28
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan ekonomi Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya”. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57). Selain itu menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan.

Chapter IIIUH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

IHGVIUJ

Citation preview

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan ekonomi

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin

banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai

dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang

diperlukannya”.

Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu

bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi

maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan

kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan

teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan

dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat

dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).

Selain itu menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994) pertumbuhan ekonomi berpokok

pada proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi bersangkutpaut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa

dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut

perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatkan hasil produksi dan

pendapatan.

Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita. Dalam hal ini

berkaitan dengan output total (GDP) dan jumlah penduduk, karena output perkapita adalah

output total dibagi dengan jumlah penduduk. Jadi, kenaikan output perkapita harus dianalisis

dengan melihat apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di

pihak lain, pertumbuhan ekonommi mencakup GDP total dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Dimana

pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada

dasarnya aktivitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk

menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas

jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan

meningkat.

2.1.2. Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

A. Teori Ekonomi Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-

barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.

Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor,

ahli-ahli ekonomi klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh

pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil tambahan yang

semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan

ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk

sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi

yang dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang besar. Ini

akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti

ini tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak,

pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas

setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun

kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat rendah. Apabila

keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang

(Stasionary State). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup

hidup (subsistence). Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat

tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat kekurangan

penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada pendapatan perkapita. Maka

pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila

pemduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan

mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai mengalami

penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan perkapita menjadi

semakin lambat pertumbuhannya.

Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu jumlah

penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita.

Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai nilai yang maksimum. Jumlah

penduduk pada waktu itu dinamakan penduduk optimum.

B. Teori Schumpeter

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam

menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para pengusaha

merupakan golongna yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam

kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru,

mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar suatu barang

ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan

mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi

keefisienan kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi

baru.

Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisanya

dengan memisahkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Tetapi

keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut berlaku, segolongan

pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang

menguntungkan. Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari mengadakan

pembaharuan tersebut, merekan akan meminjam modal dan akan melakukan peminjaman

modal. Investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka

pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi.

Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih

banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas

kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi

bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai tingkat “keadaan tidak

berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda dengan pandangan klasik, dalam

pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan

yang tinggi. Seperti telah diterangkan, menurut pandangan klasik tingkat tersebut dicapai

pada waktu perekonomian telah berada kembali pada tingkat pendapatan subsisten, yaitu

pada tingkat pendapatan yang sangat rendah.

C. Teori Harrod-Domar

Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah

Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini mempunyai

asumsi yaitu:

1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-

barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.

2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor

perusahaan.

3. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.

4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya

tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output Ratio atau COR)

dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Rratio atau

ICOR).

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi

tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal

yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan

investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita

kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika

ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi

tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di investasikan,

maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh.

D. Teori Neo-Klasik

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari Amerika

Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur

pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang

saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang

memungkinkan adanya substitusi antar kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dengan demikian,

syarat-syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif

disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya

fleksibilitas dalam rasio modal output dalam rasio modal tenaga kerja.

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat

menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampuri atau

mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijaksanaan fiskal dan

kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang

sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori neo-klasik.

Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya

penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan

skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar kondisi selalu

diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, perekonomian bisa

tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh

adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan

modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran

luas informasi pasar.

2.1.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yakni faktor

ekonomi dan faktor non ekonomi.

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh atau bangunnya merupakan

konsekuensi dari perubahan yang terjadi didalam faktor produksi tersebut. Beberapa factor

ekonomi tersebut akan dibahas di bawah ini.

1. Sumber Daya Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber

daya alam atau tanah. “Tanah” sebagaimana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup

sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral,

iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi,

tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara

yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat membangun dengan cepat

2. Akumulasi Modal

Faktor ekonomi kedua yang penting dalam pertumbuhan adalah akumulasi modal.

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok

modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan

modal. Dalam ungkapan Nurkse, “makna pembentukan modal adalah masyarakat tidak

melakukan saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang

mendesak, akan tetapi menggairahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal,

alat-alat, mesin-mesin, pabrik dan peralatannya”. Dalam arti ini pembentukan modal

merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal,

output nasional dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama

menuju pembangunan ekonomi.

Proses pembentukan modal bersifat kumulatif dan membiayai diri sendiri serta

mencakup tiga tahapan yang saling berkaitan. (a) Keberadaan tabungan nyata dan

kenaikannya; (b) Keberadaan lembaga keuangan dan menyalurkan ke jalur yang dikehendaki;

(c) Menggunakan tabungan untuk investasi barang modal.

Pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi. Di satu pihak ia

mencerminkan permintaan efektif, dan di pihak lain ia menciptakan efisiensi produktif bagi

produksi di masa depan. Pembentukan modal mempunyai arti penting khusus bagi Negara

kurang berkembang. Proses pembentukan modal menghasilkan kenaikan output nasional

dalam berbagai cara. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk

di Negara itu. Investasi di bidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi

juga kesempatan kerja. Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah kemajuan

teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannyamembawa ke arah spesialisasi dan

penghematan dalam produksi skala luas. Pembentukan modal membantu usaha penyediaan

mesin, alat dan perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Penyediaan

overhead social dan ekonomi seperti pengangkutan, sumber tenaga, pendidikan dan

sebagainya di negara bersangkutan dimungkinkan melalui pembentukan modal ini juga.

Pembentukan modal ini pula yang membawa kea rah penggalian sumber alam, industrialisasi

dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi kemajuan ekonomi.

3. Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi berkaitan

dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi

(komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktifitas. Dalam ekonomi

modern para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil resiko dalam

ketidakpastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia memiliki

kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. Menurut schumputer, seorang

wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan

(inovasi).

4. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam proses pertumbuhan

ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam metode produksi yang merupakan

hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan dalam teknologi telah

menaikkan prokduktifitas buruh, modal, dan sektor produksi lain.

Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan

ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah atau penyempurnaan

pengetahuan teknik; invensi; inovasi; penyempurnaan, dan penyebar luasan penemuan yang

biasanya di ikuti dengan penyempurnaan. Seperti Schumputer, ia menganggap inovasi

sebagai factor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets,

inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan biaya yang tidak menghasilkan

perubahan apapun pada kualitas produk; kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru

dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.

5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktifitas. Keduanya

membawa perekonomian kearah ekonomi skala besar yang selanjutnya membantu

perkembangan industri. Hal ini menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith

menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan ekonomi. Pembagian kerja

menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien

daripada sebelumnya.

b. Faktor Non ekonomi

Faktor non ekonomi bersama sektor ekonomi saling mempengaruhi kemajuan

perekonomian. Dalam kenyataan pada umumnya sektor non ekonomi mempengaruhi keadaan

faktor ekonomi yang dibicarakan diatas.

1. Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan

kebudayaan barat kearah penalaran (reasioning) dan skeptisme. Ia menanamkan semangat

yang menghasilkan berbagai penemuan baru, juga merubah cara pandang, harapan, struktur,

dan nilai-nilai sosial. Namun sikap sosial masyarakat yang masih tradisional dapat

menghambat berjalannya pertumbuhan ekonomi. Untuk menghilangkan sistem sosial dan

sikap masyarakat yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi, maka pemerintah harus

selalu berusaha untuk melakukan perombakan dalam sistem sosial seperti penghapusan

kekuasaan tuan tanah memberikan tanah tersebut kepada para petani yang tidak memiliki

tanah.

2. Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata tergantung pada sumber daya manusia saja tetapi

lebih menekankan pada efisiensi dari produktifitas mereka. Penduduk memiliki dua

kedudukan dalam produksi. Yaitu sebagai tenaga kerja dan juga sebagai konsumen. Sehingga

jumlah penduduk yang besar disatu sisi memiliki dampak yang baik dalam pertumbuhan

ekonomi karena dengan jumlah penduduk yang besar tentunya dapat memperluas pangsa

pasar produksi namun jumlah penduduk yang terlalu banyak tanpa diimbangi produktifitas

yang tinggi dapat menjadi problem bagi suatu negara dimana dapat menimbulkan

pengangguran. Namun apabila pertambahan jumlah penduduk tersebut disertai dengan mutu

yang tinggi serta berketerampilan maka dapat mengurangi resiko meningkatnya

pengangguran.

Selain itu problem pengangguran, masalah lain yang dapat muncul akibat dari

pertambahan jumlah penduduk yang tinggi adalah tidak seimbangnya jumlah penduduk yang

ada dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Akibat dari keseimbangan ini

produktifitas marjinal penduduk akan rendah sekali atau negatif. Apabila didalam

perekonomian sudah berlaku keadaan dimana pertambahan kerja tidak dapat menaikkan

produksi yang tingkatnya lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penduduk, maka pendapatan

per kapita akan menurun. Dengan demikian penduduk yang berlebihan akan menimbulkan

kemerosotan atas kemakmuran masyarakat.

3. Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi modern.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju merupakan hasil dari stabilitas politik dan

administrasi yang kokoh.

2.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah untuk

mengukur kinerja perekonomian.

2.2.1. Metode Perhitungan PDRB

1. Metode Langsung

A. Pendekatan produksi

Pendekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung netto barang dan jasa

yang di produksi oleh seluruh sektor ekonomi selama setahun disemua wilayah. Barang dan

jasa yang di produksi ini dimulai dari harga produsen yaitu harga yang belum termasuk biaya

transport dan pemasaran karena biaya transport akan dihitung sebagai pendapatan sektor

transport, sedang biaya pemasaran akan dihitung sebagai pendapatan sektor perdagangan.

Nilai barang dan jasa pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto (NPB),

sebab masih termasuk didalamnya biaya-biaya barang dan jasa-jasa yang dipakai dan dibeli

dari sektor lain.

Untuk menghindari perhitungan dua kali (double account), maka biaya-biaya barang

dan jasa-jasa harus dikeluarkan sehingga diperoleh nilai produksi netto atau disebut juga nilai

tambah bruto (termasuk penyusutan dan pajak tidak langsung).

B. Pendekatan Pendapatan

PDRB dirumuskan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi

(berupa gaji dan upah, bunga, sewa dan laba) yang ikut serta dalam proses produksi suatu

wilayah/region dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, berdasarkan pengertian

diatas, maka NTB adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, anak

keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

C. Pendekatan Pengeluaran

PDRB dihitung jumlah seluruh komponen pengeluaran akhir, meliputi pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan swasta yang tidak mencari keuntungan, pengeluaran konsumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto serta ekspor netto (yaitu ekspor

dikurangi impor) didalam suatu wilayah/region dengan jangka tertentu/setahun. Dengan

metode ini, penghitungan NTB bertitik tolak pada penggunaan akhir dan barang dan jasa

yang diproduksi.

2. Metode Tidak Langsung

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan mengalokasikan nilai

tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai

alokator digunakan yang paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas

kegiatan ekonomi tersebut.

Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang

tersedia. Pada kenyataannya, pemakaian kedua metode tersebut akan saling menunjang satu

sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan kualitas data daerah,

sedangkan metode tidak langsung akan merupakan koreksi dalam pembanding bagi data

daerah.

2.2.2. PDRB Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan

Pendapatan regional suatu propinsi dapat dipakai untuk mengukur kenaikan tingkat

pendapatan masyarakat. Kenaikan itu dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

- Kenaikan pendapatan yang benar-benar dapat menaikkan daya beli penduduk (kenaikan

riel).

- Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan pendapatan yang

disertai kenaikan harga pasar tidak menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan

semacam ini merupakan kenaikan pendapatan yang semu (tidak riel).

Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas, untuk mengetahui kenaikan pendapatan

yang sebenarnya (riel) maka faktor inflasi harus dieliminir.

Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan)

merupakan pendapatan regional dengan harga yang berlaku. Sedangkan pendapatan regional

dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas harga

konstan.

2.3. PENANAMAN MODAL ASING

2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Asing

Yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) hanyalah meliputi

penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan undang-

undang No.1 Tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam

arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.

(Widjaya, 2000:25). Penanaman modal asing terbagi 2 yaitu:

1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign direct Investment)

Penanaman modal asing yang bersifat langsung dilakukan oleh pihak asing atau dapat

juga dikatakan sebagai investasi perusahaan secara penuh, dimana pengelolaan baik

manajemen maupun sebagian tenaga kerja ditentukan oleh pihak asing. Jenis penanaman

modal asing ini biasanya dilakukan oleh perusahaan raksasa yang bergabung dalam Multi

National Country yaitu perusahaan yang memiliki dan mengendalikan berbagai kegiatan

produktif dilebih dari satu negara.

Penanaman modal secara langsung meliputi transfer modal ataupun pendirian pabrik

dan biasanya menggunakan teknik-teknik produksi negara asal investor, jasa manajerial,

pemasaran dan iklan yang ditentukan oleh penanam modal asing tersebut

Investasi asing langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara

de facto dan de jure melakukan pengawasan atas assets (aktiva) yang ditanam di negara

dimana penanam modal menginvestasikan modalnya. Dengan cara investasi itu, investasi itu

langsung dapat mengambil beberapa bentuk, diantaranya pembentukan suatu cabang

perusahaan dinegara pengimpor modal, pembentukan satu perusahaan tersebut sepenuhnya

dibiayai oleh perusahaan asing, atau mendirikan asset tetap di negara lain oleh perusahaan

asing.

Menurut analisis Neo-Klasik tradisional, penanaman modal asing merupakan hal yang

sangat positif. Karena hal tersebut dapat mengisi kekurangan tabungan yang dihimpun dari

dalam negeri dan juga menambah devisa serta membantu pembentukan modal domestik

bruto.

Penanaman modal asing secara langsung dapat diartikan sebagai dana-dana investasi

yang langsung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat,

fasilitas produksi seperti membeli bahan, membuka pabrik, membeli mesin-mesin, membeli

bahan baku, dan sebagainya. Yang bertindak sebagai kreditur disini adalah perusahaan-

perusahaan swasta asing yang hendak memperluas usahanya hingga kenegara-negara

berkembang.

2. Join Ventura

Join ventura merupakan usaha bersama yang diselenggarakan oleh dua atau lebih

pihak yang merupakan badan hukum dimana masing-masing pihak memasukkan sejumlah

modal tertentu, dengan pembagian resiko dan keuntungan berdasarkan proporsi modal

tersebut. Jadi Join Ventura merupakan kerja sama antara pemilik modal asing dengan modal

nasional. Tentang pengelolaan perusahaan ditetapkan oleh kedua belah pihak dan dengan

memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah, investor asing bisa

saja hanya menyertakan modal tanpa ikut dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan dan

tenaga kerja.

2.3.2. Kebijakan Pemerintah Tentang Penanaman Modal Asing di Indonesia

Pemerintah selalu mengupayakan arus modal masuk ke Indonesia sesuai dengan

semakin meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk pembangunan terutama untuk

pembangunan tersebut maka pemerintah selalu berusaha untuk menarik dana investor asing

dengan memberikan berbagai kemudahan melalui barbagai kebijaksanaan.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing

yang meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan

undang-undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan

pengertian bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko atas penanaman modal

asing tersebut.

Adapun kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah tentang penanaman modal asing

adalah Undang-Undang No. I/1967. penanaman modal asing yang dimaksud sesuai dengan

undang-undang ini adalah hanya penanaman modal asing yang meliputi penanaman modal

asing secara langsung yang dilakukan menurut ketentuan undang-undang yang digunakan

untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dengan pengertian bahwa pemilik modal secara

langsung menanggung resiko atas penanaman modal asing tersebut :

a. Undang-undang ini dengan jelas tidak mengatur perihal kredit atau peminjaman modal

melainkan hanya mengatur tentang penanaman modal asing.

b. Dengan demikian memberi kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut dijalankan

dengan modal asing sebelumnya.

c. Direct Investment, dalam hal ini bukan hanya modal tapi juga kekuasaan dan

pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak asing, sepanjang segala sesuatunya

memperoleh persetujuan dari pemerintah Indonesia dan sejauh mana kebutuhannya

tidak melanggar hukum dan ketertiban hukum yang berlaku di Indonesia.

d. Penggunaan kredit dan resikonya ditanggung oleh investor tersebut.

2.3.3 Keuntungan Dengan Adanya Penanaman Modal Asing

Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan adanya penanaman modal

asing antara lain:

a. Produksi beberapa produk kebutuhan rakyat dengan tujuan untuk ekspor (dengan

penggunaan bahan baku yang umumnya berasal dari Indonesia) akan meningkat

kuantitas dan kualitasnya.

B. Bila produksi mengalami kegagalan, maka seluruh resiko akan ditanggung oleh

penanam modal dalam investasi langsung (investor asing).

c. Tenaga kerja Indonesia akan memperoleh kesempatan kerja, dan dapat membiasakan

dari dengan teknologi modern.

d. Terbukanya kesempatan untuk membangun perusahaan nasional yang sejenis, sehingga

akan dapat meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di daerah.

e. Devisa negara akan meningkat sehingga dana untuk pembangunan juga meningkat.

f. Mendorong perusahaan lokal untuk berinvestasi lebih banyak pada industri pendukung

atau dengan bekerja sama dengan perusahaan asing.

g. Sebagian laba pada umumnya ditanamkan kembali pada pengembangan atau

modernisasi industri terkait.

h. Kemungkinan terjadinya pelarian modal berkurang.

2.4. Teori Investasi Luar Negeri

Teori penanaman modal asing pada dasarnya berusaha mencari jawaban atas

pertanyaan mengapa perusahaan melakukan investasi luar negeri langsung sebagai suatu

bentuk keterlibatan nasional. Para ahli ekonomi mengemukakan beberapa teori investasi luar

negri (Panglaykim, 1984:3-7) antara lain:

1.Sthepen Hymer (1976)

Hymer dianggap sebagai pelopor dalam teori investasi luar negeri, Hymer

mengemukakan suatu pendekatan organisasi industri yang menekankan peranan keunggulan

khas perusahaan dan ketidak sempurnaan pasar dalam usaha menjelaskan motivasi yang

mendasari perusahaan dalam melakukan suatu investasi.

Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih tinggi diluar negeri tidak

menjamin kelengkapan penjelasan arus modal. Karena pengembalian investasi itu sendiri

berarti bahwa modal akan lebih efisien bila dialokasikan melalui pasar modal dan tidak

memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungan dengan pengembalian investasi yang lebih

tinggi dari perusahaan yang lebih tinggi dari pada perusahaan yang sudah ada atau yang

potensial di negara tuan rumah agar dapat menutup kerugian ketidakunggulan operasi

perusahaan tersebut diluar negeri.

Kemungkinan memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi akan timbul bila

perusahaan memiliki keunggulan tertentu atas perusahaan yang ada di negara tuan rumah.

Keunggulan tertentu perusahaan dapat timbul karena adanya akses ke sumber modal yang

lebih mudah dan besar, adanya pasar bahan mentah yang diproduksi dengan skala besar dan

memiliki keahlian seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan sebagainya.

2. R. Vernon (1966)

Vernon mengemukakan suatu teori investasi luar negeri dimana teori ini dikenal

dengan nama teori Product cycle dalam produksi internasional, model ini terdiri atas

beberapa tahap.

Tahapan pertama yaitu tahapan inovasi, yaitu produk masih belum distandarisasi dan

dipasarkan di dalam negeri, perusahaan mempunyai keuntungan teknologi yang bersifat

sementara untuk mengatasi pertimbangan biaya karena ia berusaha di dekat pasar. Pada

waktu permintaan meningkat, suatu tingkat standarisasi dan dipasarkan di dalam negeri.

Tahapan kedua, yakni perusahaan mulai memikirkan kemungkinan mencari pasar-

pasar baru di negara-negara yang relatif maju dan eksporpun mulai dilakukan dengan tujuan

negara dunia ketiga. Keuntungan perusahaan terletak pada skala ekonomi dalam produksi,

pengangkutan dan pemasaran. Strategi-strategi penentuan harga dan lokasi didasarkan atas

aksi dan reaksi multi national corporation yang lain dan bukan pada biaya komperatif.

Tahap terakhir dimana produk sudah distandarisasi sehingga riset dan keterampilan

manajemen tidak lagi penting. Tenaga kerja yang tidak terampil dan setengah terampil mulai

mendapat tempat dan konsekuensinya produk bergerak kenegara-negara yang sedang

berkembang dimana ongkos tenaga kerjanya masih lebih rendah. Produk-produk yang

dihasilkan di negara berkembang tersebut akan di impor kembali ke negara asal dan juga

kepasar negara yang lebih maju. Oleh karena itu, lokasi produksi akan lebih ditentukan oleh

perbedaan biaya dari jarak pasar. Investasi luar negeri akan dilihat sebagai suatu cara untuk

dapat mempertahankan daya saing perusahaan dalam produk-produk inovasinya.

3.Kiyoshi Kojima (1978)

kojima mengatakan bahwa struktur keunggulan komperatif suatu negara dalam

perdagangan memainkan peranan penting dalam penentuan arus investasi luar negeri.

Argumentasi ini mengulangi pentingnya sumber-sumber alam dan keunggulan tertentu yang

dimiliki oleh suatu negara dalam rangka menentukan arus investasi luar negeri.

4.S. Hirsch (1976)

Menurut Hirsch, investasi luar negeri langsung akan dipilih bila penghasilan yang

diharapkan lebih besar dari biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengawasan di

luar negeri. Atau biaya-biaya produksi dan pengawasan di luar negeri tersebut lebih rendah

daripada biaya-biaya produksi dalam negeri ditambah biaya-biaya pemasaran ekspor.

Bila afiliasi di luar negeri telah terbentuk, maka deferensiasi biaya pemasaran

menurun dan ekspor barang-barang lain seperti intermediate goods dalam negeri dapat

terlaksana. Hircsh berkesimpulan bahwa investasi internasional memungkinkan spesialisasi

berdasarkan keunggulan komparatif yaitu melalui ekspansi penghasilan atau pembentukan

pabrik-pabrik baru di lokasi-lokasi dengan biaya serendah-rendahnya. Ini dapat pula

dilakukan melalui penyuplaian semua pasar termasuk pasar di dalam negeri dari lokasi

tersebut.

5. J.H.Dunning (1977)

Dunning mengajukan pendekatan yang lebih umum yakni pendekatan serba elektrik

(memilih dari berbagai sumber) yaitu dengan mengintegrasikan teori-teori perdagangan,

lokasi kegiatan ekonomi dan perusahaan internasional. Dunning berargumen bahwa luasnya

keterlibatan ekonomi internasional (melalui perdagangan dan investasi) antar negara

mengakibatkan perusahaan-perusahaan akan lebih memilih untuk berproduksi di luar negeri

yang memiliki ketersediaan sumber tertentu tapi tidak dapat digunakan oleh perusahaan dari

negara lain.

Faktor-faktor lokasi tertentu yang memiliki peranan penting dan dapat mempengaruhi

pemilihan lokasi investasi adalah biaya-biaya upah komperatif, sifat-sifat di dalam negeri

seperti besarnya pasar, tingkat perkembangan dan keberadaan persaingan di dalam negeri,

kendala-kendala perdagangan baik tarif maupun non tarif, jarak dari negara yang melakukan

investasi, lingkungan politik sosial dan ekonomi, dan kebijakan pemerintah yang

berhubungan dengan partisipasi nasional dalam kegiatan manufaktur dan pembayaran

keuntungan.

2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi suatu negara adalah sebagai

berikut:

• Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan

• Tingkat bunga

• Ramalan yang mengenai keadaan ekonomi dimasa depan

• Kemajuan teknologi

• Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

• Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

• Situasi politik

• Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah setempat

Ke-8 (delapan) faktor yang mempengaruhi investasi, seperti yang disebutkan diatas

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan, yaitu :

Ramalan mengenai keuntungan masa depan akan memberikan gambaran kepada

pengusaha mengenai jenis-jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan,

dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang

modal yang diperlukan.

2. Tingkat bunga

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan

kepada para pengusaha, dan para investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat

pengembalian modal dari modal yang ditanam yaitu berupa persentase keuntungan netto

(belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar), modal yang diperoleh dari tingkat

bunga.

Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang

dimilikinya yaitu: pertama; dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut

(deposito); kedua; dengan menggunakannya untuk investasi. Dalam hal dimana pendapatan

yang akan diperoleh adalah lebih dari tingkat bunga, maka pilihan terbaik adalah

mendepositokan uang tersebut, dan akan menggunakannya untuk investasi apa bila tingkat

keuntungan yang diperoleh adalah lebih besar dari tingkat bunga yang akan di bayar.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan

Dengan adanya ramalan tentang kondisi dimasa depan akan dapat menentukan tingkat

investasi yang akan tercipta dalam perekonomian. Apabila ramalan dimasa depan adalah baik

maka investasi akan naik. Sebaliknya, apabila ramalan kondisi ekonomi dimasa akan datang

adalah buruk, maka tingkat investasi akan rendah.

4. Kemajuan teknologi

Dengan adanya temuan-temuan teknologi (inovasi), maka akan semakin banyak

kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan oleh pengusaha, sehingga makin tinggi tingkat

investasi yang dicapai.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat akan

meningkat, daya beli masyarakat juga meningkat, total agregat demand meningkat yang pada

akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (included investment).

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan

Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para

pengusaha untuk menyediakan sebahagian dari keuntungan yang diperolehnya untuk

investasi-investasi baru.

7. Situasi politik

Kestabilan politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi para

investor terutama para investor asing untuk menanamkan modalnya. Mengingat investasi

memerlukan suatu jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang

ditanam dan memperoleh keuntungan. Sehingga stabilitas politik jangka panjang akan sangat

diharapkan oleh investor.

8. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah

Tersedianya berbagai sarana dan prasarana awal, seperti jalan raya, listrik dan sistim

komunikasi akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya disuatu daerah.

Begitu pula dengan bentuk intensif lainnya seperti keringanan di dalam perpajakan

(tax holiday), yaitu suatu keringanan di dalam pembebanan pajak apabila suatu perusahaan

mau menanamkan keuntungan yang diperolehnya ke dalam investasi baru, ataupun apabila

perusahaan yang bersangkutan mau dan bersedia menanamkan investasinya di suatu daerah

dalam kurun waktu tertentu.

2.5 Hubungan Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi

utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi

tersebut sangat dibutuhkan sumber pembiayaan guna mendorong dunia usaha, salah satunya

melalui realisasi investasi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi investasi,

khususnya penanaman modal asing karena pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

indikator makroekonomi yang menjadi dasar penilaian investor. Investasi penanaman modal

asing, jika dikelolah dengan baik maka akan mendapat kontribusi yang positif. Pesatnya

aliran modal merupakan kesempatan baik guna memperoleh pembiayaan pembangunan

ekonomi yang berkelanjutan.

Dalam teori ekonomi pembangunan diketahui bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi

dan investasi mempunyai hubungan timbal balik yang positif. Hubungan timbal balik tersebut

terjadi oleh karena di satu pihak, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, berarti

semakin besar bagian dari pendapatan yang bisa ditabung, sehingga investasi yang tercipta

akan semakin besar pula. Dalam kasus ini, investasi merupakan fungsi dari pertumbuhan

ekonomi. Di lain pihak, semakin besar investasi suatu negara, akan semakin besar pula

tingkat pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Dengan demikian, pertumbuhan merupakan

fungsi Investasi.

Secara teori, PMA berpengaruh positif terhadap pembangunan ekonomi atau

pertumbuhan ekonomi pada khususnya di negara tuan rumah lewat beberapa jalur. Pertama,

lewat pembangunan pabrik-pabrik baru (PP) yang berarti juga penambahan output atau

produk domestic bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Ini adalah suatu

dampak langsung. Pertumbuhan X berarti penambahan cadangan devisa (CD) yang

selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara penerima untuk membayar utang luar negeri

(ULN) dan impor (M). Kedua, masih dari sisi suplai, namun sifatnya tidak langsung, adalah

sebagai berikut: adanya PP baru berarti ada penambahan permintaan di dalam negeri terhadap

barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input-input lainnya. Jika

permintaan antara ini sepenuhnya dipenuhi oleh sektor-sektor lain (SSL) di dalam negeri

(tidak ada yang diimpor), maka dengan sendirinya efek positif dari keberadaan atau kegiatan

produksi di pabrik-pabrik baru tersebut sepenuhnya dinikmati oleh sektor-sektor domestik

lainnya; jadi output di SSL tersebut mengalami pertumbuhan. Ini berarti telah terjadi suatu

efek penggandaan dari keberadaan PMA terhadap output agregat di negara penerima. Dalam

kata lain, semakin besar komponen M dari sebuah proyek PMA.

Ketiga, peningkatan kesempatan kerja akibat adanya pabrik-pabrik baru tersebut

berdampak positif terhadap ekonomi domestik lewat sisi permintaan: peningkatan

kesempatan kerja menambah kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan

permintaan di pasar dalam negeri. Sama seperti kasus sebelumnya, jika penambahan

permintaan konsumsi tersebut tidak serta merta menambah impor, maka efek positifnya

terhadap pertumbuhan output di sektor-sektor domestik sepenuhnya terserap.

Sebaliknya, jika ekstra permintaan konsumsi tersebut adalah dalam bentuk peningkatan

impor, maka efenya nihil. Bahkan jika pertumbuhan impor lebih pesat daripada pertumbuhan

ekspor yang disebabkan oleh adanya PMA, maka terjadi defisit neraca perdagangan. Ini

berarti kehadiran PMA memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif

terhadap negara tuan rumah.

Keempat, peran PMA sebagai sumber penting peralihan teknologi dan knowledge

lainnya. Peran ini bisa lewat dua jalur utama. Pertama, lewat pekerja-pekerja lokal yang

bekerja di perusahaan-perusahaan PMA. Saat pekerja-pekerja tersebut pindah ke perusahaan-

perusahaan domestik, maka mereka membawa pengetahuan atau keahlian baru dari

perusahaan PMA ke perusahaan domestik. Kedua, lewat keterkaitan produksi atau

subcontracting antara PMA dan perusahaan-perusahaan lokal, termasuk usaha kecil dan

menengah, seperti kasus PT Astra Internasional dengan banyak subkontraktor skala kecil dan

menengah.

Implikasi kebijakan dari adanya hubungan timbal balik antara tingkat investasi dan

tingkat pendapatan tersebut adalah pada pembuatan proyeksi/per-kiraan kebutuhan investasi

tahunan dan target pertumbuhan ekonomi. Dengan memegang asumsi bahwa hubungan

timbal balik tersebut terjadi, maka dalam membuat proyeksi investasi harus mem-

perhitungkan variabel pertumbuhan ekonomi; dan sebaliknya dalam mempro-yeksikan angka

pertumbuhan ekonomi, variabel investasi harus dijadikan salah satu faktor penentu.

2.6 Penelitian Empiris

Berbagai studi empiris yang mengaitkan hubungan antara investasi penanaman modal

asing dan pertumbuhan ekonomi antara lain penelitian yang dilakukan oleh Jonatan (2003)

dalam jurnal yang berjudul Analisis Vektor Auto (VAR) Terhadap Korelasi antara

Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia 1983/1984-199/2000. juga

membuktikan adanya hubungan kointegrasi dan kausalitas (dua arah) antara Investasi dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam jurnal tersebut, pertumbuhan ekonomi diproxy

dengan produk domestik bruto. Begitu juga hasil studi yang dilakukan falianty (2006) dalam

jurnal yang berjudul Foregn Direct Investment di Indonesia: Perannya Terhadap Kinerja

Makrokonomi, Masalah-masalah yang Dihadapi dan Tantangan ke Depan. Dalam jurnal

tersebut, Foregn Direct Investment memiliki pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Dengan metode kointegrasi Engle dan Granger didapatkan bahwa

terdapat hubungan jangka panjang atau kointegrasi antara foregn direct investment dan

pertumbuhan ekonomi.selanjutnya, dengan metode granger causality test didapatkan bahwa

terdapat kausalitas atau hubungan dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan FDI.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tambunan (2007) dalam jurnal yang berjudul Daya

Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing juga membuktikan adanya hubungan

kointegrasi dan kausalitas (dua arah) antara penanaman modal asing dan pertumbuhan

ekonomi di Indonesia.