Upload
fregiyuandi
View
35
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Terima Kasih
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI PADA NY. R
DENGAN KANKER KOLOREKTAL DI LANTAI 5 BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI PADA NY. R
DENGAN KANKER KOLOREKTAL DI LANTAI 5 BEDAH
RSPAD GATOT SOEBROTO
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
MANGGARSARI, S. Kep
0806334054
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah peneliti nyatakan dengan benar.
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Tanda Tangan :
Tanggal : 5 Juli 2013
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan penelitian ini diajukan oleh :
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan
Kanker Kolorektal di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot
Soebroto
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Sarjana Ilmu
Keperawatan pada Program Studi Profesi, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Masfuri, S.Kp., MN ( )
Penguji : Ns. Merri Silaban, S. Kep ( )
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 5 Juli 2013
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners yang
berjudul Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker Kolorektal
di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto ini dapat saya selesaikan. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir
Ners Program Profesi Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa terdapat banyak hambatan dan kesulitan yang dialami
selama proses pembuatan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, namun dengan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan laporan ilmiah akhir ini
dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Riri Maria S.Kp., MANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah
Akhir Ners
2. Bapak Masfuri S.Kp., MN selaku pembimbing dalam mata ajar KKMP
Peminatan KMB serta penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners yang senantiasa
memberikan bimbingan, masukan, motivasi serta membantu saya dalam
menelaah permasalahan terkait kasus yang dikelola, memberikan arahan
dalam menentukan evidence based practice yang tepat dan sesuai, dan
segala hal lain yang terjadi dalam proses penyusunan karya ilmiah ini
berlangsung;
3. Ibu Ns. Merri Silaban S.Kep selaku kepala ruangan lantai 5 Bedah RSPAD
Gatot Soebroto, beserta kakak-kakak perawat yang telah banyak
membimbing dan memberikan suatu lingkungan pembelajaran yang baik
kepada saya dan kelompok selama praktik di lantai 5 Bedah;
4. Bapak dan Ibu saya, kedua kakak kandung, kakak ipar dan keponakan
kecil saya, serta adik asuh saya yang telah tiada, yang telah memberikan
dukungan baik secara materi maupun motivasi serta mendoakan demi
kelancaran penyelesaian penelitian ini;
5. Teman-teman kelompok peminatan bedah, di lantai 5 bedah RSPAD Gatot
Soebroto yang selama kurang lebih sembilan minggu bersama-sama
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
v
berbagi ilmu, wawasan, kebahagiaan, keceriaan serta kebingungan dalam
kelompok;
6. Sahabat teman begitu dekat yang tetap memberikan support besar
meskipun tak berbentuk, yang masing-masing juga berjibaku dalam
menyelesaikan tulisannya sesuai peminatan masing-masing;
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun sangat
membantu kelancaran proses pelaksanaan penelitian ini.
Saya berharap semoga Allah SWT berkenan memberikan segala
rahmatnya kepada seluruh pihak yang telah mambantu dalam proses
penyusunan skripsi ini. Saya pun meminta maaf atas segala kekurangan
yang ada, baik dalam diri saya, ataupun pada laporan penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu.
Depok, 5 Juli 2013
Peneliti
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Manggarsari
NPM : 0806334054
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker Kolorektal di
Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013
Yang menyatakan
(Manggarsari)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
vii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Manggarsari
Program studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny. R dengan Kanker
Kolorektal di Lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto
Kolostomi merupakan salah satu pilihan tindakan pembedahan pada kanker
kolorektal yang dapat menimbulkan komplikasi dan perubahan konsep diri pasien.
Penulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang perlu diketahui dan
diperhatikan perawat dalam melakukan perawatan kolostomi. Hasil yang
didapatkan dari penulisan berdasarkan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien
kolostomi Ny. R menunjukkan bahwa perawatan pasien dengan kolostomi yang
perlu diperhatikan meliputi cara dan waktu mengganti kantong kolostomi,
membersihkan stoma dan kulit peristomal, memantau kondisi stoma, dan
melakukan irigasi kolostomi. Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah
memberikan edukasi terkait diet yang dibutuhkan pasien yang memiliki stoma,
serta kebutuhan aktivitas pasien.
Kata kunci: kanker kolorektal, kolostomi, perawatan
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
viii Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Manggarsari
Study Program: Nursing
Title : Nursing Care of Colostomy for Mrs. R with Colorectal Cancer
Case in Surgical Ward 5th Floor RSPAD Gatot Soebroto
Colostomy is one of the surgical procedures that can be done in colorectal cancer
patient, which can cause complication and changing in self concept. This paper
was made to identify things that must be concerned by nurse in caring colostomy
patient. Based on the application to a patient, Mrs. R, the result indicated that
when caring colostomy patient, it is important to know well and concern about
how and when to change colostomy pouch, clean stoma and peristomal skin,
observing stoma, and doing colostomy irrigation. Educating what kind of dietary
management and their activity need are also important to be done by patient with
stoma.
Keywords: caring, colostomy, colorectal cancer
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
ix Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN TEORI ............................................................................... 5
2.1 Kanker Kolorektal pada Masyarakat Perkotaan ....................................... 5
2.2 Kanker Kolorektal .................................................................................... 6
2.2.1 Definisi ............................................................................................ 6
2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko ............................................................... 7
2.2.3 Patofisiologi ..................................................................................... 8
2.2.4 Pemeriksaan dan Diagnosis ............................................................. 11
2.2.5 Penatalaksanaan .............................................................................. 13
2.3 Kolostomi ................................................................................................ 14
2.3.1 Definisi ........................................................................................... 14
2.3.2 Jenis ................................................................................................ 15
2.3.3 Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi ......................... 17
2.3.4 Komplikasi Stoma ........................................................................... 19
2.3.5 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kolostomi .............................. 23
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA .......................................... 31
3.1 Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 31
3.1.1 Informasi Umum ............................................................................. 31
3.1.2 Anamnesa ....................................................................................... 14
3.1.3 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh ................................. 14
3.2 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 35
3.3 Daftar Terapi Medis ................................................................................. 36
3.4 Analisa Data ............................................................................................. 37
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................. 39
3.6 Implementasi Keperawatan ...................................................................... 43
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
x Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA MASALAH ........................................................................... 46
4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................................. 46
4.2 Analisa terkait Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan ..................... 47
4.3 Analisa Asuhan Keperawatan pada Pasien Kolostomi dengan Kanker
Kolorektal ................................................................................................ 48
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................... 53
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 53
5.2 Saran ........................................................................................................ 53
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Loop Colostomy ................................................................................ 15
Gambar 2.2 End Colostomy ................................................................................. 16
Gambar 2.3 End Colostomy dan Fistula Mukus .................................................... 16
Gambar 2.4 Allergic Contact Dermatitis .............................................................. 17
Gambar 2.5 Infeksi Candida albicans .................................................................. 18
Gambar 2.6 Retraksi Stoma ................................................................................. 20
Gambar 2.7 Hernia Peristomal ............................................................................. 21
Gambar 2.8 Prolaps pada Stoma .......................................................................... 21
Gambar 2.9 Nekrosis pada Stoma ........................................................................ 22
Gambar 2.10 Stenosis pada Stoma ....................................................................... 22
Gambar 2.11 Kantong Kolostomi ......................................................................... 23
Gambar 2.12 Cara Mengosongkan Kantong Kolostomi ........................................ 24
Gambar 2.13 Water Container, Tube, Cone & Plastic Sleeve ................................ 26
Gambar 2.14 Irigasi Kolostomi ............................................................................ 27
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
xii Universitas Indonesia
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Bagan Patofisiologi Kanker Kolorektal ............................................... 10
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Stadium dan Prognosis Kanker Kolorektal ............................................ 12
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratoriom Ny. R ................................................. 35
Tabel 3.2 Daftar Terapi Medikasi Ny. R ............................................................... 36
Tabel 3.3 Analisa Data dan Masalah Keperawatan Ny. R ...................................... 37
Tabel 3.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh ......................................................... 43
Tabel 3.5 Implementasi Diagnosa Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit ........... 44
Tabel 3.6 Implementasi Diagnosa Keperawatan Inkontinensia Alvi ....................... 43
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Satuan Acara Pembelajaran Perawatan Kolostomi
Lampiran 2 Leaflet Perawatan Kolostomi
Lampiran 3 Biodata Penulis
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker usus besar atau kanker kolorektal adalah salah satu dari penyakit
kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi. Kanker kolorektal merupakan
keganasan atau pertumbuhan sel abnormal pada area usus besar dan rektum.
Jumlah penderita kanker usus besar dan rektum cukup banyak di Indonesia,
khususnya di perkotaan. Kanker usus besar merupakan jenis kanker ketiga
terbanyak di Indonesia menurut Depkes dengan jumlah kasus 1,8 dalam
100.000 penduduk (RS Dharmais, n.d). Rahmianti (2013) menuliskan, sekitar
608.000 orang di dunia meninggal akibat kanker kolorektal setiap tahun
menurut World Healh Organization (WHO), sedangkan di Indonesia sendiri,
pada setiap tahunnya sekitar 1.666 orang meninggal akibat kanker kolorektal.
Kanker kolorektal menjadi penyakit ketiga terbanyak yang ada di ruang
perawatan lantai 5 Bedah RSPAD Gatot Soebroto Jakarta pada bulan Mei
2013. Contoh lain, yaitu pada negara Amerika, setiap individu dinyatakan
memiliki resiko terkena kanker kolorektal sebanyak kurang lebih 6% (Zhang,
2008). Faktor resiko kanker kolorektal lebih sering terdapat pada gaya hidup
masyarakat di perkotaan, diantaranya ialah obesitas, diet tinggi lemak,
konsumsi daging merah, konsumsi makanan olahan, kurangnya konsumsi
buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan kurangnya olahraga secara
teratur dan terukur (Newton, 2009).
Penatalaksanaan pada kanker kolorektal meliputi penatalaksanaan medis,
bedah dan keperawatan. Penatalaksanaan bedah dilakukan tergantung pada
tingkat penyebaran dan lokasi tumor itu sendiri. Salah satu tindakan bedah
yang dilakukan adalah dengan pembentukan kolostomi. Mayers (1996) dalam
Simanjuntak & Nurhidayah (2007) menyebutkan bahwa alasan paling sering
dilakukannya tindakan kolostomi adalah adanya karsinoma pada kolon dan
rektum dimana karsinoma adalah tumor ganas yang tumbuh dari jaringan
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
2
Universitas Indonesia
epitel. Kolostomi memungkinkan feses tetap keluar dari kolon meskipun
terjadi obstruksi pada kolon yang diakibatkan oleh massa tumor.
Kolostomi merupakan pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Indonesian Ostomy Association (INOA)
mengatakan bahwa jumlah kasus yang menggunakan stoma terus meningkat,
dan penyebab tersering di Indonesia sendiri adalah karena keganasan
(Indonesian Ostomy Association, 2010). Kurnia (2012) memaparkan, sekitar
100.00 orang yang dilakukan indikasi pemasangan stoma pada umumnya
disebabkan oleh kanker kolorektal, kanker kandung kemih, kolitis ulseratif,
penyait Crohn, diverticulitis, obstruksi, inkontinensia urin dan fekal, dan
trauma. Indikasi pemasangan kolostomi pada neonatus dan dewasa tentu
berbeda. Lukong, Jabo, dan Mfuh (2012) melakukan penelitian terhadap 38
neonatus, dan indikasi pemasangan kolostomi yang ditemukan adalah karena
malformasi anorektal (97,4%) dan atresia kolon (2,6%).
Penyebab terbanyak dari indikasi pembuatan kolostomi adalah karena kanker
atau keganasan. The Union for International Cancer Control (UICC)
mengumumkan adanya hari kanker sedunia pada tahun 2005, seiring dengan
tingginya angka kejadian kanker di dunia. Jenis kanker, menurut UICC
kebanyakan dapat dicegah dengan cara menjaga gaya hidup sehat masyarakat
perkotaan, yaitu menjaga pola makan sehat dan berat badan ideal, melakukan
olahraga secara rutin, teratur dan terukur, serta mengurangi asupan alkohol
(Anna, 2011).
Santos (2001) dalam Simanjuntak & Nurhidayah (2007) mengatakan bahwa
pembentukan stoma atau kolostomi dapat berdampak pada perubahan peran,
harga diri, body image, seksual dan hubungan sosial. Penelitian yang
dilakukan Mckenzie (2006) juga menunjukkan bahwa 50% pasien merasa
tubuh mereka berada di luar kontrol, 45% merasakan bahwa stoma mengatur
hidup mereka, 47% merasa hilang rasa percaya diri, dan 55% merasa bahwa
tidak ada seorang pun yang dapat merasakan bagaimana memiliki stoma
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
3
Universitas Indonesia
(Kurnia, 2012). Klien dengan kolostomi akan beresiko untuk mengalami
gambaran diri negatif. Oleh karena itu selama perawatan, perawat perlu
memberikan dukungan agar pasien dapat menyesuaikan diri dalam pencapaian
gambaran diri yang positif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merawat klien dengan kolostomi
ialah terkait perubahan pada eliminasi BAB klien, meliputi perubahan
konsistensi serta frekuensi BAB klien. Klien akan merasakan adanya
perubahan tersebut, dan disinilah fungsi perawat sebagai edukator untuk
menjelaskan perubahan-perubahan tersebut agar klien dapat menerima dengan
baik. Edukasi yang diberikan tidak hanya berupa cara perawatan kolostomi,
namun juga meliputi apa yang harus dilakukan klien terkait dietnya agar
pengeluaran fesesnya tidak mengganggu kegiatannya. Selain sebagai edukator,
fungsi care giver juga dapat dijalankan terkait mengembalikan pola eliminasi
BAB klien seperti sedia kala, salah satunya dengan irigasi kolostomi. Irigasi
kolostomi merupakan sebuah tindakan dimana sejumlah cairan dimasukkan
melalui stoma untuk mengosongkan usus besar. Irigasi dapat mengosongkan
kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga klien dapat beraktivitas dengan
nyaman sesudahnya (Smeltzer & Bare, 2002). Karya ilmiah ini akan
membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan kolostomi
khususnya pada penderita kanker kolorektal.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan pada
kanker kolorektal dengan kondisi terpasang kolostomi
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis masalah kesehatan masyarakat perkotaan pada kasus
kelolaan: kanker kolorektal
b. Menganalisis aplikasi asuhan keperawatan pasien dengan kolostomi
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
4
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien.
Peningkatan pelayanan ini khususnya pada peran perawat sebagai edukator
dan care giver kepada pasien yang memiliki kolostomi dengan kasus kanker
kolorektal. Peran perawat sebagai edukator dalam hal ini terkait pengetahuan
tentang penyakit kanker kolorektal, dan perawatan kolostomi, untuk kemudian
disampaikan kepada klien dan keluarga sebagai pendidikan kesehatan. Peran
perawat sebagai care giver dalam hal ini terkait asuhan keperawatan
mengembalikan pola eliminasi BAB klien dengan melakukan irigasi
kolostomi.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
5 Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Kolorektal pada Masyarakat Perkotaan
Presentase penduduk perkotaan biasa dinyatakan sebagai urbanisasi.
Urbanisasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pertumbuhan alami penduduk
daerah perkotaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, dan
reklasifikasi desa perdesaan menjadi desa perkotaan (Proyeksi Penduduk, n.d).
Indonesia diperkirakan oleh PBB menjadi negara keempat dengan perkiraan
urbanisasi terbanyak setelah negara India, China, Nigeria dan Amerika Serikat
(The President Post Indonesia, 2013). Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi
negara ke 5 dengan presentase urban tertinggi. Kenyataan di dunia
menunjukkan bahwa pola hidup masyarakat dunia memang sudah sangat
berubah. Hal ini diakibatkan oleh proses globalisasi, kemajuan teknologi,
komunikasi dan transportasi yang canggih dan sebagainya. Pola hidup
manusia zaman sekarang tidak lagi terpusat pada wilayah pedesaan tetapi
semakin beralih ke pusat-pusat perkotaan (The President Post Indonesia,
2013).
Potter & Perry (2005) memaparkan bahwa faktor resiko yang terdapat pada
lingkungan internal individu dalam masyarakat meliputi faktor genetik,
fisiologis, usia, gaya hidup, kebiasaan dan perilaku makan, kebiasaan olahraga
dan aktivitas, dan stres emosional. Faktor resiko kanker kolorektal lebih sering
terdapat pada gaya hidup masyarakat di perkotaan, diantaranya ialah obesitas,
diet tinggi lemak, konsumsi daging merah, konsumsi makanan olahan,
kurangnya konsumsi buah dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan
kurangnya olahraga secara teratur dan terukur (Newton, 2009). Kota yang
memiliki jumlah penduduk dan tingkat aktivitas yang tinggi, masyarakat di
dalamnya akan memiliki faktor resiko lebih dibandingkan desa. Seiring
dengan bertambahnya penduduk di kota, bertambah pula kendaraan, sehingga
dulu orang bisa jalan beberapa kilometer dalam sehari namun saat ini orang
akan lebih memilih naik kendaraan. Dari segi perilaku makan, dulu orang
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
6
Universitas Indonesia
banyak makan makanan berserat, seperti sayur-sayuran, sedangkan saat ini
lebih banyak makan makanan siap saji (fast food) yang tinggi lemak. Spesialis
pencernaan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM)
mengatakan bahwa perubahan lingkungan tempat tinggal masyarakat saat ini
juga dapa mempengaruhi faktor resiko kanker kolorektal (Kartika, 2013).
Contohnya, perubahan bentuk toilet dari toilet jongkok ke toilet duduk. Pakar
pencernaan mengatakan bahwa BAB dengan berjongkok dapat membuat
sfingter ani lebih rileks, sekaligus meluruskan posisi kolon sehingga
memudahkan proses buang air (Kartika, 2013).
Nancy Milio (1981) dalam Allender & Spradley (2001) memaparkan sebuah
framework dalam memandang pola atau gaya hidup masyarakat yang kurang
sehat. Milio mengatakan pola-pola perilaku populasi dan individu yang
membentuk populasi adalah hasil seleksi kebiasaan dari pilihan yang terbatas.
Milio berpendapat, pemerintah dan kebijakan kelembagaan, seharusnya
menetapkan berbagai pilihan sehat kepada mayarakat untuk akhirnya
masyarakat membuat pilihan pribadi. Hal ini lebih menekankan pada faktor-
faktor penentu kesehatan masyarakat dan mencoba untuk mempengaruhi
masyarakat melalui kebijakan publik.
2.2 Kanker Kolorektal
2.2.1 Definisi
Kanker adalah sebuah proses penyakit yang ditandai dengan adanya sel
abnormal yang ditransformasikan oleh mutasi genetik dari sel DNA
(Smeltzer & Bare, 2002). Kanker kolorektal adalah kanker yang
terdapat pada kolon dan rektum. Zhang (2008) mengatakan kanker
kolorektal merupakan bentuk malignansi yang terdapat pada kolon
asending, transversal, desending, sigmoid dan rektal. Kanker kolorektal
dapat didefinisikan sebagai keganasan atau pertumbuhan sel abnormal
pada area usus besar (kolon) dan rektum.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab pasti dari kanker kolorektal belum diketahui secara pasti
(Black & Hawks, 2009). Kejadian kanker kolorektal pada pria ataupun
wanita tidak memiliki perbedaan yang signifikan, begitupun dengan
etnik. Black & Hawks dalam bukunya memaparkan, memang terjadi
prevalensi dan tingkat mortalitas tinggi pada keturunan Amerika dan
Afrika, namun ini mungkin disebabkan karena mayoritas dari mereka
melakukan diet tinggi lemak, makanan olahan dan kurangnya asupan
buah dan sayuran.
Mutasi gen dipercaya menjadi salah satu etiologi dari kanker kolorektal
yang dapat diturunkan, yang biasa disebut sebagai Inherited Familial
Colorectal Cancer Syndromes. Sindrom ini terdiri dari dua tipe, yakni
Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis
Cancer Colorectal Cancer (HNPCC). FAP memiliki karakteristik
berupa kecenderungan dalam pertumbuhan polip kolon secara multipel
(bahkan ratusan). Sembilan puluh persen dari pasien yang memiliki
FAP yang belum mendapat perawatan akan mengalami kanker
kolorektal pada usia 45 tahun (Zhang, 2008). Hereditary Nonpolyposis
Cancer Colorectal Cancer atau HNPCC menurut Black (2009) dapat
menyebabkan kanker kolorektal karena adanya lesi atau luka pada
kolon. Berbeda dengan FAP, biasanya individu dengan HNPCC dapat
mengalami kanker kolon pada usia 20 tahun, dengan rerata kejadian
pada usia 48 tahun (mendapat diagnosa kanker kolorektal).
Inflamasi usus, khususnya Ulcerative Colitis (UC) ataupun penyakit
Crohn adalah etiologi atau faktor resiko yang juga terdapat pada kanker
kolorektal. Penyakit inflamasi usus adalah kumpulan penyakit kronik
(UC dan Crohns disease) yang menyebabkan terjadinya inflamasi dan
atau ulserasi pada usus besar, yang menimbulkan nyeri pada perut,
diare, demam dan penurunan BB (Smeltzer & Bare, 2002). Individu
yang terkena UC selama 10 hingga 20 tahun, akan mendapat resiko atau
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
8
Universitas Indonesia
kemungkinan terjadinya kanker kolorektal 0,5% per tahunnya, dan 1
persen per tahun setelah 20 tahun setelah munculnya UC (Zhang, 2008).
Empat puluh tahun setelah munculnya UC, kemungkinan untuk
terjadinya kanker kolorektal meningkat menjadi 30%. Penyakit Crohn
juga menunjukkan faktor resiko yang serupa dengan UC pada kejadian
kanker kolorektal.
Kondisi gaya hidup masyarakat perkotaan sebagian besar menjadi
faktor resiko dari penyakit kanker kolorektal. Hal ini disebabkan karena
gaya hidup masyarakat perkotaan dan modern meliputi konsumsi tinggi
lemak, makanan olahan, konsumsi protein hewan dan rendah serat, serta
kurangnya aktivitis atau olahraga fisik yang teratur dan terukur (Potter,
1999 dalam Ruddon, 2007). Faktor resiko kanker kolorektal lebih
sering terdapat pada gaya hidup masyarakat di perkotaan, diantaranya
ialah gaya hidup masyarakat, obesitas, diet tinggi lemak, konsumsi
daging merah, konsumsi makanan olahan, kurangnya konsumsi buah
dan sayur, konsumsi alkohol, merokok dan kurangnya olahraga secara
teratur dan terukur (Newton, 2009). Beberapa penelitian bahkan
memaparkan bahwa kurangnya konsumsi buah dan sayuran merupakan
faktor resiko utama dari kanker kolorektal (Stewart & Kleihues, 2003
dalam Ruddon, 2007).
2.2.3 Patofisiologi
Keberadaan sel kanker pada seseorang tidak hanya berasal dari efek
karsinogen seseorang, baik yang didapat dari luar ataupun dari dalam
tubuh manusia itu sendiri. Kanker kolorektal khususnya, memiliki
hubungan terhadap kondisi feses dari individu, serta riwayat penyakit
yang diderita, dimana kondisi tersebut merupakan dampak dari faktor
resiko yang ada pada individu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Kanker pada kolon dan rektum dapat diawali dengan adanya riwayat
polip pada individu. Polip merupakan massa dari jaringan yang
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
9
Universitas Indonesia
menonjol pada lumen usus (Smeltzer & Bare, 2002). Polip yang tidak
diatasi atau dilakukan intervensi, dapat berubah menjadi maligna. Polip
yang telah berubah menjadi ganas tersebut akan menyerang dan
menghancurkan sel yang normal dan meluas di jaringan sekitarnya.
Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker
pada tubuh. Efek karsinogen akan semakin meningkat apabila mendapat
penyebab kanker dari luar. Zat karsinogen juga berpotensi untuk
menyebabkan proliferasi sel kanker. Corwin (2001) menyatakan,
kurangnya asupan antioksidan dengan minimnya konsumsi buah dan
sayuran yang mengandung antioksidan (seperti vitamin E, vitamin C,
dan beta karoten) dapat mengurangi perlindungan sel terhadap efek
karsinogen. Buah dan sayuran yang segar memiliki enzim aktif yang
dapat memelihara dan meningkatkan pertumbuhan sel yang sehat.
Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya kanker
kolon. Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dan terukur dapat
mengakibatkan feses menjadi lebih lama berada di kolon atau rektum,
terlebih jika individu melakukan diet rendah serat. Kondisi ini dapat
mengakibatkan toksin yang terdapat dalam feses mencetuskan
pertumbuhan sel kanker (Corwin, 2001). Feses yang mengandung
banyak lemak juga dapat memicu sel kanker. Tingginya lemak dalam
feses diakibatkan oleh konsumsi tinggi lemak seperti daging. Feses
yang mengandung banyak lemak dapat mengubah flora dalam feses
menjadi bakteri Clostrida & Bakteriodes yang mempunyai enzim 7-alfa
dehidrosilase yang mencerna asam menjadi asam Deoxycholi dan
Lithocholic (yang bersifat karsinogenik) meningkat dalam feses.
Massa kanker yang terdapat pada kolon ataupun rektum akan
menyebabkan adanya sumbatan atau obstruksi, yang mengakibatkan
evakuasi feses yang terhambat atau tidak lengkap setelah defekasi.
Akibat lebih lanjutnya ialah konstipasi, distensi atau nyeri abdomen,
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
10
Universitas Indonesia
hingga feses berdarah. Apabila massa kanker ini tidak dideteksi sejak
dini dan dibiarkan, maka besar kemungkinan sel kanker akan
melakukan metastasis. Metastasis pada sel kanker kolorektal terdiri dari
penyebaran langsung, penyebaran limfogen, dan hematogen. Proses
patofisiologi serta metastasis sel kanker dapat dilihat pada bagan 2.1
berikut.
Skema 2.1 Bagan patofisiologi kanker kolorektal
(Sumber: Corwin, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; Zhang, 2008)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
11
Universitas Indonesia
2.2.4 Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan abdomen
dan colok dubur. Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dengan palpasi
abdomen (tumor kecil atau tahap dini akan sulit teraba). Palpasi
abdomen dapat juga untuk memeriksa adanya manifestasi klinis
konstipasi, distensi dan nyeri tekan abdominal. Pemeriksaan colok
dubur dilakukan untuk mengetahui langsung adanya massa pada
rektum. Pemeriksaan ini biasanya akan terasa nyeri pada pasien, oleh
karena itu pada saat pemeriksaan baiknya disertai dengan teknik
relaksasi napas dalam pada pasien.
Prosedur diagnostik yang dapat dilakukan untuk pemeriksaan kanker
kolorektal adalah pengujian darah samar pada feses, foto kolon dengan
enema barium atau kontras ganda, proctosigmoideoscopy (pemeriksaan
rektum dan sigmoid dengan memasukkan selang berlampu melalui
anus), dan kolonoskopi (pemeriksaan dengan serat optik). Smeltzer &
Bare (2002) merekomendasikan pemeriksaan untuk individu dewasa
dengan usia 50 tahun ke atas agar melakukan pemeriksaan kolonoskopi
setiap 5-10 tahun serta pemeriksaan feses. Biopsi atau pengambilan
sampel jaringan juga dapat dilakukan sebagai deteksi. Enam puluh
persen dari kasus kolorektal dapat diidentifikasi melalui biopsi atau
pengujian feses (Yamada et al, 1999 dalam Smeltzer & Bare, 2002).
Pemeriksaan lain untuk deteksi kanker ialah pemeriksaan
Carcinoembryogenic Antigen (CEA). Carcinomryogenic antigen dapat
menjadi indikator untuk mendiagnosis kanker kolon, namun perlu
diketahui bahwa tidak semua lesi pada kanker mensekresikan CEA
(Corwin, 2001). Sel tumor ataupun kanker pada kolon dapat
menyebabkan peningkatan level CEA, dimana normalnya akan kembali
normal dalam 48 jam.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Diagnosis kanker kolorektal berdasarkan stadium dan prognosisnya
dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Stadium dan Prognosis Kanker Kolorektal
(Sumber: Sudoyo, dkk, 2006)
STADIUM Derajat Hispatologi
Dukes TNM Derajat
A T1N0M0 I Kanker terbatas pada
mukosa/submukosa
B1 T2N0M0 I Kanker mencapai muskularis
B2 T2N0M0 II Kanker cenderung melewati lapisan
serosa
C TXN1M0 III Invasi ke dalam sistem limfe/KGB
D TXNXM1 IV Metastasis tahap lanjut & penyebaran
yang luas
Keterangan:
Tumor Primer (T)
- T0: Tidak ada bukti tumor primer
- T1: Tumor < 2 cm dalam dimensi terbesarnya
- T2: Tumor > 2 cm tetap tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
- T3: Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
Nodus Limfe Regional (N)
- N0: Tidak ada metastasis nodus limfe regional
- N1: Metastasis ke nodus limfe yang dapat digerakkan
Metastasis Jauh (M)
- M0: Tidak ada metastasis yang jauh
- M1: Metastasis jauh
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
13
Universitas Indonesia
2.2.5 Penatalaksanaan Kanker Kolorektal
Penatalakasanaan pada pasien dengan kanker kolorektal meliputi
penatalaksanaan medis, bedah dan keperawatan. Penatalaksanaan medis
meliputi kemoterapi dan terapi radiasi. Kemoterapi merupakan terapi
modalitas untuk mengeliminasi sel kanker. Idealnya, agen kemoterapi
akan menyerang dan menghentikan pertumbuhan sel tumor, namun
pada kenyataannya sel yang sehat juga ikut dimatikan. Efek ini
akhirnya menimbulkan rasa mual, muntah dan rambut rontok. terapi
medis yang kedua yaitu terapi radiasi. Terapi radiasi menggunakan
radiasi terionisasi seperti sinar-X atau gamma (). Terapi radiasi
memiliki tingkat penyembuhan yang tinggi untuk kasus kanker. Sinar
radiasi yang dikirimkan akan diabsorbsi oleh sel, sehingga akan terjadi
kehancuran pada mutasi DNA. Dosis dari radiasi biasanya dihitung
dengan jumlah energi yang diserap per unit massa dangan standar unit
atau satuan gray (Gy), atau satu joule per kilogram (Zhang, 2008).
Ketika sampai pada sel tumor, dosis pada radiasi akan terbatas pada
kerusakan di sel sehat yang ada di sekitar area radiasi.
Seseorang yang mendapat terapi radiasi harus menjaga agar kulit pada
area yang di radiasi tidak terkena dengan air karena dapat merusak kulit
tersebut. Reaksi tidak langsung antara molekul air dengan ion pada
sinar radiasi akan menjadi tidak stabil. Elektron yang mengelilingi atom
hidrogen dan oksigen akan terpental keluar dari orbitnya, membuat
molekul OH kekurangan elektron, menjadi OH- dan atom hidrogen
menjadi kelebihan elektron (H+) (Tjokronagoro, 2004). Ion ini bersifat
tidak stabil dan berubah menjadi H radikal dan OH radikal. Ion-ion
radikal ini bersifat menyebabkan kerusakan pada inti sel yang berujung
pada kematian sel.
Penatalaksanaan bedah terhadap pasien kanker kolorektal meliputi
reseksi segmental dan pembuatan kolostomi. Reseksi segmental dengan
anastomosis dibutuhkan untuk mengangkat tumor dan sebagian kolon
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
14
Universitas Indonesia
yang terkena pertumbuhan tumor, berikut dengan pemuluh darah dan
limfanya. Pengangkatan rektum (yang terkena kanker) tanpa merusak
anus disebut sebagai Low anterior Resection (LAR). Pada operasi ini,
setelah pengangkatan, kolon proksimal akan dihubungkan dengan
bagian rektum. Operasi ini biasa dilakukan pada pasien dengan kanker
kolorektal stadium II atau III pada bagian atas rektum (dekat
perbatasan dengan kolon). Pembedahan lain yaitu pembedahan
kolostom. Pembedahan kolostomi dapat berupa kolostomi sigmoid dan
pengangkatan sebagian sigmoid, rektum dan sfingter ani. Pada pasien
palliative care, kolostomi ataupun ileostomi permanen biasanya dibuat
dengan tanpa mengangkat organ yang terkena kanker.
Penatalaksanaan keperawatan terhadap pasien kanker kolorektal
meliputi pemenuhan kebutuhan dasar pasien. Tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan adalah (Smeltzer & Bare, 2002):
a Mempertahankan eliminasi pasien
b Mempertahankan atau meningkatkan kenyamanan
c Meningkatkan toleransi aktivitas
d Membantu pemberian nutrisi optimal
e Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f Melakukan perawatan kulit, luka dan kolostomi (pasca bedah)
2.3 Kolostomi
2.3.1 Definisi
Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus
besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan
kolostomi merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus
besar ke dinding abdomen anterior. Akhir atau ujung dari usus besar
yang dikeluarkan pada abdomen disebut sebagai stoma. Stoma itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut. Stoma bersifat
basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti membran
mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
15
Universitas Indonesia
terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya
akan pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan
pengusapan. Hal ini termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika
darah yang keluar terus menerus dan dalam jumlah banyak.
Kolostomi memungkinkan pasien dengan kanker kolorektal melakukan
proses eleminasi BAB dengan lancar. Akan tetapi, berbeda dengan
proses eliminasi normal, pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran
feses. Feses yang keluar dari stoma akan ditampung pada kantung
kolostomi yang direkatkan pada abdomen. Pada awal pembedahan,
konsistensi feses akan nampak lebih cair, namun akan membaik secara
bertahap hingga mencapai konsistensi yang normal, sesuai dengan letak
stoma pada kolon.
2.3.2 Jenis Kolostomi
a Loop Stoma atau transversal
Loop stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan
membuat mengangkat usus ke permukaan abdomen, kemudian
membuka dinding usus bagian anterior untuk memungkinkan jalan
keluarnya feses. Biasanya pada loop stoma selama 7 hingga 10 hari
pasca pembedahan disangga oleh semacam tangkai plastik agar
mencegah stoma masuk kembali ke dalam rongga abdomen.
Gambar 2.1 di bawah menunjukkan gambar dari loop stoma.
Gambar 2.1 Loop Colostomy
(Sumber: Melville & Baker, 2010)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
16
Universitas Indonesia
b End Stoma
End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat dengan
memotong usus dan mengeluarkan ujung usus proksimal ke
permukaan abdomen sebagai stoma tunggal. Usus bagian distal
akan diangkat atau dijahit dan ditinggalkan dalam rongga
abdomen. Gambar 2.2 menunjukkan gambar dari end stoma.
Gambar 2.2 End Sigmoid
(Sumber: Mellville & Baker, 2010)
c Fistula Mukus
Fistula mukus merupakan bagian usus distal yang dikeluarkan ke
permukaan abdomen sebagai stoma nonfungsi. Biasanya fistula
mukus terdapat pada jenis stoma double barrel dimana segmen
proksimal dan distal usus di keluarkan ke dinding abdomen sebagai
dua stoma yang terpisah, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3
berikut.
Gambar 2.3 End Colostomy dan Fistula Mukus
(Sumber: Mellville & Baker, 2010)
d Tube Caecostomies
Stoma pada Tube Caecostomies bukan merupakan stoma dari
kolon, karena kolon tidak dikeluarkan hingga ke permukaan
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
17
Universitas Indonesia
abdomen. Tipe kolostomi ini menggunakan kateter foley yang
masuk ke dalam sekum hingga ujung apendiks pasca operasi
apendiktomi melalui dinding abdomen. Kateter ini membutuhkan
irigasi secara teratur untuk mencegah sumbatan
2.3.3 Masalah Kesehatan yang Terjadi akibat Kolostomi
Masalah yang banyak terjadi pasca pembuatan kolostomi adalah
iritasi pada kulit di sekitar stoma (Smeltzer & Bare, 2002). Iritasi pada
area kulit peristomal banyak terjadi terutama pada lansia, disebabkan
oleh lapisan epitel dan lemak subkutan yang semakin tipis karena
proses penuaan sehingga kulit menjadi semakin mudah mengalami
iritasi (Smeltzer & Bare, 2002). Pada dasarnya, bahan pada kantong
kolostomi yang menempel pada permukaan kulit sudah didesain agar
tidak menyebabkan iritasi pada kulit (WOCN, 2008). Ostomate
(individu yang memiliki stoma) dengan kulit yang sensitif mungkin
membutuhkan tes skin patch jika mengeluhkan adanya beberapa
reaksi terhadap penempelan beberapa kantong kolostomi. Gambar 2.4
menunjukkan gambar area kulit yang mengalami alergi terhadap
pemasangan kantong kolostomi.
Gambar 2.4 Allergic Contact Dermatitis
(Sumber: Eucomed, 2012)
Individu yang memiliki stoma memiliki resiko terkena infeksi
Candida albicans yang biasa dikenal sebagai infeksi ragi atau jamur
(Eucomed, 2012). Hal ini dikarenakan kulit peristomal memiliki
karakteristik hangat, lembap dan tertutup (oleh kantong kolostomi)
dimana lingkungan ini kondusif terhadap pertumbuhan jamur. Kulit
yang terkena infeksi ini akan berubah menjadi kemerahan dan terasa
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
18
Universitas Indonesia
gatal. Medikasi topical antifungal dapat dioleskan pada area yang
terkena infeksi. Gambar 2.5 menunjukkan gambar kulit peristomal
yang terkena infeksi Candida albicans.
Gambar 2.5 Infeksi Candida albicans
(Sumber: Eucomed, 2012)
Rasa gatal, panas dan seperti terbakar pada area penempelan kantong
kolostomi mengindikasikan adanya lecet, ruam ataupun infeksi pada
kulit (WOCN, 2008). Hal terpenting dalam pencegahan infeksi pada
kulit adalah dengan melakukan perawatan kulit peristomal dengan
baik. Pemasangan kantong kolostomi yang sesuai dengan stoma
merupakan pencegahan utama terjadinya iritasi dan infeksi pada kulit.
Skin barrier (dalam bentuk salep ataupun bedak) dapat diberikan pada
area peristomal 30 detik sebelum kantong kolostomi ditempelkan
pada kulit (Smeltzer & Bare, 2002).
Masalah lain yang biasa dikeluhkan oleh ostomate adalah pengeluaran
gas dan bau dari stoma, konstipasi dan diare (Eucomed, 2012).
Pengeluaran gas dan bau pada stoma menjadi masalah pada ostomate
karena berbeda dengan pengeluaran melalui anus, pengeluarannya
melalui stoma tidak dapat dikontrol. Gas yang terdapat pada saluran
pencernaan didapatkan dari beberapa jenis makanan seperti makanan
berpengawet, brokoli, kubis, jagung, timun, bawang, dan lobak. Gas
juga didapatkan dari menelan udara (secara tak sengaja) pada saat
berbicara, makan, merokok dan sebagainya (Eucomed, 2012). Oleh
karena itu ostomate dianjurkan untuk mengunyah makanan secara
perlahan untuk meminimalkan udara yang masuk. Bau pada gas atau
feses yang dikeluarkan juga dapat diakibatkan oleh beberapa makanan
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
19
Universitas Indonesia
seperti telur, keju, ikan, bawang, dan kubis (Canada Care Medical,
n.d).
Konstipasi dapat terjadi pada ostomate akibat diet yang tidak
seimbang, serta intake makanan berserat ataupun cairan yang kurang
(Gutman, 2011). Apabila ostomate mengalami konstipasi maka perlu
peningkatan asupan makanan berserat seperti gandum, sayur dan buat,
serta asupan cairan. Hampton (2007) merekomendasikan minimal
konsumsi 8-10 gelas air per hari, atau 1,5 hingga 2 liter air per hari
(dapat termasuk teh, kopi ataupun jus). Melakukan aktivitas fisik
ringan seperti bersepeda, jogging juga dapat membantu meningkatkan
pergerakan bowel dan mengatasi konstipasi.
Diare merupakan bertambahnya kompisisi cairan pada feses disertai
dengan frekuensi BAB yang meningkat dari kebiasaan normal
individu (Eucomed, 2012). Akibat dari diare adalah hilangnya cairan
dan elektrolit pada tubuh indvidu. Diare umumnya terjadi pada pasien
dengan ileostomi namun dapat terjadi juga pada klien dengan
kolostomi. Individu dengan pembuatan stoma di kolon asenden dan
transversal akan mengalami perubahan konsistensi feses seperti diare,
namun hal ini normal karena penyerapan air pada kolon asenden dan
transversal masih minimal. Penatalaksanaan diare, seperti halnya
konstipasi, meliputi manajemen diet. Pada saat diare terjadi, individu
akan beresiko kehilangan banyak kalium, sehingga butuh asupan
makanan mengandung kalium seperti pisang, jeruk, tomat, ubi,
kentang, dan gandum (Canada Care Medical, n.d).
2.3.4 Komplikasi Stoma
Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah
pembedahan kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun
pertama pasca pembedahan (Truven Health Analytics, 2012).
Beberapa komplikasi akan dijelaskan sebagai berikut:
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
20
Universitas Indonesia
a Retraksi Stoma
Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam
abdomen. Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca
pembedahan kolostomi. Bertambahnya berat badan juga
memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe kantong kolostoma
harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah terjadi
retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari
stoma jika retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari batas
permukaan abdomen. Gambar berikut merupakan contoh dari
retraksi stoma.
Gambar 2.6 Retraksi Stoma
(Sumber: Eucomed, 2012)
b Hernia Peristomal
Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen
yang menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan
tampak semakin jelas ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun
mendesak abdomen (peningkatan tekanan intra abdomen).
Beberapa pasien membutuhkan penggunaan sabuk khusus,
ataupun rekomendasi untuk operasi guna memperbaiki kondisi
hernia tersebut. Gambar berikut merupakan contoh hernia
peristomal.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Hernia Peristomal
(Sumber: Eucomed, 2012)
c Prolaps
Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen
yang terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak
adekuat ataupun akibat peningkatan tekanan intra abdomen.
Prolaps yang disertai dengan iskemia atau obstruksi bowel,
ataupun prolaps yang berulang dapat direkomendasikan untuk
pembedahan ulang. Gambar stoma yang mengalami prolaps akan
ditampilkan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Prolaps pada Stoma
(Sumber: Eucomed, 2012)
d Perdarahan
Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh
hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab
lain yang mungkin mengakibatkan perdarahan adalah adanya
penyakit penyerta hipertensi portal, trauma oleh ujung tube saat
irigasi atau pencukuran area sekitar abdomen atau cedera.
Perdarahan ringan kadang memerlukan agen hemostasis topical,
atau hanya penekanan langsung. Perdarahan masif atau berulang
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
22
Universitas Indonesia
memerlukan penanganan faktor penyebab perdarahan, sedangkan
pasien dengan hipertensi portal memerlukan sclerotheraphy atau
portosystemic shunting.
e Iskemik dan Nekrosis Stoma
Iskemik dan nekrosis stoma dapat terjadi akibat adanya penekanan
pada pembuluh darah sekitar stoma. Stoma yang baru dibuat
melalui operasi harus di observasi setiap 4 jam sekali untuk
mengkaji kondisi stoma, apakah suplai darah ke stoma adekuat
atau tidak. Stoma yang tersuplai darah yang baik berwarna merah
ataupun pink. Stoma yang berwarna ungu, coklat atau hitam
menunjukkan adanya suplai darah yang inadekuat. Stoma yang
sudah nekrotik membutuhkan operasi sebagai intervensi utama.
Gambar 2.9 Nekrosis pada Stoma
(Sumber: Eucomed, 2012)
f Stenosis
Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung
stoma. Hal ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan
scar di sekitar stoma yang menyebabkan stoma berangsur
terhimpit dan menyempit. Gambar 2.10 menunjukkan stoma yang
mengalami stenosis.
Gambar 2.10 Stenosis pada Stoma
(Sumber: Eucomed, 2012)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
23
Universitas Indonesia
2.3.5 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Kolostomi
a Perawatan Kolostomi
Kolostomi akan mulai berfungsi optimal sekitar 3-6 hari pasca
pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002). Perawatan kolostomi yang
rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun care giver baik di rumah
sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong kolostomi dan
membersihkan stoma. Kantong kolostomi adalah wadah untuk
menampung feses yang keluar dari stoma. Kantong kolostomi
dibuat dari material disposable atau digunakan hanya sekali, lalu
dibuang. Jenis kantong kolostomi saat ini cukup beragam.
Kantong kolostomi yang biasa digunakan ialah kantong kolostomi
one-piece tertutup yang jika terisi harus segera dibuang dan
diganti. Kantong kolostomi one-piece drainable memungkinkan
pasien untuk membuang feses yang ada dalam kantong dengan
membuka lubang yang ada di bawah kantong, seperti yang terlihat
pada gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.11 Kantong Kolostomi
(keterangan gambar dari kiri ke kanan: kantong one-piece
drainable,kantong one-piece tertutup, drainable pouch untuk
sistem two-pieces, flange untuk sistem two-pieces)
(Sumber: Gutman, 2011)
Perawatan kolostomi yang pertama ialah cara mengganti kantong
kolostomi dan membersihkan area stoma. Kantong kolostomi
sebaiknya dikosongkan atau diganti ketika kantong sudah terisi
1/3 bagian agar pasien tetap nyaman dengan kantong
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
24
Universitas Indonesia
kolostominya. Kantong kolostomi yang dapat dikosongkan,
dibersihkan dan digunakan kembali adalah jenis kantong
kolostomi two-piece system atau kantong yang memiliki lubang
drainase di bawahnya. Truven Health Analytics Inc. (2012)
memaparkan, kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah
1/3 atau 1/2 penuh. Kantong kolostomi yang penuh akan menjadi
berat dan dapat merusak perlengketan kantong kolostomi dengan
kulit abdomen, selain itu kantong akan beresiko untuk robek atau
rusak karena beban dalam kantong meningkat. Kantong
kolostomi yang penuh juga akan membuat benjolan di balik
pakaian dan dapat mengganggu penampilan. Kantong kolostomi
drainable dapat dikosongkan dengan menekan bagian bawah
kantong, kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet.
Kemudian kantong dapat dibersihkan atau dibilas meskipun
Truven Health Analytics Inc mengatakan hal ini tidak begitu
penting untuk dilakukan. Gambar 2.12 menunjukkan cara
mengosongkan kantong kolostomi.
Gambar 2.12 Cara Mengosongkan Kantong Kolostomi
(Sumber: Truven Health Analytics Inc, 2012)
Burch (2008) dalam Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien
dengan kolostomi mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari
hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata penggantian kolostomi
secara rutin selama satu hari sekali. Ketika akan mengganti
dengan kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang kantong
kolostomi. Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
25
Universitas Indonesia
stoma, beri kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm
(Canada Care Medical, n.d). Penggantian kantong kolostomi
dimulai dengan melepaskan perlekatan kantong kolostomi dengan
kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit
abdomen yang menempel dengan kantong, kemudian bersihkan
stoma. Stoma dibersihkan dengan air, jika ingin menggunakan
sabun, gunakan sabun yang tidak mengandung minyak ataupun
parfum karena dapat mengiritasi (Truven Health Analytics Inc,
2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap kering.
Perawatan kolostomi erat kaitannya dengan perawatan kulit.
Perawatan kulit di sekitar stoma dilakukan bersamaan dengan
penggantian kantong kolostomi. Beberapa orang menggunakan air
hangat saat melepaskan kantong stoma dari kulit abdomen, agar
lebih mudah dan nyaman pada kulit. Terkadang kulit akan terlihat
kemerahan atau lebih gelap segera setelah perekat kantong
kolostomi dilepaskan, namun akan segera normal beberapa menit
(WOCN Society, 2008). Hal ini dimungkinkan karena terjadi
penekanan pada area kulit selama kantong terpasang, atau kantong
kolostomi dilepaskan secara cepat dari kulit abdomen.
Pasien ataupun care giver dapat sekaligus mengobservasi stoma
setiap mengganti kantong kolostomi. Stoma yang normal akan
terlihat merah atau pink terang, lembap, tidak mengerut dan
tampak seperti membran mukosa oral (Borwell, 2011). Stoma
normal akan memiliki produksi feses, tidak ada sumbatan serta
tidak ada nyeri. Stoma yang tidak sehat atau mengalami nekrosis
ditunjukkan dengan warna hitam atau biru kehitaman. Permukaan
stoma yang tidak sehat akan tampak kering, terdapat darah yang
terus keluar, stoma menonjol atau masuk ke dalam sebanyak 5
cm, ujung stoma mengerut, sedikit atau tidak ada produksi feses
dan terdapat nyeri pada area stoma.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam perawatan kolostomi ialah
terkait perubahan eliminasi BAB. Pasien dengan kolostomi tidak
dapat mengontrol BAB sehingga akan beresiko mengalami
gangguan eliminasi BAB. Tindakan perawatan yang dapat
dilakukan adalah irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi merupakan
suatu cara untuk mengeluarkan isi kolon (feses), yang dilakukan
secara terjadwal dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu
yang sama dengan tubuh (hangat) (Putri, 2011). Irigasi
memungkinkan pasien untuk menjadwalkan pengeluaran feses
dari stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular
dan bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi.
Irigasi kolostomi tidak dapat dilakukan bila pasien mengalami
iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal ataupun
komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011). Irigasi stoma juga tidak
dapat dilakukan pada stoma yang terdapat pada kolon asenden dan
tranversal.
Alat yang dapat digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi
kontainer atau wadah air, tube (selang untuk mengalirkan cairan),
cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Plastic sleeve berguna
untuk mengalirkan keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam
toilet.
Gambar 2.13 Water Container, Tube, Cone & Plastic Sleeve
(Sumber: Gutman, 2011)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Cara melakukan irigasi adalah sebagai berikut (Burch, 2013;
Putri, 2011; Smeltzer & Bare, 2002):
Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi
duduk di toilet)
Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang
udara yang ada di sepanjang selang)
Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk ke
stoma
Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudian
alirkan cairan sebanyak 300-500cc
Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc,
tahan selama 10 detik setelah cairan mengalir
Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menuju
toilet melalui sleeve selama 10-15 menit.
Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomi
biasa dan bereskan alat.
Gambar 2.14 Irigasi Kolostomi
(Sumber: Smeltzer & Bare, 2002)
Setelah irigasi selesai dilakukan, pasien dapat melakukan
aktivitas, meskipun selama 30-45 menit akan tetap ada
pengeluaran baik feses, cairan ataupun flatus. Setelah bersih,
kantong kolostomi dapat diganti kembali seperti biasa. Readding
(2006) dalam Burch (2013) mengatakan ketika irigasi selesai
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
28
Universitas Indonesia
dilakukan, small cap untuk stoma dapat digunakan untuk
memungkinkan pasien terbebas dari pengeluaran feses dan flatus
hingga irigasi selanjutnya.
b Diet Nutrisi
Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran
feses dan flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu
diberikan kepada pasien agar terhindar dari gangguan odor
ataupun konsistensi feses yang tidak normal. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi
ialah (Canada Care Medical, n.d; Gutman, 2011) :
Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu kubis,
kol, keju, telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete
Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan
brokoli, kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan
secara perlahan dengan mulut tertutup untuk meminimalkan
udara yang masuk ke dalam sistem pencernaan.
Menambah makanan yang mengandung potassium seperti
pisang, daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika
mengalami diare. Kurangi konsumsi keju, selai kacang, dan
susu.
Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah
makanan tinggi serat
Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas
usus dan mencegah produksi gas
Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan
emosional, stress, atau kurangnya aktivitas fisik
c Toleransi Aktivitas
Individu dengan kolostomi dapat beraktivitas sebagaimana
individu lainnya. Hanya saja dalam pemilihan jenis olahraga,
hindari olahraga yang membutuhkan kontak fisik yang keras yang
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
29
Universitas Indonesia
mungkin dapat menyebabkan cedera pada abdomen (khususnya
stoma). Ostomate juga dapat melakukan olahraga renang dengan
memilih desain baju renang yang menutupi kantong kolostomi
yang terpasang pada abdomen, serta desain baju yang sedikit ketat
agar lebih nyaman saat berenang. Kantong kolostomi harus tetap
terpasang saat berenang untuk menjaga kebersihan stoma. Perekat
waterproof dapat ditambahkan untuk lebih merekatkan kantong
kolostomi pada kulit abdomen, jika dibutuhkan. Kantong
kolostomi baiknya dikosongkan sesaat sebelum berenang,
kemudian hindari makan berat atau banyak sebelum melakukan
olahraga renang.
Ostomate dapat melakukan traveling, tentunya dengan persiapan
penggantian kantong kolostomi yang cukup. Bagi ostomate yang
melakukan irigasi secara rutin, tetap harus berhati-hati dalam
penggunaan air untuk irigasi. Apabila air yang ada di lokasi
travelling mungkin dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi,
maka jika ingin digunakan untuk kolostomi, air tersebut harus
direbus terlebih dahulu, kemudian di diamkan dalam temperatur
ruangan dan dapat digunakan untuk irigasi (Canada Care
Medical, n.d).
d Support Sosial
Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan
bertanya, bagaimana mereka dapat hidup dengan stoma pada
tubuhnya, apakah mereka masih dapat menjalin hubungan dengan
keluarga, relasi ataupun partner kerja, serta apa yang akan terjadi
bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang robek
(Burch, 2013). Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan
adanya kehadiran perawat spesialis ataupun support group (Ferrer
et al, 2010 dalam Burch, 2013). Berbagi pada orang yang
dipercaya, teman, keluarga, perawat, guru spiritual, serta orang
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
30
Universitas Indonesia
lain yang juga memiliki stoma dapat mengurangi
ketidaknyamanan tersebut. Selain support sosial, ostomate juga
harus memiliki pandangan positif terhadap hidupnya, kesabaran
dan sensasi humor untuk menghadapi setiap situasi sosial yang
dirasakan terkait kolostominya.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
31 Universitas Indonesia
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.1.1 Informasi Umum
1. Nama Klien : Ny. R
2. Usia : 31 tahun
3. Tanggal Lahir : 6 Mei 1982
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Suku Bangsa : Sunda
6. Agama : Islam
7. Tanggal Masuk : 27 Maret 2013
8. Diagnosa Medis : Adenoca. Rektosigmoid T4NXM1 1/3 distal
3.1.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual (+), muntah (-), klien
merasa berat badannya menurun. Klien mengatakan kulit di area
selangkangan menghitam dan kering, terkadang nyeri di area
tersebut. Klien juga mengeluhkan dirinya sering bolak-balik ke
kamar mandi untuk BAK, klien bingung mengapa ia menjadi sering
BAK. Klien mengeluhkan sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tak teratur melalui lubang kolostominya. Klien saat ini sedang
mendapat terapi radiasi hari ke-20 dan kemoterapi oral hari pertama.
2. Alasan Masuk / dirawat di RS
Klien merupakan klien rujukan dari rumah sakit lain. Klien
mengeluhkan ada benjolan yang pecah pada area bokong hingga
keluar nanah dan lendir yang berbau. Klien mengeluhkan BAB
campur darah 1 bulan SMRS.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
32
Universitas Indonesia
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan 2 bulan SMRS merasakan ada benjolan (polip)
pada area bokong dan anus, kemudian atas saran orang tua, dioleskan
benjolan tersebut dengan kentang, akhirnya benjolan tersebut pecah.
Penyakit penyerta HT, DM, Asma disangkal. Tidak ada keluarga
yang menderita sakit tumor atau sejenisnya.
Klien sebelum masuk rumah sakit tidak begitu suka mengkonsumsi
sayuran dan buah. Klien merasa dulu sering mengalami susah BAB
atau konsistensi feses yang terlalu padat, namun tidak sampai nyeri
atau tegang pada abdomen. Klien suka mengkonsumsi aneka olahan
daging. Klien tidak ada kegemaran terhadap olahraga.
3.1.3 Pengkajian dengan Pendekatan Sistem Tubuh
1. Aktivitas/Istirahat
Klien bekerja sebagai guru SD. Klien senang bercakap-cakap.
Akktivitas di waktu senggang neliputi membaca, mengobrol dengan
orang sekitar. Waktu tidur tidak tentu, klien merasa cukup dengan
tidurnya, dan tidak merasa sulit tidur. Namun akhir-akhir ini klien
tidak dapat tidur kurang lebih sejak pukul 2 dini hari hingga subuh
karena sakit pada area selangkangan. Klien terlihat sedikit lemas, dan
sering merasa bosan karena sudah berada di RS sejak lama. Keadaan
umum baik, kesadaran compus mentis, rentang gerak baik,
deformitas (-), tremor (-), postur saat berdiri kaki agak
mengangkang, kekuatan otot 5555 | 5555
5555 | 5555
2. Sirkulasi
Tidak ada riwayat hipertensi / sakit jantung pada klien. Edema
periorbital (-), edema ekstremitas (-), kesemutan (-), kebas (-). TD:
100/70 mmHg, MAP: 80 mmHg, Frekuensi nadi: 80x/menit, Suhu:
36C. Bunyi jantung S1 & S2, murmur (-), gallop (-). Warna kulit
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
33
Universitas Indonesia
pada telapak tangan pink kemerahan, pengisian kapiler
34
Universitas Indonesia
menghabiskan seluruh porsi makanannya, namun jika mualnya
kambuh, ia bisa tidak makan sama sekali di pagi hari, hanya habis
setengah porsi di siang hari, dan 3/4 porsi pada malam hari. Klien
mengatakan tidak suka makan yang manis-manis saat ini karena
merasa mual. Klien mengatakan dalam satu hari dapat minum 1800
hingga 2640 cc air putih (hitungan 1 botol air minum). Berat badan
klien SMRS 51 kg, 1 minggu sebelum pengkajian 44 kg, berat saat
ini 41 kg. TB: 160 cm. IMT: 16,20kg/m2. LILA: 20 cm. Klien
sedang mendapat terapi radiasi, hari ke 20.
5. Hygiene
Klien mandi 2x sehari di kamar mandi, namun hanya mengelap
badan (karena area selangkangan dan lateral kanan abdomen tidak
boleh dibasuh air). Klien menggunakan pembalut karena terkadang
keluar cairan dan lendir dari anusnya. Klien menggosok gigi setiap
mandi pagi dan sebelum tidur, serta mengganti pakaiannya setiap
hari.
6. Neurosensori
Klien tidak mengeluhkan sakit kepala, status mental baik, kesadaran
compus mentis, orientasi waktu, tempat dan orang: baik, klien
kooperatif, memori saat ini dan masa lalu baik, penggunaan alat
bantu baca (-), lensa kontak (-), alat bantu dengar (-), pupil isokor,
reaksi pupil 2mm/2mm.
7. Nyeri
Klien mengeluhkan nyeri pada area selangkangan, dengan skala 2-3.
Biasanya terasa lebih sakit di malam hari, menyebabkan klien
terbangun dini hari. Klien terlihat mengerutkan muka saat nyeri
datang. Klien tampak berjalan perlahan dan mengangkang, dan
melindungi area yang sakit saat berbaring di tempat tidur.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
35
Universitas Indonesia
8. Pernapasan
Klien tidak mengeluhkan sesak, tidak ada riwayat merokok. Klien
tidak sedang batuk, bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-),
krekels (-), RR:18x/menit, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
klien asianosis.
9. Keamanan
Klien tidak memiliki riwayat alergi, suhu badan 36C, integritas kulit
baik, hanya pada bokong, perut dan selangkangan tampak kering,
dan kehitaman. Kulit pada area selangkangan tampak mengelupas
dan kemerahan.
10. Interaksi Sosial
Klien berinteraksi dengan sesama pasien di kamar rawat dengan
baik. Pada saat maghrib (setelah sholat) klien memandu pasien yang
ada di kamar untuk mengaji. Pasien yang ada di sebelah Ny. R
merasa senang dengan keberadaan Ny. R yang dapat dijadikan
teman ngobrol, berbagi cerita serta memberikan support.
3.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada Ny.R meliputi:
1. Pemeriksaan Laboratorium (4 Mei 2013)
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Laboratoriom Ny. R
Jenis Pemeriksaan Nilai Keterangan
Hematologi:
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
11,5 g/dl
36 %
4,3 juta/ul
4300/ul
227.000/ul
84fL
27 pg
32 g/dl
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Normal
Normal
Normal
Normal
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
14 U/L
10 U/L
Normal
Normal
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
36
Universitas Indonesia
Ureum
Kreatinin
Na
K
Cl
21 mg/dL
0,7 mg/dL
141 mmol/L
4,3 mmol/L
101 mmol/L
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
2. Pemeriksaan Histopatologi (27 Maret 2013)
Hasil: Rektosigmoid adenocarcinoma poorly differentiated
3. Pemeriksaan MSCT-Scan abdomen (22 Maret 2013)
Hasil: Massa isodens inhomogen daerah rectosigmoid yang berbatasan
langsung dengan uterus dan memberikan enchancement inhomogen,
hepatomegali ringan, suspek metastase ke lien, gambaran ileus obstruktif
partial, MSCT-scan gallbladder, pancreas, ginjal dan vesica urinaria dalam
batas normal.
3.3 Daftar Terapi Medis
Tabel 3.2 Daftar Terapi Medikasi Ny. R
Nama Obat Rute Frekuensi Waktu Pemberian
(Jam)
Rantin Oral 2 x 1 18.00, & 06.00
Tramadol Oral 3 x 1 12.00, 18.00, & 06.00
Neurobion Oral 2 x 1 18.00, & 06.00
Sangobiad Oral 2 x 1 18.00, & 06.00
Meloderm Topikal 2 x 1 18.00, & 06.00
Radiocare Topikal 1 x 1 06.00
Xeloda Oral 2 x 2 20.00 & 07.00
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
37
Universitas Indonesia
3.4 Analisa Data
Tabel 3.3 Analisa Data dan Masalah Keperawatan Ny. R
No Data Masalah Keperawatan
1 DS: Klien mengatakan
- Mual, tidak nafsu makan
- Sering tidak sarapan, makan siang hanya
habis 1/2 porsi, makan malam tidak habis
satu porsi
- Merasa berat badannya menurun, sebelum
masuk RS BB 51 kg, seminggu lalu 44 kg
DO:
- Klien tampak kurus
- BB: 41 kg, TB: 160 cm, IMT: 16,02 kg/m2
- LILA: 20 cm
- Klien mengalami penurunan BB sebanyak
3 kg dalam satu minggu (dari 44 kg menjadi
41 kg)
- Klien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
- Klien mendapat kemoterapi oral, hari ke 1
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2 DS: klien menyatakan
- Sakit pada kulit dekat stoma dan
selangkangan, kulit juga terasa kering
- kadang tetap membasuh selangkangan
dengan air karena merasa kurang bersih jika
hanya dengan tisu basah
DO:
- Kulit pada area perut dan selangkangan
tampak kehitaman dan kering
- Tampak luka pada kulit pinggiran stoma
berukuran 0,3 cm, pus (-), darah (-)
- Terdapat kulit yang kemerahan dan
mengelupas pada area selangkangan
- Kien mendapat terapi radiasi, hari ke 20
Kerusakan Integritas
Kulit
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
38
Universitas Indonesia
- Klien tampak berjalan perlahan dan
mengangkang
3 DS: Klien mengatakan:
nyeri pada area selangkangan, serta nyeri
pada area luka di pinggiran stoma jika
dipegang atau terkena gesekan
DO:
- Skala nyeri 2 pada selangkangan jika
menggerakkan kaki
- Skala nyeri 2-3 pada luka di pinggiran
stoma jika dipegang, ditekan atau terkena
gesekan
- Klien tampak berjalan perlahan dan
mengangkang
- Klien tampak melindungi area yang sakit
saat berbaring di tempat tidur
Nyeri Akut
4 DS: Klien mengatakan
- Sering BAB tiba-tiba dengan waktu yang
tidak tentu
- Frekuensi BAB dalam sehari 4-5x
- Ingin BAB hanya 1-2x sehari seperti orang
normal
- Merasa terganggu dengan pola
eliminasinya saat ini
DO:
- Klien memiliki stoma/kolostomi pada
abdomen kuadran kiri bawah
- Bising usus 5x/menit
Inkontinensia alvi
(Gangguan eliminasi
fekal)
5 DS: Klien mengatakan
- Sering bolak balik kamar mandi untuk
BAK
- Merasa bingung kenapa ia jadi sering
Gangguan eliminasi urin
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
39
Universitas Indonesia
BAK
- BAK 5-6x sehari
DO:
- Klien mendapat terapi radiasi di area
abdomen bawah, hari ke 20
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam, klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Klien menghabiskan satu porsi makan pagi, siang dan malam setiap
harinya
- Klien tidak mengalami penurunan BB
- Adanya penambahan BB, IMT target: 16,5 kg/m2
Intervensi mandiri:
- Pantau asupan makanan setiap hari. Rasional: mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi berdasarkan asupan makanan
- Timbang BB serta hitung IMT berkala. Rasional: Mengidentifikasi status
nutrisi klien berdasarkan perhitungan IMT
- Awasi anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan
terapi dan obat. Awasi frekuensi, volume dan konsistensi feses. Rasional:
mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah
untuk meningkatkan pemasukan nutrisi
- Dorong dan berikan periode istirahat yang sering. Rasional: Membantu
menghemat tenaga, dan menurunkan kebutuhan metabolik
- Motivasi oral hygiene. Rasional: Meningkatkan nafsu makan
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan, makan bersama keluarga
yang menunggu / berkunjung, atau pasien lain di ruangan. Rasional:
Membuat kondisi makan yang lebih menyenangkan dan dapat
meningkatkan masukan nutrisi
Intervensi kolaborasi:
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
40
Universitas Indonesia
- Rujuk ke ahli gizi untuk penentuan komposisi diet. Rasional: Memberi
bantuan perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
- Berikan medikasi anti emetic sesuai indikasi. Rasional: mengurangi rasa
mual
- Awasi pemeriksaan lab seperti BUN, protein serum, albumin. Rasional:
nilai yang rendah menunjukkan adanya malnutrisi.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Integritas kulit membaik: kulit dalam kondisi lembap dan tidak kering,
tidak ada kulit yang mengelupas dan kemerahan
- Tidak terjadi lecet atau luka baru pada kulit
Intervensi mandiri:
- Pantau kondisi kulit, area yang terkena terapi radiasi serta kulit di sekitar
kantong kolostomi. Rasional: Mengidentifikasi kondisi integritas kulit
untuk menentukan terapi yang diberikan.
- Beri perawatan kulit dengan sering, minimalkan kelembapan akibat
ekskresi dari stoma. Rasional: terlalu kering atau lembap, dapat merusak
kulit dan menciptakan kondisi bagi mikroorganisme untuk mempercepat
kerusakan (terutama dalam kondisi lembap)
- Pantau kondisi stoma, edukasi klien terkait karakteristik stoma yang sehat
dan tidak sehat, dan cara membersihkannya. Rasional: Membantu klien
mengenali tanda awal luka atau infeksi, infeksi pada stoma akan
berpengaruh pada kulit di sekitar stoma
Intervensi Kolaborasi:
- Beri & oleskan cream radiasi pada kulit yang terkena radiasi serta lotion
untuk kulit yang menjadi tempat perekatan dengan katong kolostomi,
berikan bedak bila perlu. Rasional: menjaga kelembapan kulit dan
mencegah tumbuhnya jamur pada skin barrier kantong kolostomi
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
41
Universitas Indonesia
3. Nyeri Akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Skala nyeri berkurang menjadi 0-1 pada area selangkangan, skala 0-1
pada luka di pinggiran stoma
- Klien dapat melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam dengan baik
dan benar
Intervensi mandiri:
- Observasi dan catat lokasi nyeri, berat (skala 0-10), frekuensi dan
presipitasi nyeri. Rasional: Membantu membedakan penyebab nyeri dan
memeberikan informasi tentang kemajuan/perbaikan luka, terjadinya
komplikasi, dan keefektifan intervensi.
- Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan
lampu, mengurangi tingkat kebisingan, membatasi pengunjung, anjurkan
klien untuk istirahat dengan posisi yang nyaman menurut klien. Rasional:
Memberikan rasa nyaman pada klien.
- Anjurkan menggunakan teknik relaksasi latihan napas dalam. Rasional:
Menggunakan istirahat, memusatkan kembali perhatian dapat
meningkatkan koping
4. Inkontinensia Alvi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Pengeluaran feses dapat dikendalikan, 1-2x sehari
- Terbentuknya kebiasaan defekasi rutin yang teratur
Intervensi mandiri:
- Kaji pola BAB klien setiap hari. Rasional: mengetahui pola eleminasi
klien serta respon klien
- Edukasi dan demonstrasi cara irigasi kolostomi sederhana. Rasional:
mengajarkan cara melakukan irigasi sederhana, agar klien dapat melakukan
irigasi meskipun tidak berada di RS
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
42
Universitas Indonesia
- Evaluasi respon klien setelah dilakukannya irigasi sederhana. Rasional:
mengetahui perasaan klien terhadap proses irigasi dan tindak lanjut
selanjutnya yang diinginkan klien
- Bantu lakukan irigasi kolostomi teratur setiap hari jika memungkinkan.
Rasional: membantu klien dalam membiasakan diri melakukan irigasi
kolostomi sebelum dirinya mampu secara mandiri
5. Gangguan Eliminasi Urin
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5 x 24 jam klien
menunjukkan tanda-tanda:
- Klien tidak mengeluhkan terkait frekuensi BAKnya
- Kebutuhan cairan klien terpenuhi dengan baik
Intervensi mandiri:
- Monitor intake dan output cairan. Rasional: deteksi dini
ketidakseimbangan cairan tubuh akibat peningkatan frekuensi BAK
- Monitor frekuensi, jumlah dan karakteristik urin saat BAK. Rasional:
membantu mengidentifikasi status keseimbangan cairan tubuh klien.
- Motivasi klien untuk menekan atau menahan urinasi semampu klien.
Rasional: Mempertahankan kemampuan kandung kemih dan sfingter uretra
untuk menahan urin
- Edukasi klien untuk minimalkan minum sebelum tidur di malam hari.
Rasional: Meminimalkan gangguan untuk tidur
- Edukasi klien terkait penyebab gangguan pola eliminasi BAK. Rasional:
Memberikan ketenangan pada klien, agar klien tidak merasa terganggu
dengan kondisi saat ini.
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
43
Universitas Indonesia
3.6 Implementasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tabel 3.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.40 Tanggal 23 Mei 2013 pkl 15.45
Implementasi:
a. Mengkaji asupan makanan hari ini b. Mengkaji adanya mual/muntah c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan,
dengan menambah lauk yang klien sukai di luar
pantangan diet klien
d. Menimbang BB & menghutung IMT e. Kolaborasi ahli gizi Evaluasi:
S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan dan
makan siang habis satu porsi, plus jeruk satu buah
O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB: 43kg,
TB: 160cm, IMT: 16,80kg/m2. Diet makan hari ini
dinaikkan oleh ahli gizi menjadi dari 1700 kkal
menjadi 2100 kkal ditambah susu protein 26
g/hari
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
masih terjadi: IMT belum mencapai target (17,0
kg/m2)
P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis
23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT, kolaborasi
anti emetik pukul 18.00
Implementasi:
a. Mengkaji asupan makanan hari ini
b. Mengkaji adanya mual/muntah
c. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan
d. Memotivasi keluarga (suami klien) untuk
membantu klien meningkatkan asupan makanan
dengan menyediakan makanan yang disukai klien
dan menemani klien saat makan
Evaluasi:
S: klien mengatakan tidak mual dan muntah hari ini,
sarapan habis satu porsi
O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). IMT
terakhir (20 Mei 2013): 16,80kg/m2
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
masih terjadi: IMT belum mencapai target (17,0
kg/m2)
P: Motivasi asupan makanan cemilan, kamis
23/5/2013 timbang BB dan hitung IMT,
kolaborasi anti emetik pukul 18.00
Implementasi:
a. Mengkaji asupan makanan hari ini
b. Memotivasi klien meningkatkan asupan makanan
c. Menimbang BB & menghutung IMT
d. Memberi reinforcement positif atas penambahan
BB klien
Evaluasi:
S: klien mengatakan tidak mual hari ini, sarapan dan
makan siang habis satu porsi, klien minum susu
yang diberikan ahli gizi tadi pagi. Klien
mengatakan senang BBnya bertambah (setelah
dilakukan pengukuran)
O: klien tempak kurus, lemas (-), lemah (-). BB:
44kg, TB: 160cm, IMT: 17,19 kg/m2
A: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan teratasi: IMT sudah mencapai target
(17,0 kg/m2)
P: Motivasi asupan makanan cemilan, sabtu 25 Mei
2013 (sebelum pulang) timbang BB kembali,
motivasi meningkatkan BB di rumah hingga 48-
56 kg (IMT 18,75-21,88 kg/m2)
Asuhan keperawatan ..., Manggarsari, FIK UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Diagnosa Keperawatan: Kerusakan Integritas Kulit
Tabel 3.5 Implementasi Diagnosa Keperawatan Kerusakan Integritas Kulit
Tanggal 20 Mei 2013 pkl 15.45 Tanggal 22 Mei 2013 pkl 08.30