27
Obesitas Kelas II dan Cara Penanganannya Che Wan Nur Hajar binti Saimi 102010368 [email protected] KELOMPOK E 1 MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 1150 JAKARTA 2013 16 SEPTEMBER 2013

Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ol de best

Citation preview

Page 1: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Obesitas Kelas II dan Cara Penanganannya

Che Wan Nur Hajar binti Saimi

102010368

[email protected]

KELOMPOK E 1

MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 1150

JAKARTA

2013

16 SEPTEMBER 2013

BAB 1

Page 2: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Pendahuluan

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa

obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas sudah merupakan suatu

problem kesehatan yang harus segera ditangani . Di Indonesia, terutama di kota-kota besar,

dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat

pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori,

tinggi lemak dan kolesterol terutama terhadap penawaran makanan siap saji ( fast food ) yang

berdampak meningkatkan risiko obesitas.1

Obesitas dan overweight sangatlah berbeda. Overweight adalah kelebihan berat badan,

sedangkan obesitas berarti terlalu gemuk. Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks

pengaturan nafsu makan dan metabolisme energy yang dikendalikan oleh beberapa factor

biologic spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan

akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat

menganggu kesihatan. Cara menentukan apakah seseorang termasuk obesitas ataupun tidak dapat

dilakukan dengan cara menghitung BMI (Body Mass Index) orang tersebut, yaitu dengan rumus

BB (kg) / tinggi (m2) atau dengan mengukur lingkar pinggang seseorang.2

BAB 2

Kasus dan permasalahan dalam kasus

Kasus 5

Tn I, seorang eksekutif dari perusahaan saham terkenal berusia 55 tahun datang ke poliklinik

dengn TB 150 cm, BB 85 kg mengeluh tidak dapat menahan nafsu makan dan ingin menurunkan

berat badannya. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar Hb 14 gram/dL, glukosa darah

sewaktu 120, asam urat 5.

Permasalahan dalam kasus 5

1

Page 3: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Tn I dengan TB 150 cm, BB 85 kg yang memberi hitungan Body Mass Index (BMI) sebesar 36.4

kg/m2 , mengeluh tidak dapat menahan nafsu makan dan ingin menurunkan berat badannya.

Daripada hitungan BMI itu tadi, Tn I termasuk dalam golongan obesitas II.

BAB 3

Landasan teori

Pengertian Obesitas

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang

berlebihan. Papalia dan Olds (1995) : bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika individu

mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan.

Pengertian obesitas dalam psikologis menurut Wurtman & Wurtman (1996) adalah simpanan

energi yang berlebihan dalam bentuk lemak, yang berdampak buruk bagi kesehatan dan

perpanjangan usia.

Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat

panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang

lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat

badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh

lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya

yang normal dianggap mengalami obesitas.1

Anamnesis

Ditanyakan beberapa informasi seperti:3

Saat mulanya timbul obesitas

Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogen)

Adanya keluhan ngorok atau nyeri pinggul

Riwayat gaya hidup

Pola makan

Pola aktivitas fisik

2

Page 4: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Riwayat keluarga dengan obesitas

Sosial ekonomi (tingkat pendapatan)

Asupan nutrisi

Pemeriksaan Antropometri

1. Mengukur lemak tubuh

-Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan

peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:

a) Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak

tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

b) BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah

seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur

lemak tubuh.1,3

Dua cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:

a) Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka

(suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).

b) Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas

skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh

lalu dianalisa.3

Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga

ahli.

2. Menghitung Body Mass Index (BMI)

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan

tinggi badan. BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi

dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika

memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.1

BB (kg)

IMT = --------------

3

Page 5: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

TB x TB (m)

BB = Berat Badan, TB = Tinggi Badan

Table 1: Klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT 1

Kategori IMT (kg/m2)

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5- 24,9

Berat badan lebih >25

Pra- obes 25,0- 29,9

Obes tingkat I 30,0- 34,9

Obes tingkat II 35,0- 39,9

Obes tingkat III >40.0

IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan gemuk bila

IMT nya > 24,9. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena

biasanya orang tesebut juga menderita penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi,

hiperkolesterol dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis

atau laboratorium3

Resiko rendah : BMI < 27

Resiko menengah : BMI 27-30

Resiko tinggi : BMI 30-35

Resiko sangat tinggi : BMI 35-40

Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih

Untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai

berikut : BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

Pemeriksaan Laboratorium

Digunakan untuk deteksi keadaan/ status defisiensi subklinis, apakah menyebabkan komplikasi

atau tidak, dimana pada obesitas sangat rentan sekali terhadap berbagai penyakit, seperti

4

Page 6: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

aterosklerosis dengan manifestasi penyakit jantung koroner dan / stroke Pemeriksaan dilakukan

dengan mengambil sample pada darah, dan urin. Pemeriksaan darah dilakukan darah bertujuan

untuk mengetahui nilai kolesterol darah yang normalnya <200 mg/dl, kadar trigliserida yang

normalnya <160 mg/dl, kolesterol HDL yang normalnya >35 mg/dl, kolesterol LDL yang

normalnya <150 mg/dl, dan kadar normal Hb bagi lelaki adalah 14- 18 gr/dL, manakala untuk

perempuan pula adalah 12- 16 gr/dL. Pemeriksaan urin bertujuan untuk menilai kadar glukosa

yang normalnya negative (-), dimana orang yang obesitas kemungkinan dapat menderita

penyakit diabetes melitus. Kemudian selain glukosa juga dilihat kadar protein didalam urin yang

normalnya negative (-).1

Faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas

1. Genetik

Seringkali kita menjumpai anak-anak yang gemuk dari keluarga yang salah satu atau kedua

orang tuanya gemuk juga. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik telah ikut campur dalam

menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh. Pada saat ibu hamil maka unsur sel lemak

yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada sang

bayi selama dalam kandungan, dengan demikian tidak heran apabila bayi yang dilahirkan pun

memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

faktor genetik memberikan kontribusi 33% terhadap berat badan seseorang.

2. Kerusakan pada salah satu bagian otak

Perilaku makan seseorang dikendalikan oleh sistem pengontrol yang terletak pada suatu bagian

otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus merupakan sebuah kumpulan inti sel dalam otak

yang langsung berhubungan dengan bagian-bagian lain dari otak dan kelenjar dibawah otak.

Hipotalamus mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah lain pada otak, sehingga

lebih mudah dipengaruhi oleh unsur kimiawi dari darah. Dua bagian dari hipotalamus yang

mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang menggerakan nafsu

makan (awal atau pusat makan), hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas merintangi

nafsu makan (pemberhentian atau pusat kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila

HL rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila

5

Page 7: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

dipaksa diberi makan dan minum (diberi infuse). Sedangkan bila kerusakan terjadi pada bagian

HVM maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.

3. Pola makan berlebihan

Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang kegemukan. Orang yang kegemukan

biasanya lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap

isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Mereka

cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan yang

berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak

memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan.

4. Kurang gerak/olah raga

Berat badan berkaitan erat dengan tingkat pengeluaran energi tubuh. Peneluaran energi

ditentukan oleh dua faktor yaitu : a) tingkat aktivitas dan olah raga secara umum, b) angka

metabolisme basal atau tingkat energy yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi minimal

tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung jawab dua pertiga dari

pengeluaran energy orang normal. Walaupun aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga dari

pengeluaran energy seseorang dengan berat normal, tetapi pada orang yang kegemukan aktivitas

fisik memiliki peran yang sangat penting. Ketika berolah raga kolori terbakar, makin sering

berolah raga maka makin banyak kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi

sistem metabolisme basal. Orang yang bekerja dengan duduk seharian akan mengalami

penurunan metabolisme basal tubuhnya. Jadi olah raga sangat penting dalam penurunan berat

badan tidak saja karena dapat membakar kalori, melainkan juga karena dapat membantu

mengatur berfungsinya metabolisme normal.

5. Pengaruh emosional

6

Page 8: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Beberapa kasus obesitas bermula dari masalah emosional yang tidak teratasi. Orang-orang yang

memiliki permasalahan menjadikan makanan sebagai pelarian untuk melampiaskan masalah

yang dihadapinya. Makanan juga sering dijadikan sebagai subtitusi untuk pengganti kepuasan

lain yang tidak tercapai dalam kehidupannya, dengan menjadikan makanan sebagai pelampiasan

penyelesaian masalah maka apabila tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup akan

menyebabkan terjadinya kegemukan.

6. Lingkungan/Sosial Budaya

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Yang termasuk

lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan dan

berapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya setiap hari.

Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol

kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Selama

pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak akan

mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan dengan kegemukan.

7. Sosial ekonomi

Perubahan budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup, pala makan, serta peningkatan pendapatan

mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi .

8. Pengaruh obat-obatan

Seseorang yang dalam keadaan sakit maka bermacam-macam obat dapat diberikan dengan

maksud untuk menyembuhkan, beberapa obat dapat merangsang cepat lapar sehingga pasien

akan meningkatkan nafsu makannya. Penggunaan obat akan menyebabkan peningkatan berat

badan.1,2,4

Patofisiologi

7

Page 9: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya,

yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang

didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau energi yang

dikeluarkan.1

Gambar 1: pengambilan dan pengeluaran tenaga. Sumber :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/obesitas/000986.htm

Jenis kegemukan

Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi :

a. Apple shape body (Adroid)

Tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebihan dibagian tubuh sebelah atas

yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita

yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.

b. Pear shape body (Genoid)

Tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah yaitu sekitar perut, pinggul, paha

dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak

tidak jenuh. 2

8

Page 10: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Gambar 1: Jenis kegemukan.5

Komplikasi obesitas

Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit-penyakit

tersebut antara lain:

1. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik

lebih dari 90mmHg.

Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80%

dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk

punggung tegak.

2. Diabetes Mellitus (DM)

Diabetes Melitus atau yang lebih dikenal dengan singkatan DM, merupakan salah satu

penyakit yang ditakutkan oleh orang-orang. DM merupakan penyakit dengan gejala

peningkatan kada gula sebagai akibat dari gangguan insulin. Obesitas merupakan salah satu

penyebab terjadinya DM tipe 2. Lebih dari 90% penderita DM tipe 2 memiliki status gizi

obesitas. Pola makan dan kebiasaan makan yang salah merupakan penyebab terjadinya DM

tipe 2 ini.

3. Penyakit kanker

9

Page 11: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki dengan obesitas akan beresiko terkena

kanker usus besar, rectum dan kelenjar prostate. Sedangkan pada wanita akan beresiko

terkena kanker rahim dan kanker payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi

lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam makanan sebanyak 20-25% perkilo

kalori merupakan pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara.

4. Jantung koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari

penurunan suplai oksigen ke otot jantung akibat dari penyempitan atau pnyumbatan aliran

darah arteri koronaria yang manifestasi kliniknya tergantung pada berat ringannya

penyumbatan arteri koronaria. Selain itu, penyakit jantung koroner juga membawa arti

penyakit kompleks yang disebabkan oleh menurun atau terhambatnya aliran darah pada satu

atau lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai darah ke jantung.

5. Gangguan pernapasan

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa

menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun

penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat

tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu),

sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

6. Gout

Penderita obesitas mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit radang sendi yang lebih serius

jika di bandingkan dengan orang yang Berat badanya ideal. Penderita obesitas yang juga

menderita gout harus menurunkan Berat badannya secara perlahan-lahan.1,4,5

Diet theraphy pada obesitas

10

Page 12: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Dalam usaha mencegah dan mengobati tumbuhnya obesitas, diperlukan pengetahuan tentang

penyebab munculnya kelebihan lemak dalam tubuh. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan

untuk mengurangi terjadinya obesitas, yaitu:6

1. Olahraga

2. Mengurangi konsumsi lemak

3. Lebih banyak mengkonsumsi protein

4. Banyak mengkonsumsi serat makanan.

Secara umum pengobatan obesitas dapat dilakukan melalui:1

1. Diet khusus yaitu diet rendah kalori, dimana terdapat pada makanan yang kaya akan

serat dan rendah lemak, dimana makanan yang kaya serat akan menyebabkan gastric

emptlyng tinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol,

transit time (waktu tinggal di usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang

lama.

2. Latihan fisik, dimana sangat efektif untuk menurunkan berat badan, apabila

didampingi dengan pembatasan masukan kalori.

3. Pengubahan perilaku dimana diet dapat dilakukan dengan mengubah nafsu makan

dengan menginduksikan suatu keadaan metabolic yang merangsang anoreksia yang

disertai dengan mobilisasi lipid.

4. Pembedahan

5. Farma kologik

Pengobatan obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan atau mempertahankan berat

badan normal. Umumnya, target penurunan berat badan yang dianjurkan pada tahap

pertama adalah 10 persen dari berat badan dalam kurun waktu enam bulan. Penurunan berat

badan yang dianjurkan 0,5 -1 Kg setiap minggu. Penurunan berat badan berlebihan tidak

dianjurkan karena umumnya tidak bertahan lama.

11

Page 13: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Pengobatan obesitas yang dianjurkan adalah modifikasi diet, peningkatan aktivitas fisik, dan

perubahan perilaku. Pemberian obat hanya dianjurkan pada penderita obesitas berisiko

tinggi yaitu pada penderita dengan IMT 25-29,9 atau penderita dengan lingkar pinggang

yang lebih dari normal dengan dua atau lebih faktor risiko, dan penderita dengan IMT = 30.

Terapi diet yang dianjurkan adalah diet rendah kalori. Besarnya energi yang diberikan 500-

1.000 kalori lebih rendah dibandingkan rata-rata asupan energi per hari. Penurunan asupan

energi sebesar 500-1.000 kalori per hari akan menurunkan berat badan 0,5-1 kg per minggu.

Diet rendah kalori sebaiknya dengan jenis – jenis makanan berderajat kekenyangan tinggi

sehingga dapat membantu penderita tetap taat. Pemilihan jenis makanan sebaiknya

disesuaikan dengan jenis makanan penderita sebelumnya, hanya jumlah kalorinya dibatasi.

Cara paling mudah adalah dengan mengurangi frekuensi makan di luar waktu makan utama

atau mengurangi camilan, terutama yang padat kalori. Memilih jenis makanan rendah lemak

dan mengganti dengan makanan tinggi serat seperti buah dan sayuran. Namun, asupan

vitamin dan mineral harus dijaga agar mencukupi kebutuhan harian.

Latihan fisik pada penderita obesitas harus dilakukan bersama dengan diet rendah kalori

untuk meningkatkan pembakaran lemak, latihan fisik sangat membantu mempertahankan

berat badan agar tidak mudah naik kembali. Yang dianjurkan adalah olah raga dengan

intensitas sedang selama minimal 30 menit dengan frekuensi 3-5 kali per minggu.

Sebaiknya juga memperbanyak aktivitas fisik seperti jalan, membersihkan rumah, serta

mengurangi pola hidup sedentary seperti menonton televisi dan bermain video games.

Penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter yang mengerti benar penangganan

obesitas karena tidak semua penderita obesitas memberi reaksi positif terhadap obat.

Banyak permasalahan yang timbul bila penderita obesitas hanya mengandalkan diet saja

seperti penderita sudah mencoba berbagai macam diet dan membatasi berbagai macam

asupan makanan, penderita obesitas merasa makanannya sudah sedikit dan sangat susah

mengurangi yang sudah sedikit tersebut. Penderita pun kadang lebih tersiksa dengan

program dietnya dari pada masalah kegemukannya sendiri. Pergi berkonsultasi dengan

dokter keluarga pun kadang tidak membantu. Salah satu penelitian besar menunjukkan

bahwa lebih dari setengah yang menjalani diet mengatakan adalah menghabiskan waktu

12

Page 14: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

dengan mengunjungi dokter untuk menanyakan saran melangsingkan badan. Penelitian

lainnya menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari dokter keluarganya sendiri mempunyai

masalah kelebihan berat badan.1,2

Pada diet penurunan kolesterol mempunyai beberapa karakteristik diantaranya yaitu :6

1. Penurunan total lemak

2. Penurunan lemak jenuh

3. Lemak tak jenuh sebagai pengganti sebagian lemak jenuh

4. Penurunan kolestrol

5. Penurunan karbohidrat

6. Penambahan serat terlarut (soluble fibes)

7. Penurunan kalori untuk mencapai berat badan ideal.

Total lemak, lemak jenuh, dan kolestrol dibatasi penggunaannya dengan petunjuk sebagai

berikut :

1. Daging, ikan dan unggas dibatasi

2. Lemak dan minyak dibatasi

3. Keju seharusnya tidak mengandung lemak lebih dari 2-6% g/ons. Keju seharusnya

digunakan sebagai pengganti daging untuk ditambahkan pada daging.

Konsumsi serat makanan yang seimbang setiap hari mampu mengatur berat badan

seseorang. Ini tentu merupakan cara yang efektif dalam mengatasi kegemukan.

Diet rendah kalori yang diimbangi dengan makanan tinggi serat merupakan alternatif utama

dalam menanggulangi kegemukan. Bahan makanan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan

mengandung serat tinggi, terutama jenis serat yang larut air, misal pektin, musilase, dan

gum. Serat yang larut dalam air mampu memberikan rasa kenyang lebih lama. Serat yang

larut dalam air mampu membentuk gel, namun rendah kalori. Hal ini menyebabkan volume

makanan dalam lambung menjadi besar (voluminous bulky) sehingga orang cepat merasa

kenyang. Fungsi lain dari serat larut air di dalam usus halus adalah mampu mengikat asam

13

Page 15: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

ampedu. Berkurangnya asam empedu akan memperlambat daya serap usus halus terhadap

lemak. Hadirnya serat juga berperan melapisi mukosa usus halus yang akan meningkatkan

kekentalan volume makanan dan memperlambat penyerapan glukosa. Alhasil tubuh dapat

terhindar dari kelebihan kalori.1,6

Kegunaan serat makanan sebagai berikut :7

Serat makanan mampu melindungi kolon dari gangguan konstipasi,

diare, divertikulum, wasir, dan kanker kolon.

Serat makanan mencegah terjadinya gangguan metabolisme sehingga tubuh terhindar

dari kegemukan dan kemungkinan serangan penyakit diabetes melitus, jantung

koroner, dan batu empedu.

Peranan serat makanan tidak kalah pentingnya dibanding komponen esensial lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Burkitt dan Trowell tahun

1970-an diperoleh fakta bahwa penyakit degeneratif jarang dijumpai di Afrika dibanding di

Inggris. Rupanya, pola konsumsi masyarakat di kedua negara itu juga berbeda. Sebagian

masyarakat Afrika lebih banyak mengkonsumsi makanan berserat dibanding masyarakat

Inggris.

Pemilihan Terapi dan Indikasi Farmakologis Pada Obesitas

14

Page 16: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

Gambar 2: Piramid perawatan obesitas. 5

Pilihan terapi pada populasi obesitas dibagi atas tiga tingkatan berdasarkan tingkatan IMT

dan komorbiditas yang dijumpai pada penderita obesitas. Tingkatan tersebut adalah :

1.Tingkatan (Grade) I

Pada tingkatan ini pasien masih dalam kategori pre-obesitas atau lingkar pinggang yang

mendekati batas obesitas sentral. Pada kondisi ini yang harus dicari lebih dulu adalah apakah

terdapat komorbid yang dimiliki pasien tersebut. Yang dimaksud dengan komorbid adalah

adanya penyakit komplikasi dari obesitas atau penyakit yang akan bertambah berat karena

obesitas. Kondisi tersebut diantaranya adalah: hipertensi, diabetes, dislipidemia, penyakit

jantung koroner, osteoarthritis, sleep apneu dan lain-lain. Manajemen yang dapat dilakukan

berupa perubahan pola hidup, pengaturan makan serta aktifitas fisik.

Hal ini harus dilakukan secara intensif yang bertujuan membuat berat badan menjadi normal

kembali atau paling kurang tidak membuat pasien bertambah gemuk lagi.

2.Tingkatan II (Intervention Grade )

Kelompok populasi Eropa yang masuk ke tingkatan ini adalah kelompok dengan IMT 30-35

kg/m2 atau IMT diatas 27 kg/m2 dengan adanya komorbid atau lingkar pinggang yang

masuk kategori obesitas sentral. Pada populasi Asia yang masuk tingkatan ini adalah IMT >

27,5 kg/m2 atau IMT 25-30 kg/m2dengan lingkar pinggang obesitas sentral atau terdapat

komorbid. Pada tingkatan ini penatalaksanaan perubahan pola hidup, pengaturan

makan,aktifitas fisik serta farmakoterapi sudah harus diberikan.

3.Tingkatan III (Agresive Intervention Grade)

Kelompok populasi yang masuk pada tingkatan ini adalah IMT > 35 kg/m2 dengan lingkar

pinggang obesitas sentral atau adanya komorbid pada populasi Eropa. Sedangkan pada

populasi Asia IMT > 30 kg/m2 dengan lingkar pinggang obesitas sentral atau adanya

komorbid. Pada tingkatan ini manajemen harus dilakukan lebih agresif. Melihat tingkatan

penatalaksanaan diatas dan Guideline American College of Physician (ACP) dapat

15

Page 17: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

disimpulkan bahwa indikasi terapi farmakologi pada pasien obesitas dapat diberikan pada

kondisi :

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m2 dan manajemen perubahan pola hidup yang telah

dilakukan selama 6 bulan tidak dapat menurunkan berat badan.

2. Indeks MassaTubuh ≥ 27 kg/m2 disertai dengan adanya komorbid.1

BAB 4

Pembahasan

Cara menangani permasalahan dalam kasus 5

Permasalahan di dalam kasus 5 yaitu Tn I yang mengalami obesitas II berhasrat untuk

menurunkan berat badannya, akan tetapi beliau masih lagi tidak dapat menahan nafsu makannya.

Harus diberi pengetahuan kepada Tn I, bahwa tujuan penanganan obesitas harus difokuskan dari

penurunan berat badan sendiri ke pemeliharaan berat badan, yang berarti mencapai berat badan

yang paling baik menurut konteks kesehatan keseluruhan.

Seperti pada kasus 5, beberapa pemeriksaan laboratorium dijalankan ke atas Tn I, yaitu

pemeriksaan kadar Hb, glukosa darah sewaktu dan asam urrat. Hasil pemeriksaan laboratorium

tersebut adalah, kadar Hb 14 gram/dL, glukosa darah sewaktu 120, dan asam urat 5.

Jika dilihat hasil nilai bagi ketiga- tiga pemeriksaan yang dijalankan ke ataS Tn I tersebut, beliau

masih lagi berada dalam batas hasil nilai yang normal. Hal ini, kita bisa mengatakan bahawa Tn I

mengalami obesitas II tanpa mempunyai penyakit komorbid. Yang dimaksud dengan komorbid

adalah adanya penyakit komplikasi dari obesitas atau penyakit yang akan bertambah berat karena

obesitas. Kondisi tersebut diantaranya adalah: hipertensi, diabetes, dislipidemia, penyakit jantung

koroner, osteoarthritis, sleep apneu dan lain-lain.

Pilihan terapi pada populasi obesitas dibagi atas tiga tingkatan berdasarkan tingkatan IMT dan

komorbiditas yang dijumpai pada penderita obesitas. Tingkatan tersebut adalah tingkatan

(Grade) I, tingkatan II (Intervention Grade ) dan Tingkatan III (Agresive Intervention Grade).

Untuk kondisi Tn I dimana, IMT beliau telah pun melebihi dari 30 akan tetapi tidak terdapat

16

Page 18: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

komorbid pada Tn I, beliau di sarankan untuk mendapatkan rawatan dengan menggunakan

perawatan pada tingkatan III (Agresive Intervention Grade). Pada tingkatan ini manajemen harus

dilakukan lebih agresif dan pemberian obat- obatan harus diberikan.

Perlu diberikan pengetahuan kepada Tn I bahawa beliau harus konsumsi obat- obatan dengan

tujuan untuk mengtasi masalah nafsu makannya yang tidak bisa ditahan dan obat untuk

menyerap lemak. Hal ini karena, kondisi berat badan beliau sekarang telah pun menunjukkan

bahwa beliau telah berada di tahpan obesitas II. Untuk itu, dijelaskan bahwa obat untuk obesitas

umumnya ada dua kelompok. Yang pertama adalah obat yang bekerja di usus untuk menghambat

penyerapan lemak atau kalori dalam tubuh. Yang kedua adalah obat yang bekerja secara sentral

pada pusat pengaturan nafsu makan di otak sehingga dapat ditekan. Obat yang beredar dan

diguna pakai pada saat ini adalah Sibutramin (Reductyl)dan Orlistat (Xenical) yang telah diakui

dan telah dipakai secara meluas. Sibutramine bekerja di pusat saraf pengatur nafsu makan,

sedangkan Orlistat bekerja di usus untuk menghambat penyerapan lemak dari makanan.Obat

penghambat nafsu makan lainnya, seperti Amphetamine, Metamphetamin, dan Phenmetrazine,

sudah ditinggalkan karena efek sampingnya. Sebagai contoh, amfetamin harus dihindari oleh

karena efek stimulant dan adiksi yang berlebihan.8

Salah satu obat- obatan yang boleh disarankan kepada Tn I adalah obat dari golongan mazindol.

Obat ini berfungsi untuk menahan nafsu makan. Obat ini bekerja pada reseptor nor adrenalin,

serotonin, dan dopamine dalam otak agar bisa mengontrol nafsu makan atau mengurangi dan

mengontrolnya. Efek sampingnya adalah jantung berdegup lebih cepat, kepala terasa melayang,

mulut kering, rasa tidak nyaman di perut, kekacauan waktu tidur, kulit sering gatal- gatal, dan

tekanan darah bisa meningkat.

Kesimpulan

Pencegahan obesitas yang dini sangat penting. Hal ini dikarenakan, obesitas bisa meyebabkan

penyakit penyerta yang lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus,

osteoarthritis dan yang lain- lainnya.

Dalam usaha mencegah obesitas ini, setiap orang seharusnya mengatur diet dan memakan

makanan dengan pengaturan diet makanan yang seimbang. Selain itu, olahraga dan sering

17

Page 19: Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Obesitas

beraktivitas juga harus dititikberatkan agar badan kita berada dalam kondisi yang sihat dan

cergas.

Daftar pustaka

1. Harrison, Braunwald , Wilson , dkk. Prinsip- prinsip ilmu penyakit dalam. Dalam:

Olefsky J. M. Obesitas. Edisi 13. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2006. hal. 481- 98.

2. Barnett A.H. Obesitas dan diabetes. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.hal. 716-23.

3. McGlyn. Diagnosis fisik. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2007.hal.408-12.

4. Diunduh pada tanggal 13 september, pukul 8.15 pagi

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/obesitas/000986.htm

5. Diunduh pada tanggal 13 september, pukul 6.45 pagi : http://www.gizi.net 6. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2006.hal.333.

7. Sulistijani, Dino A. Sehat Dengan Menu Berserat. Jakarta: PT Trubus Agriwidya; 2005.

Hal. 432-40.

8. RRahardjo R. Kumpulan kuliah farmakologi. Dalam : William . Obat antiobesitas.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004. Hal. 398-402.

18