54
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI DESA NAMU UKUR UTARA KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI Oleh : GLENN ANDREW IMANUEL LUMBAN GAOL 140301077 AGROTEKNOLOGI ILMU TANAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 Universitas Sumatera Utara

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

  • Upload
    others

  • View
    60

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN

MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI DESA NAMU UKUR UTARA

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

GLENN ANDREW IMANUEL LUMBAN GAOL

140301077

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN

MENTIMUN (Cucumis sativus L.) DI DESA NAMU UKUR UTARA

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh :

GLENN ANDREW IMANUEL LUMBAN GAOL

140301077

AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana

di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

Universitas Sumatera Utara

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

ABSTRACT

Land evaluation as the way to predict the land potention to many using.

This analysis purpose to know the land appropriate in the village Namu Ukur

Utara district of Sei bingai regency on Langkat to the effectiveness of cucumber

plants until the sub class.This observation done at the village Namu Ukur Utara

district of Sei bingai regency on Langkat. This observation was conducted because

the land is large enough but produced less than maximum production. And begin

from July 2019. This observation used Survey method with GPS adn Geographic

Information System. The analysis data sample as the cation exchange capacity, pH,

texture, base saturation, C-organic, N total, and P2O5.

The result of analysis showed in the first sample of soil has appropriate

class of land actual S3-wrf and the second sample of soil, the third sample of soil,

and the fouth sample of soil has appropriate class of land actual S3-wf, with sub

class rain, base saturation, pH, texture. Given organic matter, calcium and good

drainage will be increase the appropriate class in to potential for cucumber plants.

Keyword : Land Evaluation, Cucumber, Namu Ukur Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

ABSTRAK

Evaluasi lahan merupakan cara untuk menduga potensi lahan untuk

berbagai penggunaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian lahan

di desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat terhadap

pembudidayaan tanaman mentimun. Penelitian ini dilakukan di desa Namu Ukur

Utara, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan karena

lahan memntimun di daerah tersebut cukup luas tetapi menghasilkan produksi yang

tidak maksimal. Penelitian ini dimulai dari bulan Juli 2019.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan memanfaatkan GPS dan

Sistem Informasi Geografis. Data lapangan yang dianalisi adalah KTK, pH,

tekstur, kejenuhan basa, C-organik, N-total, dan P2O5.

Hasil penelitian menunjukan pada SPT 1 mempunyai kelas kesesuaian

lahan aktual S3-wrf dan SPT 2, SPT 3 serta SPT 4 mempunyai kelas kesesuaian

lahan S3-wf dengan sub kelas curah hujan, kejenuhan basa, pH, tekstur. Pemberian

bahan organik, pengapuran, dan drainase yang baik akan meningkatkan kelas

kesesuaian lahan menjadi potensial.

Kata kunci : Evaluasi Lahan, Mentimun, Namu Ukur Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Glenn Andrew Imanuel Lumban Gaol dilahirkan di Mandoge pada 28

November 1996 dari Ayah bernama J. Lumban Gaol dan Ibunda bernama D. Gulo.

Penulis merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan di SD GKPS 1 Pematang Siantar pada

tahun pada tahun 2008. Pada tahun itu juga penulis melanjutkan Pendidikan di

SMP Negeri 7 Pematang Siantar dan tamat pada tahun 2011 kemudian melanjutkan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Pematang Siantar pada tahun 2011 dan

selesai pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi

negeri, tepatnya di Universitas Sumatera Utara (USU) Fakultas Pertanian pada

Program Studi Agroteknologi dengan minat Ilmu Tanah. Penulis termasuk ke

dalam anggota HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroteknologi) Fakultas

Pertanian USU.

Penulis melaksanakan Peraktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN 3 Kebun

Sisumut, Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli –

Agustus 2017

Universitas Sumatera Utara

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan outline ini

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari outline ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan

Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Di Desa Namu Ukur Utara

Kabupaten Langkat” yang ditujukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada

Ir. Purba Marpaung, SU dan Ir. M. Madjid B. Damanik, M.Sc selaku dosen komisi

pembimbing yang telah berkenan untuk membimbing Penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

penelitian ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2020

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... v

PENDAHULUAN

Latar Belakang ............................................................................................. 1

Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mentimun ..................................................................................... 4

Syarat Tumbuh ............................................................................................ 4

Survei Tanah ................................................................................................ 5

Evaluasi Lahan ............................................................................................. 6

Kesesuaian Lahan ......................................................................................... 7

Karateristik Lahan ...................................................................................... 10

Sifat Fisika Tanah ................................................................................. 10

Sifat Kimia Tanah ................................................................................ 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 20

Bahan dan Alat ........................................................................................... 20

Metode Penelitian ....................................................................................... 20

Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 21

Tahap Persiapan ........................................................................... 21

Tahap Pelaksanaan ....................................................................... 21

Tahap Analisis Laboratorium ....................................................... 21

Penilaian Kesesuaian Lahan ......................................................... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ........................................................................................................... 23

Pembahasan ................................................................................................ 34

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ................................................................................................. 42

Saran ........................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

iii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1 Kriteria Kesesuaian Tanaman Mentimun ......................................................... 9

2 Pengelompokan Kelas Tekstur ........................................................................ 10

3 Kedalaman Tanah............................................................................................ 12

4 Tingkat Bahaya Erosi ..................................................................................... 13

5 Kelas Kejenuhan Basa..................................................................................... 16

6 Nilai dan Kriteria N Dalam Tanah Berdasarkan Standar Internasional

(SI)...................... ............................................................................................ 17

7 Kriteria P2O5 dalam Tanah .............................................................................. 18

8 Deskripsi SPT 1 dan SPT 2 ............................................................................. 22

9 Kesesuaian Lahan Untuk SPT 1 ...................................................................... 23

10 Kesesuaian Lahan Untuk SPT 2 ...................................................................... 26

Universitas Sumatera Utara

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

iv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

1 Peta Lokasi Penelitian . ................................................................................... 21

2 Peta Kelas Kesesuaian Lahan Aktual Desa Namu Ukur Utara ....................... 22

Universitas Sumatera Utara

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

v

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan Hal

1 Peta Retensi Hara . .......................................................................................... 37

2 Peta Bahaya Erosi .......................................................................................... 38

3 Peta Hara Tersedia .......................................................................................... 39

4 Peta Ketersediaan Air ..................................................................................... 40

5 Peta Media Perakaran ...................................................................................... 41

6 Peta Temperatur . ............................................................................................ 42

7 Informasi Curah Hujan .................................................................................... 43

Universitas Sumatera Utara

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah sebagai akumulasi tubuh alam bebas yang menduduki sebagian

besar permukaan bumi, mampu menumbuhkan tanaman karena memiliki sifat-

sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap

bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula.

(Sutanto, 2005).

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan.

Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe

penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat atau kualitas lahan

yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan

diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe

penggunaan lahan tersebut. (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Klasifikasi kesesuaian atau kemampuan lahan adalah pengelompokan

lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan penggunaan

tertentu. (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Evaluasi lahan dilakukan dengan tujuan untuk dapat menentukan potensi

suatu lahan dengan tujuan tertentu, yaitu sebagai tempat untuk mendirikan

bangunan tempat tinggal dan bangunan lain maupun tempat untuk bercocok tanam

guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya pelaksanaan evaluasi

lahan adalah dengan memilih sistem yang sudah ada tergantung dari kepentingan

evaluasi yang akan dilakukan dan kemudian dimodifikasi dengan keaadaan

setempat dan disesuaikan dengan data yang tersedia. (Sitorus , 1985).

Universitas Sumatera Utara

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

2

Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah tumbuhan yang menghasilkan

buah yang dapat dimakan. Buahnya dipanen ketika belum masak benar untuk

dijadikan sayuran atau penyegar, tergantung jenisnya. Mentimun dapat ditemukan

di berbagai hidangan dalam makanan dan memiliki kandungan air yang cukup

banyak di dalamnya sehingga berfungsi menyejukkan. Potongan buah mentimun

juga digunakan untuk membantu melembabkan wajah serta banyak dipercaya

dapat menurunkan tekanan darah tinggi

Mentimun merupakan salah satu tanaman yang syarat tumbuhnya sangat

fleksibel, karena dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi.

Mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi pada hampir semua jenis tanah.

(Sumpena, 2001).

Mentimun tidak dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan yang

terlalu tinggi. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan

tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang

tinggi akan banyak menggugurkan bunga. (Sumpena, 2001).

Desa Namu Ukur Utara memiliki luas lahan mentimun seluas 220 ha, dan

menghasilkan produksi sebesar 8,25 ton/ha. Produksi mentimun ini belum

maksimal mengingat produksi rata-rata mentimun dapat mencapai 13-30 ton/ha.

(BPS Langkat, 2018)

Desa Namu Ukur Utara adalah salah satu desa di Kecamatan Sei Bingai,

Kabupaten Langkat. Informasi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mentimun di

desa Namu Ukur Utara masih sangat terbatas. Oleh karena itu penelitian evaluasi

kesesuaian lahan untuk tanaman mentimun di tempat ini perlu dilakukan,

mengingat daerah ini memiliki lahan yang luas dan berpotensi untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

3

pengembangan tanaman mentimun. Dengan informasi kelas kesesuaian lahan

untuk pengembangan tanaman mentimun ini diharapkan dapat dilakukan alternatif

manajemen praktis yang tepat, guna meningkatkan produksi dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingai

Kabupaten Langkat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian lahan untuk

tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Namu Ukur Utara Kecamatan

Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Mentimun

Adapun Klasifikasi Tanaman Mentimun ialah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Sub division : Angiospermae;

Class : Dicotyledonae; Ordo : Cucurbitale; Family : Cucurbitaceae; Genus :

Cucumis; Species : Cucumis sativus L.

Mentimun dapat dibudidayakan baik di ladang, halaman rumah atau di

rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus.

Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang

gembur dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainase yang baik. Mentimun

sebaiknya dirambatkan kepara-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai

1.300 m dpl. Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di

India Utara (Wijoyo, 2012).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara

berkisar antara 20°C- 32°C, dengan suhu udara optimal 27°C. Di daerah tropis

seperti di Indonesia, keadaan suhu udara ditentukan oleh tinggi permukaan laut.

Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman

mentimun, karena penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika

pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari. Curah hujan optimal yang

diinginkan tanaman sayuran ini antara 400-700 mm/ bulan. Curah hujan yang

terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat

Universitas Sumatera Utara

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

5

mulai berbunga karena curah hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan

bunga (Sumpena, 2001).

Tanah

Pada dasarnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan

pertanian, cocok ditanami mentimun, untuk mendapatkan produksi tinggi dan

kualitas baik tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak

mengandung humus, tidak tergenang dan pH berkisar antara 6-7. Namun

mentimun masih toleran pada pH tanah sampai 5,5 sebagai batasan minimal dan

7,5 sebagai batasan maksimal. Pada pH tanah kurang dari 5,5 akan terjadi

gangguan penyerapan zat hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman akan

terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu masam tanaman mentimun akan

menderita penyakit klorosis. Tanah yang kaya akan bahan organik sangat baik

untuk pertumbuhan tanaman mentimun, karena tanah yang kaya bahan organik

memiliki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Mentimun memiliki akar tunggang

dan bulu- bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif dangkal, yaitu pada kedalaman

sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, mentimun termasuk tanaman yang peka

terhadap kekurangan dan kelebihan air. (Wijoyo, 2012).

Survei Tanah

Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan

laboratorium yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

terhadap suatu areal dan didukung oleh informasi dari sumber lain yang relevan.

Pengamatan sistematis disertai deskripsi, klasifikasi menghasilkan output

pemetaan tanah yang disajikan sebagai informasi bagi kalangan pengguna dan

Universitas Sumatera Utara

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

6

sumber informasi pengembangan penggunaan lahan sekaligus evaluasi dan

prediksi pengaruh penggunaan lahan terhadap lingkungan (Abdullah, 1993).

Tujuan survei adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan

mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam

satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan dari

masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan

tertentu. Sifat dari masing-masing satuan peta tanah secara singkat dicantumkan

dalam legenda, sedangkan uraian lebih detail dicantumkan di laporan survei tanah

yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Untuk menghasilkan peta yang baik dan benar, kegiatan yang dilakukan

dalam survei tanah meliputi persiapan, pelaksanaan lapangan dan pengolahan data

yang sebaik-baiknya (Hardjowigeno, 2003).

Survei tanah berdasarkan tujuannya dapat dibedakan atas 6macam, yaitu

peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detail, detail dan sangat detail. Masing-

masing peta tersebut memiliki skala peta yang berbeda-beda.

(Hakim dkk, 1986).

Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe

penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan

yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Evaluasi lahan dilakukan dengan

tujuan untuk dapat menentukan nilai potensi suatu lahan dengan tujuan tertentu,

yaitu sebagai tempat untuk mendirikan bangunan tempat tinggal dan bangunan-

bangunan lain maupun tempat untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan

hidup manusia. Pada umumnya pelaksanaan evaluasi lahan adalah dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

7

memilih sistem yang sudah ada tergantung dari kepentingan evaluasi yang akan

dilakukan dan kemudian dimodifikasi dengan keaadaan setempat dan disesuaikan

dengan data yang tersedia. (Sitorus, 1985).

Tujuan evaluasi lahan (land evaluation and land assessment) adalah

menentukan nilai potensi suatu lahan untuk tujuan tertentu. Usaha ini dapat

dilakukan dengan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu daerah.

(Hardjowigeno, 2003).

Menurut Djaenudin dkk (2003) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan

adalah sebagai berikut:

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan persiapan antara lain penetapan

yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan

digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan

persyaratan yang diperlukan.

3. Memandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipee lahan yang ada. Ini

merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data penggunaan

lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis

secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan.

5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi lahan.

Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan aktual (current land suitability) adalah potensi lahan

yang mendasar, sedangkan kesesuaian lahan potensial (potensial land suitability)

adalah potensi lahan masa yang akan datang akan lebih bagus jika lahan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

8

mengalami perbaikan. Perbaikan lahan (land improvment) merupakan usaha-

usaha perbaikan lahan yang memerlukan biaya yang tinggi, yang umumnya tidak

dapat ditanggung petani secara individual, seperti pembangunan fasilitas drainase

untuk reklamasi rawa, fasilitas irigasi, dan sebagainya (Hakim dkk, 1986).

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Sitorus (1985),

digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas

yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya

mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya

dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang

agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus

diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan

meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas

yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus

diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih

meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas

yang sangat berat dan atau sulit diatasi.

Adapun kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman mentimun ditampilkan

pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

9

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Mentimun. (BBSDLP, 2011)

Persyaratan Penggunaan/

Karakteristik lahan

Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t)

1. Rata-rata bulanan (oC)

Ketersediaan air (w)

1. Curah hujan bulanan

(mm)

Media Perakaran (r)

1. Drainase

2. Tekstur

3. Kedalaman efektif

(cm)

Retensi Hara (f)

1. KTK (me/100mg)

2. Kej. Basa

3. pH H20

4. C-organik

Hara Tersedia (n)

1. N total (%)

2. P2O5 (mg/100g)

Bahaya Erosi

1. Kemiringan lereng

(%)

22-30

400-700

baik,agak

terhambat

halus,

agak halus

>50

>16

>35

5,8-7,6

>1,2

sedang

sedang

<3

30-32

20-22

700-1000

300-400

agak cepat,

sedang

sedang

>50

5-16

20-35

5,5-5,8

7,6-8,0

0,8-1,2

rendah

rendah

3-8

32-35

18-20

>1000

250-300

terhambat

agak kasar

25-50

<5

<20

<5,5

>8,0

<0,8

sangat

rendah

sangat

rendah

8-15

>35

<18

<250

sangat

terhambat,

cepat

kasar

<25

>15

Karateristik Lahan

Sifat Fisika Tanah

Tekstur tanah

Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah

primer berupa fisik liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah. Partikel-partikel

primer itu mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dan dapat

digolongkan kedalam tiga fraksi tersebut. Ada yang berdiameter besar sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 21: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

10

dengan mudah dapat dilihat dengan mata telanjang, tetapi ada pula yang

sedemikian luasnya, seperti koloidal, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang (Foth, 1994). Adapun pengelompokkan kelas tekstur tanah tertera pada

Tabel 2.

Tabel 2. Pengelompokkan kelas tekstur. (Djaenudin dkk, 2003)

Kelas Keterangan

Halus (h)

Agak halus (ah)

Sedang (s)

Agak kasar (ak)

Kasar (k)

Sangat halus (sh)

Liat berpasir, liat, liat berdebu

lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,

debu

lempung berpasir

pasir, pasir berlempung

liat

Drainase tanah

Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau

keadaan tanah yang menunjukkan lama dan seringnya jenuh air. Tujuan utama

drainase pada pertanian dan kehutanan adalah menurunkan dataran air untuk

meningkatkan kedalaman perakaran. Drainase menurunkan kandungan air pada

musim semi, yang menyebabkan tanah menjadi hangat dan lebih cepat. (Foth,

1994).

Kelas drainase tanah yang dibedakan dalam tujuh kelas, yaitu:

– Cepat, tanah yang mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat

tinggi dan daya menaha air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman

tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah yang berwarna

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium sera warna grey (reduksi).

– Agak cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan

air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa

Universitas Sumatera Utara

Page 22: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

11

irigasi, ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen

tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna grey (reduksi).

– Baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air

sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

atau naungan serta warna grey reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

– Agak baik, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agakrendah

dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah

demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

atau mangan sera warna grey (reduksi) pada lapisan > 50 cm.

– Agak terhambat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya

menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan.

Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya.

Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa

bercak atau karatan besi dan atau naungan serta warna grey (reduksi) pada

lapisan > 25 cm.

– Terhambat, tanah mempunyai kondukstivitas hidrolik rendah dan daya menahan

air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama

sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian

kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat dketahui di lapangan, yaitu tanah

mempunyai warna grey (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan atau

mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

12

– Sangat terhambat, tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya

menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk

waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk

padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di

lapangan, yaitu tanah mempunyai warna grey (reduksi) permanen sampai pada

lapisan permukaan. (Djaenudin dkk, 2003).

Kedalaman tanah

Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat

ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,

serta dalamnnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai

akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum

tanah (Hardjowigeno, 2003). Adapun kriteria kedalaman tanah tertera pada

Tabel 3.

Tabel 3. Kedalaman tanah. (Djaenudin dkk, 2003)

Kriteria Kedalaman

Sangat dangkal

Dangkal

Sedang

Dalam

< 20 cm

20-50 cm

5-75 cm

> 75 cm

Bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksikan berdasarkan kondisi lapangan,

yaitu dengan cara memperlihatkan adanya erosi lembar permukaan

(sheet erosion), erosi alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion).

Pendekatan lain untuk memprediksikan tingkat bahaya erosi yang relatif lebih

mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang

(rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh

masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena

Universitas Sumatera Utara

Page 24: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

13

relatif mengandung bahan organik yang lebih tinggi. Adapun kriteria tingkat

bahaya erosi tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat bahaya erosi. (Djaenudin dkk, 2003)

Kriteria Bahaya erosi

Sangat ringan (sr)

Ringan (r)

Sedang (s)

Berat (b)

Sangat berat (sb)

< 0,15

0,15-0,9

0,9-1,8

1,8-4,8

> 4,8

Sifat Kimia Tanah

pH

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman yang dinyatakan dengan nilai

pH. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tanah. Semakin

banyak H+ dalam tanah, maka semakin masam tanah tersebut nilai pH semakin

kecil. Di dalam tanah, selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan pula ion hidroksida

(OH-), yang jumlahnya berbanding terbalik dengan H

+. Bila kandungan H

+sama

dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai nilai pH 7.

(Sumirat, 2009).

Kemasaman tanah berakibat langsung terhadap tanaman. Karena

meningkatnya kadar ion-ion hidrogen bebas. Tanaman akan tumbuh dan

berkembang dengan baik pada pH optimum yang dikehendakinya. Apabila pH

jenis tanah itu tidak sesuai dengan persyaratan fisiologisnya, pertumbuhan

tanaman akan terhambat. Kemasaman tanah berakibat pula terhadap baik atau

buruknya atau cukup kurangnya unsur hara yang tersedia. Dalam hal ini pada pH

sekitar 6,5 tersedianya unsur hara dinyatakan paling baik. Pada pH dibawah 6,0

unsur P, Ca, Mg, Mo ketersediaannya berkurang. Pada pH dibawah 4,0

ketersediaan unsur makro dan Mo dinyatakan buruk sekali. Pada pH rendah

Universitas Sumatera Utara

Page 25: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

14

ketersediaan Al, Fe, Mn, Bo akan meningkat dan dapat menyebabkan keracunan

bagi tanaman. (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1991).

Nilai pH tanah sangat menentukan ketersediaan dan serapan hara oleh

tanaman. Pada tanah masam ditemukan unsur-unsur beracun. Hal ini disebabkan

oleh terjadinya peningkatan kelarutan unsur mikro (Fe, Mn, Zn, Cu dan Co) pada

jumlah yang besar sehingga bersifat toksik bagi tanaman, sedangkan Mo akan

bersifat racun pada pH yang terlalu alkalin. Selain itu, pH tanah juga menentukan

perkembangan dan populasi mikroba tanah (Sumirat, 2009).

C-Organik

Karbon merupakan komponen utama dari bahan organik. Pengukuran

C-Organik secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui

penggunaan faktor koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini

digunakan adalah faktor Van Bemmelen yaitu 1.724 dan didasarkan pada asumsi

bahwa bahan organik mengandung 58 % karbon (Mukhlis, 2007).

Purba (2009) mengemukakan bahwa kandungan bahan organik tanah

merupakan penentu kualitas tanah untuk tanah mineral, semakin tinggi kandungan

bahan organik maka kualitas tanah mineral tersebut semakin baik.

C-organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar karbon dalam bahan organik

tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga

menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk

kerusakan tanah yang umum terjadi (Hakim dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Page 26: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

15

Kapasitas Tukar Kation

Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca++

, Mg++

, NH4+, H

+, Al

3+

dan sebagainya. Didalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah

atau diserap oleh koloid-koloid tanah.Banyaknya kation yang dapat diserap tanah

persatuan berat tanah dinamakan kapasitas tukar kation (KTK). Kation-kation

yang telah diserap oleh koloid-kolid tanah tersebut sukar tercuci oleh air gravitasi,

tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal

tersebut dinamakan pertukaran kation. Jenis-jenis kation yang telah disebutkan

diatas merupakan kation-kation yang umumnya ditemukan dalam kompleks

jerapan tanah (Brady, 1974).

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah.Tanah dengan KTK tinggi mampu

menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK

rendah. Karena unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air

(Hardjowigeno, 2003).

Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri,

antara lain: reaksi tanah atau pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jumlah mineral

liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukkan (Hakim dkk, 1986).

Kejenuhan basa

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation

basa dengan jumlah semua kation (kation basa dan kation asam) yang terdapat

dalam kompleks jerapan tanah. jumlah maksimum kation yang dapat dijerap tanah

menunjukkan bearnya nilai kapasitas tukar kation (Mukhlis dkk, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

16

Kation basa umumnya merupakan hara yang diperlukan tanaman. Di

samping itu, basa-basa ummnya mudah tercuci sehingga dengan kejenuhan

basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami

pencucian dan merupakan tanah yang subur (Damanik dkk, 2011). Adapun kelas

kejenuhan basa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kelas Kejenuhan Basa (KB) tanah (%). (Mukhlis, 2007)

Kelas Kejenuhan Basa (%)

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

<20

20-35

36-50

51-70

>70

N-Total

Nitrogen adalah salah satu unsur makro yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion NH4+

dan NO3-.

N

merupakan salah satu hara yang banyak mendapat perhatian. Ini dikarenakan

jumlah N yang terdapat di dalam tanah sedikit, sedangkan dalam kebutuhan

tanaman dan kehilangan N pada tanah cukup besar. Menurut Damanik dkk (2010)

menyatakan bahwa kehilangan N dari tanah dapat dalam bentuk gas yang terjadi

karena kegiatan-kegiatan mikroba tanah dan reaksi-reaksi di dalam tanah,

kehilangan akibat pencucian yang diakibatkan oleh lahan gundul/ tanpa tanaman,

dan kehilangan bersama panen.

Adapun nilai dan kriteria N di dalam tanah yang berdasarkan Standar

Internasional (SI) dapat dilihat pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

17

Tabel 6. Nilai dan Kriteria N dalam Tanah Berdasarkan Standar Internasional (SI).

(Hakim dkk, 1986)

Nilai N-Total Kriteria N-Total

< 0,1

0,1 – 0,21

0,22 – 0,51

0,52 – 0,75

> 0,75

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad

renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.

Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara.

Nitrogen dapat masuk melalui air hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat

tergantung pada tempat dan iklim (Hakim dkk, 1986).

Fosfor (P2O5)

Fosfor adalah salah satu unsur hara makro sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman, namun kandungannya lebih rendah

dibandingkan nitrogen, kalium,dan kalsium. Tanaman menyerap P dari tanah

dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- yang terdapat dalam tanah. Ion H2PO4

-

lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang

lebih tinggi (>7) bentuk HPO4- lebih dominan. Disamping ion tersebut, tanaman

dapat menyerap P dalam bentuk asam nukleat, fitin dan fostohumat.

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

Fosfor pada tanaman berfungsi dalam pembelahan sel, pembentukan

albumin, pembentukan dan pematangan buah, perkembangan akar, tahan terhadap

penyakit dan lain-lain. Gejala kekurangan fosfor (P) dapat menyebabakan

pertumbuhan tanaman kerdil karena pembelahan sel terganggu, daun-daun tidak

sempurna serta mudah terserang penyakit (Hakim dkk, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

18

Fosfor secara sederhana disebut sebagai P2O5 yang diekstraksikan atau

larut dalam air dan asam sitrat sehingga kemudian berpengaruh terhadap banyak

hal antara lain berhubungan dengan pH tanah, adanya Al, Fe, dan Ca larut, serta

bahan organik dalam tanah. Adapun kriteria P2O5 dalam tanah dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria P2O5 dalam tanah. (Hakim dkk, 1986)

Kriteria P2O5

(ppm) Reaksi Tanah (pH)

Kriteria KTK

(me/100mg)

< 5 Sangat Rendah < 5

5 – 16 Rendah 5 – 16

17 – 24 Sedang 17 – 24

25 – 40 Tinggi 25 – 40

> 40 Sangat Tinggi > 40

Faktor – faktor yang mempengaruhi ketersediaan fosfor diantaranya pH

tanah, besi dan aluminium yang dapat larut, terdapatnya mineral yang

mengandung besi, aluminium dan mangan, kalsium tersedia dan mineral kalsium,

jumlah dekomposisi bahan organik dan kegiatan mikroorganisme

(Buckman dan Brady, 1982)

Universitas Sumatera Utara

Page 30: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Lahan Perkebunan Tanaman Mentimun Desa

Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat Sumatera Utara dan

analisis tanah dilakukan di PT. Socfin Indonesia. Penelitian ini berlangsung sejak

bulan Juli 2018 sampai dengan bulan Juli 2019.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan ialah Peta Administrasi lokasi penelitian

sebagai peta dasar, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, label sebagai

penanda, serta bahan laboratorium

Adapun alat yang digunakan ialah GPS (Global Positioning System),

cangkul untuk pengambilan sampel tanah, timbangan analitik untuk menimbang

berat tanah, kantong 1 kg sebagai wadah tanah, kertas label untuk penanda

sampel, alat-alat tulis serta alat yang digunakan untuk analisis sampel tanah

dilaboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey sistem acak di Perkebunan

Tanaman Mentimun Desa Namu Ukur Utara Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten

Langkat Sumatera Utara, serta evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode

pencocokkan (matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi

kemampuan lahan dengan cara mencocokkan serta membandingkan antara

karakteristik lahan dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh

potensi disetiap satuan lahan tertentu sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan

aktual. Penentuan SPT (Satuan Peta Tanah) ditentukan dengan cara olah data di

Universitas Sumatera Utara

Page 31: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

20

komputer yang menggunakan fasilitas voronoi yang ada pada program ArcGis.

Voronoi membatasi daerah berdasarkan titik-titik pengambilan sampel tanah,

seperti yang terlampir pada Lampiran 1, Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4,

Lampiran 5, dan Lampiran 6. Titik pengambilan sampel tanah yang mempunyai

kesamaan atau mirip digabung menjadi satu SPT sehingga diperoleh 2 SPT

(Gambar 2).

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun

tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah telaah pustaka, penyediaan lokasi

penelitian, penyusunan usulan penelitian, melakukan survei pendahuluan lokasi

penelitian untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi pencarian informasi

yang sesungguhnya untuk memperinci segala sesuatu yang berhubungan dengan

administrasi data dan yang dibutuhkan saat survei utama dilaksanakan, dan

penyediaan bahan peralatan yang akan digunakan saat survei utama di lapangan.

Pelaksanaan

Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan lapang, pelaksanaan

pengambilan data dengan menggunakan GPS serta pengambilan sampel tanah

dengan cangkul tanah

Analisis Laboratorium

Untuk pengamatan kimia tanah maka diperlukan contoh tanah yang telah

diambil di lapangan untuk analisis pH, C-Organik, dan Kapasitas Tukar Kation,

Kejenuhan basa, N-Total, P205, dan Tekstur Tanah.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

21

Penilaian Kesesuaian Lahan

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan menggunakan pencocokkan

(matching) antara kebutuhan lahan oleh tanaman dengan sifat/ciri yang dimiliki

lahan yang didasarkan pada faktor pembatas utama. Adapun peta lokasi penelitian

dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 33: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan overlay pada peta kelas kesesuaian lahan setiap titik sampel

diperoleh 2 SPT. Deskripsi 2 SPT tersebut tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi SPT 1, SPT 2.

No. Parameter SPT1 SPT 2

1. Temperatur Tahunan

(oC)

25,6 25,6

2. Kemiringan Lereng (%) 1 1

3. Drainase Baik Baik

4. Kedalaman Efektif (cm) 54 54,5

5. Tekstur Pasir Berlempung Lempung Berpasir

6. pH 5.22 5.05

7. C-Organik (%) 0.67 1.91

8. KTK (me/100g) 16.45 20.38

9. Kejenuhan Basa (%) 29.42 29.24

10. N Total (%) 0.31 0.42

11. P2O5 (ppm) 142.93 148.86

Adapun peta kesesuaian lahan aktual dari SPT 1 dan SPT 2 tertera pada

Gambar 2.

Gambar 2. Peta Kesesuaian Lahan Aktual

Universitas Sumatera Utara

Page 34: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

23

Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di

laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mentimun pada SPT 1

di tampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Kesesuaian Lahan Untuk SPT 1

Karakteristik

Lahan

Hasil Keterangan Kelas

Kesesuaian

Lahan Aktual

Kelas

Kesesuaian

Lahan

Potensial

Temperatur (t)

1. Rata-rata

tahunan (oC)

25,6

Sangat baik

S1

S1

Ketersediaan air

(w)

1. Curah hujan

tahunan (mm)

5405,52

Kurang baik

S3

S2

Media Perakaran

(r)

1. Drainase

2. Tekstur

3. Kedalaman

efektif (cm)

Baik

Pasir

berlempung

54

Baik

Agak kasar

Sangat baik

S1

S3

S1

S1

S3

S1

Retensi Hara (f)

1. KTK

(me/100mg)

2. Kej. Basa

3. pH H2O

4. C. Organik

16,45

29,42

5,22

0,67

Cukup baik

Cukup baik

Agak Masam

Baik

S1

S2

S3

S3

S1

S1

S2

S2

Hara Tersedia (n)

1. N. Total

2. P2O5

0,31

142,93

Sedang

Tinggi

S1

S1

S1

S1

Bahaya Erosi (s)

1. Kemiringan

lereng (%)

1

Sangat baik

S1

S1

S3-wrf

(ketersediaan

air, media

perakaran,

retensi hara)

S3-r

(media

perakaran)

Dari tabel evaluasi kesesuaian lahan SPT 1 diatas ditemukan bahwa kelas

kesesuaian lahan aktual untuk SPT 1 adalah s3-wrf dan kelas kesesuaian lahan

potensialnya adalah s3-r. Pada kelas kesesuaian lahan aktual nilai dari curah

Universitas Sumatera Utara

Page 35: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

24

hujan, tekstur, pH, dan C-Organik berada pada kelas S3 dimana itu berarti

diperlukannya penanggulangan agar kebutuhan pertumbuhan tanaman mentimun

terpenuhi.

Curah hujan pada SPT 1 adalah 5405,52 mm ini merupakan curah hujan

yang tinggi bagi mentimun karena curah hujan optimal bagi mentimun adalah

400-700 mm. Terkonsentrasinya curah hujan yang tinggi pada waktu yang singkat

pada awalnya akan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan intersepsi tanaman

meningkat pesat, sehingga begitu air hujan datang lagi sebagian besar air akan

ditransfer menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil (5-10%) saja yang

disimpan dalam tanah. (Fink dkk, 1980). Akibatnya pada musim hujan terjadi

banjir di hilir daerah aliran sungai (DAS). Informasi curah hujan terlampir pada

Lampiran 7.

Pada SPT 1 tekstur tanah juga menunjukkan kelas S3 yang berarti tanah

pasir berlempung sesuai marginal pada tanaman mentimun. Karena tekstur tanah

pasir berlempung agak kasar bagi pertumbuhan tanaman mentimun karena

pergerakan akar dalam tanah tidak bebas dan unsur hara susah untuk masuk ke

dalam tanah. Di Indonesia tanaman mentimun tersebar hampir diseluruh wilayah

dan umumnya ditanam di dataran rendah sampai menengah dengan ketinggian

sekitar 200 – 800 m dpl. Pertumbuhan optimal dapat dicapai pada lahan dengan

ketinggian 400 m dpl. Tekstur tanah yang dikehendaki adalah tanah berkadar liat

rendah dengan pH tanah sekitar 6 – 7.

(Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran & Biofarmaka, 2008).

Pada karakteristik lahan retensi hara, pH dan C-Organik berada pada kelas

S3. pH pada SPT 1 adalah 5,31 atau menunjukkan bahwa tanah tersebut agak

Universitas Sumatera Utara

Page 36: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

25

masam. Tanah masam umumnya berkembang dari bahan induk tua dengan pH

kurang dari 5,5 dan aluminium yang dapat ditukar dalam tanah yang tinggi

(Hairiah dkk, 2000). Tingkat kemasaman tanah, selain mempunyai pengaruh

langsung terhadap tanaman, juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara.

C-Organik pada SPT 1 adalah 0,67 sementara C-Organik tanaman

mentimun yang optimum adalah >1,2. C-Organik yang rendah juga dapat

mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih buruk secara fisik, kimia dan biologi.

Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan

C-organik dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga

meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan

bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, dan fiksasi N.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

26

Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di

laboratorium, maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman mentimun pada SPT 2

di tampilkan pada Tabel 10.

Tabel 10. Kesesuaian Lahan Untuk SPT 2

Karakteristik

Lahan

Hasil Keterangan Kelas

Kesesuaian

Lahan Aktual

Kelas

Kesesuaian

Lahan Potensial

Temperatur (t)

1. Rata-rata

tahunan (oC)

25,6

Sangat baik

S1

S1

Ketersediaan air

(w)

1. Curah hujan

tahunan (mm)

5405,52

Kurang baik

S3

S2

Media Perakaran

(r)

1. Drainase

2. Tekstur

3. Kedalaman

efektif (cm)

Baik

Lempung

berpasir

54,5

Baik

Sedang

Sangat baik

S1

S2

S1

S1

S2

S1

Retensi Hara (f)

1. KTK

(me/100mg)

2. Kej. Basa

3. pH H2O

4. C. Organik

20,38

29,24

5,05

1,91

Cukup baik

Sedang

Agak Masam

Cukup baik

S1

S2

S3

S1

S1

S1

S2

S1

Hara Tersedia (n)

1. N. Total

2. P2O5

0,42

148,86

Rendah

Tinggi

S1

S1

S1

S1

Bahaya Erosi (s)

1. Kemiringan

lereng (%)

1

Sangat baik

S1

S1

S3-wf

(ketersediaan

air, retensi

hara)

S2-wrf

(ketersediaan

air, retensi hara,

media

perakaran)

Dari tabel evaluasi kesesuaian lahan SPT 2 diatas diperoleh kelas

kesesuaian lahan aktual adalah S3-wf dan kelas kesesuaian lahan potensial

Universitas Sumatera Utara

Page 38: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

27

S2-wrf. Pada karakteristik lahan ketersediaan air curah hujan berada pada kelas

S3. Dan pada karakteristik lahan retensi hara pH berada pada kelas S3.

Curah hujan pada SPT 2 adalah 5405,52 mm ini merupakan curah hujan

yang tinggi bagi mentimun karena curah hujan optimal bagi mentimun adalah

400-700 mm. Terkonsentrasinya curah hujan yang tinggi pada waktu yang singkat

pada awalnya akan menyebabkan tanah menjadi jenuh dan intersepsi tanaman

meningkat pesat, sehingga begitu air hujan datang lagi sebagian besar air akan

ditransfer menjadi aliran permukaan dan hanya sebagian kecil (5-10%) saja yang

disimpan dalam tanah (Fink dkk, 1980). Akibatnya pada musim hujan terjadi

banjir di hilir daerah aliran sungai (DAS). Informasi curah hujan terlampir pada

Lampiran 7.

pH pada SPT 2 adalah 5,05 atau menunjukkan bahwa tanah tersebut agak

masam. Tanah masam umumnya berkembang dari bahan induk tua dengan pH

kurang dari 5,5 dan aluminium yang dapat ditukar dalam tanah yang tinggi

(Hairiah dkk, 2000). Tingkat kemasaman tanah, selain mempunyai pengaruh

langsung terhadap tanaman, juga berpengaruh pada ketersediaan unsur hara.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

28

Pembahasan

Dari Tabel kesesuaian lahan SPT 1, diperoleh data bahwa hasil kesesuaian

lahan aktual adalah S3-wrf, dan hasil kesesuaian lahan potensial adalah S3-r.

Curah hujan yang tinggi tidak baik untuk tanaman mentimun, karena tanaman

mentimun dikenal sebagai tanaman yang tidak begitu tahan terhadap curah hujan

yang tinggi karena dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Terlebih pada saat

tanaman berbunga, curah hujan yang tinggi dapat menggugurkan bunga. Hal ini

sesuai dengan Sumpeno (2011) yang menyatakan bahwa curah hujan dapat

mengganggu pertumbuhan mentimun pada saat berbunga karena dapat

menggugurkan bunga mentimun tersebut. Hal ini dapat diatasi dengan membuat

saluran air atau drainase yang dapat menampung jumlah air yang berlebih, Hal ini

didukung oleh Kartasapoetra dkk (2000) yang menyatakan bahwa dalam mengatur

aliran air dapat dilakukan dengan membuat jalur- jalur pengaliran air.

Tekstur pada SPT 1 berada pada kelas S3, tekstur pasir berlempung sesuai

marginal bagi tanaman mentimun. Tekstur pasir berlempung termasuk kriteria

agak kasar bagi perkembangan mentimun dan dapat mengganggu pergerakan akar

di dalam tanah. Hal ini sesuai dengan Wijoyo (2012) yang menyatakan bahwa

tekstur tanah yang baik untuk pertumbuhan memtimun adalah tekstur tanah yang

halus, agak halus, dan sedang. Tekstur tidak dapat diperbaiki karena dipengaruhi

oleh faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, waktu, dll.

Pada faktor pembatas retensi hara pH dan C-Organik berada pada kelas

kesesuaian lahan S3. pH yang bersifat agak masam dapat mempengaruhi

pertumbuhan akar di dalam tanah dan bersifat meracun. Hal ini sesuai dengan

Islami dan Utomo, (1995) yang menyatakan bahwa perkembangan sistem

Universitas Sumatera Utara

Page 40: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

29

perakaran dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas) dan faktor luar (lingkungan),

salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhinya adalah keasaman tanah,

dimana pH kurang dari 6 terjadi peningkatan kelarutan aluminium, dan besi

sehingga beracun dan akan menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi pH

yang agak masam dapat dilakukan dengan pengapuran yang dapat membuat asam

dalam tanah menjadi netral. Hal ini sesuai dengan Kuswandi (1993) yang

menyatakan bahwa pengapuran berfungsi menetralisasi kemasaman tanah

sehingga keracunan akar dapat diminimalkan.

Pengaruh kemasaman tanah dapat dibedakan atas 2, yaitu pengaruh

kemasaman tanah langsung pada tanaman dan pengaruh kemasaman tanah yang

tak langsung. Pengaruh langsung terjadi terhadap adaptasi tanaman sendiri dengan

tanah yang asam, dan Al yang meracun bagi tanaman. Pengaruh tak langsung

terjadi terhadap tanaman yang berkaitan dengan defisiensi kation-kation basa,

defisiensi fosfat, dan molibdat (Mukhlis dkk, 2011).

C-Organik yang terlalu sedikit dalam tanah juga dapat mempengaruhi sifat

tanah menjadi lebih buruk secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan

sumber makanan mikroorganisme tanah, sehingga keberadaan C-organik dalam

tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses

dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan

mikroorganisme, misalnya pelarutan P, dan fiksasi N. Hal ini sesuai dengan Anas

dkk (1997) yang menyatakan bahwa bahan organik merupakan energi bagi makro

dan mikro organisme dalam tanah. Salah satu faktor yang dapat membuat

mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di tanah adalah

Universitas Sumatera Utara

Page 41: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

30

dengan bahan organik yang cukup. Jumlah C. Organik yang rendah dapat diatasi

dengan memberikan atau menambahkan bahan-bahan organik dalam tanah.

Kejenuhan basa pada SPT 1 termasuk dalam kelas sedang. Kejenuhan basa

merupakan penentu kesuburan tanah, semakin subur tanah maka semakin tinggi

tingkat persentase kejenuhan basa. Untuk mengatasi tingkat kejenuhan basa hal

yang dapat dilakukan adalah melakukan pengapuran karena dapat menambah Ca

dan Mg pada tanah yang berkejenuhan basa rendah. Hal ini sesuai dengan Tan

(1998) yang menyatakan bahwa cara yang paling tepat dalam meningkatkan

kejenuhan basa dan mentralisir tingkat keasaman tanah adalah dengan melakukan

pengapuran.

Dari Tabel kesesuaian lahan SPT 2, bahwa hasil kesesuaian lahan aktual

adalah S3-wf dan kesesuaian lahan potensial S2-wrf. Curah hujan pada SPT 2

berada pada kelas sesuai marginal yaitu S3. Curah hujan yang tinggi dapat

menyebaban gugurnya bunga mentimun yang berarti tidak baik bagi pertumbuhan

mentimun dan juga tidak bagus bagi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Fink

dkk (1980) yang menyatakan bahwa Terkonsentrasinya curah hujan yang tinggi

pada waktu yang singkat pada awalnya akan menyebabkan tanah menjadi jenuh

dan intersepsi tanaman meningkat pesat, sehingga begitu air hujan berikutnya

datang sebagian besar air akan ditransfer menjadi aliran permukaan dan hanya

sebagian kecil (5-10%) saja yang disimpan di dalam tanah. Untuk menanggulangi

maka diperlukan drainase yang baik, agar volume air terjaga. Hal ini didukung

oleh Kartasapoetra dkk (2000) yang menyatakan sistem drainase yang layak akan

dapat mencegah kerusakan tanah dan mencegah terlalu lamanya tanah tergenang

air secara berlebihan.

Universitas Sumatera Utara

Page 42: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

31

Pada karakteristik lahan retensi hara, kelas kesesuaian lahan dari pH

adalah S3. Tanah yang terlalu masam dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

pergerakan akar. Maka dari itu untuk menanggulangi pH yang terlalu rendah

didalam tanah dapat dilakukan dengan pengapuran. Pengapuran pada tanah dapat

juga meningkatkan ketersediaan kalsium dan fosfor, mengurangi keracunan. Hal

ini sesuai dengan Wijarnako dan Taufiq (2004) yang menyatakan bahwa Salah

satu tujuan pengapuran pada tanah masam adalah untuk meningkatkan pH tanah.

Selain dapat meningkatkan pH tanah, pengapuran juga dapat meningkatkan

ketersediaan kalsium dan fosfor, mengurangi keracunan Al serta meningkatkan

kapasitas tukar kation (KTK).

Pada faktor pembatas tekstur dan kejenuhan basa, masing-masing berada

pada kelas S2. Kelas kesesuaian ini tergolong cukup baik namun masih dapat

ditingkatkan menjadi kelas S1. Tekstur lempung berpasir cukup baik pada

tanaman mentimun, namun untuk membuat tekstur menjadi lebih baik dan sesuai

untuk tanaman mentimun tidak dapat dilakukan. Karena tekstur dipengaruhi oleh

faktor-faktor pembentuk tanah, seperti iklim, waktu, bahan induk dan lain-lain.

Kejenuhan basa pada SPT 2 termasuk dalam kelas sedang, dan dapat

ditanggulangi agar menjadi kelas S1 dengan cara melakukan pengapuran, karena

pengapuran mengandung Ca dan Mg yang dapat membuat kemasaman tanah

menjadi netral. Hal ini sesuai dengan Tan (1998) yang menyatakan bahwa cara

yang paling tepat dalam meningkatkan kejenuhan basa dan mentralisir tingkat

keasaman tanah adalah dengan melakukan pengapuran.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penentuan SPT (Satuan Peta Tanah) ditentukan dengan cara olah data di

komputer yang menggunakan fasilitas voronoi yang ada pada program

ArcGis. Voronoi membatasi daerah berdasarkan titik-titik pengambilan

sampel tanah, titik pengambilan sampel tanah yang mempunyai kesamaan

atau mirip digabung menjadi satu SPT sehingga diperoleh 2 SPT.

2. SPT 1 mempunyai kelas kesesuaian lahan S3-wrf yang artinya sesuai

marginal dengan faktor pembatas curah hujan, media perakaran dan retensi

hara dimana kendala yang ada pada daerah ini adalah tekstur tanah agak

kasar, dan masalah kesuburan tanah. Kelas kesesuaian lahan potensialnya

adalah S3-r yang artinya sesuai marginal dengan faktor pembatas tekstur.

3. SPT 2 mempunyai kelas kesesuaian lahan S3-wf yang artinya sesuai

marginal dengan faktor pembatas curah hujan dan retensi hara. Kendala

yang ada pada daerah ini adalah masalah kesuburan tanah. Kelas

kesesuaian lahan potensial adalah S2-wrf yang artinya sesuai dengan

faktor pembatas curah hujan, media perakaran dan retensi hara

Universitas Sumatera Utara

Page 44: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

33

Saran

1. Pada SPT 1 masalah kesuburan tanah dan curah hujan yang tinggi

disarankan melakukan pengapuran, dan perbaikan drainase.

2. Pada SPT 2 masalah kesuburan dan curah hujan yang tinggi disarankan

melakukan penambahan pupuk N pada tanah dan memperbaiki drainase.

3. Penanaman tanaman mentimun dapat dilakukan pada bulan yang memiliki

curah hujan 400-700 mm/bulan yaitu pada bulan Agustus hingga bulan

Desember.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah T. S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Jakarta.

Anas, I., D. A. Santosa, dan R Widyastuti. 1997. Penggunaan ciri mikrobiologi

dalam mengevaluasi degradasi tanah. Buku I: 607-615 dalam Subagyo,

H., S. Sabiham, R Shofiyati, A. B. siswanto, F. Agus, A. Rachman dan S.

Ropiq (Eds.). Prosiding Kongres Nasional VI HITI. Bogor.

Balai Besar Sumber Daya Lahan dan Pengembangan Pertanian. 2011. Petunjuk

Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Kementerian

Pertanian.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Langkat, 2019.

Kecamatan Sei Bingai Dalam Angka 2019. Stasiun Klimatologi Sei

Bingai Kabupaten Langkat.

Brady. 1974. Soil Physics. London: John Willey and Sons

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara.

Jakarta. 788 hal.

Damanik, M.M.B., E.H. Bachtiar., Fauzi., Sarifuddin dan H. Hamidah. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan

Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2008. SOP Budidaya

Mentimun. Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.

Djaenuddin D., Marwan H., Subagyo H., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis

Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Fink DH, GW, Frasier and KR, Cooley,1980. Water Harvesting y Wax-treated

Soil Surface : Progress, Problems and Potential. Agriculture Water

management 3, 125-134.

Foth, 1994. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Jakarta. 368 Hal

Hairiah, K, Utami, SR, Suprayogo, D, Widianto, Sitompul, SM, Sunaryo,

Lusiana, B, Mulia, R, van Nordwijk, M, Cadisch, G. 2000. Agroforestri

pada tanah masam di daerah tropika basah: pengelolaan interaksi antara

pohon-tanaman semusim. International Centre for Research in

Agroforestry (ICRAF). Bogor.

Hakim, N., M. Y., Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong,

H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,

Lampung.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

35

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta : Akademika

Pressindo. 250 hal.

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. 288 hal.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Islami, T. dan W.H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP

Semarang Press, Semarang.

Kartasapoetra, G. A. G, Kartasapoetra dan M M. Sutejo. 2000. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta. Jakarta.

Kim H. Tan. (1997). Degradasi mineral tanah oleh asam organik. In Interaksi

Mineral Tanah dengan Bahan Organik dan Mikrobia. (Eds P.M. Huang

and M. Schnitzer) (Transl. Didiek Hadjar Goenadi), pp. 1-42. Gadjah

Mada University Press,Yogyakarta.

Kuswandi, 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

Mukhlis, 2007. Analisis Tanah Dan Tanaman. USU press, Medan. 155 Hal

Mukhlis, Sarifuddin, dan Hanum. 2011. Kimia Tanah. USU Press, Medan. Hal:

193-194.

Purba, M. P. 2009. Besar Aliran Permukaan (Run Off) pada Berbagai Tipe

Kelerengan dibawah Tegakan Eucalyptus spp. Skripsi. Departemen

Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rodriguez-Iturbe I, GK Vogel, R Rigon. D Entekhabi, F Castelli and A Rinaldo.

1995. On the Spatial Organisation of Soil Moisture Fields. Geophysical

Research Letters 20 (20), 2757 2760.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius,

Yogyakarta.

Sitorus Santun. 1985. Evaluasi Sumber daya Lahan. Bandung : Tarsito.

Sumirat V. 2009. Dinamika Eh, pH, Mn dan Fe Pada Tanah Tergenang: Pengaruh

Perlakuan Gambut Saprik [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Program

Studi Manajemen Sumberdaya Lahan Departemen Ilmu Tanah dan

Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian.

Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya. 92

hal

Sumpeno Wahjudin (2011). Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh,

Reinforcement Action and Development.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

36

Sutejo M.M. dan Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka

Cipta

Sutanto R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Kanisius.

Yogyakarta.

Sutono, S., A. Abdurachman dan I. Juarsah. 1995. Perbaikan tanah Podsolik

Merah Kuning menggunakan bahan organik dan anorganik: suatu

percobaan rumah kaca. Pros. Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi

Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat. Hal.17–38.

Tan, K.H. 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta. 489 hal

Wijoyo, P.M. 2012. Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan. Jakarta: PT

Pustaka Agro Indonesia. 69 hal

Wijanarko A. dan A. Taufiq. 2004. Pengelolaan Kesuburan Lahan Kering Masam

Untuk Tanaman Kedelai. BULETIN PALAWIJA NO. 7 & 8,

Universitas Sumatera Utara

Page 48: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Retensi Hara

Universitas Sumatera Utara

Page 49: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

38

Lampiran 2. Peta Bahaya Erosi

Universitas Sumatera Utara

Page 50: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

39

Lampiran 3. Peta Hara Tersedia

Universitas Sumatera Utara

Page 51: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

40

Lampiran 4. Ketersediaan Air

Universitas Sumatera Utara

Page 52: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

41

Lampiran 5. Media Perakaran

Universitas Sumatera Utara

Page 53: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

42

Lampiran 6. Peta Temperatur

Universitas Sumatera Utara

Page 54: EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN MENTIMUN (Cucumis

43

Lampiran 7. Informasi Curah Hujan

Informasi Curah Hujan (mm)

Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

Pada tahun 2014-2018

Thn Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agu Sep Okt Nov Des Rataan

2014 90 269 457 430 745 166 137 201 436 242 451 505 344,08

2015 102 117 291 281 241 222 230 392 685 383 504 554 333,50

2016 384 301 402 274 763 657 786 613 598 515 497 570 530,00

2017 379 319 417 280 719 686 770 621 581 522 501 562 529,75

2018 361 322 398 265 697 671 749 603 559 535 511 509 515,00

450,46

Sumber : BMKG Sampali (2019)

Universitas Sumatera Utara