DESKRIPSI KOMUNIKASI MATEMATIS TERTULIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA NEGERI DI PURWOREJO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh DWI LESTARI NIM. 112144167 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh DWI LESTARI NIM. 112144167
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
Menyetujui,
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di depan Tim
Penguji Skripsi
pada tanggal :
Riawan Yudi pU~:S. Si., ~~. 061~~3
Pembimbing I,
v
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu dirimu
sendiri …” (QS. Al-Isra’:7)
"Semua orang tidak perlu malu karena pernah melakukan kesalahan,
selama ia
menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. (Khalil Gibran)
PERSEMBAHAN
panjatkan untukku.
dan Novi ) dan keluarga besarku yang selalu
memberi dukungan dan semangat dalam hidupku.
› Guru dan Dosen yang selalu membimbingku
sehingga aku dapat memperoleh ilmu pengetahuan
dan pengalaman yang sangat berarti.
› Keluarga besar Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Muhammadiyah
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini
dapat penulis
selesaikan. Skripsi ini penulis susun dengan judul Deskripsi
Komunikasi
Matematis Tertulis pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas XI SMA
Negeri
di Purworejo.
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan
berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu
di
perguruan tinggi ini.
2. Yuli Widiyono, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang
telah memberikan ijin dan rekomendasi kepada penulis untuk
mengadakan
penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
3. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., Ketua Program Studi
Pendidikan
Matematika yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga
penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Riawan Yudi Purwoko, S. Si., M. Pd., selaku pembimbing I yang
telah banyak
membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran dan
tidak
mengenal lelah, serta mengoreksi skripsi ini dengan penuh
ketelitian sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Nila Kurniasih, M. Si., selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan
serta membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
6. Nikmah Nurbaity, M. Pd., Kepala SMA N 7 Purworejo yang
telah
memberikan izin dan kemudahan dalam penelitian ini.
7. Drs. Marmono, guru matematika kelas XI serta keluarga besar SMA
N 7
Purworejo yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian
ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa matematika dan semua pihak yang telah
memberikan
dukungan, motivasi, semangat, dan masukan kepada penulis
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. memberikan balasan
yang
berlipat ganda atas budi baik yang diberikan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemudian mengetahui
kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa kelas XI IPA
SMA dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus. Subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7
Purworejo pada tahun ajaran 2015/2016. Teknik pemilihan subjek
sumber data yang digunakan adalah teknik purposive sampling dan
snowball sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
tes tertulis dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data
menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi teori.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa komunikasi
matematis siswa pada pembelajaran matematika secara tertulis
tergolong baik karena telah memenuhi kriteria indikator komunikasi
matematis tertulis. Hal ini dapat dilihat ketika siswa dapat
menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika; menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara
tertulis dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar;
menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika serta dapat membuat konjektur, menyusun argumen,
merumuskan definisi, dan generalisasi tentang permasalahan
matematika. Kata kunci: Komunikasi matematis tertulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
....................................................................................
i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN
.......................................................................
iii SURAT PERNYATAAN
..............................................................................
iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN
................................................................. v
PRAKATA
...................................................................................................
vi ABSTRAK
...................................................................................................
viii DAFTAR ISI
................................................................................................
ix DAFTAR TABEL
........................................................................................
x DAFTAR GAMBAR
...................................................................................
xi DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................
xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...............................................................................
1 B. Identifikasi Masalah
.......................................................................
4 C. Batasan Masalah
............................................................................
4 D. Rumusan Masalah
..........................................................................
5 E. Tujuan Penelitian
...........................................................................
5 F. Manfaat Penelitian
............................................................................
5
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, DAN HIPOTESIS A. Kajian
Teori
...................................................................................
7 B. Tinjauan Pustaka
............................................................................
14 C. Kerangka Berfikir
..........................................................................
19
BAB III METODE PENELITIAN A. Design Penelitian
..........................................................................
20 B. Tempat dan Waktu
Penelitian.........................................................
20 C. Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Subjek
........................ 21 D. Sumber Data
..................................................................................
22 E. Teknik Pengumpulan Data
............................................................. 22 F.
Instrumen Penelitian
......................................................................
23 G. Teknik Analisis Data
......................................................................
24 H. Uji Validitas
...................................................................................
25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data
...............................................................................
28 B. Analisis
Data..................................................................................
48 C. Pembahasan
...................................................................................
50
BAB V PENUTUP A. Simpulan
........................................................................................
53 B. Saran
.............................................................................................
53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Tabel 3 Tinjauan Pustaka
1....................................................... 16
Tabel 5 Tinjauan Pustaka
3........................................................ 18
Tabel 7 Waktu Penelitian …………………………………….. 21
xi
xii
Lampiran 1.2 Lembar Jawaban Responden 1………………………… 57
Lampiran 1.3 Lembar Jawaban Responden 2………………………… 59
Lampiran 1.4 Lembar Jawaban Responden 3………………………… 61
Lampiran 2 Instrumen Observasi
Halaman
Lampiran 3.2 Surat Ijin Penelitian
...................................................... 71
Lampiran 3.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
.......... 72
Lampiran 3.4 Kartu Kendali Bimbingan 1
......................................... 73
Lampiran 3.5 Kartu Kendali Bimbingan 2
........................................... 74
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian 75
1
teknologi modern dan penting dalam berbagai disiplin ilmu serta
mampu
mengembangkan daya pikir manusia. Bagi dunia keilmuan,
matematika
memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan
terwujudnya
komunikasi secara cermat dan tepat. Matematika sebagai salah satu
ilmu
yang harus dipelajari di setiap jenjang pendidikan tersebut
mempunyai objek
yang bersifat abstrak. Menurut Sugeng Mardiyono (2004: 1), sifat
objek
matematika yang abstrak pada umumnya dapat membuat materi
matematika
sulit ditangkap dan dipahami. Pembelajaran matematika yang ada di
sekolah
diharapkan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa
dan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga
siswa
akan selalu termotivasi dan tidak merasa bosan dengan
pembelajaran
matematika.
diharapkan memiliki keterampilan berpikir sehingga mampu
menghadapi
tantangan kehidupan secara mandiri. Matematika bukan hanya sekedar
alat
bagi ilmu, tetapi lebih dari itu matematika adalah bahasa. Sejalan
dengan itu
Jujun S. Suriasumantri (2007: 190) mengatakan, matematika
merupakan
2
kita sampaikan.
berupa istilah dan simbol mengakibatkan banyak siswa hanya
menelan
mentah saja semua materi tersebut tanpa mencoba untuk
memahami
informasi yang terkandung di dalamnya. Kebanyakan siswa
menerapkan
metode menghafal rumus untuk belajar matematika, padahal esensi
dari
pembelajaran matematika bukanlah menghafal melainkan agar siswa
mampu
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media
lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. Dengan demikian, jelas
bahwa
komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting yang harus
dikembangkan dalam diri siswa.
siswa akan menyerap informasi yang disampaikan sehingga nantinya
para
siswa dapat berpikir dan menuangkan pemikiran serta ide-ide
matematika
tersebut secara lisan maupun tulisan. Tetapi pada kenyataannya
siswa masih
sulit berkomunikasi untuk mengutarakan jawaban penyelesaian dari
soal.
Sehingga hasil yang dicapai dalam pembelajaran kurang
maksimal.
Kemampuan komunikasi matematis perlu dimiliki oleh siswa agar
mereka
dapat memahami konsep-konsep matematis yang baru saat mereka
berperan
dalam suatu situasi, mengambil, menggunakan obyek-obyek,
memberikan
3
serta menggunakan simbol-simbol matematika.
Dalam wawancara, Guru Matematika kelas XI IPA SMA Negeri 7
Purworejo menyatakan bahwa tingkat kemampuan komunikasi
matematis
siswa kelas XI IPA secara umum tergolong baik. Hal tersebut
didukung
dengan hasil observasi yakni ketika pembelajaran siswa terlihat
aktif. Selain
itu apabila siswa belum memahami penjelasan dari guru atau
mengalami
kesulitan saat mengerjakan soal mereka segera mengajukan
pertanyaan.
Beberapa siswa mampu mengungkapkan gagasan matematika dengan
baik
serta aktif menanggapi pertanyaan dari guru. Namun, ada pula siswa
yang
masih kurang lancar dalam menuangkan gagasan matematika,
terutama
secara tertulis. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran matematika
siswa
dituntut mengerjakan sebuah soal, mengetahui rumus-rumus soal
tersebut,
menyelesaikan soal tersebut dengan benar secara tertulis, namun
siswa masih
mengalami kesulitan ketika menuliskan dalam kalimat matematika
secara
baik dan benar. Gambar, grafik dan simbol-simbol matematika
adalah
elemen-elemen penting dalam pembelajaran matematika secara
tertulis. Itu
artinya kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa masih
sangat
bervariasi.
perlu dikembangkan bagi para siswa di sekolah karena selain
memudahkan
terbentuknya keterampilan belajar matematika dan memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan matematika pada umumnya, juga
mempunyai
4
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Deskripsi Komunikasi
Matematis
Tertulis pada Pembelajaran Matematika Siswa SMA Negeri di
Purworejo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang muncul. Adapun
masalah-masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
pada siswa dalam pembelajaran matematika tergolong sedang.
Namun,
masih terdapat siswa yang kurang lancar dalam menuangkan
gagasan
matematika secara tertulis.
2. Proses belajar siswa yang masih cenderung menggunakan sistem
hafalan
dan tergantung pada buku paket atau buku catatan, sehingga tidak
dapat
mengkomunikasikan kembali secara tertulis materi yang
diajarkan.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak begitu meluas dan untuk menghindari kajian
di
luar batas penelitian, peneliti membatasi penelitian dalam
penulisan skripsi
ini , yaitu kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa
kelas XI
SMA IPA dalam pembelajaran matematika.
5
bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa
kelas
XI IPA SMA dalam pembelajaran matematika?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai
dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kemudian
mengetahui
kemampuan komunikasi matematis secara tertulis siswa kelas XI IPA
SMA
dalam pembelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
berikut:
tentang komunikasi siswa pada pembelajaran matematika.
2. Manfaat praktis
matematis secara tertulis dalam pembelajaran matematika.
6
tentang pentingnya kemampuan berkomunikasi dalam proses
pembelajaran, juga sebagai salah satu perbaikan ketrampilan
guru
dalam membangun komunikasi dengan siswa.
c. Bagi siswa
matematis secara tertulis siswa dalam pembelajaran matematika
dan
memperdalam pemahaman serta wawasan dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi.
A. Kajian Teori
“communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah
dari bahasa Latin “communicatus”, dan perkataan ini bersumber
pada
kata “communis”. Dalam kata communis ini memiliki makna
‘berbagi’
atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu usaha yang memiliki tujuan
untuk
kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi menurut KBBI offline 1.5.1 yaitu pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Pengiriman dan penerimaan pesan
dapat diartikan sebagai proses interaksi dimana pengalihan
informasi dilakukan dengan tujuan atau maksud tertentu agar
penerima dapat memahami apa yang dituju oleh orang yang memberikan
informasi.
Secara umum Susanto (2013: 213) menjelaskan komunikasi ialah suatu
cara untuk menyampaikan suatu pesan ke penerima pesan untuk
memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan
maupun tak langsung melalui media. Sedangkan Steven dalam Cangara
(2013: 21) memaparkan bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu
organisme memberi reaksi terhadap suatu objek atau stimuli. Apakah
itu dari seseorang atau lingkungan sekitarnya. Misalnya seorang
berlindung pada suatu tempat karena diserang badai, atau kedipan
mata sebagai reaksi terhadap sinar lampu.
Jadi, komunikasi merupakan hal yang vital untuk memahami
apa yang hendak disampaikan seseorang kepada orang lain baik
secara
lisan maupun tulisan dengan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh lawan bicaranya. Dengan komunikasi seseorang
dapat
menyampaikan gagasan yang dimiliki dan dapat mendiskusikan,
8
dibahas. Dalam proses pembelajaran Susanto (2013: 213)
menjelaskan
bahwa “akan selalu terjadi suatu peristiwa saling berhubungan
atau
komunikasi antara pemberi pesan (guru) yang memiliki sejumlah
unsur
dan pesan yang ingin disampaikan, serta cara penyampaikan
pesan
kepada siswa sebagai penerima pesan”.
Menurut KBBI online, “matematis adalah segala hal yang
bersangkutan dengan matematika, bersifat matematika”.
Komunikasi
matematis dapat diartikan sebagai “suatu peristiwa dialog atau
saling
hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi
pengalihan
pesan, dan pesan yang dialihkan berisikan tentang materi
matematika
yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau
strategi
penyelesaian suatu masalah” (Susanto, 2013: 213). Dalam
proses
pembelajaran Susanto (2013: 213) menjelaskan bahwa “akan
selalu
terjadi suatu peristiwa saling berhubungan atau komunikasi
antara
pemberi pesan (guru) yang memiliki sejumlah unsur dan pesan
yang
ingin disampaikan, serta cara penyampaikan pesan kepada siswa
sebagai penerima pesan”.
Jadi, secara umum komunikasi matematis adalah komunikasi
yang dilakukan baik oleh siswa pada siswa maupun siswa kepada
guru
dengan cara lisan atau tertulis dengan tujuan mengalihkan pesan
yang
berisi konsep matematika maupun strategi pemecahan masalah,
dengan harapan adanya suatu tanggapan dan diskusi ulang dalam
9
pemberi pesan tidak terbatas oleh guru saja melainkan dapat
dilakukan
oleh siswa maupun media lain, sedangkan unsur dan pesan yang
dimaksud adalah konsep-konsep matematika, dan cara
menyampaikan
pesan dapat dilakukan baik melalui lisan maupun tertulis.
Jadi,
komunikasi matematis merupakan suatu peristiwa dialog/saling
hubungan yang terjadi di lingkungan kelas dimana terjadi
proses
pengalihan pesan berisi tentang materi matematika yang
dipelajari
siswa, dapat berupa konsep, rumus, maupun strategi
penyelesaian
suatu masalah.
Dalam proses pembelajaran matematika, berkomunikasi
dengan menggunakan komunikasi matematis ini perlu
ditumbuhkan,
sebab salah satu fungsi pelajaran matematika yaitu sebagai
cara
mengomunikasikan gagasan secara praktis, sistematis, dan
efisien.
Komunikasi merupakan bagian penting dari pendidikan
matematika.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Asikin dalam Susanto (2008:
217), bahwa peran komunikasi dalam pembelajaran matematika
yaitu:
1) Dengan komunikasi, ide matematika dapat dieksploitasi dalam
berbagai perspektif, membantu mempertajam cara berpikir siswa, dan
mempertajam kemampuan-kemampuan siswa dalam melihat berbagai kaitan
materi matematika.
10
2) Komunikasi matematis sebagai alat untuk mengukur kemampuan
pemahaman dan merefleksi pemahaman matematika siswa.
3) Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan
mengonsolidasikan pemikiran matematika mereka.
4) Komunikasi antarsiswa dalam pembelajaran matematika sangat
penting untuk pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan
kemampuan pemecahan masalah, peningkatan penalaran, menumbuhkan
rasa percaya diri, serta peningkatan ketrampilan sosial.
5) Komunikasi antarsiswa (writing and talking) dapat menjadi alat
yang sangat bermakna untuk membentuk komunitas matematika yang
inklusif.
Sedangkan National Council of Teachers of Mathematics
(2000: 268), menyatakan bahwa “In classrooms where students
are challenged to think and reason about mathematics,
communication is an essential feature as students express the
result of their thinking orally and in writing”. Artinya
komunikasi
merupakan suatu tantangan bagi siswa di kelas untuk mampu
berpikir dan bernalar tentang matematika yang merupakan
sarana
pokok dalam mengekspresikan hasil pemikiran siswa baik secara
lisan maupun tertulis.
maka perlu diciptakan suasana yang kondusif dalam
pembelajaran. Hal tersebut juga dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi, terutama secara
tertulis.
Dengan demikian komunikasi sangat berperan terutama dalam
pembelajaran matematika karena dapat menjadikan proses
11
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang guru harapkan.
c. Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Matematis
Aspek-aspek dalam kemampuan komunikasi matematis
telah dikaji oleh NCTM yang dikutip Susanto Ahmad (2013:
215).
Aspek-aspek kemampuan komunikasi matematis terdiri dari tiga,
yaitu:
2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan meng- evaluasi
ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual
lainnya; dan
3) kemampuan menggunakan istilah, notasi matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan
dan model situasi.
Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti
menggunakan indikator komunikasi matematis dari pendapat
NCTM, dengan pengembangan indikator tulisan sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Komunikasi Matematis Tulisan
NCTM Tulisan
a. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematika.
b. Siswa mampu menuliskan penyelesaian masalah dengan bantuan
gambar.
c. Siswa mampu menuliskan gagasan matematika dalam bentuk
tulisan.
2. Kemampuan memahami, meng-
interpretasikan, dan mengevaluasi ide- ide matematika baik secara
lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
a. Siswa mampu menuliskan informasi yang diperoleh ke dalam ide
matematika.
b. Siswa mampu menginterpretasikan permasalahan matematika
dalam
12
gagasan orang-orang lain. d. Siswa mengevaluasi pekerjaan
orang lain.
a. Siswa mampu mengubah soal uraian ke bentuk model
matematika.
b. Siswa mampu menuliskan rumus yang sesuai.
c. Siswa mampu menggunakan notasi- notasi dan simbol secara tepat
dan benar
Adapun indikator menurut Sumarmo dalam Susanto (2014:
215) kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari
kemampuan siswa dalam hal-hal, sebagai berikut :
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika. 5)
Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis. 6) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan
definisi,
dan generalisasi. 7) Menjelaskan dan membuat pertayaan tentang
matematika yang
telah dipelajari.
dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu indikator
kemampuan komunikasi matematis lisan dan indikator
kemampuan komunikasi matematis tulisan. Menurut Ansari
dalam Maria Agustina Kleden (2013) komunikasi matematis
ditelaah dalam dua aspek.
Kemampuan komunikasi matematika dari dua aspek yaitu komunikasi
lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan
diungkap melalui intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil
selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan komunikasi
matematika tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan
siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur
matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya
dalam memecahkan masalah. Aktivitas menulis melibatkan proses
mental dan berpikir yang mengakibatkan terbentuknya
pengetahuan.
Adapun indikator komunikasi matematis tulisan sebagai berikut
:
Tabel 2. Indikator Komunikasi Matematis Tulisan
NO. Indikator Sub indikator
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika.
Siswa mampu menghubungkan benda nyata, gambar, dan grafik kedalam
ide matematika tertulis.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
Siswa dapat menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, atau aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
Siswa mampu menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bentuk model
matematika atau simbol metematika.
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
Siswa mampu menyatakan dengan tulisan dari kesimpulan diskusi yang
ada.
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
-
Siswa mampu merumuskan definisi dan generalisasi matematika
14
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Siswa mampu menulis rangkuman tentang matematika yang telah
dipelajari
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Matematis
Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi
matematis menurut NCTM yang dikutip oleh Fitriah Ulfah (2010:
20) diantaranya adalah:
1) Pengetahuan Prasyarat (Prior Knowledge) Pengetahuan prasyarat
merupakan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya.
Hasil belajar siswa tentu saja bervariasi sesuai dengan kemampuan
siswa itu sendiri. Jenis kemampuan yang dimiliki sangat menentukan
hasil pembelajaran selanjutnya.
2) Kemampuan membaca, diskusi, dan menulis
Dalam komunikasi matematis, kemampuan membaca, diskusi, dan menulis
dapat membantu siswa memperjelas pemikiran dan dapat mempertajam
pemahaman.
3) Pemahaman Matematika (Mathematical Knowledge) Pemahaman
matematika adalah salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis. Pemahaman
matematika adalah tingkat atau level pengetahuan siswa tentang
konsep, prinsip dan algoritma serta kemahiran siswa menggunakan
strategi penyelesaian terhadap soal atau masalah yang disajikan.
Dengan kata lain pemahaman matematika dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam menguasai suatu konsep matematika yang mana
ditunjukkan dengan adanya pengetahuan terhadap konsep, penerapan
dan hubungannya dengan konsep lain.
B. Tinjauan Pustaka
pada pengalaman penelitian yang serupa dengan penelitian
tersebut.
15
terdahulu yang ada kaitannya dengan kemampuan komunikasi
matematis.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Asiatul Rofiah tentang
“Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematika pada Siswa kelas VII SMP N 2
Depok Yogyakarta dalam Pembelajaran Matematika melalui
Pendekatan Inkuiri“. Hasil penelitiannya adalah sebagai
berikut.
Setelah diterapkan pembelajaran matematika melalui
pendekatan Inkuiri, terjadi peningkatan kemampuan komunikasi
matematika siswa kelas VII-B di SMP N 2 Depok Yogyakarta.
Peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Banyaknya siswa mengalami peningkatan kemampuan
komunikasi matematika berdasar skor total aspek kemampuan
komunikasi matematika siswa berada pada kategori tinggi yakni
sebanyak 26 siswa atau 72,28% dari jumlah siswa.
2) Sebanyak 18 siswa atau 51,42% dari jumlah siswa mengalami
peningkatan skor pada aspek kemampuan memberikan alasan
rasional terhadap suatu pernyataan.
3) Sebanyak 16 siswa atau 45,71% dari jumlah siswa mengalami
peningkatan skor pada aspek kemampuan mengubah bentuk
uraian ke dalam model matematika.
4) Sebanyak 25 siswa atau 71,43% dari jumlah siswa mengalami
peningkatan skor pada aspek kemampuan mengilustrasikan ide-
ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan.
16
Tabel 3. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan :
No. Penelitian Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas
2. Dwi Lestari ( 2015 )
SMA N 7 Purworejo
(2014) tentang “Analisis Komunikasi Matematis Siswa Dalam
Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar”. Hasil penelitiannya
diringkas dalam 2 paragraf berikut.
Komunikasi matematis merupakan suatu hal yang penting pada
proses pembelajaran bangun ruang sisi datar. Karena pada
proses
pembelajaran perlu adanya komunikasi antara sumber informasi
(guru) dan yang menerima informasi (siswa). Dimana terjadinya
interaksi guru dengan siswa yang akan memunculkan suatu
gagasan (konsep) matematika secara timbal balik dengan jelas,
tepat dan ringkas.
konsep matematika sehingga siswa dapat mengembangkan konsep
yang sudah diterimanya pada penerapan ketika menemui
persoalan
matematika yang lain dengan konsep yang sama. Dan hal yang
penting untuk memperjelas adanya komunikasi matematis adalah
seorang siswa melakukan aktivitas belajar matematika sesuai
dengan aspek-aspek komunikasi matematis secara berkelanjutan
17
dan dapat menangkap ide matematika dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
Tabel 4. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan :
No. Penelitian Jenis Penelitian Aspek yang Diteliti
1. Diayu Nugra- haini Putri Prasetya (2014)
Penelitian Kualitatif
- Proses alami dan struktural dari komunikasi matematis
2. Dwi Lestari ( 2015 )
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa“. Hasil penelitiannya
diringkas dalam paragraf berikut.
pada kelas eksperimen memiliki pengaruh terhadap
kemampuan komunikasi siswa. Kemampuan komunikasi
matematis siswa kelompok eksperimen lebih baik daripada
kemampuan komunikasi matematis siswa kelompok control.
2) Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas
eksperimen yang diukur berdasarkan indikator komunikasi
matematis selama penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat
mengajukan gagasan ataupun ide-idenya dalam bentuk soal
sehari-hari, grafik, gambar ataupun dalam bentuk permasalahn-
18
tertulis maupun lisan.
Tabel 5. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan :
No. Penelitian Tempat Penelitian
1. Latifah (2011) SMP Islam Al Azhar 1
Quasi Eksperimen
2. Dwi Lestari ( 2015 )
SMA N 7 Purworejo
tentang “Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Reciprocal Teaching Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Di Kelas VII D SMP Negeri 4 Magelang “.Hasil
penelitiannya diringkas dalam paragraf berikut.
Penerapan pembelajaran matematika melalui pendekatan
Reciprocal Teaching dengan model pembelajaran kooperatif
yang dilaksanakan dengan empat tahap diskusi Reciprocal
Teaching mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas VIII-D SMP Negeri 4 Magelang tahun
pelajaran 2010/2011 hingga kategori baik.
Tabel 6. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan :
No. Penelitian Tempat Penelitian
SMP N 4 Magelang
Penelitian Tin- dakan Kelas
Peningkatan komunikasi matematis siswa
2. Dwi Lestari ( 2015 )
SMA N 7 Purworejo
memecahkan masalah autentik dari kehidupan sehari-hari dan
dapat
mengkomunikasikan kembali permasalahan tersebut ke dalam
model
matematika. Untuk itu, setiap siswa harus mempunyai kemampuan
berkomuniasi, terutama secara tertulis.
yang berupa pengalihan pesan dan didalamnya berisikan materi
yang
dapat berupa rumus-rumus, konsep materi maupun konsep
pemecahan
masalah. Pada proses diskusi tersebut maka akan kita ketahui
kemampuan komunikasi siswa secara tertulis yang terjadi dalam
proses
pembelajaran dengan indikator komunikasi matematis secara
tertulis
sebagai petunjuk atau sebagai keterangan komunikasi matematis
yang
terjadi.
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode
penelitian
ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
komunikasi secara tertulis pada siswa. Data yang dikumpulkan berupa
kata-
kata atau lisan mengenai pengamatan komunikasi tertulis dan tes
tertulis
Studi kasus sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus
hasil
suatu penelitian pada kasus tertentu. “Studi kasus lebih dipahami
sebagai
pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi
suatu
kasus dalam konteksnya yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak
luar”
(Salim Agus, 2006: 118). Dengan demikian berarti studi kasus
merupakan
satu cara atau strategi dalam mengungkapkan suatu kasus tertentu.
Dalam
penelitian ini kasus yang akan diungkap mengenai kemampuan
komunikasi
matematis pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Purworejo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7, Kabupaten
Purworejo.
Waktu penelitian ini yakni selama ± 10 bulan (Maret 2015 - Januari
2016)
21
Maret 2015
penelitian di SMA Negeri 7 Purworejo
Oktober 2015
dokumen November 2015 - Januari 2016
3. Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Pengolahan data dan penyusunan laporan
Januari – Februari 2016
C. Subjek Penelitian dan Teknik Pengambilan Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA dan
guru
Matematika. Teknik pengambilan subjek yang digunakan dalam
penelitian ini
adalah dengan cara purposive dan cara snowball. Cara purposive
yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sedangkan
snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada
awalnya
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. “ Hal ini dilakukan
karena dari
jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan
data
yang lengkap, maka mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai
sumber
data” (Sugiono, 2013: 300). Penentuan subjek mula-mula observasi
dari kelas
XI dari XI IPA 1 sampai XI IPA 3 sehingga diperoleh subjek yang
terlibat
dalam pembelajaran matematika, selanjutnya peneliti memilih 3 siswa
secara
acak dari 3 kelas tersebut. Kemudian dilakukan observasi mendalam
dan tes
22
secara tertulis kepada tiap subjek. Apabila data belum jenuh
peneliti
melakukan observasi dan tes tertulis kepada 3 subjek lagi dengan
kemampuan
komunikasi yang sama sampai diperoleh data jenuh.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh
(Arikunto
Suharsimi, 2006: 129). Dalam penelitian ini sumber datanya ialah
siswa kelas
XI IPA serta guru matematika .
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan
komunikasi
secara tertulis siswa kelas XI IPA dalam pembelajaran matematika.
Di dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut.
a. Observasi
learn about behavior and the meaning attached to those
behavior”.
“Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna
dari
perilaku tersebut” (Sugiyono, 2014: 64). Penelitian dilakukan
untuk
menganalisis kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga
peneliti
menggunakan pengumpulan data mengenai kemampuan komunikasi
matematis siswa dengan menggunakan teknik observasi atau
pengamatan.
b. Dokumentasi
(Sugiyono, 2014: 82). Dari hasil dokumentasi peneliti didapatkan
data
23
sehingga hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya.
c. Tes
mengetahui kemampuan komunikasi tertulis siswa.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah catatan yang diubah ke dalam catatan
yang
lengkap setelah peneliti tiba di rumah. Pada waktu di lapangan
peneliti
membuat catatan, setelah pulang ke rumah barulah menyusun
catatan
lapangan. Catatan itu berupa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat, berisi kata-kata kunci dan pokok isi
pengamatan.
F. Instrumen Penelitian
“Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian
yaitu
peneliti itu sendiri” (Sugiono, 2014: 59). Dalam hal ini peneliti
sebagai
human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas
data,
analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
Selain itu, peneliti juga menggunakan instrument lain yaitu berupa
lembar
observasi, soal tes secara tertulis, dan catatan lapangan.
Salim Agus (2006: 18) memaparkan “perangkat instrumentasi
diperlukan
untuk memperoleh kekayaan informasi”. Namun, mengingat sifat
fleksibilitas
desain dalam penelitian kualitatif, instrumentasi tidak menjadi hal
yang kaku.
24
data berupa lembar observasi dan tes. Lembar observasi berisi
mengenai
indikator-indikator kemampuan komunikasi siswa secara tertulis
yang
digunakan untuk pengamatan. Tes berupa soal uraian untuk
membantu
menganalisis kemampuan komunikasi siswa secara tertulis.
G. Teknik Analisis Data
dikembangkan pada hubungan tertentu atau menjadi hipotesis”.
Data-data
yang berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara
deskriptif
kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
terdiri
dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/
verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data
berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu.
Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah
dipahami.
25
hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), dan lain
sejenisnya.
Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan
peneliti
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian
selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data
yang
relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan
memiliki
makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan
dan
membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang
sebenarnya
terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai
tujuan
penelitian.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah temuan berupa deskripsi
atau
gambaran tentang obyek yang diteliti yang semula masih
remang-remang
atau gelap sehingga menjadi jelas. Kesimpulan awal yang
dikemukan
masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti
kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses
untuk
mendapatkan buktibukti inilah yang disebut sebagai verifikasi
data.
H. Uji Validitas
eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability
(obyektivitas)”
26
1. Triangulasi Teknik
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam,
dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak”
(Sugiyono,
2014: 83). Tujuan triangulasi teknik pada penelitian ini
adalah
meningkatkan kepercayaan penelitian, menciptakan cara-cara
inovatif
memahami fenomena, mengungkap temuan unik, menantang atau
mengintegrasikan teori dan memberi pemahaman yang lebih jelas
tentang
masalah.
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih
teori. Di pihak lain, Patton (1987: 327) berpendapat lain, yaitu
bahwa hal
itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan
banding
(rival explanation). Tujuan triangulasi teori pada penelitian ini
adalah
untuk membantu memberikan pemahaman yang lebih baik saat
memahami data. Jika beragam teori menghasilkan kesimpulan
analisis
sama, maka validitas ditegakkan.
Yang dimaksud bahan referensi di sini adalah adanya pendukung
untuk
membuktikan data yang telah ditemukan leh peneliti. Sebagai
contoh,
data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara. Data tentang interaksi manusia atau gambaran suatu
keadaan
perlu didukung oleh foto-foto.
a. Observasi Komunikasi Matematis Tertulis
Pada hari Senin, 16 November 2015 peneliti datang ke SMA N 7
Purworejo menemui guru mata pelajaran matematika, yaitu bapak
Drs.
Marmono untuk mengkonfirmasi penelitian, sekaligus peneliti
menyerahkan lembar observasi yang akan digunakan untuk
penelitian.
Sehingga guru juga mengetahui gambaran bagaimana jalannya
observasi.
Dua hari kemudian, yaitu tanggal 18 November observasi
dilaksanakan. Peneliti beserta bapak Drs. Marmono masuk ke kelas
XI
IPA 2 pada jam pelajaran keempat. Materi pembelajaran saat ini
adalah
Irisan Dua Lingkaran, dimana seluruh materi telah selesai diberikan
pada
pertemuan sebelumnya. Jadi pada pertemuan kali ini diadakan
evaluasi
pembelajaran.
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok. Satu kelompok terdiri dari
5-6
siswa. Guru telah menyiapkan lembar soal kemudian dibagikan
kepada
para siswa. Satu lembar berisi 5 soal. Kemudian para siswa diminta
untuk
menyelesaikan soal-soal tersebut dalam waktu 60 menit.
Meskipun
dikerjakan secara berkelompok dan diperbolehkan untuk
berdiskusi
dengan teman dalam satu kelompok, namun pengerjaan soal tetap
secara
29
Setelah 60 menit berlalu, masing-masing perwakilan siswa dari
tiap
kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil jawabannya di
depan
kelas. Kemudian siswa lain diminta memperhatikan sekaligus
menanggapi atas jawaban temannya tersebut. Dari ke empat
perwakilan
siswa yang mempresentasikan jawaban inilah, peneliti mengambil 3
siswa
sebagai responden penelitian.
1) Responden 1
matematika, tepat dalam pengambilan rumus. Dia juga mampu
menuliskan penyelesaian masalah dengan bantuan gambar/grafik
meskipun juga dengan membuka buku catatan dan berdiskusi
dengan
teman. Ketika menuliskan gagasan matematika dalam bentuk
tulisan,
dia menuliskannya dengan baik. Ditulis secara sistematis.
Siswa ini juga telah mampu menginterpretasikan permasalahan
matematika dengan bentuk tulisan. Ketika menyelesaikan sebuah
soal
cerita, dia berhasil mengubah ke dalam model matematika. Dia
juga
telah mampu menuliskan informasi yang diperoleh ke dalam ide
matematika. Kemampuannya dalam menginterpretasikan
Dibuktikan ketika membuat grafik, dia dapat menyelesaikan
dengan
benar dan tepat.
Siswa juga telah mampu mengevaluasi pekerjaan orang lain,
yaitu ketika mengkoreksi pekerjaan siswa yang sedang
mempresen-
tasikan hasil pekerjaan di depan kelas. Dia juga telah mahir
dalam
mengubah soal uraian ke bentuk model matematika. Dia
menuliskannya secara sistematis.
sebuah soal, dia juga dapat melakukannya dengan baik meskipun
tanpa membuka buku catatan ataupun buku pendamping. Selain
itu,
dia juga mampu menggunakan notasi-notasi dan simbol secara
tepat
dan benar.
Catatan:
Siswa ini tergolong siswa yang aktif ketika pembelajaran di kelas.
Tak
jarang ia menambahkan jawabannya atas jawaban teman ketika
diskusi di kelas sedang berlangsung. Namun ketika terdapat
jawaban
dari dari siswa lain yang dirasanya kurang tepat, ia akan
menyanggah
jawaban tersebut, kemudian mengungkapkan jawaban-jawabannya
sekaligus alasan yang kuat atas argumennya. Kelemahannya
adalah
pada penulisan ataupun pencatatan. Dalam menulis dia masih
kurang
rapi. Tak jarang terdapat coretan-coretan pada jawabannya.
Meskipun
begitu, tulisannya tetap masih bisa terbaca.
2) Responden 2
matematika, tepat dalam pengambilan rumus. Siswa mampu
31
meskipun terkadang dengan membuka buku catatan dan berdiskusi
dengan teman. Siswa sangat baik dalam menuliskan gagasan
matematika dalam bentuk tulisan. Ditulis secara runtut, rapi
dan
sistematis.
dengan bentuk tulisan. Ketika menyelesaikan sebuah soal cerita,
dia
berhasil mengubah ke dalam model matematika. Hasil
pekerjaannya
pun cukup baik. Dia juga mampu menuliskan informasi yang
diperoleh ke dalam ide matematika. Dalam menginterpretasikan
permasalahan matematika dalam bentuk gambar/grafik, dia dapat
melakukannya dengan baik. Dibuktikan ketika membuat grafik
dapat
menyelesaikan benar dan tepat. Penulisannya pun juga sangat
rapi.
Siswa ini telah mampu mengevaluasi pekerjaan siswa lain.
Ketika
mengkoreksi pekerjaan siswa yang sedang mempresentasikan
hasil
pekerjaan di depan kelas, ia tak segan untuk mengemukakan
pendapatnya jika jawaban dari siswa tersebut tidak sesuai dengan
hasil
jawaban miliknya. Dia sangat baik dan telah mahir dalam
mengubah
soal uraian ke bentuk model matematika. Dia menuliskannya
secara
rapi dan sistematis.
Dia juga telah mampu dan sangat baik dalam menuliskan rumus
yang sesuai. Namun terkadang ia membuka buku catatan ataupun
buku pendamping terlebih dahulu jika ia merasa ragu. Dalam
32
secara tepat dan benar.
Catatan:
Siswa ini tergolong siswa aktif, pandai dan kritis di kelas. Dia
tak
segan-segan untuk berargumen ketika diskusi sedang berlangsung.
Dia
aktif dalam menambahkan jawaban-jawaban dari siswa lain,
mengkoreksi, ataupun menambahkan jawaban yang telah
diutarakan
siswa lain. Dia selalu mempunyai pemikiran berbeda dari
teman-
temannya. Pemikirannya pun cukup logis. Terkadang dia bisa
menyelesaikan sebuah soal rumit dengan cara-cara
menyederhanakan
terlebih dahulu soal tersebut agar mudah dipahami. Hasil
pekerjaannya pun sangat rapi, mudah untuk dibaca dan juga
mudah
dipahami.
matematika, tepat dalam pemilihan rumus. Dia mampu menuliskan
penyelesaian masalah dengan bantuan gambar/grafik. Dia dapat
menyelesaikan dengan cepat dan tepat. Dia juga sangat baik
dalam
menuliskan gagasan matematika dalam bentuk tulisan. Ditulis
secara
runtut, rapi dan sistematis.
matematika dengan bentuk tulisan. Ketika menyelesaikan sebuah
soal
cerita, dia berhasil mengubah ke dalam model matematika.
Hasil
33
yang diperoleh ke dalam ide matematika.
Dia mampu menginterpretasikan permasalahan matematika dalam
bentuk gambar/grafik. Dibuktikan ketika membuat grafik secara
tepat.
Penulisannya pun juga sangat rapi. Dia mampu mengevaluasi
pekerjaan siswa lain. Terkadang ia menambahkan jawaban dari
siswa
lain, namun terkadang pula dia menyanggah atas jawaban siswa
tersebut jika dirasa jawaban kurang tepat.
Siswa sangat baik dan telah mahir dalam mengubah soal uraian
atau soal cerita ke bentuk model matematika. Dia
menuliskannya
secara rapi dan sistematis. Siswa telah mampu dan sangat baik
dalam
menuliskan rumus yang sesuai. Dia dapat menuliskan rumus
untuk
sebuah soal tanpa harus melihat buku catatan atau buku
pendamping
belajar. Dia juga telah mampu menggunakan notasi-notasi dan
simbol
secara tepat dan benar.
menyerap suatu permasalahan baru adalah suatu hal yang mudah.
Dia
sebenarnya ingin selalu aktif maju ke depan kelas untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Namun
terkadang
rasa percaya dirinya luntur karena teman-temannya seringkali
menggodanya. Padahal sebenarnya dia mampu. Terbukti ketika
maju
ke depan kelas untuk menyelesaikan soal, dia menjawab dengan
tepat.
34
Setelah selesai melaksanakan wawancara, masih pada hari yang
sama
yaitu hari sabtu tanggal 23 Januari 2016 pukul 13.00, peneliti
memberikan
4 soal sebagai evaluasi komunikasi matematis tertulis terhadap
responden.
Soal-soal ini dikerjakan dalam waktu 60 menit secara bersamaan.
Peneliti
mengawasi sekaligus mengamati aktivitas ketiga responden
ketika
mengerjakan soal. Jawaban tiap responden terlampir. Berikut ini
adalah
kilasan tentang jawaban mereka :
a. Responden 1 ( 6982 )
berkonsentrasi. Tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan,
namun
mengerjakan soal dalam waktu yang lebih lama dibandingkan
kedua
temannya. Apalagi ketika mengerjakan soal cerita, dia
berusaha
memahami soal tersebut dengan membacanya berulang-ulang kali.
Terdapat banyak coretan dalam lembar jawabannya karena
terkadang
dia sering kurang teliti dalam berhitung. Meskipun begitu,
hasil
pekerjaannya untuk semua point soal adalah benar dan tepat.
Berikut
ini adalah uraian hasil pekerjaannya:
1) Untuk point soal pertama, pada materi Program Linear,
ketika
mengubah soal cerita menjadi model matematika dan membuat
grafik, dia dapat menyelesaikan dengan tepat.
35
tertulis sebagai berikut.
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
36
2) Untuk point soal kedua, yaitu pada materi Matriks, dia
dapat
menuliskan definisi tiap-tiap matriks secara tepat. Kemudian
ketika
menyelesaikan soal mencari determinan matriks, invers matriks
dan
perkalian matriks, meskipun membutuhkan waktu yang cukup
lama, dia juga dapat menyelesaikan dengan tepat.
Hasil pekerjaannya memenuhi indikator komunikasi matematis
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
3) Untuk point soal ketiga, yaitu pada materi Komposisi Fungsi
dan
Fungsi Invers, mendefinisikan fungsi injektif, fungsi subjektif
dan
fungsi bijektif. Dia dapat menuliskan semua definisi dengan
benar.
37
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
4) Untuk point soal keempat, yaitu pada materi Statistika,
mencari
mean dari sebuah data. Dia menjawab dengan benar dan
menggunakan rumus yang sesuai.
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
b. Responden 2 ( 6971 )
dia mengerjakan soal-soal tersebut dengan tenang. Soal-soal
ini
nampak mudah baginya. Terbukti tak ada kesulitan yang berarti
ketika
dia menyelesaikan soal-soal tersebut. Hasil pekerjaannya rapi,
runtut
dan dituliskan secara sistematis. Berikut ini adalah uraian
hasil
pekerjaannya:
1) Untuk point soal pertama, pada materi Program Linear,
ketika
mengubah soal cerita menjadi model matematika dan membuat
grafik, dia dapat menyelesaikan dengan tepat.
39
tertulis sebagai berikut.
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
2) Untuk point soal kedua, yaitu pada materi Matriks, dia
dapat
menuliskan definisi tiap-tiap matriks secara tepat. Kemudian
ketika
menyelesaikan soal mencari determinan matriks, invers matriks
dan
perkalian matriks, dia juga dapat menyelesaikan dengan tepat
dan
rapi.
40
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
3) Untuk point soal ketiga, yaitu pada materi Komposisi Fungsi
dan
Fungsi Invers, mendefinisikan fungsi injektif, fungsi subjektif
dan
fungsi bijektif. Dia dapat menuliskan semua definisi dengan
benar.
41
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
4) Untuk point soal keempat, yaitu pada materi Statistika,
mencari
mean dari sebuah data. Dia menjawab dengan benar dan
menggunakan rumus yang sesuai. Dia juga mengerjakan soal ini
dengan cepat.
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
c. Responden 3 ( 6910 )
tersebut. Dia menyelesaikan semua soal dalam waktu 45 menit,
tercepat diantara kedua temannya. Dia tampak santai namun
cekatan
ketika mengerjakan. Dia hanya membaca soal sebanyak 1 kali
kemudian dia langsung mengerjakan soal tersebut. Meskipun
43
demikian, hasil pekerjaannya sangat rapi dan jelas. Tak ada
satupun
coretan dalam lembar jawabnya. Dan hasil jawabannya untuk
semua
point soal adalah benar dan tepat. Berikut ini adalah uraian
hasil
pekerjaannya:
1) Untuk point soal pertama, pada materi Program Linear,
ketika
mengubah soal cerita menjadi model matematika dan membuat
grafik, dia dapat menyelesaikan dengan cepat dan tepat.
Hasil pekerjaannya memenuhi indikator komunikasi matematis
tertulis sebagai berikut.
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
2) Untuk point soal kedua, yaitu pada materi Matriks, dia
dapat
menuliskan definisi tiap-tiap matriks secara tepat. Kemudian
ketika
menyelesaikan soal mencari determinan matriks, invers matriks
dan
perkalian matriks, dia juga dapat menyelesaikan dengan baik.
Hasil pekerjaannya memenuhi indikator komunikasi matematis
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
45
3) Untuk point soal ketiga, yaitu pada materi Komposisi Fungsi
dan
Fungsi Invers, mendefinisikan fungsi injektif, fungsi subjektif
dan
fungsi bijektif. Dia dapat menuliskan semua definisi dengan
benar
dan tepat.
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
4) Untuk point soal keempat, yaitu pada materi Statistika,
mencari
mean dari sebuah data. Dia menjawab dengan benar dan
menggunakan rumus yang sesuai.
tertulis sebagai berikut.
No. Indikator
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
3. Data Dokumentasi
matematis tulisan pada responden. Isi buku dianalisa dengan
berdasarkan
indikator komunikasi matematis tulisan yang telah ada.
b. Data Hasil Wawancara kepada Guru Matematika
Wawancara dilakukan pada hari kamis, tanggal 28 Januari 2016.
Bertempat di ruang piket SMA Negeri 7 Purworejo, dengan
mewawancarai bapak Marmono selaku guru mata pelajaran
matematika
untuk kelas XI program IPA. Wawancara ini tidak terstruktur,
dilakukan
secara santai seperti kegiatan bercakap-cakap. Point penting
yang
peneliti tanyakan adalah mengenai kemampuan komunikasi
matematis
siswa secara umum, terutama komunikasi matematis tertulis.
Dari hasil wawancara tersebut, dipaparkan oleh beliau bahwa
komunikasi matematis siswa SMA Negeri 7 Purworejo terutama
untuk
47
program IPA adalah tergolong baik. Para siswa tidak pernah
mengalami
kesulitan ketika mereka diminta untuk mengungkapkan gagasan
ataupun
ide mereka. Dalam setiap pembelajaran mereka selalu aktif,
berpikir
kritis dan memecahkan setiap permasalahan matematika dengan
ide-ide
brilian mereka. Mereka tak segan untuk bertanya jika ada hal-hal
yang
dirasa kurang jelas ataupun jika mereka kurang paham.
Tak jarang bapak Marmono melakukan evaluasi mendadak kepada
para siswa untuk materi terakhir yang diperoleh maupun materi
minggu
lalu pada jam pertama pembelajaran. Evaluasi tersebut dengan
memberikan lembaran soal untuk mereka kerjakan, ataupun
terkadang
pula menunjuk siswa secara acak untuk maju ke depan kelas dan
mengerjakan soal yang telah beliau siapkan. Dan ketika
peneliti
menanyakan bagaimana hasil evaluasi belajar mendadak tersebut,
beliau
menjawab rata-rata hasil evaluasi mereka adalah baik. Semua selalu
di
atas KKM. Hal ini mungkin juga karena pada malam hari
sebelumnya,
rata-rata siswa selalu belajar matematika terlebih dahulu
sebelum
esoknya menempuh mata pelajaran matematika.
c. Data Dokumentasi
kemampuan komunikasi matematis siswa, hasil baik gambar saat
pembelajaran di kelas, gambar ketika para siswa berdiskusi
dan
mengerjakan soal secara berkelompok, maupun rekaman/video
saat
48
data-data ini terlampir.
B. Analisis Data
Siswa lebih suka menuliskan materi ataupun rangkuman hasil
belajar mereka ke dalam buku catatan sesuai dengan yang mereka
pahami.
Mereka selalu mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh
guru.
Mereka juga dapat menuliskan rumus yang sesuai dalam setiap
penyelesaian soal matematika. Bagi para siswa, mengubah sebuah
soal
cerita ke dalam bentuk matematika adalah hal yang mudah. Mereka
cukup
cekatan ketika menyelesaikan soal-soal tersebut. Dan ketika
guru
memberikan sebuah materi atau permasalahan secara lisan, dan
guru
meminta mereka untuk menuangkannya secara tertulis, mereka
dapat
menangkap dengan baik sesuai pemahaman mereka masing-masing.
Dari data hasil observasi, ketika menyelesaikan permasalahan
matematika dan kemudian hasilnya dituangkan ke dalam gambar,
grafik
maupun diagram, para siswa dapat menyelesaikan dengan baik. Hal
ini
tampak pada saat mereka mengerjakan soal tes tertulis pada point
soal
materi Statistika. Kemudian ketika peneliti melakukan observasi
terhadap
buku catatan siswa, dalam buku catatan tersebut terlihat bahwa para
siswa
memang sangat rajin dan rapi dalam mebuat rangkuman maupun
mencatat
materi yang disampaikan oleh guru.
49
dipelajari, siswa hanya menulis mengenai permasalahan yang di
berikan
guru berserta cara mengerjakannya. Sedangkan definisi suatu
materi,
jarang ditulis siswa dalam buku tulis dan hanya ada kesimpulan
yang
berasal dari pengerjaan soal tersebut.
2. Triangulasi Teori Komunikasi Matematis Tertulis
Dari hasil wawancara, siswa lebih sering menulis soal beserta
solusi
pemecahan masalah dibanding menulis definisi serta
keterangan-
keterangan mengenai materi. Menurut Susanto (2014: 217) menulis
adalah
alat yang bermanfaat dari berpikir karena siswa memperoleh
pengalaman
matematika sebagai suatu aktivitas yang kreatif. Siswa menulis
sebagai
suatu pengalaman siswa, ketika didalam kelas siswa diberikan
permasalahan dari kehidupan nyata yang dikaitkan dalam berbagai
materi
matematika. Sehingga buku catatan siswa digunakan untuk menulis
hasil
dari aktivitas pemecahan masalah siswa, sedangkan materi atau
definisi
pengertian materi yang diajarkan, didapatkan dari buku teks siswa
dan
buku LKS.
peristiwa sehari-hari ke dalam model matematika.
simbol-simbol
50
diberikan kepada siswa. Menurut Maria Agustina Kleden (2013)
melalui
menulis matematika, pemikiran matematika seseorang dapat
dipahami.
Maka dari buku catatan yang dimiliki siswa yang berisi permasalahan
yang
diberikan guru beserta tata cara pemecahan masalah, siswa
sudah
mendapatkan mind set untuk memecahkan masalah dari peristiwa
sehari-
hari yang berkaitan dengan matematika.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran matematika di kelas,
reduksi
data, dan triangulasi data terhadap komunikasi matematis siswa
kelas XI SMA
Negeri di Purworejo, komunikasi matematis merupakan suatu wadah
interaksi
bagi siswa untuk mengalihkan dan mendapatkan informasi yang
berkaitan
dengan materi matematika yang diajarkan pada siswa, sesuai dengan
daya
penyerapan dan pemahaman mereka masing-masing.
Komunikasi matematis tertulis dikatakan baik pada siswa apabila
telah
memenuhi indikator-indikator komunikasi matematis. Pencapaian
hasil
tersebut dapat dilihat dari indikator observasi komunikasi
matematis tertulis
dan indikator tes tertulis dalam komunikasi matematis. Salah satu
cara
pembelajaran yang dilakukan guru untuk mengasah kemampuan
komunikasi
matematis siswa yaitu dengan mengadakan diskusi secara berkelompok.
Ketika
diskusi berlangsung, komunikasi matematis siswa mulai tampak pada
saat
masing-masing siswa mengemukakan pendapat dan bertanya mengenai
solusi
51
pemecahan masalah pada teman satu kelompoknya, lalu ketika
siswa
membaca buku catatan, buku teks siswa maupun buku LKS untuk mencari
cara
menyelesaikan masalah atau soal, serta saat siswa menulis mengenai
cara
penyelesaian masalah dari pendapat siswa lain saat diskusi
berlangsung.
Kemudian ketika siswa mulai mempresentasikan hasil pekerjaannya di
depan
kelas, diskusi tampak lebih hidup karena siswa yang lain turut
serta
memberikan pertanyaan, menambahkan jawaban, maupun menyanggah
pernyataan siswa yang sedang presentasi tersebut. Kegiatan ini
cukup menarik
karena kemampuan komunikasi matematis siswa, terutama
kemampuan
komuniasi secara tertulis akan nampak dengan jelas ketika siswa
tersebut
menuliskan jawaban di papan tulis.
Pada soal tes tertulis, ketika siswa menuliskan jawaban dan
mengkomunikasikannya secara tertulis, sangat terlihat kemampuan
komunikasi
matematis mereka. Hal ini terlihat ketika siswa dapat mengubah
sebuah
masalah yang diberikan ke dalam bentuk kalimatnya sendiri sesuai
dengan
yang ia pahami dan ke dalam model matematika dan menyatakan
peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. Siswa juga dapat
menuliskan
model matematika dari masalah yang diberi dengan simbol-simbol
matematika.
Saat siswa menuliskan simbol siswa juga dapat dengan jelas
menjelaskan
makna dan nama simbol yang digunakan. Siswa juga dapat
menggunakan
gambar dan grafik yang sesuai dengan strategi pemecahan soal. Siswa
juga
dapat menjelaskan, menyajikan dan merumuskan definisi dengan
argumen
pribadi.
52
jenuh, karena rata-rata responden memiliki kemampuan komunikasi
matematis
tertulis yang sama. Berdasarkan pencapaian indikator, kemampuan
komunikasi
matematis tertulis mereka tergolong baik. Mereka dapat
menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. Mereka
juga
dapat menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara
tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar serta dapat menyatakan
peristiwa
sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. Selain itu, mereka
juga dapat
mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; membaca
dengan
pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; membuat
konjektur,
menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi serta
menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
53
tergolong baik, karena telah memenuhi beberapa indikator
komunikasi
matematis tertulis. Hal ini didukung dengan bukti-bukti antara
lain:
Mereka dapat menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke
dalam
ide matematika; menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika
secara tertulis
dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar; menyatakan
peristiwa sehari-
hari dalam bahasa atau simbol matematika serta dapat membuat
konjektur,
menyusun argumen, merumuskan definisi, dan generalisasi
tentang
permasalahan matematika.
B. Saran
sebagai berikut.
pembelajaran matematika dengan melakukan inovasi-inovasi
metode
pembelajaran agar suasana kegiatan belajar mengajar menjadi
lebih
mengasyikkan sehingga akan berdampak pada peningkatan
kemampuan
komunikasi matematis dan peningkatan prestasi belajar.
2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat lebih aktif dalam
pembelajaran,
dalam berdiskusi, mengemukakkan pendapat dan mencari sumber
54
informasi yang lebih luas. Jangan hanya terpaku dengan buku
catatan,
buku paket, materi dari guru ataupun LKS agar lingkup penguasaan
materi
lebih luas, sehingga ilmu yang didapat tentu juga semakin
banyak
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan dukungan, baik berupa
materi
atau non materi yang dapat bermanfaat bagi pengembangan
kualitas
pendidikan siswa dan kualitas guru yang lebih professional.
4. Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih dapat memantapkan hasil
penelitian
dan melakukan penelitian lanjutan, dengan pengembangan
wawasan
keilmuan serta menganalisa kemampuan komunikasi matematis
siswa
secara lebih mendalam.
Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Fathani, Abdul Halim. 2008. Mathematical Intelligence. Jogjakarta:
Ar-Ruzz
Hasanah, Awalul. 2010. Kemampuan Komunikasi Tulis dan Lisan Siswa
Dalam Memecahkan Masalah Terbuka (Open Ended) Pada Pokok Bahasan
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Di Kelas VIII SMP Buana Waru.
Skripsi, tidak diterbitkan. Surabaya: Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. Tersedia: http://www.respository.upi (diakses
13 Juli 2015) pukul 10.14
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics.
Reston: VA. Tersedia: http://www.bookfi.org (diakses: 30 April
2015)
KBBI.web.id (diakses : 1 Maret 2016)
Kleden, Maria Agustina. 2013. Hubungan Antara Strategi Metakognitif
dan Komunikasi Matematis. STKIP Siliwangi Bandung. Diunduh dari
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2014/01/Prosiding-31-Agustus-
2013.pdf. Pada tanggal 12 Oktober 2015
Latifah. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match
Mine Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skirpsi, tidak
diterbitkaan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Tersedia:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/2235 (
diakses 10 Oktober 2015)
Prasetya, Diayu Nugrahaini Putri. 2014. Analisis Komunikasi
Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal,
tidak diterbitkan. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tersedia:
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/2608n
( diak- ses: 24 Oktober 2015)
Putri, Runtyani Irjayanti. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui
Pendekatan Reciprocal Teaching Dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Di Kelas VII D SMP Negeri 4 Magelang. Skripsi, tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia:
47
Qohar, Abdul. 2010. Pengembangan Instrumen Komunikasi Matematis
untuk siswa SMA. Diunduh dari http://eprints.uny.ac.id/6968/. Pada
tanggal 23 Januari 2016
Rofiah, Asiatul. 2010. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika
pada Siswa kelas VII SMP N 2 Depok Yogyakarta dalam Pembelajaran
Matematika melalui Pendekatan Inkuiri. Skrpsi, tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia:
http://jurnal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/view/2775 ( diakses:
10 Oktober 2015 )
Salim, Agus. 2006. Teori & Paradigma Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana
S. Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sulthani, N.A. Zavy. 2012. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Unggulan dan Siswa Kelas Reguler Kelas X SMA Panjura Malang
Pada Materi Logika Matematika. Skripsi, tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang. Tersedia:
http://jurnal.unm.ac.id/index.php/ekuivalen/ article/view/2661 (
diakses: 10 Oktober 2015 )
Ulfah, Fitriah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa.
Skripsi, tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Tersedia:
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ekuivalen/article/view/2091 (
diakses 10 Oktober 2015)
LAMPIRAN
a. Fungsi injektif
b. Fungsi subjektif
c. Fungsi bijektif
4. Berikut ini adalah nilai ulangan Matematika kelas XI IPA 2
a. 5 = 1 anak
b. 6 = 1 anak
c. 7 = 5 anak
d. 8 = 10 anak
e. 9 = 8 anak
No. Aktivitas Siswa Ya Tidak Keterangan
1. Siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematika
2. Siswa mampu menuliskan penyelesaian maslah dengan bantuan
gambar/grafik.
3. Siswa mampu menuliskan gagasan matematika dalam bentuk
tulisan.
4. Siswa mampu menginterpretasi- kan permasalahan matematika dengan
bentuk tulisan.
5. Siswa mampu menuliskan informasi yang diperoleh ke dalam ide
matematika.
6. Siswa mampu menginterpretasikan permasalahan matematika dalam
bentuk gambar/grafik.
7. Siswa mampu mengevaluasi pekerjaan orang lain.
8. Siswa mampu mengubah soal uraian ke bentuk model
matematika.
9. Siswa mampu menuliskan rumus yang sesuai.
10. Siswa mampu menggunakan notasi-notasi dan simbol secara tepat
dan benar.
Lampiran 2.1
5. Sisw info dala
7. Sisw pek
wa mamp asan mat
wa nginterpreta masalahan am bentuk g
wa mampu kerjaan oran
m asikan
matem gambar/graf
Ke
Siswa san menyeles lahan ma dalam rumus. Siswa m kan peny lah de
gambar/g juga den buku cata kusi deng Siswa menulisk matemati
tulisan. sistematis Siswa menginte masalaha dengan Ketika sebuah s
berhasil dalam mo Siswa menulisk yang dipe ide matem Siswa ma
pretasikan matemati gambar/g Dibuktika buat graf dan tepat Siswa
mengeval orang lai mengkore siswa mempres
eterangan
pengam
mampu men yelesaian m
engan ba grafik mesk ngan mem atan dan be gan teman.
telah m an gag ika dalam b
Ditulis s s. telah m
erpretasikan an matem
bentuk tu menyeles
soal cerita mengubah
odel matem telah m an infor eroleh ke d matika. ampu meng n permasa
ika dalam b grafik. an ketika m fik secara b . telah m
luasi peke in, yaitu k eksi peke yang se
entasikan
64
ginter- alahan entuk
hasil
wa mampu asi-notasi d at dan benar
u mengubah bentuk m
h soal model
pekerjaan
Siswa sa telah mah ubah soa tuk mod Dia secara sis Siswa tel sangat
menulisk sesuai, m membuka ataupun pendamp Siswa menggun notasi da
tepat dan
n di depan k
del matem menuliska
stematis. lah mampu
ing. telah m
benar.
65
kelas.
matika. annya
ampu otasi-
Lampir
wa mamp asan mat
wa mamp ormasi yan am ide mate
wa mamp tasikan tematika
pu meng permasa
Ke
Siswa san menyeles lahan ma dalam rumus. Siswa m kan peny lah de
gambar/g terkadang buka buk berdiskus Siswa san menuliska matemati
tulisan. runtut, sistematis Siswa menginte masalaha dengan Ketika
sebuah s berhasil dalam mo Hasil pe cukup bai
Siswa m liskan i diperoleh matemati Siswa ma pretasikan matemati
gambar/g kan ke grafik se tepat. Pe juga sang
eterangan
pengam
mampu men yelesaian m ngan ban
grafik mesk g dengan m ku catatan si dengan te ngat baik d an gag
ka dalam b Ditulis s
rapi s. telah m rpretasikan
an matem bentuk tu
mampu m informasi h ke dalam ka.
ampu meng n permasa ka dalam b
grafik. Dib etika mem ecara benar enulisannya gat rapi.
66
n dan eman. dalam gasan entuk
secara dan
ampu per-
wa mampu asi-notasi d at dan benar
u mengev g lain.
u mengubah bentuk m
valuasi
unakan secara
Siswa mengeval siswa mengkore siswa memprese pekerjaan ia tak
mengemu pendapatn dari sisw sesuai jawaban m Siswa sa telah mah
ubah soa tuk mod Dia menu ra rapi da
Siswa tel sangat menuliska sesuai. N ia membu ataupun ping terle ia
merasa Siswa menggun notasi da tepat dan
telah m luasi peke
entasikan n di depan k
segan u ukakan nya jika jaw
wa tersebut dengan
del matem uliskannya
buku pen ebih dahulu a ragu.
telah m nakan n an simbol s
benar.
67
hasil kelas, untuk
waban tidak hasil
matika. seca-
ampu otasi-
5. Sisw info dala
7. Sisw pek
wa mamp asan mat
wa mamp tasikan tematika
pu meng permasa
Ke
Siswa san menyeles lahan ma dalam pem Siswa m kan peny lah de
gambar/g menyeles cepat dan Siswa san menulisk matemati tulisan.
runtut, sistematis Siswa menginte masalaha dengan Ketika sebuah s
berhasil dalam mo Hasil pe cukup bai Siswa m liskan i diperoleh
matemati Siswa ma pretasikan matemati gambar/g kan ke grafik
Penulisan sangat rap Siswa mengeval siswa lai menamba
eterangan
mampu men yelesaian m
engan ba grafik. Dia saikan de n tepat. ngat baik d an gag ika
dalam b
Ditulis s rapi
s. telah m
erpretasikan an matem
bentuk tu menyeles
soal cerita mengubah
odel matem ekerjaannya ik. mampu m informasi h ke dalam ika. ampu
meng n permasa ika dalam b grafik. Dib etika mem
secara nnya pun pi.
ahkan jaw
dalam gasan entuk
ampu erjaan ang ia waban
wa mampu asi-notasi d at dan benar
u mengubah bentuk m
h soal model
unakan secara
dari sisw terkadang menyang jawaban jika di kurang te Siswa sa
telah mah ubah soa tuk mod Dia menu ra rapi da Siswa tel sangat ba
liskan rum Dia dap rumus un tanpa har catatan pendamp Siswa menggun
notasi da tepat dan
wa lain, n g pula gah
siswa ter irasa jaw
epat. angat baik hir dalam m l uraian ke
del matem uliskannya an sistematis lah mampu aik dalam m mus yang
se pat menul ntuk sebuah rus melihat
atau ing belajar. telah m
nakan n an simbol s
benar.
69
matika. seca- s. u dan menu- esuai. liskan h soal
buku buku ampu otasi-
Lampiran 4
4. Responden 1 dan 2 ketika mengerjakan soal tes tertulis
77
6. Diskusi oleh para siswa
78
COVER