29
catatan kuliah ku Selasa, 11 Maret 2014 ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan dosis

Catatan Kuliah Ku

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Catatan Kuliah Ku

catatan kuliah ku

Selasa, 11 Maret 2014

ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

ASKEP KERACUNAN MAKANAN DAN CONTOH KASUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar belakang

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia

yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan makanan bila

seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi

kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang paling sering

mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui

makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan

itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.

Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung /

inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup dengan

dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu / lebih organ

atau jaringan.

Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan

peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan

berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan

penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya atau

yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.

Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang

menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat

Page 2: Catatan Kuliah Ku

menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia

karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :

a.         Pertumbuhan Badan

b.        Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak

c.         Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh

d.        Di perlukan untuk berkembang biak

e.         Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas

Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut

mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun , makanan

yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung

mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION )

1.2         Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas, dapat kami berikan perumusan masalah dalam makalah ini

yakni sebagai berikut:

1.        Bagaimana konsep penyakit keracunan itu?

2.        Dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien keracunan menurut teoritis?

1.3         Tujuan

1.        Tujuan Umum

Setelah di lakukan pembelajaran dan seminar di harapkan mahasiswa faham tentang Asuhan

Keperawatan Keracunan

2.        Tujuan Husus

        Mengetahui dan memahami macam – macam zat racun yang biasa terdapat di masyarakat

        Terampil dalam menangani kasus – kasus keracunan akut maupun kronik

        Mampu memutuskan apa yang harus di lakukan pada penderita keracunan akut

        Dapat membicarakan dan membuat saran – saran tentang cara – cara untuk mencegah keracunan

umum beserta sarana yang di perlukan

Page 3: Catatan Kuliah Ku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Definisi keracunan makanan

Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung

(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme hidup

dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius fungsi satu

atau lebih organ atau jaringan ( Sartono 2001 : 1 )

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi

setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth Vol.3)

2.2         Anatomi fisiologi sistem pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak

diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a.    Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut biasanya

terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang

(molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar

ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan

Page 4: Catatan Kuliah Ku

dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang

memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar

dan berlanjut secara otomatis.

b.    Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring

c.    Laring

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung, didepan ruas tulang belakang

d.   Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan

mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan

menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso –

“membawa”, dan phagus – “memakan”)

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

      bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

      bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

      serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

e.    Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri

dari 3 bagian yaitu:

      Kardia

Page 5: Catatan Kuliah Ku

      Fundus

      Antrum.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat

penting :

      Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan

pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak

lambung.

      Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna

memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap

infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

         Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

f.     Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara

lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang

diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga

melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M

sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong

(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

g.    Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

         Kolon asendens (kanan)

         Kolon transversum

         Kolon desendens (kiri)

Page 6: Catatan Kuliah Ku

         Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan

dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.

Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa

menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang

bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

h.    Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu

kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus

besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar

herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang

kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

i.      Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ

ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan

apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga

abdomen).

Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai

cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi

apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di

pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

j.      Rektum dan anus

Page 7: Catatan Kuliah Ku

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)

dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari

tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari

usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh

melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

k.    Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu

menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak

pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

l.      Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki

berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.

Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi

dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia

juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.

m.  Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang

dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada

manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan

karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ

ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki

2 fungsi penting yaitu:

      Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

Page 8: Catatan Kuliah Ku

      Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang

berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.3         Etiologi

Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai

yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :

1.        Mikroba

Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :

a.    Escherichia coli patogen

b.    Staphilococus aureus

c.    Salmonella

d.   Bacillus Parahemolyticus

e.    Clostridium Botulisme

f.     Streptokkkus

2.        Bahan Kimia

a.    Peptisida golongan organofosfat

b.    Organo Sulfat dan karbonat

3.        Toksin

a.    Jamur

b.    Keracunan Singkong

c.    Tempe Bongkrek

d.   Bayam beracun

e.    Kerang

2.4         Patofisiologi

Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia,

mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik shingga

terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan

Page 9: Catatan Kuliah Ku

menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi

darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah

di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat . Makanan yang

mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi ) enzim asrtikolinesterase

tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH)

dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi

dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat

– tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan

menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi

SSP )

mual muntahdevisit volume cairan

perubahan perfusi jaringankekurangan O2

(Hipoksia)G3

organ2 tubuhHCL

meningkat

Iritasi pada Lambungpola napas

tidak efektif

penurunan kesadaran & depresi cardiovaskuler

Distress pernapasa

Page 10: Catatan Kuliah Ku

n

Depresi SSP (sistem saraf

pusat)

Racun masuk kedalam darah, paru, hati & ginjal

Faktor Penyebab (bahan kimia/kuman)

patoflow

enzim asrtikolinesteras

e tubuhTerlambat anoreksia

penurunan kesadara Perubahan nutrisi kurang dari keb. Tubuh n & depresi

cardiovaskuler

Page 11: Catatan Kuliah Ku

Obstruksi trakheobronke

al 

2.5         Manifestasi

1.        Gejala yang paling menonjol meliputi

a.    Kelainan Visus

b.    Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat

c.    Gangguan Saluran pencernaan

d.   Kesukaran bernafas

2.        Keracunan ringan

a.    Anoreksia

b.    Nyeri kepala

c.    Rasa lemah

d.   Rasa takut

e.    Tremor pada lidah dan kelopak mata

f.     Pupil miosis

3.        Keracunan sedang

a.    Nausea

b.    Muntah – muntah

c.    Kejang dan kram perut

d.   Hipersalifa

e.    Hiperhidrosis

f.     Fasikulasi otot

Page 12: Catatan Kuliah Ku

g.    Bradikardi

4.        Keracunan berat

a.    Diare

b.    Reaksi cahaya negatif

c.    Sesak nafas

d.   Sianosis

e.    Edema paru

f.     Inkontinensia urine dan feses

g.    Kovulsi

h.    Koma

i.      Blokade jantung akhirnya meninggal

2.6         Komplikasi

1.        Kejang

2.        Koma

3.        Henti jantung

4.        Henti napas (Apneu)

5.        Syok

2.7         Pemeriksaan penunjang

1.        BGA

2.        Laboratorium

Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk memastikan

diagnosis keracuna IFO akut / kronik .Keracunan Akut : Ringan 40 – 70 %

         Sedang 20 – 40 %

         Berat <>

         Keracunan kronik : Apabila kadar KhE menurun sampai 25–50%.

3.        Pathologi Anatomi

Page 13: Catatan Kuliah Ku

Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di

temukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ lainnya.

2.8         Penatalaksanaan

1.        Tindakan Emergensi

Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi

Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan tidak

adekuat

Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi

jaringan.

2.        Resusitasi

Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus dextrose 5%

kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan, hindari obat – obatan

depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan

buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.

Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan meniup face masuk atau menggunakan alat bag –

valve – mask.

3.        Identifikasi penyebab

Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari penyebab

keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang harus segera di

lakukan.

4.        Mengurangi absorbsi

Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang muntah,

menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan membersihkan usus

5.        Meningkatkan eliminasi

Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis multipel

karbon aktif, dialisis dan hemoperfus

2.9         Pemeriksaan diagnostik

1.        Pemeriksaan laboratorium

Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.

Page 14: Catatan Kuliah Ku

2.        Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum (termasuk

kalsium (N: 9-11 mg/dl)).

3.        Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

4.        Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya

gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,

takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor

predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia,

nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar

jantung iskemik.

2.10     Pencegahan

1.        Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan pemanasan

makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5 menit, selain itu spora

juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C

2.        Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan anak –

anak

3.        Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya

4.        Hindari pemakaian botol / kaleng bekas

5.        Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obatan

6.        Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

2.11     ASUHAN KEPERAWATAN

A.  PENGKAJIAN

1.    Pemeriksaan fisik

a)    Keadaan umum

Kesadaran menurun

b)   Pernafasan

Nafas tidak teratur

c)    Kardiovaskuler

Page 15: Catatan Kuliah Ku

Hipertensi, nadi aritmia.

d)   Persarafan

Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise

e)    Gastrointestinal

Muntah, diare

f)    Integumen

Berkeringat

g)   Muskuloskeletal

Kelelahan, kelemahan

h)   Integritas Ego

Gelisah, pucat

i)     Eliminasi

Diare

j)    s elaput lendir

Hipersaliva

k)   Sensori

Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B.     DIAGNOSA

1.    Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal

2.    Defisit volume cairan b.d muntah, diare

3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

4.    Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C.    INTERVENSI

1.    Devisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal

dan paru bersih

Kriteria hasil : suara nafas normal

Intervensi Rasional

  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan   untuk mengetahui pola nafas, dan

Page 16: Catatan Kuliah Ku

ekspansi dada

  Tinggikan kepala dan bantu mengubah

posisi

  Dorong atau bantu klien dalam

mengambil nafas dalam

keadaan dada saat bernafas

  untuk memberikan kenyamanan dan

memberikan posisi yang baik untuk

melancarkan respirasi

  untuk membantu melancarkan pernafasan

klien

2.    Defisit volume cairan b.d muntah, diare

Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat

Intervensi Rasional

  Awasi intake dan output, karakter serta

jumlah feses

  Observasi kulit kering berlebihan dan

membran mukosa, penurunan turgor

kulit

  Kolaborasi pemberian cairan paranteral

sesuai indikasi

  untuk mengetahui pemasukan dan

pengeluaran kebutuhan cairan klien

  untuk mengetahui apakah klien

kekurangan cairan dengan mengamati

sistem integuman.

  untuk membantu menormalkan kembali

cairan tubuh klien

3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia

Tujuan : nutrisi adekuat

Intervensi Rasional

  Catat adanya muntah

  Berikan makanan dengan porsi sedikit

tapi sering

  Berikan makanan halus, hindari makanan

kasar sesuai indikasi

  untuk mengetahui frekuensi cairan yang

keluar pada saat klien muntah

  untuk membantu klien agar tidak

kekurangan nutrisi

  untuk membantu klien agar dapat

mencerna makanan dengan lancar serta

tidak lagi mengalami mual, muntah

Page 17: Catatan Kuliah Ku

  Kolaborasi pemberian antisida sesuai

indikasi

  untuk mengurangi nyeri pada abdomen

4.    Gangguan perfusi jaringan b.d kekuranagn O2

Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan

Intervensi Rasional

  Observasi warna & suhu kulit atau

membran mukosa

  Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya

kualitas nadi

  Kolaborasi pemberian cairan (IV/peroral)

sesuai indikasi

  untuk mengetahui apakah klien

mempunyai alergi kulit

  untuk mengetahui apakah klien

mengalami takikardi/bradikardi dan

kekuatan pada ekstremitas

  untuk menetralkan intake kedalam tubuh

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN

KERACUNAN MAKANAN

kasus :

Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien

mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi klien

mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari hasil

pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB semula 55

Page 18: Catatan Kuliah Ku

kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu : 360C (36,5-

37,5 0C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi sebelumnya.

A.           PENGKAJIAN

1.        Identitas klien

Nama klien : Tn. A

Usia : 26 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal masuk : 14 febuari 2014

No. Register : 0903055

Diagnosa medik : Keracunan Makanan

2.        Keluhan utama

Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe, pusing.

3.        Airway

Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan dangkal

4.        Breathing

Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman : dangkal.

RR : 23 x/ menit.

5.        Circulation

Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary refill : <2

dtk="" sianosis="" span="" terdapat="" tidak="">, EKG menunjukkan sinus bradikardia.

6.        Disability

Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2

7.        Tingkat kesadaran somnolen.

Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien

8.        Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek.

9.        Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit.

10.    Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan klien.

Page 19: Catatan Kuliah Ku

11.    Anamnesa singkat

Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.

12.    Pemeriksaan head to toe

  Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.

  Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya kunjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik.

  Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran

  Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.

  Wajah : wajah klien tampak simetris.

  Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.

  Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid

  Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal, HR 55x/menit,

suara jantung s1 dan s2 tunggal.

  Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar, peristaltik

usus 8x/mnit, perkusi hipertimpani.

13.    Pemeriksaan tanda-tanda vital:

  Tekanan darah : 100/60 mmHg

  BB : 45 kg (BB semula 55 kg)

  Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)

  RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)

  Suhu : 360C (36,5-37,5 0C)

B.            Diagnosa

1.    Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

2.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat ( Anoreksia,

Mual dan Muntah )

C.           Intervensi

TGL/JAM

TUJUAN & KRITERIA HASIL

INTERVENSI

14 Juni

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan 1 x 24 jam

1.    Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi

dada sesuai indikasi

Page 20: Catatan Kuliah Ku

2013 diharapkan bersihan jalan

nafas menjadi efektif dengan

kriteria hasil:

NOC 1 : Status Pernapasan :

Pertukaran Gas tidak akan

terganggu di buktikan

dengan :

Kesadaran composmentis,

TTV menjadi normal,

pernafasan menjadi normal

yaitu tidak mengalami nafas

dangkal

2.    Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan

3.    Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.

4.    Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa

terjadi

5.    Monitor respon alergi selama 24 jam

6.    Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen

7.    Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif

8.    Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi

9.        Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat

anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan

laboratorium: AGD

14 Juni 2013

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 1 x 24

jam pemenuhan nutrisi dapat

adekuat/terpenuhi dengan

kriteria hasil :

Status Gizi Asupan

Makanan dan Cairan

ditandai pasien nafsu makan

meningkat, mual dan muntah

hilang, pasien tampak segar

Status

Gizi; Nilai Gizi terpenuhi

dibuktikan dengan BB

meningkat, BB tidak turun.

Pengelolaan nutrisi

1.    Ketahui kesukaan makanan pasien

2.    Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

3.    Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat

4.    Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

5.    Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan

Bantuan menaikkan berat badan

1.      Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein

2.      Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan

pelengkap, pemberian makanan melalui slang.

3.      Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi

4.      Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak

dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat

Page 21: Catatan Kuliah Ku

BAB IV

PENUTUP

4.1         Kesimpulan

Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.

Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi

setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak

diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

4.2         Saran

Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat

memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga makalah

ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan

tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.