22
COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK AND CONVENTIONAL RURAL BANKS SHARIA RURAL BANK Renny Tania Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: BPR, Financial Risk, Financial Ratios, Discriminate Analysis. ABSTRACT The role and supervision by Bank Indonesia is extremely important to maintain the smooth performance of Indonesian banks. The performance of bank activities in general can run smoothly if the basic operation of the bank were met with good. Basic operation is the trust of the community banks, bank health, bank and financial risk. The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of financial risk in BPR Conventional and Islamic rural banks. Samples from this study are two conventional and two RB sharia. Model analysis was used financial ratios and discriminated analysis (Z-Score). Result from this research shows that from two samples BPR conventional exist incoming within categories gray area namely BPRs Prisma Berlian Danarta. While the two sample BPRS, it all makes sense in the category with a value of Z-Score above 2.6. The overall rate of BPRS lower risk compared with conventional BPR.

Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Embed Size (px)

DESCRIPTION

risiko

Citation preview

Page 1: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK AND

CONVENTIONAL RURAL BANKS

SHARIA RURAL BANK

Renny Tania

Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010

Gunadarma University

http://www.gunadarma.ac.id

Keywords: BPR, Financial Risk, Financial Ratios, Discriminate Analysis.

ABSTRACT The role and supervision by Bank Indonesia is extremely important to maintain the smooth

performance of Indonesian banks. The performance of bank activities in general can run

smoothly if the basic operation of the bank were met with good. Basic operation is the trust of

the community banks, bank health, bank and financial risk.

The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of financial risk in

BPR Conventional and Islamic rural banks. Samples from this study are two conventional and

two RB sharia. Model analysis was used financial ratios and discriminated analysis (Z-Score).

Result from this research shows that from two samples BPR conventional exist incoming within

categories gray area namely BPRs Prisma Berlian Danarta. While the two sample BPRS, it all

makes sense in the category with a value of Z-Score above 2.6. The overall rate of BPRS lower

risk compared with conventional BPR.

Page 2: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensinal dan

Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Renny Tania

Jurusan Akuntansi ,Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010

Abstrak

Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting

dilakukan untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank

secara umum dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi

dengan baik. Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, kesehatan

bank, dan resiko keuangan bank.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis komparatif tingkat resiko

keuangan pada BPR Konvensional dan BPR syariah. Sampel dari penelitian ini adalah dua

BPR Konvensional dan dua BPR syariah. Model analisis yang digunakan adalah rasio

keuangan dan analisis diskriminan ( Z-Score).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua sampel BPR konvensional ada yang

masuk dalam katagori gray area yaitu BPR Prisma Berlian Danarta. Sedangkan dari dua

sempel BPR Syariah, semuanya masuk dalam katagori sehat dengan nilai Z-Score diatas 2,6.

Secara keseluruhan tingkat resiko BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR

Konvensional.

Kata Kunci : BPR, Resiko Keuangan, Rasio Keuangan, Analisis Diskriminan.

Abstract

Supervisory and role of Bank Indonesia is extremely important to maintain the

smooth performance of the Indonesian banking. The performance of bank activities in

general can run smoothly if the basic operation of the bank were met very well. Basic

operation is the belief of community banks, bank health, bank and financial risk.

The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of

financial risk in Conventional BPR and Syariah BPR. Samples from this study are two

Conventional BPR and two Syariah BPR. The analysis model is the financial ratio and

discriminant analysis (Z-Score method).

The study result show that samples from two conventional BPR there who fall into

categories of gray areas is BPR Prisma Berlian Danarta. While the two sempel of Syariah

BPR, both into the healthy category with Z-Score values above 2.6. So it can be concluded

that the financial risk of Syariah BPR relatively lower than of Conventional BPR.

Key words : BPR, Financial Risk, Financial Ratio, Discriminant Analysis.

2

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983,

ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan

berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada saat pertengahan tahun 1997

industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis

ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Selama periode krisis ekonomi dan

moneter tersebut Bank Umum Syariah masih dapat menunjukkan kinerja relatif lebih baik

dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir September 1998

tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah dan semuanya merupakan bank konvensional.

Sebagai alternatif sistem bunga terdapat dalam ekonomi konvensional, sedangkan dalam

Page 3: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

ekonomi syariah menawarkan system bagi hasil. Hal ini merupakan perbedaan antara sistem

keuangan konvensional dengan sistem keuangan Syariah pada masa kotemporer saat ini.

Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting dilakukan

untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank secara umum

dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi dengan baik.

Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, dengan adanya kepercayaan

dari masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya, maka kegiatan perbankan dapat berjalan

dengan baik. Oleh karena itu, bank harus memiliki kredibilitas dan image yang baik di

masyarakat, diantaranya yaitu masalah kesehatan bank, pelayanan jasa yang baik kepada

masyarakat dan jasa-jasa perbankan yang diberikan bank harus sesuai dengan kepentingan

masyarakat.

BPR adalah suatu lembaga keuangan yang menunjang pelaksanaan pembangunan

nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas

nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR

berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah

sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan

berdasarkan prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak,

nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat

terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan.

pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke

tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan

masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional ?

2. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)?

3. Bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan

Bank Perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS)?

3

4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan rakyat (BPR)

konvensional.

2. Mengetahiu bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

3. Mengetahui bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR)

Konvensional dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS).

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat pembaca mengetahui perbandingan tingkat resiko keuangan pada BPR

Konvensional dan BPR Syariah.

2. Sebagai masukan bagi manajemen BPR dalam menyusun kebijakan perusahaannya.

3. Masyarakat akan semakin mengenal tentang perbankan syariah, sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam memilih layanan perbankan yang ada di Indonesia dan

dapat berkembang dan bersaing dengan bank konvensional.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Bank Perkreditan Rakyat

Page 4: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 menyebutkan batasan Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut

Undang-Undang tersebut dan dipertegas lagi dengan Undang-undang RI nomor 10 tahun

1998, ada dua jenis bank yaitu : Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Menurut Dendrawijaya (2005:5) Bank Perkraditan Rakyat adalah bank yang

melaksankan kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan

BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya

meliputi kegiatan penghimpunan dana dan kegiatan penyaluran dana saja, bahkan dalam

penghimpunan dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal

jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Modal

awalnya relative lebih kecil dibandingkan dengan dari bank umum. Dalam pengoperasinya

BPR tidak diperkanankan ikut dalam kliring serta transaksi valuta asing.

2. Kegiatan dalam Bank Perkraditan Rakyat

Tugas pokok BPR adalah mengembangkan persekonomian rakyat di daerah,

terutama pedesaan, bagi golongan ekonomi lemah, dengan membantu pembiayaan, dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam melaksanakan fungsinya, BPR melakukan

kegiatan-kegiatan:

1. Menghimpun dana jangka pendek, menengah, dalam bentuk Tabungan dan Deposito.

2. Pembinaan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya membantu pengembangan usaha

golongan ekonomi lemah.

4

3. Memobilisasikan dana masyarakat sebagai sumber pembangunan di daerah.

4. Memberikan pembiayaan jangka pendek, menengah dan panjang kepada

perusahaanperusahaan perorangan untuk keperluan pembangunan, produksi, rehabilitasi,

dan modernisasi.

5. Penyertaan dalam modal yang tidak bersifat tetap, dengan persetujuan dan syarat-syarat

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

6. Melakukan kerja sama sesama bank dan Lembaga Keuangan.

7. Menjalankan usaha-usaha perbankan lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan dan Undang-Undang yang berlaku. Untuk BPR Syariah ditambah Syariah

Islam.

3. Larangan Bagi Bank Perkraditan Rakyat

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh

dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :

1. Menerima simpanan berupa giro.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.

3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap

layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

4. Melakukan usaha perasuransian.

5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha

BPR.

4. Tujuan Bank Perkraditan Rakyat

Adapun tujuan dari BPR adalah Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

Page 5: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke

arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR berasaskan

Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem

ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan berdasarkan

prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,

pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat

terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan.

pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke

tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).

5. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem

syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada Undang-

Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem

perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro

dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya

dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah

merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah.

5

a. Pelayanan BPR Syariah

BPR Syariah terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang

menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah

memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan

tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan

dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha

kesehariannya di pasar/toko/rumah.

b. Produk BPR Syariah

Prinsip syariah dalam BPR Syariah diberlakukan untuk transaksi pendanaan

(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan (pinjaman). BPR Syariah mengelola dana

masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan

dana akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada

pendapatan yang diperoleh BPR Syariah. Untuk itu, perlu disepakati nisbah (porsi) di

awal transaksi. Setiap tabungan maupun deposito yang disimpan di BPR Syariah

mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sepanjang sesuai ketentuan

yang berlaku, sehingga masyarakat akan tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di

BPR Syariah. Dalam transaksi pembiayaan (pinjaman), BPR Syariah memberikan

pembiayaan kepada UMK dengan sistem jual beli, bagi hasil ataupun sewa. Pilihan atas

sistem syariah tersebut sangat tergantung kepada jenis pembiayaan yang diajukan oleh

masyarakat kepada BPR Syariah. Selain itu, BPR Syariah juga bisa melakukan praktik

pegadaian yang dikelola dengan sistem syariah.

c. Usaha BPR Syariah

1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk :

a. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.

b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan

a. Prinsip jual beli (murabahah, istishna’,salam)

b. Prinsip sewa menyewa (ijarah)

Page 6: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

c. Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah)

d. Prinsip kebajikan (qardh)

3. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank syariah lain.

4. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan

prinsip syariah. Disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi Masyarakat dalam

rangka Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia.

6. Resiko Pada Bank Perkraditan Rakyat

Pengertian resiko menurut Silalahi , dikutip dari Husien Umar (2001, hal 5) adalah:

a. Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian

b. Resiko adalah probabilitas timbulnya kerugian

6

c. Resiko adalah ketidak pastian

d .Resiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan

d. Resiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan

Sedangkan manajemen resiko adalah suatu cara yang proaktif, terkoordinasi,

bernilai efektif, dan memahami pemrioritasan dalam menanggulangi ancaman terhadap

perusahaan. Menurut Hempel, et.al (1994:88) resiko perbankan dipengaruhi oleh

lingkungan, sumberdaya manusia, layanan keuangan, dan neraca. Berdasarkan

karakteristik perbankan tersebut, maka resiko terdapat diklasifikasikan atas:

environmental risks (resiko lingkungan), management risks (resiko manajemen),

delivery risks (resiko operasi), dan financial risks (resiko keuangan). Resiko keuangan

dapat ditelusuri melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan.

Menurut Hempel (1994: 89), cara mengukur dan mengelola resiko keuangan (financial

risks) perbankan, sebagai berikut:

1. Resiko kredit dapat diatasi dengan cara:

a. Melakukan analisis kredit secara baik dan benar

b. Dokumentasi kredit

c. Pengendalian dan pengawasan kredit

d. Penilaian terhadap resiko khusus

2. Resiko Likuiditas dapat diatasi dengan cara:

a. Membuat perencanaan likuiditas

b. Membuat rencana kontingensi

c. Analisis biaya dan penentuan bunga kredit

d. Pengembangan sumber pendanaan

3. Resiko Suku bunga dapat diatasi dengan cara:

a. Membuat analisis kepekaan bunga terhadap aktiva

b. Membuat analisis durasi, penilaian bunga antar waktu

4. Resiko leverage dapat diatasi dengan cara:

a. Membuat perencanaan modal

b. Analisis pertumbuhan usaha berkelanjutan

c. Memantapkan kebijakan dividen

d. Melakukan penyesuaian resiko terhadap kecukupan modal

7. Rasio- Rasio Keuangan Bank

Menurut Dendrawijaya (2005) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perbankan,

rasio merupakan alat analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Dalam

penelitian ini yang digunakan adalah analisis rasio berdasarkan Likuiditas, Profitabilitas dan

Page 7: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Solvabilitas yang merujuk pada buku tersebut.

a. Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan

bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang

sudah jatuh tempo. Bebebrapa rasio likuiditas yang sering dipergunkan dalam menilai

kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut :

7

1. Cash Ratio

2. Loan to Assets Ratio

3. Loan to Deposit Ratio

4. Non Performing Loan

b. Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan

bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu,

rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang

diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain

diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis

aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang digunakan dalam rasio ini adalah sebagai berikut

:

a. Capital Adequacy Ratio

b. Capital to Debt Ratio

c. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur

tingkat efiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain

itu rasio-rasio dalam katagori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat

kesehatan bank. Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain :

a. Gross Profit Margin

b. Net Profit Margin

c. Return On Equity

d. Return On Assets

8. Multiple Diskriminant Analysis Altman ( Z- Score )

Multiple Diskriminant Analysis Altman atau yang biasa yang disebut Z-score Model

Altman. Analisis Z-score dikembangkan oleh Prof. Edward Alman dengan tujuan untuk

mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial

distress) dan memungkinkan untuk memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum

tiba saatnya. Untuk mengetahui prediksi resiko keuangan suatu bank dapat dilihat dari

laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan perhitungan

rasionya menggunakan metode Altman Z-Score, dengan metode ini diharapkan dapat

mengetahui kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan perbankan.

Untuk menghitung Z-Score ini terlebih dahulu harus menghitung lima jenis rasio

keuangan, yaitu;

a. Working Capital to Total Assets Ratio (X1)

b. Retained Earning to Total Asset Ratio (X2)

c. Earning Before Interest & Taxes to Total Asset (X3)

d. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)

Page 8: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

8

Maka rumus Z-Score adalah :

Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-score, digunakan angka interpretasi

yang dikembangkan oleh. Edward Altman (1968), sebagai berikut:

Score Prediction

Z > 2.6

Firm Will not fail within 1 year : Perusahaan diprediksikan

tidak akan bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun, berarti

dalam keadaan sehat.

1.1 ≤ Z ≤ 2.6

Gray area within which it is difficult to discriminate

effectively : Perusahaan berada dalam Gray Area yaitu dimana

sulit untuk ditentukan apakah sehat atau bangkrut.

Z< 1.1

Firm will fail in 1 year : Perusahaan diprediksikan akan

bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun.

METODE PENELITIAN

1. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek adalah laporan keuangan dari Bank

Perkreditan Rakya (BPR) Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

yang terdiri dari dua Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional dan dua Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdiri dari tahun 2006-2009 yang berada di

Bekasi yaitu :

1. PT. BPR Prima Nusatama

Beralamat di Jl. Sultan Hasanudin No.76A Tambun Bekasi Timur

2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Beralamat di RE. Martadinata No. 83 84 Cikarang Bekasi

3. PT. BPRS Amanah Insani

Beralamat di Jl. Raya Jatiwaringin No.109 Pondok Gede Bekasi

4. PT. BPRS Harta Insan Karimah

Beralamat di Ruko Grand Mall Blok A 19-20 Bekasi

2. Data/ Variabel Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dan

bersifat kuantitatif yaitu laporan keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi.

Variabel-variabel utama penelitian adalah pos-pos dalam Neraca terdiri dari: Kas, giro,

kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban segera, tabungan, deposito,

pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam Daftar Rugi/Laba : pendapatan bunga, beban

Z-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4

9

bunga,pendapatan operasi lainnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak dan

laba bersih.

3. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio-rasio keuangan dan analisis

diskriminan Z- Score.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PT. BPR Prima Nusatama

Page 9: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

a. Gambaran Umum Perusahaan

PT. BPR PRIMA NUSATAMA berdiri pada tanggal 14 September 1990

berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh notaris Imas Tarwiyah Soedrajat, SH,

berkedudukan di Kabupaten Bekasi, dengan modal dasar pada saat itu berjumlah Rp.

250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah). Melihat potensi yang dimiliki, maka

pada Tahun 1999 PT. BPR Prima Nusatama mengajukan permohonan pindah alamat ke

Kotamadya Bekasi. Berdasarkan izin dari Bank Indonesia No.1/318/CPBPR/IDBPR/Bd

Tanggal 16 Desember 1999, maka pada Tanggal 30 Desember PT. BPR Prima Nusatama

resmi pindah alamat ke kotamadya Bekasi, tepatnya di Jl. Sultan Hasanudin No 76

Tambun Bekasi Timur, yang saat ini beroperasi sebagai kantor pusat. Didukung

komitmen bersama segenap pemegang saham dan pengurus serta staff menjadikan PT.

BPR Prima Nusatama sebagai suatu perusahaan yang berkembang pesat dan mampu

bersaing di dunia perbankan. Tahun 2001 PT. BPR Prima Nusatama mulai membenahi

infrastruktur dengan menerapkan S.O.P (Standard Operating Procedure) dan standarisasi

pelayanan di semua cabang-cabang PT. BPR Prima Nusatama. Tahun 2003 PT. BPR

Prima Nusatama memperoleh sertifikasi ISO versi 9001-2000 untuk Core Banking dari

Badan Sertifikasi SAI Global (ANZ) dengan nomor registrasi QEC 20588.

b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama

Dari laporan keuangan PT. BPR Prima Nusatama dapat dihitung beberapa

rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan BPR. Berdasarkan hasil dari

perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya

disajikan dalam tabel berikut

Tabel 1. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Tahun

2006-2009

Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009

1. Rasio Likuiditas

a. Loan to Assets Ratio 63,74% 59,82% 80,70% 79,21%

b. Cash Ratio 57,78% 61,77% 22,59% 38,16%

c. Loan to Deposit Ratio 114,73% 106,66% 133,55% 142,42%

10

Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009

d. Non Performing Loan 3,06% 3,91% 3,73% 4,75%

2. Rasio Solvabilitas

a. Capital to Debt Ratio 43,92% 58,64% 55,82% 48,54%

b. Capital adequacy Ratio 30,52% 36,97% 35,82% 32,68%

3. Rasio Rentabilitas

a. Gross Profit Margin 11,28% 7,25% 24,60% 16,75%

b. Net Profit Margin 8,70% 5,36% 17,42% 12,08%

c. Return On Equity 6,90% 2,77% 9,64% 7,26%

d. Return On Assets 2,11% 1,02% 3,45% 2,37%

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama

Berdasarkan tabel diatas, rasio-rasio likuiditas PT. BPR Prima Nusatama

menunjukkan kenaikan dalam tiap tahunnya yang artinya juga menunjukkan perbaikan dari

tahun ke tahun, meskipun ada penurunan tetapi tidak signifikan. Seperti penurunan yang

terjadi pada Loan to Assets Ratio ditahun 2007 sebesar 3,92%, penurunan ini terjadi karena

kenaikan jumlah kredit yang diberikan yang diimbangi dengan naiknya total asset yang

Page 10: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

dimiliki sehingga kenaikan tersebut mengakibatkan semakin kecinya jumlah rasio yang

terjadi pada tahun 2007. Penurunan rasio ini membawa dampak yang baik bagi BPR karena

semakin kecil nilai Loan To Assets Ratio maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi karena

junlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredinya semakin kecil.

Penurunan juga terjadi pada Cash Ratio yaitu penurunan sebesar 39,18% yang

terjadi pada tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena menurunnya kas (alat likuid) yang

dimiliki oleh BPR dengan naiknya jumlah kewajiban yang signifikan. Hal ini mengakibatkan

kecilnya jumlah rasio ini. Penurunan tersebut berarti bahwa BPR memiliki tingkat likuiditas

yang kecil pada tahun 2008. Karena pada Cash Ratio semakin tinggi nilai rasio semakin

tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi BPR mampu melakukan perbaikan di tahun 2009

yang ditandai naiknya Cash Ratio pada tahun 2009 sebesar 15,57%. Loan to Deposit Ratio

terlihat bahwa dari 4 tahun tersebut bernilai lebih dari 110%. Menurut ketentuan Bank

Indonesia rasio ideal untuk Loan to Deposit Ratio antara 85% sampai dengan 110%. Berarti

hasil dari perhitungan pada PT. BPR Prima Nusatama melebihi batas ideal yang ditentukan

oleh Bank Indonesia, meskipun hanya pada tahun 2007 yang rasionya dibawah 110% yaitu

sebesar 106,66%. Hal ini berarti hanya pada tahun 2007 BPR dikatakan sehat dibandingkan

dengan tahun 2006, 2008 dan 2009. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pimpinan BPR agar

lebih mengurangi pemberian kredit. Non Performing Loan pada tahun 2006-2009 berturutturut

bernilai 3,06%, 3,91%, 3,73% dan 4,75% yang semuanya berada dibawah batas

maksimum yang ditetapkan oleh BI sebesar 5%. Meskipun pada tahun 2009 hampir

mendekati angka maksimum yaitu sebesar 4,75%.

Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy

Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan

Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status

bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank adalah sebesar 8%. Dari

tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun 2006 sebesar 30,52%,

tahun 2007 sebesar 36,97%, tahun 2008 sebesar 35,82% dan tahun 2009 sebesar 32,68%

yang semuanya berada di atas 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal

dengan hutang masih diatas 8%.

11

Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 2006-2009.

Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2009 dengan tingkat penurunan yang cukup

signifikan. Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 11,28% yang mengalami penurunan di

tahun 2007 sebesar 4,03% menjadi 7,25%. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2007

terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang terjadi pada tahun

2009, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba operasi tetapi adanya

kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba operasi,

sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi pada rasio Net Profit Margin

yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar 3,34% dan di tahun 2008-2009

sebesar 5,34%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba bersih pada

tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang tidak diimbangi dengan

naiknya laba bersih. Return On Equity dan Return On Assets juga mengalami penurunan di

tahun 2007 dan 2009. Tetapi penurunan jumlah rasio Return On Equity dan Return On

Assets tidak sebesar rasio Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Hal ini sebabkan

karena jumlah laba bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal

(equity) pada Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar

Page 11: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

jumlahnya. Berdasarkan hasil tersebut secara umum PT. BPR Prima Nusatama mampu

bangkit dari penurunan yang terjadi dari tahun ke tahun.

2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta

a. Gambaran Umum Perusahaan

PT. BPR PRISMA BERLIAN DANARTA didirikan secara resmi tahun 1997 di

Cikarang, Bekasi. Selama13 tahun menjadi bagian dari dinamika perekonomian di

Cikarang Bekasi, telah menjadikan BPR PBD sebagai salah satu BPR terbesar di

Cikaranga. BPR PBD juga dikenal sebagai salah satu BPR pelopor dan perintis dalam

program pemberdayaan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah. Melalui beragam

produk layanan perbankan yang inovatif dan kompetitif, didukung tata kelola layanan

berbasis teknologi informasi, BPR PBD kini kian tumbuh dan berkembang progresif

melayani kebutuhan jasa perbankan nasabahnya. Tahun 2010 ini, cita-cita mewujudkan

BPR yang profesional, tangguh, dan terpercaya semakin mendapatkan momentumnya

seiring dengan komitmen seluruh manajemen baru dalam perusahaan ini untuk

mengimplementasikan prinsip-prinsip “Good Corporate Governance”.

b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Dari laporan keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta dapat dihitung

beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat

dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :

12

Tabel 2. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Tahun 2006-2009

Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009

1. Rasio Likuiditas

b. Loan to Assets Ratio 69,36% 64,04% 71,92% 69,19%

c. Cash Ratio 53,96% 45,67% 32,61% 36,94%

d. Loan to Deposit Ratio 95,16% 93,49% 99,63% 94,42%

e. Non Performing Loan 1,23% 2,72% 2,53% 2,12%

2. Rasio Solvabilitas

b. Capital to Debt Ratio 35,39% 43,16% 36,32% 32,50%

c. Capital adequacy Ratio 26,14% 30,15% 26,64% 24,53%

3. Rasio Rentabilitas

a. Gross Profit Margin 23,31% 8,00% 6,72% 14,59%

b. Net Profit Margin 19,23% 5,79% 5,06% 9,54%

c. Return On Equity 15,81% 4,88% 4,19 8,92%

d. Return On Assets 4,13% 1,47% 1,11% 2,19%

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Berdasarkan tebel diatas, rasio likuiditas PT. BPR Prisma Berlian Danarta

mengalami fluktuasi dari tahun 2006-2009. Pada Loan to Assets Ratio penurunan terjadi

di tahun 2007 dan 2007, yang terlihat bahwa penurunan di tahun 2007 sebesar 5,32%

dan 2,73% di tahun 2009. Penurunan tersebut disebabkan pada tahun tersebut kenaikan

total asset yang tidak sebanding dengan kenaikan kredit yang diberikan oleh BPR,

sehingga rasio yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Tetapi penurunan tersebut membawa

dampak yang baik bagi BPR, karena pada rasio ini semakin kecil rasio maka tingkat

likuiditasnya semakin besar artinya jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai

kreditnya menjadi semakin kecil. Hal yang serupa terjadi pada Cash Ratio yaitu

Page 12: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

penurunan terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2008 meskipun nilai rasio tidak sebesar

yang terjadi pada Loan to Assets Ratio. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar

8,29% dan 13,06%. Penurunan yang sangat besar terjadi pada tahun 2008 menjadi

32,61%, hal ini terjadi karena pada tahun 2008 jumlah kenaikan kewajiban segera yang

begitu besar dibandingkan dengan kenaikan pada kas (alat likuid). Artinya pada tahun

2008 kewajiban BPR meningkat pada nasabah terutama pada DPK. Namun pada tahun

2009 BPR mampu menunjukkan perbaikan di tahun 2009 yang ditandai dengan naiknya

Cash Ratio pada tahun 2009 yaitu menjadi 36,94%.

Loan to Deposit Ratio dari tahun 2006-2009 terlihat berada dalam batas

maksimum yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang nilainya kurang dari

110%. Menurut ketentuan Bank Indonesia untuk Rasio LDR di bawah 110% diberi nilai

kredit 100, yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Hal tersebut mampu

ditunjukkan oleh BPR dengan nilai rasio dari 2006-2009 adalah 95,16%, 93,49%,

99,63% dan 94,42%. Rasio Non Performing Loan yang terjadi pada tahun 2006-2009

berturut-turut adalah sebesar 1,23%, 2,72%, 2,53% dan 2,12%. Nilai dari rasio-rasio

tersebut menunjukkan bahwa masih berada dalam batas aman ketentuan Bank Indonesia

mengenai Non Performing Loan yaitu batas maksimum sebesar 5%.

13

Untuk rasio solvabilitas secara keselurun mengalami penurunan dari tahun

2006-2009 dan kenaikan hanya terjadi pada tahun 2007. Dari tabel terlihat bahwa untuk

Capital to Debt Ratio pada tahun 2006 sebesar 35,39% dan terjadi kenaikan sebesar

7,77% menjadi 43,16% ditahun 2007. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan

sebesar 6,84% dan 3,82% di tahun 2009. Penurunan ini terjadi karena kenaikan jumlah

kewajiban yang sangat signifikan dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh BPR.

Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29

Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut

pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum

bagi bank adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa CAR pada tahu 2006

sebesar 26,14%, tahun 2007 sebesar 30,15%, tahun 2008 sebesar 26,64% dan tahun

2009 sebesar 24,53% yang semuanya berada di atas 8%.

Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio Net Profit

Margin, Gross Profit Margin, Return On Equity dan Retern On Assets menunjukkan

nilai yang fluktuatif. Secara keseluruhan penurunan terjadi pada tahun 2007 dan 2008.

Penurunan yang sangat besar terjadi pada Gross Profit Margin dari tahun 2006-2007

yaitu sebesar 15,31% dibandingkan dengan penurunandari ketiga rasio tersebut diatas.

Hal tersebut ditandai dengan turunnya laba bersih pada tahun tersebut. Tetapi penurunan

yang terjadi pada tahun 2007-2008 dapat menunjukkan perbaikan di tahun 2009. Hal itu

terlihat di tahun 2009 nilai rasio-rasio rentabilitas mengalami kenaikan. Yang terlihat

pada Gross Profit Margin pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 7,87%, Net

Profit Margin sebesar 4,48%, Return On Equity sebesar 4,73% dan 1.08% untuk Return

On Assets. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa BPR mampu mengatasi penurunan

yang terjadi selama tahu 2007-2008, sehingga pada tahun 2009 posisi BPR

menunjukkan kemampuan yang baik dalam memperoleh keuntungan.

3. BPRS Harta Insan Karimah

a. Gambaran Umum Perusahaan

PT BPRS Harta Insan Karimah Bekasi yang lebih dikenal dengan nama BPRS HIK

Page 13: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

BEKASI, didirikan pada tanggal 15 Mei 2005, melalui akuisisi dan perubahan nama dari

PT BPRS Baituniaga Insani di Bekasi. Pendiriannya diprakarsai oleh Keluarga Alumni

HMI FE-UGM Yogyakarta di Jakarta. Kebersamaan selama menimba ilmu di

Yogyakarta, sebagai aktivis HMI telah mendorong para alumni ini untuk berbuat secara

kongkrit untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ummat pada umumnya, para

pengusaha kecil dan mikro pada khususnya dengan membentuk lembaga perbankan

syariah yang berbasis “ community banking “ di berbagai daerah, dan salah satunya

didirikan BPRS HIK BEKASI di Kota Bekasi. Pendirian BPRS HIK BEKASI juga

dimaksudkan untuk turut serta dalam memberikan pelayanan perbankan syariah pada

garis terdepan dan berhubungan langsung dengan pedagang, pengusaha kecil dan mikro

di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi dan sekitarnya.

Dengan motto “ Maju Bersama Sesuai Syariah “, BPRS HIK Bekasi dikelola oleh tenaga

profesional, independent, cerdas, amanah dan bertanggung jawab, dengan tetap

mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah yang sehat, prudent, dan complien

Syariah.

14

b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah

Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung

beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat

dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 3. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah

Tahun 2006-2009

Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009

1. Rasio Likuiditas

a. Loan to Assets Ratio 68,57% 64,14% 60,21% 66,42%

b. Cash Ratio 45,66% 35,03% 41,74% 34,12%

c. Loan to Deposit Ratio 117,74% 129,07% 108,59% 158,59%

d. Non Performing Loan 1,15% 1,33% 2,15% 1,75%

2. Rasio Solvabilitas

a. Capital to Debt Ratio 23,29% 20,97% 17,64% 21,98%

b. Capital Adequacy Ratio 18,89% 17,34% 15,00% 18,02%

3. Rasio Rentabilitas

a. Gross Profit Margin 28,41% 23,54% 18,65% 24,42%

b. Net Profit Margin 20,45% 18,20% 13,58% 17,48%

c. Return On Equity 22,04% 20,85% 17,02% 17,00%

d. Return On Assets 4,16% 3,62% 2,55% 3,06%

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah

Secara keseluruhan rasio likuiditas sangat fluktuatif dari tahun 2006-2009

seperti yang terlihat pada tabel diatas. Loan to Assets Ratio terlihat bahwa terjadi

penurunan di tahun 2007 dari tahun 2006 sebesar 4,43% dan pada 2008 turun sebesar

3,93% dari tahun 2007 dan ditahun 2009 naik sebesar 6,21% menjadi 66,42%.

Penurunan tersebut berarti bahwa BPRS HIK memiliki likuiditas yang baik, karena pada

Loan to Assets Ratio semakin rendah nilai rasio maka tingkat likuidatasnya menjadi

semakin lebih tinggi karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya

menjadi semakin kecil. Pada Cash Ratio di tahun 2006 sebesar 45,66% turun menjadi

35,03% di tahun 2008, namun pada tahun 2008 kembali mengalami kenaikan menjadi

Page 14: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

41,74% tetapi pada tahun 2009 terjadi lagi penurunan sehingga menjadi 34,12%.

Penurunan yang terjadikan tingkat likuiditas pada BPRS HIK menjadi semakin kecil.

Karena pada Cash Rasio ini semakin tinggi rasio maka semakin besar pula tingkat

likuiditas. Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006-2009 berada di atas 100%, tetapi

menurut ketentuan Bank Indonesia batas maksimum adalah sebesar 110%. Hanya pada

tahun 2008 yaitu sebesar 108,59% yang telah memenuhi ketentuan tersebut. Begitu pula

dengan rasio Non Performing Loan yang dari tahun 2006-2009 berada dalam batas yang

telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5% untuk rasio Non Performing

Loan.

Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital

Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993

dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan

dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank

15

adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun

2006 sebesar 18,89%, tahun 2007 sebesar 17,34%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar

15,00% dan tahun 2009 sebesar 18,02% yang artinya masih berada dibawah ketentuan

Bank Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal

dengan hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan

yang ditetapkan oleh BI.

Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 2006-

2009. Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2008 dengan tingkat penurunan yang

cukup banyak. Rasio Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 28,41% yang mengalami

penurunan di tahun 2007 sebesar 4,87% menjadi 23,54%. Penurunan ini terjadi karena

pada tahun 2007 terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang

terjadi pada tahun 2008, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba

operasi tetapi adanya kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan

naiknya laba operasi, sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi

pada rasio Net Profi Margin yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar

2,25% dan di tahun 2008 4,62%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan

jumlah laba bersih pada tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang

tidak diimbangi dengan naiknya laba bersih. Rasio Return On Equity dan Return On

Assets juga terjadi penurunan di tahun 2007- 2009. Hal ini sebabkan karena jumlah laba

bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal (equity) pada

Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar

jumlahnya. Berdsarkan hasil tersebut secara umum PT. BPRS HIK mampu bangkit dari

penurunan yang terjadi, meskipun terjadi beruntun.

4. BPRS Amanah Insani

a. Gambaran Umum perusahaan

PT BPRS Amanah Insani didirikan pada tanggal 9 Oktober 1997. Pendiriannya

diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid

Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba

ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan

amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk

lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu

bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah

Page 15: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) dengan nama BPRS Amanah Insani. Pendirian BPRS juga

dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat

ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan

nafas keislaman.

b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani

Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung

beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka

dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :

16

Tabel 4. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani

Tahun 2006-2009

Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009

1. Rasio Likuiditas

a. Loan to Assets Ratio 72,18% 79,16% 79,03% 77,29%

b. Cash Ratio 55,12% 58,25% 47,47% 57,53%

c. Loan to Deposit Ratio 132,83% 131,39% 131,65% 120,45%

d. Non Performing Loan 3,56% 2,36% 2,12% 2,00%

2. Rasio Solvabilitas

a. Capital to Debt Ratio 11,05% 8,96% 8,20% 6,95%

b. Capital Adequacy Ratio 9,95% 8,22% 7,58% 6,50%

3. Rasio Rentabilitas

a. Gross Profit Margin 13,46% 14,43% 9,78% 7,38%

b. Net Profit Margin 9,05% 9,73% 6,67% 5,18%

c. Return On Equity 18,12% 20,49% 15,72% 11,59%

d. Return On Assets 1,80% 1,68% 1,19% 0,75%

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani

Secara umum rasio likuiditas BPRS Amanah Insani mengalami fluktuasi. Loan to

Assets Ratio menunjukkan kenaikan di tahun 2007 sebesar 6,98% dari tahun 2006.

Kenaikan ini berarti BPRS menjadi semakin kecil tingkat likuiditasnya. Karena pada

Loan to Assets Ratio semakin tinggi rasionya maka semakin kecil tingkat likuiditasnya

karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.

Namun hal tersebut dapat diperbaiki pada tahun 2008-2009, yang ditandai dengan

turunnya nilai Loan to Assets Ratio. Cash Ratio mengalami kenaikan pada tahun 2007

dan tahun 2009. Pada tahun 2007 naik sebesar 3,13% dari 2006 dan di tahun 2009 naik

sebesar 10,06% dari tahun 2008. Kenaikan tersebut berarti tingkat likuiditasnya menjadi

semakin tinggi. Loan to Deposit Ratio dari tabel diatas menunjukkan nilai lebih dari

110% artinya melampaui batas maksimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Rasio

Non Performing Loan menunjukkan nilai kurang dari 5% adri tahun 2006-2009,yang

artinya rasio tersebut berada dalam batas aman yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu

batas maksimun untuk Non Performing Loan sebesar 5%.

Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy

Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan

Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan

penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank

adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun

Page 16: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

2006 sebesar 9,95%, tahun 2007 sebesar 8,22%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar 7,58%

dan tahun 2009 sebesar 6,50% yang artinya masih berada dibawah ketentuan Bank

Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal dengan

hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan yang

ditetapkan oleh BI.

Secara keseluruhan rasio profitabilitas mengalami fluktusi dari tahun 2006-2007.

Dari empat rasio yang digunakan semuanya mengalami kenaikan di tahun 2007.

17

Kenaikan tersebut berarti dari tingkat keuntungan yang paling baik dibandingkan dengan

tahun-tahun yang lain.

4. Analisis Diskriminan (Z-Score)

a. Analisis Diskriminan PT. BPR Prima Nusatama

Tabel 5. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prima Nusatama Tahun 2006-

2009

Uraian 2006 2007 2008 2009

X1 = Working Capital to Total Asset Ratio

Modal Kerja : Total Aktiva 0,38 0,35 0,30 0,40

X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio

Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,05 0,02 0,03 0,06

X3 = EBIT to Total Assets

Laba sebelum bunga dan pajak : Total

Aktiva

0,02 0,01 0,04 0,03

X4 = Market Value of Equity to Book Value

of Debt

Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,44 0,58 0,45 0,48

Z-SCORE

6,56( X1 ) 2,49 2,30 1,97 2,62

3,26 (X2 ) 0,16 0,07 0,10 0,20

6,72 ( X3 ) 0,34 0,07 0,27 0,20

1,05 ( X4 ) 0,46 0,61 0,47 0,50

TOTAL 3,45 3,04 2,81 3,53

Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama

Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada

diatas angka 2,6. Yang artinya kondisi PT. BPR Prima Nusatama dalam keadaan sehat.

Dengan keadaan tersebut dapat diprediksikan bahwa BPR Prima Nusatama dapat

bertahan lama,dan diprediksikan tidak akan pailit dalam waktu satu atau dua tahun

kedepan.

18

b. Analisis Diskrimunan PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam table berikut :

Tabel 6. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prisma Berlian Danarta Tahun

2006-2009

Uraian 2006 2007 2008 2009

X1 = Working Capital to Total Asset Ratio

Page 17: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Modal Kerja : Total Aktiva 0,24 0,25 0,21 0,21

X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio

Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,08 0,03 0,01 0,02

X3 = EBIT to Total Assets

Laba sebelum bunga dan pajak : Total

Aktiva

0,04 0,02 0,01 0,03

X4 = Market Value of Equity to Book Value

of Debt

Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,35 0,43 0,36 0,32

Z-SCORE

6,56 ( X1 ) 1,57 1,64 1,38 1,38

3,26 (X2 ) 0,26 0,10 0,03 0,07

6,72 ( X3 ) 0,27 0,13 0,07 0,20

1,05 ( X4 ) 0,37 0,45 0,38 0,34

TOTAL 2,47 2,32 1,86 1,98

Keterangan

Gray

Area

Gray

Area

Gray

Area

Gray

Area

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta

Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada

dalam keadaan gray area, yang artinya posisi BPR Prisma Berlian Danarta sulit

ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau pailit. Hal tersebut disebabkan karena nilai

X2 dean X3 yang relatif lebih kecil dibandingkan rasio yang lain. Kecilnya rasio

tersebut karena kecilnya jumlah laba dan laba ditahan yang diperoleh oleh BPR.

c. Analisis Diskriminan PT. BPRS Harta Insan Karimah

Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut :

19

Tabel 7. Hasil Perhitungan Z-Score BPRS Harta Insan Karimah Tahun

2006-2009

Uraian 2006 2007 2008 2009

X1 = Working Capital to Total Asset Ratio

Modal Kerja : Total Aktiva 0,68 0,57 0,58 0,59

X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio

Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,00 0,00 0,00 0,00

X3 = EBIT to Total Assets

Laba sebelum bunga dan pajak : Total

Aktiva

0,06 0,05 0,04 0,04

X4 = Market Value of Equity to Book Value

Page 18: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

of Debt

Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,23 0,21 0,18 0,22

Z-SCORE

6,56 ( X1 ) 4,46 3,74 3,80 3,87

3,26 (X2 ) 0,00 0,00 0,00 0,00

6,72 ( X3 ) 0,40 0,34 0,27 0,27

1,05 ( X4 ) 0,24 0,22 0,19 0,23

TOTAL 5,11 4,30 4,26 4,37

Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah

Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada

diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS HIK berada dalam keadaan sehat. Sehingga

diprediksikan BPRS HIK dapat bertahan untuk satu atau dua tahun kedepan.

d. Analisis Diskriminan PT. BPRS Amanah Insani

Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 8. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPRS Amanah Insani Tahun 2006-

2009

Uraian 2006 2007 2008 2009

X1 = Working Capital to Total Asset Ratio

Modal Kerja : Total Aktiva 0,49 0,58 0,57 0,60

X2 = Retained Earnings to Total Assets

Ratio

Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,01 0,01 0,01 0,01

X3 = EBIT to Total Assets

20

Uraian 2006 2007 2008 2009

Laba sebelum bunga dan pajak :

Total Aktiva

0,03 0,02 0,02 0,01

X4 = Market Value of Equity to Book

Value of Debt

Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,11 0,09 0,08 0,07

Z-SCORE

6,56 ( X1 ) 3,21 3,80 3,74 3,94

3,26 (X2 ) 0,03 0,03 0,03 0,03

6,72 ( X3 ) 0,20 0,13 0,13 0,07

1,05 ( X4 ) 0,12 0,09 0,08 0,07

TOTAL 3,56 4,07 3,99 4,11

Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat

Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani

Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada

diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS Amanah Insani berada dalam keadaan sehat.

Sehingga diprediksikan BPRS Amanah Insani dapat bertahan untuk satu atau dua tahun

kedepan.

5. Analisis Komparatif BPR Konvensional dan BPR Syariah

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan rata-rata rasio keuangan dari Bank

Page 19: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

Konvensional dan Bank Syariah.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Rata-rata Rasio Keuangan BPR Konvensional

dan BPR Syariah

Rasio-Rasio

BPR

Konvensional

BPR Syariah

1. Rasio Likuiditas

a. Loan to Assets Ratio 69,75% 70,87%

b. Cash Ratio 43,69% 46,86%

c. Loan to Deposit Ratio 110,00% 128,79%

d. Non Performing Loan 3,00% 2,05%

2. Rasio Solvabilitas

a. Capital to Debt Ratio 44,29% 14,88%

b. Capital adequacy Ratio 30,43% 12,69%

3. Rasio Rentabilitas

a. Gross Profit Margin 14,06% 17,51%

b. Net Profit Margin 10,40% 12,54%

c. Return On Equity 59,40% 17,85%

d. Return On Assets 2,23% 2,35%

21

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan rasio keuangan pada BPR

konvensional dan BPR Syariah maka dapat dianalisis komparatif berikut ini :

a. Likuiditas

Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah relative lebih baik di bandingkan

dengan BPR konvensional. Pada Loan to Assets Ratio terlihat bahwa pada BPRS relatif

lebih rendah nilainya dibandingkan dengan BPR konvensional. Meskipun dalam tiap

tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan. Rasio kas terhadap kewajiban segera

pada tahun 2006-2009 menunjukkan tingkat fluktuasi yang baik. Namun untuk Loan to

Deposit Ratio, BPR Konvensional relative lebih baik karena lebih mendekati pada batas

maksimum yang telah ditentukan oleh Bank Indonesi yaitu 110%. Begitu pula dengan

rasio Non Performing Loan pada BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR

Konvensional.

b. Solvabilitas

Rasio-rasio solvabilitas keempat BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio

kecukupan modal ( Capital Adequacy Ratio) keempat BPR berada diatas ketentuan

minimum BI yaitu sebesar 8%. CAR pada tahun 2009 pada BPR Konvensional rata-rata

lebih tinggi dibandingkan dengan BPR syariah. Yang artinya untuk rasio solvabilitas

BPR Konvensional lebih baik di bandingkan dengan BPR Syariah.

c. Rentabilitas

Semua rasio rentabilitas keempat BPR adalah positif. Rasio NPM pada tahun

2009 pada BPR konvensional rata-rata sebesar 10,81% dan pada BPR Syariah rata-rata

sebesar 11,33%. Keadaan ini menunjukkan bahwa keempat BPR mampu memperoleh

laba yang wajar, walaupun Net Profit Margin BPR Konvensional relati lebih rendah

dibanding dengan BPR Syariah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa BPR Syariah lebih

efisian dalam pengelolaaan dananya.

Page 20: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

d. Tingkat Resiko Keuangan

Berikut adalah tabel komparatif rasio Z-Score pada BPR Konvensional dan

BPR Syariah.

Tabel 10. Komparatif Hasil Perhitungan Rasio Z- Score pada BPR

Konvensional dan BPR Syariah

Tahun

BPR Konvensional BPR Syariah

Prima

Nusatama

Prisma

Berlian

Danarta

Harta

Insan

Karimah

Amanah

Insani

2006 3,45 2,47 5,11 3,56

2007 3,04 2,32 4,30 4,07

2008 2,81 1,86 4,26 3,99

22

2009 3,53 1,98 4.37 4,11

Prediksi Sehat Gray Area Sehat Sehat

Rata-rata 2,68 4,22

Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis diskriminan model Altman Z-Score

dengan sampel dua BPR konvensional dan dua BPR syariah, diketahui satu BPR

konvensional dan dua BPR syariah berada dalam keadaan sehat. Sedangkan satu BPR

konvensional yaitu BPR Prisma Berlian Danarta berada dalam keadaan gray area, yang

artinya posisi BPR tesebut sulit untuk ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau

dalam keadaan tidak sehat. Sehingga dapat di ketahui bahwa resiko keuangan pada BPR

syariah relatif lebih kecil dibandingkan dengan BPR konvensional.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

a. Rasio likuiditas dari kedua BPR konvensional yaitu BPR Prima Nusatama dan BPR

Prisma Berlian Danarta relatif cukup baik. Namun bila dibandingkan keduanya maka

BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dibandingkan dengan BPR Prima Nusatama.

Hal tersebut terlihat pada Loan Deposit Ratio BPR Prisma Berlian Danarta yang

berada di bawah ketetapan BI yaitu maksimal sebesar 110%. Rasio Non Performinng

Loan pada tahun 2009 BPR Prima Nusatama sebesar 4,75% dan 2,12% untuk BPR

Prisma Berlian Danarta. Artinya BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dari pada

BPR Prima Nusatama. Rasio solvabilitas secara umum kedua BPR baik. Karena

untuk Capital Adequacy Ratio berada diatas batas minimum yang ditetapkan oleh BI

yaitu sebesar 8%. Tetapi BPR Prima Nusatama lebih baik di bandingkan dengan BPR

Prisma Berlian Danarta. Begitu pula dengan rasio rentabilitas BPR Prima Nusatam

Page 21: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

lebih baik dibandingkan dengan BPR Prisma Berlian Danarta karena lebih baik

dalam memperoleh laba. Yang dibuktikan dengan Net Profit Margin BPR Prima

Nusatama sebesar 12,08% di tahun 2009 lebih besar dari BPR Prima Nusatama yang

hanya sebesar 9,54%.

b. Rasio likuiditas dari BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Amanah Insani

menujukkan posisi yang likuid atau sehat. Meskipun rasio likuiditas pada BPRS HIK

relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Hal tersebut terlihat

pada Loan to Assets Ratio yang terjadi pada tahun 2009, pada BPRS HIK sebesar

66,42% dan 77,29% untuk Amanah Insani. Artinya tingkat likuiditas dilihat dari

Loan to Assets Ratio lebih baik BPRS HIK karena rasionya lebih kecil, jadi resiko

yang di dapat semakin kecil. Rasio solvabilitas dari kedua BPRS menunjukkan

bahwa berada dalam batas aman yang ditetapkan oleh BI untuk Capital Adequacy

Ratio sebesar 8%. Dengan nilai rasio dari kedua BPRS diatas 8%. Namun BPRS HIK

relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Begitu pula untuk rasio

rentabilitas, BPRS HIK relatif lebih baik dibandingkan BPRS Amanah Insani. Pada

rasio Net Profit Margin di tahun 2009 untuk BPRS HIK sebesar 17,48% dan 5,18%

23

untuk BPRS Amanah Insani. Hal ini berarti rasio pada BPRS HIK lebih besar

sehingga BPRS HIK lebih baik dalam segi perolehan laba.

c. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (ZScore)

menunjukkan bahwa terdapat tiga BPR berada pada posisi diatas nilai cut off

yaitu 2,6, yang artinya bahwa BPR tersebut berada dalam keadaan aman. Namun

ada satu BPR yaitu BPR Prisma Berlian Danarta yang berada dalam Gray Area,

yang artinya posisi BPR tersebut berada dalam posisi yang sulit ditentukan apakah

akan sehat atau pailit. Secara keseluruhan resiko keuangan pada BPR Konvensional

relative lebih tinggi dibandingkan dengan resiko pada BPR Syariah. Artinya BPR

Syariah lebih baik dibandingkan BPR Konvensional.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberi saran sebagai berikut :

a. Pada manajemen keempat BPR disarankan untuk lebih mengurangi pemberian kredit

yang berlebihan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai rasio LDR berada dalam batas

yang telah ditetapkan oleh BI. Sehingga pada rasio likuiditas menjadi lebih baik lagi.

b. Dalam mengurangi resiko keuangan sebaiknya pada manajemen BPR memambah

jumlah laba yang ditahan agar kegiatan operasional bias berjalan lancar sehingga

nantinya laba yang dihasilkan akan semakin bertambah. Jika labanya bertambah

dalam tiap tahunnya maka akan banyak investor yang menanamkan modalnya

sehingga kelangsungan perusahaan terjamin selama jangka panjang.

c. Bagi penelitian yang akan datang agar menambah jumlah perusahaan yang dijadikan

sampel karena dengan semakin banyaknya perusahaan maka akan dapat dilakukan uji

keakuratan Z-Score model Altman, sehingga penelitian akan semakin akurat.

d. Bagi BPR Syariah disarankan agar lebih mengenalkan tentang ekonomi Syariahnya

kepada masyarakat dengan melakukan promosi yang lebih banyak. Sehingga

masyarakat tidak terdominasi dengan ekonomi konvensional, karena ekonomi syariah

terbukti relatif lebih baik dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Apabila

masyarakat telah mengetahui tentang ekonomi syariah, maka diharapkan

perekonomian nasional khususnya pada bidang perbankan tidak mudah terpengaruh

Page 22: Comparative Analysis of Financial Risk and Conventional Rural Banks Sharia Rural Bank

dengan tingkat suku bunga yang tidak stabil. Karena pada sistem syariah tidak ada

sistem bunga tersebut yang digantikan dengan sistem bagi hasil.

e. Pengenalan tentang ekonomi syariah diharapkan untuk semua kalangan. Sehinga

ekonomi syariah tidak hanya untuk masyarakat muslim saja yang bisa bergabung.

Jadi masyarakat non-muslim juga bisa bergabung dalam ekonomi syariah tersebut.

Pada akhirnya perekonomian nasional akan menjadi merata di semua kalangan

khususnya di Indonesia.

24

DAFTAR PUSTAKA

Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate

Bankruptcy,” Journal of Finance, September 1968

Ascarya, 2007. “Optimum Monetary policy under Dual Financial/Banking System”. Paper.

Dipresentasikan pada USIM Islamic Economic Conference (IECONS 2007). Kuala

Lumpur, Malaysia: Universiti Sains Islam Malaysia, 17-19 Juli.

Dendrawijaya, 2005, Manajemen Perbankan , Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.

Emery, Douglas R. & Finnerty,1998. Corporate Financial Management. Prentice Hall Inc.

USA.

Hamdan, Umar, Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Konvensional dan BPR Syariah, Tesis, Program Studi MM Unsri, 2005.

Hempel, G.H; Simonson, D.; and Colemen A.B, 1994. Bank Management Text and Cases.

Fourth Edition, USA :JohnWiley & sons, Inc.

Holloh, Analisis Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat, 2001.

PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1)

Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai

Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam

Kompak No. 7. Januari-April.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPND/Jakarta

Umar, Husein, 2000, “ Research Methods in Finance and Banking”. PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta

Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992

Wijaya, Andi, Analisis laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (

Studi kasus BPR Konvensional dan BPR Syariah), Tesis, Program Studi MM Unsri,

2005.

http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish

ed&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuangan%2bPublik

asi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRNODEGUID={BD9E4C0B-

7A8B-46F8-B520-6B5CE926457D}&NRCACHEHINT=Guest

http://www.hikbekasi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=78&Itemid=2

42

25

http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish

ed&NRNODEGUID={BD9E4C0B-7A8B-46F8-B520-

6B5CE926457D}&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuan

gan%2bPublikasi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRCACHEHINT=Gu

est