejala yang dialami masing masing orang akan berbeda-beda, namun dapat mencakup kesulitan melihat warna dan kecerahan warna dengan cara biasa serta penderita terkadang tidak mampu untuk membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lainnya. Seringkali, gejala awal timbulnya buta warna begitu ringan, sehingga pasien kadang tidak tersadar bahwa orang mereka menderita buta warna. Orang tua mungkin melihat tanda-tanda awal terjadinya buta warna pada anak mereka ketika seorang anak sudah mulai belajar mengenal dan mengetahui tentang warna. Pada kasus berat, dapat pula ditemukan nistagmus. Tidak ada cara untuk mengobati buta warna, karena ia bukan penyakit melainkan cacat mata. Bisa jadi seorang buta warna akan merasa tersiksa dengan keadaan ini. Sehingga, orang yang buta warna mungkin tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan untuk melihat warna akurat. Misalnya, pegawai pemasang kabel listrik, pelukis, desainer baju, dan koki. (Vorvick et al.,2011)1. Buta Warna Merah HijauSel kerucut berfungsi sebagai reseptor untuk penglihatan warna. Sel kerucut mempunyai 3 pigmen yang memiliki sensitivitas spektrum yang berbeda, yaitu: merah, hijau,biru. Kehilangan pigmen tertentu secara total atau parsial akan menyebabkan buta warna merah(protanomali atau protanopia), buta warna hijau (deuteroanomali atau deuteroanopia), atau buta warna biru (tritanomali atau tritanopia) (Silbernagl, 2012).Buta warna merah-hijau merupakan kelainan genetik yang terkait dengan pewarisan resesif terkait X. Hal tersebut karena pigmen merah dan hijua terletak pada kromosom X. Kelainan ini terjadi lebih banyak pada laki-laki, diturunkan oleh wanita karena pembawa sifat ke anak laki-lakinya, dan tidak diturunkan dari ayah ke anak laki-lakinya (Whitcher, 2012).

Gambar 2. Buta warna hijau- Merah (Silbernagl, 2012)

BAB IIIKESIMPULAN1. Buta warna merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki satu atau lebih sel kerucut pada mata. Seseorang yang menderita buta warna sebagian besar disebabkan oleh faktor genetic.2. Tambahin dari hasil dan pembahasan ya