Upload
lethu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN
KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA
TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh:
IKA NUR ATIKOH
NIM: 1111101000138
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
TAHUN 2015
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Skripsi, Oktober 2015
Nama: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138
Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
xvii + 103 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 3 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang: Malaria merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian jika tidak ditangani dengan segera. Salah satu daerah endemis Malaria
ialah Purbalingga. Kasus Malaria di Desa Selakambang meningkat dari 23 kasus
menjadi 91 kasus pada tahun 2014 dan menyumbang 80,5% kasus Malaria di
Kecamatan Kaligondang yang menyebabkan Purbalingga termasuk dalam daerah
endemis Malaria.
Tujuan: Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria
di Desa Selakambang.
Metode: Desain studi yang digunakan ialah cross sectional dengan populasi
penelitian adalah seluruh warga di Desa Selakambang. Sampel diambil dengan
teknik stratified random sampling sebanyak 138 orang. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ialah lembar kuesioner dengan analisis hubungan menggunakan
uji Chi Square.
Hasil: Sebanyak 12 orang dari 138 sampel diketahui menderita Malaria. Sebagian
besar penderita Malaria ialah perempuan (66,7%), berusia 25 – 45 tahun (58,3%)
dan memiliki pekerjaan berisiko (58,3%). Ada hubungan yang signifikan antara
pekerjaan (p.value = 0,001), pemakaian kelambu (p.value = 0,000) dan
keberadaan ternak (p.value = 0,035) dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang.
Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang ialah faktor demografi individu (pekerjaan), faktor perilaku
(penggunaan kelambu) dan faktor lingkungan (keberadaan kandang ternak).
Puskesmas Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga diharapkan
tetap memberikan penyuluhan terkait Malaria dan membuat program ataupun
kebijakan yang terfokus pada ketiga faktor risiko tersebut.
Kata Kunci: Faktor risiko, Malaria, Purbalingga
Daftar Bacaan: 80 (1989 – 2015)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH MAJOR
ENVIRONMENTAL HEALTH
Undergraduate Thesis, October 2015
Name: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138
Factors Associated to the Incidence of Malaria in Selakambang, Kaligondang,
Purbalingga 2014
xvii + 103 pages, 10 tables, 2 pictures, 2 schemes, 3 attachments
ABSTRACT
Background: Malaria can be fatal if not treated immediately. One of the areas
where Malaria is endemic is Purbalingga. Cases of Malaria in Selakambang
increased from 23 cases to 91 cases in 2014 and 80.5% of the cases are in district
Kaligondang. It makes Purbalingga as Malaria-endemic areas.
Objective: to find out factors associated to the incidence of Malaria in the village
Selakambang.
Methods: The study design used is cross sectional study, population is all
residents in the village Selakambang. Samples were taken with stratified random
sampling of at least 138 people. The instrument used in this study is the
questionnaire and technique data analysis using Chi Square test.
Results: There are 12 of the 138 samples were suffering from Malaria. Most
patients with Malaria are women (66.7%), aged 25-45 years (58.3%) and have a
risky job (58.3%). There is a significant relationship between the type of work
(p.value = 0.001), use of mosquito nets (p.value = 0.000) and the presence of
cattle (p.value = 0.035) with the incidence of Malaria in the village Selakambang.
Conclusion: Factors associated to the incidence of Malaria in Selakambang is
individual demographic factors (work), behavioral factors (use of mosquito nets)
and environmental factors (the existence of cattle). Kaligondang Health Center
and District Health Offices of Purbalingga must to continue to provide counseling
related to Malaria and make program or policy that focuses on these three risk
factors.
Keywords: Risk factors, Malaria, Purbalingga
Reference: 80 (1989 – 2015)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vi
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Percayalah bahwa sesuatu yang dilandasi dengan keyakinan akan dapat tercapai.
“Apa yang Anda yakini, itu yang akan terjadi”
---------
Atas segala rahmat, ni’mat, ridho dan karunia Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi
kemudahan dan segala keajaiban pada penulis, serta dengan melimpahkan sholawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Papa dan Mama
Semoga skripsi ini dapat menjadi karya yang layak untuk sedikit mewakili rasa terimakasihku
untuk Papa dan Mama atas segala usaha, do’a, kasih sayang dan semangat yang dengan tulus
diberikan padaku. Trimakasih atas kepercayaan yang diberikan padaku bahwa aku pasti bisa
sampai sejauh ini.
Nila dan Agha
Keceriaan yang kalian berikan selalu memberikan warna dan semangat sepanjang proses
penyelesaian skripsi ini. Kedua adikku tersayang, karya ini ada karena kalian.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ika Nur Atikoh
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 13 Juli 1994
Warganegara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Al Ikhlas, Kembangan RT 04/07, Kecamatan
Bukateja, Kabupaten Purbalingga
Telepon : 085740264830
Email : [email protected]
Pendidikan Formal:
1. RA Diponegoro (1998 – 1999)
2. MI YAPPI Kembangan I (1999 – 2005)
3. MTs Minhajut Tholabah Bukateja (2005 – 2008)
4. MA Minhajut Tholabah Bukateja (2008 – 2011)
5. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Kesehatan Lingkungan (2011 – 2015)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan tidak ada halangan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014” ini penulis susun untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).
Selama proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat dan sangat
membantu penulis baik dalam hal moril maupun materiil. Untuk itu, penulis
sampaikan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama, yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat
kepada penulis sehingga penulis tidak putus asa dalam menyelesaikan skripsi
ini.
2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat
yang membangun.
3. Ketua Program Studi, Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D beserta jajaran
dosen khususnya Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I
dan Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberikan ilmu dan petunjuk dalam mengerjakan skripsi ini sehingga
penulis tahu kemana arah dan tujuan pembuatan skripsi ini.
4. Kepala Puskesmas Kaligondang dan Kepala Desa Selakambang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
x
5. Kepala Dusun 2, Kepala Dusun 3 dan Kepala Dusun 5 Desa Selakambang
atas semua jasa dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses
pengambilan data.
6. Nila, atas kesetiannya menemani penulis selama proses pengambilan data
hingga selesainya skripsi.
7. Agha dan Mas Faishal yang selalu menghibur saat bosan, menemani saat
lelah dan membakar kembali semangat penulis ketika mulai padam.
8. Pak Azib Rasyidi yang senantiasa meluangkan waktu disela – sela
kesibukannya untuk membantu proses penyelesaian administrasi sampai
akhir.
9. Keluarga CSSMoRA UIN Jakarta khususnya CSSMoRA 2011 untuk Kesmas
Bahagia, Keluarga Jambu dan Keluarga Cemara.
10. Teman – teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2011 khususnya
peminatan Kesehatan Lingkungan, Keluarga ENVIHSA, DEMA FKIK dan
PMII KOMFAKKES atas pengalaman luar biasa yang dapat memotivasi
penulis.
11. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas
semua jasa dan waktu yang disediakan untuk penulis guna menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi
siapapun yang membacanya. Akhir kata, semua kritik dan saran penulis nantikan
untuk perbaikan kedepan. Terimakasih.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 11
A. Pengertian Malaria .................................................................................... 11
B. Gejala Malaria ........................................................................................... 12
C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria .............................................................. 14
1. Faktor Host .......................................................................................... 14
2. Faktor Agent ........................................................................................ 22
3. Faktor Lingkungan .............................................................................. 24
D. Kerangka Teori .......................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 34
A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 34
B. Definisi Operasional .................................................................................. 40
C. Hipotesis .................................................................................................... 48
xii
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 49
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 49
C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 49
D. Pengumpulan Data .................................................................................... 52
1. Sumber Data ........................................................................................ 52
2. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 53
3. Instrumen Penelitian ............................................................................ 53
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 54
F. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 58
A. Gambaran Tempat Penelitian .................................................................... 58
1. Profil Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga.......................................................................................... 58
2. Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ............................. 59
B. Analisis Univariat ...................................................................................... 60
1. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Demografi Penduduk
pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ................................................... 60
2. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Perilaku pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014 ..................................................................... 61
3. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014 ..................................................................... 62
C. Analisis Bivariat ........................................................................................ 64
1. Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014 .......................................................................................... 64
2. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014 ..................................................................................................... 65
xiii
3. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014 ..................................................................................................... 66
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 68
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 68
B. Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Bukateja Kabupaten
Purbalingga ................................................................................................ 69
C. Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014 ................................................................................................ 70
1. Usia...................................................................................................... 70
2. Jenis Kelamin ...................................................................................... 72
3. Pekerjaan ............................................................................................. 73
D. Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014 ........................................................................................................... 75
1. Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari .......................................... 75
2. Penggunaan Kelambu .......................................................................... 78
3. Pemasangan Kasa Anti Nyamuk ......................................................... 80
4. Penggunaan Obat Nyamuk .................................................................. 82
E. Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014 ................................................................................................ 83
1. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk........................................... 83
2. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk ............................ 85
3. Keberadaan Kandang Ternak .............................................................. 87
4. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak................................................ 88
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 90
A. Simpulan .................................................................................................... 90
B. Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 40
Tabel 4.1 Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang ....................... 53
Tabel 4.2 Hasil r Hitung Pertanyaan Terkait Variabel yang diteliti ................... 56
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ............................ 61
Tabel 5.2 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Demografi Penduduk
Pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................. 61
Tabel 5.3 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Perilaku pada Masyarakat
di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014 .................................................................... 62
Tabel 5.4 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................. 64
Tabel 5.5 Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014 .................................................................... 65
Tabel 5.6 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014 ......................................................................................... 66
Tabel 5.7 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014 ......................................................................................... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles .................................................... 17
Gambar 2.2 Siklus Hidup Plasmodium ................................................................ 24
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................... 33
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit serius dan fatal yang ditularkan oleh
nyamuk dan jika tidak segera diobati maka penderita akan mengalami
komplikasi yang parah dan dapat meninggal (CDC, 2015). Menurut WHO
(2014), angka kematian Malaria di dunia pada tahun 2013 masih mencapai
47% dan 78% diantaranya ialah anak – anak yang berumur dibawah 5 tahun.
Indonesia masih menjadi negara transmisi Malaria atau berisiko
Malaria karena pada tahun 2010 terdapat 229.819 kasus positif Malaria dan
meningkat menjadi 256.592 kasus pada tahun 2011 (Kemenkes, 2012). Sesuai
profil kesehatan Indonesia tahun 2010, terdapat sekitar 80% kabupaten/kota
di Indonesia termasuk kategori endemis Malaria dengan lebih dari 45%
penduduknya berdomisili di desa endemis. Pada tahun 2013, data
menunjukkan bahwa terdapat 14% daerah endemis tinggi Malaria dan 71%
daerah endemis rendah Malaria di Indonesia (Kemenkes, 2014).
Sedangkan untuk Annual Paracite Incidence (API) di Indonesia pada
tahun 2013 mencapai 1,38 per 1000 penduduk, artinya masih ada 138
penduduk yang sakit Malaria dari 100.000 penduduk. Angka tersebut masih
belum mencapai target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan RI yakni
<1,25 per 1000 penduduk pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). Selain itu,
lebih dari 70% kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh diare, pneumonia,
campak, malnutrisi dan Malaria (Depkes, 2008).
2
Jika dilihat dari tren API untuk Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan
Jawa Timur, angka API Provinsi Jawa Tengah sampai tahun 2013 belum
mencapai 0,00 (Kemenkes, 2014). Pada tahun 2015, Pulau Jawa beserta dua
Provinsi NAD dan Kepulauan Riau telah ditargetkan menjadi sasaran
eliminasi Malaria tahap II oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes, 2011).
Angka API di Jawa Tengah secara berturut-turut selama 7 tahun
terakhir (tahun 2007 – 2013) masih fluktuatif yakni 0,12; 0,07; 0,08; 0,1;
0,01; 0,03; 0,04 per 1000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa Malaria
masih menjadi masalah di Jawa Tengah (Kemenkes, 2014). Menurut data
Riskesdas, sebanyak 7,1% penderita bertempat tinggal di daerah pedesaan
dan sebanyak 7,8% merupakan petani, nelayan atau buruh (Kemenkes, 2013).
Selain itu, diketahui masih terdapat 2.420 kasus Malaria di Jawa Tengah pada
tahun 2012 (Dinkes, 2012).
Data menunjukkan bahwa Purbalingga pernah mengalami Kejadian
Luar Biasa (KLB) Malaria pada tahun 2003 dengan 1.418 kasus positif
terdapat Plasmodium, sp dan tahun 2010 dengan 952 kasus positif terdapat
Plasmodium, sp. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (2014)
penyakit menular yang terdapat di Purbalingga antara lain ialah Malaria, TB
paru, HIV/AIDS, ISPA dan kusta. Malaria diketahui sebagai penyakit
menular dengan kasus tertinggi di Purbalingga yang angka kasusnya
meningkat tajam dari 1.355 kasus di tahun 2012 menjadi 1.943 kasus di tahun
2013. Pada tahun 2013, kasus tersebut tersebar di 9 kecamatan di Purbalingga
dengan 187 diantaranya dinyatakan positif terdapat Plasmodium, sp didalam
darah.
3
Selama lima tahun terakhir terdapat 5 kecamatan yang masih terdapat
kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga yaitu Pengadegan, Karanganyar,
Karangmoncol, Rembang dan Kaligondang. Namun pada tahu 2014, dari
kelima kecamatan tersebut kasus terbanyak berada di Kecamatan
Kaligondang yaitu sebanyak 113 kasus dengan 91 kasus tersebut berada di
Desa Selakambang dengan API 11,83 per 1000 penduduk (DKK, 2014).
Responden dalam penelitian tentang Malaria yang dilakukan oleh
Nurbayani (2013) sebagian besar (43,4%) bekerja sebagai buruh, sedangkan
dalam penelitian Bagaray et al. (2015) sebesar 73,7% respondennya bekerja
sebagai petani. Menurut beberapa penelitian keluar rumah pada malam hari
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria seperti
penelitian yang dilakukan oleh Asa et al. (2015), Bagaray et al. (2015) dan
Budiyanto (2011). Yawan (2006) dan Rooroh (2013) juga mendukung
pernyataan tersebut bahwa orang yang keluar rumah pada malam hari
memiliki risiko lebih besar terkena Malaria dibandingkan dengan orang yang
tidak keluar rumah pada malam hari.
Selain itu, penggunaan kelambu juga merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian Malaria sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Nurbayani (2013), Erdinal et al. (2006) dan Bagaray et al. (2015).
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahrain et
al. (2015) dan Yawan (2006).
Menurut Syahrain et al. (2015), Sagay et al. (2015) dan Nurfitrianah et
al. (2015) selain faktor di atas pemakaian obat anti nyamuk juga berhubungan
dengan kejadian Malaria. Pemasangan kasa ventilasi juga diketahui
4
berhubungan dengan kejadian Malaria (Erdinal et al. (2006) dan Budiyanto
(2011)).
Selain faktor dari manusia, faktor lingkungan juga berhubungan
dengan kejadian Malaria. Faktor tersebut ialah tempat perindukan nyamuk
(Walean et al. (2015), Nurbayani (2013) dan Yawan (2006)) dan keberadaan
ternak (Bagaray et al. (2015) dan Mulyono et al. (2013)). Kusdaryanto et al.
(2005) melakukan penelitian di Jepara dengan hasil bahwa faktor risiko yang
berhubungan dengan kepadatan nyamuk didalam rumah antara lain ialah letak
kandang yang berada didalam rumah dan jarak tempat perindukan nyamuk
yang dekat.
Angka API di Kecamatan Kaligondang selama 5 tahun terakhir (2010
– 2014) menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (DKK, 2014)
masih fluktuatif, yakni 3,81; 1,43; 0,66; 0,86; 2,84. Sampai saat ini di
Kecamatan Kaligondang khususnya Desa Selakambang dengan kondisi
tersebut belum pernah dilakukan penelitian terkait faktor yang mempengaruhi
kejadian Malaria di daerah tersebut. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Banyaknya kasus Malaria yang terjadi di Desa Selakambang setahun
terakhir yakni 91 kasus menyumbang 80,5% untuk kasus Malaria di
Kecamatan Kaligondang dan menyebabkan Purbalingga termasuk dalam
daerah endemis Malaria. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten
Purbalingga tahun 2014, angka API Desa Selakambang selama 3 tahun
5
terakhir (2010 – 2014) ialah 0,13; 2,99; 11,83 per 1000 penduduk. Artinya
penderita Malaria pada tahun 2010 meningkat dari 13 orang per 100.000
penduduk menjadi 1.183 orang per 100.000 penduduk pada tahun 2014.
Meningkatnya angka kesakitan Malaria tersebut menunjukkan Malaria masih
menjadi masalah yang belum diselesaikan. Selain itu, di Desa Selakambang
belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan
dengan kejadian Malaria di daerah tersebut. Untuk itu, peneliti ingin
mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014.
C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana distribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
2. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik
demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
tahun 2014?
3. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku (keluar
rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti
nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun
2014?
4. Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan
(keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak,
6
jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan
kandang ternak) di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
5. Apakah ada hubungan antara karakteristik demografi individu (usia, jenis
kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
6. Apakah ada hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah pada
malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk,
penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun
2014?
7. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat
perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan
tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan
kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga tahun 2014.
7
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Diketahuinya ditribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
b. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik
demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat
di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga tahun 2014.
c. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku
(keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan
kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat
di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga tahun 2014.
d. Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor
lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan
kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk,
jarak rumah dengan kandang ternak) di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
e. Diketahuinya hubungan antara karakteristik demografi individu
(usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun
2014.
f. Diketahuinya hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah
pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti
8
nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
tahun 2014.
g. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan
tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah
dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang
ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini akan memberi manfaat kepada berbagai
pihak dan instansi, manfaat tersebut antara lain ialah:
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain jika
membutuhkan referensi terkait penelitian dengan topik yang sama.
2. Bagi Masyarakat Desa Selakambang
Penelitian ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui cara
mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Malaria terutama
yang diakibatkan oleh faktor host dan faktor lingkungan sekitar sehingga
masyarakat mampu mandiri dan berpartisipasi aktif dalam mencegah,
mengendalikan serta mengeliminasi penyakit Malaria, khususnya bagi
warga Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga.
9
3. Bagi Puskesmas Kaligondang
Adanya penelitian ini akan membantu Puskesmas Kaligondang
dalam menemukan faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit
Malaria di wilayah kerja Puskemas Kaligondang. Kemiripan karakteristik
daerah di wilayah kerja puskesmas menjadikan hasil penelitian ini dapat
diaplikasikan di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang sehingga
pemilihan program eliminasi dapat diterapkan sesuai dengan faktor
penyebab yang ditemukan.
4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga akan terbantu dengan
adanya penelitian ini karena hasil dari penelitian ini akan dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan selanjutnya terhadap
program eliminasi penyakit Malaria sehingga kebijakan dan program
yang akan dilakukan sesuai kondisi lapangan dan tepat sasaran
berdasarkan faktor penyebab kejadian Malaria khususnya di Kabupaten
Purbalingga.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli hingga bulan Agustus
tahun 2015. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor
yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014. Subjek yang diteliti ialah
warga Desa Selakambang yang tinggal selama lebih dari satu tahun.
Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan
10
data primer yang didapatkan dari hasil kuesioner dengan jumlah sampel
sebanyak 138 sampel. Sampel ditentukan dengan teknik stratified random
sampling.
Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik demografi
individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan), perilaku (keluar rumah pada malam
hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat
anti nyamuk) dan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk,
keberadaan ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak
rumah dengan ternak). Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini ialah
kejadian Malaria pada warga Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Tahun 2014. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan Puskesmas
Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga terbantu dalam
menetapkan program yang sesuai dan tepat sasaran.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria
Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sebagian
siklus hidupnya berada di dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh
nyamuk (NIAD, 2007). Parasit tersebut berkembang biak dalam hati manusia
dan kemudian menginfeksi sel darah merah (WHO, 2015). Malaria terjadi
bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit ptotozoa dari
genus Plasmodium (Wahab, 2000). Spesies yang paling banyak dijumpai
ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium Malariae
dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah
ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur (Prabowo, 2004).
Malaria pada manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Anies
(2006) dan (Tjay and Rahardja, 2007)):
1. Malaria Tropika
Malaria tropika juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever).
Merupakan Malaria terganas dengan mortalitas terbesar yang disebabkan
oleh Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7 – 12 hari. Jika
tidak diobati Malaria jenis ini akan dapat menyebabkan penderita
mengigau, koma hingga kematian akibat eritrosit yang menyumbat
kapiler otak. Gejala dari Malaria ini ialah berkurangnya kesadaran dan
demam yang tidak menentu dan terkadang terus menerus dengan suhu
yang sangat tinggi (di atas 48oC).
12
2. Malaria Tersiana
Malaria jenis ini disebabkan oleh dua Plasmodium, yakni
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale. Malaria ini tidak
menyebabkan kematian meski tidak dilakukan pengobatan. Ciri – ciri
dari Malaria ini ialah penderita mengalami demam secara berkala 3 hari
sekali dengan puncak setelah setiap 48 jam. Masa inkubasi untuk Malaria
ini ialah 10 – 14 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi ialah malaise
umum, nyeri kepala, nyeri punggung dan mual.
3. Malaria Kwartana
Malaria kwartana mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali
dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejala Malaria ini mirip dengan
Malaria tertiana namun gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18
sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Parasit yang menyebabkan Malaria
kwartana ialah Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi selama 4 – 6
minggu.
B. Gejala Malaria
Penderita yang terserang Malaria biasanya melalui tiga tahap yakni
menggigil, diikuti oleh demam kemudian berkeringat. Saat menggigil, orang
tersebut cenderung sakit kepala, malaise, kelelahan dan nyeri otot. Selain itu,
kadang mual, muntah dan diare. (NIAD, 2007).
Gejala pertama dari Malaria ini dimulai bertepatan dengan pecahnya
sel darah merah yang terinfeksi. Semakin banyak sel darah yang pecah di
waktu yang sama maka serangan Malaria dapat terjadi berulang – ulang
13
secara teratur. Periode untuk masing – masing spesies berbeda, untuk P. vivax
dan P. ovale setiap 2 hari sedangkan untuk P. Malariae 3 hari (NIAD, 2007).
UNICEF (2000) menjelaskan bahwa berikut merupakan tanda – tanda
seseorang yang menderita Malaria:
1. Terjadi perubahan perilaku seperti kebingungan, dll.
2. Muntah, tidak dapat makan ataupun minum.
3. Diare hebat.
4. Pendarahan berat di hidung, gusi atau bagian lain.
5. Demam tinggi melebihi 39o C
6. Dehidrasi
7. Anemia
8. Kekuningan pada mata
Gejala penting lain menurut Tjay and Rahardja (2007) ialah
membesarnya limpa dan anemia yang diakibatkan oleh hemolisa semua sel
baik yang sehat maupun terinfeksi yang menyebabkan urin warna hitam
(blackwater fever). Selain itu juga terjadi serangan panas – dingin yang terdiri
atas tiga fase, yaitu:
1. Fase dingin, berlangsung dari 30 sampai 60 menit karena terjadinya
penyempitan pembuluh. Penderita menggigil karena merasa sangat
dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai dengan 41oC.
2. Fase panas, menyusul setelah fase dingin yang berlangsung selama 2 – 6
jam. Fase ini menyebabkan penderita kadang – kadang mengigau.
3. Fase berkeringat, fase dimana penderita merasa letih dan merasa ingin
tidur.
14
C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria
Penyakit menular disebabkan oleh interaksi antara faktor host
(pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) (Nisa,
2007).
1. Faktor Host
Host dibagi menjadi dua yakni definitive host dan intermediate
host. Definitive host ialah jika siklus seksual suatu agent terjadi pada
tubuh host, jika yang terjadi pada tubuh host ialah siklus aseksual agent
maka itu disebut sebagai intermediate host. definitive host penyakit
Malaria ialah nyamuk Anopheles dan intermediate host Malaria ialah
manusia (Chandra, 2009).
a. Definitive Host Malaria
Terdapat sekitar 3450 spesies nyamuk, 400 spesies
diantaranya ialah nyamuk Anopheles dengan 70 spesies merupakan
vektor Malaria. Anopheles yang menjadi vektor Malaria di
Indonesia terdiri dari 24 spesies. Spesies nyamuk Anopheles yang
menjadi vektor ini berbeda – beda menurut daerah, yaitu
(Natadisastra and Agoes, 2009):
a. Jawa dan Bali, terdiri dari Anopheles sundaicus, Anopheles
aconitus, Anopheles maculatus, Anopheles subpictus,
Anopheles flavirostris, Anopheles tesselatus.
b. Sumatera, yaitu Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus,
Anopheles nigerrimus, Anopheles barbirostris, Anopheles
15
sinensis, Anopheles kochi, Anopheles leucosphyrus, Anopheles
subpictus, Anopheles annularis, Anopheles maculatus.
c. Sulawesi, antara lain Anopheles sundaicus, Anopheles
subpictus, Anopheles flavirostris, Anopheles minimus,
Anopheles vanus.
d. Kalimantan, vektornya adalah Anopheles sundaicus, Anopheles
umbrosus, Anopheles balabacensis, Anopheles baezai.
e. Irian Jaya, yaitu Anopheles farauti, Anopheles punctulatus,
Anopheles bancrofti, Anopheles koliensis.
Siklus hidup dari nyamuk melalui 4 tahap yakni telur, larva,
pupa dan dewasa. Fase tersebut dapat mudah dikenali dari bentuk
fisik nyamuk tersebut (AMCA, 2014).
1) Telur
Anopheles dan beberapa genus lain bertelur tunggal dan
tidak meletakkan telur mereka membentuk rakit seperti spesies
nyamuk lain (Gambar 2.1a). Anopheles meletakkan telur di
permukaan air dan kebanyakan telur menetas menjadi larva
dalam waktu 48 jam.
2) Larva
Larva hidup di dalam air dan muncul ke permukaan air
untuk bernafas. Larva melepaskan kulit mereka sebanyak 4
kali dan terus mengalami pertumbuhan setelah melepas kulit.
Kebanyakan larva memiliki sejenis pipa untuk bernafas dan
menggantung terbalik dari permukaan air. Akan tetapi
16
Anopheles tidak memiliki pipa sehingga larva terletak sejajar
dengan permukaan air untuk mendapat pasokan oksigen
melalui saluran pernafasan (Gambar 2.1b). Sumber makanan
larva ialah mikroorganisme dan bahan organik yang ada di
dalam air. Larva kemudian berubah menjadi pupa saat
pelepasan kulit yang ke-empat.
3) Pupa
Tahap pupa ialah tahap istirahat, tidak makan saat tahap
perkembangan, tetapi tetap dapat berpindah, bereaksi terhadap
perubahan cahaya dan bergerak (terbalik) dengan memutar
ekor mereka ke bagian bawah atau daerah yang terlindung
(Gambar 2.1c). Kemudian nyamuk berubah dari tahap pupa
menjadi dewasa.
4) Dewasa
Nyamuk yang baru saja menjadi dewasa akan bertumpu
pada permukaan air dalam waktu yang singkat untuk membuat
tubuhnya kering dan mengeras (Gambar 2.1d). Sayap nyamuk
yang baru menjadi dewasa ini harus menyebar dan dalam
keadaan kering sebelum terbang. Mereka belum berburu darah
dan tidak kawin selama beberapa hari. Lamanya setiap tahap
pertumbuhan nyamuk tergantung pada suhu dan karakteristik
spesies.
17
a.
b.
c.
d.
Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk Anopheles
Sumber: Tjay and Rahardja (2007)
Menurut Achmadi (2005), beberapa kebiasaan makan dan
istirahat nyamuk Anopheles ialah sebagai berikut:
1). Zoofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang.
2). Anthropofilik: nyamuk yang menyukai darah manusia.
3). Zooanthropofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang dan
juga manusia.
4). Endofilik: nyamuk yang suka tinggal di dalam
rumah/bangunan.
5). Eksofilik: nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
6). Endofagik: nyamuk yang suka menggigit di dalam
rumah/bangunan.
7). Eksofagik: nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
18
b. Intermediate Host Malaria
Manusia dalam hal ini merupakan pengandung gametosit
(gametocyte carrier) dan meneruskan siklus hidup parasit yang ada
dalam nyamuk (Natadisastra and Agoes, 2009). Faktor manusia ini
meliputi usia, jenis kelamin, ras, genetik, perilaku, nutrisi,
imunitas, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Nisa (2007) dan
Arsin (2012)).
a. Usia
Secara umum, penyakit Malaria tidak mengenal
tingkatan usia namun anak – anak lebih rentan terhadap infeksi
Malaria (Arsin, 2012). Ernawati et al. (2011) melakukan
penelitian di Pesawaran, Lampung dengan hasil bahwa 100%
bayi dan 52,5% anak – anak yang menjadi responden
didapatkan terinfeksi Malaria. Mendukung hal tersebut data
menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 300 – 500 juta kasus
dengan 1 juta diantaranya meninggal dan sebagian besar
diantara mereka ialah anak – anak (UNICEF, 2000).
b. Jenis Kelamin
Infeksi Malaria tidak melihat jenis kelamin, namun jika
terjadi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih
berat (Arsin, 2012).
c. Genetik
Beberapa kelompok penduduk diketahui memiliki
kekebalan terhadap Plasmodium falciparum, yakni kelompok
19
penduduk yang memiliki Haemoglobin S (Hb S). Hb S sendiri
merupakan kelainan darah dan merupakan penyakit keturunan
yang disebut sickle cell anemia (Arsin, 2012).
d. Perilaku
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku
dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Malaria.
Penelitian – peneltian tersebut dilakukan dengan menggunakan
desain cross sectional (Jane et al. (2015), Mulyono et al.
(2013), Ernawati et al. (2011)). Faktor perilaku yang menjadi
faktor risiko terjadinya Malaria ialah:
1) Kebiasaan Memakai Kelambu
Nurbayani (2013) melakukan penelitian terkait
dengan faktor risiko Malaria dan hasilnya ialah
penggunaan kelambu menjadi salah satu faktor risiko di
wilayah kerja Puskesmas Mayong. Selain itu Kalangie et
al. (2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa
responden yang tidak menggunakan kelambu memiliki
risiko 4,727 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang memakai kelambu.
2) Kebiasaan Menggantung Pakaian di dalam Ruangan
Kebiasaan menggantung pakaian dapat digunakan
sebagai tempat persembunyian nyamuk sehingga
meningkatkan potensi kontak antara nyamuk dengan
manusia (Nurbayani, 2013). Kebiasaan menggantung
20
pakaian ini merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan insiden Malaria di Kelurahan Teluk Dalam
Kabupaten Nias Selatan (Suhardiono, 2005).
3) Kebiasaan Keluar Rumah dimalam Hari
Orang yang memiliki kebiasaan keluar pada malam
hari memiliki risiko terkena Malaria 2,32 kali lebih besar
dari orang yang tidak keluar rumah pada malam hari.
(Anjasmoro, 2013).
4) Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk
Responden yang tidak menggunakan obat anti
nyamuk memiliki risiko 5,979 lebih besar terkena Malaria
dari responden yang selalu menggunakan obat anti
nyamuk (Kalangie et al., 2015).
5) Pemasangan Kawat Kasa
Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Tua
berhubungan dengan pemakaian ventilasi pada rumah
warga, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
Kodongan et al. (2015) yang menghasilkan nilai
probabilitas sebesar 0,03 (p<0,05).
e. Pekerjaan
Pasien Malaria yang telah di skrining oleh klinik
khusus Malaria di Thailand bagian barat 75% diantaranya
merupakan pekerja migrasi yang berumur dibawah 25 tahun.
Sekitar 1 juta warga Nepal setiap tahunnya meninggalkan
21
negaranya dan mencari pekerjaan ke India dan 80%
diantaranya dilaporkan terjangkit Malaria. Kasus yang sama
juga terjadi di beberapa negara lain seperti Iran, Brazil dan
Papua Nugini (Service, 1989).
Menurut Winardi (2004), ada beberapa pekerjaan yang
lebih berisiko terkena Malaria dibandingkan dengan beberapa
pekerjaan lain, pekerjaan tersebut antara lain:
1) Penebang kayu
2) Petani
3) Peternak
4) Berkebun
5) Penyadap nira pohon kelapa
Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak berisiko antara
lain ialah:
1) Pegawai negeri
2) Pegawai swasta
3) TNI/POLRI
4) Pedagang
5) Mahasiswa/pelajar
Penelitian yang dilakukan Bagaray et al. (2015) dan
Anjasmoro (2013) menunjukkan bahwa responden yang
mereka teliti sebagian besar bekerja sebagai petani.
22
f. Riwayat Malaria
Orang yang sebelumnya pernah mengalami Malaria
biasanya akan lebih tahan terhadap infeksi Malaria karena
telah terbentuk imunitasnya. Sebagai contoh, orang yang
tinggal di daerah endemis Malaria lebih tahan terhadap Malaria
dibandingkan dengan pendatang (Arsin, 2012).
g. Rekreasi
Bepergian ke suatu daerah yang bernuansa alam seperti
hutan hujan juga dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit.
Sekitar 30.000 warga Amerika dan Eropa yang melakukan
perjalanan alam terinfeksi Malaria setiap tahunnya (Marcus,
2009).
2. Faktor Agent
Merupakan penyebab penyakit menular berupa mikroorganisme
infeksius atau elemen hidup yang kehadirannya dapat menjadi stimulus
untuk memudahkan terjadinya penyakit jika kontak secara efektif dengan
manusia yang rentan dan pada keadaan yang memungkinkan. Agent untuk
penyakit Malaria ialah spesies dari Plasmodium yang merupakan protozoa
dengan unisel (satu sel) (Nisa, 2007).
Jenis Plasmodium penyebab Malaria yang biasa ditemukan pada
manusia ada empat jenis, yaitu (Anies, 2006):
1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab Malaria tertiana. Merupakan
jenis Malaria paling ringan dengan gejala demam selama 2 hari sekali
23
setelah gejala pertama terjadi. Gejala ini timbul 2 minggu setelah
Plasmodium menginfeksi.
2) Plasmodium falciparum, menyebabkan Malaria tropika yang juga
disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Plasmodium jenis ini
merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat Malaria karena
organisme ini menghalangi jalan darah menuju otak.
3) Plasmodium malariae, Plasmodium yang menyebabkan Malaria
kuartana.
4) Plasmodium ovale, merupakan jenis Plasmodium yang paling langka
dan menyebabkan Malaria yang hampir mirip dengan Malaria tertiana.
Parasit Malaria ini memiliki dua host sepanjang siklus hidupnya.
Selama menghisap darah Anopheles betina yang mengandung parasit
menyuntikan sporozoit pada manusia sebagai host, maka dimulailah siklus
aseksual parasit (1-7) pada tubuh manusia. Setelah itu, parasit dalam
bentuk gamet akan dicerna oleh nyamuk Anopheles kembali dan
dimulailah siklus seksual parasit di tubuh nyamuk (8-12) (Gambar 2.2).
24
Gambar 2.2. Siklus Hidup Plasmodium
Sumber: Centre of Disease Control and Prevention (CDC, 2015).
Diakses dari http://www.cdc.gov/Malaria/about/biology/
3. Faktor Lingkungan
Faktor lain diluar host dan agent ialah faktor lingkungan yang
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi agent dan merupakan
peluang terpapar agent sehingga menyebabkan transmisi penyakit (Nisa,
2007).
a. Lingkungan Fisik
Lingkungan yang mendukung untuk tempat nyamuk
berkembang biak berbeda – beda. Anopheles aconitus cocok pada
daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras dan pada saluran
air yang ditumbuhi rumput yang menghambat aliran, sedangkan untuk
Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan dengan banyak
hutan dan perkebunan. Begitupun untuk nyamuk lain, pengaruh
lingkungan tidak hanya pada Anopheles akan tetapi juga berpengaruh
25
pada spesies lain termasuk Plasmodium yang dalam hal ini ialah agent
Malaria. Berikut merupakan faktor lingkungan fisik yang
mempengaruhi kejadian Malaria (Arsin, 2012):
1) Suhu
Suhu yang lebih panas di wilayah pegunungan daerah
selatan Republik Rakyat China dari daerah utara menyebabkan
daerah tersebut sesuai untuk perkembangbiakan nyamuk
Anopheles dan penyebaran Malaria (Zhou et al., 2014). Selain
itu, perkembangan terbaik untuk siklus seksual dari parasit
Malaria ialah pada suhu antara 20o C hingga 30
o C (Sinha, 2005).
2) Kelembaban
Kelembaban udara faktor penyebab yang besar terhadap
penyebaran Malaria. Kelembaban berpengaruh langsung terhadap
kelangsungan hidup nyamuk meskipun tak berpengaruh terhadap
parasit Malaria. Nyamuk dapat hidup dalam kelembaban 60%,
jika terlalu tinggi maka nyamuk akan hiperaktif dan menghisap
darah sebaliknya jika terlalu rendah maka nyamuk akan lamban
dan waktu hidupnya lebih singkat. Maka, kelembaban yang tinggi
dapat dikatakan sebagai faktor penyebaran Malaria (Sinha, 2005).
3) Hujan
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa hujan
merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria, di
Afrika hujan berhubungan dengan kepadatan Anopheles gambiae
sensus lato (vektor P. falciparum di Afrika). Hal ini dikarenakan
26
tanpa adanya permukaan air Anopheles betina tidak dapat bertelur
(Jamison et al., 2006).
4) Angin
Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang
nyamuk dan turut serta menentukan jumlah kontak antara nyamuk
dan manusia (Arsin, 2012).
5) Arus Air
Sungai merupakan faktor penting terhadap banyaknya vektor
Malaria di Sri Lanka, penelitian menyebutkan terdapat hubungan
antara arus air sungai dengan tempat perindukan nyamuk yang
diketahui di awal abad 20 ini (Boelee et al., 2002).
6) Topografi/Ketinggian
Ketinggian yang memungkinkan parasit Malaria hidup
adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2.600
meter di atas permukaan laut (Bolivia). Di Indonesia, Malaria
dapat ditemukan di daerah dengan ketinggian hingga 1.800 di atas
permukaan laut (Prabowo, 2004).
7) Sinar Matahari
Masing – masing nyamuk Malaria memiliki karakteristik
yang berbeda, salah satunya tempat untuk pertumbuhan larvanya.
An. sundaicus lebih suka di tempat yang teduh, An. hircanus dan
An. pinctulatus lebih suka di tempat yang terbuka yang terkena
sinar matahari sedangkan An. barbirotris dapat hidup dimana saja
(Arsin, 2012).
27
b. Lingkungan Biologi
Lingkungan biologi dapat mempengaruhi kejadian Malaria melalui
perkembangan nyamuk, baik saat menjadi larva, nimfa maupun
setelah nyamuk itu sudah dewasa.
1) Tempat Perindukan Nyamuk
Adanya danau air payau, genangan air, pesawahan,
tambak ikan dan pertambangan di suatu daerah akan
menimbulkan penyakit Malaria karena tempat tersebut merupakan
tempat perindukan nyamuk Malaria (Prabowo, 2004). Jane et al.
(2015) mengatakan bahwa tempat perindukan nyamuk
berhubungan dengan kejadian Malaria di Puskesmas Manganitu
Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Menurut Hakim (2010) dan Prabowo (2004) beberapa
tempat potensial yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk
ialah:
a) Sungai yang jernih dengan aliran air perlahan
b) Kolam dengan air jenih
c) Mata air yang jernih
d) Lagun
e) Genangan atau cekungan air
f) Sawah
g) Saluran irigasi dengan aliran lambat
h) Danau
i) Tambak ikan, tambak udang
28
j) Pertambangan
k) Hutan bakau
2) Tempat Peristirahatan Nyamuk
Tempat peristirahatan nyamuk telah dibuktikan
berhubungan dengan kejadian Malaria, tempat tersebut antara lain
ialah semak – semak, kebun, rumpun bambu, rembulung.
Kodongan et al. (2015) menyebutkan bahwa kejadian Malaria di
desa Ranoketang Tua berhubungan dengan adanya semak –
semak di sekitar rumah warga.
Warga yang tinggal di sekitar semak – semak memiliki
risiko 3,188 kali menderita penyakit Malaria dibandingkan
dengan warga yang tidak tinggal di sekitar semak – semak.
Kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Mayong I Jepara
disebabkan antara lain karena adanya semak – semak dengan
risiko 4,632 kali lebih besar terkena Malaria untuk warga yang di
sekitar tempat tinggalnya terdapat semak – semak (Nurbayani,
2013).
3) Keberadaan Ternak
Adanya ternak seperti kerbau, sapi dan babi juga dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila
kandang ternak tersebut diletakkan tidak jauh dari tempat
perindukan nyamuk (Arsin, 2012). Kandang ternak harus
diletakkan kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk
agar nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang
29
karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan
mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter.
4) Keberadaan Ikan Pemakan Larva
Kegiatan penebaran ikan kepala timah, ikan guppy di
genangan – genangan air akan mempengaruhi populasi nyamuk di
suatu wilayah (Arsin, 2012). Kandang ternak harus diletakkan
kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk agar
nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang
karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan
mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter.
5) Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva
Tumbuhan bakau, lumut dan berbagai tumbuhan lain dapat
mempengaruhi pertumbuhan larva karena ia dapat menghalangi
sinar matahari atau melindungi diri dari serangan makhluk hidup
lain (Arsin, 2012).
c. Lingkungan Sosial
Berbagai kegiatan seperti pembuatan bendungan, pembuatan
jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru akibat
perpindahan penduduk juga sering mengakibatkan perubahan
lingkungan sehingga penularan Malaria dapat terjadi (Muslim, dkk,
2011). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus Malaria di
Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, setelah dilakukan penelitian
oleh Indriyati and Waris (2012) dapat disimpulkan bahwa penularan
30
Malaria di daerah tersebut disebabkan oleh pembukaan lahan hutan
menjadi pemukiman baru oleh masyarakat setempat.
D. Kerangka Teori
Terjadinya penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara host,
agent dan lingkungan. Faktor host antara lain ialah nyamuk Anopheles dan
manusia. Faktor dari manusia yang berpengaruh terhadap kejadian Malaria
antara lain ialah usia, jenis kelamin, genetik, perilaku, pekerjaan, riwayat
Malaria dan rekreasi (Arsin (2012) dan Nisa (2007)). Sedangkan agent yang
merupakan penyebab Malaria ialah Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium Malariae dan Plasmodium ovale (Anies, 2006). Nisa
(2007) menyebutkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
penyakit ialah lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial
(Bagan 2.1).
Pada penelitian ini variabel yang diteliti ialah variabel yang melekat
pada host dan lingkungan. Variabel tersebut meliputi faktor demografi
individu, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor demografi individu
meliputi faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor perilaku meliputi
perilaku keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan
kasa anti nyamuk dan penggunaan obat nyamuk. Faktor lingkungan antara
lain keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak serta jarak rumah dengan
keberadaan kandang ternak.
31
Variabel lain yang tidak diteliti antara lain ialah lingkungan fisik,
lingkungan sosial, beberapa variabel lingkungan biologi, agent, vektor
penyakit dan beberapa faktor manusia. Variabel tersebut tidak diteliti karena:
1. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor lingkungan fisik meliputi suhu, kelembaban, hujan, angin,
arus air, ketinggian dan sinar matahari. Penelitian ini dilakukan dengan
wilayah yang terbatas karena hanya meliputi satu desa. Jika variabel dari
faktor tersebut diteliti maka data yang didapat akan homogen dan
cenderung tidak ada perbedaan antar wilayah desa. Penelitian terkait
faktor lingkungan fisik diperlukan cakupan daerah yang lebih luas
dengan perbedaan kondisi geografis dan dalam kurun waktu yang lama
sehingga penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi tersebut.
2. Faktor Lingkungan Sosial
Aktivitas sosial seperti perpidahan penduduk, pembuatan
bendungan, pembukaan jalan, pembukaan lahan untuk pemukiman baru
serta pembukaan pertambangan tidak dilakukan pada daerah penelitian.
Untuk itu, faktor lingkungan sosial tidak diteliti dalam penelitian ini.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Faktor lingkungan biologi yang tidak diteliti ialah keberadaan
tempat peristirahatan nyamuk, keberadaan tumbuhan yang
mempengaruhi pertumbuhan larva dan keberadaan ikan pemakan larva.
Variabel tersebut tidak diteliti karena hampir semua daerah di tempat
penelitian terdapat vegetasi yang dapat dijadikan tempat peristirahatan
nyamuk. Selain itu, daerah penelitian bukan daerah dengan tanaman
32
bakau atau dominasi lumut – lumutan yang dapat dijadikan sebagai
pelindung larva serta tidak ada aktivitas penebaran ikan kepala timah
ataupun ikan guppy di daerah tersebut.
4. Faktor Agent
Untuk meneliti agent dari penyakit Malaria diperlukan
kemampuan untuk mengambil darah manusia karena Plasmodium, sp
terdapat dalam darah manusia, sedangkan peneliti tidak memiliki
kewenangan tersebut. Selain itu, masih jarang penelitian mengenai
Plasmodium, sp sehingga peneliti kesulitan mencari referensi terkait.
5. Faktor Nyamuk (Vektor)
Faktor nyamuk erat kaitannya dengan faktor lingkungan fisik
karena lingkungan fisik secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan
dan perilaku nyamuk. Faktor lingkungan fisik tidak diteliti sehingga
faktor nyamuk juga sulit diidentifikasi.
6. Faktor Manusia
Faktor genetik, kebiasaan menggantung pakaian, tidur malam,
rekreasi dan riwayat Malaria tidak diteliti karena data yang didapat akan
homogen, hal tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat
setempat. Sedangkan faktor genetik, rekreasi dan riwayat Malaria
merupakan penelitian yang jarang dilakukan sehingga sulit ditemukan
referensi yang tepat. Selain itu, penelitian terkait genetik dibutuhkan
keahlian khusus yang tidak dipelajari dalam mata kuliah serta
membutuhkan biaya yang lebih banyak.
33
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber Agen
Penyakit:
Manusia sakit
Media Transmisi:
Vektor (Nyamuk
Anopheles, sp)
Agen Penyakit:
1. P. falciparum
2. P. vivax
3. P. malariae
4. P. ovale
Keberadaan Ikan Pemakan Larva
Tempat Peristirahatan Nyamuk
Tempat Perindukan Nyamuk
Keberadaan Tumbuhan yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Larva
Keberadaan Kandang Ternak
Pembukaan Jalan
Pembangunan Pemukiman Baru
Pembukaan Pertambangan
Perpindahan Penduduk
Pembuatan Bendungan
Suhu
Kelembaban
Angin
Hujan
Arus Air
Ketinggian
Sinar Matahari
Kejadian Malaria
Usia
Jenis Kelamin
Genetik
Kebiasaan Memakai Kelambu
Menggantung Pakaian
Keluar rumah dimalam hari
Penggunaan obat anti nyamuk
Pemasangan kasa nyamuk
Kebiasaan tidur malam
Pekerjaan
Riwayat Malaria
Rekreasi
Lingkungan Agent Host Penyakit
Diteliti
Tidak diteliti
34
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang dipaparkan sebelumnya, kerangka
konsep dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik Individu
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
Faktor Perilaku
1. Keluar pada malam hari
2. Penggunaan kelambu
3. Pemasangan kasa anti
nyamuk
4. Penggunaan obat anti
nyamuk
Kejadian Malaria
Faktor Lingkungan
1. Keberadaan tempat
perindukan nyamuk
2. Jarak rumah dengan
tempat perindukan
nyamuk
3. Keberadaan kandang
ternak
4. Jarak rumah dengan
kandang ternak
35
Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik
demografi individu, perilaku masyarakat dan faktor lingkungan. Karakteristik
demografi individu dari responden yang diteliti adalah usia, jenis kelamin dan
pekerjaan. Faktor perilaku yang diteliti ialah keluar pada malam hari,
penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat
anti nyamuk. Untuk faktor lingkungan ialah tempat perindukan nyamuk, jarak
rumah dengan tempat perindukan nyamuk, ternak, serta jarak rumah dengan
ternak. Kejadian Malaria pada tahun 2014 di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga merupakan variabel dependen yang
akan diteliti.
1. Usia
Usia merupakan salah satu karakteristik utama manusia. Adanya
golongan usia ini dapat membedakan tingkat kerentanan manusia
terhadap infeksi suatu penyakit termasuk Malaria. Usia yang diteliti
dalam penelitian ini ialah usia remaja hingga lanjut usia yakni responden
dengan usia > 12 tahun. Usia bayi, balita maupun anak – anak dengan
usia dibawah 12 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena
sesuai penelitian – penelitian sebelumnya sudah diketahui bahwa anak –
anak memang rentan terhadap infeksi Malaria. Untuk mengantisipasi data
yang homogen pada usia tersebut, peneliti tidak mengikutsertakan
responden dengan usia dibawah 12 tahun.
Usia ini dikategorikan menjadi usia remaja (12 – 25 tahun),
dewasa (26 – 45 tahun) dan lansia (> 46 tahun). Usia ini diteliti karena
terdapat perbedaan karakteristik pada masing – masing kategori usia
36
tersebut. Perbedaan tersebut terjadi antara lain karena perbedaan daya
tahan tubuh, aktivitas, pergaulan, tanggungjawab dan peran serta dalam
masyarakat. Hal itu menjadikan masing – masing kategori usia memiliki
risiko yang berbeda terhadap penyakit Malaria.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan variabel yang membedakan angka kasus
pada laki – laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini berpengaruh
terhadap tingkat risiko terkena Malaria. Namun, dalam penelitian ini
perempuan dengan kondisi hamil tidak diikutsertakan karena sudah
diketahui berisiko terkena Malaria.
3. Pekerjaan
Pekerjaan responden diteliti untuk mengetahui kegiatan sehari –
hari dari responden sehingga dapat disimpulkan apakah responden
memiliki risiko untuk tergigit oleh nyamuk atau tidak. Pekerjaan yang
diteliti terbagi menjadi dua yaitu pekerjaan berisiko dan pekerjaan tidak
berisiko. Perbedaan kategori pekerjaan ini dikarenakan terdapat
pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk tergigit nyamuk yang
dapat menyebabkan Malaria dan pekerjaan yang memiliki risiko lebih
rendah untuk digigit nyamuk dan tidak menyebabkan Malaria.
Pekerjaan berisiko ialah pekerjaan yang dilakukan dengan
berhubungan langsung dengan vektor penyakit. Pekerjaan tersebut antara
lain penebang kayu, petani, peternak, berkebun, penyadap nira pohon
kelapa. Sedangkan pekerjaan yang tidak berisiko ialah pekerjaan yang
dilakukan dengan kemungkinan berinteraksi dengan vektor sedikit.
37
Pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri, pegawai swasta,
TNI/POLRI, pedagang.
4. Keluar Rumah pada Malam Hari
Perilaku keluar rumah pada malam hari diteliti karena berperan
langsung dalam penularan Malaria. Responden yang keluar rumah pada
malam hari akan berinteraksi dengan nyamuk Anopheles, sp. Hal tersebut
menjadikan responden yang keluar rumah pada malam hari lebih rentan
terkena malaria dibandingkan responden yang tidak keluar rumah pada
malam hari.
5. Penggunaan Kelambu
Penggunaan kelambu merupakan salah satu perilaku untuk
mecegah gigitan nyamuk. Responden yang menggunakan kelambu akan
lebih terlindung dari gigitan nyamuk dibandingkan dengan responden
yang tidak menggunakan kelambu.
6. Pemasangan Kasa Nyamuk
Pemasangan kasa anti nyamuk diteliti karena berpengaruh
terhadap akses nyamuk dalam mencari darah. Nyamuk mencari darah
dengan masuk kedalam rumah melalui pintu, jendela dan ventilasi rumah.
Ventilasi rumah yang dipasang kasa anti nyamuk akan meminimalisir
nyamuk yang masuk ke dalam rumah sehingga penularan Malaria
melalui gigitan nyamuk dapat dicegah.
7. Penggunaan Obat Anti Nyamuk
Penggunaan obat anti nyamuk diteliti karena diketahui merupakan
salah satu cara efektif untuk menghindari gigitan nyamuk. Responden
38
yang tidak menggunakan obat nyamuk memiliki risiko lebih tinggi
digigit oleh nyamuk dibandingkan dengan responden yang menggunakan
obat nyamuk.
8. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk
Keberadaan tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah akan
memungkinkan responden untuk selalu terpapar nyamuk. Hal tersebut
berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit Malaria yang
dilakukan responden. Artinya, meskipun telah dilakukan perilaku
pencegahan, nyamuk akan tetap ada karena sumbernya berada di sekitar
rumah. Berbeda dengan hal tersebut, kemungkinan keberhasilan perilaku
pencegahan Malaria akan lebih besar terealisasi pada responden yang
tidak terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya karena
tidak ditemukan sumber nyamuk di sekitar rumah.
9. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk
Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk menentukan
responden dapat tergigit oleh nyamuk atau tidak. Jika terdapat tempat
perindukan nyamuk dengan jarak yang jauh dari rumah maka intensitas
nyamuk menggigit kemungkinan lebih sedikit dibandingkan dengan jarak
yang dekat. Hal tersebut berhubungan dengan jarak terbang nyamuk
dalam mencari makan.
10. Keberadaan Kandang Ternak
Keberadaan kandang ternak yang dimaksud ialah kandang ternak
sapi, kerbau ataupun kambing. Keberadaan kandang ternak ini diketahui
dapat dijadikan tempat peristirahatn bagi nyamuk Anopheles, sp. Selain
39
itu, sifat dasar Anopheles, sp ialah suka terhadap darah binatang. Untuk
itu, akan ditemukan banyak nyamuk di sekitar kandang sapi, kerbau, atau
kambing. Keadaan ini menjadikan adanya ternak di sekitar rumah
responden menjadi ancaman penularan Malaria melalui gigitan nyamuk
Anopheles, sp yang berasal dari kandang.
11. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak
Jarak rumah dengan ternak memiliki risiko yang berbeda pada
setiap kategori. Penelitian ini membedakan jarak ternak dalam dua
kategori yakni dekat (<10 meter) dan jauh (>10 meter). Adanya ternak
dengan jarak yang dekat dengan rumah akan menjadi ancaman untuk
penghuni rumah karena nyamuk yang mencari makan dapat berpindah
kedalam rumah. Sebaliknya, jika jarak ternak jauh dari rumah maka
dapat dijadikan pelindung bagi rumah karena nyamuk akan mengigit
binatang dan tidak berpindah ke rumah untuk menggigit manusia karena
jaraknya yang jauh.
40
B. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel independen dan dependen yang diteliti ialah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Kejadian
Malaria
Pengakuan responden terkait penyakit
Malaria yang pernah diderita dan
dicocokkan dengan data Laporan
Bulanan Puskesmas Kaligondang.
Kuesioner
dan telaah
dokumen
Lembar
kuesioner dan
Laporan
Puskesmas
Kaligondang
0. Tidak, jika
responden mengaku
tidak menderita
malaria.
1. Ya, jika responden
mengaku menderita
malaria dan cocok
dengan Laporan
Bulanan Puskesmas.
Ordinal
2. Usia Umur dari responden yang terhitung
dari hari lahir sampai dengan
dilakukannya penelitian dengan usia
lebih dari 12 tahun yang diketahui
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Dewasa (26 – 45
tahun)
1. Lansia (> 46 tahun)
2. Remaja (12 – 25
Ordinal
41
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
berdasarkan pengakuan responden. tahun)
(Depkes, 2009)
3. Jenis
Kelamin
Sifat jasmani atau rohani yang
membedakan dua makhluk sebagai laki
– laki dan perempuan.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Laki – laki
1. Perempuan
Ordinal
4. Pekerjaan Kegiatan sehari – hari atau kegiatan
rutin yang dilakukan oleh responden
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
– hari yang diketahui berdasarkan
pengakuan responden.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Berisiko
(penebang kayu,
petani, peternak,
berkebun, penyadap
nira pohon kelapa)
1. Tidak Berisiko
(pegawai negeri,
pegawai swasta,
TNI/POLRI,
pedagang)
(Winardi, 2004)
Ordinal
42
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
5. Keluar
rumah pada
malam hari
Perilaku responden keluar dari rumah di
malam hari terhitung antara pukul 18.00
hingga pukul 06.00 WIB yang diketahui
berdasarkan pengakuan responden.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Ya, jika responden
keluar rumah pada
malam hari selama 1
sampai 7 kali dalam
seminggu.
1. Tidak, jika
responden tidak
keluar rumah pada
malam hari.
Ordinal
6. Penggunaan
kelambu
Perilaku menggunakan kelambu di
kamar tidur saat tidur di malam hari
yang dipasang 1 sampai 7 kali dalam
seminggu dan diketahui berdasarkan
pengakuan responden.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Tidak, jika
responden tidak
menggunakan
kelambu saat tidur
dimalam hari.
1. Ya, jika responden
menggunakan
kelambu saat tidur
Ordinal
43
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
dimalam hari selama
1 sampai 7 kali
dalam seminggu.
7. Pemasangan
kasa anti
nyamuk
Perilaku memasang kasa anti nyamuk
pada ventilasi ruangan di dalam rumah
yang diketahui berdasarkan pengakuan
responden serta dicocokkan dengan
observasi peneliti.
Kuesioner
dan observasi
Lembar
kuesioner dan
lembar
observasi
0. Tidak ada, jika tidak
dipasang kasa anti
nyamuk di setiap
ventilasi ruangan di
rumah.
1. Ada, jika dipasang
kasa anti nyamuk
pada sebagian atau
seluruh ventilasi
ruangan di rumah.
Ordinal
8. Penggunaan
obat anti
nyamuk
Perilaku responden dalam menggunakan
obat anti nyamuk di malam hari baik
saat di dalam rumah maupun di luar
rumah, obat nyamuk tersebut termasuk
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Tidak, jika
responden tidak
menggunakan obat
anti nyamuk saat
Ordinal
44
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
obat nyamuk elektrik, semprot, bakar,
oles maupun spray yang digunakan 1
sampai 7 kali dalam seminggu dan
diketahui berdasarkan pengakuan
responden.
tidur dimalam hari
atau saat keluar
rumah pada malam
hari.
1. Ya, jika responden
menggunakan obat
anti nyamuk saat
tidur dimalam hari
atau saat keluar
rumah pada malam
hari selama 1 sampai
7 kali dalam
seminggu.
9. Keberadaan
Tempat
Perindukan
Nyamuk
Adanya lingkungan yang menjadi
tempat berkembang biaknya nyamuk
yang diketahui berdasarkan pengakuan
responden. Tempat perindukan nyamuk
Kuesioner
dan observasi
Lembar
kuesioner dan
lembar
observasi
0. Ada, jika di sekitar
rumah responden
terdapat salah satu,
sebagian atau semua
Ordinal
45
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
tersebut ialah:
a. Sungai
b. Kolam
c. Mata air
d. Genangan atau cekungan air
e. Sawah
f. Saluran irigasi
(Prabowo, 2004)
tempat perindukan
nyamuk.
1. Tidak ada, jika di
sekitar rumah
responden tidak ada
tempat perindukan
nyamuk.
10. Jarak rumah
dengan
Tempat
Perindukan
Nyamuk
Jarak rumah dengan tempat perindukan
nyamuk yang diketahui berdasarkan
pengakuan responden.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Dekat, jika jarak
rumah dengan
tempat perindukan
nyamuk <50 meter.
Ordinal
46
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1. Jauh, jika jarak
rumah dengan
tempat perindukan
nyamuk >50 meter.
(Kusdaryanto et al.,
2005)
11. Keberadaan
Kandang
Ternak
Adanya kandang ternak yang berada di
sekitar rumah responden dengan radius
50 meter yang diketahui berdasarkan
pengakuan responden, kandang ternak
tersebut antara lain ialah kandang sapi,
kerbau dan kambing.
Kuesioner
dan observasi
Lembar
kuesioner
0. Ada, jika di sekitar
rumah responden
terdapat kandang
sapi, kerbau, atau
kambing.
1. Tidak ada, jika di
sekitar rumah
responden tidak
terdapat kandang
sapi, kerbau, atau
kambing.
Ordinal
47
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
12. Jarak rumah
dengan
kandang
ternak
Jarak rumah dengan keberadaan
kandang ternak yang diketahui
berdasarkan pengakuan responden.
Kuesioner Lembar
kuesioner
0. Dekat, jika jarak
rumah dengan
kandang ternak <10
meter.
1. Jauh, jika jarak
rumah dengan
kandang ternak >10
meter.
(Kusdaryanto et al.,
2005)
Ordinal
48
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini ialah :
1. Ada hubungan antara faktor demografi individu (usia, jenis kelamin,
pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
2. Ada hubungan antara faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari,
memakai pakaian terbuka, tidak menggunakan kelambu, tidak memasang
kasa anti nyamuk, tidak memakai obat anti nyamuk) dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga tahun 2014.
3. Ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan
nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan
kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
49
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian yang bersifat
kuantitatif dengan menggunakan studi cross sectional. Data Malaria yang
dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data prevalensi yang menjadikan desain
tersebut cocok untuk penelitian ini. Selain itu, desain tersebut dipilih dengan
pertimbangan bahwa penyakit Malaria merupakan penyakit dengan masa
inkubasi yang singkat yakni 1 – 6 minggu sehingga penelitian tipe
restrospektif kurang sesuai karena dikhawatirkan kondisi di masa lalu dan
masa sekarang telah berbeda terutama pada variabel perilaku dan variabel
lingkungan yang diteliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang,
Kabupaten Purbalingga selama bulan Juli – Agustus tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Target
Populasi dalam penelitian ini ialah semua warga Desa Selakambang
yakni sebanyak 7.755 orang.
50
2. Sampel
Sampel merupakan warga Desa Selakambang yang terpilih menjadi
responden melalui teknik pengambilan sampel yang dapat mewakili
seluruh populasi.
Kriteria inklusi:
i. Warga yang tinggal minimal satu tahun di Desa Selakambang.
ii. Warga yang berumur di atas 12 tahun.
iii. Bersedia ikut dalam penelitian dibuktikan dengan informed consent.
Kriteria eksklusi:
i. Bukan warga Desa Selakambang.
ii. Ibu hamil.
iii. Warga pindahan atau yang baru menetap kurang dari satu tahun.
iv. Tidak bersedia ikut dalam penelitian.
3. Besar Sampel
Perhitungan sampel ini dilakukan dengan perhitungan yang
dipaparkan oleh Lemeshow et al. (1997). Rumus perhitungannya ialah
sebagai berikut:
* ⁄
√, ( )- √, ( ) ( )-+
( )
Keterangan:
n : Jumlah sampel minimal
P1 : Proporsi subjek yang tidak terpajan pada kelompok kasus
pada penelitian sebelumnya
P2 : Proporsi subjek yang terpajan pada kelompok kasus pada
penelitian sebelumnya
Z1-α/2 : 1,96 pada 95% CI
Z1-β : 0,842
51
Berdasarkan perhitungan sampel di atas jumlah sampel yang didapat
yakni 69 responden, dengan estimasi efek desain = 2, maka besar sampel
menjadi 138 responden.
4. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random
sampling. Banyaknya jumlah populasi yang mencapai 7.755 orang
menjadikan teknik tersebut dipilih untuk mendapat sampel yang
proporsional. Selain itu, dibuat dua strata dalam populasi tersebut agar
data yang didapat heterogen yaitu data untuk responden yang menderita
Malaria dan responden yang tidak menderita Malaria. Penderita Malaria
ini tersebar di beberapa RW di Desa Selakambang. Untuk itu,
pengambilan sampel ini diawali dengan pemilihan sampel tingkat RW.
Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Populasi dibagi menjadi dua strata yaitu strata I dan strata II.
Populasi dengan angka API kurang dari 1 per 100 penduduk atau
bahkan tidak ada kasus Malaria masuk dalam strata I. Sedangkan
populasi dengan banyak kasus Malaria dan angka API >1 per 100
penduduk masuk dalam strata II. Strata tersebut ialah:
i. Strata I ialah RW 02 (API: 0), RW 06 (API: 0), RW 07 (API:
0,4), RW 08 (API: 0,6), RW 09 (API: 0,8), RW 10 (API: 0), RW
11 (API: 0).
ii. Strata II ialah RW 01 (API: 1,1), RW 03 (API: 4,1), RW 04 (API:
3,1), RW 05 (API: 1,1).
52
b. Masing – masing dari strata tersebut kemudian dipilih dua RW untuk
pengambilan sampel. Pengambilan RW tersebut dipilih secara acak
berdasarkan perbandingan 1:2, dimana strata II yang merupakan RW
dengan kasus yang banyak lebih besar diambil karena diharapkan
dapat lebih banyak terjaring responden yang sakit. RW yang terpilih
untuk strata I ialah RW 06 dan RW 10. Sedangkan RW 03 dan RW
04 ialah RW yang terpilih untuk strata II.
c. Jumlah responden di setiap RW terpilih dihitung sesuai dengan
proporsinya dan sebelumnya telah dikeluarkan penduduk yang
berusia dibawah 12 tahun serta tidak diikutsertakan dalam
perhitungan.
Tabel 4.1
Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang
RW Jumlah Penduduk Jumlah Sampel
03 680 32
04 887 41
06 812 38
10 574 27
Jumlah 2953 138
d. Pemilihan responden dilakukan dengan simple random sampling
menggunakan data penduduk yang diperoleh dari balai desa
setempat, jumlah sampel yang dipilih sesuai proporsi pada masing –
masing RW.
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sumber
data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari lembar
53
kuesioner, sedangkan data sekunder didapat Laporan Bulanan Puskesmas
Kaligondang.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah metode kuesioner,
observasi dan telaah dokumen.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
keseluruhan ialah kuesioner tertutup. Selain kuesioner tertutup, penelitian
ini juga menggunakan Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang dan
lembar observasi. Rincian instrumen untuk setiap variabel ialah sebagai
berikut:
a. Variabel yang menggunakan kuesioner ialah variabel usia, jenis
kelamin, pekerjaan, keluar rumah pada malam hari, penggunaan
kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat nyamuk,
keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak dan jarak rumah
dengan keberadaan kandang ternak.
b. Variabel yang menggunakan metode observasi ialah pemasangan
kasa anti nyamuk, keberadaan tempat perindukan nyamuk dan
keberadaan kandang ternak.
c. Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang digunakan untuk
memastikan pengakuan responden terhadap kejadian malaria.
54
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji terlebih
dahulu menggunakan metode Product Moment Pearson Correlation.
Kuesioner dikatakan valid jika alat ukur yang ditentukan tepat dapat
mengukur objek yang akan diukur ataupun dapat mengukur apa yang harus
diukur. Sedangkan kuesioner dinilai reliabel jika alat ukur menghasilkan hasil
ukur yang konsisten jika dilakukan pengkuruan berkali – kali. Kuesioner
yang digunakan telah diuji kepada 40 orang responden dengan hasil sebagai
berikut:
1. Validitas Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r hitung > r
tabel (0,304). Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 32 pertanyaan,
setelah diuji validitas terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yakni
pertanyaan D2, D5, E3, E4, E5. Pertanyaan tersebut kemudian diubah
redaksinya sehingga dapat dipahami lebih baik oleh responden. Adapun
hasil dari r hitung dari pertanyaan terkait variabel yang diteliti ialah
sebagai berikut:
55
Tabel 4.2 Hasil r Hitung Pertanyaan Terkait Variabel yang diteliti
No. Pertanyaan r Hitung
C4 0,631
D1 0,337
D2 0,306
D3 0,440
D4 0,331
D5 0,582
D6 0,337
D7 0,778
E1 0,382
E3 0,305
E4 0,364
E5 0,409
2. Reliabilitas Kuesioner
Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r Alpha
cronbach > r tabel (0,304). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan r
Alpha cronbach sebesar 0,806, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen penelitian mendatang
karena dinyatakan reliabel.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah jawaban kuesioner dikumpulkan, penulis melakukan
pengolahan data melalui berapa tahapan, yaitu:
1. Editing, penulis melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner
apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan
konsisten.
2. Coding, penulis merubah data yang berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka yang berguna untuk mempermudah analisis data dan
mempercepat entry data.
56
3. Entry data, penulis meng-entry data dari kuesioner dengan program
komputer tertentu.
4. Cleaning data, penulis mengecek kembali data yang sudah di-entry
apakah terdapat kesalahan atau tidak.
5. Analisa data, penulis menganalisa data secara statistik untuk
memudahkan interpretasi dan pengujian hipotesis lebih lanjut.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup dua
macam analisis data, yakni:
a. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel dalam penelitian ini. Analisis dilakukan
terhadap masing – masing dari setiap variabel. Hasil dari analisis ini
menunjukkan frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi
square untuk menguji hipotesis penelitian antar variabel independen
dan variabel dependen. Analisis ini dilakukan untuk semua variabel
pada penelitian ini, yaitu faktor demografi penduduk (usia, jenis
kelamin dan pekerjaan), faktor perilaku (keluar rumah pada malam
hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa nyamuk dan
penggunaan obat anti nyamuk) dan faktor lingkungan (keberadaan
tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan
nyamuk, keberadaan kandang ternak dan jarak rumah dengan
keberadaan ternak).
57
Hasil yang disajikan berupa p.value yang digunakan untuk
menentukan hubungan kemaknaan dari hasil uji statistik. Jika
p.value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada
hubungan antara variabel independen dan dependen. Sedangkan, jika
diketahui p.value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen
dan dependen.
58
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
1. Profil Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga
Selakambang merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Letak desa
Selakambang tidak jauh dari ibukota kecamatan. Jarak dari desa
Selakambang ke ibukota kecamatan ialah 3 Km. Namun, tidak ada
kendaraan yang langsung menuju ibukota kecamatan.
Batas wilayah desa Selakambang ini ialah:
a. Utara: Pagerandong
b. Selatan: Sinduraja
c. Timur: Sidareja
d. Barat: Selanegara
Desa Selakambang merupakan desa dengan dominan vegetasi
berupa perkebunan tak terawat. Adapun tanaman yang dikembangkan
untuk diproduksi ialah tanaman jagung dan kelapa. Luas tanaman jagung
mencapai 25, 05 ha dan pohon kelapa seluas 9,0 ha. Sebanyak 511
keluarga diketahui merupakan rumah tangga perkebunan.
Mata pencaharian pokok masyarakat desa Selakambang ialah
petani dan buruh tani. Jumlah petani yang ada di desa Selakambang ialah
3.186 orang dan jumlah buruh tani adalah 3.897 orang. Selain menjadi
59
petani dan buruh tani masyarakat juga memiliki ternak dan perikanan.
Namun, yang diproduksi hanya kambing dan ikan bawal. Jumlah pemilik
kambing di desa Selakambang ialah 750 dengan populasi kambing 821
ekor dan 550 orang yang memiliki budidaya ikan bawal.
Sumber air bersih yang digunakan antara lain ialah terdapat
sungai dan mata air. Terdapat sekitar 490 keluarga yang menjadi
pemanfaat mata air, 1.871 keluarga pemanfaat sumur gali, 951 pemanfaat
PAM dan 1.781 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air
bersih. Sedangkan, kondisi sungai keruh dan banyak endapan lumpur.
Sanitasi yang ada di desa Selakambang sudah cukup baik.
Terdapat sumur resapan air rumah tangga sebanyak 1.525 dan jumlah
pemilik jamban keluarga mencapai 2.155. Kondisi rumah warga juga
sudah baik karena hanya terdapat 7 rumah bambu. Pengobatan sudah
melalui tenaga kesehatan dengan jumlah prasarana kesehatan yang
memenuhi, yakni 2 puskesmas pembantu, 10 Posyandu dan 1 rumah
bersalin. Selain itu, terdapat 4 paramedis, 7 dukun bersalin terlatih, 2
bidan dan 2 perawat.
2. Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Distribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ada dalam tabel 5.1.
60
Tabel 5.1
Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Malaria Jumlah Presentase (%)
Ya 12 8,7
Tidak 126 91,3
Jumlah 138 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 8,7% dari 138
responden menderita Malaria.
B. Analisis Univariat
1. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Demografi
Penduduk pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan demografi penduduk yang
diteliti yaitu usia, jenis kelamin dan pekerjaan pada masyarakat Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014 terdapat dalam tabel 5.2.
Tabel 5.2
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Demografi Penduduk
pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Kategori
Malaria
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Usia
Dewasa (26 – 45 th)
Lansia (>46 th)
Remaja (12 – 25 th)
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
0 (0,0)
12 (100,0)
72 (57,1)
29 (23,0)
25 (19,8)
126 (100,0)
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
4 (33,3)
8 (66,7)
12 (100,0)
53 (42,1)
73 (57,9)
126 (100,0)
Pekerjaan
Berisiko
Tidak Berisiko
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
12 (100,0)
22 (17,5)
104 (82,5)
126 (100,0)
61
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
(58,3%) penderita Malaria berusia antara 26 – 45 tahun. Malaria juga
banyak terjadi pada perempuan (66,7%) dibanding laki – laki. Selain itu,
sebagian besar (58,3%) masyarakat yang terkena Malaria diketahui
memiliki pekerjaan berisiko.
2. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Perilaku pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Perilaku masyarakat yang diteliti ialah perilaku keluar rumah
pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk
dan penggunaan obat anti nyamuk. Frekuensi kejadian Malaria
berdasarkan perilaku masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ditampilkan dalam
tabel 5.3.
Tabel 5.3
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Perilaku pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Kategori
Malaria
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Keluar Pada Malam Hari
Ya
Tidak
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
12 (100,0)
82 (65,1)
44 (34,9)
126 (100,0)
Penggunaan Kelambu
Tidak
Ya
Jumlah
2 (16,7)
10 (83,3)
12 (100,0)
89 (70,6)
37 (29,4)
126 (100,0)
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk
Tidak
Ada
Jumlah
10 (83,3)
2 (16,7)
12 (100,0)
107 (84,9)
19 (15,1)
126 (100,0)
62
Kategori
Malaria
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Penggunaan Obat Anti Nyamuk
Tidak
Ya
Jumlah
9 (75,0)
3 (25,0)
12 (100,0)
91 (72,2)
35 (27,8)
126 (100,0)
Tabel 5.3 menjelaskan bahwa sebagian besar (58,3%) responden
yang menderita Malaria keluar rumah dimalam hari dan sebanyak 83,3%
responden yang menderita menggununakan kelambu saat tidur dimalam
hari. Pada variabel pemasangan kasa anti nyamuk diketahui sebagian
besar (83,3%) masyarakat yang menderita Malaria tidak memasang kasa
anti nyamuk. Data tersebut serupa dengan penggunaan obat anti nyamuk,
diketahui sebagian besar (75%) masyarakat yang menderita Malaria tidak
menggunakan obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari.
3. Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan pada
masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014 ada dalam Tabel 5.4. Faktor lingkungan tersebut
antara lain ialah keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan
kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk dan
jarak rumah dengan kandang ternak.
63
Tabel 5.4
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada
Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014
Kategori
Malaria
Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk
Ada
Tidak
Jumlah
8 (66,7)
4 (33,3)
12 (100,0)
102 (81,0)
24 (19,0)
126 (100,0)
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk
Dekat (<50 m)
Jauh (>50 m)
Jumlah
8 (100,0)
0 (0,0)
8 (100,0)
96 (94,1)
6 (5,9)
102 (100,0)
Keberadaan Kandang Ternak
Ada
Tidak
Jumlah
9 (75,0)
3 (25,0)
12 (100,0)
53 (42,1)
73 (57,9)
126 (100,0)
Jarak Rumah dengan Kandang Ternak
Dekat (<10 m)
Jauh (>10 m)
Jumlah
7 (77,8)
2 (22,2)
9 (100,0)
40 (75,5)
13 (24,5)
53 (100,0)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa di sekitar rumah
responden yang menderita Malaria sebagian besar (66,7%) terdapat
tempat perindukan nyamuk, sedangkan responden yang menderita
Malaria sebagian besar (75,0%) juga terdapat kandang ternak di sekitar
rumah. Jarak semua rumah responden yang menderita Malaria dan
terdapat tempat perindukan nyamuk diketahui dekat dengan tempat
perindukan nyamuk tersebut. Selain itu, sebagian besar responden yang
menderita Malaria (77,8%) memiliki rumah yang jaraknya dekat dengan
kandang ternak.
64
C. Analisis Bivariat
1. Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria
di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014
Hubungan antara faktor demografi penduduk (usia, jenis kelamin dan
pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel
5.5.
Tabel 5.5
Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
Kategori
Malaria
p.value Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Usia
Dewasa (26 – 45 th)
Lansia (>46 th)
Remaja (12 – 25 th)
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
0 (0,0)
12 (100,0)
72 (57,1)
29 (23,0)
25 (19,8)
126 (100,0)
0,192
0,066
Jenis Kelamin
Laki – laki
Perempuan
Jumlah
4 (33,3)
8 (66,7)
12 (100,0)
53 (42,1)
73 (57,9)
126 (100,0)
0,761
Pekerjaan
Berisiko
Tidak Berisiko
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
12 (100,0)
22 (17,5)
104 (82,5)
126 (100,0)
0,001
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel demografi
penduduk, hanya satu yang berhubungan dengan kejadian Malaria. Usia
(p.value = 0,140) dan jenis kelamin (p.value = 0,761) tidak berhubungan
dengan kejadian Malaria. Sedangkan variabel yang berhubungan dengan
kejadian Malaria ialah pekerjaan dengan p.value = 0,001.
65
2. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
Hubungan antara faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari,
penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat
anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel
5.6.
Tabel 5.6
Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
Kategori
Malaria
p.value Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Keluar Pada Malam Hari
Ya
Tidak
Jumlah
7 (58,3)
5 (41,7)
12 (100,0)
82 (65,1)
44 (34,9)
126 (100,0)
0,641
Penggunaan Kelambu
Tidak
Ya
Jumlah
2 (16,7)
10 (83,3)
12 (100,0)
89 (70,6)
37 (29,4)
126 (100,0)
0,000
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk
Tidak
Ada
Jumlah
10 (83,3)
2 (16,7)
12 (100,0)
107 (84,9)
19 (15,1)
126 (100,0)
1,000
Penggunaan Obat Anti Nyamuk
Tidak
Ya
Jumlah
9 (75,0)
3 (25,0)
12 (100,0)
91 (72,2)
35 (27,8)
126 (100,0)
1,000
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa perilaku keluar
pada malam hari tidak berhubungan dengan kejadian Malaria.
Pemasangan kasa anti nyamuk (p.value = 1,000) dan penggunaan obat
anti nyamuk (p.value = 1,000) juga tidak berhubungan dengan kejadian
66
Malaria. Faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian Malaria
ialah penggunaan kelambu (p.value = 0,000).
3. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
Hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan
nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan
kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel 5.7.
Tabel 5.7
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
Kategori
Malaria
p.value Ya
n (%)
Tidak
n (%)
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk
Ada
Tidak
Jumlah
8 (66,7)
4 (33,3)
12 (100,0)
102 (81,0)
24 (19,0)
126 (100,0)
0,263
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk
Dekat (<50 m)
Jauh (>50 m)
Jumlah
8 (100,0)
0 (0,0)
8 (100,0)
96 (94,1)
6 (5,9)
102 (100,0)
1,000
Keberadaan kandang ternak
Ada
Tidak
Jumlah
9 (75,0)
3 (25,0)
12 (100,0)
53 (42,1)
73 (57,9)
126 (100,0)
0,035
Jarak Rumah dengan kandang ternak
Dekat (<10 m)
Jauh (>10 m)
Jumlah
7 (77,8)
2 (22,2)
9 (100,0)
40 (75,5)
13 (24,5)
53 (100,0)
1,000
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa faktor lingkungan
yang berhubungan dengan kejadian Malaria ialah keberadaan kandang
67
ternak (p.value = 0,035). Sedangkan faktor lingkungan yang tidak
berhubungan dengan kejadian Malaria ialah keberadaan tempat
perindukan nyamuk (p.value = 0,263), jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk (p.value = 1,000) dan jarak rumah dengan kandang
ternak (p.value = 1,000).
68
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian Malaria ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus Tahun 2015.
Selama proses penelitian terdapat berbagai kelemahan. Kelemahan tersebut
ialah:
1. Penderita Malaria tidak diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium
dan hanya berdasarkan pengakuan responden. Untuk itu peneliti
mencocokkan data pengakuan responden dengan data Puskesmas
Kaligondang untuk memastikan kebenaran pengakuan responden.
Namun, peniliti tidak memastikan kebenaran responden yang mengaku
tidak menderita malaria di data Puskesmas Kaligondang.
2. Terdapat responden berumur lanjut usia yang tidak dapat menulis dan
sulit untuk diwawancarai sehingga banyak jawaban yang tidak diisi. Hal
tersebut di atasi dengan mewawancarai orang terdekat dengan responden.
3. Saat ditempat penelitian tidak semua tempat perindukan nyamuk dapat
diobservasi keberadaannya karena medan di tempat penelitian yang sulit
diakses. Tempat perindukan nyamuk tersebut ialah sungai dan mata air.
Hal tersebut di atasi dengan mencari informasi dari responden lain serta
tokoh masyarakat setempat mengenai keberadaan tempat perindukan
nyamuk tersebut.
69
B. Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Bukateja
Kabupaten Purbalingga
Kejadian Malaria di Desa Selakambang diketahui meningkat sejak
tiga tahun terakhir. Peningkatan tajam terjadi pada tahun 2014 dengan
penderita mencapai 91 kasus. Peningkatan tersebut sesuai dengan
peningkatan kasus di Kecamatan Kaligondang dari tahun 2012 hingga tahun
2014. Berdasarkan data Puskesmas Kaligondang, jumlah kasus pada tahun
2012 ialah 23 kasus, meningkat menjadi 35 kasus pada tahun 2013 dan
mencapai 113 kasus pada tahun 2014.
Kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan selama
tahun 2012 hingga tahun 2014 ialah 168, 187 dan 158 kasus. Dinas Kesehatan
Kabupaten Purbalingga menyebutkan bahwa selama tiga tahun berturut –
turut wilayah yang masih terjangkit kasus Malaria ialah Kecamatan
Kaligondang, Pengadegan, Karanganyar, Karangmoncol dan Rembang.
Peningkatan kasus Malaria secara signifikan hanya terjadi di Kecamatan
Kaligondang sedangkan wilayah lain yang termasuk daerah Malaria telah
mengalami penurunan kasus.
Kecamatan Kaligondang merupakan Kecamatan yang memiliki
presentase terbesar kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga yakni mencapai
71,5%. Sedangkan dari 71,5% kasus di Kecamatan Kaligondang sebesar
80,5% kasus terdapat di Desa Selakambang. Sebanyak 19,5% kasus di
Kaligondang terjadi di Desa Sidareja dan Desa Sidanegara.
Peningkatan kasus tersebut disebabkan oleh masyarakat yang bekerja
ditempat endemis Malaria. Pekerja yang bekerja diluar daerah pulang dengan
membawa Plasmodium, sp didalam tubuhnya dan menyebarkan penyakit
70
Malaria di sekitar tempat tinggalnya. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Purbalingga mencatat bahwa kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang
berawal dari kasus impor dan berkembang menjadi kasus indiginous dengan
mengalami peningkatan di setiap tahunnya. Berdasarkan informasi
responden, sebagian besar masyarakat Desa Selakambang yang menjadi
buruh diluar daerah merantau ke Batam yang masuk dalam daerah endemis
Malaria.
C. Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian
Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014
1. Usia
Pada dasarnya, malaria dapat menyerang semua kelompok
manusia dan tidak mengenal usia, jenis kelamin maupun ras. Namun,
perbedaan usia merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan
kekebalan tubuh terhadap gigitan nyamuk (Arsin, 2012). Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia merupakan
salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria (Saikhu
(2011) dan Kusdaryanto et al. (2005)).
Sebagian besar (58,3%) penderita Malaria di Desa Selakambang
diketahui berusia antara 26 – 45 tahun. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Arsin et al. (2013), Sagay et al. (2015) dan Sibala et al. (2013)
yang menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang menderita
Malaria berusia dewasa yakni 25 – 44 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan
dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Tahun 2014. Hal ini
71
didukung oleh penelitian Ernawati et al. (2011) yang menunjukkan
bahwa usia juga tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Punduh
Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2010 (p.value =
0,252).
Hasil penelitian tersebut antara lain dapat disebabkan karena
perilaku berisiko Malaria sebagian besar dilakukan oleh responden
dengan rentang usia dewasa. Data menunjukkan bahwa sebanyak 51,7%
responden yang keluar rumah pada malam hari dan 50,5% reponden yang
tidak memakai kelambu pada saat tidur dimalam hari diketahui berusia
dewasa. Selain itu, sebagian besar masyarakat (57%) yang tidak
menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari juga diketahui
merupakan responden usia dewasa.
Beberapa perilaku berisiko tersebut dilakukan oleh responden
karena beberapa hal antara lain karena ingin berpartisipasi di kelompok
masyarakat. Suroso et al. (2014) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain ialah faktor usia,
pekerjaan dan pendidikan. Masyarakat dengan umur 41 – 50 tahun
cenderung lebih aktif mengikuti musyawarah daripada usia yang lebih
muda atau lebih tua. Hal ini dapat dikarenakan kelompok dengan usia
lebih muda merasa sungkan terhadap masyarakat yang lebih tua karena
dianggap lebih senior dan lebih banyak memberikan masukan sehingga
mereka memilih untuk tidak berpartisipasi.
Musyawarah yang sering dilakukan di daerah penelitian antara
lain ialah rapat pengurus RT, rapat tersebut dilaksanakan dimalam hari
72
dan bergilir di rumah – rumah penduduk setempat. Artinya, warga yang
mengikuti rapat tersebut secara rutin keluar rumah pada malam hari
untuk mengikuti rapat tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya, warga
yang rapat ialah warga yang berusia 25 tahun keatas. Warga tersebut
memiliki risiko lebih tinggi digigit nyamuk Anopheles, sp diluar rumah.
Berdasarkan informasi, warga yang tidak berpartisipasi dalam rapat juga
memiliki kebiasaan berkumpul di tempat tertentu dimalam hari meskipun
sekedar minum kopi.
2. Jenis Kelamin
Malaria tidak menyerang manusia berdasarkan jenis kelamin
tertentu karena vektor penyakit Malaria menularkan Malaria kepada laki
– laki dan perempuan. Namun, secara kekebalan tubuh yang dimiliki
perempuan hamil akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Malaria
dibandingkan dengan laki – laki atau perempuan biasa. Hal tersebut
dikarenakan Malaria dapat menyebabkan anemia yang lebih berat pada
perempuan dengan kondisi hamil (Arsin, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Malaria lebih
banyak terjadi pada perempuan (66,7%) dibanding laki – laki (33,3%).
Nurlette et al. (2012) menyebutkan hal yang sama bahwa 71,4%
penderita Malaria dalam penelitiannya ialah perempuan sedangkan hanya
28,6% penderita Malaria ialah laki – laki. Banyaknya kasus Malaria yang
terjadi pada perempuan dibanding laki – laki dalam penelitian ini
bertentangan dengan penelitian Sagay et al. (2015) bahwa penderita
73
Malaria dalam penelitiannya lebih banyak laki – laki dibanding
perempuan yakni sebanyak 51,22%.
Variabel jenis kelamin secara statistik tidak berhubungan
dengan kejadian Malaria. Ernawati et al. (2011) menyatakan hal yang
sama bahwa di tempat penelitian yang ia lakukan juga tidak ditemukan
hubungan antara jenis kelamin dan kejadian Malaria. Sejalan dengan
Ernawati et al. (2011), Saikhu (2011) juga menjelaskan bahwa jenis
kelamin tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Propinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2007.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian malaria.
Banyaknya perempuan yang terkena malaria ini dapat disebabkan antara
lain karena sebanyak 59% responden perempuan tidak menggunakan
obat nyamuk saat tidur dimalam hari. Selain itu, sebagian besar (62%)
responden dengan usia dewasa yang merupakan usia paling rentan
terkena malaria ialah perempuan. Data juga menunjukkan bahwa
sebanyak 55% responden yang keluar rumah pada malam hari ialah
perempuan.
3. Pekerjaan
Pekerjaan dapat berperan penting terhadap penyakit Malaria
karena berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut.
Pekerjaan yang dilakukan diluar rumah, di pedesaan atau di perkebunan
akan memiliki risiko yang lebih besar untuk tergigit nyamuk Malaria.
Besarnya risiko tergigit nyamuk tersebut menjadikan jenis pekerjaan
74
dapat menyebabkan responden juga memiliki risiko tinggi terkena
Malaria (Sulistiani, 2012).
Sebagian besar (58,3%) masyarakat yang terkena Malaria
diketahui memiliki pekerjaan berisiko. Tallane et al. (2013) juga
menjelaskan bahwa responden yang menderita Malaria dalam
penelitiannya lebih banyak pada masyarakat yang memiliki pekerjaan
berisiko (83,2%) daripada masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak
berisiko (57,9%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan
dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang pada tahun 2014 dengan
p.value = 0,001. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Saikhu (2011)
dan Kusdaryanto et al. (2005) bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko
terjadinya Malaria. Hal tersebut didukung dengan penelitian Friaraiyatini
et al. (2006) bahwa jenis pekerjaan berhubungan dengan kejadian
Malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimanta Tengah.
Setelah dilakukan perhitungan, diketahui sebanyak 79,3%
responden yang mempunyai pekerjaan berisiko memiliki kebiasaan
keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian besar (75,9%) responden
yang memiliki pekerjaan berisiko juga memiliki rumah yang terdapat
tempat perindukan nyamuk di sekitarnya. Sebanyak 75,9% responden
yang memiliki pekerjaan berisiko juga diketahui terdapat kandang ternak
di sekitar rumahnya.
Pekerjaan berisiko yang dilakukan oleh responden antara lain
ialah bertani dan beternak. Hiswani (2004) menjelaskan bahwa sawah
75
merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles aconitus dan
Anopheles barbirostris. Nyamuk Anopheles aconitus diketahui
merupakan tersangka vektor penyakit Malaria di Jawa Tengah (Ikawati et
al., 2010). Pekerjaan berisiko tersebut sebagian besar dilakukan di tempat
peristirahatan nyamuk. Selain petani, penyadap pohon nira dan pembuat
gula jawa juga dapat berinteraksi dengan nyamuk Anopheles maculatus,
salah satu vektor di Pulau Jawa yang erat kaitannya dengan vegetasi pada
sungai di sekitar hutan (Ambarita et al., 2011). Selain itu peternak juga
memiliki risiko tergigit nyamuk karena Sedangkan sudah diketahui
bahwa kandang merupakan tempat yang disukai nyamuk Anopheles
maculatus untuk beristirahat (Handayani and Darwin, 2006).
D. Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014
1. Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari
Perilaku keluar rumah malam hari merupakan salah satu
tindakan berisiko yang dapat menyebabkan manusia tergigit oleh
nyamuk. Anopheles, sp merupakan vektor yang aktif mencari makan
pada malam hari sehingga manusia yang keluar rumah pada malam hari
memiliki kemungkinan untuk terkena Malaria (Hiswani, 2004).
Perilaku keluar rumah pada malam hari pada masyarakat Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tidak
berhubungan dengan kejadian Malaria. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Kurniawan (2008) di Kabupaten Asmat, Budiyanto
76
(2011) di Kabupaten OKU dan Anjasmoro (2013) di wilayah kerja
Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga.
Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa keluar rumah pada
malam hari merupakan faktor risiko kejadian Malaria (Santy et al.
(2014), Nurlette et al. (2012), Salim et al. (2012)). Asa et al. (2015)
mendukung pernyataan tersebut bahwa perilaku keluar rumah pada
malam hari berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Lobu dan
Lobu II Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa dengan p.value =
0,007. Salim et al. (2012) menjelaskan bahwa masyarakat yang keluar
rumah pada malam hari memiliki risiko 7,8 kali lebih besar terkena
Malaria dibanding masyarakat yang tidak keluar rumah pada malam hari.
Hasil penelitian dapat disebabkan karena sebanyak 75,3%
responden yang keluar rumah pada malam hari tidak memakai obat anti
nyamuk dimalam hari. Sebagian besar (79,8%) responden yang keluar
rumah dimalam hari juga diketahui terdapat tempat perindukan nyamuk
di sekitar rumahnya. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat yang keluar
rumah pada malam hari memiliki risiko tergigit nyamuk lebih besar
dibanding dengan yang tidak keluar rumah pada malam hari.
Perilaku berisiko tersebut dilakukan salah satunya karena
dipengaruhi oleh keaktifan berpartisipasi masyarakat, termasuk perilaku
keluar rumah pada malam hari. Partisipasi tersebut antara lain ialah
dalam musyawarah desa. Partisipasi masyarakat dapat dipengaruhi oleh
pekerjaan dan pendidikan. Sebagai contoh masyarakat yang bekerja
sebagai petani akan dapat meluangkan waktunya karena waktu bekerja
77
yang fleksibel. Berbeda dengan pekerja industri yang telah memiliki
jadwal tertentu yang dapat menyebabkan mereka tidak dapat
berpartisipasi. Selain itu, semakin rendah latar belakang pendidikan
masyarakat maka semakin rendah pula partisipasi mereka dalam
musyawarah desa (Suroso et al., 2014).
Hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis bahwa perilaku
keluar rumah pada malam hari berhubungan dengan kejadian Malaria.
Berdasarkan temuan pada saat penelitian, terdapat informasi bahwa
perempuan maupun laki – laki dengan umur di atas 26 tahun sering
keluar rumah pada malam hari juga menjelang shubuh. Hal tersebut
dikarenakan mereka menjalankan ibadah sholat di masjid setempat.
Berbeda pada laki – laki pada umur tersebut, selain keluar rumah pada
malah hari karena pergi ke masjid untuk beribadah mereka juga sering
melaksanakan rapat dengan warga setempat baik rapat pengurus RT
ataupun rapat untuk musyawarah masalah tertentu. Rapat atau
musyawarah yang dilakukan ini merupakan bentuk partisipasi dari
masyarakat setempat.
Pelaksanaan rapat tersebut dilakukan pada pukul 20.00 WIB
sampai dengan pukul 22.00 WIB atau bahkan lebih. Hal tersebut
meningkatkan risiko masyarakat untuk tergigit nyamuk. Nyamuk
Anopheles, sp terhitung menggigit pada pukul 18.00 dan puncak gigitan
nyamuk terjadi pada pukul 22.00 WIB (Friaraiyatini et al. (2006),
Samarang et al. (2007), Ikawati et al. (2010)). Pada jam tersebut bukan
78
tidak memungkinkan bahwa masyarakat tergigit nyamuk pada saat
perjalanan menuju tempat perkumpulan warga.
2. Penggunaan Kelambu
Penggunaan kelambu telah diketahui sebagai salah satu upaya
untuk mencegah terjadinya Malaria. Penggunaan kelambu diharapkan
dapat melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk dimalam hari.
Sebagian besar (83,3%) responden yang menggunakan kelambu dalam
penelitian ini terkena Malaria sedangkan 16,7% responden lain yang
terkena Malaria tidak memakai kelambu. Hal tersebut bertentangan
dengan teori bahwa penggunaan kelambu dapat mecegah terjadinya
Malaria sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saikhu et al.
(2011) bahwa proporsi yang tidak menggunakan kelambu lebih tinggi
pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Berdasarkan uji
statistik, penggunaan kelambu berinsektisida berhubungan dengan
kejadian Malaria.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kelambu
berhubungan dengan kejadian Malaria (p.value = 0,000). Bagaray et al.
(2015) juga mengatakan bahwa penggunaan kelambu berhubungan
dengan kejadian Malaria. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian
Sagay et al. (2015) bahwa responden yang tidak sering menggunakan
kelambu memiliki risiko 2,447 kali menderita Malaria dibandingkan
dengan responden yang sering menggunakan kelambu.
Salim et al. (2012), Ristadeli et al. (2013) dan Santy et al. (2014)
mendukung hasil penelitian tersebut dengan menyatakan bahwa
79
penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian Malaria. Namun,
Imbiri et al. (2012) memiliki hasil penelitian yang berbeda bahwa
penggunaan kelambu tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di
wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota Tahun 2012.
Diketahui 67% responden dalam penelitian ini yang tidak
memakai kelambu juga tidak memakai obat nyamuk. Selain itu, sebanyak
84,6% responden yang tidak memakai kelambu tidak memasang kasa
anti nyamuk pada ventilasi rumah. Sedangkan sebanyak 80,8%
responden yang memakai kelambu memiliki rumah dengan jarak yang
dekat dengan ternak.
Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara
lain ialah apakah kelambu yang dipakai merupakan kelambu
berinsektisida atau tidak. Ikawati et al. (2010) menjelaskan bahwa
kelambu dengan insektisida lebih efektif dibandingkan dengan kelambu
biasa. Hasil uji hayati kelambu yang dipakai di masyarakat di daerah
Dukuh Lamuk, Desa Kalibening, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten
Wonosobo menunjukkan bahwa nyamuk uji mati sebanyak 70% pada 30
menit pertama dan meningkat hingga 93,3% setelah 24 jam. Kematian
nyamuk uji yang mencapai angka tersebut menunjukkan bahwa kelambu
dengan insektisida efektif bahkan hingga 24 jam pemakaian.
Arsin et al. (2013) memperhatikan beberapa hal dalam
penelitiannya tentang penggunaan kelambu selain jenis kelambu yang
berinsektisida atau tidak. Hal tersebut yakni penggunaan kelambu
(dimasukkan kebawah kasur atau tidak), waktu penggunaan kelambu
80
(sebelum atau sesudah pukul 21.00 WIB), frekuensi penggunaan
kelambu (sering atau kadang – kadang), perawatan kelambu (dirawat
atau tidak) dan bahan kelambu (polyester atau bukan). Penggunaan
kelambu, frekuensi penggunaan kelambu dan perawatan kelambu
diketahui berhubungan dengan kejadian Malaria. Selain itu kondisi
kelambu yang tidak baik seperti ada lubang atau robekan dan jenis
dinding serta lantai rumah berupa kayu juga memungkinkan nyamuk
untuk masuk (Media et al., 2011).
Penggunaan kelambu yang tidak dimasukkan kebawah kasur
lebih berisiko dibanding dengan penggunaan kelambu yang tidak
dimasukkan kedalam kasur. Waktu penggunaan kelambu diketahui lebih
aman sebelum pukul 21.00 WIB daripada setelah pukul 21.00 WIB.
Selain itu, sering atau tidaknya kelambu digunakan juga berpengaruh
terhadap kejadian Malaria dimana penggunaan yang lebih sering akan
lebih aman dibandingkan dengan penggunaan yang jarang atau kadang –
kadang (Arsin et al., 2013). Artinya, variabel penggunaan kelambu tidak
dapat berdiri sendiri dan diperlukan penelitian lebih dalam mengenai
penggunaan kelambu.
3. Pemasangan Kasa Anti Nyamuk
Kasa anti nyamuk diketahui merupakan salah satu perilaku
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk.
Ristadeli et al. (2013) melakukan penelitian dengan hasil bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pemasangan kasa anti nyamuk dengan
kejadian Malaria di Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi
81
Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai OR sebesar 10,5. Hal itu
menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak memasang kasa anti nyamuk
pada ventilasi rumah memiliki risiko 10,5 kali lebih besar terkena
Malaria dibandingkan dengan masyarakat yang memasang kasa anti
nyamuk pada ventilasi rumah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (83,3%)
masyarakat yang menderita Malaria dan sebanyak 84,9% masyarakat
yang tidak menderita Malaria tidak memasang kasa anti nyamuk pada
ventilasi rumah mereka. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
antara pemasangan kasa anti nyamuk pada ventilasi dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang.
Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan
masyarakat yang tidak menggunakan kasa maupun penutup pada
ventilasi rumah. Pemasangan kasa anti nyamuk ventilasi rumah ini
dengan kejadian Malaria berpengaruh terhadap mudah tidaknya nyamuk
masuk kedalam rumah, ventilasi yang tidak menggunakan kasa akan
memudahkan nyamuk masuk kedalam rumah (Imbiri et al., 2012).
Sebagian besar (76,1%) responden di Desa Selakambang yang
tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah juga diketahui
tidak memakai obat anti nyamuk pada malam hari. Sedangkan sebanyak
93,5% responden yang tidak memasang kasa anti nyamuk memiliki
rumah dengan jarak yang dekat dengan tempat perindukan nyamuk.
Selain itu, sebanyak 76,9% responden yang tidak memasang kasa anti
82
nyamuk diketahui memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan
ternak.
4. Penggunaan Obat Nyamuk
Pengendalian vektor secara umum dapat dilakukan dengan dua
cara yakni pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan gigitan
nyamuk. Penggunaan obat nyamuk merupakan salah satu perilaku
pencegahan terhadap gigitan nyamuk. Selain menggunakan obat nyamuk,
penggunaan kelambu dan tidak pergi ke daerah endemis Malaria ialah
cara lain yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk
(Komariah et al., 2010).
Masyarakat di Desa Selakambang yang menderita Malaria
sebagian besar (75%) tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur
dimalam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat
nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria dengan p.value =
1,000. Hal tersebut dapat dikarenakan sebanyak 67% responden yang
tidak menggunakan obat nyamuk diketahui juga memiliki kebiasan
keluar rumah pada malam hari. Sedangkan sebanyak 61% responden
yang tidak menggunakan obat nyamuk diketahui tidak memakai kelambu
saat tidur malam hari. Selain itu, sebagian besar (89%) responden yang
tidak menggunakan obat nyamuk juga tidak memasang kasa anti nyamuk
pada ventilasi rumah.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Santy et al.
(2014) bahwa masyarakat yang tidak menggunakan obat nyamuk di Desa
Sungai Ayak 3 berisiko 2,17 kali lebih besar dibandingkan dengan
83
masyarakat yang menggunakan obat anti nyamuk. Nurlette et al. (2012)
juga menyatakan bahwa penggunaan obat nyamuk berhubungan dengan
kejadian Malaria dengan p.value = 0,000.
E. Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria
di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014
1. Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk
Tempat perindukan nyamuk merupakan tempat yang digunakan
nyamuk untuk berkembangbiak. Tempat yang potensial sebagai tempat
perindukan nyamuk antara lain ialah sungai yang jernih dengan aliran air
perlahan, kolam dengan air jenih, mata air yang jernih, lagun, genangan
atau cekungan air, sawah, saluran irigasi dengan aliran lambat danau,
tambak ikan, tambak udang, pertambangan dan hutan bakau (Prabowo
(2004) dan Hakim (2010)).
Tempat perindukan nyamuk yang ditemukan di tempat
penelitian antara lain ialah kolam, mata air, sungai, genangan air,
cekungan air dan saluran irigasi yang lambat. Sedangkan tidak ditemukan
keberadaan sawah, lagun danau, tambak ikan, tambak udang,
pertambangan maupun hutan bakau. Hal tersebut dikarenakan Desa
Selakambang merupakan daerah dataran tinggi dan bukan daerah
penghasil tambang maupun tambak ikan ataupun udang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (66,7%)
masyarakat yang menderita Malaria terdapat tempat perindukan nyamuk
di sekitar rumahnya. Pada saat penelitian dilakukan ditemukan sejumlah
kolam ikan yang ada di sekitar rumah warga yang menjadi responden.
84
Diketahui 80% responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat
perindukan nyamuk juga memiliki pekerjaan yang tidak berisiko.
Sebanyak 64,5% responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat
perindukan nyamuk juga keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian
besar (85,4%) responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat
perindukan nyamuk diketahui tidak memasang kasa anti nyamuk pada
ventilasi rumah.
Uji statistik menunjukkan bahwa keberadaan tempat perindukan
nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Walean et al. (2015)
bahwa tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian
Malaria di Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa Tenggara (p.value =
0,642). Santy et al. (2014) mendukung pernyataan tersebut bahwa
perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria dengan
p.value = 0,141.
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tempat
perindukan nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria. Hakim
(2010) menjelaskan tempat perindukan nyamuk merupakan faktor risiko
kejadian Malaria di Tasikmalaya, Ciamis, Garut dan Sukabumi. Ristadeli
et al. (2013) juga menjelaskan bahwa masyarakat yang di sekitar
rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk memiliki risiko 2,4 kali
dibanding dengan masyarakat yang tidak terdapat terdapat tempat
perindukan nyamuk di sekitar rumahnya.
85
Hasil penelitian ini antara lain dapat dipengaruhi oleh mata
pencaharian dan penggunaan sumber air oleh masyarakat setempat.
Menurut data dari Balaidesa Selakambang diketahui selain beternak
kambing masyarakat setempat juga memproduksi ikan berupa ikan
bawal, sebanyak 550 orang di Desa Selakambang memiliki budidaya
ikan bawal. Ikan tersebut dibudidayakan di kolam buatan, kolam – kolam
yang ada ditempatkan didekat rumah dan merupakan kolam yang tenang.
Keadaan kolam tersebut sangat memungkinkan untuk hidup nyamuk
Anopheles, sp. Yunianto et al. (2009) menjelaskan bahwa di Desa
Kendaga telah ditemukan kolam sebagai tempat perindukan nyamuk
Anopheles, sp.
Selain kolam, terdapat dua sungai yang melintasi Desa
Selakambang. Berdasarkan data dari Balaidesa Selakambang diketahui
sebanyak 1.781 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air utama
mereka. Artinya, warga yang memanfaatkan sungai tersebut memiliki
kontak lebih sering dengan nyamuk yang memungkinkan warga dapat
tergigit oleh nyamuk di sekitarnya.
2. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk
Nyamuk diketahui memiliki kemampuan mencium bau makanan
mereka hingga jarak 50 meter. Untuk itu, responden dengan rumah yang
berjarak <50 meter dari tempat perindukan nyamuk memiliki risiko lebih
tinggi untuk digigit oleh nyamuk (Syamsir, 2015). Kurniawan (2008)
menjelaskan bahwa jarak tempat perindukan nyamuk berhubungan
dengan kejadian Malaria.
86
Penelitian di Desa Selakambang ini menunjukkan bahwa jarak
rumah dengan tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan
kejadian Malaria. Hakim et al. (2013), Kusdaryanto et al. (2005) dan
Mofu (2013) mendukung hasil penelitian dengan menyampaikan bahwa
jarak tempat perindukan nyamuk tidak berpengaruh terhadap kepadatan
nyamuk Anopheles, sp. Namun, pada rumah yang berjarak dekat dengan
tempat perindukan nyamuk, ditemukan kepadatan nyamuk yang lebih
besar dibandingkan pada jarak yang lebih jauh. Keberadaan genangan air
yang mengandung jentik dan berada pada jarak <100 meter diketahui
berisiko menyebabkan Malaria. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sarmi Kota yang tinggal di sekitar genangan air dalam jarak tersebut
memiliki risiko 6,827 kali lebih besar menderita Malaria dibanding
dengan masyarakat yang tinggal dalam jarak >100 meter (Imbiri et al.,
2012).
Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk tidak
berhubungan dengan kejadian malaria dapat dipengaruhi oleh jarak
terbang nyamuk ini dapat mencapai 2 – 3 Km sehingga dapat
menentukan keberadaan nyamuk (Kusdaryanto et al., (2005), Handayani
and Darwin (2006)). Selain itu, faktor iklim seperti suhu, kelembaban
dan curah hujan juga berpengaruh terhadap perilaku nyamuk tersebut
(Mardiana and Musadad, 2012).
Hasil penelitian juga didukung dengan data bahwa semua
responden yang menderita Malaria dan 94,1% masyarakat yang tidak
menderita Malaria memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan
87
tempat perindukan nyamuk. Selain itu, diketahui sebagian besar (83,7%)
responden yang rumahnya dekat dengan tempat perindukan nyamuk
diketahui juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi
rumahnya. Sebanyak 67,3% responden yang rumahnya dekat dengan
tempat perindukan nyamuk tidak memakai kelambu saat tidur dimalam
hari.
3. Keberadaan Kandang Ternak
Beternak merupakan salah satu pekerjaan pokok bagi
masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga. Sebanyak 750 warga Desa Selakambang diketahui memiliki
ternak dan dari jumlah tersebut ada beberapa rumah yang letaknya berada
di sekitar kandang.
Keberadaan kandang ternak ini dapat menjadi ancaman bagi
masyarakat karena sebagian besar nyamuk mencari darah kandang
ternak. Perilaku nyamuk dalam mencari makan berbeda antar spesies,
diketahui Anopheles aconitus, Anopheles maculatus dan Anopheles
barbirostris lebih suka terhadap darah hewan atau biasa disebut zoofilik.
Sedangkan Anopheles sundaicus lebih suka dengan darah manusia
(Hiswani (2004), Indriyati and Waris (2012)).
Kandang ternak ditemukan sebagai tempat peristirahatan bagi
nyamuk Anopheles aconitus dengan presentase jumlah nyamuk mencapai
60% (Handayani and Darwin, 2006). Jika terdapat kandang ternak di
sekitar rumah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa nyamuk yang
mencari makan di kandang juga masuk kedalam rumah.
88
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% penderita Malaria
terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Secara statistik, keberadaan
kandang ternak ini memiliki hubungan dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Hasyimi and Herawati
(2012), Mulyono et al. (2013) dan Pamela (2009) bahwa kandang ternak
berhubungan dengan kejadian malaria. Responden yang di sekitar
rumahnya terdapat ternak memiliki risiko 1,64 kali lebih besar terkena
malaria dibandingkan responden yang di sekitar rumahnya tidak ada
ternak (Hasyimi, 2012).
4. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak
Jarak kandang ternak dengan rumah dapat menentukan risiko
penularan Malaria. Jarak ternak dengan rumah yang terlalu dekat dapat
memudahkan nyamuk bertransmigrasi dari kandang hingga masuk ke
rumah. Akibatnya, penghuni rumah tergigit oleh nyamuk dan dapat
terserang Malaria (Kusdaryanto, 2005)..
Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat yang
menderita Malaria sebagian besar memiliki jarak yang dekat dengan
kandang ternak dengan presentase 77,8%. Berdasarkan hasil uji statistik
jarak rumah dengan kandang ternak tidak berhubungan dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang.
Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian besar (80,9%)
responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak juga
terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Sebanyak
89
70,2% responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak
diketahui tidak memakai obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari.
Selain itu, sebanyak 85,1% responden yang jarak rumahnya dekat dengan
kandang ternak juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi
rumahnya dan 55,3% tidak memakai kelambu.
Hasil penelitian serupa juga disampaikan oleh Kusdaryanto et al.
(2005) yang menjelaskan bahwa kandang ternak yang ditempatkan
dengan jarak 10 meter hingga 20 meter tidak berhubungan dengan
kepadatan nyamuk Anopheles aconitus. Namun, Pemeliharaan ternak ini
juga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan
kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah (Erdinal et al.,
2006).
90
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2015, didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Kejadian penyakit Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ialah sebanyak 8,7%
dari 138 responden.
2. Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik demografi individu
pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014:
a. Masyarakat yang menderita Malaria sebagian besar (58,3%) ialah
kelompok dewasa dengan usia 25 – 45 tahun.
b. Sebagian besar (66,7%) penderita Malaria pada penelitian ini ialah
perempuan.
c. Masyarakat yang menderita Malaria sebagian besar (58,3%)
memiliki pekerjaan berisiko.
3. Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku pada masyarakat di
Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga
Tahun 2014:
91
a. Sebagian besar (58,3%) masyarakat yang menderita Malaria dan
65,1% masyarakat yang tidak menderita Malaria keluar rumah pada
malam hari.
b. Sebanyak 16,7% penderita Malaria dan 70,6% masyarakat yang
bukan penderita Malaria tidak menggunakan kelambu saat tidur
dimalam hari.
c. Terdapat 83,3% masyarakat yang menderita Malaria dan 84,9%
masyarakat yang tidak menderita yang tidak memasang kasa anti
nyamuk di rumahnya.
d. Sebanyak 75% masyarakat yang menderita Malaria dan 72,2%
masyarakat yang tidak menderita Malaria tidak menggunakan obat
anti nyamuk saat tidur.
4. Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan pada
masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014:
a. Terdapat 66,7% penderita Malaria dan 81% masyarakat yang bukan
penderita Malaria yang terdapat tempat perindukan nyamuk di
sekitar rumahnya.
b. Semua masyarakat yang menderita Malaria dan 94,1% masyarakat
yang tidak menderita Malaria rumahnya berjarak dekat (<50 meter)
dengan tempat perindukan nyamuk.
c. Sebanyak 75% penderita Malaria dan 42,1% masyarakat yang tidak
menderita Malaria terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya.
92
d. Sebanyak 77,8% masyarakat yang menderita Malaria dan 75,5%
masyarakat yang tidak menderita Malaria rumahnya berjarak dekat
(<10 meter) dengan kandang ternak.
5. Hubungan antara karakteristik demografi individu dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten
Purbalingga Tahun 2014:
a. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian Malaria.
1) Usia dewasa dengan remaja (p.value = 0,192).
2) Usia lansia dengan remaja (p.value = 0,066).
b. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
Malaria (p.value = 0,761).
c. Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian Malaria
(p.value = 0,001).
6. Hubungan antara karakteristik demografi individu perilaku masyarakat
dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga Tahun 2014:
a. Tidak terdapat hubungan antara keluar rumah pada malam hari
dengan kejadian Malaria (p.value = 0,641).
b. Terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian
Malaria (p.value = 0,000).
c. Tidak terdapat hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk
dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
d. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk
dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
93
7. Hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014:
a. Tidak terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan
nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 0,263).
b. Tidak terdapat hubungan antara jarak rumah dengan tempat
perindukan nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
c. Terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan
kejadian Malaria (p.value = 0,035).
d. Tidak terdapat hubungan antara jarak rumah dengan kandang ternak
dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
B. Saran
1. Peneliti Selanjutnya
a. Memperbanyak sampel penelitian agar didapatkan data yang lebih
baik dan terjaring lebih banyak penderita Malaria.
b. Menggunakan meteran atau teknologi lain untuk mengukur variabel
jarak sehingga data yang didapat lebih jelas.
c. Memperbanyak referensi terkait pembahasan di setiap variabel
sehingga dapat memperkaya informasi kepada pembaca.
2. Masyarakat Desa Selakambang
a. Selalu menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang saat
malam hari yakni pukul 18.00 – 06.00 WIB terutama jika akan
keluar rumah.
b. Selalu menggunakan obat anti nyamuk saat malam hari.
94
c. Selalu menggunakan kelambu saat tidur dimalam hari, disarankan
memakai kelambu yang berinsektisida.
d. Memasang kelambu dengan dimasukkan kedalam kasur sebelum
pukul 21.00 WIB dan dipakai setiap hari.
e. Memasang kasa anti nyamuk pada setiap ventilasi rumah.
f. Mengubur dan membersihkan tempat – tempat yang dapat dijadikan
sebagai tempat perindukan nyamuk seperti genangan air, cekungan
air, dsb.
g. Membersihkan dan merapikan lingkungan rumah yang dapat
dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk seperti timbunan
dedaunan, cekungan yang tertutup tumbuhan dan lubang yang
lembab.
h. Memindahkan kandang ternak agar tidak terlalu dekat dengan rumah
yakni sejauh 10 meter. Ternak ditempatkan sebelum tempat
perindukan nyamuk sehingga kandang ternak dapat dijadikan
perlindungan bukan menjadi risiko terkena Malaria.
3. Puskesmas Kaligondang
a. Mensosialisasikan secara rutin mengenai perilaku pencegahan
penyakit Malaria bagi masyarakat setempat.
b. Sasaran sosialisasi terkait perilaku pencegahan tersebut difokuskan
kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan berisiko seperti
penyadap nira pohon kelapa, peternak, masyarakat yang
berkebun/bertani dan pembuat gula jawa.
95
c. Menyertakan penyuluhan terkait penggunaan kelambu yang baik dan
benar saat pembagian kelambu berinsektisida sehingga kelambu
dapat dijadikan alat pencegahan yang efektif.
d. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah
terutama sampah daun – daunan didekat rumah karena dapat
dijadikan tempat peristirahatan nyamuk.
e. Memberikan pelatihan pembuatan kompos agar masyarakat dapat
memanfaatkan tumbuhan dan sampah organik di sekitar rumahnya
agar lingkungan bersih dan tumbuhan di sekitar rumah tidak
dijadikan tempat peristirahatan nyamuk.
f. Memberikan penyuluhan khusus kepada masyarakat yang memiliki
ternak agar menempatkan kandang ternaknya 10 meter jauhnya dari
pemukiman serta ditempatkan diantara pemukiman dan tempat
perindukan nyamuk seperti sungai atau mata air. Kandang ternak
yang ditempatkan dengan teknik tersebut dapat dijadikan umpan
untuk nyamuk sehingga dapat meminimalisir nyamuk yang terbang
masuk kedalam pemukiman.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga
a. Mengalokasikan dana lebih banyak untuk penyediaan kelambu
berinsektisida.
b. Memfokuskan program dan kebijakan pada perlindungan pekerja
yang bekerja diluar rumah hingga larut malam. Kebijakan yang
dapat dibuat antara lain ialah larangan menggunakan baju dan celana
96
pendek setelah pukul 18.00 WIB. Penerapan kebijakan tersebut
dapat dibantu oleh perangkat setempat untuk selalu menegur,
menginformasikan gambaran dampak negatif akibat memakai
pakaian terbuka dan menasehati agar masyarakat dapat terbiasa.
c. Memberikan fasilitas dan sumber daya manusia untuk pelatihan
pembuatan kompos agar masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan
dan sampah organik di sekitar rumahnya untuk dijadikan barang
yang bernilai ekonomi. Sehingga tidak dijadikan sebagai tempat
peristirahatan nyamuk.
d. Mengajak semua masyarakat yang memiliki ternak untuk bergabung
dengan kelompok ternak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Purbalingga.
Rekayasa ternak yang baik idealnya ditempatkan diantara
pemukiman dan tempat perindukan nyamuk dengan jarak 10 meter
dari pemukiman.
97
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta, PT.
Kompas Media Nusantara.
Ambarita, L. P., et al. 2011. Beberapa Aspek Bionomik Anopheles Maculatus dan
Anopheles Leucosphyrus di Perkebunan Kopi Daerah Endemis Malaria
Kabupaten OKU Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 10 No. 4, 10.
AMCA. 2014. Life Cycle [Online]. Mount Laurel: American Mosquito Control
Association. Available: www.mosquito.org/life-cycle [Accessed 20 Maret
2014 2015].
Anies 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan
Menanggulangi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Anjasmoro, R. 2013. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria
di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 2.
Arsin, A. A. 2012. Malaria di Indonesia: Tinjauan Aspek Epidemiologi, Makasar,
MASAGENA PRESS.
Arsin, A. A., Nasir, M. & Nawi, R. 2013. Hubungan Penggunaan Kelambu
Berinsektisida dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Halmahera Timur.
Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 6.
Asa, P. E., Umboh, J. M. L. & Pangemanan, J. 2015. Pengaruh Penggunaan
Kelambu, Repellent, Bahan Anti Nyamuk dan Kebiasaan Keluar Rumah
Malam Hari Terhadap Kejadian Malaria di Desa Lobu dan Lobu II
Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013. Jurnal
Media Kesehatan, Vol.3, 7.
Azis, P. A. 2013. Survei Malariometrik di Kelurahan Kalumata Kecamatan Kota
Ternate Selatan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Tahun 2013. S1,
Universitas Sam Ratulangi.
Bagaray, E. F., Umboh, J. M. L. & Kawatu, P. A. T. 2015. Hubungan antara
Faktor - Faktor Risiko dengan Kejadian Malaria di Kecamatan KEI Besar
Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Jurnal Media Kesehatan,
Vol. 3, 7.
Boelee, E., Konradsen, F. & Hoek, W. V. D. 2002. Malaria in Irrigated
Agriculture, South Africa, Clifford Mutero, International Water
Management Institute.
98
Budiyanto, A. 2011. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria
di Daerah Endemis di Kabupaten OKU. Jurnal Pembangunan Manusia,
Vol. 5, 10.
CDC. 2015. Malaria [Online]. Atlanta, Georgia: Centers for Disease Control and
Prevention. Available: http://www.cdc.gov/malaria/ [Accessed 04 Februari
2015 2015].
Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran dan Komunitas, Jakarta, EGC.
DEPKES 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta, Departemen Kesehatan
RI.
DEPKES 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta, Departemen Kesehatan
RI.
DINKES 2012. Profil Jawa Tengah Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
DKK 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2013, Purbalingga,
Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purbalingga.
Erdinal, Susanna, D. & Wulandari, R. A. 2006. Faktor - Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten
Kampar, 2005/2006. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 10, 7.
Ernawati, K., et al. 2011. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan
Rumah dengan Kejadian Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung Indonesia 2010. Jurnal Makara, Kesehatan, 15, 7.
Friaraiyatini, Keman, S. & Yudhastuti, R. 2006. Pengaruh Lingkungan dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Barito
Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.
2 No. 2, 9.
Hakim, L. 2010. Faktor Risiko Penularan Malaria di Jawa Barat (Kajian
Epidemiologi tentang Vektor, Parasit Plasmodium dan Lingkungan
Sebagai Faktor Risiko Kesehatan Malaria). Jurnal Aspirator, Vol. 1, 10.
Hakim, L., et al. 2013. Hubungan Keberadaan Pekerja Migrasi Ke Daerah
Endemis Malaria dan Jarak Ke Tempat Perkembangbiakan Vektor dengan
Keberadaan Parasit Malaria. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 12 No. 1, 7.
Handayani, F. D. & Darwin, A. 2006. Habitat Istirahat Vektor Malaria di Daerah
Endemis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 5 No. 2, 10.
Hasyimi, M. & Herawati, M. H. 2012. Hubungan Faktor Lingkungan yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Timur Indonesia
(Analisis Data Riskesdas 2010). Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 11 No 1,
9.
99
Hiswani 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Ikawati, B., Yunianto, B. & D, R. A. P. 2010. Efektifitas Pemakaian Kelambu
Berinsektisida di Desa Endemis Malaria di Kabupaten Wonosobo. Jurnal
Balaba, Vol. 6 No. 2, 6.
Imbiri, J. K., Suhartono & Nurjazuli 2012. Analisis Faktor Risiko Malaria di
Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi Tahun 2012.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, 8.
Indriyati, L. & Waris, L. 2012. Epidemiologi Malaria di Daerah Pedalaman
Nunukan. Jurnal Buski, Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber
Binatang, Vol. 4, 6.
Jamison, D. T., et al. 2006. Disease adn Mortality in Sub-Saharan Africa,
Washington, DC, The World Bank.
Jane, D., Rattu, J. & Rombot, D. 2015. Hubungan antara Faktor Lingkungan
dengan Kejadian Penyakit Malaria Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas
Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Media Kesehatan, Vol.
3, 6.
Kalangie, F., Rombot, D. V. & Kawatu, P. A. T. 2015. Faktor - faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Media Kesehatan, Vol.
3, 7.
KEMENKES 2011. Buku Saku Menuju Eliminasi Malaria, Jakarta, Direktorat
PPBB, Ditjen PP dan PL.
KEMENKES 2012. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Tahun 2011, Jakarta, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
KEMENKES 2013. Riset Kesehatan Dasar Jakarta, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
KEMENKES 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta, Kementerian
Kesehatan RI.
Kodongan, M., Rombot, D. V. & Malonda, N. S. H. 2015. Hubungan Antara
Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Ranoketang
Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Media
Kesehatan, Vol. 13, 5.
Komariah, Pratita, S. & Malaka, T. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan
Bina Husada, Vol. 6 No. 1, 10.
Kurniawan, J. 2008. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Penduduk
Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Asmat Tahun 2008. Universitas
Diponegoro.
100
Kusdaryanto, B. H., Hadisaputro, S. & Setiawan, H. 2005. Kandang Ternak dan
Lingkungan Kaitannya dengan Kepadatan Vektor Anopheles aconitus di
Daerah Endemis Malaria (Studi Kasus di Kabupaten Jepara). UNDIP
Semarang.
Lemeshow, S., et al. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan,
Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Marcus, B. 2009. Malaria, New York, Chelsea House.
Mardiana & Musadad, D. A. 2012. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Insiden
Malaria di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 11 No. 1, 11.
Media, Y., Trinabasilih & Sofyan, S. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Kaitannya dengan Penularan dan Pencegahan Malaria di Kabupaten
Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ekologi
Kesehatanx, Vol. 10 No. 3, 8.
Mofu, R. M. 2013. Hubungan Lingkungan Fisik, Kimia dan Biologi dengan
Kepadatan Vektor Anopheles di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota
Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 12 No. 2, 7.
Mulyono, A., et al. 2013. Hubungan Keberadaan Ternak dan Lokasi Pemeliharaan
Ternak Terhadap Kasus Malaria di Provinsi NTT (Analisis Lanjut Data
Riskesdas 2007). Jurnal Vektora, Vol. 5, 5.
Natadisastra, D. & Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari organ
tubuh yang diserang, Jakarta, EGC.
NIAD 2007. Understanding Malaria Fighting an Ancient Scourage, National
Institute of Allergy and Infectious Disease, U.S. Department of Health and
Human Services.
Nisa, H. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, UIN Jakarta Press.
Nurbayani, L. 2013. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Mayong I Kabupaten Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, 10.
Nurfitrianah, R., Ishak, H. & Ane, R. L. 2015. Analisis Faktor Risiko Lingkungan
Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Durikumba
Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju. Jurnal Media Kesehatan.
Nurlette, F. R., Ishak, H. & Manyullei, S. 2012. Hubungan Upaya Masyarakat
Menghindari Keterpaparan Nyamuk dengan Kejadian Malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2012. 11.
Pamela, A. A. 2009. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar
Rumah dengan Kejadian Malaria di Desa Ketosar Kecamatan Bener
Kabupaten Purworejo. S1, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Prabowo, A. 2004. Malaria: Mencegah dan Mengatasinya.
101
Ristadeli, T., Suhartono & Suwondo, A. 2013. Beberapa Faktor Risiko
Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan
Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 12 No. 1, 6.
Rooroh, R. M. 2013. Hubungan Antara Keluar Malam dan Pengetahuan tentang
Malaria Pada Masyarakat di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara
Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013. Jurnal Media Kesehatan, 7.
Sagay, A. R., Rattu, J. A. M. & Tarumingkeng, A. A. 2015. Faktor - faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kema, Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 3, 7.
Saikhu, A. 2011. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Mempengaruhi
Kejadian Kesakitan Malaria di Propinsi Sumatera Selatan (Analisis Lanjut
Data Riset Kesehatan Dasar 2007). Jurnal Aspirator, Vol. 3 No. 1, 10.
Salim, M., Suhartono & W, N. E. 2012. Faktor - Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Malaria di Wilayah Pertambangan Emas Tanpa Izin
(PETI) Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, 6.
Samarang, Anastasia, H., N, M. A. & Maksud, M. 2007. Survei Malaria di
Wilayah Puskesmas Singgani Kota Palu Sulawesi Tengah Tahun 2005.
Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 1 No. 1, 6.
Santy, Fitriangga, A. & Natalia, D. 2014. Hubungan Faktor Individu dan
Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan
Belitang Hilir Kabupaten Sekadau. eJK, Vol. 2 No, 1, 8.
Service, M. W. 1989. Demography and vector-borne diseases, Florida, CRC
Press.
Sibala, R., Ishak, H. & Indar. 2013. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Kabupaten
Toraja Utara. S1, Universitas Hasanudin.
Sinha, A. K. 2005. Malaria, New Delhi, S. B. Nangia.
Suhardiono 2005. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Insiden Penyakit
Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten
Nias Selatan Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, Vol. 1,
13.
Sulistiani, N. E. 2012. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Malaria di Puskesmas Kokap 2 Kabupaten Kulon Progo Provinsi
Yogyakarta Tahun 2012. S1, Universitas Indonesia.
Suroso, H., Hakim, A. & Noor, I. 2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa
Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Jurnal Wacana, Vol.
17 No.1, 9.
102
Syahrain, S. W., Kapantow, N. H. & Joseph, W. B. S. 2015. Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas
Tuminting Kota Manado Tahun 2014. Jurnal Media Kesehatan, 8.
Syamsir. 2015. Penyebab Nyamuk Memilih Korbannya [Online]. Bengkulu: Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu. Available:
http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/agenda/8-umum/117-
jenis-jenis-dan-gambar-nyamuk-yang-sering-dijumpai [Accessed 23
Oktober 2015 2015].
Tallane, F., Arsin, A. A. & Daud, A. 2013. Analisis Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Relaps Malaria di Kabupaten Sorong Tahun 2013.
Tjay, T. H. & Rahardja, K. 2007. Obat - obat Penting, Jakarta, PT. Elex Media.
UNICEF. 2000. The Prescriber. Malaria Prevention and Treatment [Online].
Wahab, A. S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Jakarta, EGC.
Walean, S. K., Kekenusa, J. M. & Loho, H. 2015. Hubungan Lingkungan Rumah
dengan Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanouw
Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Media
Kesehatan, 8.
WHO 2014. World Malaria Report 2014, Switzerland, World Health
Organization.
WHO. 2015. Malaria [Online]. Available: http://www.who.int/topics/malaria/en/
[Accessed 02 Februari 2015].
Winardi, E. 2004. Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di
kecamatan Selebar kota Bengkulu tahun 2004. Skripsi, Universitas
Indonesia.
Yawan, S. F. 2006. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak - Numfor
Papua. Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang.
Yunianto, B., Ikawati, B. & Sunaryo 2009. Studi Ekologi Anopheles balabacensis
di Daerah dengan atau Tanpa Kebun Salak di Kabupaten Banjarnegara.
Jurnal Balaba, Vol. 5 No. 02, 6.
Zhou, X.-N., Kramer, R. & Yang, W.-Z. 2014. Advances in Parasitology, Oxford,
Academic Press.
LAMPIRAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG
KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ika Nur Atikoh
NIM : 1111101000138
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Asal Institusi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menjadi responden pada penelitian saya untuk penyusunan
skripsi yang berjudul “Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014”.
Berikut terlampir kuesioner untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, lingkari pada jawaban yang sesuai dengan
kondisi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Semua jawaban yang diberikan tidak ada yang salah dan hanya digunakan untuk
keperluan penyusunan skripsi. Jawaban tidak akan mempengaruhi keberadaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dan akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.
Atas kesediaan dan perhatian Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, saya ucapkan terimakasih.
Kaligondang, Juli 2015
Mahasiswa Responden
Ika Nur Atikoh (.................................................)
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG
KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
KUESIONER PENELITIAN
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE (diisi oleh petugas)
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama
A2 Usia
A3 Alamat rumah
RT.......... RW.............
A4 Jenis kelamin 0. Laki-laki 1. Perempuan A4 [ ]
A5 Sedang hamil (Pr) 0. Ya 1. Tidak A5 [ ]
A6 Status kawin 0. Belum menikah 1. Menikah 2. Janda/duda A6 [ ]
A7 Lama tinggal di desa 0. < 1 tahun 1. > 1 tahun A7 [ ]
A8 Pendidikan terakhir 0. Belum pernah sekolah 3. Tamat SMP/sederajat
1. Tidak lulus SD 4. Tamat SMA/sederajat
2. Tamat SD 5. Tamat Perguruan Tinggi
A8 [ ]
B. RIWAYAT MALARIA
B1 Apakah Anda tahu penyakit malaria?
0. Ya 1. Tidak
B1 [ ]
B2 Apakah dalam sebulan ini Anda pernah mengalami gejala berupa demam secara berkala,
menggigil, sakit kepala dan sering disertai diare?
0. Ya 1. Tidak
B2 [ ]
B3 Apakah Anda pernah didiagnosa oleh dokter, tenaga kesehatan atau positif terkena malaria?
0. Ya 1. Tidak
B3 [ ]
B4 Tahun berapa Anda didiagnosa oleh dokter atau tenaga kesehatan positif terkena malaria?
[ ...................]
B4 [ ]
C. FAKTOR RISIKO
C1 Apakah Anda tinggal bersama penderita malaria?
0. Ya 1. Tidak
C1 [ ]
C2 Apakah Anda pernah pergi ke luar daerah?
0. Ya 1. Tidak
C2 [ ]
C3 Jika ya, apa nama nama daerah tersebut?
................................................
C3 [ ]
C4 Apa pekerjaan Anda saat ini? (jawaban boleh lebih dari satu)
0. Pelajar/Mahasiswa 7. Wiraswasta
1. Penebang kayu 8. TNI/POLRI
2. Penyadap nira pohon kelapa 9. Pedagang
3. Peternak 10. Ibu rumah tangga
4. Berkebun/bertani 11. Tidak bekerja
5. Pembuat gula jawa 12. Lain-lain, sebutkan ....................................
6. PNS
C4 [ ]
C5 Sudah berapa lama Anda melakukan pekerjaan tersebut?
0. > 1 tahun 1. < 1 tahun
C5 [ ]
C6 Apa pekerjaan Anda sebelumnya?
................................................
C6 [ ]
C7 Apakah pekerjaan Anda mengharuskan Anda untuk keluar ruangan saat petang, malam hari
atau menjelang subuh?
0. Ya 1. Tidak
C7 [ ]
C8 Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
................................................
C8 [ ]
D. PERILAKU
D1 Jika di rumah, apakah Anda keluar rumah saat petang, malam hari atau dini hari menjelang
subuh?
0. Ya 1. Tidak
D1 [ ]
D2 Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
................................................
D2 [ ]
D3 Apakah Anda memakai kelambu saat tidur di malam hari?
0. Ya 1. Tidak
D3 [ ]
D4 Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
................................................
D4 [ ]
D5 Apakah Anda memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah?
0. Ya 1. Tidak
D5 [ ]
D6 Apakah Anda menggunakan obat anti nyamuk saat tidur?
0. Ya 1. Tidak
D6 [ ]
D7 Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
................................................
D7 [ ]
E. LINGKUNGAN
E1 Apakah disekitar rumah anda terdapat: (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Sungai
b. Kolam
c. Mata air
d. Genangan air
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam)
f. Sawah
g. Saluran irigasi
E1a [ ]
E1b [ ]
E1c [ ]
E1d [ ]
E1e [ ]
E1f [ ]
E1g [ ]
E2 Apakah jarak rumah anda dekat dengan:
a. Sungai
0. Ya 1. Tidak
b. Kolam
0. Ya 1. Tidak
c. Mata air
0. Ya 1. Tidak
d. Genangan air
0. Ya 1. Tidak
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam)
0. Ya 1. Tidak
f. Sawah
0. Ya 1. Tidak
g. Saluran irigasi
0. Ya 1. Tidak
E2a [ ]
E2b [ ]
E2c [ ]
E2d [ ]
E2e [ ]
E2f [ ]
E2g [ ]
E3 Berapa meter jarak rumah Anda dengan: (di ukur dalam meter)
a. Sungai [............... meter]
b. Kolam [............... meter]
c. Mata air [............... meter]
d. Genangan air [............... meter]
e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) [............... meter]
f. Sawah [............... meter]
g. Saluran irigasi [............... meter]
E3a [ ]
E3b [ ]
E3c [ ]
E3d [ ]
E3e [ ]
E3f [ ]
E3g [ ]
E4 Apakah terdapat kandang sapi, kerbau atau kambing disekitar rumah Anda?
0. Ya 1. Tidak
E4 [ ]
E5 Berapa meter jarak antara rumah Anda dengan kandang sapi atau kambing tersebut? (di ukur
dalam meter)
[............... meter]
E5 [ ]
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG
KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
LEMBAR OBSERVASI
Nama
Variabel
Kasa
Nyamuk
Tempat Perindukan
Nyamuk
Kandang
Ternak
Validitas
Correlations
Correlations
c4 d1 d2 d3 d4 d5 d7 d7 e1 e3 e4 e5 skortotal
c4 Pearson Correlation 1 .222 -.277 -.335* -.287 -.158 -.050 .024 .131 -.071 -.087 .140 .631
**
Sig. (2-tailed) .169 .224 .035 .341 .329 .758 .941 .420 .675 .594 .470 .000
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
d1 Pearson Correlation .222 1 -.393 .019 .132 .271 .076 -.504 -.081 -.150 -.025 .098 .337*
Sig. (2-tailed) .169 .078 .909 .667 .091 .639 .095 .620 .376 .877 .614 .033
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
d2 Pearson Correlation -.277 -.393 1 .500* .387 .153 .322 .343 .237 .205 .113 .103 .306
*
Sig. (2-tailed) .224 .078 .021 .448 .507 .155 .405 .300 .399 .627 .715 .042
N 21 21 21 21 6 21 21 8 21 19 21 15 21
d3 Pearson Correlation -.335* .019 .500
* 1 .
a .005 .012 -.096 -.410
** .065 -.170 .247 .440
**
Sig. (2-tailed) .035 .909 .021 .000 .975 .943 .767 .009 .700 .293 .196 .004
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
d4 Pearson Correlation -.287 .132 .387 .a 1 .341 .258 -.711 .030 .045 .322 -.344 .331
*
Sig. (2-tailed) .341 .667 .448 .000 .254 .395 .289 .923 .902 .283 .403 .029
N 13 13 6 13 13 13 13 4 13 10 13 8 13
d5 Pearson Correlation -.158 .271 .153 .005 .341 1 .021 -.286 .081 .011 -.037 .183 .582*
Sig. (2-tailed) .329 .091 .507 .975 .254 .899 .368 .619 .947 .820 .343 .047
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
d6 Pearson Correlation -.050 .076 .322 .012 .258 .021 1 .a -.021 .107 -.086 -.086 .337
*
Sig. (2-tailed) .758 .639 .155 .943 .395 .899 .000 .899 .528 .600 .656 .033
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
d7 Pearson Correlation .024 -.504 .343 -.096 -.711 -.286 .a 1 .286 .136 .455 .550 .778
**
Sig. (2-tailed) .941 .095 .405 .767 .289 .368 .000 .368 .691 .137 .158 .003
N 12 12 8 12 4 12 12 12 12 11 12 8 12
e1 Pearson Correlation .131 -.081 .237 -.410** .030 .081 -.021 .286 1 .
a .462
** .
a .382
*
Sig. (2-tailed) .420 .620 .300 .009 .923 .619 .899 .368 .000 .003 .000 .015
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
e3 Pearson Correlation -.071 -.150 .205 .065 .045 .011 .107 .136 .a 1 .026 -.330 .305
*
Sig. (2-tailed) .675 .376 .399 .700 .902 .947 .528 .691 .000 .879 .081 .041
N 37 37 19 37 10 37 37 11 37 37 37 29 37
e4 Pearson Correlation -.087 -.025 .113 -.170 .322 -.037 -.086 .455 .462** .026 1 .
a .364
*
Sig. (2-tailed) .594 .877 .627 .293 .283 .820 .600 .137 .003 .879 .000 .034
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
e5 Pearson Correlation .140 .098 .103 .247 -.344 .183 -.086 .550 .a -.330 .
a 1 .409
*
Sig. (2-tailed) .470 .614 .715 .196 .403 .343 .656 .158 .000 .081 .000 .033
N 29 29 15 29 8 29 29 8 29 29 29 29 29
skortotal Pearson Correlation .631** .337
* .306
* .440
** .331
* .582
* .337
* .778
** .382
* .305
* .364
* .409
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .033 .042 .004 .029 .047 .033 .003 .015 .041 .034 .033
N 40 40 21 40 13 40 40 12 40 37 40 29 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability
[DataSet2]
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alphaa N of Items
.806 12
Lampiran Output Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usiapas * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jeniskelamin * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
pekerjaan1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
keluarrumah1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
kelambu1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
kasa1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
obatnyamuk1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
tpn1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jaraktpn1 * malaria 110 79.7% 28 20.3% 138 100.0%
ternak1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jarakternak1 * malaria 62 44.9% 76 55.1% 138 100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usiapas dewasa Count 7 72 79
% within malaria 100.0% 74.2% 76.0%
remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 25.8% 24.0%
Total Count 7 97 104
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.375a 1 .123
Continuity Correctionb 1.173 1 .279
Likelihood Ratio 4.007 1 .045
Fisher's Exact Test .192 .136
Linear-by-Linear Association
2.352 1 .125
N of Valid Casesb 104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .911 .851 .976
N of Valid Cases 104
usiapas * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usiapas remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 46.3% 42.4%
lansia Count 5 29 34
% within malaria 100.0% 53.7% 57.6%
Total Count 5 54 59
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.017a 1 .045
Continuity Correctionb 2.345 1 .126
Likelihood Ratio 5.850 1 .016
Fisher's Exact Test .066 .056
Linear-by-Linear Association 3.949 1 .047
N of Valid Casesb 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak 1.172 1.020 1.348
N of Valid Cases 59
jeniskelamin * malaria Crosstab
malaria
Total ya tidak
jeniskelamin Laki - laki Count 4 53 57
% within malaria 33.3% 42.1% 41.3%
Perempuan Count 8 73 81
% within malaria 66.7% 57.9% 58.7%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .344a 1 .557
Continuity Correctionb .078 1 .779
Likelihood Ratio .352 1 .553
Fisher's Exact Test .761 .396
Linear-by-Linear Association .342 1 .559
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jeniskelamin (Laki - laki / Perempuan)
.689 .197 2.407
For cohort malaria = ya .711 .225 2.247
For cohort malaria = tidak 1.032 .932 1.142
N of Valid Cases 138
pekerjaan1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
pekerjaan1 berisiko Count 7 22 29
% within malaria 58.3% 17.5% 21.0%
tidak Count 5 104 109
% within malaria 41.7% 82.5% 79.0%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.028a 1 .001
Continuity Correctionb 8.703 1 .003
Likelihood Ratio 8.901 1 .003
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear Association 10.948 1 .001
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pekerjaan1 (berisiko / tidak)
6.618 1.922 22.787
For cohort malaria = ya 5.262 1.801 15.373
For cohort malaria = tidak .795 .645 .980
N of Valid Cases 138
keluarrumah1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
keluarrumah1 ya Count 7 82 89
% within malaria 58.3% 65.1% 64.5%
tidak Count 5 44 49
% within malaria 41.7% 34.9% 35.5%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .218a 1 .641
Continuity Correctionb .023 1 .880
Likelihood Ratio .213 1 .644
Fisher's Exact Test .754 .430
Linear-by-Linear Association .216 1 .642
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keluarrumah1 (ya / tidak)
.751 .225 2.506
For cohort malaria = ya .771 .258 2.300
For cohort malaria = tidak 1.026 .917 1.148
N of Valid Cases 138
kelambu1 * malaria Crosstab
malaria
Total ya tidak
kelambu1 tidak Count 2 89 91
% within malaria 16.7% 70.6% 65.9%
ya Count 10 37 47
% within malaria 83.3% 29.4% 34.1%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.209a 1 .000
Continuity Correctionb 11.908 1 .001
Likelihood Ratio 13.660 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.106 1 .000
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kelambu1 (tidak / ya)
.083 .017 .398
For cohort malaria = ya .103 .024 .452
For cohort malaria = tidak 1.242 1.067 1.446
N of Valid Cases 138
kasa1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
kasa1 tidak Count 10 107 117
% within malaria 83.3% 84.9% 84.8%
ya Count 2 19 21
% within malaria 16.7% 15.1% 15.2%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .021a 1 .884
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .021 1 .885
Fisher's Exact Test 1.000 .575
Linear-by-Linear Association .021 1 .884
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kasa1 (tidak / ya)
.888 .180 4.374
For cohort malaria = ya .897 .211 3.808
For cohort malaria = tidak 1.011 .871 1.174
N of Valid Cases 138
obatnyamuk1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
obatnyamuk1 tidak Count 9 91 100
% within malaria 75.0% 72.2% 72.5%
ya Count 3 35 38
% within malaria 25.0% 27.8% 27.5%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .042a 1 .837
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .043 1 .835
Fisher's Exact Test 1.000 .569
Linear-by-Linear Association .042 1 .838
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for obatnyamuk1 (tidak / ya)
1.154 .295 4.512
For cohort malaria = ya 1.140 .326 3.987
For cohort malaria = tidak .988 .884 1.105
N of Valid Cases 138
tpn1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
tpn1 ya Count 8 102 110
% within malaria 66.7% 81.0% 79.7%
tidak Count 4 24 28
% within malaria 33.3% 19.0% 20.3%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.383a 1 .240
Continuity Correctionb .640 1 .424
Likelihood Ratio 1.235 1 .267
Fisher's Exact Test .263 .205
Linear-by-Linear Association 1.373 1 .241
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tpn1 (ya / tidak)
.471 .131 1.692
For cohort malaria = ya .509 .165 1.570
For cohort malaria = tidak 1.082 .922 1.270
N of Valid Cases 138
jaraktpn1 * malaria
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .498a 1 .480
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .933 1 .334
Fisher's Exact Test 1.000 .629
Linear-by-Linear Association .493 1 .482
N of Valid Casesb 110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .923 .873 .976
N of Valid Cases 110
ternak1 * malaria Crosstab
malaria
Total ya tidak
ternak1 ya Count 9 53 62
% within malaria 75.0% 42.1% 44.9%
tidak Count 3 73 76
% within malaria 25.0% 57.9% 55.1%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.804a 1 .028
Continuity Correctionb 3.565 1 .059
Likelihood Ratio 4.905 1 .027
Fisher's Exact Test .035 .029
Linear-by-Linear Association 4.769 1 .029
N of Valid Casesb 138
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,39.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ternak1 (ya / tidak)
4.132 1.067 15.998
For cohort malaria = ya 3.677 1.040 13.002
For cohort malaria = tidak .890 .795 .996
N of Valid Cases 138
jarakternak1 * malaria Crosstab
malaria
Total ya tidak
jarakternak1 dekat Count 7 40 47
% within malaria 77.8% 75.5% 75.8%
jauh Count 2 13 15
% within malaria 22.2% 24.5% 24.2%
Total Count 9 53 62
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .022a 1 .881
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .023 1 .880
Fisher's Exact Test 1.000 .625
Linear-by-Linear Association .022 1 .882
N of Valid Casesb 62
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,18.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jarakternak1 (dekat / jauh)
1.138 .210 6.174
For cohort malaria = ya 1.117 .259 4.810
For cohort malaria = tidak .982 .779 1.238
N of Valid Cases 62
Crosstabs Antar Variabel
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia4 * malaria 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
usia4 * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usia4 0 Count 5 29 34
% within malaria 100.0% 53.7% 57.6%
1 Count 0 25 25
% within malaria .0% 46.3% 42.4%
Total Count 5 54 59
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Crosstab
malaria
Total ya tidak
jaraktpn1 dekat Count 8 96 104
% within malaria 100.0% 94.1% 94.5%
jauh Count 0 6 6
% within malaria .0% 5.9% 5.5%
Total Count 8 102 110
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.017a 1 .045
Continuity Correctionb 2.345 1 .126
Likelihood Ratio 5.850 1 .016
Fisher's Exact Test .066 .056
Linear-by-Linear Association 3.949 1 .047
N of Valid Casesb 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .853 .742 .981
N of Valid Cases 59
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usiapas * malaria 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usiapas dewasa Count 7 72 79
% within malaria 100.0% 74.2% 76.0%
remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 25.8% 24.0%
Total Count 7 97 104
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.375a 1 .123
Continuity Correctionb 1.173 1 .279
Likelihood Ratio 4.007 1 .045
Fisher's Exact Test .192 .136
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Casesb 104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .911 .851 .976
N of Valid Cases 104
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia2 * malaria 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
usia2 * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usia2 Remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 25.8% 24.0%
dewasa Count 7 72 79
% within malaria 100.0% 74.2% 76.0%
Total Count 7 97 104
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.375a 1 .123
Continuity Correctionb 1.173 1 .279
Likelihood Ratio 4.007 1 .045
Fisher's Exact Test .192 .136
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Casesb 104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak 1.097 1.024 1.175
N of Valid Cases 104
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usiapas * malaria 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usiapas remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 46.3% 42.4%
lansia Count 5 29 34
% within malaria 100.0% 53.7% 57.6%
Total Count 5 54 59
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.017a 1 .045
Continuity Correctionb 2.345 1 .126
Likelihood Ratio 5.850 1 .016
Fisher's Exact Test .066 .056
Linear-by-Linear Association 3.949 1 .047
N of Valid Casesb 59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak 1.172 1.020 1.348
N of Valid Cases 59
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usiapas * malaria 104 100.0% 0 .0% 104 100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation
malaria
Total ya tidak
usiapas dewasa Count 7 72 79
% within malaria 100.0% 74.2% 76.0%
remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 25.8% 24.0%
Total Count 7 97 104
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.375a 1 .123
Continuity Correctionb 1.173 1 .279
Likelihood Ratio 4.007 1 .045
Fisher's Exact Test .192 .136
Linear-by-Linear Association 2.352 1 .125
N of Valid Casesb 104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .911 .851 .976
N of Valid Cases 104
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usiapas * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jeniskelamin * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
pekerjaan1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
keluarrumah1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
kelambu1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
kasa1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
obatnyamuk1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
tpn1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jaraktpn1 * malaria 110 79.7% 28 20.3% 138 100.0%
ternak1 * malaria 138 100.0% 0 .0% 138 100.0%
jarakternak1 * malaria 62 44.9% 76 55.1% 138 100.0%
jarakternak1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
jarakternak1 dekat Count 7 40 47
% within malaria 77.8% 75.5% 75.8%
jauh Count 2 13 15
% within malaria 22.2% 24.5% 24.2%
Total Count 9 53 62
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .022a 1 .881
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .023 1 .880
Fisher's Exact Test 1.000 .625
Linear-by-Linear Association .022 1 .882
N of Valid Casesb 62
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,18.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jarakternak1
(dekat / jauh) 1.138 .210 6.174
For cohort malaria = ya 1.117 .259 4.810
For cohort malaria = tidak .982 .779 1.238
N of Valid Cases 62
ternak1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
ternak1 ya Count 9 53 62
% within malaria 75.0% 42.1% 44.9%
tidak Count 3 73 76
% within malaria 25.0% 57.9% 55.1%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.804a 1 .028
Continuity Correctionb 3.565 1 .059
Likelihood Ratio 4.905 1 .027
Fisher's Exact Test .035 .029
Linear-by-Linear Association 4.769 1 .029
N of Valid Casesb 138
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,39.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for ternak1 (ya /
tidak) 4.132 1.067 15.998
For cohort malaria = ya 3.677 1.040 13.002
For cohort malaria = tidak .890 .795 .996
N of Valid Cases 138
jaraktpn1 * malaria
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .498a 1 .480
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .933 1 .334
Fisher's Exact Test 1.000 .629
Linear-by-Linear Association .493 1 .482
N of Valid Casesb 110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort malaria = tidak .923 .873 .976
N of Valid Cases 110
tpn1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
tpn1 ya Count 8 102 110
% within malaria 66.7% 81.0% 79.7%
tidak Count 4 24 28
% within malaria 33.3% 19.0% 20.3%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.383a 1 .240
Continuity Correctionb .640 1 .424
Likelihood Ratio 1.235 1 .267
Fisher's Exact Test .263 .205
Linear-by-Linear Association 1.373 1 .241
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tpn1 (ya / tidak) .471 .131 1.692
For cohort malaria = ya .509 .165 1.570
For cohort malaria = tidak 1.082 .922 1.270
N of Valid Cases 138
obatnyamuk1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
obatnyamuk1 tidak Count 9 91 100
% within malaria 75.0% 72.2% 72.5%
ya Count 3 35 38
% within malaria 25.0% 27.8% 27.5%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .042a 1 .837
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .043 1 .835
Fisher's Exact Test 1.000 .569
Linear-by-Linear Association .042 1 .838
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for obatnyamuk1
(tidak / ya) 1.154 .295 4.512
For cohort malaria = ya 1.140 .326 3.987
For cohort malaria = tidak .988 .884 1.105
N of Valid Cases 138
kasa1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
kasa1 tidak Count 10 107 117
% within malaria 83.3% 84.9% 84.8%
ya Count 2 19 21
% within malaria 16.7% 15.1% 15.2%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .021a 1 .884
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .021 1 .885
Fisher's Exact Test 1.000 .575
Linear-by-Linear Association .021 1 .884
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kasa1 (tidak /
ya) .888 .180 4.374
For cohort malaria = ya .897 .211 3.808
For cohort malaria = tidak 1.011 .871 1.174
N of Valid Cases 138
kelambu1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
kelambu1 tidak Count 2 89 91
% within malaria 16.7% 70.6% 65.9%
ya Count 10 37 47
% within malaria 83.3% 29.4% 34.1%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.209a 1 .000
Continuity Correctionb 11.908 1 .001
Likelihood Ratio 13.660 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.106 1 .000
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kelambu1 (tidak
/ ya) .083 .017 .398
For cohort malaria = ya .103 .024 .452
For cohort malaria = tidak 1.242 1.067 1.446
N of Valid Cases 138
keluarrumah1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
keluarrumah1 ya Count 7 82 89
% within malaria 58.3% 65.1% 64.5%
tidak Count 5 44 49
% within malaria 41.7% 34.9% 35.5%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .218a 1 .641
Continuity Correctionb .023 1 .880
Likelihood Ratio .213 1 .644
Fisher's Exact Test .754 .430
Linear-by-Linear Association .216 1 .642
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keluarrumah1
(ya / tidak) .751 .225 2.506
For cohort malaria = ya .771 .258 2.300
For cohort malaria = tidak 1.026 .917 1.148
N of Valid Cases 138
pekerjaan1 * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
pekerjaan1 berisiko Count 7 22 29
% within malaria 58.3% 17.5% 21.0%
tidak Count 5 104 109
% within malaria 41.7% 82.5% 79.0%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.028a 1 .001
Continuity Correctionb 8.703 1 .003
Likelihood Ratio 8.901 1 .003
Fisher's Exact Test .003 .003
Linear-by-Linear Association 10.948 1 .001
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pekerjaan1
(berisiko / tidak) 6.618 1.922 22.787
For cohort malaria = ya 5.262 1.801 15.373
For cohort malaria = tidak .795 .645 .980
N of Valid Cases 138
jeniskelamin * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
jeniskelamin Laki - laki Count 4 53 57
% within malaria 33.3% 42.1% 41.3%
Perempuan Count 8 73 81
% within malaria 66.7% 57.9% 58.7%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .344a 1 .557
Continuity Correctionb .078 1 .779
Likelihood Ratio .352 1 .553
Fisher's Exact Test .761 .396
Linear-by-Linear Association .342 1 .559
N of Valid Casesb 138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for jeniskelamin
(Laki - laki / Perempuan) .689 .197 2.407
For cohort malaria = ya .711 .225 2.247
For cohort malaria = tidak 1.032 .932 1.142
N of Valid Cases 138
usiapas * malaria
Crosstab
malaria
Total ya tidak
usiapas dewasa Count 7 72 79
% within malaria 58.3% 57.1% 57.2%
remaja Count 0 25 25
% within malaria .0% 19.8% 18.1%
lansia Count 5 29 34
% within malaria 41.7% 23.0% 24.6%
Total Count 12 126 138
% within malaria 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.931a 2 .140
Likelihood Ratio 5.856 2 .054
Linear-by-Linear Association .465 1 .495
N of Valid Cases 138
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2,17.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for usiapas
(dewasa / remaja)
a
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a 2*2
table without empty cells.