Upload
martha-nita-florentina
View
20
Download
1
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
risiko
Citation preview
COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK AND
CONVENTIONAL RURAL BANKS
SHARIA RURAL BANK
Renny Tania
Undergraduate Program, Economy Faculty, 2010
Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: BPR, Financial Risk, Financial Ratios, Discriminate Analysis.
ABSTRACT The role and supervision by Bank Indonesia is extremely important to maintain the smooth
performance of Indonesian banks. The performance of bank activities in general can run
smoothly if the basic operation of the bank were met with good. Basic operation is the trust of
the community banks, bank health, bank and financial risk.
The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of financial risk in
BPR Conventional and Islamic rural banks. Samples from this study are two conventional and
two RB sharia. Model analysis was used financial ratios and discriminated analysis (Z-Score).
Result from this research shows that from two samples BPR conventional exist incoming within
categories gray area namely BPRs Prisma Berlian Danarta. While the two sample BPRS, it all
makes sense in the category with a value of Z-Score above 2.6. The overall rate of BPRS lower
risk compared with conventional BPR.
Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat Konvensinal dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Renny Tania
Jurusan Akuntansi ,Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010
Abstrak
Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting
dilakukan untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank
secara umum dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi
dengan baik. Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, kesehatan
bank, dan resiko keuangan bank.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis komparatif tingkat resiko
keuangan pada BPR Konvensional dan BPR syariah. Sampel dari penelitian ini adalah dua
BPR Konvensional dan dua BPR syariah. Model analisis yang digunakan adalah rasio
keuangan dan analisis diskriminan ( Z-Score).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari dua sampel BPR konvensional ada yang
masuk dalam katagori gray area yaitu BPR Prisma Berlian Danarta. Sedangkan dari dua
sempel BPR Syariah, semuanya masuk dalam katagori sehat dengan nilai Z-Score diatas 2,6.
Secara keseluruhan tingkat resiko BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR
Konvensional.
Kata Kunci : BPR, Resiko Keuangan, Rasio Keuangan, Analisis Diskriminan.
Abstract
Supervisory and role of Bank Indonesia is extremely important to maintain the
smooth performance of the Indonesian banking. The performance of bank activities in
general can run smoothly if the basic operation of the bank were met very well. Basic
operation is the belief of community banks, bank health, bank and financial risk.
The purpose of this study is to determine the comparative analysis of the level of
financial risk in Conventional BPR and Syariah BPR. Samples from this study are two
Conventional BPR and two Syariah BPR. The analysis model is the financial ratio and
discriminant analysis (Z-Score method).
The study result show that samples from two conventional BPR there who fall into
categories of gray areas is BPR Prisma Berlian Danarta. While the two sempel of Syariah
BPR, both into the healthy category with Z-Score values above 2.6. So it can be concluded
that the financial risk of Syariah BPR relatively lower than of Conventional BPR.
Key words : BPR, Financial Risk, Financial Ratio, Discriminant Analysis.
2
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut. Dimulai pada tahun 1983,
ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan
berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada saat pertengahan tahun 1997
industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis
ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia. Selama periode krisis ekonomi dan
moneter tersebut Bank Umum Syariah masih dapat menunjukkan kinerja relatif lebih baik
dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Hingga akhir September 1998
tercatat ada sebanyak 55 bank bermasalah dan semuanya merupakan bank konvensional.
Sebagai alternatif sistem bunga terdapat dalam ekonomi konvensional, sedangkan dalam
ekonomi syariah menawarkan system bagi hasil. Hal ini merupakan perbedaan antara sistem
keuangan konvensional dengan sistem keuangan Syariah pada masa kotemporer saat ini.
Peranan dan pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia sangatlah penting dilakukan
untuk menjaga kelancaran kinerja perbankan Indonesia. Kinerja kegiatan bank secara umum
dapat berjalan lancar apabila dasar beroperasinya bank telah dapat terpenuhi dengan baik.
Dasar beroperasinya bank adalah kepercayaan dari masyarakat, dengan adanya kepercayaan
dari masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya, maka kegiatan perbankan dapat berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, bank harus memiliki kredibilitas dan image yang baik di
masyarakat, diantaranya yaitu masalah kesehatan bank, pelayanan jasa yang baik kepada
masyarakat dan jasa-jasa perbankan yang diberikan bank harus sesuai dengan kepentingan
masyarakat.
BPR adalah suatu lembaga keuangan yang menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR
berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah
sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan
berdasarkan prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak,
nelayan, pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat
terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan.
pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke
tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka peneliti merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional ?
2. Bagaimana analisis rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)?
3. Bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah ( BPRS)?
3
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan rakyat (BPR)
konvensional.
2. Mengetahiu bagaimana rasio keuangan pada Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
3. Mengetahui bagaimana tingkat resiko keuangan Bank Prekreditan Rakyat (BPR)
Konvensional dan Bank Perkreditan rakyat Syariah (BPRS).
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Masyarakat pembaca mengetahui perbandingan tingkat resiko keuangan pada BPR
Konvensional dan BPR Syariah.
2. Sebagai masukan bagi manajemen BPR dalam menyusun kebijakan perusahaannya.
3. Masyarakat akan semakin mengenal tentang perbankan syariah, sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam memilih layanan perbankan yang ada di Indonesia dan
dapat berkembang dan bersaing dengan bank konvensional.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bank Perkreditan Rakyat
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Butir 1 menyebutkan batasan Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut
Undang-Undang tersebut dan dipertegas lagi dengan Undang-undang RI nomor 10 tahun
1998, ada dua jenis bank yaitu : Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Menurut Dendrawijaya (2005:5) Bank Perkraditan Rakyat adalah bank yang
melaksankan kegiatan secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya disini kegiatan
BPR jauh lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya
meliputi kegiatan penghimpunan dana dan kegiatan penyaluran dana saja, bahkan dalam
penghimpunan dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal
jangkauan wilayah operasi, BPR hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Modal
awalnya relative lebih kecil dibandingkan dengan dari bank umum. Dalam pengoperasinya
BPR tidak diperkanankan ikut dalam kliring serta transaksi valuta asing.
2. Kegiatan dalam Bank Perkraditan Rakyat
Tugas pokok BPR adalah mengembangkan persekonomian rakyat di daerah,
terutama pedesaan, bagi golongan ekonomi lemah, dengan membantu pembiayaan, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dalam melaksanakan fungsinya, BPR melakukan
kegiatan-kegiatan:
1. Menghimpun dana jangka pendek, menengah, dalam bentuk Tabungan dan Deposito.
2. Pembinaan dan pembiayaan dunia usaha, khususnya membantu pengembangan usaha
golongan ekonomi lemah.
4
3. Memobilisasikan dana masyarakat sebagai sumber pembangunan di daerah.
4. Memberikan pembiayaan jangka pendek, menengah dan panjang kepada
perusahaanperusahaan perorangan untuk keperluan pembangunan, produksi, rehabilitasi,
dan modernisasi.
5. Penyertaan dalam modal yang tidak bersifat tetap, dengan persetujuan dan syarat-syarat
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
6. Melakukan kerja sama sesama bank dan Lembaga Keuangan.
7. Menjalankan usaha-usaha perbankan lainnya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan dan Undang-Undang yang berlaku. Untuk BPR Syariah ditambah Syariah
Islam.
3. Larangan Bagi Bank Perkraditan Rakyat
Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh
dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :
1. Menerima simpanan berupa giro.
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap
layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha
BPR.
4. Tujuan Bank Perkraditan Rakyat
Adapun tujuan dari BPR adalah Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke
arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Dalam pengoperasiannya BPR berasaskan
Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem
ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945. Dengan berdasarkan
prinsip tersebut maka sasaran BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,
pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran ini belum dapat
terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan.
pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke
tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon).
5. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem
syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem
perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro
dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya
dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah
merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah.
5
a. Pelayanan BPR Syariah
BPR Syariah terfokus untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang
menginginkan proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah
memiliki petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan
tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat relevan
dengan kebutuhan masyarakat UMK yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha
kesehariannya di pasar/toko/rumah.
b. Produk BPR Syariah
Prinsip syariah dalam BPR Syariah diberlakukan untuk transaksi pendanaan
(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan (pinjaman). BPR Syariah mengelola dana
masyarakat dengan sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil, masyarakat penyimpan
dana akan mendapatkan bagi hasil secara fluktuasi karena sangat bergantung kepada
pendapatan yang diperoleh BPR Syariah. Untuk itu, perlu disepakati nisbah (porsi) di
awal transaksi. Setiap tabungan maupun deposito yang disimpan di BPR Syariah
mendapat jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sepanjang sesuai ketentuan
yang berlaku, sehingga masyarakat akan tetap merasa aman untuk menyimpan dananya di
BPR Syariah. Dalam transaksi pembiayaan (pinjaman), BPR Syariah memberikan
pembiayaan kepada UMK dengan sistem jual beli, bagi hasil ataupun sewa. Pilihan atas
sistem syariah tersebut sangat tergantung kepada jenis pembiayaan yang diajukan oleh
masyarakat kepada BPR Syariah. Selain itu, BPR Syariah juga bisa melakukan praktik
pegadaian yang dikelola dengan sistem syariah.
c. Usaha BPR Syariah
1. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk :
a. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah.
b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
a. Prinsip jual beli (murabahah, istishna’,salam)
b. Prinsip sewa menyewa (ijarah)
c. Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah)
d. Prinsip kebajikan (qardh)
3. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank syariah lain.
4. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan
prinsip syariah. Disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi Masyarakat dalam
rangka Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia.
6. Resiko Pada Bank Perkraditan Rakyat
Pengertian resiko menurut Silalahi , dikutip dari Husien Umar (2001, hal 5) adalah:
a. Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian
b. Resiko adalah probabilitas timbulnya kerugian
6
c. Resiko adalah ketidak pastian
d .Resiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan
d. Resiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan
Sedangkan manajemen resiko adalah suatu cara yang proaktif, terkoordinasi,
bernilai efektif, dan memahami pemrioritasan dalam menanggulangi ancaman terhadap
perusahaan. Menurut Hempel, et.al (1994:88) resiko perbankan dipengaruhi oleh
lingkungan, sumberdaya manusia, layanan keuangan, dan neraca. Berdasarkan
karakteristik perbankan tersebut, maka resiko terdapat diklasifikasikan atas:
environmental risks (resiko lingkungan), management risks (resiko manajemen),
delivery risks (resiko operasi), dan financial risks (resiko keuangan). Resiko keuangan
dapat ditelusuri melalui analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan keuangan.
Menurut Hempel (1994: 89), cara mengukur dan mengelola resiko keuangan (financial
risks) perbankan, sebagai berikut:
1. Resiko kredit dapat diatasi dengan cara:
a. Melakukan analisis kredit secara baik dan benar
b. Dokumentasi kredit
c. Pengendalian dan pengawasan kredit
d. Penilaian terhadap resiko khusus
2. Resiko Likuiditas dapat diatasi dengan cara:
a. Membuat perencanaan likuiditas
b. Membuat rencana kontingensi
c. Analisis biaya dan penentuan bunga kredit
d. Pengembangan sumber pendanaan
3. Resiko Suku bunga dapat diatasi dengan cara:
a. Membuat analisis kepekaan bunga terhadap aktiva
b. Membuat analisis durasi, penilaian bunga antar waktu
4. Resiko leverage dapat diatasi dengan cara:
a. Membuat perencanaan modal
b. Analisis pertumbuhan usaha berkelanjutan
c. Memantapkan kebijakan dividen
d. Melakukan penyesuaian resiko terhadap kecukupan modal
7. Rasio- Rasio Keuangan Bank
Menurut Dendrawijaya (2005) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perbankan,
rasio merupakan alat analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank. Dalam
penelitian ini yang digunakan adalah analisis rasio berdasarkan Likuiditas, Profitabilitas dan
Solvabilitas yang merujuk pada buku tersebut.
a. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang
sudah jatuh tempo. Bebebrapa rasio likuiditas yang sering dipergunkan dalam menilai
kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut :
7
1. Cash Ratio
2. Loan to Assets Ratio
3. Loan to Deposit Ratio
4. Non Performing Loan
b. Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu,
rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang
diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain
diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis
aktiva yang dimiliki bank. Rasio yang digunakan dalam rasio ini adalah sebagai berikut
:
a. Capital Adequacy Ratio
b. Capital to Debt Ratio
c. Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Selain
itu rasio-rasio dalam katagori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank. Analisis rasio rentabilitas suatu bank pada bab ini antara lain :
a. Gross Profit Margin
b. Net Profit Margin
c. Return On Equity
d. Return On Assets
8. Multiple Diskriminant Analysis Altman ( Z- Score )
Multiple Diskriminant Analysis Altman atau yang biasa yang disebut Z-score Model
Altman. Analisis Z-score dikembangkan oleh Prof. Edward Alman dengan tujuan untuk
mendeteksi apakah suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan (financial
distress) dan memungkinkan untuk memperkirakan kebangkrutan sampai dua tahun sebelum
tiba saatnya. Untuk mengetahui prediksi resiko keuangan suatu bank dapat dilihat dari
laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan perhitungan
rasionya menggunakan metode Altman Z-Score, dengan metode ini diharapkan dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan perbankan.
Untuk menghitung Z-Score ini terlebih dahulu harus menghitung lima jenis rasio
keuangan, yaitu;
a. Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
b. Retained Earning to Total Asset Ratio (X2)
c. Earning Before Interest & Taxes to Total Asset (X3)
d. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
8
Maka rumus Z-Score adalah :
Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-score, digunakan angka interpretasi
yang dikembangkan oleh. Edward Altman (1968), sebagai berikut:
Score Prediction
Z > 2.6
Firm Will not fail within 1 year : Perusahaan diprediksikan
tidak akan bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun, berarti
dalam keadaan sehat.
1.1 ≤ Z ≤ 2.6
Gray area within which it is difficult to discriminate
effectively : Perusahaan berada dalam Gray Area yaitu dimana
sulit untuk ditentukan apakah sehat atau bangkrut.
Z< 1.1
Firm will fail in 1 year : Perusahaan diprediksikan akan
bangkrut / pailit dalam kurun waktu 1 tahun.
METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek adalah laporan keuangan dari Bank
Perkreditan Rakya (BPR) Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
yang terdiri dari dua Bank Perkreditan Rakyat (BPR) konvensional dan dua Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdiri dari tahun 2006-2009 yang berada di
Bekasi yaitu :
1. PT. BPR Prima Nusatama
Beralamat di Jl. Sultan Hasanudin No.76A Tambun Bekasi Timur
2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Beralamat di RE. Martadinata No. 83 84 Cikarang Bekasi
3. PT. BPRS Amanah Insani
Beralamat di Jl. Raya Jatiwaringin No.109 Pondok Gede Bekasi
4. PT. BPRS Harta Insan Karimah
Beralamat di Ruko Grand Mall Blok A 19-20 Bekasi
2. Data/ Variabel Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder dan
bersifat kuantitatif yaitu laporan keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi.
Variabel-variabel utama penelitian adalah pos-pos dalam Neraca terdiri dari: Kas, giro,
kredit yang diberikan, aktiva tetap dan aktiva lain, kewajiban segera, tabungan, deposito,
pinjaman, dan ekuitas. Pos-pos dalam Daftar Rugi/Laba : pendapatan bunga, beban
Z-Score = 6.56X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
9
bunga,pendapatan operasi lainnya, pendapatan non operasi, beban non operasi, pajak dan
laba bersih.
3. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio-rasio keuangan dan analisis
diskriminan Z- Score.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. PT. BPR Prima Nusatama
a. Gambaran Umum Perusahaan
PT. BPR PRIMA NUSATAMA berdiri pada tanggal 14 September 1990
berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh notaris Imas Tarwiyah Soedrajat, SH,
berkedudukan di Kabupaten Bekasi, dengan modal dasar pada saat itu berjumlah Rp.
250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah). Melihat potensi yang dimiliki, maka
pada Tahun 1999 PT. BPR Prima Nusatama mengajukan permohonan pindah alamat ke
Kotamadya Bekasi. Berdasarkan izin dari Bank Indonesia No.1/318/CPBPR/IDBPR/Bd
Tanggal 16 Desember 1999, maka pada Tanggal 30 Desember PT. BPR Prima Nusatama
resmi pindah alamat ke kotamadya Bekasi, tepatnya di Jl. Sultan Hasanudin No 76
Tambun Bekasi Timur, yang saat ini beroperasi sebagai kantor pusat. Didukung
komitmen bersama segenap pemegang saham dan pengurus serta staff menjadikan PT.
BPR Prima Nusatama sebagai suatu perusahaan yang berkembang pesat dan mampu
bersaing di dunia perbankan. Tahun 2001 PT. BPR Prima Nusatama mulai membenahi
infrastruktur dengan menerapkan S.O.P (Standard Operating Procedure) dan standarisasi
pelayanan di semua cabang-cabang PT. BPR Prima Nusatama. Tahun 2003 PT. BPR
Prima Nusatama memperoleh sertifikasi ISO versi 9001-2000 untuk Core Banking dari
Badan Sertifikasi SAI Global (ANZ) dengan nomor registrasi QEC 20588.
b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama
Dari laporan keuangan PT. BPR Prima Nusatama dapat dihitung beberapa
rasio keuangan yang berdasarkan laporan keuangan BPR. Berdasarkan hasil dari
perhitungan rasio keuangan, maka dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya
disajikan dalam tabel berikut
Tabel 1. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prima Nusatama Tahun
2006-2009
Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009
1. Rasio Likuiditas
a. Loan to Assets Ratio 63,74% 59,82% 80,70% 79,21%
b. Cash Ratio 57,78% 61,77% 22,59% 38,16%
c. Loan to Deposit Ratio 114,73% 106,66% 133,55% 142,42%
10
Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009
d. Non Performing Loan 3,06% 3,91% 3,73% 4,75%
2. Rasio Solvabilitas
a. Capital to Debt Ratio 43,92% 58,64% 55,82% 48,54%
b. Capital adequacy Ratio 30,52% 36,97% 35,82% 32,68%
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin 11,28% 7,25% 24,60% 16,75%
b. Net Profit Margin 8,70% 5,36% 17,42% 12,08%
c. Return On Equity 6,90% 2,77% 9,64% 7,26%
d. Return On Assets 2,11% 1,02% 3,45% 2,37%
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama
Berdasarkan tabel diatas, rasio-rasio likuiditas PT. BPR Prima Nusatama
menunjukkan kenaikan dalam tiap tahunnya yang artinya juga menunjukkan perbaikan dari
tahun ke tahun, meskipun ada penurunan tetapi tidak signifikan. Seperti penurunan yang
terjadi pada Loan to Assets Ratio ditahun 2007 sebesar 3,92%, penurunan ini terjadi karena
kenaikan jumlah kredit yang diberikan yang diimbangi dengan naiknya total asset yang
dimiliki sehingga kenaikan tersebut mengakibatkan semakin kecinya jumlah rasio yang
terjadi pada tahun 2007. Penurunan rasio ini membawa dampak yang baik bagi BPR karena
semakin kecil nilai Loan To Assets Ratio maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi karena
junlah asset yang diperlukan untuk membiayai kredinya semakin kecil.
Penurunan juga terjadi pada Cash Ratio yaitu penurunan sebesar 39,18% yang
terjadi pada tahun 2008. Penurunan ini terjadi karena menurunnya kas (alat likuid) yang
dimiliki oleh BPR dengan naiknya jumlah kewajiban yang signifikan. Hal ini mengakibatkan
kecilnya jumlah rasio ini. Penurunan tersebut berarti bahwa BPR memiliki tingkat likuiditas
yang kecil pada tahun 2008. Karena pada Cash Ratio semakin tinggi nilai rasio semakin
tinggi pula tingkat likuiditasnya. Tetapi BPR mampu melakukan perbaikan di tahun 2009
yang ditandai naiknya Cash Ratio pada tahun 2009 sebesar 15,57%. Loan to Deposit Ratio
terlihat bahwa dari 4 tahun tersebut bernilai lebih dari 110%. Menurut ketentuan Bank
Indonesia rasio ideal untuk Loan to Deposit Ratio antara 85% sampai dengan 110%. Berarti
hasil dari perhitungan pada PT. BPR Prima Nusatama melebihi batas ideal yang ditentukan
oleh Bank Indonesia, meskipun hanya pada tahun 2007 yang rasionya dibawah 110% yaitu
sebesar 106,66%. Hal ini berarti hanya pada tahun 2007 BPR dikatakan sehat dibandingkan
dengan tahun 2006, 2008 dan 2009. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pimpinan BPR agar
lebih mengurangi pemberian kredit. Non Performing Loan pada tahun 2006-2009 berturutturut
bernilai 3,06%, 3,91%, 3,73% dan 4,75% yang semuanya berada dibawah batas
maksimum yang ditetapkan oleh BI sebesar 5%. Meskipun pada tahun 2009 hampir
mendekati angka maksimum yaitu sebesar 4,75%.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy
Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan Peraturan
Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan penetapan status
bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank adalah sebesar 8%. Dari
tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun 2006 sebesar 30,52%,
tahun 2007 sebesar 36,97%, tahun 2008 sebesar 35,82% dan tahun 2009 sebesar 32,68%
yang semuanya berada di atas 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal
dengan hutang masih diatas 8%.
11
Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 2006-2009.
Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2009 dengan tingkat penurunan yang cukup
signifikan. Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 11,28% yang mengalami penurunan di
tahun 2007 sebesar 4,03% menjadi 7,25%. Penurunan ini terjadi karena pada tahun 2007
terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang terjadi pada tahun
2009, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba operasi tetapi adanya
kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan naiknya laba operasi,
sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi pada rasio Net Profit Margin
yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar 3,34% dan di tahun 2008-2009
sebesar 5,34%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan jumlah laba bersih pada
tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang tidak diimbangi dengan
naiknya laba bersih. Return On Equity dan Return On Assets juga mengalami penurunan di
tahun 2007 dan 2009. Tetapi penurunan jumlah rasio Return On Equity dan Return On
Assets tidak sebesar rasio Gross Profit Margin dan Net Profit Margin. Hal ini sebabkan
karena jumlah laba bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal
(equity) pada Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar
jumlahnya. Berdasarkan hasil tersebut secara umum PT. BPR Prima Nusatama mampu
bangkit dari penurunan yang terjadi dari tahun ke tahun.
2. PT. BPR Prisma Berlian Danarta
a. Gambaran Umum Perusahaan
PT. BPR PRISMA BERLIAN DANARTA didirikan secara resmi tahun 1997 di
Cikarang, Bekasi. Selama13 tahun menjadi bagian dari dinamika perekonomian di
Cikarang Bekasi, telah menjadikan BPR PBD sebagai salah satu BPR terbesar di
Cikaranga. BPR PBD juga dikenal sebagai salah satu BPR pelopor dan perintis dalam
program pemberdayaan pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah. Melalui beragam
produk layanan perbankan yang inovatif dan kompetitif, didukung tata kelola layanan
berbasis teknologi informasi, BPR PBD kini kian tumbuh dan berkembang progresif
melayani kebutuhan jasa perbankan nasabahnya. Tahun 2010 ini, cita-cita mewujudkan
BPR yang profesional, tangguh, dan terpercaya semakin mendapatkan momentumnya
seiring dengan komitmen seluruh manajemen baru dalam perusahaan ini untuk
mengimplementasikan prinsip-prinsip “Good Corporate Governance”.
b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Dari laporan keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta dapat dihitung
beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat
dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :
12
Tabel 2. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Tahun 2006-2009
Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009
1. Rasio Likuiditas
b. Loan to Assets Ratio 69,36% 64,04% 71,92% 69,19%
c. Cash Ratio 53,96% 45,67% 32,61% 36,94%
d. Loan to Deposit Ratio 95,16% 93,49% 99,63% 94,42%
e. Non Performing Loan 1,23% 2,72% 2,53% 2,12%
2. Rasio Solvabilitas
b. Capital to Debt Ratio 35,39% 43,16% 36,32% 32,50%
c. Capital adequacy Ratio 26,14% 30,15% 26,64% 24,53%
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin 23,31% 8,00% 6,72% 14,59%
b. Net Profit Margin 19,23% 5,79% 5,06% 9,54%
c. Return On Equity 15,81% 4,88% 4,19 8,92%
d. Return On Assets 4,13% 1,47% 1,11% 2,19%
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Berdasarkan tebel diatas, rasio likuiditas PT. BPR Prisma Berlian Danarta
mengalami fluktuasi dari tahun 2006-2009. Pada Loan to Assets Ratio penurunan terjadi
di tahun 2007 dan 2007, yang terlihat bahwa penurunan di tahun 2007 sebesar 5,32%
dan 2,73% di tahun 2009. Penurunan tersebut disebabkan pada tahun tersebut kenaikan
total asset yang tidak sebanding dengan kenaikan kredit yang diberikan oleh BPR,
sehingga rasio yang dihasilkan menjadi lebih kecil. Tetapi penurunan tersebut membawa
dampak yang baik bagi BPR, karena pada rasio ini semakin kecil rasio maka tingkat
likuiditasnya semakin besar artinya jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai
kreditnya menjadi semakin kecil. Hal yang serupa terjadi pada Cash Ratio yaitu
penurunan terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2008 meskipun nilai rasio tidak sebesar
yang terjadi pada Loan to Assets Ratio. Pada tahun 2007 terjadi penurunan sebesar
8,29% dan 13,06%. Penurunan yang sangat besar terjadi pada tahun 2008 menjadi
32,61%, hal ini terjadi karena pada tahun 2008 jumlah kenaikan kewajiban segera yang
begitu besar dibandingkan dengan kenaikan pada kas (alat likuid). Artinya pada tahun
2008 kewajiban BPR meningkat pada nasabah terutama pada DPK. Namun pada tahun
2009 BPR mampu menunjukkan perbaikan di tahun 2009 yang ditandai dengan naiknya
Cash Ratio pada tahun 2009 yaitu menjadi 36,94%.
Loan to Deposit Ratio dari tahun 2006-2009 terlihat berada dalam batas
maksimum yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang nilainya kurang dari
110%. Menurut ketentuan Bank Indonesia untuk Rasio LDR di bawah 110% diberi nilai
kredit 100, yang artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat. Hal tersebut mampu
ditunjukkan oleh BPR dengan nilai rasio dari 2006-2009 adalah 95,16%, 93,49%,
99,63% dan 94,42%. Rasio Non Performing Loan yang terjadi pada tahun 2006-2009
berturut-turut adalah sebesar 1,23%, 2,72%, 2,53% dan 2,12%. Nilai dari rasio-rasio
tersebut menunjukkan bahwa masih berada dalam batas aman ketentuan Bank Indonesia
mengenai Non Performing Loan yaitu batas maksimum sebesar 5%.
13
Untuk rasio solvabilitas secara keselurun mengalami penurunan dari tahun
2006-2009 dan kenaikan hanya terjadi pada tahun 2007. Dari tabel terlihat bahwa untuk
Capital to Debt Ratio pada tahun 2006 sebesar 35,39% dan terjadi kenaikan sebesar
7,77% menjadi 43,16% ditahun 2007. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan
sebesar 6,84% dan 3,82% di tahun 2009. Penurunan ini terjadi karena kenaikan jumlah
kewajiban yang sangat signifikan dibandingkan dengan modal yang dimiliki oleh BPR.
Capital Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29
Mei 1993 dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut
pengawasan dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum
bagi bank adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa CAR pada tahu 2006
sebesar 26,14%, tahun 2007 sebesar 30,15%, tahun 2008 sebesar 26,64% dan tahun
2009 sebesar 24,53% yang semuanya berada di atas 8%.
Rasio-rasio rentabilitas yang dinyatakan dengan rasio-rasio Net Profit
Margin, Gross Profit Margin, Return On Equity dan Retern On Assets menunjukkan
nilai yang fluktuatif. Secara keseluruhan penurunan terjadi pada tahun 2007 dan 2008.
Penurunan yang sangat besar terjadi pada Gross Profit Margin dari tahun 2006-2007
yaitu sebesar 15,31% dibandingkan dengan penurunandari ketiga rasio tersebut diatas.
Hal tersebut ditandai dengan turunnya laba bersih pada tahun tersebut. Tetapi penurunan
yang terjadi pada tahun 2007-2008 dapat menunjukkan perbaikan di tahun 2009. Hal itu
terlihat di tahun 2009 nilai rasio-rasio rentabilitas mengalami kenaikan. Yang terlihat
pada Gross Profit Margin pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 7,87%, Net
Profit Margin sebesar 4,48%, Return On Equity sebesar 4,73% dan 1.08% untuk Return
On Assets. Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa BPR mampu mengatasi penurunan
yang terjadi selama tahu 2007-2008, sehingga pada tahun 2009 posisi BPR
menunjukkan kemampuan yang baik dalam memperoleh keuntungan.
3. BPRS Harta Insan Karimah
a. Gambaran Umum Perusahaan
PT BPRS Harta Insan Karimah Bekasi yang lebih dikenal dengan nama BPRS HIK
BEKASI, didirikan pada tanggal 15 Mei 2005, melalui akuisisi dan perubahan nama dari
PT BPRS Baituniaga Insani di Bekasi. Pendiriannya diprakarsai oleh Keluarga Alumni
HMI FE-UGM Yogyakarta di Jakarta. Kebersamaan selama menimba ilmu di
Yogyakarta, sebagai aktivis HMI telah mendorong para alumni ini untuk berbuat secara
kongkrit untuk membantu meningkatkan kesejahteraan ummat pada umumnya, para
pengusaha kecil dan mikro pada khususnya dengan membentuk lembaga perbankan
syariah yang berbasis “ community banking “ di berbagai daerah, dan salah satunya
didirikan BPRS HIK BEKASI di Kota Bekasi. Pendirian BPRS HIK BEKASI juga
dimaksudkan untuk turut serta dalam memberikan pelayanan perbankan syariah pada
garis terdepan dan berhubungan langsung dengan pedagang, pengusaha kecil dan mikro
di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi dan sekitarnya.
Dengan motto “ Maju Bersama Sesuai Syariah “, BPRS HIK Bekasi dikelola oleh tenaga
profesional, independent, cerdas, amanah dan bertanggung jawab, dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip perbankan syariah yang sehat, prudent, dan complien
Syariah.
14
b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah
Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung
beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka dapat
dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah
Tahun 2006-2009
Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009
1. Rasio Likuiditas
a. Loan to Assets Ratio 68,57% 64,14% 60,21% 66,42%
b. Cash Ratio 45,66% 35,03% 41,74% 34,12%
c. Loan to Deposit Ratio 117,74% 129,07% 108,59% 158,59%
d. Non Performing Loan 1,15% 1,33% 2,15% 1,75%
2. Rasio Solvabilitas
a. Capital to Debt Ratio 23,29% 20,97% 17,64% 21,98%
b. Capital Adequacy Ratio 18,89% 17,34% 15,00% 18,02%
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin 28,41% 23,54% 18,65% 24,42%
b. Net Profit Margin 20,45% 18,20% 13,58% 17,48%
c. Return On Equity 22,04% 20,85% 17,02% 17,00%
d. Return On Assets 4,16% 3,62% 2,55% 3,06%
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah
Secara keseluruhan rasio likuiditas sangat fluktuatif dari tahun 2006-2009
seperti yang terlihat pada tabel diatas. Loan to Assets Ratio terlihat bahwa terjadi
penurunan di tahun 2007 dari tahun 2006 sebesar 4,43% dan pada 2008 turun sebesar
3,93% dari tahun 2007 dan ditahun 2009 naik sebesar 6,21% menjadi 66,42%.
Penurunan tersebut berarti bahwa BPRS HIK memiliki likuiditas yang baik, karena pada
Loan to Assets Ratio semakin rendah nilai rasio maka tingkat likuidatasnya menjadi
semakin lebih tinggi karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya
menjadi semakin kecil. Pada Cash Ratio di tahun 2006 sebesar 45,66% turun menjadi
35,03% di tahun 2008, namun pada tahun 2008 kembali mengalami kenaikan menjadi
41,74% tetapi pada tahun 2009 terjadi lagi penurunan sehingga menjadi 34,12%.
Penurunan yang terjadikan tingkat likuiditas pada BPRS HIK menjadi semakin kecil.
Karena pada Cash Rasio ini semakin tinggi rasio maka semakin besar pula tingkat
likuiditas. Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006-2009 berada di atas 100%, tetapi
menurut ketentuan Bank Indonesia batas maksimum adalah sebesar 110%. Hanya pada
tahun 2008 yaitu sebesar 108,59% yang telah memenuhi ketentuan tersebut. Begitu pula
dengan rasio Non Performing Loan yang dari tahun 2006-2009 berada dalam batas yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5% untuk rasio Non Performing
Loan.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital
Adequacy Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993
dan Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan
dan penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank
15
adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun
2006 sebesar 18,89%, tahun 2007 sebesar 17,34%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar
15,00% dan tahun 2009 sebesar 18,02% yang artinya masih berada dibawah ketentuan
Bank Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal
dengan hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan
yang ditetapkan oleh BI.
Rasio-rasio rentabilitas secara keseluruhan terjadi fluktuasi dari tahun 2006-
2009. Penurunan terjadi di tahun 2007 dan tahun 2008 dengan tingkat penurunan yang
cukup banyak. Rasio Gross Profit Margin tahun 2006 sebesar 28,41% yang mengalami
penurunan di tahun 2007 sebesar 4,87% menjadi 23,54%. Penurunan ini terjadi karena
pada tahun 2007 terjadi penurunan laba operasi pada BPR. Begitu pula penurunan yang
terjadi pada tahun 2008, namun penurunan tersebut bukan karena menurunnya laba
operasi tetapi adanya kenaikan pendapatan operasi besar yang tidak diimbangi dengan
naiknya laba operasi, sehingga mengakibatkan kecilnya rasio. Hal yang sama terjadi
pada rasio Net Profi Margin yang mengalami penurunan dari tahun 2006-2007 sebesar
2,25% dan di tahun 2008 4,62%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan
jumlah laba bersih pada tahun 2007 dan kenaikan jumlah pendapatan yang besar yang
tidak diimbangi dengan naiknya laba bersih. Rasio Return On Equity dan Return On
Assets juga terjadi penurunan di tahun 2007- 2009. Hal ini sebabkan karena jumlah laba
bersih yang dihasilkan lebih kecil dari pembaginya yaitu terhadap Modal (equity) pada
Return On Equity dan jumlah aktiva pada Return On Assets yang sangat besar
jumlahnya. Berdsarkan hasil tersebut secara umum PT. BPRS HIK mampu bangkit dari
penurunan yang terjadi, meskipun terjadi beruntun.
4. BPRS Amanah Insani
a. Gambaran Umum perusahaan
PT BPRS Amanah Insani didirikan pada tanggal 9 Oktober 1997. Pendiriannya
diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid
Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba
ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan
amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk
lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu
bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah
dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) dengan nama BPRS Amanah Insani. Pendirian BPRS juga
dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat
ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan
nafas keislaman.
b. Perhitungan dan Analisis Rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani
Dari laporan keuangan PT. BPRS Harta Insan Karimah dapat dihitung
beberapa rasio keuangan. Berdasarkan hasil dari perhitungan rasio keuangan, maka
dapat dianalisis rasio keuangan tersebut yang hasilnya disajikan dalam tabel berikut :
16
Tabel 4. Rekapitulasi Rasio-rasio Keuangan PT. BPRS Amanah Insani
Tahun 2006-2009
Rasio-Rasio 2006 2007 2008 2009
1. Rasio Likuiditas
a. Loan to Assets Ratio 72,18% 79,16% 79,03% 77,29%
b. Cash Ratio 55,12% 58,25% 47,47% 57,53%
c. Loan to Deposit Ratio 132,83% 131,39% 131,65% 120,45%
d. Non Performing Loan 3,56% 2,36% 2,12% 2,00%
2. Rasio Solvabilitas
a. Capital to Debt Ratio 11,05% 8,96% 8,20% 6,95%
b. Capital Adequacy Ratio 9,95% 8,22% 7,58% 6,50%
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin 13,46% 14,43% 9,78% 7,38%
b. Net Profit Margin 9,05% 9,73% 6,67% 5,18%
c. Return On Equity 18,12% 20,49% 15,72% 11,59%
d. Return On Assets 1,80% 1,68% 1,19% 0,75%
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani
Secara umum rasio likuiditas BPRS Amanah Insani mengalami fluktuasi. Loan to
Assets Ratio menunjukkan kenaikan di tahun 2007 sebesar 6,98% dari tahun 2006.
Kenaikan ini berarti BPRS menjadi semakin kecil tingkat likuiditasnya. Karena pada
Loan to Assets Ratio semakin tinggi rasionya maka semakin kecil tingkat likuiditasnya
karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
Namun hal tersebut dapat diperbaiki pada tahun 2008-2009, yang ditandai dengan
turunnya nilai Loan to Assets Ratio. Cash Ratio mengalami kenaikan pada tahun 2007
dan tahun 2009. Pada tahun 2007 naik sebesar 3,13% dari 2006 dan di tahun 2009 naik
sebesar 10,06% dari tahun 2008. Kenaikan tersebut berarti tingkat likuiditasnya menjadi
semakin tinggi. Loan to Deposit Ratio dari tabel diatas menunjukkan nilai lebih dari
110% artinya melampaui batas maksimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Rasio
Non Performing Loan menunjukkan nilai kurang dari 5% adri tahun 2006-2009,yang
artinya rasio tersebut berada dalam batas aman yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu
batas maksimun untuk Non Performing Loan sebesar 5%.
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup sehat. Capital Adequacy
Ratio berdasarkan Surat Edaran Direksi BI No. 26/2/UD tanggal 29 Mei 1993 dan
Peraturan Bank Indonesia Nonor 6/9/PBI/2004 tentang tindak lanjut pengawasan dan
penetapan status bank menyatakan bahwa kewajiban Modal Minimum bagi bank
adalah sebesar 8%. Dari tabel diatas terlihat bahwa Capital Adequacy Ratio pada tahun
2006 sebesar 9,95%, tahun 2007 sebesar 8,22%. Tetapi pada tahun 2008 sebesar 7,58%
dan tahun 2009 sebesar 6,50% yang artinya masih berada dibawah ketentuan Bank
Indonesia sebesar 8%. Begitu pula dengan dengan rasio perbandingan modal dengan
hutang masih diatas 8% meskipun pada tahun 2009 belum mencapai ketentuan yang
ditetapkan oleh BI.
Secara keseluruhan rasio profitabilitas mengalami fluktusi dari tahun 2006-2007.
Dari empat rasio yang digunakan semuanya mengalami kenaikan di tahun 2007.
17
Kenaikan tersebut berarti dari tingkat keuntungan yang paling baik dibandingkan dengan
tahun-tahun yang lain.
4. Analisis Diskriminan (Z-Score)
a. Analisis Diskriminan PT. BPR Prima Nusatama
Tabel 5. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prima Nusatama Tahun 2006-
2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
X1 = Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja : Total Aktiva 0,38 0,35 0,30 0,40
X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio
Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,05 0,02 0,03 0,06
X3 = EBIT to Total Assets
Laba sebelum bunga dan pajak : Total
Aktiva
0,02 0,01 0,04 0,03
X4 = Market Value of Equity to Book Value
of Debt
Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,44 0,58 0,45 0,48
Z-SCORE
6,56( X1 ) 2,49 2,30 1,97 2,62
3,26 (X2 ) 0,16 0,07 0,10 0,20
6,72 ( X3 ) 0,34 0,07 0,27 0,20
1,05 ( X4 ) 0,46 0,61 0,47 0,50
TOTAL 3,45 3,04 2,81 3,53
Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prima Nusatama
Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada
diatas angka 2,6. Yang artinya kondisi PT. BPR Prima Nusatama dalam keadaan sehat.
Dengan keadaan tersebut dapat diprediksikan bahwa BPR Prima Nusatama dapat
bertahan lama,dan diprediksikan tidak akan pailit dalam waktu satu atau dua tahun
kedepan.
18
b. Analisis Diskrimunan PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 6. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPR Prisma Berlian Danarta Tahun
2006-2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
X1 = Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja : Total Aktiva 0,24 0,25 0,21 0,21
X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio
Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,08 0,03 0,01 0,02
X3 = EBIT to Total Assets
Laba sebelum bunga dan pajak : Total
Aktiva
0,04 0,02 0,01 0,03
X4 = Market Value of Equity to Book Value
of Debt
Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,35 0,43 0,36 0,32
Z-SCORE
6,56 ( X1 ) 1,57 1,64 1,38 1,38
3,26 (X2 ) 0,26 0,10 0,03 0,07
6,72 ( X3 ) 0,27 0,13 0,07 0,20
1,05 ( X4 ) 0,37 0,45 0,38 0,34
TOTAL 2,47 2,32 1,86 1,98
Keterangan
Gray
Area
Gray
Area
Gray
Area
Gray
Area
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPR Prisma Berlian Danarta
Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada
dalam keadaan gray area, yang artinya posisi BPR Prisma Berlian Danarta sulit
ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau pailit. Hal tersebut disebabkan karena nilai
X2 dean X3 yang relatif lebih kecil dibandingkan rasio yang lain. Kecilnya rasio
tersebut karena kecilnya jumlah laba dan laba ditahan yang diperoleh oleh BPR.
c. Analisis Diskriminan PT. BPRS Harta Insan Karimah
Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut :
19
Tabel 7. Hasil Perhitungan Z-Score BPRS Harta Insan Karimah Tahun
2006-2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
X1 = Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja : Total Aktiva 0,68 0,57 0,58 0,59
X2 = Retained Earnings to Total Assets Ratio
Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,00 0,00 0,00 0,00
X3 = EBIT to Total Assets
Laba sebelum bunga dan pajak : Total
Aktiva
0,06 0,05 0,04 0,04
X4 = Market Value of Equity to Book Value
of Debt
Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,23 0,21 0,18 0,22
Z-SCORE
6,56 ( X1 ) 4,46 3,74 3,80 3,87
3,26 (X2 ) 0,00 0,00 0,00 0,00
6,72 ( X3 ) 0,40 0,34 0,27 0,27
1,05 ( X4 ) 0,24 0,22 0,19 0,23
TOTAL 5,11 4,30 4,26 4,37
Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah
Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada
diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS HIK berada dalam keadaan sehat. Sehingga
diprediksikan BPRS HIK dapat bertahan untuk satu atau dua tahun kedepan.
d. Analisis Diskriminan PT. BPRS Amanah Insani
Hasil perhitungan Z-Score dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Perhitungan Z-Score PT BPRS Amanah Insani Tahun 2006-
2009
Uraian 2006 2007 2008 2009
X1 = Working Capital to Total Asset Ratio
Modal Kerja : Total Aktiva 0,49 0,58 0,57 0,60
X2 = Retained Earnings to Total Assets
Ratio
Laba Di Tahan : Total Aktiva 0,01 0,01 0,01 0,01
X3 = EBIT to Total Assets
20
Uraian 2006 2007 2008 2009
Laba sebelum bunga dan pajak :
Total Aktiva
0,03 0,02 0,02 0,01
X4 = Market Value of Equity to Book
Value of Debt
Nilai Ekuitas : Nilai Hutang 0,11 0,09 0,08 0,07
Z-SCORE
6,56 ( X1 ) 3,21 3,80 3,74 3,94
3,26 (X2 ) 0,03 0,03 0,03 0,03
6,72 ( X3 ) 0,20 0,13 0,13 0,07
1,05 ( X4 ) 0,12 0,09 0,08 0,07
TOTAL 3,56 4,07 3,99 4,11
Keterangan Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber : Diolah dari Laporan Keuangan PT. BPRS Amanah Insani
Hasil perhitungan Z-Score menunjukkan bahwa selama empat tahun nilai Z berada
diatas nilai 2,6. Artinya bahwa BPRS Amanah Insani berada dalam keadaan sehat.
Sehingga diprediksikan BPRS Amanah Insani dapat bertahan untuk satu atau dua tahun
kedepan.
5. Analisis Komparatif BPR Konvensional dan BPR Syariah
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan rata-rata rasio keuangan dari Bank
Konvensional dan Bank Syariah.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Rata-rata Rasio Keuangan BPR Konvensional
dan BPR Syariah
Rasio-Rasio
BPR
Konvensional
BPR Syariah
1. Rasio Likuiditas
a. Loan to Assets Ratio 69,75% 70,87%
b. Cash Ratio 43,69% 46,86%
c. Loan to Deposit Ratio 110,00% 128,79%
d. Non Performing Loan 3,00% 2,05%
2. Rasio Solvabilitas
a. Capital to Debt Ratio 44,29% 14,88%
b. Capital adequacy Ratio 30,43% 12,69%
3. Rasio Rentabilitas
a. Gross Profit Margin 14,06% 17,51%
b. Net Profit Margin 10,40% 12,54%
c. Return On Equity 59,40% 17,85%
d. Return On Assets 2,23% 2,35%
21
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari perhitungan rasio keuangan pada BPR
konvensional dan BPR Syariah maka dapat dianalisis komparatif berikut ini :
a. Likuiditas
Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR Syariah relative lebih baik di bandingkan
dengan BPR konvensional. Pada Loan to Assets Ratio terlihat bahwa pada BPRS relatif
lebih rendah nilainya dibandingkan dengan BPR konvensional. Meskipun dalam tiap
tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan. Rasio kas terhadap kewajiban segera
pada tahun 2006-2009 menunjukkan tingkat fluktuasi yang baik. Namun untuk Loan to
Deposit Ratio, BPR Konvensional relative lebih baik karena lebih mendekati pada batas
maksimum yang telah ditentukan oleh Bank Indonesi yaitu 110%. Begitu pula dengan
rasio Non Performing Loan pada BPR Syariah lebih rendah dibandingkan dengan BPR
Konvensional.
b. Solvabilitas
Rasio-rasio solvabilitas keempat BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio
kecukupan modal ( Capital Adequacy Ratio) keempat BPR berada diatas ketentuan
minimum BI yaitu sebesar 8%. CAR pada tahun 2009 pada BPR Konvensional rata-rata
lebih tinggi dibandingkan dengan BPR syariah. Yang artinya untuk rasio solvabilitas
BPR Konvensional lebih baik di bandingkan dengan BPR Syariah.
c. Rentabilitas
Semua rasio rentabilitas keempat BPR adalah positif. Rasio NPM pada tahun
2009 pada BPR konvensional rata-rata sebesar 10,81% dan pada BPR Syariah rata-rata
sebesar 11,33%. Keadaan ini menunjukkan bahwa keempat BPR mampu memperoleh
laba yang wajar, walaupun Net Profit Margin BPR Konvensional relati lebih rendah
dibanding dengan BPR Syariah. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa BPR Syariah lebih
efisian dalam pengelolaaan dananya.
d. Tingkat Resiko Keuangan
Berikut adalah tabel komparatif rasio Z-Score pada BPR Konvensional dan
BPR Syariah.
Tabel 10. Komparatif Hasil Perhitungan Rasio Z- Score pada BPR
Konvensional dan BPR Syariah
Tahun
BPR Konvensional BPR Syariah
Prima
Nusatama
Prisma
Berlian
Danarta
Harta
Insan
Karimah
Amanah
Insani
2006 3,45 2,47 5,11 3,56
2007 3,04 2,32 4,30 4,07
2008 2,81 1,86 4,26 3,99
22
2009 3,53 1,98 4.37 4,11
Prediksi Sehat Gray Area Sehat Sehat
Rata-rata 2,68 4,22
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis diskriminan model Altman Z-Score
dengan sampel dua BPR konvensional dan dua BPR syariah, diketahui satu BPR
konvensional dan dua BPR syariah berada dalam keadaan sehat. Sedangkan satu BPR
konvensional yaitu BPR Prisma Berlian Danarta berada dalam keadaan gray area, yang
artinya posisi BPR tesebut sulit untuk ditentukan apakah dalam keadaan sehat atau
dalam keadaan tidak sehat. Sehingga dapat di ketahui bahwa resiko keuangan pada BPR
syariah relatif lebih kecil dibandingkan dengan BPR konvensional.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Rasio likuiditas dari kedua BPR konvensional yaitu BPR Prima Nusatama dan BPR
Prisma Berlian Danarta relatif cukup baik. Namun bila dibandingkan keduanya maka
BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dibandingkan dengan BPR Prima Nusatama.
Hal tersebut terlihat pada Loan Deposit Ratio BPR Prisma Berlian Danarta yang
berada di bawah ketetapan BI yaitu maksimal sebesar 110%. Rasio Non Performinng
Loan pada tahun 2009 BPR Prima Nusatama sebesar 4,75% dan 2,12% untuk BPR
Prisma Berlian Danarta. Artinya BPR Prisma Berlian Danarta lebih baik dari pada
BPR Prima Nusatama. Rasio solvabilitas secara umum kedua BPR baik. Karena
untuk Capital Adequacy Ratio berada diatas batas minimum yang ditetapkan oleh BI
yaitu sebesar 8%. Tetapi BPR Prima Nusatama lebih baik di bandingkan dengan BPR
Prisma Berlian Danarta. Begitu pula dengan rasio rentabilitas BPR Prima Nusatam
lebih baik dibandingkan dengan BPR Prisma Berlian Danarta karena lebih baik
dalam memperoleh laba. Yang dibuktikan dengan Net Profit Margin BPR Prima
Nusatama sebesar 12,08% di tahun 2009 lebih besar dari BPR Prima Nusatama yang
hanya sebesar 9,54%.
b. Rasio likuiditas dari BPRS Harta Insan Karimah dan BPRS Amanah Insani
menujukkan posisi yang likuid atau sehat. Meskipun rasio likuiditas pada BPRS HIK
relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Hal tersebut terlihat
pada Loan to Assets Ratio yang terjadi pada tahun 2009, pada BPRS HIK sebesar
66,42% dan 77,29% untuk Amanah Insani. Artinya tingkat likuiditas dilihat dari
Loan to Assets Ratio lebih baik BPRS HIK karena rasionya lebih kecil, jadi resiko
yang di dapat semakin kecil. Rasio solvabilitas dari kedua BPRS menunjukkan
bahwa berada dalam batas aman yang ditetapkan oleh BI untuk Capital Adequacy
Ratio sebesar 8%. Dengan nilai rasio dari kedua BPRS diatas 8%. Namun BPRS HIK
relatif lebih baik dibandingkan dengan BPRS Amanah Insani. Begitu pula untuk rasio
rentabilitas, BPRS HIK relatif lebih baik dibandingkan BPRS Amanah Insani. Pada
rasio Net Profit Margin di tahun 2009 untuk BPRS HIK sebesar 17,48% dan 5,18%
23
untuk BPRS Amanah Insani. Hal ini berarti rasio pada BPRS HIK lebih besar
sehingga BPRS HIK lebih baik dalam segi perolehan laba.
c. Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan (ZScore)
menunjukkan bahwa terdapat tiga BPR berada pada posisi diatas nilai cut off
yaitu 2,6, yang artinya bahwa BPR tersebut berada dalam keadaan aman. Namun
ada satu BPR yaitu BPR Prisma Berlian Danarta yang berada dalam Gray Area,
yang artinya posisi BPR tersebut berada dalam posisi yang sulit ditentukan apakah
akan sehat atau pailit. Secara keseluruhan resiko keuangan pada BPR Konvensional
relative lebih tinggi dibandingkan dengan resiko pada BPR Syariah. Artinya BPR
Syariah lebih baik dibandingkan BPR Konvensional.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberi saran sebagai berikut :
a. Pada manajemen keempat BPR disarankan untuk lebih mengurangi pemberian kredit
yang berlebihan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai rasio LDR berada dalam batas
yang telah ditetapkan oleh BI. Sehingga pada rasio likuiditas menjadi lebih baik lagi.
b. Dalam mengurangi resiko keuangan sebaiknya pada manajemen BPR memambah
jumlah laba yang ditahan agar kegiatan operasional bias berjalan lancar sehingga
nantinya laba yang dihasilkan akan semakin bertambah. Jika labanya bertambah
dalam tiap tahunnya maka akan banyak investor yang menanamkan modalnya
sehingga kelangsungan perusahaan terjamin selama jangka panjang.
c. Bagi penelitian yang akan datang agar menambah jumlah perusahaan yang dijadikan
sampel karena dengan semakin banyaknya perusahaan maka akan dapat dilakukan uji
keakuratan Z-Score model Altman, sehingga penelitian akan semakin akurat.
d. Bagi BPR Syariah disarankan agar lebih mengenalkan tentang ekonomi Syariahnya
kepada masyarakat dengan melakukan promosi yang lebih banyak. Sehingga
masyarakat tidak terdominasi dengan ekonomi konvensional, karena ekonomi syariah
terbukti relatif lebih baik dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Apabila
masyarakat telah mengetahui tentang ekonomi syariah, maka diharapkan
perekonomian nasional khususnya pada bidang perbankan tidak mudah terpengaruh
dengan tingkat suku bunga yang tidak stabil. Karena pada sistem syariah tidak ada
sistem bunga tersebut yang digantikan dengan sistem bagi hasil.
e. Pengenalan tentang ekonomi syariah diharapkan untuk semua kalangan. Sehinga
ekonomi syariah tidak hanya untuk masyarakat muslim saja yang bisa bergabung.
Jadi masyarakat non-muslim juga bisa bergabung dalam ekonomi syariah tersebut.
Pada akhirnya perekonomian nasional akan menjadi merata di semua kalangan
khususnya di Indonesia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate
Bankruptcy,” Journal of Finance, September 1968
Ascarya, 2007. “Optimum Monetary policy under Dual Financial/Banking System”. Paper.
Dipresentasikan pada USIM Islamic Economic Conference (IECONS 2007). Kuala
Lumpur, Malaysia: Universiti Sains Islam Malaysia, 17-19 Juli.
Dendrawijaya, 2005, Manajemen Perbankan , Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor.
Emery, Douglas R. & Finnerty,1998. Corporate Financial Management. Prentice Hall Inc.
USA.
Hamdan, Umar, Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Konvensional dan BPR Syariah, Tesis, Program Studi MM Unsri, 2005.
Hempel, G.H; Simonson, D.; and Colemen A.B, 1994. Bank Management Text and Cases.
Fourth Edition, USA :JohnWiley & sons, Inc.
Holloh, Analisis Tingkat Penyaluran Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat, 2001.
PSAK Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan (1999 : 31.1)
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai
Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam
Kompak No. 7. Januari-April.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPND/Jakarta
Umar, Husein, 2000, “ Research Methods in Finance and Banking”. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992
Wijaya, Andi, Analisis laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (
Studi kasus BPR Konvensional dan BPR Syariah), Tesis, Program Studi MM Unsri,
2005.
http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish
ed&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuangan%2bPublik
asi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRNODEGUID={BD9E4C0B-
7A8B-46F8-B520-6B5CE926457D}&NRCACHEHINT=Guest
http://www.hikbekasi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=78&Itemid=2
42
25
http://www.bi.go.id/biweb/Templates/Statistik/New_LaporanBPR.aspx?NRMODE=Publish
ed&NRNODEGUID={BD9E4C0B-7A8B-46F8-B520-
6B5CE926457D}&NRORIGINALURL=%2fweb%2fid%2fPublikasi%2fLaporan%2bKeuan
gan%2bPublikasi%2bBank%2fBank%2fBPR%2bKonvensional%2f&NRCACHEHINT=Gu
est