Upload
moomiji
View
241
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
11
Citation preview
1
REFLEKSI KASUS
ILEUS OBSTRUKTIF PARTIAL ET CAUSA ADHESI
Diajukan untukMemenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Bedahdi RSUD RAA Soewondo Pati
Disusun oleh:
Satri Ponco Aji Nugroho 01.210.6272
Zahra Fitratunnisa 01.209.6054
Pembimbing:
dr. Widi Antono, Sp. B, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RSUD RAA SOEWONDO
PATI
2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : Satrio Ponco Aji Nugroho 012106272
Zahra Fitratunnisa 012096054
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
BIDANG PENDIDIKAN : ILMU BEDAH
PEMBIMBING : dr. Widi Antono, Sp.B, M.Kes
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal Desember 2014
Pembimbing
dr. Widi Antono, Sp.B, M.Kes
3
BAB I
PENDAHULUAN
Adhesi peritonium merupakan suatu tantangan klinis penting dalam operasi
gastrointestinal sebagai komplikasi dari iritasi peritonium baik karena infeksi
ataupun trauma pembedahan. Adhesi peritonium dianggap sebagai penyembuhan
yang patologis setelah cedera peritonium, terutama karena tindakan pembedahan.
Keseimbangan antara deposisi dan degradasi fibrin sangat penting dalam
menentukan penyembuhan peritonium normal atau pembentukan adhesi. (Fang,
2010; Binda,2006; Binda,2009)
Pembentukan adhesi peritonium merupakan komplikasi yang sering terjadi
setelah operasi laparotomi. Angka kejadian adhesi peritonium pasca laparotomi
berkisar antara 67% hingga 93%.2
Adhesi peritonium merupakan penyebab
morbiditas yang tinggi pasca tindakan pembedahan meskipun bertahun-tahun
kemudian setelah tindakan awal pembedahan. 40% kasus obstruksi disebabkan
oleh adhesi peritonium. Adhesi peritonium juga dapat menyebabkan nyeri panggul
kronik pada 20%-50% kasus. Adhesi pada daerah panggul juga berperan terhadap
kejadian infertilitas pada 15% sampai 40% kasus.(Arung,2011)
Adhesi peritonium memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Diperkirakan
di Amerika Serikat terdapat 117 rawat inap yang berkaitan dengan adhesi per
100.000 orang. Di beberapa negara Eropa, biaya medis untuk penanggulangan
adhesi lebih dari pengeluaran biaya medis bedah untuk kanker lambung dan hampir
sebanyak untuk kanker kolorektal. Adhesi pasca operasi memiliki dampak
ekonomi yang mendalam, termasuk prosedur bedah itu sendiri, rawat inap,
penyembuhan, dan kehilangan produktivitas. Dengan demikian, mengembangkan
strategi yang efektif untuk pencegahan adhesi dapat membantu mengurangi biaya
manajemen, morbiditas, dan mortalitas yang tidak perlu. (Pismensky et al,2011)
Mekanisme yang mendasari terjadinya adhesi peritonium belum diketahui
secara jelas. Patogenesis dari pembentukan adhesi dapat dipengaruhi oleh tiga
4
faktor utama; (I) Inhibisi dari sistem fibrinolitik dan degradasi matrix extraseluler,
(II) induksi dari respon inflamasi, dan (III) hipoksia jaringan. (Pismensky, 2011)
Atas dasar pemaparan di atas penyusun akan memaparkan refleksi kasus pada
pasien dengan ileus obstruktif et causa adhesi post laparotomy yang penyusun
tekankan di RSUD RAA Soewondo Pati.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
I. ANAMNESIS
A. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Geritan 4/1, Pati
No. RM : 042788
Ruang : Gading
Tanggal Masuk : 25 November 2014
Tanggal Keluar : 1 Desember 2014
B. Data dasar :
1. Anamnesis
Keluhan Utama: nyeri perut
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut. Keluhan ini dirasakan kurang lebih
5 hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien pernah menjalani
operasi pada perut sebanyak 2 kali pada tahun 2011 di RS.X. Ketika akan
pulang pasien di edukasi perawat ruangan untuk istirahat, tidak melakukan
aktifitas fisik yang berat, menjaga kebersihan terutama pada luka post operasi
dan kontrol ke poli bedah umum. Namun pasien mengaku setelah pulang dari
RS pasien jarang melakukan kontrol ke poli bedah umum. Pasien hanya
melakukan kontrol 1x di poli bedah umum. 5 hari SMRS pasien mengeluh
nyeri perut, tidak bisa kentut, tidak bisa BAB, mual, dan muntah sebanyak 3x.
Oleh sebab itu pasien dibawa ke IGD RSUD RSUD RAA Soewondo Pati
6
b) Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat sakit seperti ini (+)
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat Penyakit Jantung (-)
- Riwayat Operasi (Laparotomi 3 tahun yang lalu)
- Riwayat Alergi (-)
- Riwayat Gastritis (-)
c) Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga menderita penyakit serupa (-)
- Riwayat Hipertensi keluarga (-)
- Riwayat DM keluarga (-)
- Riwayat Penyakit Jantung keluarga (-)
d) Riwayat Sosial Ekonomi
- Pasien sehari-hari beraktifitas sebagai ibu rumah tangga.
- Saat ini, pasien berobat dengan biaya dari BPJS PBI
- Kesan ekonomi : Kurang
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan di Bangsal Gading pada tanggal 25 November 2014 :
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, kesan gizi kurang
2. Status Gizi
BB: 46 kg
TB: 158 cm
BMI= 18.4 kg/m2
Kesan: underweight
3. Tanda Vital
7
Tensi : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 38° C (peraxiller)
4. Kulit
Ikterik (-), petekie (-), turgor cukup, hiperpigmentasi(-), kulit kering (-), kulit
hiperemis (-), pitting edema (-)
5. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah dicabut (-), luka (-)
6. Wajah
Simetris, moon face(-)
7. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-) ,mata cekung (-/-), perdarahan
subkonjungtiva(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+) normal, arcus
senilis (-/-), katarak (-/-)
8. Telinga
Sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-),
9. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
10. Mulut
Sianosis (-), bibir kering (-), beslah lidah (-), stomatitis (-), mukosa basah (-) gusi
berdarah (-), lidah kotor (-), lidah hiperemis (-), lidah tremor (-), papil lidah
atrofi (-) di bagian tepi
11. Leher
Simetris, trachea di tengah, KGB membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan
(-), JVP (-)
12. Thoraks-paru
INSPEKSI ANTERIOR POSTERIOR
STATIS - RR 24x/menit,
- Hiperpigmentasi (-),
- Spider nevi (-),
- RR 24x/menit,
- Hiperpigmentasi (-),
- Spider nevi (-),
8
- Tumor (-), Inflamasi (-)
- Hemitoraks kanan=kiri,
- ICS Normal,
- Diameter AP < LL,
- Pernafasan thorakal
- Tumor (-), Inflamasi (-)
- Hemitoraks kanan=kiri,
- ICS Normal,
- Diameter AP < LL,
- Pernafasan thorakal
DINAMISPergerakan hemitoraks
kanan=kiri
Pergerakan hemitoraks
kanan=kiri
PALPASI
- Nyeri tekan (-),
- Tumor (-)
- Sudut Arcus costae < 900
- ICS normal (+)
- Sterm fremitus kanan=kiri
- Nyeri tekan (-),
- Tumor (-)
- Sudut Arcus costae < 900
- ICS normal (+)
- Sterm fremitus kanan=kiri
PERKUSISonor di seluruh lapang
paru kanan dan kiri
Sonor di seluruh lapang
paru kanan dan kiri
AUSKULTASISuara dasar vesikuler, ronki
(-), wheezing (-)
Suara dasar vesikuler, ronki
(-), wheezing (-)
13. Thorax-Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V + 2 cm ke medial linea
midclavicula sinistra, kuat angkat (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-),
pulsus epigastric (-)
Perkusi
Batas atas : ICS II Linea Sternalis Sinistra
Pinggang jantung : ICS III Linea Sternalis Sinistra
Batas kanan bawah : ICS V Linea Sternalis Dexra
Batas kiri bawah : ICS V 2 cm medial Linea Mid Clavicula
Sinistra
Auskultasi
Katup aorta : SD I-II murni, regular
Katup trikuspid : SD I-II murni, regular
Katup pulmonal : SD I-II murni, regular
Katup mitral : SD I-II murni, reguler
9
HR : 80 x/menit, reguler
14. Abdomen
15. Genitourinaria
Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Ekstremitas
PF - Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill < 2 detik < 2 detik
Reflek fisiologis +/+ +/+
Ikterik -/- -/-
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil Laboraturium 26-11-2014
Parameters Hasil Parameters Hasil
WBC 8.00 (10^3/uL) (N) HbsAg Non Reaktif
HGB 12.1 (g/dL) (N) APTT/PTTK Pasien 23.0 (N)
HCT 34.2 (%) (N) Kontrol 30.9 (N)
Wkt Perdarahan / BT 3’00 (N) PLT 299 (10^3/uL) (N)
Wkt Pembekuan / CT 5’00 (N)
Inspeksi: distensi (-), gambaran usus tak tampak, tampak gambaran bekas operasi
Auskultasi: peristaltik (+) menurun
Perkusi: pekak beralih (-), pekak sisi (-), pekak hepar dalam batas normal, hipertimpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) kuadran perut kiri bawah, nyeri tekan lepas (-), defens muscular (-)
10
Protombine Time / PT Ratio 0.98 (N)
INR 0.98 (N)
Kimia darah
Parameter Hasil Parameter Hasil
Gula Darah Sewaktu 100 mg/dl K 3.85
Ureum 19.8 mg/dl Cl 105.4
Creatinin 0.67 mg/dl SGOT 13.9
Na 140.0 SGPT 10.5
Albumin 3,9 g/dl
B. Hasil Foto Abdomen 2 posisi
Preperitoneal fat line kanan dan kiri tampak
Tampak udara kolon dan usus halus yang meningkat
Tampak gambaran coil spring
Tampak multiple air fluid level
Tampak pelebaran lumen usus
Tak tampak free air
KESAN : Gambaran ileus paralitik
DD : ileus obstruktifus
C. EKG
11
KESAN : NSR / NORMO SYNUS RHYTEM
BAB III
REFLEKSI KASUS
Adhesi dapat timbul karena operasi yang sebelumnya, atau peritonitis setempat
atau umum. Pita adhesi timbul diantara lipatan usus dan luka dan situs operasi.
Adhesi ini dapat meyebabkan obstruksi usus halus dengan menyebabkan angulasi
akut dan kinking, seringnya adhesi ini timbul beberapa tahun setelah operasi. Hal
ini dikarenakan teknik operasi yang salah atau terlalu banyak trauma pada usus
sewaktu operasi sehingga usus rusak dan terbentuk jaringan parut yang dapat
mengalami penyempitan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perlekatan
pascaoperasi yaitu status nutrisi, status penyakit lain seperti diabetes melitus dan
adanya proses infeksi yang sedang berlangsung di mana menghambat fungsi
leukosit dan fibroblas sehingga berpotensi meningkatkan terbentuknya
perlekatan.3,5 Faktor usia, jumlah prosedur operasi laparotomi sebelumnya dan
tipe serta kompleksitas operasi yang dilakukan juga mempengaruhi peningkatan
kejadian perlekatan pascaoperasi.6
Dilihat dari sosial dan ekonomi, pasien ini masyarakat yang kurang mampu
sehingga asupan nutrisi tidak terpenuhi. Hal ini dapat diketahui dari status pasien
sebagai penerima bantuan iuran (PBI). Status penyakit lain maupun proses infeksi
12
susah dideteksi dari pasien ini karena kurangnya informasi yang didapatkan. Hanya
terdapat kadar gula darah sewaktu dan tidak dapat digunakan sebagai penegakan
diagnosis diabetes mellitus. Jadi dapat disimpulkan bahwa mungkin fungsi leukosit
dan fibroblast kurang sehingga menjadi factor yang mempengaruhi adhesi usus.
Pasien memiliki riwayat laparotomy 2 kali pada kasus yang sama. Padahal
menurut penelitian teknik operasi (surgical technique) dengan laparoskopi lebih
menguntungkan dalam hal mengurangi timbulnya perlekatan pascaoperasi
dibandingkan dengan laparotomi. Hal ini karena dengan laparoskopi, pertama tidak
menyebabkan kerusakan peritoneum yang luas. Menghindari irisan pada jaringan
yang mempunyai vaskularisasi yang banyak dan meminimalisasi trauma jaringan
adalah dua prinsip untuk menghindari timbulnya perlekatan. Kedua, dengan
laparoskopi terhindar dari kontaminasi udara luar atau partikel asing se- hingga
reaksi inflamasi dan atau kontaminasi bak- teri pada peritoneum dapat dihindari.
Oleh karena itu laparoskopi lebih menguntungkan dibanding- kan laparotomi.
Ada beberapa macam usaha untuk mengurangi timbulnya perlekatan
pascaoperasi yaitu penggunaan teknik operasi yang baik dan bahan-bahan
kimia/farmakologik yang digunakan baik secara sistemik maupun lokal pada
lapang operasi yang dilakukan oleh Lower dkk (2004). Namun sekali lagi
penyusun memiliki keterbatasan untuk memiliki informasi pasien saat operasi
pertama kali.
13
BAB IV
KESIMPULAN
Dari refleksi kasus yang kita uraikan dapat disimpulkan pasien pasca operasi
laparotomi tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas berat, selalu menjaga
kebersihan badan terutama pada luka post operasi dan jangan lupa kontrol ke
dokter untuk memastikan hasil operasinya tidak ada masalah dan luka sudah
mengalami penyembuhan.
Tenaga kesehatan juga harus membantu dan memotivasi pasien untuk
mengontrolkan diri ke rumah sakit agar tahu seberapa jauh proses pnyembuhannya
dan agar penyembuhan penyakitnya sesuai dengan yang diharapakan.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Arung W, Meurisse M, Detry O. Pathophysiology and prevention of postoperative peritoneal adhesions. World J Gastroenterol. 2011 November ; 17(41): 4545-53
2. Binda MM, Molinas CR, Hansen P, Koninckx PR. Effect of desiccation and temperature during laparoscopy on adhesion formation in mice. Fertility and Sterility. 2006; 86: 166-74
3. Binda MM, Koninckx PR. Prevention of adhesion formation in a laparoscopic mouse model should combine local treatment with peritoneal cavity conditioning. Human Reproduction. 2009; 24(6): 1473–79
4. Binda MM, Molinas CR, Mailova K, Koninckx PR. Effect of temperature upon adhesion formationin a laparoscopic mouse model. Human Reproduction. 2004; 19 (11): 2626–32
5. Cheong YC, Laird SM, Shelton JB, Ledger WLI, Cooke ID. Peritoneal healing and adhesion formation/reformation. Human Reproduction Update. 2001; 7(6):556-66
6. De Cherney AH, diZerega GS. Clinical problem of intraperitoneal postsurgical adhesion formation following general surgery and the use of adhesion prevention barriers. Surg Clin North Am 1997; 77:671–88
7. Fang CC, Chou TH, Lin GS, Yen ZS, Lee CC, Chen SC. Peritoneal infusion with cold saline decreased postoperative intra-abdominal adhesion formation. World J Surg. 2010; 34:721-7
15
8. Liakakos T, Thomakos N, Fine PM, Dervenis C, Young RL. Peritoneal adhesions: etiology, pathophysiology, and clinical significance. Dig Surg 2001; 18:260–73
9. Lower AM, Hawthorn RJ, Ellis H, O'Brien F, Buchan S, Crowe AM. The impact of adhesions on hospital readmissions over ten years after 8849 open gynaecological operations: an assessment from the Sur- gical and Clinical Adhesions Research Study. BJOG 2000; 107:855–62
10. Month FJ, Shimanuki T, diZerega GS. Postsurgical mesothelial reme- sothelialization. In: de Cherney AH, Polan ML (eds). Reproductive- Surgery: Chicago, IL: Year Book, Medical Publishers;1986.p.31–47