Upload
insani-mahardhika
View
269
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
DISTRIBUSI STATISTIKA MAXWELL-BOLTZMANN DAN FERMI DIRAC
Untuk memenuhi tugas matakuliah Statistical Physics
Oleh :
Insani Mahardika (110210152007)
Kelas X
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Fisika statistik menunjukkan bagaimana sifat makroskopik sistem banyak
partikel dapat diturunkan dari sifat mikroskopik partikel penyusunnya. Walaupun
sepintas sangat berbeda dan tidak bersesuaian dari kedua sifat tersebut, namun
sebenarnya kedua pendekatan tersebut saling terkait. Bila kedua pendekatan tersebut
diterapkan pada sistem yang sama maka hams dihasilkan kesimpulan yang sama.
Hubungan yang sama berlaku antara termodinamika (besaran makroskopik) dengan
fisika statistik (besaran mikroskopik). Hubungan keduanya terletak pada kenyataan
bahwa beberapa sifat makroskopik yang terukur secara langsung sebenarnya
merupakan nilai rata-rata terhadap selang waktu tertentu dari sejumlah ciri khas
mikroskopik.
Statistik Maxwell Boltzmann (MB) dipakai untuk menentukan distribusi
termungkin dari partikel-partikel tak interaksi pada suatu asembel klasik. Masalah-
masalah yang rumit sering muncul pada estimasi parameter pada distribusi ini guna
mengidentifikasi dari pada sifat-sifat partikel klasik yang berupa molekul- molekul
gas. Terlihat dari hasil plot pada distribusi Maxwell Boltzmann ada kemiripan dengan
distribusi Weibull, Sehingga perlu dilakukan analisis mengenai kedekatan distribusi
Weibull terhadap distribusi Maxwell Boltzmann pada laju partikel melalui MCMC
(Markov Chain Monte Carlo).
Pada waktu menurunkan statistic boltzmann, dianggap bahwa tiap partkel
dapat dibedakan satu sama lain, dan bahwa tiap tingkat energi dapat diduduki oleh
paratikel – partikel dalaam jumlah berapa pun. Dalam statistic kuantum, anggapan
yang pertama tidak berlaku ( partikel – partikel yang identik tidak dapat dibedakan
satu sama lain ).anggapan kedua juga tidak berlaku apabila hal ini membahas
mengenai partikel seperti electron dan proton. Dalam hal ini prinsip eksklusi pauli
mensyaratkan bahwa tiap tingkat energi tadak dapat diduduki oleh lebih dari satu
partikel. Akan tetapi, partikel seperti deuteron dan photon dapat menempati sel energi
tertentu dalam jumlah berapa pun.
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan fungsi distribusi statistika Maxwell-
Boltzmann?
2. Apakah yang dimaksud dengan fungsi distribusi statistika Fermi Dirac?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi distribusi statistika Maxwell-Boltzmann.
2. Untuk mengetahui fungsi distribusi statistika Fermi Dirac.
3
BAB II
MAXWELL-BOLTZMANN
2.1. Fungsi Distribusi Statistika Maxwell-Boltzmann
Jika titik-titik fase a, b, c, dan d, bergeser secara kontinu, maka semua
mikrostate bergeser dengan frekuensi yang sama, makrostate yang pertama dan yang
kelima masing-masing akan diamati 1/16 kali, makrostate kedua dan keempat masing-
masing 1/4 kali, dan makrostate ketiga akan diamati 3/8 kali.
Kembali pada permasalahan menghitung W untuk kasus gas, di mana jumlah
N dan semua N adalah sangat besar. Faktorial untuk jumlah bilangan yang besar dapat
dilakukan dengan pendekatan Stirling yang akan kita turunkan sebagai berikut.
Logaritme asli (alamiah) dari x faktorial adalah:
ln (x!) = x ln x – x + 1 = x ln x – x
Harga logaritme ini secara exact sama dengan luas daerah di bawah kurva tangga
yang ditunjukkan dengan garis putus-putus pada gambar 1, antara x = 1 dan x = x,
karena masing-masing segiempat lebarnya satu satuan dan tinggi yang pertama ln 2,
tinggi yang kedua ln 3, dst.
y
Luas daerah di bawah kurva pada gambar 1 secara aproksimasi sama dengan luas
kurva di bawah fungsi y = ln (x) dengan batas-batas yang sama dengan kurva tangga.
Secara pendekatan untuk x yang besar, diperoleh:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 x
Ln 5Ln 4Ln 3Ln 2
y = ln x
4
Untuk x besar faktor 1 dapat diabaikan , dengan demikian:
ln (x!) = x ln x – x ................................................................(1)
Formula ini dikenal dengan Pendekatan Stirling.
Analisis yang lebih exact dengan menggunakan deret tak hingga:
..................... (2)
Bila semua suku dalam deret diabaikan kecuali suku pertama, maka diperoleh:
............................................(3)
Jika x sangat besar, dua suku pertama persamaan (3) diabaikan, maka akan diperoleh
persamaan (1).
Dengan mengambil logaritme dari persamaan
maka akan diperoleh:
dengan
Sekarang seiring dengan perubahan waktu dan titik fase di dalam cell dari
ruang fase berubah, jumlah Ni akan berubah. Jika sistem dalam keadaan peluang
thermodinamika maksimum W0, variasi pertama W0 muncul dari variasi Ni. Dalam hal
variasi Ni adalah nol. Kita akan menggunakan simbul untuk menyatakan perubahan
kecil yang muncul dari gerak kontinu titik fase di dalam ruang fase. Jika peluang W0
adalah maksimum, maka logaritmenya juga maksimum, dengan demikian untuk
peluang maksimum adalah:
..........................................................(4)
5
..............
..................................................................(5)
akan diperoleh:
akan tetapi:
karena jumlah total partikel adalah konstan. Dengan demikian:
.............................................................................(6)
Jika persamaan (6) dinyatakan dalam bentuk suku-sukunya, maka didapatkan:
..................................(7)
Kuantitas δ N1, δ N2, δ N3, dst adalah penambahan atau pengurangan kecil dari N1, N2,
N3, dst sebagai hasil dari gerak molekul atau tumbukan. Jika penambahan atau
pengurangan tersebut semuanya independen, maka koefisien masing-masing akan
vanish secara terpisah. Akan tetapi penambahan atau pengurangan δNi tidak
independen, karena jumlah total partikel adalah konstan, dan penambahan populasi
beberapa cell yang lainnya, yakni:
δ Ni = ∑ δ Ni = δ N1 + δ N2 + δ N3 + ... = 0 .................................(8)
Persamaan (8) ini adalah salah satu persamaan kondisi yang dikenakan pada δNi.
Disamping persamaan (8), masih ada persamaan kondisi yang lain. Sistem dianggap
terosilasi, dengan demikian energi internal U sistam adalah konstan. Memang ada
δ ln (W0) = 0
δ ln (W0)
6
perubahan populasi di dalam cell yang mana titik fase yang energinya lebih besar
harus diseimbangkan dengan perubahan titik fase yang di dalam cell lain yang
energinya lebih rendah. Misalkan wi menyatakan energi molekul bila titik fasenya
dalam cell ke-i. Kuantitas wi secara umum bergantung pada koordinat semua
koordinat cell. Energi total untuk semua Ni partikel yang titik fasenya terletak di
dalam cell ke-i adalah wiNi dan energi internal U dari sistem adalah:
U = ∑ wiNi ...................................................................................(9)
Perubahan energi internal terjadi bila jumlah titik-titik dalam cell ke-i berubah
dengan δNi yakni: wi δNi, dan karena energi internal total adalah konstan, maka
jumlah semua perubahan ini harus nol. Dengan demikian:
δU = ∑ wi δNi = w1 δN1 + w2 δN2 + w3 δN3 + ... = 0 ..................(10)
Persamaan (10) ini adalah persamaan kondisi yang kedua yang dikenakan pada δNi.
Sekarang kita gunakan metode pengali tak tentu dari Lagrange. Kalikan
persamaan (8) dengan sebuah konstanta –ln α, kalikan persamaan (9) dengan
konstanta β, dan jumlahkan dengan persamaan (6), sehingga diperoleh:
∑ ( ln Ni – ln α + β wi ) δNi = 0
Karena δNi sekarang adalah independen, maka koefisien masing-masing adalah
vanish, dengan demikian nilai untuk sembarang i, adalah:
ln Ni – ln α + β wi = 0
atau
Ni = α exp (-β wi ) ........................................................................(11)
Sebagai perbandingan dengan hasil teori statistik yang akan dikembangkan
selanjutnya, kita definisikan kuantitas A sebagai A = 1/α, sehingga kita dapat
menuliskan:
...........................................................(12)
Konstanta α dapat diperoleh dari hubungan:
N = ∑ Ni = α exp (-β wi ) ..............................................................(13)
Kuantitas exp (-β wi ) memegang peranan penting di dalam teori statisktik. Kuantitas
itu disebut fungsi partisi atau jumlah keadaan dan dinyatakan dengan Z (bahasa
Jerman, Zustandssumme).
Z = exp (-β wi ) .............................................................................(14)
Dengan demikian dari persamaan (13) dan (14) maka diperoleh:
α = N / Z
7
Jumlah partikel di dalam cell ke-i, di dalam keadaan peluang thermodinamika
maksimum dinyatakan dengan:
......................................................................(15)
Adapun salah satu penerapan statistika Maxwell-boltzmann adalah pada gas ideal.
2.2.1 Penerapan Statistik Maxwell-Boltzann pada Gas Ideal
Tinjau suatu gas ideal terdir dari N buah atom atau molekul identik. Atom atau
molekul ini dipandang sebagai titik yang mengikuti hukum-hukum gerak Newton.
Karena sistem ini mengikuti statistik Maxwell-Boltzmann maka berlaku
...........................................................(16)
..................................................(17)
Rapat keadaan g (ε) dapat dicari sebagai berikut:
Karena atom atau molekul gas dianggap sebagai titik partikel maka mereka
hanya mempunyai energi kinetik translasi dan setiap partikel dapat memiliki energi
kinetik dari nol sampai tak terbatas secara kinetik. Keadaan partikel-partikel ini dapat
dinyatakan oleh momentum dengan komponen-komponennya adalah px, py, pz,
sehingga keadaan yang ada dapat direprenentasikan sebagai titik-titk dalam ruang
momentum.
Energi partikel adalah
Momentum dapat dinyatakan sebagai
Maka dan p dp = m d ε .....................................(18)
Dengan
Cacah k keadaan yang berenergi antara ε dan ε + d ε sama dengan cacah keadaan
yang bermomentum anatara p dan p + dp sehingga:
g(ε) d ε = g (p) dp .................................................................(19)
yang besarnya sama dengan volume kulit bola dVp jejari p dan dp dalam ruang
momentum yaitu dVp = 4 p2 dp
g (p) dp = p2 dp .....................................................................(20)
Py
8
dp Px
PZ
Persamaan (20) identik dengan (19)
g (ε) dε = g (p) dp ~ p2 dp
Dengan mengganti p dp dari persamaan (18) diperoleh
g (ε) dε ~ m, p dε
Cacah partikel yang berenergi antara ε dan ε + dε dalam persamaan (17) menjadi
~
= C ..................................................(21)
Jika persamaan diatas dinyatakan untuk seluruh energi yang mungkin akan diperoleh
cacah partikel total N
Dari tabel integrasi dalam hal ini a = 1/kB T
Maka
Atau sehingga
.......................................(22)
Persamaan (22) di atas menunjukkan distribusi ebergi atom atau molekul.
Energi total diperoleh degan mengalihkan cacah partikel dengan energi tiap
partikel:
9
Dengan menggunakan penyelesaian integral standar:
dengan a = 1/kB T diperoleh
.....................................................
....................(23)
Ini adalah total gas yang terdiri dari N atom atau molekul
Energi rerata tiap molekul gas ideal adalah E/N
...............................................................................(24)
Energi rerata pada suhu kamar adalah 0,04 eV
Molekul gas yang dianggap sebagai titik partikel di atas memiliki tiga mode
energi translasi yang disebut derajat kebebasan f yang berhubungan dengan gerakan
pad arah sumbu x, y, dan z. Dengan demikian energi rerata untuk tiap derajat
kebebasan adalah ½ kB T (hukum Ekipartisi atau bagi adil) sehingga
...............................................................................(25)
Untuk molekul gas beratom dua, atau gas diatomik, misalnya H2, O2 dan sebagainya
mempunyai 3 derajat kebebasan translasi dan 2 derajat kebebasan rotasi sehigga f = 5,
maka
................................................................................(26)
Sedang molekul gas beratom tiga atau lebih (disebut gas poliatomik) mempunyai tiga
derajat kebebasan translasi dan tiga derajat kebebasan rotasi, f = 6 maka ε = 3 kB T
Z Z Z
y y
x x x
Monoatomik diatomik poliatomik
3 translasi 3 translasi 3 translasi
0 rotasi f 3 2 rotasi f = 5 3 rotasi f = 610
Untuk suhu cukup tinggi masih ada tambahan dengan derajat kebebasan vibrasi.
Kapasitas panas molar gas pada volume tetap cv didefinisikan sebagai energi
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 mole gas 1 K dengan volume tetap.
.................................................................................(27)
Dengan n adalah cacah mole N/NA ; NA = bilangan Avogadro yang besarnya adalah
6,02204 × 1023 (gr mol)-1.
Untuk gas mono atomik
..............................................................................................(28)
Dengan R = NA kB = tetapan gas = 5,31441 J/ (gr mol K).
Contoh:
Andaikan suatu ruangan dengan volume ~ 50 m3 diisi gas hidrogen. Cacah gas
hidrogen pada suhu dan tekanan standar adalah 1,34 × 1027. Beberapa atom hidrogen
yang berada di tingkat eksitasi pertamanya (n = 2)?
Jawab : n2 = 2, l = 0, 2 keadaan
l = 1 6 keadaan
nI = 1 , l = 0 , ml = 0 keadaan g1 = 2
n1 = 1 , g1 = 2
n1 = 2 , g1 = 8 = -3,4 eV
11
n2 = n1 4 e-433 ~ n1 10 -188
Karena maka 0. Jadi tidak ada satupun molekul gas yang berada
di tingkat tereksitasi. Distribusi laju molekul gas dapat diturunkan dengan substitusi
Dengan memasukkan pers.(29) dan (30) ke pers. (22) diperoleh cacah partikel yang
berlaju antara v dan v+dv adalah
persamaan ini pertama kali diturunkan oleh Maxwell pada tahun 1859. Laju rata-rata
partikel dihitung sebagai berikut. Laju paling terboleh jadi (the most probable
(29)
(30)
(31)
12
speed) berhubungan dengan nilai maksimum dari n (v). Misalkan
Syarat ekstrim :
Jadi, laju boleh jadi adalah
Laju efektif dihitung sebagai berikut:
Energi rata-rata
v vmaks vf vef
f (v) (32)
13
2.3 Entropi dan Probabilitas (Peluang).
2.3.1. Entropi (S)
Telah diketahui bersama bahwa entropi (S) adalah salah satu variabel dalam
termodinamika. Dimana entropi lebih banyak dibahas dalam penerapan hukum ke dua
termodinamika. Dalam hal ini hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi
mengatakan, "Sebuah proses alami yang bermula di dalam satu keadaan
kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan kesetimbangan lain akan bergerak
di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin
besar". Jadi dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa entropi adalah ukuran
ketidakteraturan sistem atau secara sederhana bisa dikatakan sebagai suattu derajat
ketidakberaturan atau derajat kehancuran. Jika entropi sistem meningkat, komponen
sistem menjadi semakin tidak teratur, random dan energi sistem lebih terdistribusi
pada range lebih besar Sdisorder > Sorder.
Pada persamaan (14) menyatakan jumlah titik fase N i di dalam cell ke i di
dalam ruang fase untuk makrostate dengan peluang maksimum. Dari sudut pandang
termodinamika, keadaan seimbang untuk sistem tertutup memiliki entropi maksimum.
Jika sistem tidak seimbang maka akan terjadi perubahan dalam sistem sampai entropi
maksimum tercapai. Jadi, di dalam keadaan seimbang baik entropi dan peluang
termodinamika mempunyai harga maksimum, yang mana akan dapat digunakan
sebagai dasar memprediksi korelasinya. Dalam hal ini dapat dicari korelasinya yaitu
antara S dan W dengan meninjau dua buah sistem A dan B yang serupa yang
bersentuhan secara termal. Pada sistem A terdapat kondisi dengan besar entropi SA
dan peluang termodinamik WA, dan untuk sistem B terdapat kondisi dengan besar
entropi SB dan peluang termodinamik WB. Karena entropi merupakan perubahan
ekstensif, maka entropi total sistem gabungan adalah:
Stotal = Sfinal – Sinitial …………………………………(33)
Jadi seperti halnya energi dalam atau entalpi, entropi (S) juga fungsi keadaan
yaitu hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir tidak pada bagaimana proses
terjadinya yaitu: Jika entropi meningkat maka Stotal akan negatif, sebaliknya jika
entropi turun, maka Stotal akan positif.
Sedangkan untuk peluang termodinamikanya, perumusannya adalah:
Wtotal = WA .WB ……………………….…………(34)
Jika kita ambil dalam hal ini S = f (W), maka:
14
f (WAWB) = f (WA) + f (WB). ……………………………(35)
Satu-satunya fungsi yang dapat memenuhi hubungan antara entropi (S) dengan
Peluang termodinamik (W) adalah logaritma, maka dapat dituliskan persamaannya
yaitu:
S = k ln W ……………………………………………….(39)
Dengan:
K adalah konstanta Boltzman = 1, 381 x 10-23 J/K atau 8, 617 x 10-5 eV/K.
S adalah entropi.
W adalah peluang termodinamik.
Dari sudut pandangan mekanika statistik dapat diinterpretasikan bahwa
kenaikan entropi di dalam sistem tertutup adalah sebagai konsekuensi kecendrungan
alamiah sebuah sistem dari keadaan kurang mungkin menjadi lebih mungkin.
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal,
dimana banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya
semakin besar, maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu
daerah bervolume V adalah sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka
semakin besar pula peluang untuk menemukan molekul tersebut di dalam V.
Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah, pers.
(39):
W1 = c V ………………………………………….(40)
dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di
dalam volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah
keadaan yang terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah, pers.(40):
w = w1N = (cV)N. …………………………………(41)
Jika persamaan (41) disubstitusikan ke (39), maka perbedaan entropi gas ideal dalam
proses ekspansi isotermal di mana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah,
adalah bernilai positif. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal
tersebut bertambah besar.
Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (39), menghubungkan
gambaran termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan
untuk meletakkan hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana
proses alami akan terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum
kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini,
15
keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum secara
termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapi
fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan. Dari
sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-
tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama
ditunggu, keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam
kolam tiba-tiba membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum
setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan. Hukum kedua termodinamika
memperlihatkan arah peristiwa-peristiwa yang paling mungkin, bukan hanya
peristiwa-peristiwa yang mungkin.
2.3.2. Peluang (Probability).
Konsep peluang lebih sering digunakan di dalam istilah lain seperti
ketidakketeraturan sistem. Semakin besar ketidakketeraturan, maka semakin besar
peluang termodinamika dan semakin besar entropinya. Derajat keteraturan terbesar
dari titik fase gas di dalam ruang fase tercapai jika semua berada di dalam sebuah cell,
yakni jika semuanya di dalam volume yang sangat kecil di dalam ruang biasa dan
semua bergerak dengan kecepatan sama. Peluang termodinamika W mempunyai nilai
minimum satu dan entropi k ln w adalah nol. Lebih banyak partikel yang terpancar
keluar di dalam ruang biasa, dan lebih besar kecepatan yang terpancar dalam ruang
kecepatan, maka lebih besar ketidakketeraturan dan lebih besar entropinya.
Tinjaulah sebuah contoh, misalkan sebuah bejana dibagi menjadi dua bagain
sama dipisahkan dengan sebuah partisi. Kedua bagian bejana tadi diisi dengan jumlah
molekul yang sama dari gas yang berbeda. Sistem mempunyai derajat keteraturan
tertentu untuk smeua molekul pada masing-masing sisi dari partisi. Jika partisi
sekarang dihilangkan, gas menyebar secara difusi ke sisi yang lain, dan akhirnya ke
dua molekul-molekul terdistribusi secara uniform ke seluruh ruang volume. Dari
awal, keteratauran tidak muncul dan sistem tidak teratur, atau ketidak teraturan telah
meningkat. Demikian pula entropinya bertambah, karena volume ditempati oleh
masing-masinggas yang telah rangkap (pada temperatur konstan, jika gas adalah
ideal).
Di dalam ekspansi adiabatik reversible dari gas, volume bertambah tetapi
temperatur berkurang. Entropi yang tersisa adalah konstan, dengan demikian ketidak
teraturan juga tetap. Peningkatan ketidak teraturan sebagi akibat penambahan volume
16
dikonpensasi dengan penurunan ketidak teraturan akibat dari pemancaran kecepatan
yang lebih kecil pada suhu yang lebih rendah.
Menurut hukum termodinamika, proses ini hanya dapat terjadi di dalam sistem
tertutup untuk entropi yang membesar atau di dalam limit yang tersisa konstan. Setiap
proses dalam mana entropi akan berkurang merupakan sesuatu yang dilarang. Kita
lihat bahwa penjelasan statistik dalam menginterpretasikan entropi merupakan
pernyataan dogmatis yang harus dimodifiskasi. Misalnya sebuah sistem dalam
keadaan peluang termodinamika maksimum atau entropi maksimum. Keadaan ini
bukanlah statis karena perubahan kontinue titik fase di dalam ruang fase. Kadang-
kadang sebuah keadaan akan menghasilkan peluang dan juga entropi kurang dari
harga maksimum. Perubahan kecil lebih mungkin dari pada perubahan besar, namun
perubahan besar tersebut tidak mungkin. Kita akan membahas permasalahan ini lebih
detail di dalam topik fluktuasi.
Marilah kembali pada persamaan (39) S = k ln W. Berdasarkan persamaan (4)
dan persamaan (13), maka diperoleh:
ln W = N ln N – Σ Ni ln Ni
= N ln N – Σ Ni (ln N – ln Z - βwi)
= N ln N – ln N Σ Ni + ln Z Σ Ni + β Σ Ni wi …………(42)
Karena Σ Ni = N dan β Σ Ni wi sama dengan energi internal U. Dengan demikian:
S = k ln W = N k ln Z + k β U ………………………………..(43)
Berdasarkan uraian diatas, konsep temperatur tidak muncul di dalam
pengembangan teori statistik. Hal itu sekarang dapat dikumukakan sebagai berikut.
Berdasarkan prinsif termodinamika dari hubungan:
atau …………………………….(44)
Berdasarkan persamaan (44), maka diperoleh:
= k β …………………………………………………(45)
Dengan:
…………………………………………(46)
Berdasarkan persamaan (45) dan (46), maka diperoleh:
17
β = 1/kT
sekarang konstanta β dapat ditentukan. Dengan demikian seperangkat persamaan yang
melibatkan β dapat dituliskan kembali yaitu:
Jumlah titik-titik di dalam cell ke I dapat dinyatakan dalam bentuk T.
……………………………………(47)
Dengan Z menyatakan fungsi partisi, yang dirumuskan sebagai:
Z = Σ exp (- wi / kT )………………………………………(48)
Energi internal sistem U adalah:
U = Σ wi Ni =
Turunan Z terhadap T adalah:
Dengan demikian, akan diperoleh:
U = ……………………….(49)
Kemudian berdasarkan persamaan (44), maka diperoleh:
S = N k ln Z + U/ T
Fungsi Helmholtz diberikan oleh F = U – TS, jadi akan diperoleh:
F = - N kT ln Z
Jadi, dapat kita lihat bahwa sekali fungsi partisi z telah ditentukan, maka
semua sifat-sifat thermodinamika dari sistem dapat ditentukan. Hanya perbedaan pada
energi internal dan entropi dapat di dalam thermodinamika, metode statistik
mencakup kedua pernyataan ini tanpa memerlukan konstan tak tentu.
18
BAB III
FERMI DIRAC
3.1 Pengenalan tentang statistik fermi-diract
Fermi-Dirac statistik (-D statistik F) adalah bagian dari ilmu dari fisika yang
menggambarkan energi partikel tunggal dalam suatu sistem yang terdiri dari banyak
partikel identik yang mematuhi Prinsip Pengecualian Pauli . Hal ini dinamai Enricos
Fermi dan Paul Dirac , yang masing-masing menemukan secara mandiri.
F-D statistik berlaku untuk partikel identik dengan setengah-integer spin
dalam sistem dalam kesetimbangan termal Selain itu, partikel dalam sistem ini
diasumsikan memiliki diabaikan saling interaksi . Hal ini memungkinkan-sistem
banyak partikel dijelaskan dalam istilah tunggal-partikel keadaan energi . Hasilnya
adalah distribusi Fermi-Dirac partikel lebih dari negara-negara ini dan mencakup
kondisi bahwa tidak ada dua partikel dapat menempati keadaan yang sama, yang
memiliki pengaruh yang besar pada sifat-sifat sistem. Fermi-Dirac Sejak statistik
berlaku untuk partikel dengan-integer spin setengah. Hal ini paling sering diterapkan
pada elektron , yang fermion dengan spin 1 / 2. Fermi-Dirac statistik merupakan
bagian dari bidang umum lebih dari mekanika statistik dan menggunakan prinsip-
prinsip mekanika kuantum .
F-D statistik pertama kali diterbitkan pada tahun 1926 oleh Enrico Fermi dan
Paul Dirac . Menurut account, Pascual Jordan dikembangkan pada tahun 1925
statistik yang sama yang disebut Pauli statistik, tapi itu tidak dipublikasikan pada
19
waktu yang tepat . Bahwa menurut Dirac, itu pertama kali dipelajari oleh Fermi, dan
Dirac menyebutnya statistik Fermi dan partikel yang sesuai fermion.
F-D statistik diterapkan pada tahun 1926 oleh Fowler untuk menggambarkan
runtuhnya sebuah bintang ke kerdil putih . Pada tahun 1927 Sommerfeld diterapkan
untuk elektron dalam logam dan pada tahun 1928 Fowler dan Nordheim diterapkan
ke lapangan emisi elektron dari logam. Fermi-Dirac statistik tetap menjadi bagian
penting dari fisika.
Pada waktu menurunkan statistic boltzmann, dianggap bahwa tiap partkel
dapat dibedakan satu sama lain, dan bahwa tiap tingkat energi dapat diduduki oleh
paratikel – partikel dalaam jumlah berapa pun. Dalam statistic kuantum, anggapan
yang pertama tidak berlaku ( partikel – partikel yang identik tidak dapat dibedakan
satu sama lain ).anggapan kedua juga tidak berlaku apabila hal ini membahas
mengenai partikel seperti electron dan proton. Dalam hal ini prinsip eksklusi pauli
mensyaratkan bahwa tiap tingkat energi tadak dapat diduduki oleh lebih dari satu
partikel. Akan tetapi, partikel seperti deuteron dan photon dapat menempati sel energi
tertentu dalam jumlah berapa pun.
3.2 Distribusi Statistik Fermi-diract
Partikel dengan spin setengah integral identik dan tidak dapat dibedakan.
Disini, suatu prinsip eksklusi (dikenal sebagai prinsip eksklusi pauli) membatasi
penempatan suatu tingkat energi hanya dengan syarat tidak lebih dari satu partikel.
Jumlah susunan yang dapat dibedakan dari Ni partikel diantara gi tingkat energi dari
sel yang ke I diperoleh sebagai berikut : bila pertkel dapat dibedakan, partikel pertama
dapat ditempatkan pada salah satu dari gi tingkat energi, dan untuk tiap pemilihan ini,
partikel yang kedua dapat ditempatkan pada salah satu dari (gi-1) tingkat yang tersisa,
dan seterusnya. Jumlah susunan bila partikel – partikel dapat dibedakan adalah :
gi (gi - 1) ……… (gi – Ni +1) =
Bila pertikel tidak dapat dibedakan, hasil ini harus dibedakan dengan Ni!,
jumlah permutasi dari Ni partikel diantara mereka sendiri. Probalitas termodinamika
untuk sel ke i menjadi :
Wi =
20
Untuk berabgai sel yang digabungkan, probalitasnya adalah
W = W1 W2………….. = Wi
Atau :
W =
Distribusi partikel kedalam keadaan – keadaan energi, peluang termodinamika
pada tingkat energi ke i : gi Ni
Missal tingkat energi 2 dengan gi = 3 dan Ni = 2 banyak cara menyusun
paertisi kedalam keadaan – keadaan energi adalah :
x X
X x
x x
Gambar. 1 Distribusi Fermi-diract
W2 = peluang termodinamika
N partikel terdistribusi kedalam :
N1 partikel ditingkat 1 dengan banyaknya kedaan g1
N2 partikel ditingkat 2 dengan banyaknya kedaan g2
N3 partikel ditingkat 3 dengan banyaknya kedaan g3
3.3 Energi Fermi
Keadaan makro dengan peluang terbesar, dicari W yang maksimum maka ln W
maksimum, maka dln W = 0, lalu diterapkan untuk system yang terisolasi
, gunakan pendekatan strling
ln W = { ln gi - gi – Ni ln Ni + Ni - (gi – Ni) ln Ni (gi – Ni) + (gi – Ni)}
dln W =
21
= { - ln Ni dNi - dNi + ln (gi – Ni) dNi +
= { - ln Ni dNi + ln (gi – Ni)} dNi
=
Untuk sistem terisolasi :
N tetap dN = 0
U tetap dU = 0
dln w + dN + dU = 0
Sehingga :
Fermi dirac (partikel identik dan tak dapat dibedakan tetapi tiap sel hanya
dapat berisi tidak lebih dari satu pertkel).
Bila gi >> Ni >>1, maka (x) menjadi,
Sehingga (x) menjadi : , parameter dan parameter ,
dengan ef dinamakan energi Fermi.
22
3.4 Fungsi Fermi
, dengan
, dinamakan fungsi Fermi
3.5 Temperatur Fermi
Bentuk kurva f (e) Pada T =00 K, pada temperature absolute nol Kelvin (T=0),
o Untuk e < ef
o Untuk e>ef
f(e)
1
0,5
Gambar. 2 Kurva Hubungan F(e) - E
Pada T=0, keadaan energi yang energinya kecil dari ef. maka keadaan energi
tersebut terisi, keadaan yang energi yang energinya besar dari ef maka keadaan energi
tersebut kosong.
T 0
Contoh gas fermion
Gas , gas electron logam (alkali)
Electron valensi Na 1 elektron valensi
0
T2 > T1
T1 = 0
T = 0 0k
23
K 1 elektron valensi
Ag 1 elektron valensi
N(e)de = f(e) g(e) de, pada temperature nol mutlak, fungsi Fermi
f(e)
1
Gambar. 3 Kurva f(E) – ef(0)
Sehingga :
Untuk Boson
Sedngkan untuk fermion :
(Fermion)
Ef(0) untuk gas electron >> ef(0) untuk gas helium 3(2He), karena
perbedaan massa
0 ef(0) e
24
Gas
Helium ( He32 ) 0,94X10-3k 10 k
Gas Elektron dalam intan (li) 4,7 59x103 k
Gas Elektron dalam potensial(k) 2,1 29x103
= Temperatur fermi
Tinjau gas 3He pada T= 300 0k
Contoh : 1 contoh statistic klasik
3.6 Gas elektron
Pada temperature kamar (T<< Tf) maka kurva untuk fungsi Fermi adalah
F(e)
Gambar. 4 Kurva hubungan F(e)-Ef(0) pada Gas elektron
Tinjau tiga Kasus berikut :
e= (ef-kt)
e= ef
E=(ef+kt)
f(e)
0 ef(0) e
25
1
Gambar. 5 Kurva f(e)-Ef;kt
Pada distribusi Fermi-Diract kita dapatkan bahwa :
g(E) dE merupakan jumlah keadaan (tingkat energi) dalam daerah energi E dan E+dE.
Pada gas ideal kita dapatkan bahwasanya :
Dengan persamaan tersebut maka kita dapatkan
N(E) dE = f(E) . g(E) dE pada temperatur o0 C
Gambar. 6 Kurva Hubungan dn/dE-E pada T=0
Ini merupakan distribusi energi dari elektron bebas menurut distribusi fermi-
diract.
Ef-kt ef+kt e
26
Gambar. 7 Kurva Hubungan antara dn/dE - Ef
Nilai rata-rata energi sebuah elektron dalam gas elektron pada temperatur nol mutlak
adalah :
dan jika T<<<Tf maka
Untuk energi internal suatu gas elektron pada temperatur T adalah : U=NE
Kapasitas kalor pada volume tetap untuk satu mol elektron (NA) elektron adalah :
Untuk zat padat Cv = 3R
Untuk partikel bebas = 3/2 R
Untuk partikel gas elektron = 0,05 R
27
Peluang termodinamik (W)
Entropi (S)
S = k ln W
Bila g j >> Nj >>1
S =k ln W
=k ln
=
Bila g j>>Nj >> 1
X<<1 ,
Pendekatan yang telah dilakukan
28
Untuk Fermi – Dirac
Bila << 1 , maka
E Z U Pers. keadaan
F Entropi
Cv
29
(Statistik klasik Maxwell-Boltzman)
Pada distribusi Maaxwell-Boltzman
,
Untuk seluruh tingkat energy
Untuk seluruh keadaan energy
, Fungsi partisi untuk tiap keadaan
N j ≠ N i
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Maxwell-Boltzmann
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik simpulan
sebagai berikut.
1. Satu-satunya fungsi yang dapat memenuhi hubungan antara entropi (S)
dengan Peluang termodinamik (W) adalah logaritma, maka dapat dituliskan
persamaannya yaitu: S = k ln W .
2. Penerapan Statistik Maxwell-Boltzann pada Gas Ideal
Tinjau suatu gas ideal terdir dari N buah atom atau molekul identik. Atom
atau molekul ini dipandang sebagai titik yang mengikuti hukum-hukum
gerak Newton. Karena sistem ini mengikuti statistik Maxwell-Boltzmann
maka berlaku
...........................................................(16)
..................................................(17)
3. Konsep peluang lebih sering digunakan di dalam istilah lain seperti
ketidakketeraturan sistem. Semakin besar ketidakketeraturan, maka semakin
besar peluang termodinamika dan semakin besar entropinya. Derajat
keteraturan terbesar dari titik fase gas di dalam ruang fase tercapai jika
semua berada di dalam sebuah cell, yakni jika semuanya di dalam volume
yang sangat kecil di dalam ruang biasa dan semua bergerak dengan
kecepatan sama. Peluang termodinamika W mempunyai nilai minimum satu
dan entropi k ln w adalah nol. Lebih banyak partikel yang terpancar keluar
di dalam ruang biasa, dan lebih besar kecepatan yang terpancar dalam ruang
kecepatan, maka lebih besar ketidakketeraturan dan lebih besar entropinya.
Fermi Dirac
Fermi-Dirac statistik (-D statistik F) adalah bagian dari ilmu dari fisika yang
menggambarkan energi partikel tunggal dalam suatu sistem yang terdiri dari banyak
31
partikel identik yang mematuhi Prinsip Pengecualian Pauli . Hal ini dinamai Enricos
Fermi dan Paul Dirac , yang masing-masing menemukan secara mandiri.
Untuk mengetahui banyak cara menyusun partisi kedalam keadaan-keadaan energi
adalah :
Untuk mengetahui Energi Fermi(Ef) kita menggunakan persamaan :
Untuk mengetahui Energi Fermi pada saat temperatur fermi (Ef(0)),kita dapat
nilai Ef(0) adalah sebagai berikut :
4.2 Saran.
Dalam pembelajaran fisika statistik Maxwell-Boltzmann dan Fermi Dirac,
perlu membaca banyak sumber yang berkaitan untuk menambah pengetahuan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2010,http://biomed.ee.itb.ac.id/courses/Material%20biomedika/BAB%209%20b5%2 0Sifat%20Listrik%20Metal.pdf
,2010,http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/ Termos tatistik. pdf
___________,2010,http://id.wikipedia.org/wiki/Partikel_Elementer
___________,2010.http://www.fisikanet.lipi.go.id/data/1014224400/data/1215589659.pdf
Purwanto,A.,2007, Fisika Statistik, Yogyakarta, Gava Media
33