9
ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes), DEFINISI DAN DAMPAK LINGKUNGANNYA Oleh: Fandi Eka A. (11901) Rizky Rahmaulana (12064) Adhika Putra A.W (12223) Ulfi Nurohmi (12231) Dosen Pengajar: Senny Helmiati, S.Pi., M.Sc. JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

ECENG GONDOK (Eichhornia

crassipes), DEFINISI DAN DAMPAK

LINGKUNGANNYA

Oleh:

Fandi Eka A. (11901)

Rizky Rahmaulana (12064)

Adhika Putra A.W (12223)

Ulfi Nurohmi (12231)

Dosen Pengajar:

Senny Helmiati, S.Pi., M.Sc.

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

Pendahuluan

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan jenis tumbuhan air yang hidup

mengapung. Di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di

daerah Palembang dikenal sebagai Kelipuk, di Lampung dikenal dengan Ringgak, di Manado

dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja

oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani

berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai

Amazon Brasil. Awal didatangkannya ke Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk

koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata dengan cepat menyebar ke beberapa perairan di Pulau

Jawa. Dalam perkembangannya, tanaman keluarga Pontederiaceae ini justru mendatangkan

manfaat lain, yaitu sebagai biofilter cemaran logam berat, sebagai bahankerajinan, dan

campuran pakan ternak.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini

dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan

mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Pertumbuhan enceng tersebut akan

semakin baik apabila hidup pada air yang dipenuhi limbah pertanian atau pabrik. Oleh karena

itu banyaknya enceng gondok di suatu wilayah sering merupakan indikator dari tercemar

tidaknya wilayah tersebut. Enceng gondok termasuk dalam kelompok gulma perairan.

Tanaman ini memiliki kecepatan berkembang-biak vegetatif sangat tinggi, terutama di daerah

tropis dan subtropis. Akhir-akhir ini perkembangan tumbuhan air enceng gondok di perairan

sungai, danau, hingga ke perairan payau sangat pesat. Tanaman liar yang banyak terdapat di

sungai atau waduk kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Mereka bahkan

mengganggap bahwa tanaman tersebut hanya menimbulkan kerugian saja. Namun, bagi

orang-orang yang kreatif tanaman tersebut dapat merupakan tanaman yang memberikan

manfaat bagi kehidupan manusia. Enceng gondok bagi orang-orang yang inovatif, ternyata

dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan komersial sekaligus memelihara

kelestarian lingkungan. Inovasi pemanfaatan enceng gondok dapat dikategorikan sebagai

inovasi hijau, karena tidak hanya berfungsi secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak

positif bagi kelestarian lingkungan.

Page 3: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

A. Deskripsi Eceng Gondok

1. Klasifikasi Eceng Gondok

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Suku : Pontederiaceae

Marga : Eichhornia

Jenis : Eichhornia crassipes Solms

Binomial Nomenclature

Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.

2. Morfologi Eceng Gondok

Eceng Gondok memiliki nama lain seperti Ringgak di daerah lampung, Ilung-Ilung di

daerah Dayak, Tumpe pada daerah Manado, Kelipuk di daerah Palembang. Eceng gondok

merupakan tumbuhan parenial yang hidup di perairan terbuka, mengapung di air jika tempat

tumbuhnya cukup dalam dan berakar di dasar jika air dangkal. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8

meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan

pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan

berwarna hijau. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan

berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Perkembangbiakan dapat terjadi secara

vegetatif maupun secara generatif. Perkembangan terjadi jika tunas baru tumbuh pada ketiak

daun lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Eceng gondok dapat

menggandakan daunnya pada 7-10 hari. Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui

bijinya, sebelum terjadinya biji didahului oleh penyerbukan pada bunga. Karangan eceng

gondok berbentuk bulir bertangkai panjang, berbunga 6 sampai 35 tangkai. Kelopaknya

bunga berbentuk tabung, termasuk bunga majemuk, sehingga eceng gondok memungkinkan

penyerbukan, setelah 20 hari bunganya akan masak, terbebas lalu pecah dan bijinya masuk ke

perairan untuk kemudian menjadi tanaman baru. Satu tanaman dapat menghasilkan 5 sampai

6 ribu biji tiap musim. Kemampuan tanaman inilah yang banyak digunakan untuk mengolah

air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan domestik

dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

Page 4: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

Adapun bagian-bagian tanaman yang berperan dalam penguraian air limbah adalah

sebagai berikut :

a. Akar

Bagian akar eceng gondok ditumbuhi dengan bulu-bulu akar yang berserabut, berfungsi

sebagai pegangan atau jangkar tanaman. Sebagian besar peranan akar untuk menyerap zat-zat

yang diperlukan tanaman dari dalam air. Pada ujung akar terdapat kantung akar yang mana di

bawah sinar matahari kantung akar ini berwarna merah, susunan akarnya dapat

mengumpulkan lumpur atau partikel-partikal yang terlarut dalam air.

b. Daun

Daun eceng gondok tergolong dalam makrofita yang terletak di atas permukaan air,

yang di dalamnya terdapat lapisan rongga udara dan berfungsi sebagai alat pengapung

tanaman. Zat hijau daun (klorofil) eceng gondok terdapat dalam sel epidemis. Di permukaan

atas daun dipenuhi oleh mulut daun (stomata) dan bulu daun. Rongga udara yang terdapat

dalam akar, batang, dan daun selain sebagai alat penampungan juga berfungsi sebagai tempat

penyimpanan O 2 dari proses fotosintesis. Oksigen hasil dari fotosintesis ini digunakan untuk

respirasi tumbuhan di malam hari dengan menghasilkan CO 2 yang akan terlepas kedalam air.

c. Tangkai

Tangkai eceng gondok berbentuk bulat menggelembung yang di dalamnya penuh

dengan udara yang berperan untuk mengapungkan tanaman di permukaan air. Lapisan terluar

petiole adalah lapisan epidermis, kemudian di bagian bawahnya terdapat jaringan tipis

sklerenkim dengan bentuk sel yang tebal disebut lapisan parenkim, kemudian di dalam

jaringan ini terdapat jaringan pengangkut (xylem dan floem). Rongga-rongga udara dibatasi

oleh dinding penyekat berupa selaput tipis berwarna putih.

d. Bunga

Eceng gondok berbunga bertangkai dengan warna mahkota lembayung muda.

Berbunga majemuk dengan jumlah 6-35 berbentuk karangan bunga bulir dengan putik

tunggal. Eceng gondok juga memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, eceng gondok

merupakan tumbuhan perennial yang hidup dalam perairan terbuka, yang mengapung bila air

dalam dan berakar di dasar bila air dangkal. Perkembangbiakan eceng gondok terjadi secara

vegetatif maupun secara generatif, perkembangan secara vegetatif terjadi bila tunas baru

tumbuh dari ketiak daun, lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru. Setiap 10

tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak menjadi 600.000 tanaman baru dalam waktu

8 bulan, hal inilah membuat eceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk pengolahan air

Page 5: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

limbah. Eceng gondok dapat 24 mencapai ketinggian antara 40 - 80 cm dengan daun yang

licin dan panjangnya 7 - 25 cm.

3. Ciri-ciri Fisiologis Eceng Gondok

Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai macam hal yang

ada di sekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok dapat hidup di

tanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan. Selain itu daya tahan

eceng gondok juga dapat hidup di tanah asam dan tanah yang basah. Menurut Heyne (1987)

kemampuan eceng gondok untuk melakukan proses-proses sebagai berikut :

a. Transpirasi

Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan hanyalah memerlukan sebagian

kecil jumlah air yang diadsorbsi atau sebagian besar dari air yang masuk ke dalam tumbuhan

dan keluar meninggalkan daun dan batang sebagai uap air disebut sebagai proses transpirasi.

Laju hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kuantitas sinar matahari dan musim

penanaman. Laju transpirasi akan ditentukan oleh struktur daun eceng gondok yang terbuka

lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga proses transpirasi akan besar dan

beberapa faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara, cahaya dan angin.

b. Fotosintesis

Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh klorofil.

Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk tambahan. Dalam

proses fotosintesis ini tanaman membutuhkan CO2dan H2O dan dengan bantuan sinar

matahari akan menghasilkan glukosa dan oksigen dan senyawa-senyawa organik lain.

Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini berasal dari udara dan energi matahari.

c. Respirasi

Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan memelihara

protoplasma, membran plasma dan dinding sel. Energi tersebut dihasilkan melalui

pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula atau glukosa (C6H12O6)

diubah menjadi zat-zat sedarhana yang disertai dengan pelepasan energi.

B. Habitat Eceng Gondok

Eceng Gondok dapat tumbuh di kolam-kolam, sungai, danau tempat penampungan air

serta di rawa. Eceng Gondok memiliki kemampuan untuk beradaptasi dari perubahan ekstrim

laju air, perubahan kadar nutrisi, pH (derajat keasaman tanah), temperatur, ketinggian air dan

racun yang terdapat dalam air. Eceng Gondok dapat berkembang pesat dalam kondisi air

yang mengandung kadar nutrien yang tinggi, terutama di daerah yang memiliki kadar

Page 6: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

nitrogen, potasium dan fosfat. Akan tetapi perkembangan Eceng Gondok akan terhambat

pada daerah yang memiliki kadar garam yang tinggi.

C. Pengaruh Eceng Gondok terhadap kehidupan ikan dan biota lainnya

Kondisi merugikan yang timbul sebagai dampak pertumbuhan eceng gondok yang tidak

terkendali di antaranya adalah :

a. Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga

mempercepat terjadinya proses pendangkalan.

b. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.

c. Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

d. Mengurangi Jumlah Oksigen Dalam Air Karena pertumbuhan yang begitu cepat

tumbuhan ini bisa menutupi seluruh perairan, akibatnya jumlah cahaya yang masuk ke

dalam air akan semakin berkurang dan tingkat ke larutan oksigen pun akan berkurang.

e. Mengurangi Jumlah Air Jika tidak benar-benar diatasi dengan benar, tumbuhan Eceng

Gondok ini bisa menyebar hingga ke seluruh permukaan air, dengan begitu akan

menyebabkan evapotranspirasi yang berarti jumlah kehilangan air akan bertambah

akibat pertumbuhan Eceng Gondok yang begitu cepat dan memiliki daun yang lebar.

f. Mengganggu Lalu Lintas di Perairan. Bagi para nelayan tumbuhan Eceng Gondok

sangat mengganggu sekali, karena perahu mereka sering terjebak dan sulit untuk

bergerak.

g. Meningkatnya Habitat Baru Dengan semakin bertambah banyak tumbuhan Eceng

Gondok, membuat banyak habita-habita baru yang akan bermunculan. Dilain sisi juga

bisa menjadi faktor penyebab timbulnya penyakit.

Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pertumbuhan eceng gondok yang

tidak terkendali akan menimbulkan pengaruh buruk terhadan ikan dan biota perairan lainnya.

Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisiologis maupun metabolisme ikan karena

ketersediaan oksigen terlarut yang semakin rendah dan tertutupnya badan air oleh tanaman

eceng gondok yang membatasi ruang gerak ikan. Apabila terjadi secara terus-menerus dapat

mengakibatkan matinya ikan dan biota air lainnya sehingga suatu perairan hanya dapat

ditumbuhi oleh tanaman air tersebut.

Eceng gondok tidak hanya memberikan pengaruh negatif terhadap ikan dan biota

perairan lainnya tetapi juga mempunyai manfaat yaitu eceng gondok memiliki sifat biologis

sebagai penyaring air yang tercemar oleh berbagai bahan kimia buatan industri. Secara

alamiah sebenarnya enceng gondok dapat berfungsi untuk mengurangi kandungan logam

Page 7: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

berat - Fe,Zn,Cu,Hg - yang ada di perairan. Dengan demikian tanaman ini sebenarnya dapat

berfungsi untuk membersihkan air dari limbah atau racun yang ditimbulkan oleh kegiatan-

kegiatan di sektor pertanian dan manufaktur misalnya, pestisida dan limbah pabrik. Oleh

karena itu eceng gondok biasanya ditanam di beberapa kolam dalam jumlah tertentu sebagai

sarana untuk menyerap limbah-limbah yang dapat membahayakan ikan dan biota perairan

lainnya.

D. Pengendalian Eceng Gondok

Eceng gondok sekalipun memiliki manfaat bagi perairan, tetapi terkadang dapat

dianggap sebagai gulma karena pertumbuhannya yang terkadang tidak terkontrol. Karena

eceng gondok kadang di anggap sebagai gulma pengganggu maka dilakukan berbagai cara

untuk menanggulanginya. Beberapa tindaka yang dapat untuk mengatasi pertumbuhan eceng

gondok yang menggulma diantaranya:

1. Penggunaan Herbisida

Herbisida adalah senyawa atau material yang

disebarkan pada lahan untuk menekan atau

memberantas tumbuhan yang menyebabkan

penurunan kualitas hasi yang disebabkan oleh gulma.

Pada penanggulangan gulma eceng gondok jenis

herbisida yang cocok untuk digunakan yaitu jenis

herbisida kontak. Herbisida kontak adalah herbisida

yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida

ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau, herbisida ini cocok untuk memberantas

gulma yang memiliki sistem perakaran yang meluas. Herbisida kontak memerlukan dosis dan

airpelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata keseluruh permukaan eceng gondok

dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Contoh herbisida yang kontak

yaitu Metil metsulfuron.

2. Pengangkatan Eceng gondok

Pengangkatan eceng gondok dari perairan

merupakan salah satu cara dalam mengatasi

pertumbuhan. Cara ini meripakan cara yang agak

primitif dimana untuk masyarakat indonesia masih

banyak yang menggunakan tenaga manusia dalam

pengangkatan gulma eceng gondok. Saat ini di

Page 8: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

negara-negara maju banyak yang menggunakan traktor untuk mengangkat eceng gondok dari

perairan. Pengangkatan eceng gondok ini tidak hanya di biarkan saja. Setelah pengangkatan

ini gulma eceng gondok dapat di manfaatkan sebagai pupuk kompos, bahan kerajinan, dan

lainnya.

3. Penggunaan Predator

Penggunaan predator (hewan pemakan eceng gondok) adalah salah satu cara untuk

mengatasi gulma eceng gondok. Salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp

(Ctenopharyngodon idella). Ikan grass carp memakan akar-akar dari tumbuhan eceng gondok,

sehingga keseimbangan eceng gondok di permukaan hilang lalu daunnya menyentuh

permukaan air sehingga terjadi dekomposisi yang kemudian dimakan ikan-ikan herbivora.

Selain menggunakan ikan grass carp dapa pula menggunakan ikan koan. Cara ini sudah

pernah diterapkan di perairan danau Kerinci, dimana penyebaran ikan koan dilakukan dengan

bantuan masyarakat, sehingga hasil akhir yang diperoleh dapat di panen oleh masyarakat,

selain itu gulma eceng gondok dapat di bersihkan.

4. Pemanfaatan eceng gondok

Pemanfaatan tanaman eceng gondok dapat dilakukan misalnya sebagai bahan

pembuatan kertas, kompos, biogas, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan

bagi jamur merang, dsb.

Page 9: Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes), Definisi Dan Dampak Lingkungannya

Sumber

Ardiwinata.R.O., 1985 , Musuh Dalam Selimut di Rawa Pening, Kementrian Pertanian,

Vorking, Bandung.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Joedodibroto, R. 1983. Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Industri Pulp dan Kertas.

Berita Selulosa. Edisi Maret 1983. Vol. XIX No. 1. Balai Besar Selulosa. Bandung.

Kodoatie, dan Sjarief, 2005, Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi Offset,

Yogyakarta

Marianto, Lukito A. SP. 2003, Tanaman Air, Agro Media Pustaka

Mengendalikan Eceng Gondok Danau Kerinci. Nasrul Thahar. Harian Kompas. 28 march

2001.

Noor, Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek Penelitian

Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP-Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian

Pandey.B.P.,1980, Plant Anatomi, S Chard dan Co, Ltdramnage, New Delhi

Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma.