13
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 270 EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) Etti Rahmawati Universitas Sumatera Utara [email protected] ABSTRAK. Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan satu dari banyak tes mengukur inteligensi yang masih sering digunakan meskipun usianya lebih dari 40 tahun sejak pertama sekali diadaptasi ke dalam versi Indonesia. Memastikan bahwa aitem-aitem IST masih memiliki kualitas yang baik untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dirasakan perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah IST masih memiliki kualitas yang baik dengan menganalisis tingkat kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan peluang tebakan semu menggunakan pendekatan item response theory dengan metode marginal maksimum likelihood menggunakan Program R. Pendekatan item response theory digunakan karena kemampuan teori ini mengestimasi karakteristik psikometri aitem tanpa tergantung oleh karakteristik peserta, dan sebaliknya karakteristik peserta tanpa tergantung pada karakteristik psikometri aitem sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang equivalen pada peserta dari berbagai kelompok penelitian yang berbeda dan lebih dapat dipercaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa 53.125% dari aitem-aitem IST yang dianalisis memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik menurut batasan psikometri. Kata kunci : Karakteristik Psikometri, Item Response Theory, Intelligenz Struktur Test (IST) A. Latar Belakang Hasil pengukuran yang dapat dipercaya, diperoleh dari tes yang memiliki kualitas yang dapat dipercaya. Memastikan bahwa tes yang kita gunakan memiliki kualitas yang baik adalah merupakan keharusan. Terlebih pada tes-tes yang hasilnya akan dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan posisi penting individu seperti dalam pelaksanaan rekrutmen, penempatan, baik dalam setting pendidikan maupun organisasi. Penggunaan tes dalam bidang Psikologi adalah suatu yang sangat sering dilakukan dalam pengambilan keputusan. Bahkan tidak jarang, hasil dari tes yang dilakukan digunakan sebagai satu-satunya pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tes yang masih sangat sering digunakan sampai saat ini berdasarkan pengamatan peneliti, terutama adalah Intelligenz Srukture Test (IST). IST pernah dievaluasi melalui penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011. Evaluasi karakteristik IST yang telah dilakukan menggunakan pendekatan teori klasik. Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi karakteristik psikometris sebuah tes juga menentukan hasil evaluasi. Meskipun pendekatan teori klasik merupakan pendekatan yang memiliki dasar yang sangat kuat tetapi ada beberapa keterbatas yang dimiliki yang akan mempengaruhi parameter yang diestimasi. Sebuah pendekatan yang relatif lebih baru melengkapi teori tes klasik dalam bidang pengukuran. Pendekatan yang dikenal dengan Item Response Theory, melengkapi teori tes klasik dengan mengatasi ketergantungan ukuran ciri peserta terhadap ciri aitem, serta ketergantungan ukuran ciri aitem terhadap peserta tes. Sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang equivalen pada peserta dari berbagai kelompok eksperimen yang berbeda. Hal ini memiliki peranan yang sangat penting untuk melihat perbedaan pada suatu atribut dalam penelitian lintas budaya.

EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 270

EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ STRUKTUR TEST

(IST)

Etti Rahmawati

Universitas Sumatera Utara

[email protected]

ABSTRAK. Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan satu dari banyak tes

mengukur inteligensi yang masih sering digunakan meskipun usianya lebih dari 40

tahun sejak pertama sekali diadaptasi ke dalam versi Indonesia. Memastikan bahwa

aitem-aitem IST masih memiliki kualitas yang baik untuk digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dirasakan perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam

pengambilan keputusan akibat penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi apakah IST masih memiliki kualitas yang baik dengan menganalisis

tingkat kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan peluang tebakan semu

menggunakan pendekatan item response theory dengan metode marginal

maksimum likelihood menggunakan Program R. Pendekatan item response theory

digunakan karena kemampuan teori ini mengestimasi karakteristik psikometri

aitem tanpa tergantung oleh karakteristik peserta, dan sebaliknya karakteristik

peserta tanpa tergantung pada karakteristik psikometri aitem sehingga dapat

menghasilkan pengukuran yang equivalen pada peserta dari berbagai kelompok

penelitian yang berbeda dan lebih dapat dipercaya. Hasil analisis menunjukkan

bahwa 53.125% dari aitem-aitem IST yang dianalisis memiliki karakteristik

psikometri yang kurang baik menurut batasan psikometri.

Kata kunci : Karakteristik Psikometri, Item Response Theory, Intelligenz Struktur

Test (IST)

A. Latar Belakang

Hasil pengukuran yang dapat

dipercaya, diperoleh dari tes yang memiliki

kualitas yang dapat dipercaya. Memastikan

bahwa tes yang kita gunakan memiliki

kualitas yang baik adalah merupakan

keharusan. Terlebih pada tes-tes yang

hasilnya akan dipergunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan untuk menentukan

posisi penting individu seperti dalam

pelaksanaan rekrutmen, penempatan, baik

dalam setting pendidikan maupun organisasi.

Penggunaan tes dalam bidang

Psikologi adalah suatu yang sangat sering

dilakukan dalam pengambilan keputusan.

Bahkan tidak jarang, hasil dari tes yang

dilakukan digunakan sebagai satu-satunya

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Tes yang masih sangat sering digunakan

sampai saat ini berdasarkan pengamatan

peneliti, terutama adalah Intelligenz Srukture

Test (IST). IST pernah dievaluasi melalui

penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara pada tahun 2011. Evaluasi

karakteristik IST yang telah dilakukan

menggunakan pendekatan teori klasik.

Pendekatan yang digunakan dalam

evaluasi karakteristik psikometris sebuah tes

juga menentukan hasil evaluasi. Meskipun

pendekatan teori klasik merupakan

pendekatan yang memiliki dasar yang sangat

kuat tetapi ada beberapa keterbatas yang

dimiliki yang akan mempengaruhi parameter

yang diestimasi. Sebuah pendekatan yang

relatif lebih baru melengkapi teori tes klasik

dalam bidang pengukuran. Pendekatan yang

dikenal dengan Item Response Theory,

melengkapi teori tes klasik dengan mengatasi

ketergantungan ukuran ciri peserta terhadap

ciri aitem, serta ketergantungan ukuran ciri

aitem terhadap peserta tes. Sehingga dapat

menghasilkan pengukuran yang equivalen

pada peserta dari berbagai kelompok

eksperimen yang berbeda. Hal ini memiliki

peranan yang sangat penting untuk melihat

perbedaan pada suatu atribut dalam

penelitian lintas budaya.

Page 2: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 271

Intelligenz Struktur Test (IST)

merupakan satu dari banyak tes yang masih

sering digunakan. Dengan demikian,

memastikan apakah IST masih memiliki

kualitas yang baik dan apakah tes ini benar-

benar presisi digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan dirasakan perlu agar

tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan

keputusan akibat penggunaannya. Mengingat

evaluasi yang telah dilakukan masih

menggunakan pendekatan teori klasik maka

dirasa belum cukup untuk memastikan

kualitas IST. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik

IST menggunakan pendekatan item response

theory.

B. Kajian Pustaka

1. Teori Respons Aitem Item response theory mendasarkan

diri pada sifat-sifat atau kemampuan laten

yang mendasari kinerja atau performansi

peserta terhadap aitem tes tertentu.

Hambleton, dkk (1991) mengemukakan

bahwa item response theory bersandar pada 2

postulat dasar, yaitu :

a. Performansi peserta dalam suatu tes dapat

diprediksi dengan sekumpulan faktor

yang disebut trait, ciri laten atau

kemampuan.

b. Hubungan antara performansi peserta

dengan sekumpulan trait yang

mendasarinya dapat digambarkan dengan

fungsi yang meningkat secara monoton

yang disebut item characteristic curve

(ICC). Fungsi ini menunjukkan bahwa

bila terjadi peningkatan trait, probabilitas

jawaban benar juga meningkat.

Asumsi Item Response Theory

Sebelum menggunakan item response

theory, ada beberapa asumsi yang harus

dipenuhi untuk menentukan apakah item

response theory merupakan tehnik yang tepat

untuk digunakan. Menurut Hambleton, dkk

(1991), Naga (1992), Scheuneman dan

Bleistein (1989) asumsi yang harus dipenuhi

adalah unidimensi, independensi lokal, dan

item characteristic curve (ICC).

1). Unidimensi

Item response theory mensyaratkan

setiap aitem hanya mengukur satu ciri

peserta. Unidimensi diukur sebagai derajat

ketergantungan suatu aitem secara statistik.

Ketergantungan diartikan sebagai trait atau

kemampuan tunggal (Crocker & Algina,

1986).

2). Independensi lokal

Bila menggunakan item response theory,

diasumsikan bahwa respon pada aitem yang

satu bebas dari pengaruh respon pada aitem

lain jika kemampuan yang mempengaruhi

performansi dibuat konstan. Sehingga jika

kemampuan disamakan pada aitem, aitem

tidak saling berhubungan (Hambleton, dkk,

1991).

Asumsi independensi lokal terpenuhi jika

asumsi unidimensi terpenuhi. Namun asumsi

independensi lokal dapat terpenuhi pada tes

meskipun asumsi unidimensi tidak terpenuhi.

Menurut Fennessy, dkk, Thissen, dkk,

Steinberg dan Mooney, jika independensi

lokal tidak terpenuhi maka hasil estimasi

parameter aitem, parameter kemampuan, dan

statistik tes yang lain tidak akurat (Zenisky,

dkk, 2003)

3). Kurva karakteristik aitem

Item characteristic curve (ICC) dapat

merefleksikan hubungan yang sebenarnya

antara kemampuan dan respon peserta

terhadap aitem tes, oleh karena itu parameter

aitem dan parameter peserta harus invarian.

(Naga, 1992).

a. Parameter-Parameter dalam Item

Response Theory

Item characteristic curve (ICC) dalam

item response theory dibentuk dengan tiga

unsur, yaitu parameter aitem, parameter

peserta dan jawaban peserta terhadap aitem.

Sementara itu jawaban peserta terhadap

aitem ditentukan oleh parameter aitem dan

parameter peserta. Parameter aitem terdiri

dari tingkat kesulitan aitem yang

dilambangkan dengan b, daya beda aitem

yang dilambangkan dengan a dan peluang

tebakan semu yang dilambangkan dengan c,

Page 3: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 272

sedangkan parameter peserta dilambangkan

dengan theta () dan respon peserta terhadap

aitem dinyatakan dalam bentuk probabilitas

menjawab benar yang dilambangkan dengan

Pi () (Naga, 1992).

1). Parameter kemampuan ()

Kemampuan peserta tidak dapat diukur

secara langsung, oleh karena itu kemampuan

diestimasi lewat respon peserta terhadap

suatu aitem. Hal ini yang menyebabkan

sering disebut sebagai kemampuan laten

yang mendasari suatu tes. Pada item response

theory, parameter membentuk suatu

kontinum. Secara teoritis nilainya

membentang dari negatif tidak terhingga

sampai positif tidak terhinggga. Tetapi secara

praktis nilai yang dianggap cukup berarti

terletak antara - 4 sampai + 4 (Naga, 1992).

2). Parameter tingkat kesukaran aitem (b)

Parameter kesulitan aitem merupakan

parameter lokasi yang menunjukkan posisi

item characteristic curve (ICC) dalam skala

kemampuan. Bila nilai b lebih besar, lebih

besar kemampuan yang diperlukan peserta

untuk dapat menjawab aitem dengan benar,

yang berarti aitem lebih sulit. Item

characteristic curve (ICC) pada aitem yang

lebih sulit berada disebelah kanan atau

semakin tinggi kemampuan yang dibutuhkan

untuk menjawab aitem dengan benar, letak

KKA semakin kekanan. Semakin mudah

aitem atau semakin rendah kemampuan letak

KKA semakin kekiri (Hambleton dkk, 1991).

Menurut Hambleton dan Swaminathan

(1985) nilai b bergerak dari -2 sampai

dengan +2.

3). Parameter daya diskriminasi aitem (a)

Dalam prakteknya, indeks Daya

diskriminasi aitem menunjukkan seberapa

baik suatu aitem dapat membedakan antara

peserta yang memiliki kemampuan yang

tinggi dan peserta yang memiliki

kemampuan yang rendah. Nilai daya

diskriminasi aitem bergerak dari 0 sampai

dengan 2 (Hambleton, dkk, 1991).

4). Parameter peluang tebakan semu (c)

Parameter c melambangkan

probabilitas peserta yang memiliki

kemampuan rendah dapat menjawab aitem

sulit dengan benar. Secara umum disebut

juga dengan parameter tebakan karena

diasumsikan peserta dapat menjawab aitem

dengan benar dengan cara menebak. Secara

teoritis, nilai c bergerak dari 0 sampai dengan

1. Tetapi menurut Baker (2001) nilai c di atas

0,35 tidak dapat diterima.

b. Model-Model dalam Item

Response Theory Parameter aitem dan parameter

peserta dihubungkan dengan suatu model

rumus yang dikenal dengan fungsi

karakteristik aitem (item characteristic

function) oleh karena itu setelah semua

asumsi dasar dipenuhi, dipilih model item

response theory yang akan digunakan. Untuk

menentukan model yang tepat, perlu dibuat

asumsi tentang fungsi karakteristik aitem.

Asumsi ini akan membantu menentukan

jumlah parameter yang dibutuhkan dalam

model yang digunakan (Harvey & Thomas,

1996). Kemudian parameter tersebut

digunakan untuk memperoleh item

characteristic curve (ICC). Model-model

item response theory yang sering digunakan

adalah model logistik 1, 2, dan 3 parameter

(Hambleton, dkk, 1991).

1). Model logistik 1 parameter

Model Logistik 1 parameter sering

juga disebut model Rasch. Sesuai dengan

namanya dalam model ini hanya

menggunakan parameter b untuk

membedakan antar aitem. Dalam model

logistik 1 parameter diasumsikan hanya

kesulitan aitem sebagai karakter yang

mempengaruhi performansi peserta. Dengan

demikian, parameter a dan parameter c

diasumsikan konstan untuk semua aitem.

2). Model logistik 2 parameter

Model logistik 2 parameter mirip

dengan model logistik 1 parameter. Hanya

ada penambahan 2 elemen dalam bentuk

matematikanya, yaitu parameter daya beda

(a) dan D. D adalah faktor penskalaan,

Page 4: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 273

sehingga skala menjadi cocok dengan

distribusi kumulatif normal atau fungsi ogive

normal (Hambleton, dkk, 1991). Untuk

memperoleh model logistik yang sangat

dekat dengan model ogive normal diperlukan

nilai D = 1,702, karena dengan nilai D =

1,702 selisih antara model ogive normal

dengan model logistik kurang dari 0,01,

sehingga kita dapat mengalihkan perhitungan

model ogive normal ke perhitungan model

logistik.

3). Model logistik 3 parameter

Pada model tes pilihan berganda, peserta

mungkin untuk menebak jawaban yang

benar. Berbagai kemungkinan tebakan

menyebabkan seseorang dengan kemampuan

yang sangat rendah dapat menjawab aitem

dengan benar. Bahkan ketika mereka

memiliki probabilitas mejawab aitem dengan

benar yang sangat rendah pada tingkat

kemampuan mereka (Harvey & Thomas,

1996). Dengan alasan ini, Birbaum pada

tahun 1968 (Johnson, 2004) mengembangkan

generalisasi model logistik 2 parameter yang

fungsi respon aitemnya memiliki asymtot

tidak mendekati nol.

c. Kecocokan Model

Alasan utama pemilihan suatu model

tertentu adalah kecocokannya dengan

keadaan data yang sebenarnya serta seberapa

rinci model tersebut mampu menggambarkan

keadaan data yang sebenarnya. Setelah

model kita pilih, maka seluruh analisis akan

didasarkan pada model tersebut. Suryabrata

(2004) mengemukakan bahwa model-model

respon aitem pada item response theory dapat

palsu, artinya suatu model respon aitem

dapat cocok dengan suatu perangkat data tes

tertentu dapat pula tidak, jadi model tersebut

mungkin tidak dapat secara baik menjelaskan

data yang ada. Oleh karena itu, setiap

penerapan item response theory merupakan

hal yang esensial untuk menguji kesesuaian

model dengan data yang ada.

2. Intelligenz Struktur Test (IST)

Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan

tes kecerdasan yang disusun berdasarkan

model structural kecerdasan. ). IST yang saat

ini banyak digunakan di Indonesia adalah

IST versi 70 hasil adaptasi Fakultas

Psikologi Universitas Padjadjaran pada tahun

1973, yang dikonstruk oleh Rudolf Amthauer

di Frankfurt Jerman pada tahun 1953 dan

telah mengalami beberapa kali revisi. Subtes

dalam IST 70 adalah Satzergänzung (SE)

melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA)

persamaan kata, Analogien (AN) analogi

verbal, Gemeinsamkeiten (GE) sifat yang

sama, Rechenaufgaben (RA) berhitung,

Zahlenreihen (ZR) deret angka,

Figurenauswahl (FA) pemilihan

gambar/pemilihan bentuk, Würfelaufgaben

(WU) tugas kubus/latihan balok, dan

Merkaufgaben (ME) ingatan (LPSP3 UI,

2012).

C. Metode Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah respon jawaban IST dari peserta yang

mengikuti tes di Pusat Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M)

Universitas Sumatera Utara. Parameter

diestimasi dengan menggunakan pendekatan

item response theory dengan metode estimasi

marginal maximum likelihood menggunakan

program R versi 2.9.

D. Diskusi Dan Pembahasan

1. Hasil Penelitian

a. Hasil Analisis Uji Kecocokan Model

Hasil analisis uji kecocokan model pada

kedelapan subtes IST disajikan pada

Tabel 1.

Tabel.1 Hasil Uji Kecocokan Model

No Subtes Model

1 SE 3PL

2 WA 2PL

3 AN 3PL

4 RA 3PL

5 ZR 3PL

6 FA 3PL

7 WU 3PL

8 ME 3PL

Page 5: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 274

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

data pada ke tujuh subtes IST dapat

dijelaskan dengan baik oleh model 3 PL dan

1 subtes dengan model 2 PL.

b. Hasil Analisis Parameter Aitem

Hasil analisis parameter aitem yang

meliputi indeks kesukaran aitem, indeks daya

diskriminasi aitem, dan peluang tebakan

pada masing-masing subtes IST

menggunakan metode Marginal Maksimum

Likelihood disajikan berikut ini :

1) Subtes SE

Hasil analisis pada aitem-aitem subtes SE

ditemukan bahwa 5 aitem subtes SE

memiliki tingkat kesukaran diatas 2.00, 5

aitem memiliki indeks daya diskriminasi

diatas 2.00, dan tidak ada aitem yang

memiliki nilai peluang tebakan diatas 0.35.

Rangkuman hasil analisis disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes SE

Aite

m PT Ket

IK

A Ket IDD Ket

Aite

m PT Ket

IK

A Ket IDD Ket

1 0 dtr

m

-

0.27

8

dtr

m

0.67

9

dtr

m 11 0

dtr

m

-

0.15

7

dtr

m

1.14

6

dtr

m

2 0 dtr

m

-

1.11

9

dtr

m 3.13

dtl

k 12 0

dtr

m 2.78

7

dtl

k

0.48

6

dtr

m

3 0 dtr

m

-

1.10

5

dtr

m 2.18

1

dtl

k 13

0.11

8

dtr

m

0.63

1

dtr

m 1.24

dtr

m

4 0 dtr

m

-

1.05

7

dtr

m 5.12

2

dtl

k 14 0

dtr

m

0.18

6

dtr

m

0.99

1

dtr

m

5 0.17

5

dtr

m

1.78

9

dtr

m 2.51

4

dtl

k 15

0.08

6

dtr

m 2.53

9

dtl

k

1.02

9

dtr

m

6 0 dtr

m

-

0.18

4

dtr

m

0.95

4

dtr

m 16

0.14

8

dtr

m 2.21

4

dtl

k 8.66

dtl

k

7 0.15

8

dtr

m

1.40

7

dtr

m

1.33

6

dtr

m 17 0

dtr

m

2.28

5

dtl

k

0.51

3

dtr

m

8 0 dtr

m

0.44

1

dtr

m

0.76

2

dtr

m 18

0.11

5

dtr

m 2.59

6

dtl

k

1.22

1

dtr

m

9 0.13

7

dtr

m

0.17

7

dtr

m

1.51

3

dtr

m 19

0.01

9

dtr

m

0.91

6

dtr

m

1.13

1

dtr

m

10 0 dtr

m

-

0.34

7

dtr

m

1.53

7

dtr

m 20

0.15

2

dtr

m

1.92

8

dtr

m

1.51

4

dtr

m

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

2) Subtes WA

Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem

subtes WA didapatkan bahwa 5 aitem

memiliki tingkat kesukaran lebih kecil dari

-2.00 dan2 aitem diatas 2.00 serta 3 aitem

memiliki indeks daya diskriminasi lebih

kecil dari nol. Rangkuman hasil analisis

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes WA

Page 6: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 275

Aitem IKA Ket IDD Ket

Aitem IKA Ket IDD Ket

21 -

0.689 dtrm 1.075 dtrm 31

-

147.285 dtlk

-

0.281 Dtlk

22 -2.32 dtlk 1.198 dtrm 32 0.951 dtrm 0.852 Dtrm

23 -

2.544 dtlk

-

0.825 dtlk 33 1.791 dtrm 0.43 Dtrm

24 -

1.326 dtrm 1.36 dtrm 34 -0.994 dtrm 0.524 Dtrm

25 -

1.838 dtrm 0.897 dtrm 35

-

122.708 dtlk

-

0.007 Dtlk

26 -

1.314 dtrm 1.209 dtrm 36 0.875 dtrm 0.89 Dtrm

27 -1.44 Dtrm 0.924 dtrm 37 -1.349 dtrm 0.233 Dtrm

28 -

2.751 Dtlk 0.318 dtrm 38 32.049 dtlk 0.074 Dtrm

29 0.629 Dtrm 0.543 dtrm 39 1.364 dtrm 0.575 Dtrm

30 -

1.152 Dtrm 1.494 dtrm 40 13.892 dtlk 0.172 Dtrm

Keterangan : IKA = Indeks Kesukaran Aitem; IDD = Indeks Daya Diskriminasi

Aitem

3) Subtes AN

Hasil estimasi karakteristik aitem subtes

AN bahwa keseluruhan aitem memiliki

peluang tebakan dibawah 0.35, sebanyak 5

aitem memiliki tingkat kesukaran diatas 2.00

dan 1 lebih kecil dari -2.00. Serta 6 aitem

memiliki indeks daya diskriminasi diatas

2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan

pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes AN

Aite

m PT Ket

IK

A

Ke

t IDD

Ke

t

Aite

m PT

Ke

t

IK

A

Ke

t IDD

Ke

t

41 0 Dtr

m

-

1.16

5

dtr

m 3.14

6

dtl

k 51

0.18

3

dtr

m

0.82

1

dtr

m 2.78

6

dtl

k

42 0 Dtr

m

-

0.83

7

dtr

m

0.73

1

dtr

m 52

0.01

7

dtr

m

1.70

3

dtr

m

1.60

8

dtr

m

43 0 Dtr

m

-

1.01

9

dtr

m

1.57

4

dtr

m 53

0.09

5

dtr

m

1.97

7

dtr

m

2.96

1

dtl

k

44 0.03

7

Dtr

m

-

0.74

9

dtr

m

1.71

3

dtr

m 54

0.06

6

dtr

m

0.95

2

dtr

m

1.30

3

dtr

m

45 0 dtr

m

-

0.45

2

dtr

m

1.85

9

dtr

m 55

0.10

3

dtr

m

2.00

5

dtr

m

2.01

8

dtr

m

46 0.00

6

dtr

m

-

2.66

9

dtl

k

-

1.16

5

dtr

m 56

0.11

7

dtr

m

1.88

7

dtr

m 2.52

9

dtl

k

47 0.12 dtr 0.17 dtr 3.32 dtl 57 0.13 dtr 3.19 dtl 0.82 dtr

Page 7: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 276

4 m 5 m 4 k 8 m 5 k m

48 0 dtr

m

0.69

2

dtr

m

0.49

4

dtr

m 58

0.00

2

dtr

m 8.00

5

dtl

k

0.17

3

dtr

m

49 0.12

5

dtr

m

3.13

9

dtl

k

0.53

3

dtr

m 59

0.09

5

dtr

m

2.31

4

dtl

k

2.04

8

dtr

m

50 0.15

8

dtr

m

1.14

4

dtr

m 2.54

4

dtl

k 60

0.11

9

dtr

m 2.65

8

dtl

k 1.64

dtr

m

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

4) Subtes RA

Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem

subtes RA bahwa keseluruhan aitem

memiliki peluang tebakan dibawah 0.35, 4

aitem yang memiliki tingkat kesukaran diatas

2.00 dan 1 lebih kecil dari -2.00. serta 10

aitem memiliki indeks daya diskriminasi

diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis

disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes RA

Aitem PT Ket IKA Ket IDD Ket Aitem PT Ket IKA Ket IDD Ket

77 0 dtrm -

2.952 dtlk 1.075 dtrm 87 0 dtrm 0.887 dtrm 1.934 dtrm

78 0.064 dtrm -

0.857 dtrm 1.376 dtrm 88 0.011 dtrm 1.196 dtrm 3.829 dtlk

79 0 dtrm 0.385 dtrm 1.31 dtrm 89 0.003 dtrm 1.445 dtrm 3.407 dtlk

80 0 dtrm 0.907 dtrm 1.516 dtrm 90 0.009 dtrm 1.277 dtrm 3.21 dtlk

81 0 dtrm -

0.528 dtrm 1.978 dtrm 91 0.006 dtrm 1.612 dtrm 4.064 dtlk

82 0 dtrm 0.628 dtrm 1.99 dtrm 92 0.003 dtrm 1.633 dtrm 3.883 dtlk

83 0 dtrm -

0.101 dtrm 1.07 dtrm 93 0.003 dtrm 2.374 dtlk 3.72 dtlk

84 0 dtrm 0.558 dtrm 2.388 dtlk 94 0.003 dtrm 2.139 dtlk 3.622 dtlk

85 0.014 dtrm 1.155 dtrm 2.076 dtlk 95 0.004 dtrm 2.133 dtlk 2.899 Dtlk

86 0.01 dtrm 1.902 dtrm 1.985 dtrm 96 0 dtrm 3.089 dtlk 1.984 Dtrm

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

5) Subtes ZR

Hasil estimasi karakteristik aitem

subtes ZR bahwa keseluruhan aitem

memiliki peluang tebakan dibawah 0.35,

hanya 1 aitem yang memiliki tingkat

kesukaran lebih kecil dari -2.00 dan 10

aitem memiliki indeks daya diskriminasi

diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis

disajikan pada Tabel 6.

Page 8: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 277

Tabel 6. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes ZR

Aite

m PT

Ke

t

IK

A

Ke

t

ID

D

Ke

t

Aite

m PT

Ke

t

IK

A

Ke

t

ID

D

Ke

t

97 0 dtr

m

-

2.22

4

dtl

k

1.67

1

dtr

m 107

0.01

4

dtr

m

-

0.09

dtr

m 2.37

3

dtl

k

98 0 dtr

m

-

1.37

4

dtr

m

1.85

1

dtr

m 108

0.02

1

dtr

m

0.14

4

dtr

m

1.40

3

dtr

m

99 0 dtr

m

-

1.19

4

dtr

m

1.83

6

dtr

m 109 0.06

dtr

m 0.38

dtr

m

2.19

9

dtl

k

100 0 dtr

m

-

1.24

5

dtr

m 2.37

1

dtl

k 110

0.01

3

dtr

m 0.75

dtr

m 3.03

5

dtl

k

101 0 dtr

m

-

0.43

3

dtr

m

1.14

4

dtr

m 111

0.04

9

dtr

m

0.67

1

dtr

m 2.85

3

dtl

k

102 0 dtr

m

-

0.74

3

dtr

m

1.82

7

dtr

m 112 0

dtr

m

0.85

5

dtr

m 2.47

5

dtl

k

103 0.01

7

dtr

m

0.30

6

dtr

m

1.62

5

dtr

m 113 0

dtr

m

1.14

1

dtr

m

1.72

1

dtr

m

104 0.02

3

dtr

m

0.62

8

dtr

m 2.11

dtl

k 114 0.04

dtr

m

1.34

7

dtr

m 2.49

2

dtl

k

105 0 dtr

m

0.52

4

dtr

m

1.08

6

dtr

m 115

0.01

3

dtr

m

1.38

3

dtr

m 3.17

8

dtl

k

106 0 dtr

m

-

0.32

5

dtr

m

1.91

8

dtr

m 116 0.03

dtr

m 1.3

dtr

m 2.70

5

dtl

k

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

6) Subtes FA

Hasil estimasi karakteristik pada

aitem-aitem subtes FA diketahui 4 aitem

memiliki peluang tebakan diatas 0.35,

sebanyak 2 aitem memiliki tingkat

kesukaran di atas 2.00 dan hanya 1 lebih

kecil dari -2.00. Dua aitem memiliki

indeks daya diskriminasi diatas 2.00 dan 1

aitem lebih kecil dari nol. Rangkuman

hasil analisis disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes FA

AitePT

Ke IK Ke ID Ke

AitePT

Ke IK Ke ID Ke

Page 9: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 278

m t A t D t m t A t D t

117 0.71

9

dtl

k

-

0.53

dtr

m

1.30

3

dtr

m 127

0.18

5

dtr

m

1.66

4

dtr

m

1.86

6

dtr

m

118 0.44

3

dtl

k

-

0.03

4

dtr

m

1.82

8

dtr

m 128 0.14

dtr

m

1.82

3

dtr

m

3.85

2

dtl

k

119 0.31

4

dtr

m

1.24

9

dtr

m

0.72

7

dtr

m 129

0.00

3

dtr

m

-

1.22

8

dtr

m

1.46

5

dtr

m

120 0.18

1

dtr

m

0.93

6

dtr

m

1.49

2

dtr

m 130

0.43

2

dtl

k 1.48

dtr

m 1.81

dtr

m

121 0.00

3

dtr

m

-

1.58

4

dtr

m

0.94

9

dtr

m 131 0

dtr

m

-

1.27

dtr

m

1.09

3

dtr

m

122 0.42

1

dtl

k

0.58

8

dtr

m

8.16

9

dtl

k 132

0.05

3

dtr

m

2.89

4

dtl

k

1.62

6

dtr

m

123 0.30

8

dtr

m

0.42

6

dtr

m

1.94

4

dtr

m 133 0

dtr

m

-

0.89

8

dtr

m

1.00

4

dtr

m

124 0.27

1

dtr

m

0.68

8

dtr

m 1.27

dtr

m 134

0.00

1

dtr

m

-

0.77

8

dtr

m

0.59

7

dtr

m

125 0.00

4

dtr

m

-

1.65

5

dtr

m

0.82

3

dtr

m 135

0.00

7

dtr

m

5.93

5

dtl

k

0.26

4

dtr

m

126 0.00

1

dtr

m

-

0.50

1

dtr

m

0.80

9

dtr

m 136

0.00

2

dtr

m

-

5.16

2

dtl

k

-

0.88

2

dtl

k

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

7) Subtes WU

Hasil estimasi karakteristik aitem subtes

WU diketahui terdapat 1 aitem memiliki

peluang tebakan diatas 0.35 dengan

keseluruhan aitem memiliki indeks

kesukaran diatas -2.00 dan lebih kecil dari

2.00. Serta terdapat 15 aitem yang memiliki

indeks daya diskriminasi lebih besar dari

2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan

pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes WU

Aitem PT Ke

t

IK

A

Ke

t

ID

D

Ke

t

Aite

m PT Ket

IK

A

Ke

t

ID

D

Ke

t

137 0.47 dtl-

0.12dtr 3.40 dtl 147 0 Dtr

-

0.41dtr 2.38 dtl

Page 10: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 279

9 k 9 m 1 k m 1 m 5 k

138

0.00

1

dtr

m

-

0.56

6

dtr

m

1.95

3

dtr

m 148

0.21

8

Dtr

m

1.27

6

dtr

m

8.72

9

dtl

k

139

0 dtr

m

-

0.59

8

dtr

m

2.15

9

dtl

k 149

0.09

5

Dtr

m

1.36

8

dtr

m

1.57

5

dtr

m

140

0.01

5

dtr

m

-

0.76

1

dtr

m

2.79

8

dtl

k 150

0 Dtr

m

-

0.20

7

dtr

m

1.76

5

dtr

m

141

0.18

2

dtr

m

1.39

8

dtr

m

5.04

2

dtl

k 151

0.22

1

Dtr

m

1.25

1

dtr

m

4.69

2

dtl

k

142

0 dtr

m

-

0.25

8

dtr

m

1.81

2

dtr

m 152

0.14

8

Dtr

m

1.51

3

dtr

m 3.6

dtl

k

143

0.00

2

dtr

m

-

0.71

8

dtr

m

1.95

3

dtr

m 153

0.11

2

Dtr

m

1.55

5

dtr

m

4.77

4

dtl

k

144

0.17

7

dtr

m

1.19

6

dtr

m

3.26

9

dtl

k 154

0.15

9

Dtr

m 1.56

dtr

m

3.79

3

dtl

k

145

0 dtr

m

-

0.54

5

dtr

m 2.15

dtl

k 155

0.16

6

Dtr

m

1.60

6

dtr

m 5.47

dtl

k

146

0.28

7

dtr

m

0.17

1

dtr

m

2.07

9

dtl

k 156

0.13

8

Dtr

m

1.71

7

dtr

m

4.94

3

dtl

k

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran Aitem; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

8) Subtes ME

Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem

subtes ME diketahui keseluruhan aitem

memiliki peluang tebakan dibawah 0.35 serta

memiliki indeks kesukaran lebih besar dari -

2.00 dan lebih kecil dari 2.00. Empat belas

aitem memiliki indeks daya diskriminasi

diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis

disajikan pada Tabel 9.

Page 11: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 280

Tabel 9. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes ME

Aitem PT Ket IKA Ket IDD Ket Aitem PT Ket IKA Ket IDD Ket

157 0 dtrm -

0.364 dtrm 1.815 Dtrm 167 0.098 dtrm 0.171 dtrm 2.134 dtlk

158 0.057 dtrm -

0.355 dtrm 1.804 Dtrm 168 0.08 dtrm 0.235 dtrm 2.792 dtlk

159 0.096 dtrm -

0.331 dtrm 1.936 dtrm 169 0.037 dtrm

-

0.032 dtrm 2.225 dtlk

160 0 dtrm -0.55 dtrm 2.02 dtlk 170 0.017 dtrm -0.3 dtrm 2.141 dtlk

161 0 dtrm -

0.332 dtrm 1.766 dtrm 171 0.124 dtrm

-

0.371 dtrm 2.533 dtlk

162 0 dtrm -

0.737 dtrm 2.655 dtlk 172 0 dtrm

-

0.374 dtrm 2.007 dtrm

163 0.121 dtrm -

0.465 dtrm 2.535 dtlk 173 0.031 dtrm

-

0.143 dtrm 2.13 dtlk

164 0 dtrm -

0.942 dtrm 2.334 dtlk 174 0.06 dtrm 0.275 dtrm 2.845 dtlk

165 0.001 dtrm -0.35 dtrm 2.011 dtlk 175 0.07 dtrm 0.19 dtrm 2.967 dtlk

166 0.005 dtrm -

0.223 dtrm 1.68 dtrm 176 0.062 dtrm 0.083 dtrm 2.335 dtlk

Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya

Diskriminasi Aitem

c. Rangkuman Hasil Estimasi

Parameter Aitem

Berdasarkan hasil analisis parameter

aitem pada masing-masing subtes, berikut

disajikan rangkuman hasil analisis aitem-

aitem yang masuk dalam kategori memiliki

parameter yang baik dan tidak baik

berdasarkan batasan psikometris.

Tabel 10. Rangkuman Hasil Estimasi Parameter berdasarkan batasan parameter aitem

Paramet

er

Batasan

Nilai

Keterang

an

SE W

A

AN RA ZR FA WU ME

b -2 ≤ b ≤ 2 Baik 15

(75)

13

(65

)

14

(70)

15

(75)

19

(95)

17

(85)

20

(100)

20

(100

)

b < -2, b >

2

Tidak

Baik

5

(25)

7

(35

)

6

(30)

5

(25)

1

(5)

3

(15)

0

(0)

0

(0)

a 0 ≤ a ≤ 2 Baik 15

(75)

17

(85

)

14

(70)

10

(50)

10

(50)

17

(85)

5

(25)

6

(30)

Page 12: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 281

a < 0, a > 2 Tidak

Baik

5

(25)

3

(15

)

6

(30)

10

(50)

10

(50)

3

(15)

15

(75)

14

(70)

c 0 ≤ c ≤ 0.35 Baik 20

(100)

- 20

(100)

20

(100)

20

(100)

16

(80)

19

(95)

20

(100

)

c > 0.35 Tidak

Baik

0

(0)

- 0

(0)

0

(0)

0

(0)

4

(20)

1

(5)

0

(0)

Keterangan : angka di dalam kurung dalam persentase

Tabel 11 merangkum hasil analisis aitem

berdasarkan batasan parameter daya beda

aitem, tingkat kesulitan aitem, dan peluang

tebakan secara bersama-sama

tabel 11. Rangkuman hasil estimasi parameter berdasarkan batasan ketiga parameter aitem

Parameter Keterang

an

SE WA AN RA ZR FA WU ME Total

-2 ≤ b ≤ 2; 0 ≤ a ≤

2; 0 ≤ c ≤ 0.35

Baik 11

(0.55)

13

(0.65

)

8

(0.40

)

9

(0.45)

9

(0.45)

12

(0.6)

5

(0.25

)

6

(0.30

)

73

(0.45

6)

b < -2 atau b > 2;

a < 0 atau a > 2; c

> 0.35

Tidak

Baik

9

(0.45)

7

(0.35

)

12

(0.6)

11

(0.55)

11

(0.55)

8

(0.4)

15

(0.75

)

14

(0.7)

87

(0.54

4)

Keterangan : angka di dalam kurung dalam persentase

2. Pembahasan

Sebagai alat tes yang masih sangat

sering digunakan dalam berbagai tujuan

terutama dalam seleksi baik dalam bidang

pendidikan maupun lingkungan organisasi,

IST masih sangat harus diperhatikan.

Karena berdasarkan analisis karakteristik

dengan metode Marginal Maksimum

Likelihood menggunakan pendekatan item

response theory ditemukan bahwa 41.25%

dari 160 aitem IST yang dianalisis memiliki

indeks daya diskriminasi yang masuk dalam

kategori tidak baik, 16.87 % dari 160

memiliki tingkat kesukaran dalam kategori

tidak baik dan 3.57% memiliki peluang

tebakan dalam kategori tidak baik.

Banyaknya aitem yang memiliki indeks

daya diskriminasi yang kurang baik dapat

membuktikan bahwa memang benar adanya

dugaan bahwa alat tes ini sudah bocor di

masyarakat sehingga aitem sudah tidak

dapat berfungsi dengan baik untuk

membedakan antara individu yang memiliki

atribut yang sedang diukur. Hal ini sangat

didukung oleh hasil estimasi terhadap

peluang tebakan pada aitem-aitem IST. Dari

140 aitem, hanya 3.57% aitem yang

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

dijawab oleh responden dengan benar

dengan cara ditebak, pada hal terdapat

11.25% aitem yang memiliki indeks

kesukaran yang sangat tinggi bahkan jauh

dari ketentuan. Selain itu terdapat 5.625 %

aitem yang memiliki indeks kesulitan yang

sangat rendah bahkan mencapai -147.285

yaitu pada aitem nomor 31 pada subtes

WA.

Berdasarkan hasil analisis dengan

menggunakan kriteria peluang tebakan,

indeks kesukaran aitem dan indeks daya

diskriminasi secara bersama-sama diketahui

bahwa dari 160 aitem yang dianalisis hanya

45.625% yang memiliki kualitas yang

masih baik. Hal ini menunjukkan bahwa

aitem-aitem IST sudah mengalami

perubahan dari fungsinya saat dikonstrak.

Salah satu penyebabnya adalah individu

sudah familiar dengan aitem-aitemnya, hal

ini dapat disebabkan oleh usia tes ini juga

sudah hampir mencapai 40 tahun sejak

pertama kali diadaptasi di Indonesia dan

adanya dugaan adanya kebocoran di

masyarakat. Dengan demikian penggunaan

IST sebagai satu-satunya dasar

Page 13: EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ …

PROCEEDING

Seminar Nasional Psikometri

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 282

pertimbangan pengambilan keputusan

dalam seleksi benar-benar harus

dipertimbangkan ulang.

E. Kesimpulan, Saran, Dan

Keterbatasan Penelitian

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis parameter

aitem peluang tebakan, indeks kesukaran

aitem, dan indeks daya diskriminasi aitem

pada 2011 data subjek dengan metode

estimasi marginal maksimum likelihood

dengan pendekatan item response theory

maka dapat disimpulkan bahwa 54.375%

aitem IST yang dianalisis memiliki kualitas

yang kurang baik menurut batasan

psikometris.

2. Saran

Berdasarkan hasil penemuan dari

penelitian ini, maka peneliti menyarankan

beberapa hal :

1. Penggunaan IST sebagai satu-satunya

dasar pertimbangan pengambilan

keputusan dalam seleksi harus dihindari.

2. Melakukan revisi pada aitem-aitem IST

yang memiliki kualitas yang tidak baik

jika penggunaan IST masih akan terus

dilakukan.

3. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini hanya dilakukan

analisis karakteristik psikometris aitem-

aitem pada kedelapan subtes IST. Aitem-

aitem subtes GE belum dianalisis

bagaimana karakteristik psikometrinya,

sehingga belum mendapat gambaran secara

menyeluruh tentang kualitas aitem IST

berdasarkan parameter daya beda aitem,

tingkat kesulitan aitem, dan peluang

tebakan.

DAFTAR PUSTAKA

Baker. F. B. (2001). The basics of item

response theory. New York :

Cleringhouse on Assessment and

Evaluation.

Crocker. L. & Algina. J. (1986).

Introduction to classical and modern

test theory. New York : Holt, Rinehart

and Winston, Inc.

Hambleton, R. K. (1989). Principles and

selected applications of item response

theory. In R. L. Linn (Ed.), Educational

Measurement. 147–200.

Hambleton. R. K. & Swaminathan. H.

(1985). Item response theory. Boston :

Kluwer Nijhoff Publisher.

Hambleton. R. K., Swaminathan. H, &

Rogers. H. J. (1991). Fundamentals of

item response theory. California : SAGE

Publication, Inc.

Harvey, R.J. & Thomas, L. A. (1996).

Using item response theory to score the

myers-briggs type indicator: rational and

research findings. Journal of

Psychological Type, 37, 16 -60.

Johnson. M. S. (2004). Aitem response

models and their use in measuring food

insecurity and hunger. City University

of New York.

LPSP3 UI. (2012) . Intelligenz Struktur

Test, Manual dan Norma. Jakarta.

LPSP3 Fakultas Psikologi UI.

Naga. D. S. (1992). Pengantar Teori Skor.

Jakarta. Gunadarma.

Scheuneman. J. D. & Bleistein. C. A.

(1989). A Consumers’s guide to

statistics for identifying differential item

functioning. Applied Measurement in

Education, 2 (3), 255-275.

Suryabrata. S. (2004). Pengembangan alat

ukur psikologis. Yogyakarta: ANDI.

Zenisky. A. L., Hambleton. R. K., & Robin.

F. (2003). Detection of differential item

functioning in large-scale state assessments:

A Study evaluating a two-stage approach.

Educational and Psychological

Measurement, 63 (1), 51-64.