29
ACARA III PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA BERBAGAI JARAK TANAM I. TUJUAN a. Mengetahui jarak tanaman yang optimum untuk suatu jenis tanaman tertentu pada suatu keadaan lingkungan tertentu. b. Mengetahui pengaruh fisiologis jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. II. TINJAUAN PUSTAKA Jarak tanam yang optimum akan memberikan hasil yang lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini karena dengan jarak tanam yang tepat pembagian zat-zat hara dan sinar merata. Jumlah anakan produksi dalam keadaan optimal. Pembuahan dan masaknya merata, mencegah kerebahan, mengurangi pertumbuhan gulma dan serangan hama dan penyakit tanaman,mengefisienkan pemakaian benih dan mengakibatkan jumlah malai menjadi optimal dengan panjang yang merata (Mawazin,2007) Tujuan memperoleh hasil panen yang lebih tinggi ialah dengan cara menyerap radiasi matahari sebanyak mungkin, dan penanaman dengan jarak yang sama akan memberikan penyerapan sinar yang paling awal dan maksimal. Dengan makin lebarnya deretan, dan pengaturan jarak deretan menjadi kurang seragam,

FISTAN ACARA 3.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FISTAN ACARA 3

Citation preview

Page 1: FISTAN ACARA 3.doc

ACARA III

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADA BERBAGAI

JARAK TANAM

I. TUJUAN

a. Mengetahui jarak tanaman yang optimum untuk suatu jenis tanaman tertentu pada suatu

keadaan lingkungan tertentu.

b. Mengetahui pengaruh fisiologis jarak tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jarak tanam yang optimum akan memberikan hasil yang lebih tinggi dengan

kualitas yang lebih baik. Hal ini karena dengan jarak tanam yang tepat pembagian zat-zat

hara dan sinar merata. Jumlah anakan produksi dalam keadaan optimal. Pembuahan dan

masaknya merata, mencegah kerebahan, mengurangi pertumbuhan gulma dan serangan

hama dan penyakit tanaman,mengefisienkan pemakaian benih dan mengakibatkan jumlah

malai menjadi optimal dengan panjang yang merata (Mawazin,2007)

Tujuan memperoleh hasil panen yang lebih tinggi ialah dengan cara menyerap

radiasi matahari sebanyak mungkin, dan penanaman dengan jarak yang sama akan

memberikan penyerapan sinar yang paling awal dan maksimal. Dengan makin lebarnya

deretan, dan pengaturan jarak deretan menjadi kurang seragam, maka, kompetisi antar

tanaman Akan terjadi lebih awal. Tanaman dalam deretan yang lebih jauh trepisah harus

lebih ducat satu sama lain dalam deretan untuk mencapai kerapatan tanaman tertentu.

Faktor utama yang menetukan jarak antar tanaman ialah kerapatan tanaman, faktor-faktor

yang sama dan yang mempengaruhi kerapatan tanaman optimum juga mempengaruhi

pengaturan jarak deretan yang optimum. Tanaman Budidaya dengan luas daun yang tinggi

per tanaman yang ditanam dengan kerapatan tanaman yang rendah (misalnya, jagung)

kurang merespon terhadap pengurangan jarak deretan dibandingkan tanaman Budidaya

yang lebih kecil yang ditanam dengan kerapatan tanaman yang lebih tinggi (Gardner,

1991).

Page 2: FISTAN ACARA 3.doc

Peranan jarak tanam dapat mempengaruhi populasi tanaman, efisien dalam

penggunaan cahaya, menekan perkembangan hama penyakit dan mengurangi kompetisi

tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara. Upaya peningkatan produktivitas tanaman

perluasan tertentu dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman denga jarak

tanam turut mempengaruhi produktivitas tanaman. Kerapatan atau ukuran populasi tanaman

sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam

hara, air dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalam akar

tanaman. Dengan pengaturan jarak tanam yang baik maka pemanfaatan ruang yang ada

bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang merugkan

dapat diefisienkan. Berdasarkan hal tersebut maka perlu melakukan pengkajian untuk

mengetahui pengaruh sistem jarak tanam terhadap pertumbuhan dan prodiksi tanaman

(Musa et al, 2007).

Hasil penelitian Djukti (2002), menunjukan bahwa pada umur 40 hst jarak tanam

berpengaruh nyata terhadap intensitas cahaya yang melewati kanopi. Pada pengukuran

intensitas cahaya terkecil menunjukan biomasa terbesar, begitu pula sebaliknya.

Dan berbagai penelitian jarak tanam dapat diketahui jarak tanam dimana malai

tirade pengamatan garis grafik dari populasi bahan kering (biological yield). Berati setelah

kondisi itu jumlah populasi tidak lagi dapat meningkatkan bahan kering tanaman. Bahkan

terjadi persaingan yang sangat ketat yang pada akhirnya terjadi penurunan produksi. Selain

unsure tanaman sendiri yang berpengauh terhadap kerapatan tanaman. Factor tingkat

kesuburan tanah, kelembaban tanah juga akan menimbulkan saingan apabila kerapatan

makin besar (Jumin, 2002)

Kangkung (Ipomoea sp.) dapat ditanam didataran rendah dan didataran tinggi.

Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1).

Kangkung darat, hidup ditempat yang kering atau tegalan, dan 2). Kangkung air, hidup

ditempat air dan basah. Penanaman kangkung menggunakan biji kangkung darat ditanam

dibedengan yang telah disiapkan. Lubang tanam 20x20 cm, tiap lubang tanaman 2-5 biji

kangkung. Penanaman dilakukan zigzag atau sistem garitan (baris). Lebar bedengan

sebaiknya 100 cm, tinggi 30 cm. jarak antar bedengan kurang lebih 30 cm. lahan yang asam

(pH rendah) dilakukan pengapuran dengan dolomit atau kapur kalsit (Syafni dan Yusri,

2010)

Page 3: FISTAN ACARA 3.doc

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Fisiologi Tanaman Acara 3 dengan judul Pertumbuhan dan Hasil

Tanamanada Berbagai Jarak Tanam dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 2 Oktober 2012

di Kebun Percobaan Banguntapan, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bahan yang digunakan adalah benih kangkung (Ipomoea sp.) dan pupuk. Sedangkan

alat0alat yang digunakan adalah alat bercocok tanam, , timbangan, penggaris , gunting,

oven, dan alat tulis. Perlakuan yang dilakukan untuk tanaman adalah jarak tanam 10x10

cm2 (rapat), 20x20 cm2 (sedang), dan 30x30 cm2 (renggang) dengan rancangan percobaan

yang dipakai adalah RAKL dengan kelompok sebagai blok. Sebelum kegiatan tanaman

dilakukan, praktikan diharapuntuk menimbang pupuk yang akan digunakan. Kegiatan

tanam yang pertama dilakukan adalah hamparan lahan yang akan ditanami disiapkan

terlebih dahulu. Benih kangkung ditanam sesuai dengan perlakuan (kelompok sebagai blok,

setiap perlakuan yang diujui harus pada setiap blok), setiap perlakuan diambil sampel

sebanyak 3 tanaman (untuk setiap panen). Untuk pemupukan, setiap perlakuan

menadapatkan dosis yang berbeda-beda. KCl yang diberikan pada saat ditanam kemudian

diberi pengaliran menurut kebutuhan. Untuk pengamtan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu

pada saat umur 2 minggu seelah tanam dan pada saat panen akhir (4 minggu setelah tanam).

Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar

tanaman (tajuk dan akar), dan berat kering total (tajuk dan akar). Pengamatan tinggi

tanaman dan jumlah daun dilakukan setiap minggu, dari hasil pengamtan dihitung LAI,

NAR, RGR, dan HI. Setiap variable yang diperoleh dianalsisi varian dengan taraf

kepercayaan 5 %, apabila ada beda nyata anatar perlakuan dilanjutkan dengan uji DMRT.

Dan dibuat persamaan regresi anatra LAI dengan NAR, LAI dengan RGR dan LAI dengan

HI. Dan yang terakhir dibuat grafik luas daun, jumlah daun, serta histogram berat segar dan

berat kering total.

Page 4: FISTAN ACARA 3.doc

DAFTAR PUSTAKA

Djukri, 2005. Pengaruh jarak tanam dan varietas terhadap transmisi radiasi, biomassa dan

produksi kedelai varietas Anjasmoro, Tanggamus, dan Willis. Lumbung Pustaka

Universitas Yogyakarta. 1:8.

Gardner, F. P, R. B. Pearce, and R. L. Mitchell. 1991. Physiologi of Crop Plant (Fisiologi

Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Herawati Susilo). Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press), Jakarta.

Jumin, H.B.2002. Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mawazin,2007. Pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan diameter Shorea parviforia

Dyer. Jurnal Hutan dan Konservasi Alam. 4 : 381-388.

Musa, Y., Nassarudin, M. A., Kuruseng, 2007. Evaluasi produktivitas jagung melalui

pengelolaan populasi tanaman, pengelolaa tanah, dan dosis pemupukan.

Agrisistem. 1 :21-33.

Syafri, Edi dan A, Yusri. 2012. Budidaya kangkung darat semi organik. <http:Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi-Budidaya kangkung darat semi organik>.

Diakses pada tanggal 1 Oktober 2010.

Page 5: FISTAN ACARA 3.doc

IV. HASIL PENGAMATAN

Tabel Jumlah Daun, BK dan BS Total Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans)

Minggu

ke- Perlakuan

Variabel

Pengamatan

Rerata

TT

Rerata

JD

I

10X10 6,81b 6,00a

20X20 9,08a 7,22a

30X30 6,47b 6,22a

II

10X10 8,89b 7,56a

20X20 11,43a 9,22a

30X30 8,63b 10,11a

III

10X10 11,33b 10,33a

20X20 14,33a 19,00a

30X30 11,07b 15,22a

Tabel Berat Segar, Berat Kering, dan Luas Daun Tanaman Kangkung (Ipomoea

reptans)

PERLAKUAN

Luas

daun(dm2) Berat segar (gr)

Berat kering

(gr)

Berat kering

tajuk (gr)

Berat kering

akar (gr)

2

MST

4

MST

2

MST 4 MST

2

MST

4

MST

2

MST

4

MST

2

MST

4

MST

10x10 0,082a 0,572a 0,604a 4,818b 0,114a 1,156a 0,032a 0,583a 0,082a 0,572b

20x20 0,142a 1,662b 0,721a 10,378a 0,189a 1,649a 0,039a 0,431a 0,150a 1,218a

30x30 0,143a 1,488b 0,892a 9,950a 0,282a 1,174a 0,071b 0,222a 0,211a 0,952a

Page 6: FISTAN ACARA 3.doc

Tabel Analisis Pertumbuhan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans)

Perlakuan

LAI

NAR CGR

HI

2

MST 4 MST 2 MST 4 MST

10cm x 10cm 0,107a 0,837a 1,465a 0,052a 0,718a 0,495a

20cm x 20cm 0,035b 0,416b 1,182a 0,018a 0,794a 0,739a

30cm x 30cm 0,016b 0,165b 0,777a 0,005a 0,756a 0,811a

Tabel Produktivitas Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans)

Perlakuan produktivitas (kg/ha)

10x10 3041,00a

20x20 2226,83a

30x30 380,03b

Page 7: FISTAN ACARA 3.doc

V. PEMBAHASAN

Peningkatan hasil produksi pertanian dapat dilakukan dalam berbagai perlakuan

yang diberikan pada tanaman. Dalam Praktikum kali ini yang dilakukan untuk

meningkatkan hasil produksi pertanian adalah dengan melakukan pengaturan jarak tanam

yang efektif dan efisien bagi tanaman. Pengaturan jarak tanam yang tidak teratur akan

mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu,

praktikum ini dilakukandengan tujuan untuk mengetahui mengetahui jarak tanam yang

optimum untuk suatu jenis tanaman tertentu pada suatu keadaan lingkungan tertentu , serta

untuk mengetahui pengaruh fisiologik jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman.

Hasil tanaman dapat ditingkatkan dengan cara mempersempit jarak tanam atau

meningkatkan populasi tanaman. Jarak tanam yang lebih sempit dapat menghasilkan LAI

yang lebih besar dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian, energi matahari yang

tertangkap oleh tanaman dan hasil fotosintesis akan menjadi lebih banyak atau tanaman

mempunyai source (sumber) yang lebih kuat. Selain itu, dengan naiknya populasi tanaman,

jumlah buah persatuan luas akan lebih banyak sehingga tanaman mempunyai sink (lubuk)

yang lebih kuat pula.

Energi atau cahaya matahari merupakan salah satu jenis kompetisi yang diakibatkan

oleh sempitnya jarak tanam bagi tanaman. Bila jarak tanam terus dipersempit setelah

dicapai jarak yang optimum , maka hasil tanaman akan menurun.Hal ini dikarenakan

dengan semakin sempitnya jarak tanam , maka akan menyebabkan daun saling menaungi

atau mutual shading yang dapat menurunkan hasil bersih dari fotosintesis. Hal ini tidak

akan terjadi apabila usaha mempersempit jarak tanam dilakukan sebelum dicapainya jarak

tanam yang optimum.

Selain cahaya , kompetisi dalam memperebutkan air dan hara juga terjadi pada jarak

tanam yang sangat sempit. Ketersediaan air dan hara yang terbatas tidak mencukupi untuk

jumlah tanaman yang cukup banyak membutuhkannya. Pertumbuhan tanaman akan rendah

karena suplai air dan hara sangat kurang dan terbatas bagi tanaman. Hasil yang didapatkan

juga akan menurun , sebab pertumbuhan tanaman yang ditanam pada jarak tanam yang

sangat sempit akan terhambat karena minimnya hara dan air yang didapat oleh tanaman.

Fungsi pengaturan jarak tanaman ada antara lain:

Page 8: FISTAN ACARA 3.doc

1. Memberikan unsur hara baik esensial maupun non esensial yang seimbang

antara tanaman satu dengan tanaman lain tidak saling berebut.

2. Memenuhi kebutuhan akan sinar matahari. Kurangnya sinar matahari yang

dibutuhkan mengganggu pertumbuhan tanaman, daun menjadi kering atau mengecil dan

mudah rontok. Akhirnya, tanaman bisa layu bahkan mati. Keadaan ini disebut etiolasi.

3. Tanaman tidak mampu hidup dengan baik pada keadaan yang terlalu lembab

karena angin tidak terlalu leluasa keluar masuk tanaman.

4. Memudahkan pengamatan dan pemeliharaan tanaman serta meningkatkan

produksi.

5. Memperpanjang umur tanaman dan menambah keindahan lingkungan.

Pada praktikum kali ini digunakan tanaman kangkung (Ipomea reptans) sebagai

bahan percobaan. Kangkung digunakan karena tanamannya cepat tumbuh dan daunnya

banyak sehingga untuk analisis pertumbuhan tanaman yang berhubungan dengan tajuk

tanaman akan lebih mudah. Untuk perlakuan jarak tanamnya yaitu dengan jarak tanam

10x10 cm (rapat), 20x20 cm (sedang) dan 30x30 cm (renggang). Dari hasil pengamatan

dibuat regresi antara LAI vs NAR,LAI vs CGR, dan LAI vs HI pada berbagai perlakuan.

Gambar 3.1. Regresi LAI vs NAR perlakuan 10x10

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai negatif. Artinya kenaikan LAI menurunkan

nilai NAR. Hal ini dapat diasumsikan sebagai kenaikan luas daun, akan menurunkan nilai

NAR yang berarti laju pembentukan asimilat lebih lambat. Hal tersebut terjadi karena nilai

LAI melewati nilai optimal. LAI optimal menyebabkan NAR optimal juga, sementara

karena jarak yang sempit yaitu 10x10 maka akan menyebabkan daun saling menaungi

Page 9: FISTAN ACARA 3.doc

(mutual shading) sehingga dapat menurunkan hasil bersih fotosintesis yang dapat

mempengaruhi NAR. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanaman yang diberi perlakuan

10x10, nilai LAI telah melampaui batas optimal sehingga malah menurunkan nilai NAR.

Nilai R2 kecil, yaitu hanya 0,3 sehingga data ini tidak cocok bila dianalisis menggunakan

persamaan linier.

Gambar 3.2. Regresi LAI vs NAR perlakuan 20x20

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai negatif. Artinya kenaikan LAI menurunkan

nilai NAR. Hal ini dapat diasumsikan sebagai kenaikan luas daun, akan menurunkan nilai

NAR yang berarti laju pembentukan asimilat lebih lambat. Hal tersebut terjadi karena nilai

LAI melewati nilai optimal. LAI optimal menyebabkan NAR optimal juga, sementara

karena jarak yang sempit akan menyebabkan daun saling menaungi (mutual shading)

sehingga dapat menurunkan hasil bersih fotosintesis yang dapat mempengaruhi NAR.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tanaman yang diberi perlakuan jarak tanam 20x20,

nilai LAI telah melampaui batas optimal sehingga malah menurunkan nilai NAR. Nilai R2

kecil, yaitu hanya 0,15 sehingga data ini tidak cocok bila dianalisis menggunakan

persamaan linier.

Page 10: FISTAN ACARA 3.doc

Gambar 3.3. Regresi LAI vs NAR perlakuan 30x30

Dari regresi diatas, koefisien regresi benilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatakan NAR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pembentukan asimilat pada tanaman yang diberi perlakuan jarak tanam

30x30. Karena jarak tanam yang lebar daun antar tanaman tidak saling menutupi (mutual

shading) sehingga masing-masing daun masih dapat berfotosintesis secara optimal. Nilai R2

yang sangat kecil menunjukkan bahwa data ini tidak cocok dianalisis menggunakan

persamaan linier.

Gambar 3.4. Regresi LAI vs CGR pada perlakuan 10x10

Dari regresi diatas, koefisien regresi bernilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatakan CGR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan jarak tanam 10x10.

Meskipun kenaikan LAI pada jarak tanam 10x10 paling tinggi resiko daun saling

Page 11: FISTAN ACARA 3.doc

menaungi, Namun ada banyak hal yang mempengaruhi CGR(crop growth rate)

diantaranya faktor lingkungan, yaitu persaingan dengan gulma yang mengganggu

pertumbuhan tanaman,karena jarak tanam yang sempit antar tanaman maka tidak terdapat

ruang bagi gulma untuk tumbuh, kalaupun ada itu tidak sebanyak yang jarak tanamnya

lebih lebar. Nilai R2 yang sangat kecil menunjukkan bahwa data ini tidak cocok dianalisis

menggunakan persamaan linier.

Gambar 3.5. Regresi LAI vs CGR pada perlakuan 20x20

Dari regresi diatas, koefisien regresi bernilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatakan CGR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan jarak tanam 20x20.

Sama halnya pada jarak tanam 10x10, jarak tanam 20x20 juga terjadi saling menaungi

(mutual shading) meskipun tidak sebersar pada jarak tanam 10x10,Namun ada banyak hal

yang mempengaruhi CGR(crop growth rate) diantaranya faktor lingkungan, yaitu

persaingan dengan gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman,karena jarak tanam

yang sempit antar tanaman maka tidak terdapat ruang bagi gulma untuk tumbuh, kalaupun

ada itu tidak sebanyak yang jarak tanamnya lebih lebar. Nilai R2 yang sangat kecil

menunjukkan bahwa data ini tidak cocok dianalisis menggunakan persamaan linier.

Page 12: FISTAN ACARA 3.doc

Gambar 3.6. Regresi LAI vs CGR pada perlakuan 30x30

Dari regresi diatas, koefisien regresi bernilai positif. Artinya, kenaikan LAI

meningkatakan CGR. Hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan luas daun dapat

mempercepat laju pertumbuhan pada tanaman yang diberi perlakuan jarak tanam 30x30.

Karena jarak tanam yang lebar maka tidak terjadi saling menaungi antar tanaman sehingga

distribusi cahaya yang diterima daun lebih optimal, dan dampaknya fotosintesis menjadi

optimal sehingga fotosintat yang dihasil juga optimal dan pada akhirnya pertumbuhan

tanaman juga meningkat.Nilai R2 yang sangat kecil menunjukkan bahwa data ini tidak

cocok dianalisis menggunakan persamaan linier.

Gambar 3.7. Regresi LAI vs HI pada perlakuan 10x10

Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan 10x10 menunjukkan hubungan yang

positif, artinya kenaikan LAI diikuti dengan kenaikan HI. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kenaikan indeks luas daun pada tanaman juga akan mempengaruhi proses fotosistesis

Page 13: FISTAN ACARA 3.doc

sehingga dapat menaikan hasil asimilat. Produksi asimilat yang rendah menyebabkan

indeks panen menurun. Nilai R2 yang sangat kecil yaitu 0,24 menunjukkan bahwa data ini

tidak cocok bila dianalisis menggunakan persamaan regresi.

Gambar 3.8. Regresi LAI vs HI pada perlakuan 20x20

Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan kontrol menunjukkan

hubungan yang negatif, artinya penurunan LAI diikuti dengan penurunan HI. Hal tersebut

menunjukkan bahwa penurunan indeks luas daun pada tanaman juga akan mempengaruhi

proses fotosistesis sehingga dapat menurunkan hasil similat. Produksi asimilat yang rendah

menyebabkan indeks panen menurun. Nilai R2 yang sangat kecil yaitu 0,022 menunjukkan

bahwa data ini tidak cocok bila dianalisis menggunakan persamaan regresi linier.

Gambar 3.9. Regresi LAI vs HI pada perlakuan 30x30

Page 14: FISTAN ACARA 3.doc

Dari grafik regresi LAI dengan HI perlakuan 30x30 menunjukkan hubungan yang

positif, artinya kenaikan LAI diikuti dengan kenaikan HI. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kenaikan indeks luas daun pada tanaman juga akan mempengaruhi proses fotosistesis

sehingga dapat menaikan hasil asimilat. Produksi asimilat yang rendah menyebabkan

indeks panen menurun. Nilai R2 yang sangat kecil yaitu 0,068 menunjukkan bahwa data ini

tidak cocok bila dianalisis menggunakan persamaan regresi.

Dari pengamatan yang dilakukan kemudian dibuat grafik dan histogram :

Gambar 3.10. Grafik Tinggi Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) pada Berbagai

Perlakuan Jarak Tanam

Dari grafik tinggi tanaman kangkung di atas didapatkan hasil bahwa tanaman

kangkung yang ditanam pada jarak tanam 20x20 cm lebih tinggi dibanding perlakuan yang

lain. Tinggi tanaman kangkung yang ditanam pada jarak 20x20 cm memiliki tinggi sebesar

14,33 cm, selanjutnya pada tanaman kangkung dengan jarak 10x10 cm dengan tinggi

tanaman sebesar 11,33 cm dan tanaman kangkung yang ditanam dengan jarak tanam 30x30

cm memiliki tinggi paling rendah yaitu 11,07 cm. Pada tanaman kangkung perlakuan 20x20

cm didapat tinggi tanaman yang tinggi karena jarak tanam yang renggang membuat

tanaman tidak saling menaungi sehingga intensitas cahaya yang didapatkan optimal. Hasil

asimilat yang dihasilkan digunakan tanaman untuk mempertinggi batang, sedangkan pada

tanaman kangkung yang berjarak tanam 30x30 cm memiliki tinggi tanaman terendah

dikarenakan asimilat yang dihasilkan digunakan tanaman untuk memperlebar daun mereka.

Dari hasil analisis didapat bahwa perlakuan jarak tanam antara 10x10 cm dengan 30x30 cm

memberikan beda nyata yang signifikan.

Page 15: FISTAN ACARA 3.doc

Gambar 3.11. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) pada Berbagai

Perlakuan Jarak Tanam

Dari grafik jumlah daun di atas didapatkan bahwa jumlah daun terbanyak dicapai

pada jarak 20x20 cm diikuti jarak tanam 30x30 cm dan terakhir pada jarak tanam 10x10

cm. Pada jarak 10cmx10 cm ini memiliki jumlah daun paling rendah, hal ini karena jarak

tanaman kangkung terlalu rapat sehingga tidak terjadi penaungan antar daun yang dapat

menghambat proses fotosintesis yang dapat mempengaruhi jumlah fotosintat yang

dihasilkan dan akan digunakan untuk membentuk daun dan bunga baru. Jumlah daun

tertinggi terdapat pada tanaman kangkung dengan perlakuan jarak tanam 20x20 cm, pada

jarak tanam ini merupakan jarak tanam yang optimal dalam penanaman tanama kangkung,

hal ini dikarenakan hasil asimilat yang diperoleh digunakan untuk pembentukan organ daun

bukan untuk pemanjangan batang maupun pelebaran daun. Dari hasil analisis didapat

bahwa tidak terdapat beda nyata antar perlakuan jarak tanam.

Page 16: FISTAN ACARA 3.doc

Gambar 3.12. Histogram Luas Daun Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) pada berbagai

Perlakuan Jarak Tanam

Dari grafik luas daun di atas didapatkan bahwa pada 4mst luas daun terbesar dicapai

pada jarak 20x20 cm sebesar 1,66dm2 diikuti jarak tanam 30x30 dm2 sebesar 1,49 cm2 dan

terakhir pada jarak tanam 10x10 cm sebesar 0,84 dm2. Pada jarak 20x20 cm didapat luas

daun yang lebar karena pada perlakuan jarak tanam ini tidak terjadi adanya efek naungan

dan tidak adanya kompetisi antar tanaman, sehingga dari hasil asimilat digunakan untuk

pelebaran daun. Dari hasil analisis didapat bahwa tidak terdapat beda nyata luas daun antar

perlakuan jarak tanam.

Gambar 3.13. Histogram Berat Segar – Berat Kering Tajuk Tanaman Kangkung (Ipomoea

reptans) pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam

Pada histogram di atas berat segar tajuk tanaman kangkung tertinggi pada tanaman

kangkung pada jarak 20x20 cm yaitu sebesar 8,54; perlakuan jarak tanam 30x30 cm sebesar

8,49; dan yang paling rendah pada perlakuan 10x10 cm sebesar 3,34. Berbeda dengan berat

segar tajuk, berat kering tajuk tanaman kangkung paling besar terdapat pada perlakuan

jarak tanam 10x10 cm yaitu sebesar 0,58; perlakuan jarak tanam 20x20 cm sebesar

0,43;dan yang paling rendah pada perlakuan jarak tanamn 30x30 cm sebesar 0,22. Pada

jarak tanam 20x20 cm memiliki nilai berat basah paling besar. Hal ini menandakan bahwa

jarak tanam 20x20 cm merupakan jarak tanam yang optimal bagi tanaman kangkung.

Dengan jarak tanam yang optimal, proses penyerapan sinar matahari lebih optimal dan

merata sehingga hasil asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis lebih banyak. Selain

itu juga dalam proses penyerapan unsur hara dapat dilakukan lebih optimal karena

Page 17: FISTAN ACARA 3.doc

persaingan atau kompetisi yang ada tidak terlalu tinggi sehingga air yang diserap ke bagian

tajuk dan akar menjadi lebih banyak dan menyebabkan berat segar . Sedangkan pada jarak

tanam 10x10 cm memiliki berat segar paling rendah, hai ini karena jarak tanaman yang

terlalu dekat menyebabkan terjadi mutual shading sehingga tanaman tidak dapat

berfotosintesis secara optimum. Dari hasil analisis didapat bahwa tidak terdapat beda nyata

berat segar tanaman kangkung antar perlakuan jarak tanam.

Gambar 3.14. Histogram Berat Segar – Berat Kering Akar Tanaman Kangkung

(Ipomoea reptans) pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam

Pada histogram di atas berat segar akar tanaman kangkung tertinggi pada tanaman

kangkung pada jarak 20x20 cm yaitu sebesar 1,84; perlakuan jarak tanam 10x10 cm sebesar

1,48; dan yang paling rendah pada perlakuan 30x30 cm sebesar 1,46. Sedangkan berat

kering akar tanaman kangkung paling besar terdapat pada perlakuan jarak tanam 20x20 cm

yaitu sebesar 1,22; perlakuan jarak tanam 30x30 cm sebesar 0,95;dan yang paling rendah

pada perlakuan jarak tanamn 10x10 cm sebesar 0,22. Pada jarak tanam 20x20 cm memiliki

nilai berat basah paling besar. Hal ini menandakan bahwa jarak tanam 20x20 cm

merupakan jarak tanam yang optimal bagi tanaman kangkung. Dengan jarak tanam yang

optimal, proses penyerapan sinar matahari lebih optimal dan merata sehingga hasil asimilat

yang dihasilkan dari proses fotosintesis lebih banyak. Selain itu juga dalam proses

penyerapan unsur hara dapat dilakukan lebih optimal karena persaingan atau kompetisi

yang ada tidak terlalu tinggi sehingga air yang diserap ke bagian tajuk dan akar menjadi

lebih banyak dan menyebabkan berat segar . Berat kering tanaman kangkung pada

perlakuan jarak tanam 20x20 cm yang paling tinggi menunjukkan akar tanaman kangkung

dapat menyerap unsur hara dengan baik sehingga mempu menghasilkan fotosintat yang

Page 18: FISTAN ACARA 3.doc

berguna untuk pertumbuhan tanaman. Jika unsur hara dapat diserap, maka pertambahan

berat tanaman meningkat karena bertambahnya ukuran tanaman.

Pada perlakuan 30x30 cm memiliki berat segar akar paling rendah hal ini karena jarak

yang terlalu lebar menyebabkan gulma tumbuh dengan baik dan menghambat pertumbuhan

akar. Dari hasil analisis didapat bahwa tidak terdapat beda nyata berat segar tanaman

kangkung antar perlakuan jarak tanam.

Gambar 3.15. Histogram Produktivitas Lahan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) pada

Berbagai Perlakuan Jarak Tanam

Pada histogram di atas dapat dilihat bahwa produktivitas paling tinggi terdapat pada

perlakuan jarak tanak 10x10 cm yaitu sebesar 3041 kg/ha, kemudian pada perlakuan 20x20

cm sebesar 2226,83 kg/ha, dan yang peling rendah terdapat pada perlakuan jarak tanam

30x30 cm yaitu sebesar 380,03 kg/ha. Pada luas lahan yang sama namun perlakuan yang

berbeda akan mempengaruhi hasil produktivitas dari suatu lahan. Dari histogram di atas

jarak tanam 10x10 cm memiliki produktivitas paling besar dibanding dengan perlakuan

jarak tanaman yang lain, hal ini disebabkan oleh jarak tanam yang sempit sehingga jumlah

tanaman yang ditanam lebih banyak. Berbeda dengan perlakuan 30x30 cm, karena jarak

tanam yang terlalu lebar tanaman yang ditanaman sedikit.

Page 19: FISTAN ACARA 3.doc

VI. KESIMPULAN

1. Jarak optimum merupakan jarak yang paling tepat dimana persaingan antar tanaman

seminimal mungkin dengan hasil tiap satuan luas yang optimal.

2. Semakin sempit jarak tanam maka akan meningkatkan populasi tanaman yang dapat

meningkatkan hasil suatu tanaman pada luasan tertentu.

3. Jika dilihat dari produktivtas jarak tanam yang optimum pada tanaman kangkung

adalah 10x10 cm.

Page 20: FISTAN ACARA 3.doc
Page 21: FISTAN ACARA 3.doc