Upload
rofiyanti-amini-wibowo
View
267
Download
26
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN BUAH DAN SAYURFOAMING NANAS
(Ananas comosus (L.) Merr.)
Oleh
Nama : Rofiyanti Amini WibowoNRP : 113020064Kelompok : CMeja : 1 (Satu)Tanggal Praktikum : 30 April 2014Asisten : Cut Rifafitri Hanifah
LABORATORIUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2014
I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan
Percobaan, (3) Prinsip Percobaan
1.1. Latar Belakang
Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan makanan dengan cara
pengurangan sebagian air dari makanan sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri(anonim,2014).
Foam mat drying adalah teknik pengeringan produk berbentuk cair dan
peka terhadap panas melalui teknik pembusaan dengan menambahkan zat
pembuih. Pengeringan dengan oven tanpa pembuih (foam) memerlukan suhu yang
tinggi, sehingga akan merusak mutu produk pangan yang dikeringkan.
Pengeringan adalah pengurangan kadar air bahan hingga bakteri pembusuk tidak
dapat hidup dan kerusakan dapat ditekan. Proses pengeringan tidak selalu air
dalam bahan diturunkan serendah mungkin, tetapi sampai dibawah nilai aw
(available water) minimum. Tiap jasad renik membutuhkan aw minimum yang
berbeda-beda, yaitu berkisar 0,60-0,91 (iswari,2014).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pembuatan foaming nanas adalah untuk mengetahui
cara pembuatan foaming nanas sebagai diversifikasi produk pangan olahan dan
untuk memperpanjang umur simpan.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari pembuatan foaming nanas adalah berdasarkan proses
pencampuran sari buah dengan bahan tambahan berupa albumin yang telah
dikocok sebelumnya sehingga membentuk buih dan dilakukan pengeringan dan
hasilnya digiling hingga berbentuk serbuk.
II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan percobaan, (2) Alat-alat
percobaan yang digunakan dan (3) Metode percobaan.
2.1. Bahan-bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sari buah nanas,
dekstrin, albumin dan CMC.
2.2. Alat Percobaan yang Digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piring, baskom, mixer, tray,
spatula, ayakan, blender, dan tunnel dryer.
2.3. Metode Percobaan
Gambar 1. Metode Percobaan Foaming nanas
Foaming nanas
Buah
Trimming
Pencucian
Penghancuran
Penyaringan
Pencampuran
albumin
Air kotorAir bersih
Pemotongan
Bubur buah
Ampas
Sari buah
Pengocokan t =15’
Pengeringan T= 70oC , t = 5-6 jam
Penggilingan
Dekstrin, CMC
Pembuihan
pengayakan
Gambar 2. Diagram alir pembuatan foaming nanas
III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai (1) Hasil pengamatan dan (2) Pembahasan.
3.1. Hasil Pengamatan Foaming nanas
Berdasarkan pengamatan terhadap pembuatan foaming nanas yang telah
dilakukan maka diperoleh hasil pengamatan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Foaming Nanas No Keterangan Hasil Pengamatan1 Nama Produk Foaming nanas2 Basis 150 gram3 Bahan Utama Sari buah nanas 77,2 %4 Bahan Tambahan Dekstrin 17,5%
Albumin 5%CMC 0,5%
5 Berat Produk 29,1 gram6 % Produk 19,4 %7 Organoleptik
a. Warnab. Rasac. Aromad. Teksture. Kenampakan
Putih susuAsam manisKhas nanashaluscerah
8 Perhitungan sari buah nanas= 77,2% = 115,8 gramDekstrin 17,5% = 26,25 gramAlbumin 5% = 7,5 gramCMC 0,5% = 0,75 gram
9 Gambar
Sumber : Kelompok C, Meja 1, 2014)
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pembuatan foaming dengan basis 150
gram, diperoleh berat produk 29,1 gram dengan % produk yang didapat yaitu
sebesar 19,4%, dengan sifat organoleptik berwarna putih susu, rasa asam khas
nanas, aroma khas nanas. Tekstur halus, dan kenampakan cerah.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan
sebagian air suatu bahan pangan dengan atau tanpa bantuan energi panas.
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan
dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya
berupa panas. Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai
batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Biasanya
kandungan air bahan pangan dikurangi sampai batas tertentu dimana
mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi pada bahan pangan tersbut. Keuntungan
pengeringan adalah bahan pangan menjadi lebih awet dan volume bahan pangan
menjadi lebih kecil, sehingga mempermudah dan menghemat ruang
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan menjadi kurang dan mempermudah
tranport. Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Dalam hal
ini kandungan uap air udara lebih kecil atau udara mempunyai kelembaban nisbi
yang relatif rendah sehingga terjadi penguapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan ada 2 golongan, yaitu:
(1) Faktor yang berhubungan dengan udara pengering, seperti: suhu, kecepatan
volumetrik aliran udara pengering, dan kelembaban udara; dan
(2) Faktor yang berhubungan dengan sifat bahan, seperti: ukuran bahan, kadar air
awal, dan tekanan parsial dalam bahan.
Bahan pangan yang dihasilkan dari produk-produk pertanian pada
umumnya mengandung kadar air. Kadar air tersebut apabila masih tersimpan dan
tidak dihilangkan, maka akan dapat mempengaruhi kondisi fisik bahan pangan.
Contohnya, akan terjadi pembusukan dan penurunan kualitas akibat masih adanya
kadar air yang terkandung dalam bahan tersebut. Pembusukan terjadi akibat dari
penyerapan enzim yang terdapat dalam bahan pangan oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang biak dengan bantuan media kadar air dalam bahan
pangan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya suatu proses
penghilangan atau pengurangan kadar air yang terdapat dalam bahan pangan
sehingga terhindar dari pembusukan ataupun penurunan kualitas bahan pangan.
Hal-hal yang mempengaruhi pengeringan adalah luas permukaan bahan
pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air di udara dan lama
pengeringan. Suhu pengeringan sangat penting karena apabila terlalu rendah maka
pengeringan akan makan waktu yang sangat lama dan dapat menurunkan mutu
bahan pangan serta memberikan bau yang tidak normal. Jika proses pengeringan
dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya case
hardening dan reaksi browning(diki,2012).
Proses pertama dalam pembuatan foaming nanas adalah pembuatan sari buah
nanas, disini buah nanas yang telah dikupas kulitnya di hancurkan dimana
fungsinya adala untuk mempermudah dalam mengambil sari buah nanas yang
digunakan sebagai bahan baku utama. Proses kedua adalah pengocokan albumin
sampai berbusa dimana albumin berfungsi sebagai bahan pembusa, kemudian
semua bahan dicampurkan dan dikocok menggunakan mixer sampai berbusa,
kemudian di tuang diatas tray dan diratakan setipis mungkin untuk mempercepat
pengeringan dan dikeringkan menggunakan tunnel dryer selama kurang lebih
empat jam untuk megurangi kadar air pada bahan setelah kering dilakukan
penggilingan dan pengayakan untuk diperoleh bahan berbentuk serbuk nanas.
Pembuatan serbuk sari buah nanas dengan pengeringan ini biasa dikenal dengan
pengeringan metode foam mat drying.
Foam mat drying merupakan metode pengeringan bahan cair yang
sebelumnya dijadikan buih terlebih dahulu dengan penambahan zat pembusa dan
zat tahan panas. Tujuan dari foam mat drying adalah memperluas permukaan,
menurunkan tegangan permukaan, meningkatkan rongga, mengembangkan bahan,
mempercepat penguapan air, serta menjaga mutu bahan
Dekstrin sebagai bahan pengisi untuk melindungi bahan dari panas, menambah
berat, mengikat air dan mempercepat proses pengeringan. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pengeringan antara lain
Suhu semakin naik, pengeringan cepat
Luas permukaan semakin luas maka semakin cepat
Kecepatan pergerakan udara cepat maka pengeringan juga semakin cepat
Kelembapan udara rendah maka pengeringan cepat karena air akan
lebih cepat menguap.
Kelebihan dari foam mat drying adalah lebih efisin waktu dan biaya,
mutu bahan tetap terjaga. Kekurangannya adalah bila dibandingkan dengan alat
lain, spray drying lebih efektif (anonim,2012).
Foam-mat drying merupakan cara pengeringan bahan berbentuk cair yang
sebelumnya dijadikan foam atau buih terlebih dahulu dengan menambahkan zat
pembuih (albumin) dengan diaduk atau dikocok kemudian dituangkan di atas
loyang atau wadah, kemudian dikeringkan sampai larutan kering. Proses
selanjutnya adalah penepungan untuk menghancurkan lembaraan-lembaran kering
hasil pengeringan, selanjutnya hasil penepungan di ayak agar seragam
diameternya dan penampilanya menarik. Konsentrasi buih yang semakin banyak
akan meningkatkan luas permukaan dan memberi struktur berpori pada bahan
sehingga akan meningkatkan kecepatan pengeringan. Lapisan pada pengeringan
busa lebih cepat kering dari pada lapisan tanpa busa pada kondisi yang sama.
Konsentrasi busa yang semakin banyak akan meningkatkan luas permukaan dan
memberi struktur berpori pada bahan, sehingga memungkinkan terjadinya
pemanasan disemua bagian bahan sehingga proses penguapan air dari bahan lebih
cepat. Pada metode foam-mat drying perlu ditambahkan bahan pembusa untuk
mempercepat pengeringan, menurunkan kadar air, dan menghasilkan produk
bubuk yang remah. Dengan adanya busa maka akan mempercepat proses
penguapan air walaupun tanpa suhu yang terlalu tinggi, produk yang dikeringkan
menggunakan busa pada suhu 50-80°C dapat menghasilkan kadar air 2-3%.
Bubuk hasil dari metode foam-mat drying mempunyai densitas atau kepadatan
yang rendah (ringan) dan bersifat remah. Waktu dan suhu pengeringan dengan
metode Foam-mat drying tergantung pada produk yang akan dikeringkan, tidak
dapat ditentukan secara pasti. Sari buah serbuk memerlukan ± 2 jam pada suhu
50-60oC, dan udara pengering mengandung 2% uap air dengan konsentrasi
albumin 10%. Kondisi suhu pengeringan tinggi mungkin akan menimbulkan
kerusakan pada produk(heriyanto,2012).
Mekanisme pembentukan busa dalam albumin adalah sebagai berikut
dengan adanya pengocokan, ikatan-ikatan dalam molekul protein terbuka
sehingga rantai protein menjadi panjang. Protein-protein ini akan saling bereaksi
dan membentuk lapisan monomolekul yang akan menangkap atau menahan udara
yang masuk dalam albumen cair dan membentuk gelembung-gelembung buih
pada pengocokan selanjutnya, sehingga volumenya bertambah dan sifat
elastisitasnya berkurang. Semakin banyak udara yang terperangkap, busa yang
terbentukakan semakin kaku dan kehilangan sifat alirnya. Kestabilan buih
ditentukan oleh kandungan ovomucin yang merupakan salah satu komponen
protein dalam putih telur. Sedangkan mentega, susu krim, dan minyak dari biji-
bijian dapat menurunkan kestabilan busa putih telur. Albumin yang menghasilkan
volume buih yang banyak dan stabil menunjukan kualitas telur yang baik.
Beberapa faktor yang mempengaruhi volume buih adalah kualitas telur awal, pH,
lama penyimpanan(Dina,2011).
Sari buah dalam kemasan merupakan produk minuman yang saat ini
sangat populer karena praktis dengan penampilan menarik. Minuman sari buah
dalam kemasan dapat menggunakan bahan buah segar atau bahan sintetis berupa
essens buah. Pada prinsipnya minuman sari buah dalam kemasan adalah sari buah
dengan kadar gula yang lebih rendah daripada sirup buah sehingga proses
pembuatan minuman ini juga diawali dengan penghancuran, pengepresan,
penyaringan, penambahan gula, pengawet (natrium benzoat), buffer sitrat, esens
melon secukupnya dan pewarna hijau secukupnya, perebusan sampai mendidih,
dan pengemasan dalam gelas plastik menggunakan cup sealer. Sari buah dalam
bentuk serbuk merupakan salah satu bentuk produk minuman yang sangat disukai
karena lebih praktis. Pada prinsipnya ada dua proses pembuatan sari buah dalam
bentuk serbuk, yaitu dengan proses kristalisasi gula dan proses mikroenkapsulasi.
Pembuatan sari buah serbuk dengan proses kristalisasi gula merupakan proses
yang lebih mudah dan dapat dilakukan pada skala rumah tangga. Proses
pengolahan dimulai dengan pemarutan daging buah, pengepresan atau
penyaringan bubur buah sampai diperoleh sari buah yang tidak mengandung
ampas, perebusan sari buah dengan penambahan gula konsentrasi tinggi sampai
mendidih, pemberian pewarna dan essence, selanjutnya perebusan diteruskan
sampai terjadi kristalisasi gula. Kristal gula yang terbentuk dihaluskan dan diayak,
kemudian dikemas dalam kantong plastik atau aluminium foil(chayati dkk, 2010).
CCP pada foaming nanas ini adalah pada tahapan pencampuran dimana
setelah itu dikocok dengan menggunakan mixer, pengocokan harus benar-benar
tepat menghasilkan buih yang merata, dan semua bahan juga harus tercampur
merata, juga pada proses penuangan di atas tray lapisan foaming harus setipis
mungkin dan merata untuk mempercepat proses pengeringan, juga pada proses
pengayakan jangan sampai ada material dari bahan pengayak itu sendiri yang ikut
masuk kedalam produk sehingga menimbulkan hazard fisik.
Perubahan fisika kimia selama proses antara lain, pada proses
pengambilan sari buah terjadi perubahan kimia dimana padatannya diambil dari
bubur buah sehingga pada sari buah tidak ada kandungan padatannya, pada proses
pencampuran dengan semua bahan terjadi perubahan kimia dimana terjadi
perubahan komposisi bahan yang telah tercampur merata, pada proses
pengeringan terjadi perubahan kimia dimana terjadi penurunan kadar air, pada
proses penggilingan terjadi perubahan fisik dimana terjadi proses pengecilan
ukuran menjadi bentuk bubuk, pada proses pengayakan terjadi perubahan fisik
dimana terjadi penyeragaman ukuran.
Berdasarkan hasil yang diperoleh di laboratorium bila dibandingkan
dengan SNI maka sudah memenuhi standar yang berlaku dimana, bau, warna, rasa
normal tidak ada yang menyimpang lalu tidak dilakukan penambahan pemanis
buatan seperti sakarin dan siklamat dimana tidak diperbolehkan oleh SNI
minuman bubuk.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada pembuatan foaming dapat disimpulkan
dengan basis 150 gram, diperoleh berat produk 29,1 gram dengan % produk yang
didapat yaitu sebesar 19,4%, dengan sifat organoleptik berwarna putih susu, rasa
asam khas nanas, aroma khas nanas. Tekstur halus, dan kenampakan cerah.
4.2. Saran
Praktikum percobaan sebaiknya peralatan yang digunakan harus food grade
dan tidak bereaksi dengan bahan baku yang digunakan, serta dar segi kebersihan
dalam pembuatan foaming nanas ini lebih diperhatikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2012). Pengeringan metode foam mat drying. ilmudiinternet. blogspot. com/ 2012/06/ foam - mat - drying .html /. Diakses:7-Mei-2014.
Heriyanto. (2012). Pengeringan sari buah metode foam mat drying. digilib. unpas. ac.id/download.php?id=3560. Diakses:7-Mei-2014.
Dicky. (2012). Pengeringan. http://dicki25.blogspot.com/2012/11/teknologi-pengeringan-bahan-pangan.html. Diakses:7-Mei-2014.
Dinata. (2011). Telur. http://abipbu6. blogspot.com/2011/05/telur.html. Diakses:7-Mei-2014.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Basis = 150 gram
Sari buah nanas 77,2 % =
dekstrin 17,5% =
Albumin 5% =
CMC 0,5% =
%produk = =