Effect of Maternal Iron Deficiency Anemia on the Iron Store of Newborns in Ethiopia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jurnal reading

Citation preview

Efek Anemia Defisiensi Besi pada Ibu terhadap Cadangan Zat Besi pada Bayi Baru Lahir di EthiopiaEffect of Maternal Iron Deficiency Anemia on the Iron Store of Newborns In EthiopiaBetelihem Terefe,1 Asaye Birhanu,2 Paulos Nigussie, 3 and Aster Tsegaye,2Hindawi Publishing Corporation, Anemia, Volume 2015, Article ID 808204, 6 pageshttp://dx.doi.org/10.1155/2015/808204Anemia defisiensi besi dikalangan wanita hamil merupakan masalah yang tersebar luas dibanyak negara sedang berkembang termasuk juga Ethiopia, namun pelaporan pada banyak literatur mengenai hubungan kejadian ini terhadap status zat besi neonatus masih inkonsisten. Penelitian potong lintang ini dilakukan untuk membandingkan profil profil hematologi dan status zat besi pada neonatus yang terlahir dari ibu dengan berbagai derajat status anemia, dan juga dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara profil profil hematologi ibu dan neonatus terhadap status zat besi dalam konteks populasi Ethiopia. Pada penelitian ini, kami melibatkan sebanyak 89 orang ibu dan neonatusnya, dilakukan pengambilan sampel darah dari semua peserta penelitian dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap (CBC, Complete Blood Counting) serta pemeriksaan kadar feritin serum dan C reaktif protein pada sampel darah tersebut. Nilai median kadar hemoglobin dan feritin serum ibu adalah 12,2 gr/dL dan 47,0 ng/mL. Nilai median kadar hemoglobin dan feritin serum neonatus adalah 16,2 gr/dL dan 187,6 ng/mL. Para ibu dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan pada kadar hemoglobin dan feritin serumnya, yaitu sebagai kelompok anemia defisiensi besi dan non anemia. Pada hasil penelitian didapatkan bahwa neonatus yang lahir dari kelompok ibu anemia defisiensi besi memiliki kadar feritin serum (P=0.017) dan konsentrasi hemoglobin (P=0.024) yang secara signifikan lebih rendah. Oleh karena hasil tersebut, maka kami menyimpulkan bahwa ibu yang menderita anemia defisiensi besi berpengaruh terhadap kadar simpanan zat besi pada bayi baru lahir.

1. Latar Belakang Defisiensi zat besi merupakan penyebab terpenting dari kejadian anemia nutrisional dan merupakan defisiensi zat nutrien mikro yang paling sering terjadi diseluruh dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang. Wanita hamil secara khusus merupakan kelompok yang rentan terhadap defisiensi zat besi, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kebutuhan metabolisme akibat dari kehamilan tersebut yang meliputi pertumbuhan plasenta dan janin, peningkatan kebutuhan metabolisme jaringan tubuh ibu, serta juga diperberat oleh adanya asupan nutrisi ibu yang beresiko defisiensi zat besi.Pada negara-negara sedang berkembang seperti Ethiopia, wanita hamil umumnya memulai kehamilan dengan cadangan kadar zat besi yang deplesi atau rendah. Hal ini menyebabkan mereka cenderung untuk mengalami anemia defisiensi besi selama kehamilan. Seringkali kejadian anemia ini pada derajat yang berat dan bersamaan dengan malnutrisi ibu saat mengandung. Dalam kondisi tersebut, terjadi persaingan kebutuhan akan zat besi antara ibu dan janin, yang selanjutnya dapat mengganggu homeostasis zat besi yang normal pada ibu dan janin. Keadaan tersebut dapat berpengaruh pada ibu dan janin seperti terjadinya persalinan prematur, retardasi pertumbuhan janin intrauterin serta kematian pada periode neonatal dan perinatal. Dikarena oleh sumber utama zat besi pada bayi hingga usia 6 bulan adalah zat besi yang berasal dari sirkulasi ibu saat kehamilan, hal ini menjadi logis untuk mempertanyakan sejauh apa pengaruh dari anemia defisiensi besi pada ibu saat kehamilan terhadap bayi selama masa tersebut.Walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai hal tersebut, namun masih belum menunjukkan bukti yang konsisten. Beberapa penelitian melaporkan adanya pengaruh negatif anemia defisiensi besi selama kahamilan terhadap cadangan zat besi neonatus, sedangkan beberapa penelitian lainnya tidak menemukan hubungan antara anemia defisiensi zat besi pada ibu mengandung terhadap cadangan zat besi neonatus. Kebanyakan penelitian tersebut menggunakan feritin sebagai indikator cadangan zat besi, namun sebagaimana telah diketahui bahwa feritin serum merupakan reaktan fase akut yang dapat meningkat pada kondisi infeksi dan infeksi subklinis. Oleh karena itu, pada penelitian ini kami menggabungkan reaktan fase akut lainnya, yaitu pemeriksaan C reaktif protein untuk meminimalisir bias yang terjadi akibat infeksi serta juga mencoba untuk menentukan efek anemia defisiensi besi terhadap cadangan zat besi neonatus.

2. Metode Penelitian ini dilakukan dari Desember 2011 hingga Februari 2012 di departemen obstetric dan gynecology rumah sakit St.Paul Addis Ababa, Ethiopia. Ibu yang mendertia perdarahan selama kehamilan, persalinan prematur (< 37 minggu), kehamilan kembar, eklampsia, diabetes melitus, penyakit jantung, ginjal, paru-paru, serta penyakit hematologi dikeluarkan dari sampel penelitian. Awalnya sebanyak 101 ibu dan bayinya diikutkan sebagai sampel penelitian. Namun sebanyak 12 orang ibu dikeluarkan dari sampel penelitian karena menderita anemia yang disebabkan selain dari defisiensi zat besi. Sehingga pada akhirnya sampel pada penelitian ini meliputi 89 orang ibu dan bayinya.Karakteristik sosiodemografi para peserta penelitian dikumpulkan menggunakan kuisioner pretest dan juga sampel darah diambil dari vena mediana kubiti ibu selama proses persalinan dan juga dari ujung tali pusat plasenta. Pasangan sampel darah dari tiap ibu dan plasenta tersebut dimasukkan ke dalam tabung K3EDTA (untuk pemeriksaan hitung darah lengkap) dan ke dalam tabung yang mengandung gel serum (untuk pemeriksaan feritin dan CRP). Hitung darah lengkap dianalisis dengan menggunakan Cell-dyn 1800 (laboratorium Abbott, taman Abbott, Illinois) dan konsentrasi feritin dianalisis dengan menggunakan alat full automatis Cobas e 411 (Roche Diagnostics GmbH, D-68298 Mannheim, Jerman). Kadar CRP ditentukan dengan pemeriksaan kuantitatif aglutinasi slide menggunakan Cromatest (Linier Chemical SL, Barcelona, Spanyol). Keseluruhan instrumen pemeriksaan tersebut dilakukan kalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan untuk analisis. Pemeriksaan ketepatan hasil pengukuran dilakukan guna menjamin hasil pemeriksaan yang dihasilkan oleh analiser Cell-dyn 1800 sesuai dengan ambang toleransi yang dikeluarkan oleh produsen alat. Sebagai tambahan, pada penelitian ini juga dilakukan kontrol kualitas sampel oleh pihak swasta lainnya pada tiap sesi analisis, baik pada penghitungan CBC, feritin, maupun pada pengukuran kadar CRP. Secara berurutan, digunakan klasifikasi 3 level kadar darah kontrol (tinggi, sedang dan rendah), 2 level plasma kontrol (rendah, normal) dan serum kontrol (positif dan negatif). Hasil pemeriksaan diplotkan pada kurva Levy-jennine (LJ) dan kontrol adalah data yang berada pada limit 2 SD bila tidak ada pergesaran pada kurva. Kami memasukkan data yang diperoleh dari analiser dan kuisioner pada microsoft Exel dan menganalisisnya menggunakan program MedCalc Software Version 12.1.4. Pemeriksaan DAgostino-Pearson dilakukan untuk mencek normalitas dari distribusi data. Dikarenakan semua data yang dianalisis adalah data dengan distribusi yang tidak normal, maka digunakanlah pemeriksaan nonparametrik. Frekuensi, persentase, median dan interquartile range (IQR) dilakukan pemeriksaan komputerisasi untuk menyimpulkan data. Dengan maksud untuk membandingkan variabel kuantitatif dan kualitatif antar tiap grup, maka secara berurutan dilakukan pemeriksaan Mann-Whitney dan Chi-square. Hubungan antara parameter parameter ibu dan bayi baru lahirnya dianalisis dengan menggunakan korelasi Spearman. Nilai P < 0,05 dianggap bermakna secara statistik pada semua hasil analisis. Protokol penelitian ini telah disetujui oleh komisi etik penelitian universitas Addis Ababa dan rumah sakit St. Paul. Sebagai data tambahan, inform konsern secara verbal telah didapatkan pada semua ibu yang menjadi sampel pada penelitian ini.

3. Hasil 3.1 Deskripsi data sosiodemografi dan obstetri sampel penelitian Penelitian ini melibatkan 89 orang ibu dan bayinya. Nilai median usia dari ibu pada penelitian ini adalah 23 tahun (IQR = 21-29 tahun). Sesuai yang terlihat jelas pada tabel 1, lebih dari sepertiga ibu pada penelitian ini (34,8%; n=31) memiliki tingkat pendidikan diatas dari sekolah menengah pertama, sedangkan 29,2% (n=26) dari ibu lainnya pada penelitian ini tidak bersekolah. Sebagian besar (75,3%, n =67) ibu pada sampel penelitian,ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga.Sebagian besar ibu pada penelitian ini adalah primipara (64,0% ; n=57) dan memiliki riwayat pemeriksaan antenatal selama kehamilannya. Jumlah ibu yang mendapatkan terapi zat besi selama kehamilan mencapai jumlah 58,4% (n=52), hal ini terlihat pada tabel 1. Sebagian besar bayi dilahirkan melalui persalinan pervaginam (78,7% ; n=70) dan proporsi antara bayi laki-laki (49,4% ; n=44) dan perempuan (50,6%; n=45) juga hampir sama. Para bayi ini memiliki median berat badan lahir 3.100 gram (IQR=2800-3400gram) dan hanya sedikit (12,4% ; n=11) yang lahir dengan berat badan lahir rendah. 3.2 Status hematologi dan feritin dari ibu dan bayinyaNilai median hemoglobin ibu adalah 12,2 gr/dL (IQR=11,3-12,9 g/dL) dan nilai kadar serum feritin adalah 45,5 ng/mL (IQR=26,8-80,34 ng/dL), hal ini terlihat pada tabel 2. Sedangkan nilai median hemoglobin bayi adalah 16,2 gr/dL (IQR=15,0-17,2g/dL) dan nilai kadar serum feritin bayi baru lahir adalah 191,5 ng/mL (IQR=140,5-264,8 ng/mL), seperti juga terlihat pada tabel 2. Tabel ini juga menyajikan data mengenai nilai median dan IQR CBC dari ibu dan bayinya.

3.3 Pembagian kelompok sampel penelitianPara ibu dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 grup berdasarkan konsentrasi hemoglobin dan feritinnya, yaitu sebagai grup ibu dengan anemia defisiensi zat besi dan kelompok ibu tanpa anemia. Pada penelitian ini kami mengambil nilai kadar hemoglobin 11 gr/dL sebagai ambang batas pengelompokkan, hal ini bersesuaian dengan rekomendasi dari organisasi kesehatan dunia (WHO). Sesuai dengan sistem pengelompokan oleh WHO, kami menggunakan nilai ambang batas kadar feritin ibu sebesar 15 ng/mL serta nilai CRP 30 ng/mL sebagai nilai ambang pembatas CRP non reaktif dan reaktif, hal ini bermaksud untuk meminimalisir pengaruh dari infeksi pada hasil penelitian ini.Selanjutnya para ibu yang memiliki nilai kadar hemoglobin rendah (