Upload
others
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL SEMPROT
KOMBINASI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Polyscias scutellaria)
DAN DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus Linn.) DENGAN KARBOPOL DAN
HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) SEBAGAI
GELLING AGENT
SKRIPSI
MUHAMMAD RASYID WICAKSONO
11151020000037
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN GEL SEMPROT
KOMBINASI EKSTRAK DAUN MANGKOKAN (Polyscias scutellaria)
DAN DAUN WARU (Hibiscus tiliaceus Linn.) DENGAN KARBOPOL DAN
HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA (HPMC) SEBAGAI
GELLING AGENT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
MUHAMMAD RASYID WICAKSONO
11151020000037
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Muhammad Rasyid Wicaksono
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Semprot
Kombinasi Ekstrak Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria)
dan Daun Waru (Hibiscus Tiliaceus Linn.) Dengan Karbopol
dan Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) sebagai Gelling
agent
Daun mangkokan (Polyscias scutellaria) dan daun waru (Hibiscus tiliaceus)
mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai pencegahan rambut
rontok dan dapat menyuburkan rambut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat
sediaan gel semprot dengan ekstrak daun mangkokan dan daun waru sebagai
sediaan yang dapat mencegah rambut rontok dan menyuburkan rambut. Pembuatan
sediaan gel semprot dilakukan dengan kombinasi karbopol dan Hidroksi Propil
Metilselulosa (HPMC) sebagai gelling agent dengan varian konsentrasi pada tiap
formula, F1 (0,4:0,4%), F2 (0,3:0,3%), dan F3 (0,2:0,2%). Kemudian dilakukan
evaluasi stabilitas fisik sediaan dengan melakukan serangkaian pengujian, yaitu
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH, sentrifugasi, pola penyemprotan, bobot
per semprot, daya lekat dan cycling test. Berdasarkan hasil evaluasi stabilitas fisik
basis, F3 dipilih karena basis memiliki hasil yang paling baik. Sediaan gel semprot
dibuat berdasarkan formulasi F3 dan ditambah dengan penambahan dari ekstrak
daun mangkokan dan daun waru. Hasil yang didapat adalah sediaan gel semprot
memiliki stabilitas yang baik pada evaluasi organoleptis, homogenitas dan
sentrifugasi dan pada cycling test. Viskositas dan pH sediaan pada pengujian 21
hari dan pada cycling test juga masih masuk kedalam rentang sediaan.
Kata Kunci : ekstrak Polyscias scutellaria, ekstrak Hibiscus tiliaceus L.,
flavonoid, gel semprot, karbopol 940, Hidroksi Propil Metilselulosa (HPMC),
daun mangkokan, daun waru
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Muhammad Rasyid Wicaksono
Study Program : Pharmacy
Title : Formulation and Physical Stability Test Gel semprot of
Mangkokan (Polyscias Scutellaria) and Waru (Hibiscus
Tiliaceus Linn.) With Karbopol and Hydroxypropyl-
Methylcellulose (HPMC) as Gelling agent
Mangkokan leaves (Polyscias scutellaria) and waru leaves (Hibiscus tiliaceus)
contain flavonoid compound which have a potential as hair loss prevention and as
hair fertilizers. This study purposes is to make a gel semprot of mangkokan and
waru extrract as hair loss prevention and as hair fertilizers. Gel semprot made with
combination of karbopol and HPMC ac gelling agent, which concentration was
varied at every formula, F1 (0,4:0,4%), F2 (0,3:0,3%), dan F3 (0,2:0,2%). Physical
stability evaluation consists of organoleptik, homogeneity, viscosity, pH,
centrifugation, spray pattern, weight per spray, spread stick property and cycling
test. Based on physical stability evaluation of bases showed that F3 had the most
optimal base. Gel semprot preparation is made based on F3 with addition of
mangkokan and waru extract. The result showed that gel semprot had a good
stability on evaluation of organoleptik, homogeneity, centrifugation, and cycling
test. The result of viscosity and pH for 21 days and cycling test also still within the
range.
Keywords : Polyscias scutellaria extract, Hibiscus tiliaceus L. extract, flavonoid,
gel semprot, karbopol 940, Hydroxypropyl-Methylcellulose (HPMC), mangkokan
leaves, waru leaves.
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur peuulis panjatkan kepada Allah SWT., karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini hingga selesai
dengan judul “Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Semprot Kombinasi
Ekstrak Daun Mangkokan (Polyscias Scutellaria) dan Daun Waru (Hibiscus
Tiliaceus Linn.) Dengan Karbopol dan Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
sebagai Gelling agent”. Penulisan skripsi penelitian ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal penelitian ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada keluargaku, Bapak Ir. H.Rinto Suseno dan Mama Aviana Dwi
Vidyanti yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, nasehat, dukungan
secara moral dan materiil.
2. Ibu Nelly Suryani Ph.D, Apt dan Bapak Yardi Ph.D, Apt selaku dosen
pembimbing yang dengan sabar menuntun dan memberikan bimbingan,
ilmu, masukan, dan dukungan, kepada penulis.
3. Ibu Dr. Zilhadia, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si, Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Putri Amalia M.Farm, Apt dan Ibu Nelly Suryani Ph.D,Apt selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing, dan menerima
keluh kesah serta konstultasi selama penulis memasuki dunia perkliahan
6. Bapak Hendri Aldrat Ph.D, Apt dan Ibu Estu Mahanani Dhilasari M.Si, Apt
selaku dosen penguji yang sudah memberi gagasan, ide, kritik, saran, dan
masukan pada skripsi penulis agar terus berkembang.
7. Seluruh Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah
bersedia memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Kakak ku, Muhammad Arif Nugroho, ST, dan seluruh keluarga besar
Harsoyo Abdulkahar dan Soedharto Wardhiseputro
9. Teman penelitian Mangkokan Gel semprot Asoy, Agung Nugraha dan Anna
Luthfiah yang sudah dan selalu menjadi tim yang terbaik bagi penulis.
10. Para minoritas kampus. Farmasi Men, khususnya Pejantan Tangguh dan
Agung FC. Yoga, Salman Al Farisi, Yusuf, Yuyun, Faqih, Arvian, Sulton
Kepin, Dhimas Jawir, Ruhul, Daris, DZ, Rizki Roma, Dhimaz Aryo, Farijal,
Giyan, Adit, Aji, Athfal, Dastu, Sahrul, Syarif, Hugo, dan Rinaldi.
11. Kerabat wanita-wanita PSF 2015 yang sudah memberikan canda tawa dan
banyak memberi dukungan kepada penulis, Tika, Tiara, Dena, Najah Kinan,
Amel, Aisyah, Ailla, Agit, Farah, Icha, Maulia, Mae, Syifa, Devi O, Lu’lu,
Dila, Difa, Maryam.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan PSF 2015, yang sudah berkecimpung
melewati seluruh proses pengembangan diri untuk mendapat gelar S.Farm.
Terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan yang sudah terjalin,
semoga dapat tetap berlanjut.
13. Naura Shafarina Nasution dan Faramadina Fithrotunnisa yang telah
berjuang dari Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menuju Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang sudah menjadi sahabat semenjak diumumkannya kelulusan jalur
mandiri hingga membantu dalam selesainya penelitian ini.
14. Kepada DEMA FKIK Kabinet Aksi Nyata, DEMA FKIK Kabinet
Gemilang, serta HMPS Farmasi Kabinet Harmonis Bersinergi.
15. OPK Pharmacy Music Community yang telah memberikan alunan lagu dan
nada indah di telinga dan hati penulis.
16. Sobat Pamulang, Muhammad Rasyad Fauzan dan Ilham Bagus yang telah
banyak memberikan pelajaran dalam hidup.
17. Teman seperbimbingan, Lia, Ela, Nailul, Messy, Epi, Rifka, Tina, Nia, dan
Nuri.
18. Para laboran yang sudah membantu penulis dalam rangkaian proses skripsi
selama di laboratorium, Kak Eris, Mbak Rani, Kak Lisa, Kak Yaenab, Kak
Walid dan Pak Rachmadi.
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19. Aliya Zahra yang sudah memberikan dedikasi dan support yang luar biasa
selama proses skripsi.
20. Kepada seluruh pihak yang telah membantu selama penelitian dan
penyelesaian naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung,
dan yang namanya tidak dapat disebut satu persatu.
Jakarta, Desember 2019
Penulis
x `UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………….i
HALAMAN PERSETUJUA PEMBIMBING…………………………………….ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..…………ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Waru .............................................................................................................. 5
2.1.1 Taksonomi Tanaman Waru ..................................................................... 5
2.1.2 Morfologi Tanaman Waru ...................................................................... 6
2.1.3 Kandungan Kimia Daun Waru ............................................................... 6
2.1.4 Manfaat Daun Waru ............................................................................... 6
2.2 Mangkokan (Polyscias scutellaria) ............................................................... 7
2.2.1 Taksonomi Daun Mangkokan ................................................................ 7
2.2.2 Morfologi Tanaman Mangkokan ............................................................ 8
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Mangkokan ..................................................... 8
2.2.4 Manfaat Daun Mangkokan ..................................................................... 8
2.3 Simplisia ........................................................................................................ 8
2.4 Ekstaksi dan Ekstrak ..................................................................................... 9
2.5 Gel Semprot ................................................................................................... 9
2.6 Stabilitas ...................................................................................................... 10
2.7 Monografi Bahan ......................................................................................... 11
2.7.1 Propilen Glikol ...................................................................................... 11
2.7.2 Etanol 70% ............................................................................................ 12
2.7.3 Nipagin.................................................................................................. 12
2.7.4 Menthol ................................................................................................. 13
2.7.5 Vitamin E .............................................................................................. 13
2.7.6 TEA……………………………………………………………………14
2.7.7 Aquadest ............................................................................................... 14
2.7.8 Karbopol ............................................................................................... 15
2.7.9 HPMC ................................................................................................... 15
2.7.10 Nipasol ................................................................................................ 16
BAB III METEODOLOGI PENLITIAN ............................................................. 17
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 17
xi `UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.2.1 Alat ....................................................................................................... 17
3.2.2 Bahan .................................................................................................... 17
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................. 17
3.3.1 Determinasi Tanaman Daun Mangkokan dan Daun Waru ................... 17
3.3.2 Penyiapan Simplisia Daun Mangkokan dan Daun Waru...................... 17
3.3.3 Pembuatan Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru ....................... 18
3.3.4 Uji Kandungan Kimia Ekstrak Daun Mangkokan ................................ 19
3.3.5 Formulasi Optimasi Basis Gel Semprot................................................ 20
3.3.6 Pembuatan Sediaan Gel semprot Optimasi Basis ................................. 20
3.3.7 Pembuatan Sediaan Gel semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru ..................................................................................................... 21
3.3.9 Evaluasi Fisik Gel semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru ..................................................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 24
4.1 Ekstraksi Daun Mangkokan dan Daun Waru .............................................. 24
4.2 Formulasi Optimasi Basis Gel Semprot ...................................................... 27
4.3 Evaluasi Fisik Basis Gel Semprot ............................................................... 28
4.3.1 Pemeriksaan Organoleptik .................................................................... 28
4.3.2 Pemeriksaan Homogenitas .................................................................... 29
4.3.3 Pemeriksaan Viskositas ........................................................................ 30
4.3.4 Pemeriksaan pH .................................................................................... 31
4.3.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan .......................................................... 31
4.3.6 Pemeriksaan Bobot per Semprot........................................................... 32
4.3.7 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat ............................................................ 33
4.3.8 Pemeriksaan Sentrifugasi ...................................................................... 33
4.3.9 Cycling test ........................................................................................... 34
4.3.10 Evaluasi Pemilihan Basis Terbaik ...................................................... 35
4.4 Formulasi Gel Semprot Daun Mangkokan dan Daun Waru ....................... 35
4.5 Evaluasi Fisik Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru ............................................................................................................ 36
4.5.1 Pemeriksaan Organoleptik .................................................................... 36
4.5.2 Pemeriksaan Homogenitas .................................................................... 37
4.5.3 Pemeriksaan Viskositas ........................................................................ 37
4.5.4 Pemeriksaan pH .................................................................................... 38
4.5.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan .......................................................... 39
4.5.6 Pemeriksaan Bobot per Semprot........................................................... 40
4.5.7 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat ............................................................ 40
4.5.8 Pemeriksaan Sentrifugasi ...................................................................... 41
4.5.9 Cycling test ........................................................................................... 41
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 43
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 43
5.2 Saran ............................................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
xii `UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Monografi Propilen Glikol .................................................................... 11
Tabel 2.2 Monografi Etanol 70% .......................................................................... 12
Tabel 2.3 Monografi Nipagin ................................................................................ 12
Tabel 2.4 Monografi Menthol ............................................................................... 13
Tabel 2.5 Monografi Vitamin E .......................................................................... 113
Tabel 2.6 Monografi TEA ..................................................................................... 14
Tabel 2.7 Monografi Aquadest ............................................................................. 14
Tabel 2.8 Monografi Karbopol ............................................................................. 15
Tabel 2.9 Monografi HPMC ................................................................................. 15
Tabel 2.10 Monografi Nipasol .............................................................................. 16
Tabel 3.1 Tabel Formulasi Basis Gel semprot Basis Karbopol dan HPMC ......... 20
Tabel 3.2 Tabel Formulasi gel semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru ...................................................................................................... 20
Tabel 4.1 Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru ........... 25
Tabel 4.2 Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru ...................................................................................................... 25
Tabel 4.3 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangkokan ..................................... 26
Tabel 4.4 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Waru................................................ 26
Tabel 4.5 Tabel Pemeriksaan Organoleptik Optimasi Basis ................................. 28
Tabel 4.6 Pemeriksaan Homogenitas Optimasi Basis .......................................... 29
Tabel 4.7 Pemeriksaan Viskositas Optimasi Basis ............................................... 30
Tabel 4.8 Pemeriksaan pH Optimasi Basis ......................................................... 311
Tabel 4.9 Pemeriksaan Pola Penyemprotan Optimasi Basis ............................... 322
Tabel 4.10 Pemeriksaan Bobot per Semprot Basis ............................................. 322
Tabel 4.11 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat Basis ............................................... 333
Tabel 4.12 Pemeriksaan Sentrifugasi Optimasi Basis ........................................ 333
Tabel 4.13 Pemeriksaan Organoleptis Cycling Optimasi Basis.......................... 344
Tabel 4.14 Pemeriksaan Homogenitas Cycling Optimasi Basis ......................... 344
Tabel 4.15 Pemeriksaan Viskositas Cycling Optimasi Basis ............................. 344
Tabel 4.16 Pemeriksaan pH Cycling Optimasi Basis ......................................... 344
Tabel 4.17 Pemeriksaan Organoleptik Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru .............................................................. 366
Tabel 4.18 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru .............................................................. 377
Tabel 4.19 Pemeriksaan Viskositas Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru .............................................................. 388
Tabel 4.20 Pemeriksaan pH Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan
Daun Waru ........................................................................................ 388
xiii `UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.21 Pemeriksaan Pola Penyemprotan Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru ............................................................. 399
Tabel 4.22 Pemeriksaan Bobot Per Semprot Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru ................................................. 40
xiv UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Waru .................................................................................... 5
Gambar 2.2 Tanaman Mangkokan .......................................................................... 7
xv UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 01 Alur Kerja Penelitian ....................................................................... 47
Lampiran 02 Sertifikat Analisis Karbopol ............................................................ 48
Lampiran 03 Sertifikat Analisis HPMC ................................................................ 49
Lampiran 04 Determinasi Daun Mangkokan ........................................................ 50
Lampiran 05 Determinasi Daun Waru .................................................................. 51
Lampiran 06 Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru ................................................................................................ 52
Lampiran 07 Perhitungan Kadar Air Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru ................................................................................................ 53
Lampiran 08 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru ................................................................................................ 54
Lampiran 09 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru ................................................................................................ 55
Lampiran 10 Hasil Uji Viskositas Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan dengan
Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru ..................................... 57
Lampiran 11 Hasil Uji pH Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan dengan Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru .................................................. 58
Lampiran 12 Hasil Uji Pola Penyemprotan Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan
dengan Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru ........................ 59
Lampiran 13 Pola Penyemprotan Optimasi Basis Formula .................................. 60
Lampiran 14 Pola Penyemprotan Basis Formula 2 ............................................... 61
Lampiran 15 Pola Penyemprotan Basis Formula 3 ............................................... 62
Lampiran 16 Pola Penyemprotan Sediaan Gel Semprot dengan Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru .......................................................... 663
Lampiran 17 Hasil Uji Bobot per semprot Optimasi Basis Sediaan ..................... 64
Lampiran 18 Pengamatan Organoleptik Optimasi Basis ...................................... 65
Lampiran 19 Pengamatan Homogenitas Optimasi Basis Sediaan Gel Semprot ... 65
Lampiran 20 Pengamatan Orgnalopetis Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru ............................................... 67
Lampiran 21 Pengamatan Homogenitas Sediaan Gel Semprot dengan Ekstrak
Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru ..................................... 68
Lampiran 22 Hasil Uji Sentrifugasi Basis Sediaan Gel Semprot dan Sediaan Gel
Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru ...................... 69
1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gel merupakan bentuk sediaan yang sering digunakan, baik sebagai obat,
maupun untuk kosmetika wajah, dan salah satu jenis modifikasi dari gel adalah
dalam bentuk gel semprot. Gel semprot merupakan sediaan yang biasa digunakan
tanpa harus mengoleskan atau mengenai gel secara langsung karena bisa digunakan
secara semprot. Apabila gel semprot digunakan pada seseorang yang terluka di
kulit, sediaan topikal jenis gel semprot lebih disukai dibandingkan salep atau gel
(Jauregui, Juan Carlos, Ceniceros, Hernandez, & Ilyina, 2009) Pada sediaan
formulasi gel semprot diperlukan ketepatan dalam pemilihan polimer dan
plasticizer sehingga ketika digunakan akan mudah kering dan tidak lengket
(Widyaningrum, Fudholi, Sudarsono, & Setyowati, 2015). Sediaan gel semprot
memiliki kelebihan dari sediaan topikal lainnya yaitu lebih aman, lebih praktis
penggunaannya, dan lebih mudah dicuci (Fitriansyah, Wirya, & Hermayanti, 2016).
Karbopol merupakan gelling agent yang mempunyai beberapa keuntungan
yaitu diantaranya dapat bercampur dengan banyak zat aktif, memiliki organoleptis
yang menarik serta viskositasnya yang tinggi pada konsentrasi rendah. Penggunaan
gelling agent merupakan faktor penting dalam pembuatan gel dan berpengaruh
terhadap kualitas fisik sediaan tersebut (Islam, Ciotti, & Ackermann, 2004).
Menurut Kamishita (1992), salah satu polimer yang dapat digunakan untuk basis
gel semprot adalah karbopol karena sudah sering digunakan sebagai gelling agent.
Selain karbopol, ada juga HPC, HPMC, PVA, PVP, Na alginat dan gelatin. HPMC
merupakan derivate selulosa, membuat jamur lebih besar, dan juga gel yang dibuat
tidaklah transparan namun. Sehingga dirasa perlu untuk memodifikasi gel dengan
bentuk gel semprot dan menambahkan kombinasi Karbopol sebagai gelling agent.
Karbopol sering digunakan karena bisa membentuk massa gel dengan konsentrasi
yang tinggi dengan viskositas yang rendah (Rowe, 2009). HPMC merupakan
polimer semisintetik turunan selulosa, gel yang biasanya dihasilkan dari HPMC
memiliki karakteritstik jernih, viskositas yang stabil dan netral (Rowe, 2009).
HPMC juga merupakan bahan yang mudah bercampur dengan bahan lain kecuali
bahan-bahan yang oksidatif (Gibson, 2001). HPMC dan karbopol memiliki hasil
2
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
gel yang bening dan mudah larut dalam air, selain itu juga HPMC memiliki daya
pengikat zat aktif yang lebih baik daripada karbopol.
Rambut merupakan peranan penting yang harus diperhatikan, selain
memiliki fungsi utama sebagai pelindung kepala dari hal-hal yang berbahaya
seperti sengatan matahari atau benda keras, rambut juga bisa meningkatkan
kepercayaan diri apabila rambut sehat dan terlihat berkilau (Angendari, 2012).
Masalah yang sering dihadapi terkait rambut adalah rambut rontok. Rambut rontok
merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada rambut dan mengakibatkan
rambut menjadi terlihat lebih sedikit (Jafar, Adiyati, & Kartanagara, 2017). Secara
tradisional, beberapa tanaman dikatakan memiliki efek terhadap rambut, misalnya
kelapa dan kemiri untuk memperkuat akar rambut, kangkung dan mengkudu untuk
mencegah anti ketombe, mangkokan dan waru untuk mencegah rambut rontok
(Angendari, 2012)
Tanaman mangkokan merupakan tanaman yang sering digunakan oleh
manusia. Biasanya bagian daun dan akar sering digunakan untuk tanaman obat atau
tanaman herbal. Biasanya tanaman ini sering ditemui sebagai tanaman pagar, dan
bisa ditemukan di ladang, dan tepi sungai (Dalimartha, 1999). Manfaat tanaman
mangkokan (Polyscias scutellaria) yaitu memperlancar sistem pencernaan,
mencegah rambut rontok, mengobati luka, antibakteri, antiinflamasi, memperlancar
peredaan darah, mencegah munculnya gejala anemia dan antioksidan tubuh
(Widyaningrum et al., 2015).
Pada penelitian yang dilakukan pada Sadiah (2014), diketahui bahwa
ekstrak daun mangkokan dapat mempercepat pertumbuhan rambut sebanyak 65%
pada sediaan ekstrak yang dibuat dengan emulsifikasi. Hal ini sesuai dengan pada
buku Dalimartha yang mengatakan daun mangkokan bisa berfungsi sebagai
pertumbuhan rambut. Kemudian berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui
daun mangkokan mempunyai senyawa bioaktif yaitu flavonol, seperti kuesetin dan
kaemferol (Hariana, 2008). Sementara menurut Tarigan, (2008), daun mangkokan
memiliki kandungan kalsium oksalat, peroksidase, amydagline, fosfor, besi, lemak,
protein, vitamin A, B1, dan C. Pada sediaan gel yang diteliti (Handojo, 2011).
Dibuat formulasi gel dengan menggunakan HPMC sebagai gelling agentnya dari
ekstrak daun mangkokan, pada sediaan gel ini membuktikan bahwa ekstrak daun
3
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mangkokan dengan konsentrasi 2,5 %, 5 %, dan 7,5 % dapat mempengaruhi
pertumbuhan rambut tikus. Pada penelitian tersebut membuktikan bahwa daun
mangkokan memiliki efek pertumbuhan rambut.
Tanaman waru (Hibiscus tiliaceus Linn.) merupakan tanaman yang lazim
terdapat di Indonesia, biasanya terdapat di hutan, ladang, dan pekarangan rumah,
Tanaman waru dikenal bisa digunakan sebagai pencegah kerontokan rambut dan
penyubur rambut (Dalimartha, 1999). Tanaman waru diketahui memiliki banyak
kegunaan sebagai pereda demam, penumbuh rambut, obat batuk dan obat diare
berdarah atau berlendir (Heyne, 1987). Daun waru juga bisa digunakan sebagai obat
tuberkolosis, paru, amandel, dan radang usus. Selain untuk mengobat penyakit-
penyakit tersebut, daun waru juga dapat dimafaatkan sebagai penyubur rambut dan
mengobati kerontokan rambut (Kurniawan, 2013). Tanaman waru diketahui
memiliki kandungan secara empiris sebagai penyubur rambut dikarenakan
memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol dan tannin (Syamsuhidayat &
Hutapea, 1991). Flavonoid mencegah radikal bebas dan membantu pertumbuhan
rambut, sementara saponin meningkatkan peredaran darah ke folikel rambut.
Polifenol dan tannin bisa mengikat dan menjaga protein untuk pertumbuhan rambut
(Rosida, 2002).
Pada penelitian sebelumnya terkait daun waru, sudah beberapa kali teruji
aktifitasnya, contohnya menurut Rahkmawati (2008). Pada penelitian tersebut,
digunakan daun waru dengan ekstrak etanol yang diformulasikan dalam bentuk
salep, kemudian teruji bahwa daun waru memiliki efek pertumbuhan rambut.
Penelitian yang dilakukan oleh Indriwanarni (2011) adalah dengan menggunakan
ekstrak etanol daun waru yang diformulasikan dalam bentul gel, percobaan ini
dilakukan dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3%, percobaan ini membuktikan bahwa
makin tinggi konsentrasi ekstrak pertumbuhan rambut akan lebih sering terjadi.
Penelitian yang lainnya adalah dengan kombinasi daun waru dan dan buah alpukat
dengan melakukan uji pertumbuhan rambut dengan hewan uji kelinci, dan terbukti
dapat memacu pertumbuhan rambut (Akib, Armin, Malaka, & Baka, 2016).
Pengkombinasian tumbuhan daun mangkokan dan daun waru diharapkan
memiliki efek yang sinergis dengan mangkokan memiliki fungsi untuk mencegah
rambut rontok, dan daun waru memiliki fungsi untuk menyuburkan rambut.
4
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka diharapkan sediaan yang dihasilkan akan
mempunyai aktivitas untuk mencegah rambut rontok dan menyuburkan rambut.
Berdasarkan latar belakang ini, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian
tentang formulasi dan uji stabilitas fisik dan dari sediaan gel semprot dengan
kombinasi ekstrak daun dan daun waru dengan menggunakan kombinasi Karbopol
dan HPMC sebagai Gelling agent.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun mangkokan dan daun waru dapat diformulasikan
menjadi sediaan gel semprot?
2. Bagaimanakah evaluasi sediaan gel semprot kombinasi ekstrak daun
mangkokan dan daun waru?
3. Apakah penggunaan karbopol dan HPMC sebagai gelling agent dapat
menghasilkan suatu sediaan gel semprot kombinasi ekstrak daun
mangkokan dan daun waru yang baik?
1.3 Tujuan
1. Ekstrak daun mangkokan dan daun waru dapat diformulasikan menjadi
sediaan gel semprot
2. Mampu mengevaluasi hasil evaluasi sediaan gel semprot kombinasi ekstrak
daun mangkokan dan daun waru
3. Menilai penggunaan karbopol dan HPMC sebagai gelling agent dapat
menghasilkan sediaan gel semprot ekstrak daun mangkokan dan daun waru
yang baik.
5 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Waru
Gambar 2.1: Tanaman Waru
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Waru
Tanaman waru adalah tanaman yang banyak digunakan untuk peneduh atau
pelindung tanaman lainnya, biasanya tanaman ini ditanam di pinggiran tepi jalan
maupun tepi sungai. Tanaman waru ini berasal dari daerah Pasifik barat yang
menyebar luas hingga saat ini diberbagai wilayah. Tanaman ini termasuk dalam
ordo Malvales yang juga termasuk kedalam anggota keluarga Malvaceae dengan
nama latin Hibiscus tiliiceus.
2.1.1 Taksonomi Tanaman Waru
Klasifikasi Tanaman Waru
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus tiliaceus L.
(Heyne, 1987)
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.1.2 Morfologi Tanaman Waru
Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50
cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan daun tunggal, berangkai,
berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur, tidak berlekuk dengan diameter
kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar
berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-
abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan
tanda bekas berbentuk cincin (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991).
Bunga waru merupakan bunga tunggal. Panjang kelopak 2.5 cm beraturan
bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning
dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah
menjadi kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala
sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan
banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5
tidak sempurna, membuka dengan 5 katup (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991).
2.1.3 Kandungan Kimia Daun Waru
Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai pendingin bagi
sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, obat
diare berdarah atau berlendir, amandel. Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan
masuk angin (Martodisiswojoll & Rajakwangun, 1995). Kandungan kimia daun
dan akar waru adalah saponin dan flavonoid. Flavonoid mencegah radikal bebas
dan membantu pertumbuhan rambut, sementara saponin meningkatkan peredaran
darah ke folikel rambut. Polifenol dan tannin bisa mengikat dan menjaga protein
untuk pertumbuhan rambut (Rosida, 2002). Menurut Syamsuhidayat (1991), daun
waru minimal mengandung 5 senyawa fenol, dan akarnya mengandung
tanin (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991).
2.1.4 Manfaat Daun Waru
Tumbuhan waru dapat digunakan sebagai antimikroba, antiradang,
membersihkan darah, antibengkak, melancarkan pengeluaran nanah,
antineoplastik, menghentikan pendarahan (koagulan), antikanker esofagus, kardia,
lambung, paru-paru, payudara dan kulit (Dalimartha, 1999). Daun waru juga bisa
digunakan sebagai obat tuberkolosis, paru, amandel, dan radang usus. Selain untuk
7
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mengobat penyakit-penyakit tersebut, daun waru juga dapat dimafaatkan sebagai
penyubur rambut dan mengobati kerontokan rambut.
2.2 Mangkokan (Polyscias scutellaria)
Gambar 2 Tanaman Mangkokan
Sumber: https://www.viva.co.id/blog/kesehatan/959755-12-manfaat-daun-mangkokan-untuk-kesehatan
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai beranekaragam
tanaman, salah satunya tanaman mangkokan. Daun mangkokan merupakan
tumbuhan hias yang biasanya tumbuh berada di perkarangan rumah dan dapat
dijadikan sebagai tanaman obat yang cukup popular di Nusantara. Namanya ini
mengacu pada bentuk daunnya yang melengkung serupa mangkok. Tanaman
mangkokan sering ditemui sebagai tanaman pagar, walaupun dapat ditemukan liar
di ladang dan tepi sungai. Hal yang menarik dari tanaman mangkokan adalah
bentuk daunnya. Bulat dengan bagian tepi menekuk keatas hingga menyerupai
mangkuk. Pada zaman dahulu, daun ini sering digunakan sebagai pengganti wadah
makanan, sehingga tanaman ini dinamakan godhonh mangkokan atau daun
mangkokan. Mangkokan di sini jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai
tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat
tumbuh pada ketinggian 1-200 meter di atas permukaan laut (Harmanto, 2007).
2.2.1 Taksonomi Daun Mangkokan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Araliaceae
Genus : Polyscias
Spesies : Polyscias scutellaria (Burm.f.) Fosberg.
8
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sinonim : Nothoponax scutellarium
(Rosada, 2016)
2.2.2 Morfologi Tanaman Mangkokan
Tanaman mangkokan tumbuh tegak dengan tinggi 1-3 meter. Batangnya
berkayu, bentuknya bulat, bercabang atau lurus.Berdaun tunggal, bertangkai, agak
tebal, bentuknya berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi
bergerigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip, warna hijau tua (Dalimartha,
1999).
2.2.3 Kandungan Kimia Daun Mangkokan
Ekstrak daun mangkokan diketahui mengandung protein, vitamin A,
vitamin B1, vitamin C, saponin, kumarin, terpenoid, fenol dan alkaloid yang diduga
berperan dalam aktivitas pertumbuhan rambut, Jenis flavonoid yang terkandung
dalam daun mangkokan adalah flavonol seperti kuersetin, kaemferol, dan miresetin;
dan flavon seperti luteolin dan apigenin (Jafar et al., 2017).
2.2.4 Manfaat Daun Mangkokan
Tanaman mangkokan memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan oleh
manusia. Bagian akar dan daun tanaman mangkokan banyak dimanfaatkan sebagai
tanaman obat atau tanaman herbal. Manfaat tanaman mangkokan antara lain
memperlancar sistem pencernaan, mencegah rambut rontok, mengobati luka,
antibakteri, antiinflamasi, memperlancar peredaan darah, dan mencegah munculnya
gejala anemia dan antioksidan tubuh. (Widyaningrum et al., 2015).
2.3 Simplisia
Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), simplisia adalah bahan alamiah
berupa bahan yang dikeringkan, yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain. Simplisia dapat
digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:
A. Simplisia nabati, simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman. Eksudata adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
dan belum berupa zat kimia.
B. Simplisia hewani, simplisi yang berupa hewan atau bagian hewan zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
9
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
C. Simplisia mineral, simplisia yang berupa bahan-bahan mineral yang belum
diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
2.4 Ekstaksi dan Ekstrak
Ekstraksi merupakan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair (Departemen Kesehatan RI,
2000). Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke
dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara eksraksi yang tepat. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan
setelah proses ekstraksi selesai.
Ekstrak adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan
(Departemen Kesehatan RI, 1995).
Pembagian ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) terbagi menjadi dua yaitu
cara dingin dan cara panas. Ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkolasi.
Sedangkan ekstraksi panas yaitu refluks, sokletasi, digesti, infundasi, dan dekok.
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industry (Agoes, 2007). Proses
pengekstrakannya dengan menggunakan pelarut dan beberapa kali pengadukan atau
pengocokan pada suhu ruang. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk
kedalam dinding sel dan akan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif,
kemudian zat aktif akan larut akibat adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif didalam sel dan diluar sel (Departemen Kesehatan RI, 2000).
2.5 Gel Semprot
Gel semprot merupakan suatu sediaan larutan dalam sebuah alat sprayer dan
dilakukan dengan cara disemprotkan (Marzuki & Fitriana, 2010). Menurut Shafira
(2015) mengatakan bahwa gel semprot merupakan salah satu upaya pengembangan
10
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sediaan farmasi bentuk topical, terutama untuk sediaan untuk dermis. Kelebihan
dari gel semprot adalah kontaminasi dari mikroba yang begitu rendah, praktis
karena tidak membuat tangan menjadi lengket, dan kontak obat lebih lama
disbanding sediaan lainnya.
Komponen yang mempengaruhi salah satunya adalah viskositas. Sediaan
gel semprot harus memiliki viskositas yang cukup rendah sehingga bisa
disemprotkan dari alat semprot (Holland et al., 2002). Sediaan aerosol memiliki
viskositas 400 cPs atau kurang dari 300 cPs. Sementara sediaan pump spray
memiliki 150 cPs. Menurut Kamishita (1992), gel semprot dapat diformulasikan
dengan obat yang larut maupun tidak larut dalam air dengan didispersikan dengan
zat aktif terlebih dahulu dalam pelarut organic atau yang dapat melartukan zat akfitf
namun dapat larut dalam air.. Menurut Kamishita (1992), viskositas basis gel
semprot adalah berkisar 500-5000 cPs dan daya sebar harus baik serta partikel
sediaan yang disemprotkan harus lebih dari 80%.
Selain itu, gel semprot memiliki keuntungan karena memiliki bahan
pengental dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya (Kamishita,
Miyazaki, & Okuno, 1992). Sediaan gel merupakan suatu sediaan semipadat yang
terdiri dari suspensi yang dibuat dari suatu partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Departemen Kesehatan
RI, 1995). Sediaan gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket,
gel berbentuk padat saat disimpan namun akan mencair ketika dikocok, serta
viskositas gel tidak mengalami perubahan yang signifikan (Marzuki & Fitriana,
2010).
2.6 Stabilitas
Stabilitas sediaan farmasi adalah suatu kemampuan sediaan atau produk
bertahan dalam batas yang ditetapkan, dimulai dari penyimpanan, penggunaan,
sifat, dan karakteristiknya pada saat dibuat (Vadas, 2010) Stabilitas suatu produk
atau sediaan dipengaruhi banyak faktor, seperti stabilitas bahan aktif, interaksi
bahan aktif dan bahan tambahan, proses pembuatan, pengemasan, dan kondisi
lingkungan selama pembuatan, penyimpanan, penanganan, dan jangka waktu
produk antara pembuatan hingg pemikian (Vadas, 2010).
11
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Secara umum, stabilitas suatu produk dibedakan menjadi dua, yaitu
stabilitas fisika dan stabilitas kimia. Stabilitas fisika yaitu mengevaluasi keadaan
fisik dari suatu produk (perubahannya) selama periode penyimpanan. Sementara
itu, stabilitas kimia yaitu lamanya waktu suatu produk mempertahankan integritas
kimia dan potensi yang dimilikinya seperti yang tertera pada etiket selama batas
waktu yang ditentukan. Uji stabilitas fisika meliputi pemeriksaan organoleptis,
homogenitas, pH, viskositas, dan lain-lain. Pada penelitian ini, stabilitas fisik yang
akan dilakukan yaitu uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, pola
penyemprotan, daya sebar dan daya lekat, bobot penyemprotan, sentrifugasi, dan
cycling test.
Pada penelitian ini hanya dilakukan stabilitas fisik dikarenakan ingin
melihat sediaan dengan konsentrasi kombinasi ekstrak dan kombinasi ekstrak
gelling agent berapakah yang dapat digunakan untuk mendapat sediaan yang
optimal.
2.7 Monografi Bahan
2.7.1. Propilen Glikol
Tabel 2. 1. Monografi Propilen Glikol
Struktur molekul
C3H8O2
Sinonim
1,2-Dihydroxypropane; 2-hydroxypropanol; methylethylene
glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol.
Pemerian Suatu polimer sebagai polimer tambahan dari etilen oksida dan
air. Polietilen glikol nilai 200-600berbentuk cairan; nilai 1000
dan di atas adalah padatan pada suhu kamar
Khasiat Antimicrobial preservative; disinfectant; humectant;
plasticizer; solvent; stabilizer for vitamins; water-miscible
cosolvent
Bobot Jenis 1.038 g/cm3
Penyimpanan
Propylene glycol bersifat bening, tidak berwarna, kental,
praktis tidak berbau, cairdengan rasa manis sedikit
tajammenyerupai gliserin
OTT: Tidak kompatibel dengan reagen oksidator, seperti kalium
permanganat
Sumber: (Rowe, 2009)
12
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.7.2. Etanol 70%
Tabel 2. 2 Monografi Etanol 70% Struktur molekul
C2H6O
BM 46,07
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan
mudah terbakar.
Khasiat Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Bobot Jenis 0,812 – 0,816 g/ml
Kelarutan Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organic.
Stablitas: Mudah menguap walaupun pada suhu rendah.
Penyimpanan Wadah tertutup rapat jauh dari api.
OTT: Bahan pengoksidasi Bila dicampur dengan alkali, warna akan
menjadi gelap.
Konsentrasi 60-90%
Sumber: (Rowe, 2009)
2.7.3 Nipagin
Tabel 2. 3 Monografi Nipagin Struktur molekul
C8H8O3
BM 152,15
Pemerian Hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit
panas.
Khasiat Anti mikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Kelarutan Mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam
minayak; larut dalam 400 bagian air
OTT: Surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat
Konsentrasi 0.02–0.3% untuk topical
Sumber: (Rowe, 2009)
13
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.7.4 Menthol
Tabel 2. 4 Monografi Menthol Struktur molekul
C10H20O
BM 156,27
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap
meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78ºC dan
mudah terbakar.
Khasiat Sensasi sejuk pada sediaan
Kelarutan Sangat larut dalam etanol (95%), kloroform, eter, lemak
minyak dan parafin cair; larut dalam asam asetat glasial, aseton
dan benzena; sedikit larut dalam gliserin; praktis tidak larut
dalam air
Stablitas: Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak melebihi suhu
25oC
Konsentrasi 0,05 % -10 %
Sumber: (Rowe, 2009)
2.7.5 Vitamin E
Tabel 2. 5 Monografi Vitamin E Struktur molekul
C29H50O2
BM 430,72
Pemerian Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna, atau cokelat
kekuningan; tidak berbau dan tidak berasa.
Khasiat Antioksidan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, etanol,
eter, dan minyak nabati.
Stablitas: Tokoferol teroksidasi oleh adanya oksigen atmosfer secara
perlahan dan dipercepat oleh adanya garam besi dan perak.
Tokoferol harus disimpan dalam gas inert, dalam wadah kedap
udara yang sejuk dan kering dan terlindung dari cahaya.
14
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Konsentrasi 0,05 % -10 %
Sumber: (Rowe, 2009)
2.7.6 TEA
Tabel 2. 6 Monografi TEA
Struktur molekul
BM 430,72
Pemerian Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.
Khasiat Zat pengalkali
Kelarutan Bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24, larut dalam
kloroform, bercampur dengan etanol.
Stablitas: TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan
udara dan cahaya.
Konsentrasi 2-4%
OTT akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam
kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi.
Sumber: (Rowe, 2009)
2.7.7 Aquadest
Tabel 2. 7 Monografi Aquadest Struktur molekul
H2O
BM 18,02
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Khasiat Pembawa
Penyimpanan Wadah tertutup baik
Stablitas: Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk
Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang
sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan
organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon
organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
Konsentrasi 2-4%
OTT Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainya yang mudah terhidrolisis.
Sumber: (Rowe, 2009)
15
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.7.8 Karbopol
Tabel 2. 8 Monografi Karbopol
Struktur molekul
C3H4O2
BM 72 gram/mol
Pemerian Serbuk putih, sedikit berbau khas, asam, Higroskopik
Khasiat Gelling agent
Kelarutan Larut dalam air dan setelah netralisasi larut dalam etanol (95
%) dan gliserin.
Stablitas: Disimpan dalam wadah kedap udara
OTT Tidaksesuai dengan beberapa zatpengoksidasi. Karena
bersifatnonionik, hypromellose tidak akanrumit dengan garam
metalik atauionikorganik untuk membentuk presipitatyang
tidak larut..
Sumber: (Rowe, 2009)
2.7.9 HPMC
Tabel 2. 9 Monografi HPMC
Struktur molekul
C12H20O10
BM 324,2848
Pemerian Serbuk berwarna putih krem, tidak berbau dan tidak berasa
serbuk yang stabil! meskipun bersifat higroskopis setelah
pengeringan
Khasiat Gelling agent
Kelarutan Praktis larut dalam air dingin, praktis tak larut dalam
kloforform, etanol, dan eter tetapi larut dalam campuran air-
alkohol
Stablitas: Stabil pada pH 3-11
OTT Tidak sesuai dengan beberapa zatpengoksidasi. Karena
bersifatnonionik, hypromellose tidak akanrumit dengan garam
metalik atauionikorganik untuk membentuk presipitatyang
tidak larut..
Sumber: (Rowe, 2009)
16
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.7.10 Nipasol
Tabel 2. 10 Monografi Nipasol
Struktur molekul
C10H12O3
BM 180,20
Pemerian Kristal putih, tak berbau dan tak berasa
Khasiat Antijamur
Kelarutan Sukar larut dalam etanol 95%, mudah larut dalam air dan
etanol 30%
Stablitas: Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
OTT Surfaktan non-ionik
Sumber: (Rowe, 2009)
17 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB III
METEODOLOGI PENLITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Oktober Tahun 2019 di
Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Penlitian 2, Laboratorium Kimia Obat,
Laboratorium Steril dan Laboratorium Farmakognosi. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat
Pisau, nampan, blender, timbangan analitik, alumunium foil, kapas, botol
maserasi, corong, kertas saring, seperangkat alat vacuumratory evaporator,
refrigerator, homogenizer, dry vacuum pump compressor, kaca objek, hot plate,
botol semprot, penggaris, pipa kapiler, beaker glass, gelas ukur, labu ukur, kertas
label, corong, spatula, sudip, batang pengaduk, pH meter, viskometer Brookfield,
plastik mika, tabung Eppendorf, alat sentrifugasi, pipet tetes.
3.2.2 Bahan
A. Sampel Tumbuhan
Sampel tumbuhan yang digunakan adalah daun mangkokan dan daun waru
yang dibeli dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di daerah
Bogor pada bulan Desember 2018 yang selanjutnya akan dideterminasi di Pusat
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor.
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah karbopol 940, HPMC, aquadest, etanol 70%,
trietanolamin, propilenglikol, menthol, vitamin E
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Determinasi Tanaman Daun Mangkokan dan Daun Waru
Untuk memastikan kebenaran simplisia yang digunakan, maka harus
dilakukan determinasi di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI, Bogor
3.3.2 Penyiapan Simplisia Daun Mangkokan dan Daun Waru
Dalam penelitian ini, bahan yang digunakana adalah daun mangkokan dan
daun waru yang didapatkan dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
(Balittro) di daerah Bogor pada bulan Januari Tahun 2019, kemudian sampel yang
digunakan sebanyak 3 kg daun mangkokan dan 2 kg daun waru, kemudian di sortasi
18
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
basah dan dilakukan pencucian sampai bersih dengan air, kemudian
dikering-anginkan dan dihindarkan dari sinar matahari langsung, lalu proses ini
dilakukan hinggal sampel benar-benar kering. Kemudian sampel disortasi kering
lalu dikecilkan ukuran partikelnya dengan blender hinggal menjadi serbuk. Serbuk
yang didapatkan disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya
matahari langsung
3.3.3 Pembuatan Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Daun mangkokan dan daun waru diekstraksi dengan metode maserasi
dengan menggunakan etanol 70%. Penggantian pelarut dilakukan setiap 7 hari
sekali, dengan sesekali diaduk atau digoyangkan. Kemudian setelah ekstraksi
selesai, ekstrak disaring dengan kapas dan kertas saring. Kemudian dipekatkan
dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 48-50oC hingga diperoleh ekstrak
kental. Kemudian ekstrak yang diperoleh dihitung persentase rendemen ekstrak,
kadar air, dan kadar abu.
Penetapan kadar ekstrak / rendemen ekstrak (Departemen Kesehatan RI, 2000)
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡
𝐵𝑢𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑥 100%
Penetapan Kadar Air (Departemen Kesehatan RI, 2000)
Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam wadah yang sudah di tarakan.
Kemudian dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 jam didalam oven dan setelah itu
ditimbang kembali. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal.
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑖𝑟 = 𝐴 − 𝐵
𝐴 𝑋 100%
Keterangan (Selawa et al., 2013)
A: Bobot Sampel sebelum dipanaskan (gram)
B: Bobot sampel setelah dipanaskan (gram)
Penetapan Kadar Abu:
Masing-masing ekstrak daun mangkokan dan daun waru ditimbang seanyak
1 gram dan diletakkan ke dalam krus yang sebelumnya telah ditimbang dan
dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600oC dan di timbang.
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑏𝑢 = 𝐵 − 𝐶
𝐴 𝑋 100%
19
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keterangan (Selawa et al., 2013)
A: Bobot sampel (gram)
B: Bobot abu dan crusible (gram)
C: Bobot crucible (gram)
3.3.4 Uji Kandungan Kimia Ekstrak Daun Mangkokan (Harborne, 1987)
1. Uji Alkaloid
Dilakukan dengan menggunakan pereaksi Mayer (kalium
tertraiodomerkurat (II)), pereaksi Wagner (iodin dalam kalium iodida) dan
pereaksi Dragendroff (bismuth nitrat dalam kalium iodida). Sampel yang
mengandung alkaloid akan membentuk endapan putih setelah pemberian
pereaksi Mayer, dan endapan merah bata setelah pemberian pereaksi
Dragendroff
2. Uji Flavonoid
Dilakukan dengan menggunakan pereaksi serbuk magnesium (Mg) dan
asam klorida pekat (HCl). Penambahan serbuk Mg dilakukan agar terbentuk
ikatan dengan gugus karbonil pada senyawa flavonoid, sedangkan
penambahan HCl bertujuan untuk membentuk garam flavilium yang
ditandai dengan adnya perubahan warna menjadi warna merah jingga.
3. Uji Terpenoid atau Steroid
Dilakukan dengan melarutkan sampel dengan pereaksi Liebermann
Burchard (asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat). Sampel dikatakan
positif terpenoid jika menghasilkan cincin berwarna coklat atau violet,
sedangkan sampel dikatakan positif steroid jika menghasilkan warna hijau
kebiruan.
4. Uji Fenolik
Ekstrak diteteskan pada dua plat tetes. Satu bagian dijadikan kontrol dan
satu bagian ditambahkan larutan ferriklorida 1%, sehingga terbentuk warna
hijau sampai biru kehitaman, hasil ini menunjukkan positif fenolik.
5. Uji Saponin
Dilakukan dengan melarutkan sampel dengan aquades lalu dipanaskan 15
menit dan di kocok selama 10 detik. Apabila terbentuk buih yang stabil
20
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
selama kurang lebih 10 menit dan ditambahkan beberapa tetes asam klorida
2 N, maka sampel positif mengandung saponin.
3.3.5 Formulasi Optimasi Basis Gel semprot
Tabel 3. 1 Tabel Formulasi Basis Gel semprot Basis Karbopol dan HPMC
Bahan Fungsi Formula (%)
F1 F2 F3
Karbopol 940 Gelling agent 0,4 0,3
0,2
HPMC Gelling agent 0,4 0,3
0,2
Propilen Glikol Humektan dan
pelarut pengawet 15 15 15
TEA Alkalizing agent 0,2 0,15 0,1
Metil Paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02
Vitamin E Antioksidan 0,02 0,02 0,02
Mentol Enhancer 0,05 0,05 0,05
Etanol 70% Pelarut mentol 15 15 15
Aquades Pelarut Ad 100 Ad 100 Ad 100
Sumber: Suyudi, 2014 & Kamishita, et al, 1992
3.3.5 Formulasi Basis Gel semprot dengan Ekstrak Daun Mangkokan
dan Daun Waru
Tabel 3. 2 Tabel Formulasi gel semprot ekstrak daun mangkokan dan daun waru
Bahan Fungsi Formula (%)
Ekstrak Daun Mangkokan Zat aktif 0.62
Ekstrak Daun Waru Zat aktif 0,25
Karbopol 940 Gelling agent Sesuai formulasi
optimasi
HPMC Gelling agent Sesuai formulasi
optimasi
Propilen Glikol Humektan dan pelarut
pengawet 15
TEA Alkalizing agent qs
Metil Paraben Pengawet 0,18
Propil Paraben Pengawet 0,02
Vitamin E Antioksidan 0,02
Mentol Enhancer 0,05
Etanol 70% Pelarut ekstrak dan mentol 15
Aquades Pelarut utama Ad 100
Sumber: Suyudi, 2014 & Kamishita, et al, 1992
3.3.6 Pembuatan Sediaan Gel semprot Optimasi Basis
1. Karbopol dikembangkan dengan aquades, didiamkan beberapa saat lalu
diaduk dan ditambahkan TEA hingga terbentuk massa gel (M1).
2. HPMC dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga larut (M2).
3. Dilarutkan metil paraben dan propil paraben dengan propilen glikol (M3).
21
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4. Masukkan M2 ke dalam M1 lalu diaduk hingga homogen.
5. Dilarutkan mentol dengan etanol 70% hingga terlarut seluruhnya
dimasukkan ke dalam campuran M1 dan M2.
6. Dimasukkan M3 ke dalam campuran lalu diaduk homogen.
7. Ditambahkan vitamin E ke dalam campuran dan campuran dihomogenkan
kembali.
8. Dilakukan Evaluasi
3.3.7 Pembuatan Sediaan Gel semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan
Daun Waru
1. Karbopol dikembangkan dengan aquades, didiamkan beberapa saat lalu
diaduk dan ditambahkan TEA hingga terbentuk massa gel (M1).
2. HPMC dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga larut (M2).
3. Kedua ekstrak dilarutkan dengan sebagian etanol 70% lalu diaduk hingga
terlarut seluruhnya (M3).
4. Dilarutkan metil paraben dan propil paraben dengan propilen glikol (M4).
5. Masukkan M2 ke dalam M1 lalu diaduk hingga homogen.
6. Tambahkan M3 dan M4 ke dalam campuran M1 dan M2 lalu campuran
daduk hingga homogen.
7. Dilarutkan mentol dengan sisa etanol 70% hingga terlarut seluruhnya lalu
dimasukkan ke dalam campuran.
8. Ditambahkan vitamin E ke dalam campuran dan dihomogenkan kembali.
9. Tambahkan sisa aquades yang sudah diukur volumenya untuk
mencukupkan bobot sediaan gel semprot yang diinginkan lalu
dihomogenkan kembali.
10. Gel semprot yang dihasilkan ditempatkan di dalam wadah yang tertutup
rapat dan dilakukan evaluasi sediaan.
3.3.9 Evaluasi Fisik Gel semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
3.3.9.1 Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati tampilan fisik dari
sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke 0, 7, 14, dan 21, pada suhu
ruang (Departemen Kesehatan RI, 1995)
22
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.9.2 Pemeriksaan Homogentias
Pemeriksaan homogentias dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada
preparat kaca, lalu diratakan dengan menemplekan preparat kaca yang lain
kemudian diamati, pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
partikel yang belum tercampur secara homogen. Pemeriksaan homogenitas
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995)
3.3.9.3 Pengukuran pH
Sediaan diukur pH dengan menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi
dan dilakukan pengukuran pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI,
1995)
3.3.9.4 Pengukuran Viskositas
Sediaan disiapkan dalam beaker glass 100 ml, kemudian dilakukan
pemilihan spindle yang sesuai dengan formulanya, lalu diatur kecepatannya dengan
30rpm dan dimasukkaan pada sediaan hingga menunjukkan nilai viskositas sediaan.
Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat viscometer Haake merupakan
nilai viskositas sediaan (Septiani, dkk, 2012) Pengukuran ini dilakukan pada hari
ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995)
3.3.9.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan dan Bobot per Semprot
Sediaan gel semprot disemprotkan dari botol dengan jarak 3, 5, 10, 15 cm.
Kemudian dilakukan pengujian sebanyak tiga kali dan diamati pola yeng terbentuk,
diameter dari pola semprot tersebut yang terbentuk dan bobot per semprotan
(Sukhbir, Navneet, Sharma, & Kapil, 2013)
3.3.9.6 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat
Sediaan disempratkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari
jarak 3 cm, kemudian setelah disemprot dihitung selama 10 detik untuk melihat
apakah sediaan menempel atau tetesan dari hasil semprotan menetes ke bawah
(Suyudi, 2014)
3.3.9.7 Uji Sentrifugasi
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf, kemudian dimasukkan
kedalam alat sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 30 menit. Setelah
dilakukan sentrifugasi diamati kondisi fisik sediaannya (Budiman, 2008)
23
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.9.8 Cycling test
Sediaan disimpan pada suhu (4±2oC) selama 48 jam dan dilanjutkan dengan
menyimpan pada suhu (40 ± 2oC) selama 48 jam (1 siklus). Pengujian dilakukan
sebanyak 3 siklus dan diamati terjadinya perubahan fisik dari sediaan pada awal
dan akhir pengujian yang meliputi organoleptik, homogentas, viskositas, dan pH.
24 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Ekstraksi Daun Mangkokan dan Daun Waru
Pada penelitian ini digunakan dua jenis tanaman yaitu, mangkokan dan
waru. Bagian yang digunakan adalah daun, sampel diperoleh dari Balitro, Bogor
pada bulan Januari 2019, kemudian dilakukan determinasi di Pusat Penelitian
Biologi LIPI bidang Botani dan Mikrobiologi, Bogor. Uji determinasi bertujuan
untuk memvalidasi tanaman yang digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi
yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan daun yang
sesuai dengan sampel, yaitu mangkokan dan waru.
Setelah determinasi, dilakukan preparasi sampel. Proses preparasi sampel
diawali dengan sortasi basah dan pencucian dengan air hingga bersih untuk
menghilangkan tanah dan zat pengotor yang lainnya dari sampel. Setelah itu sampel
dipotong kecil-kecil untuk mempercepat proses pengeringan. Sampel dikeringkan
dengan diangin-anginkan menggunakan kipas angin supaya terhindar dari cahaya
matahari. Hal ini bertujuan untuk menghindari cahaya matahari yang dapat merusak
komponen senyawa yang terdapat di dalamnya akibat pemanasan. Sampel yang
sudah berbentuk simplisia kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga
halus. Hal ini bertujuan memperkecil ukuran partikel simplisia, sehingga luas
permukaan simplisia yang kontak dengan pelarut menjadi meningkat dan dapat
memaksimalkan proses ektraksi. Setelah itu simplisia yang telah halus ditimbang.
Proses selanjutnya yaitu pembuatan ekstrak daun mangkokan dan daun
waru dengan metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena dapat mengekstrasi
senyawa yang bersifat termolabil serta meminimalisir rusaknya senyawa-senyawa
yang tidak tahan terhadap panas (Mishra & Tiwari, 2011). Kedua simplisia
dimaserasi dengan pelarut etanol 70% di dalam wadah tertutup berbeda dan
terhindar dari cahaya selama 3 hari. Kemudian hasil maserat disaring, Pada daun
mangkokan didapatkan filtrat berwarna hijau kehitaman, sementara pada daun waru
didapatkan filtrate coklat tua, kemudian dilakukan remaserasi. Etanol 70%
digunakan karena cukup aman dan memiliki titik didih yang rendah, memiliki
kepolaran yang tinggi, lebih selektif (Munawaroh&Handayani, 2011). Filtrat
kemudian diekstraksi menggunakan vacuum rotary evaporator. Pada hasil ekstraks
25
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
diperoleh ekstrak kental sebanyak 34,85 gram dan berwarna cokelat kehitaman
pada daun mangkokan, sementara pada daun waru didapat ekstrak berwarna hijau
kehitaman.
Tabel 4. 1 Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Ekstrak Tanaman Ekstrak Daun Mangkokan Ekstrak Daun Waru
Bobot Simplisia 280 g 155 g
Bobot Ekstrak 34,1 g 42,87
Rendemen Ekstrak 12,18% 27,65%
Kemudian ekstrak dihitung rendemennya, Rendemen adalah perbandingan
antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. Rendemen menggunakan
satuan persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai
ekstrak yang dihasilkan semakin banyak (Armando, 2009). Berdasarkan hasil yang
didapat, nilai rendemen daun waru lebih besar dibanding daun mangkokan.
Tabel 4. 2 Kadar Air dan Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Ekstrak Tanaman Ekstrak Daun Mangkokan Ekstrak Daun Waru
Kadar Air 9,35% 8,87%
Kadar Abu 4,72% 5,27%
Pada uji kadar air pada sampel daun mangkokan dan daun waru, didapat
hasil kadar air sebesar 9,35% pada daun mangkokan dan 8,87% pada daun waru.
Hasil ini masih masuk dalam rentang kadar air untuk ekstrak kental. Sementara itu,
kandungan kadar air kurang dari 10% dapat meminimalisir tumbuhnya jamur dan
kapang pada ekstrak serta menghasilkan daya tahan penyimpanan dan mutu ekstrak
tetap baik (Zainab & Anisaningrum, 2016). Apabila kadar air melebihi dari batas
rentang, maka dapat berpotensi pertumbuhan jamur pada ekstrak (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
Pada uji kadar abu pada sampel daun mangkokan dan daun waru, pengujian
kadar abu dilakukan untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral dari
awal hingga menjadi ekstrak, baik mineral internal atau ekstrenal. Unsur mineral
dan anorganik tersisa karena ketika ekstrak dipanaskan pada suhu tinggi, maka
senyawa organic beserta turunannya akan menguap dan terdestruksi (Safitri, 2008).
Hasil yang didapat ialah 4,72% untuk mangkokan dan 5,27% untuk waru. Hasil
yang didapat pada daun mangkokan belum diketahui apakah besar atau kecil,
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sementara untuk daun waru memenuhi persyaratan, dimana kadar abu daun waru
tidak boleh lebih dari 6% (Departemen Kesehatan RI, 1989).
Tabel 4. 3 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangkokan
Metabolit Sekunder Hasil Keterangan
Alkaloid - Tidak terbentuk endapan putih dengan reagen Mayer
maupun endapan merah bata dengan reagen Dragendorf
Flavonoid + Berubah warna menjadi kuning kecoklatan
Saponin - Tidak terbentuk busa
Fenolik + Berubah warna menjadi hijau kecoklatan
Terpenoid + Terbentuk cincin berwarna coklat
Steroid - Tidak menghasilkan warna hijau kebiruan
Tabel 4. 4 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Waru
Metabolit Sekunder Hasil Keterangan
Alkaloid + Terbentuk endapan putih dengan reagen Mayer dan
endapan putih dengan reagen Dragendorf
Flavonoid + Berubah warna menjadi kuning kecoklatan
Saponin + Terbentuk busa yang stabil
Fenolik + Berubah warna menjadi hijau kecoklatan
Terpenoid/Steroid - Tidak Terbentuk cincin berwarna coklat atauhijau
kebiruan
Pada identifikasi senyawa alkaloid, dapat menggunakan dua pereaksi, yaitu
Mayer yang ditandai dengan endapaan putih dan pereaksi dragendorf yang ditandai
endapan coklat. Prinsipnya adalah adanya penggantian ligan yang menyebabkan
pengendapan. Kemudian pada uji flavonoid, terbentuk warna kuning kejinggan
pada amil alkohol. Hal ini disebabkan reduksi senyawa flavonoid oleh magnesium
dan HCl pekat (Harborne, 1987). Pada uji fenolik, digunakan sampel FeCl3, apabila
terjadi perubahan warna hijau kehitaman maka positif fenolik, ion Fe3+ akan
menyebabkan hibridasi sehingga terjadinya perubahan warna hijau kehitaman
(Marliana, Suryanti, & Suyono, 2005). Pada saponin, sampel dianggap positif
apabila adanya busa, adanya busa menunjukkan adanya glikosida pada sampel yang
memiliki kemampuan membentuk buih dalam air yang dapat terhidrolisis menjadi
glukosa dan senyawa lainnya (Marliana et al., 2005). Pada uji skrining identifikasi
steroid dan terpenoid menggunakan metode Liebermann-Buchard yang ditandai
dengan perubahan ungu atau merah untuk senyawa terpenoid dan biru atau hijau
untuk steroid. Penambahan asam akan menghasilkan perubahan warna, asam yang
digunakan adalah asam asetat dan asam sulfat (Nafisah, Tukiran, Suyotno, &
Hidayanti, 2014). Pada hasil yang didapat, ekstrak daun mangkokan memiliki hasil
27
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
positif pada flavonoid, fenolik dan terpenoid. Hal ini sedikit berbeda dengan
literatur sebelumnya, pada literatur sebelumnya, didapatkan hasil daun mangkokan
mengandung senyawa alkaloid, tannin, saponin dan flavonoid. (Ahdiyah, 2016)
Sementara pada daun waru memiliki hasil positif pada alkaloid, flavonoid,
fenolik, tannin, dan saponin. Hal ini sesuai dengan literatur sebelumnya yang
menyatakan daun waru memiliki kandungan flavonoid, fenolik, saponin, dan
tannin. (Syamsuhidayat & Hutapea, 1991) (Dalimartha, 1999).
4.2 Formulasi Optimasi Basis Gel Semprot
Pada penelitian ini, sebelum sediaan gel semprot ditambahkan ekstrak atau
zat aktif, perlu dilakukan optimasi untuk mencari basis yang optimal dari formula
yang dibuat. Eksipien yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah
karbopol dan HPMC sebagai gelling agent, trietanolamin (TEA) sebagai pembasa,
propilen glikol sebagai humektan dan pelarut untuk pengawet, metil paraben dan
propil paraben sebagai pengawet, etanol sebagai pelarut ekstrak dan mentol, mentol
sebagai enhancer dan pemberi sensasi dingin, vitamin E sebagai antioksidan, dan
aquadest sebagai pelarut utama.
Pada optimasi dilakukan percobaan dengan tiga formula, perbedaan dari
tiap tiap formula adalah dari konsentrasi gelling agent, yaitu HPMC dan karbopol
dengan formula 1 (F1) memiliki konsentrasi 0,4:0,4, formula 2 (F2) dengan 0,3:0,3,
dan formula 3 (F3) dengan 0,2:0,2. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang
dilakukan sebelumnya, pemilihan konsentrasi gelling agent diatas konsentrasi
0,4%, akan menghasilkan sediaan yang viskositasnya lebih kental sehingga sulit
untuk disemprot, dan apabila konsentrasi sediaan dibawah 0,2%, sediaan menjadi
sangat cair dan viskositas yang dihasilkan begitu kecil. Perbedaan konsentrasi
karbopol dan HPMC sebagai bahan pembentuk gel mempengaruhi kekentalan atau
viskositas dari sediaan, sehingga konsistensi yang dihasilkan dari tiap sediaan gel
semprot berbeda. Variasi konsentrasi bahan pembentuk gel pada formulasi
bertujuan untuk mengetahui pada formula yang memiliki viskositas sediaan yang
sesuai dengan rentang viskositas sediaan gel semprot dan stabil secara fisik
sehingga dapat disemprotkan melalui aplikator. Viskositas sediaan harus masuk
pada rentang 500-5000 cPs, dengan tujuan mendapatkan sediaan gel semprot yang
stabil secara fisika dan kimia dan mampu disemprotkan dari aplikator (Suyudi,
28
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014). Karbopol digunakan karena dapat membentuk gel dengan konsentrasi yang
kecil dan menghasilkan gel yang larut dalam air dan terlihat jernih (Rowe, 2009).
HPMC digunakan karena dapat memberikan sediaan gel semprot yang melekat
karena kegunaannya sebagai bioadhesif. Penggunaan karbopol dan HPMC sebagai
gelling agent yang dikombinasikan diharapkan akan menghasilkan sediaan yang
memiliki stabilitas fisik yang baik dan memiliki pola penyemprotan yang
menyebar, serta memiliki daya lekat yang baik.
Pada pengembangan karbopol perlu ditambahkan zat pembasa, karena
karbopol yang tidak diberikan zat pembasa akan menghasilkan gel yang kaku
karena sifat dari karbopol sebagai polimer anioinik yang bersifat asam dalam
aquadest. Zat pembasa akan merenggangkan rantai polimer dan menyebabkan
polimer menjadi terurai sehingga dapat terbentuk sediaan semipadat (Nisak, 2016).
Zat pembasa yang digunakan pada penelitian ini adalah Trietanolamin (TEA). TEA
ditambahkan beberapa tetes kedalam karbopol yang telah didispersikan dalam
aquadest.
Pada optimasi basis sediaan gel semprot, evaluasi yang adalah dengan uji
organoleptis, homogenitas, viskositas, pH, pola penyemprotan, bobot per semprot,
daya lekat, sentrifugasi, dan cycling test.
4.3 Evaluasi Fisik Basis Gel Semprot
4.3.1 Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati tampilan fisik dari
sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke 0, 7, 14, dan 21, pada suhu
ruang (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Tabel 4. 5 Tabel Pemeriksaan Organoleptik Optimasi Basis
Hari Ke- Bentuk Warna Aroma
Formula Basis F1
0 Gel kental Agak keruh Mentol
7 Gel kental Agak keruh Mentol
14 Gel kental Agak keruh Mentol
21 Gel kental Agak keruh Mentol
Formula Basis F2
0 Gel agak kental Agak bening Mentol
7 Gel agak kental Agak bening Mentol
14 Gel agak kental Agak bening Mentol
21 Gel agak kental Agak bening Mentol
Formula Basis F3
0 Gel kurang kental Bening Mentol
7 Gel kurang kental Bening Mentol
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
14 Gel kurang kental Bening Mentol
21 Gel kurang kental Bening Mentol
Keterangan
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Hasil pemeriksaan organoleptik menunjukkan pada ketiga formula
menghasilkan sediaan yang berwarna bening dan berbau menthol. Pada F1 terlihat
sediaan berupa gel kental, pada F2 sediaan berupa gel agak kental, dan pada F3
terlihat sediaan gel kurang kental. Pada suhu ruang (27-28oC), didapat sediaan yang
stabil karena tidak mengalami perubahan bau, warna, bentuk, dan pertumbuhan
jamur, baik dari hari ke-0, 7, 14, dan 21.
4.3.2 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogentias dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada
preparat kaca, lalu diratakan dengan menemplekan preparat kaca yang lain
kemudian diamati, pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
partikel yang belum tercampur secara homogen. Pemeriksaan homogenitas
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Tabel 4. 6 Pemeriksaan Homogenitas Optimasi Basis
Hari Formula Basis
F1 F2 F3
0 Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
7 Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
14 Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
21 Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan melihat fisik sediaan pada
suhu ruang. Sediaan dianggap homogen apabila tidak terdapat gel yang masih
menggumpal dalam sediaan atau terdapat butiran kasar (Departemen Kesehatan RI,
1985). Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Sediaan yang dihasilkan
30
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
tidak terlihat adanya butiran partikel kasar atau gel yang masih menggumpal,
sehingga ketiga formula sudah homogen.
4.3.3 Pemeriksaan Viskositas
Sediaan disiapkan dalam beaker glass 100ml, kemudian dilakukan
pemilihan spindle yang sesuai dengan formulanya, lalu diatur kecepatannya dengan
30rpm dan dimasukkaan pada sediaan hingga menunjukkan nilai viskositas sediaan.
Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat viscometer Haake merupakan
nilai viskositas sediaan (Septiani, Wathoni, & Mita, 2012). Pengukuran ini
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995). Sediaan
harus masuk range 500 – 5000 cps (Kamishita et al., 1992).
Tabel 4. 7 Pemeriksaan Viskositas Optimasi Basis
Hari Viskositas (Cps)
F1 F2 F3
0 6366 1620 1466
7 6086 1583 1320
14 5970 1490 1266
21 5876 1426 1180
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Viskositas merupakan suatu pernyataan ketahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya dan sebaliknya
(Sinko, 2006). Dalam hal ini, pemeriksaan viskositas pada sediaan gel semprot
bertujuan untuk mengetahui mudah tidaknya sediaan gel semprot tersebut dapat
dihantarkan melalui aplikator semprot (Akhsani, 2017). Viskositas suatu sediaan
sangat dipengaruhi oleh gelling agent. Viskositas sediaan gel semprot diharapkan
memiliki nilai viskositas antara 500-5000 cPs agar mempermudah saat
pengaplikasian melalui cara disemprotkan (Shafira, Gadri, & Lestari, 2015).
Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Pengukuran viskositas sediaan
gel yang telah diformulasi menggukanan viskometer Haake dan menentukan
terlebih dahulu spindle yang sesuai untuk digunakan pada masing-masing formula
basis. Hal ini dikarenakan masing-masing formula basis memiliki komposisi
pembentuk gel yang berbeda-beda. Pada F1 digunakan spindle R6, pada F2
digunakan spindle R5, dan pada F3 digunakan spindle R3.
31
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pada hasil viskositas yang dihasilkan, F2 dan F3 memiliki sediaan yang
bernilai kisaran 500-5000 cPs yang menandakan kedua formula tersebut masih
masuk kedalam range gel semprot, sementara pada F1 memiliki nilai diatas
5000cPs. Sediaan yang memiliki nilai viskositas diatas 5000 cPs akan
menghasilkan ukuran partikel sediaan yang disemprotkan tidak beraturan sehingga
kurang menyebar pada permukaan kulit (Kamishita et al., 1992).
4.3.4 Pemeriksaan pH
Sediaan diukur pH dengan menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi
dan dilakukan pengukuran pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan
RI, 1995) pH dari sediaan harus berkisar 4,5-6,5.
Tabel 4. 8 Pemeriksaan pH Optimasi Basis
Hari pH
F1 F2 F3
0 6,35 6,45 6,35
7 6,34 6,43 6,33
14 6,3 6,40 6,34
21 6,29 6,34 6,31
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Pengukuran pH dilakukan untuk melihat nilai pH dalam suatu sediaan, pada
penelitian ini, sediaan yang dihasilkan harus disesuaikan dengan pH kulit rambut,
yaitu 4,5 - 6,5. Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter dan dilihat pengamatan
pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Pada ketiga formula, nilai pH sediaan sesuai dengan
pH kulit rambut. Pada pengamatan di hari selanjutnya, didapat data pH sediaan
cenderung menurun, Penurunan pH disebabkan berbagai faktor, diantaranya suhu,
kelembaban, dan cahaya.
4.3.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan
Pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan sediaan dari jarak-
jarak tertentu, uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan gel semprot
yang dibuat apakah dapat disemprotkan dari aplikator atau tidak. Pola
penyemprotan juga bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dari aplikator semprot
yang dihasilkan (Yuwana, 2014). Sediaan dilihat pola yang terbentuk dan diameter
dari semprotan.
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4. 9 Pemeriksaan Pola Penyemprotan Optimasi Basis
Formula Jarak Penyemprotan (cm)
3 5 10 15
F1 0,9 1,8 2,0 2,8
F2 1,5 1,7 2,3 2,4
F3 1,7 2,4 3,9 4,9
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Pada formula F1 dan F2, semprotan yang dihasilkan memiliki pola
penyemprotan yang hanya berpusat pada satu titik, sehingga tidak menyebar
dibandingkan F3, hal ini disebabkan dari viskositas sediaan F3 lebih kecil
dibandingkan F1 dan F2. Pola penyemprotan yang dihasilkan dipengaruhi oleh
jarak penyemprotan dan viskositas dari sediaan (Suyudi, 2014). Semakin tinggi
viskositas, maka tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan gel dari alat
semprot akan meningkat sehingga sulit untuk disemprotkan (Kamishita et al.,
1992).
4.3.6 Pemeriksaan Bobot per Semprot
Pada pemeriksaan hasil bobot penghantaran sediaan, dilakukan untuk
mengetahui besarnya bobot yang keluar dari sediaan pada setiap penyemprotan
ketiga sediaan. Pengujian ini dilakukkan untuk menunjukkan efektivitas dari
aplikator dalam menghantarkan sediaan setiap penyemprotan (Rajab, 2013).
Tabel 4. 10 Pemeriksaan Bobot per Semprot Basis
Formula Bobot Per Semprot
F1 0,980 g
F2 0,899 g
F3 0,136 g
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Sediaan gel semprot yang dihasilkan harus memiliki bobot per semprot yang
seragam (Shafira et al., 2015) Hasil yang didapat menunjukkan F3 memiliki nilai
rata-rata bobot per semprot lebih tinggi dibanding F1 dan F2. Hal ini dapat
dikarenakan sediaan gel semprot formula 3 memiliki viskositas sediaan yang paling
kecil. Viskositas yang kecil menyebabkan sediaan gel semprot mudah untuk
disemprotkan keluar dari aplikator.
33
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.3.7 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat
Sediaan disempratkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari
jarak 3 cm, kemudian setelah disemprot dihitung selama 10 detik untuk melihat
apakah sediaan menempel atau tetesan dari hasil semprotan menetes ke bawah
(Suyudi, 2014). Apabila gel menetes dalam rentang waktu 10 detik setelah
penyemprotan maka dikatakan menetes (drip) dan apabila gel tidak menetes selama
rentang waktu 10 detik setelah penyemprotan, maka dikatakan menempel (stick)
(Kamishita et al., 1992).
Tabel 4. 11 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat Basis
Formula Daya Sebar Lekat
F1 Melekat, tidak menetes
F2 Melekat, tidak menetes
F3 Melekat, tidak menetes
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Pada pemeriksaaan uji daya sebar lekat, sediaan disemprot ke bagian
permukaan kulit. Uji daya lekat dilakukan dengan penyemprotan dari jarak 3 cm ke
kulit lengan bagian atas, kemudian dihitung selama 10 detik untuk memastikan
sediaan melekat dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga
formula memiliki hasil yang melekat. Semakin tinggi viskositas, maka sediaan akan
menumpuk pada satu titik saja. Daya sebar gel semprot yang baik akan
menyebabkan absorbsi di area kulit berlangsung cepat (Nisak, 2016).
4.3.8 Pemeriksaan Sentrifugasi
Kemudian dilakukan uji sentrifugasi, uji sentirfugasi dilakukan untuk
mengetahui adanya pemisahan fase pada sediaan yang dihasilkan (Akhsani, 2017).
Gaya kecepatan sentrifugasi sebesar 5000 rpm dalam 30 menit setara dengan
penyimpanan sediaan dengan pemberian gaya gravitasi selama satu tahun
(Mardikasari, Jufri, & Djajadisastra, 2016).
Tabel 4. 12 Pemeriksaan Sentrifugasi Optimasi Basis
Formula Keterangan
F1 Tidak terjadi pemisahan fase
F2 Tidak terjadi pemisahan fase
F3 Tidak terjadi pemisahan fase
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
34
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kemudian dilakukan uji sentrifugasi, uji sentirfugasi dilakukan untuk
mengetahui adanya pemisahan fase pada sediaan yang dihasilkan (Akhsani, 2017).
Gaya kecepatan sentrifugasi sebesar 5000 rpm dalam 30 menit setara dengan
penyimpanan sediaan dengan pemberian gaya gravitasi selama satu tahun
(Djajasastra, 2004). Hasil dari pengujian sentrifugasi menunjukkan tidak ada
sediaan sprau gel yang terpisah. Sehingga dapat disimpulkan sediaan gel semprot
stabil dan tidak terjadi sineresis atau gel yang mengerut jika didiamkan dalam waktu
tertentu dan mengakibatkan keluarnya cairan dari sistem gel (Sinko, 2006).
Sineresis adalah peristiwa keluarnya air atau cairan dari dalam sediaan apabila tidak
terikat kuat oleh komponen bahan yang ada (Januwardani, 2011).
4.3.9 Cycling test
Cycling test merupakan uji yang dilakukan untuk mengecek stabilitas fisik
sediaan pada suhu panas dan dingin, cycling test merupakan simulasi terjadinya
perubahan suhu setiap tahun pada suatu sediaan (Maulana, 2011). Pengujian
dilakukan sebelum dilakukan cycling test dan sesudah cycling test. Pada cycling test
dilakukan evaluasi organoleptik, homogenitas, pH, dan viskositas.
Tabel 4. 13 Pemeriksaan Organoleptis Cycling Optimasi Basis
Formula Sebelum Cycling Test Setelah Cycling test
F1 Gel kental, agak keruh, beraroma
mentol
Gel kental, agak keruh, beraroma
mentol
F2 Gel agak kental, agak bening, beraroma
mentol
Gel agak kental, agak bening, beraroma
mentol
F3 Gel kurang kental, bening, beraroma
mentol
Gel kurang kental, bening, beraroma
mentol
Tabel 4. 14 Pemeriksaan Homogenitas Cycling Optimasi Basis
Formula Sebelum Cycling test Setelah Cyling Test
F1 Homogen, tidak ada partikel kasar Homogen, tidak ada partikel kasar
F2 Homogen, tidak ada partikel kasar Homogen, tidak ada partikel kasar
F3 Homogen, tidak ada partikel kasar Homogen, tidak ada partikel kasar
Tabel 4. 15 Pemeriksaan Viskositas Cycling Optimasi Basis
Formula Sebelum Cycling test Setelah Cycling test
F1 6360 6116
F2 1646 1486
F3 1433 1203
Tabel 4. 16 Pemeriksaan pH Cycling Optimasi Basis
Formula Sebelum Cycling test Setelah Cycling test
F1 6,31 6,28
F2 6,38 6,33
F3 6,32 6,30
35
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
Berdasarkan hasil evaluasi organoleptis dan homogenitas, sediaan tidak
mengalami perubahan pada tiap formula. Hal ini menunjukkan sediaan telah
hmogen dan terdispersi secara menyeluruh. Sementara, pada uji pH dan viskositas,
sediaan masih masuk pada range pH dan viskositas meskipun mengalami
penurunan nilai. Sediaan yang turun viskositasnya dapat dikarenakan jarak antar
partikel yang semakin membesar dikarenakan suhu yang tinggi. Selain itu, hal ini
juga bisa disebabkan oleh HPMC yang dapat menurun viskositasnya apabila berada
pada suhu 50-90oC (Rowe, 2009).
4.3.10 Evaluasi Pemilihan Basis Terbaik
Berdasarkan hasil evaluasi fisik pada F1 memiliki evaluasi yang kurang
baik pada viskositas yang memiliki nilai diatas 5000 cPs, rentang viskositas untuk
gel semprot adalah 500 – 5000 cPs (Kamishita et al., 1992). Pola penyemprotan
yang dihasilkan pada F1 menghasilkan pola yang hanya bertumpuk pada satu titik,
pola penyemprotan yang baik harus memiliki pola yang menyebar.
Pada F2 didapatkan hasil yang kurang baik pada pola penyemprotan yang
hanya memiliki tumpukan pada satu titik saja. Sementara pada F3 didapat hasil
yang baik pada semua uji evaluasi.
Berdasarkan pertimbangan pada tiap formula, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa F3 dengan konsentrasi karbopol dan HPMC berturut-turut
sebesar 0,2% : 0,2% menghasilkan sediaan dengan evaluasi basis gel semprot
paling baik pada optimasi, sehingga formula ini yang akan digunakan untuk
pembuatan sediaan gel semprot dengan ekstrak daun mangkokan dan ekstrak daun
waru.
4.4 Formulasi Gel Semprot Daun Mangkokan dan Daun Waru
Setelah didapatkan basis sediaan gel semprot yang paling baik dari tiga
formula, sediaan yang memiliki basis terbaik akan ditambahkan ekstrak daun
mangkokan dan daun waru. Sediaan ditambahkan ekstrak daun mangkokan
sebanyak 0,62% dan ekstra daun waru sebanyak 0,25%. Pemilihan konsentrasi ini
diawali dengan studi literatur yang telah dilakukan. Menurut penelitian Handojo
36
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2011), ekstrak 2,5% daun mangkokan akan memberikan efektifitas ketika
diberikan pengujian untuk tikus untuk pertumbuhan rambut. Sementara penelitian
Indriwanarni (2011), ketika diberikan pengujian ekstrak daun waru 1%, juga
memberikan efektivitas untuk rambut tikus.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, sediaan dengan ekstrak 2,5%
mangkokan dan 1% waru menghasilkan gel yang memisah, hal ini dikarenakan sifat
asam yang dimiliki ekstrak sehingga menyebabkan terpisah. Kemudian setelah
dicoba dengan ekstrak 1,25% dan 0,5%, didapat sediaan gel yang baik namun
memiliki bentuk sediaan yang sangat cair, dan nilai viskositas sediaan tersebut
dibawah 200 cPs sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan gel semprot.
Kemudian dipilih dengan ekstrak 0,62% dan 0,25% dengan harapan memiliki
evaluasi yang baik.
4.5 Evaluasi Fisik Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru
4.5.1 Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan mengamati tampilan fisik dari
sediaan, meliputi bentuk, warna, dan bau pada hari ke 0, 7, 14, dan 21, pada suhu
ruang (Departemen Kesehatan RI, 1995)
Tabel 4. 17 Pemeriksaan Organoleptik Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
Hari Parameter Organoleptis
Bentuk Warna Aroma
0 Gel cair Kuning bening kecoklatan Mentol dan ekstrak
7 Gel cair Kuning bening kecoklatan Mentol dan ekstrak
14 Gel cair Kuning bening kecoklatan Mentol dan ekstrak
21 Gel cair Kuning bening kecoklatan Mentol dan ekstrak
Hasil pemeriksaan organoleptik menunjukkan pada ketiga formula
menghasilkan sediaan yang berwarna bening dan berbau menthol. Pada F1 terlihat
sediaan berupa gel kental, pada F2 sediaan berupa gel agak kental, dan pada F3
terlihat sediaan gel kurang kental. Pada suhu ruang (27-28oC), didapat sediaan yang
stabil karena tidak mengalami perubahan bau, warna, bentuk, dan pertumbuhan
jamur, baik dari hari ke-0, 7, 14, dan 21.
Pada hasil pemeriksaan organoleptik sediaan tidak terdapat perubahan
selama pengujian 21 hari, baik pada bentuk, warna, dan bau dari sediaan. Sehingga
37
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dapat disimpulkan bahwa sediaan sudah stabil pada suhu ruang (27-28oC). Hasil
organoleptik dari sediaan dengan ekstrak memiliki hasil yang sama dengan basis
yang tidak diberikan ekstrak, keduanya tidak memiliki perubahan selama 21 hari.
4.5.2 Pemeriksaan Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada
preparat kaca, lalu diratakan dengan menemplekan preparat kaca yang lain
kemudian diamati, pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya
partikel yang belum tercampur secara homogen. Pemeriksaan homogenitas
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Tabel 4. 18 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
Hari Homogenitas
0 Homogen, tidak terdapat partikel kasar
7 Homogen, tidak terdapat partikel kasar
14 Homogen, tidak terdapat partikel kasar
21 Homogen, tidak terdapat partikel kasar
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan melihat fisik sediaan pada
suhu ruang. Sediaan dianggap homogen apabila tidak terdapat gel yang masih
menggumpal dalam sediaan atau terdapat butiran kasar (Departemen Kesehatan RI,
1985). Pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Sediaan yang dihasilkan
tidak terlihat adanya butiran partikel kasar atau gel yang masih menggumpal,
sehingga ketiga formula sudah homogen.
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan pengamatan selasa 21 hari
pada kaca preparat. Pada pemeriksaan ini, hasil yang didapatkan sediaan dengan
ekstrak memiliki hasil yang sama dengan sediaan tanpa basis, dimana sediaan tidak
terdapat butiran partikel kasar ataupun gel yang masih menggumpal. Hal ini
menunjukkan penambahan ekstrak tidak mempengaruhi homogenitas dari sediaan.
4.5.3 Pemeriksaan Viskositas
Sediaan disiapkan dalam beaker glass 100ml, kemudian dilakukan
pemilihan spindle yang sesuai dengan formulanya, lalu diatur kecepatannya dengan
30rpm dan dimasukkaan pada sediaan hingga menunjukkan nilai viskositas sediaan.
Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat viscometer Haake merupakan
nilai viskositas sediaan (Septiani et al., 2012). Pengukuran ini dilakukan pada hari
38
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan RI, 1995). Sediaan harus masuk range
500 – 5000 cPs (Kamishita et al., 1992).
Tabel 4. 19 Pemeriksaan Viskositas Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
Hari Viskositas (cPs)
0 753
7 716
14 703
21 693
Viskositas merupakan suatu pernyataan ketahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya dan sebaliknya
(Sinko, 2006). Dalam hal ini, pemeriksaan viskositas pada sediaan gel semprot
bertujuan untuk mengetahui mudah tidaknya sediaan gel semprot tersebut dapat
dihantarkan melalui aplikator semprot (Akhsani, 2017). Viskositas dilakukan
pengujian selama 21 hari dengan viskometer dengan spindle nomor R3.
Pada hasil viskositas yang dihasilkan, sediaan memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan basis, viskositas gel semprot ekstrak daun mangkokan dan daun
waru lebih rendah dari viskositas basis gel F3 basis, hal tersebut dapat dikarenakan
adanya penambahan ekstrak yang bersifat asam ke dalam sediaan, sehingga sediaan
menjadi lebih cair (Khaerunnisa, Priani, & Lestari, 2015). Sediaan gel yang
dihasilkan masih masuk kedalam rentang viskositas gel semprot sehingga masih
dapat diterima (500-5000 cPs).
4.5.4 Pemeriksaan pH
Sediaan diukur pH dengan menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi
dan dilakukan pengukuran pada hari ke 0, 7, 14, dan 21 (Departemen Kesehatan
RI, 1995) pH dari sediaan harus berkisar 4,5-6,5.
Tabel 4. 20 Pemeriksaan pH Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Hari pH
0 5,55
7 5,52
14 5,50
21 5,47
Pengukuran pH dilakukan untuk melihat nilai pH dalam suatu sediaan, pada
penelitian ini, sediaan yang dihasilkan harus disesuaikan dengan pH kulit rambut,
yaitu 4,5 - 6,5. Pemeriksaan pH gel semprot selama penyimpanan dilakukan untuk
39
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mengetahui pH sediaan gel tersebut apakah sesuai dengan pH kulit atau tidak
(Mumtihanah, 2015). Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter yang sudah
dikalibarasi dan dilihat pengamatan pada hari ke-0, 7, 14, dan 21. Pada pH sediaan
dengan ekstrak, nilai pH sediaan masih masuk rentang pH rambut. Pada
pengamatan di hari selanjutnya, penelitian ini, sediaan mengalami penurunan pH
setiap minggunya. Penurunan pH sediaan dapat dikarenakan beberapa factor seperti
suhu dan penyimpanan yang kurang baik, tetapi penurunan nilai ini masih diterima
karena tidak berbeda jauh dari nilai awal (Akhsani, 2017). pH sediaan yang
dihasilkan lebih rendah dibandingkan sediaan tanpa ekstrak, hal ini dikarenakan
penambahan ekstrak yang bersifat asam sehingga nilai pH memiliki nilai yang lebih
rendah dibandingkan sediaan tanpa ekstrak.
4.5.5 Pemeriksaan Pola Penyemprotan
Pola penyemprotan dilakukan dengan menyemprotkan sediaan dari jarak-
jarak tertentu, uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan gel semprot
yang dibuat apakah dapat disemprotkan dari aplikator atau tidak. Pola
penyemprotan juga bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dari aplikator semprot
yang dihasilkan (Yuwana, 2014). Sediaan dilihat pola yang terbentuk dan diameter
dari semprotan.
Tabel 4. 21 Pemeriksaan Pola Penyemprotan Sediaan Gel Semprot
Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Jarak Penyemprotan (cm) 3 5 10 15
Diameter Pola Penyemprotan (cm) 3,58 5,50 8,08 8,40
Semakin besar jarak penyemprotan, diameter pola penyemprotan yang
dihasilkan semakin besar dan pola penyemprotan yang dihasilkan menyebar.
Sediaan gel semprot yang baik adalah sediaan yang dapat disemprotkan keluar dari
aplikator dengan tekanan yang kecil dan membentuk pola penyemprotan yang
menyebar. Pola penyemprotan yang dihasilkan dipengaruhi oleh jarak
penyemprotan dan viskositas dari sediaan (Suyudi, 2014). Semakin tinggi
viskositas, maka tekanan yang dibutuhkan untuk menyemprotkan gel dari alat
semprot akan meningkat sehingga sulit untuk disemprotkan (Kamishita et al.,
1992).
40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.5.6 Pemeriksaan Bobot per Semprot
Pada pemeriksaan hasil bobot penghantaran sediaan, dilakukan untuk
mengetahui besarnya bobot yang keluar dari sediaan pada setiap penyemprotan
ketiga sediaan. Pengujian ini dilakukkan untuk menunjukkan efektivitas dari
aplikator dalam menghantarkan sediaan setiap penyemprotan (Rajab, 2013).
Tabel 4. 22 Pemeriksaan Bobot Per Semprot Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Bobot per semprot Ekstrak
Formula Spray Ke- Rata-Rata
1 2 3
1 0,144 g 0,150 g 0,143 g 0,145 g
Pada pemeriksaan hasil bobot per semprot dengan ekstrak, didapatkan hasil
rata rata 0,145 gram setelah dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Hasil ini lebih
besar dibandingkan sediaan dengan basis saja dengan rata-rata 0,136 gram. Hal ini
kemungkinan dikarenakan viskositas sediaan dengan ekstrak lebih kecil
dibandingkan sediaan tanpa ekstrak. Sediaan dengan viskositas lebih kecil lebih
mudah keluar dari aplikator gel semprot. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
besarnya bobot yang keluar dari sediaan pada setiap penyemprotan.
4.5.7 Pemeriksaan Daya Sebar Lekat
Sediaan disempratkan sebanyak satu kali ke kulit bagian lengan atas dari
jarak 3 cm, kemudian setelah disemprot dihitung selama 10 detik untuk melihat
apakah sediaan menempel atau tetesan dari hasil semprotan menetes ke bawah
(Suyudi, 2014). Apabila gel menetes dalam rentang waktu 10 detik setelah
penyemprotan maka dikatakan menetes (drip) dan apabila gel tidak menetes selama
rentang waktu 10 detik setelah penyemprotan, maka dikatakan menempel (stick)
(Kamishita et al., 1992).
Pada pemeriksaaan uji daya sebar lekat, sediaan disemprot ke bagian
permukaan kulit. Pada gel semprot, sediaan yang baik adalah ketika sediaan dapat
melekat di permukaan kulit dan tidak menetes kebawah setelah disemprotkan
(Suyudi, 2014). Uji daya lekat dilakukan dengan penyemprotan dari jarak 3 cm ke
kulit lengan bagian atas, kemudian dihitung selama 10 detik untuk memastikan
sediaan melekat dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan, sediaan
menetes kebawah kurang 10 detik, sehingga sediaan dengan ekstrak memiliki daya
41
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
lekat yang tidak baik. Daya sebar gel semprot yang baik menyebabkan absorbsi di
area kulit berlangsung cepat (Nisak, 2016).
4.5.8 Pemeriksaan Sentrifugasi
Kemudian dilakukan uji sentrifugasi, uji sentirfugasi dilakukan untuk
mengetahui adanya pemisahan fase pada sediaan yang dihasilkan (Akhsani, 2017).
Gaya kecepatan sentrifugasi sebesar 5000 rpm dalam 30 menit setara dengan
penyimpanan sediaan dengan pemberian gaya gravitasi selama satu tahun
(Djajasastra, 2004).
Hasil dari pengujian sentrifugasi menunjukkan tidak ada sediaan gel
semprot yang terpisah. Sehingga dapat disimpulkan sediaan gel semprot stabil dan
tidak terjadi sineresis. Sineresis adalah peristiwa keluarnya air atau cairan dari
dalam sediaan apabila tidak terikat kuat oleh komponen bahan yang ada
(Januwardani, 2011).
4.5.9 Cycling test
Cycling test merupakan uji yang dilakukan untuk mengecek stabilitas fisik
sediaan pada suhu panas dan dingin, cycling test merupakan simulasi terjadinya
perubahan suhu setiap tahun pada suatu sediaan (Maulana, 2011). Pengujian
dilakukan sebelum dilakukan cycling test dan sesudah cycling test. Pada cycling test
dilakukan evaluasi organoleptik, homogenitas, pH, dan viskositas.
Tabel 4. 22 Pemeriksaan Cycling test Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
Evaluasi Gel Semprot Hasil Evaluasi
Sebelum Cycling test Setelah Cycling test
Organoleptis Gel cair, kuning bening
kecoklatan, dan
beraroma mentol dan
ekstrak
Gel cair, kuning bening
kecoklatan, dan
beraroma mentol dan
ekstrak
Homogenitas Homogen, tidak ada
partikel kasar
Homogen, tidak ada
partikel kasar
Viskositas (cPs) 723 710
pH 5,53 5,46
Berdasarkan hasil evaluasi organoleptis dan homogenitas, sediaan tidak
mengalami perubahan setelah dilakukan pengujian cycling test. Hal ini
menunjukkan sediaan telah homogen dan terdispersi secara menyeluruh serta stabil
secara organoleptik. Sementara, pada uji pH dan viskositas, sediaan masih masuk
42
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pada range pH dan viskositas meskipun mengalami penurunan nilai. Sediaan yang
turun viskositasnya dapat dikarenakan jarak antar partikel yang semakin membesar
dikarenakan suhu yang tinggi. Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh HPMC
yang dapat menurun viskositasnya apabila berada pada suhu 50-90oC (Rowe,
2009). Nilai pH yang turun dapat diakibatkan TEA yang tidak mampu menutupi
sifat asam dari karbopol, sehingga sediaan mengalami penurunan nilai.
43 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak daun mangkokan dan ekstrak daun waru dapat diformulasikan
menjadi sediaan gel semprot dengan konsentrasi 0,62% untuk ekstrak daun
mangkokan dan 0,25% untuk ekstrak daun waru.
2. Gel semprot ekstrak daun mangkokan dan daun waru dengan konsentrasi
0,62% dan 0,25% menghasilkan sediaan yang stabil secara fisik, baik
dengan pengujian 21 hari maupun cycling test
3. Penggunaan karbopol dan HPMC sebagai gelling agent pada formula F3
F3 (0,2% : 0,2%) dapat menghasilkan sediaan gel semprot ekstrak daun
mangkokan dan daun waru yang baik.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji coba penambahan ekstrak dengan basis Formula 1 dan
Formula 2
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap stabilitas kimia sediaan
3. Perlu dilakukan uji aktivitas sediaan
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis sediaan lainnya
5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap varian konsentrasi dan
jenis gelling agent yang dapat digunakan untuk gel semprot yang lebih
baik
44 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB Press.
Akhsani, L. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik-Kimia Sediaan Spray Gel
Etil P-Metoksisinamat dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) dan
Menthol. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Akib, N. I., Armin, N. A., Malaka, M. H., & Baka, W. K. (2016). Development and
Evaluation of Waru ( Hibiscus tiliaceus Linn .) Leaf and Avocado ( Persea
americana Mill .) Fruit Extracts for Hair Growth. International Journal of
Chemical, Environmental & Biological Sciences (IJCEBS), 4(2), 138–142.
Angendari, M. D. (2012). Rambut Indah dan Cantik dengan Kosmetika
Tradiosional. JPTK UNDIKSHA, 9(1), 25–36.
Armando, R. . (2009). Memproduksi 15 Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya.
Budiman, M. H. (2008). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan
Krim yang Mengandung Ekstrak Tomat Kering (Solanum lycopersicum L.).
Skripsi: Universitas Indonesia.
Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Departemen Kesehatan RI. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Djajasastra, J. (2004). Cosmetic Stability. Jakarta: Universitas Indonesia.
Fitriansyah, S. N., Wirya, S., & Hermayanti, C. (2016). Formulasi dan Evaluasi
Spray Gel Fraksi Etil Asetat Pucuk Daun Teh Hijau (Camelia sinensis [L.]
Kuntze) Sebagai Antijerawat. STFI PHARMACY, 13(02), 202–216.
Gibson, M. (2001). Pharmaceutical Preformulation and Formulation. Florida:
CRC Press.
Handojo, Y. (2011). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus
Putih dari Sediaan Gel Ekstrak Daun Mangkokan (Nothoponax scutellarium
Merr.). Skripsi: Universitas Indonesia.
Harborne, J. . (1987). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: ITB Press.
Hariana, H. A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri II (Edisi ke-5). Jakarta:
Penebar Swadaya.
Harmanto, N. (2007). Herbal Untuk Keluarga: Jus Herbal Segar dan
Menyenangkan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Holland, T., Chaouk, H., Aswaf, B., Goodrich, S., Hunter, A., & Francis, V. (2002).
Spray Hydrogel Wound Dressing. United States Patent Application.
Islam, M. T., Ciotti, S., & Ackermann, C. (2004). Rheological Characterization of
Topical Carbomer Gels Neutralized to Different pH. Pharmaceutical
45
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Research, 21(7), 1192–1199.
Jafar, G., Adiyati, I., & Kartanagara, R. F. F. (2017). Pengembangan Formula dan
Karakterisasi Nanoemulsi Ekstrak Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan
Yang Diinkorporasikan ke dalam Spray Sebagai Penumbuh Rambut, Jurnal
Pharmascience 04(02), 155–166.
Januwardani, N. . (2011). Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera
L.) dengan Gelling agent Karbopol 934 dan Uji Efek Penyembuhan Luka
Bakar. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jauregui, K., Juan Carlos, C., Ceniceros, E. P., Hernandez, J. L. M., & Ilyina.
(2009). A new Formulated Stable Papin-Pectin Aerosol Spray for Skin Wound
Healing. Biotechnology and Bioprocess Engineering, 14, 450–456.
Kamishita, T., Miyazaki, T., & Okuno, Y. (1992). Spray gel Base and Spray gel
Preparation. United States Patent, (19).
Khaerunnisa, R., Priani, S., & Lestari, F. (2015). Formulasi dan Uji Efektivitas
Sediaan Gel Antiseptik Tangan Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangga
Arumanis. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan Dan
Farmasi), 553(561).
Mardikasari, S. A., Jufri, M., & Djajadisastra, J. (2016). Formulasi dan Uji
Penetrasi In-Vitro Sediaan Topikal Nanoemulsi Genistein dari Tanaman
Sophora japonica ( Formulation and In-Vitro Penetration Study of Topical
Dosage Form of Nanoemulsion from Genistein of Sophora japonica Linn .)
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 14(2), 190–198.
Marliana, S., Suryanti, V., & Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
Jacq . Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi, 3(1), 26–31.
Martodisiswojoll, M., & Rajakwangun, R. (1995). Tanaman Waru. Yogyakarta:
Camcer Chemoprevention Research Center.
Marzuki, A., & Fitriana. (2010). Kimia dalam Keperawatan. Makassar: Pustaka As-
Salam.
Maulana, I. D. (2011). Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim
yang Mengandung Ekstrak Umbi Wortel (Daucus carota L.). Skripsi:
Universitas Indonesia.
Mishra, B. B., & Tiwari, V. K. (2011). Natural products: An evolving role in future
drug discovery. European Journal of Medicinal Chemistry.
https://doi.org/10.1016/j.ejmech.2011.07.057
Munawaroh, S., & Handayani, P. . (2011). Ekstraksi Minyak daun Jeruk Purut
(Citrus hystrix D.C.) dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana. Jurnal
Kompetensi Teknik, 2(1).
Nafisah, M., Tukiran, Suyotno, & Hidayanti, N. (2014). Uji Skrining Fitokimia
pada Ekstrak Heksan, Kloroform, dan Metanol dari Tanaman Patikan Kebo
(Euphorbiae hirtae). Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Nisak, K. (2016). Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Etanol Tumbuhan Paku (Nephrolepis falcata (Cav.) C. Chr). Skripsi: UIN
Syarif Hidayatullah.
Rajab, N. . (2013). Preparation and Evaluation of ketoprofen as Dermal Spray Film.
Kerbala Journal of Pharmaceutical Sciences, 6(1).
Rosada, D. S. (2016). Pengaruh Tween 80, Propilen Glikol, dan VCO dalam
Formulasi Hair Tonic Nanoemulsi Ekstrak Daun Mangkokan (Polyscias
46
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
scutellaria) dan Daun Teh (Camellia sinensis). Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Rosida, J. (2002). Uji saponin dalam lidah buaya, limbah buah mengkudu dan daun
mimba. Temu Teknis Fungsional Non-Peneliti 2002.
Rowe, R. C. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients (6th Edition).
London: Pharmaceutical Press.
Safitri, R. (2008). Penetapan Parameter Standardisasi Non Spesifik dan Spesifik
Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill. FMIPA Universitas
Indonesia. Skripsi: Universitas Indonesia.
Selawa, W., Revolta, M., Runtuwene, J., Citraningtyas, G. (2013). Kandungan
Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Daun Binahong [Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis .]. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(01), 18–23.
Septiani, S., Wathoni, N., & Mita, S. . (2012). Formulasi Sediaan Masker gel
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon Linn.). Jurnal
Unpad 01(01).
Shafira, U., Gadri, A., & Lestari, F. (2015). Formulasi Sediaan Spray Gel Serbuk
Getah Tanaman Jarak Cina (Jatropha Multifida Linn.) dengan Variasi Jenis
Polimer Pembentuk Film dan Jenis Plasticizer 1Ulfa. Prosiding Penelitian
SPeSIA Unisba, 562–567.
Sinko, P. J. (2006). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika (Edisi ke-5).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Sukhbir, K., Navneet, K., Sharma, A. K., & Kapil, K. (2013). Development of
modified transdermal spray formulation of psoralen extract. Der Pharmacia
Lettre, 5(2), 85–94.
Suyudi, S. D. (2014). Formulasi Gel Semprot Menggunakan Kombinasi Karbopol
940 Dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) Sebagai Pembentuk Gel.
Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Syamsuhidayat, S. ., & Hutapea, J. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosial.
Vadas, E. . (2010). Stability of Pharmaceutical Products. The Science and Practice
of Pharmacy, 1, 988–989.
Widyaningrum, N., Fudholi, A., Sudarsono, & Setyowati, E. (2015). Aktivitas
Antibakteri Formula Optimum Krim Antiacne Fraksi Etil Asetat Ekstrak Daun
Teh Hijau (Camelia sinensis L). Prosiding Seminat Nasional Peluang Herbal
Sebagai Alternatif Medicine, 80, 141–146.
Yuwana, N. A. J. (2014). Desain dan Konstruksi Grid patternator untuk Pengujian
Kinerja Penyemprotan Sprayer. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Zainab, S. N., & Anisaningrum. (2016). Penetapan Parameter Standardisasi Non
Spesifik dan Spesifik Ekstrak Daun Pacar Kuku (Lawsonia inermis L.). Media
Farmasi, 13(2), 212–226.
47 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Alur Kerja Penelitian
Determinasi
Penyiapan Simplisia
Pembuatan Ekstrak
Penentuan Parameter Standarisasi Ekstrak
Skrining Fitokimia
Optimasi Basis Gel Semprot
Evaluasi Stabilitas Fisik Basis Gel Semprot
Pembuatan Gel Semprot dengan penambahan Ekstrak
Evaluasi Stabilitas Fisik Basis Gel Semprot dengan Ekstrak
48
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 2 Sertifikat Analisis Karbopol
49
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 3 Sertifikat Analisis HPMC
50
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 4 Determinasi Daun Mangkokan
51
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 5 Determinasi Daun Waru
52
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 6 Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru
1. % Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan = 34,102 gram
280 gramx 100%
% Rendemen Ekstrak Daun Mangkokan = 12,179%
2. % Rendemen Ekstrak Daun Waru = 42,871gram
155 gram x 100%
% Rendemen Ekstrak Daun Waru = 27,65%
% Rendemen Ekstrak = Bobot Total Ekstrak
Bobot Total Simplisiax 100%
53
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 7 Perhitungan Kadar Air Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru
1. % Kadar Air Ekstrak Daun Mangkokan =
(52,7964−51,7958) gram − (50,7028−51,7958)gram
(52,7964−51,7958)gram x 100%
% Kadar Air Ekstrak Daun Mangkokan = 1,0006 𝑔𝑟𝑎𝑚−0,907 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,0006 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100%
% Kadar Air Ekstrak Daun Mangkokan = 0,0938 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,0006 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100% = 9,354%
2. % Kadar Air Ekstrak Daun Waru =
(46,5186−41,4470) 𝑔𝑟𝑎𝑚 − (46,0686−41,4470)𝑔𝑟𝑎𝑚
(46,5186−41,4470) 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100%
% Kadar Air Ekstrak Daun Waru = 5,0716 𝑔𝑟𝑎𝑚−4,6216 𝑔𝑟𝑎𝑚
5,0716 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100%
% Kadar Air Ekstrak Daun Waru= 0,45 𝑔𝑟𝑎𝑚
5,0716 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100% = 8,873%
Keterangan :
Cb = Cawan kosong + ekstrak sebelum di oven (gram)
Co = Cawan kosong (gram)
Ck = Cawan + ekstrak setelah di oven (gram)
% Kadar Air = (Cb−Co)−(Ck−Co)
Cb−Cox 100%
54
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 8 Perhitungan Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru
1. % Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan = 40,5235 𝑔𝑟𝑎𝑚−40,4714 𝑔𝑟𝑎𝑚
41,4808 𝑔𝑟𝑎𝑚−40,4714 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100%
% Kadar Abu Ekstrak Daun Mangkokan = 0,0477 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,0094 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100% = 4,726%
2. % Kadar Abu Ekstrak Daun Waru = 42,4922 𝑔𝑟𝑎𝑚−42,4350 𝑔𝑟𝑎𝑚
43,5250 𝑔𝑟𝑎𝑚−42,4350 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100%
% Kadar Abu Ekstrak Daun Waru = 0,0572 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,09 𝑔𝑟𝑎𝑚𝑥 100% = 5,247%
Keterangan :
Cb = Krus kosong + ekstrak sebelum di tanur (gram)
Co = Krus kosong (gram)
Ck = Krus + ekstrak setelah di tanur (gram)
% Kadar Abu = 𝐶𝑘−𝐶𝑜
Cb−Cox 100%
55
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 9 Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun
Waru
Skrining
Fitokimia Ekstrak Daun Mangkokan Ekstrak Daun Waru
Alkaloid
Tidak terbentuk endapan merah
bata dengan reagen Dragendroff
dan endapan putih dengan
reagen Mayer
Terbentuk endapan merah bata
dengan reagen Dragendroff dan
endapan putih dengan reagen
Mayer
Flavonoid
Filtrat berubah warna menjadi
kuning kecoklatan
Filtrat berubah warna menjadi
kuning kecoklatan
56
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Saponin
Tidak terbentuk busa
Terbentuk busa yang stabil
Fenolik
Berubah warna menjadi hijau
kecoklatan
Berubah warna menjadi hijau
kecoklatan
Terpenoid
Terbentuk cincin berwarna
coklat
Tidak terbentuk cincin
57
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 10 Hasil Uji Viskositas Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan dengan
Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Viskositas Basis Sediaan Gel Semprot
Formula Hari ke- Cycling test
0 7 14 21 Sebelum Sesudah
F1
6400 6080 5930 5900 6380 6180
6340 6120 5950 5870 6400 6110
6360 6060 5920 5860 6300 6060
Rata-rata 6366 6086 5970 5876 6360 6116
F2
1620 1600 1510 1440 1640 1500
1650 1560 1470 1440 1610 1490
1590 1590 1490 1400 1690 1470
Rata-rata 1620 1583 1490 1426 1646 1486
F3
1440 1330 1220 1190 1440 1200
1470 1310 1240 1170 1460 1190
1490 1320 1240 1180 1420 1220
Rata-rata 1466 1320 1266 1180 1433 1203
Viskositas Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan
Daun Waru
Cycling test
Formula Hari ke- Sebelum Sesudah
0 7 14 21
FE
750 730 720 710 750 720
750 720 710 690 730 720
760 700 680 680 690 690
Rata-Rata 753 716 703 693 723 710
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
FE: (Formula dengan ekstrak daun mangkokan sebanyak 0,62% dan ekstrak daun
waru sebanyak 0,25%
58
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 11 Hasil Uji pH Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan dengan Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
pH Basis
Formula Hari ke- Cycling Test
0 7 14 21 Sebelum Sesudah
F1
6,35 6,34 6,30 6,3 6,32 6,28
6,35 6,33 6,31 6,28 6,31 6,29
6,36 6.35 6,30 6,28 6,31 6,28
Rata-rata 6,35 6,34 6,30 6,29 6,31 6,28
F2
6,46 6,44 6,40 6,31 6,40 6,34
6,45 6,43 6.41 6,34 6,37 6,34
6,45 6,43 6,39 6,34 6,38 6,32
Rata-rata 6,45 6,43 6,40 6,4 6,38 6,33
F3
6,36 6,33 6,33 6,30 6,32 6,30
6,35 6,34 6,34 6,32 6,32 6,30
6,35 6,32 6,34 6,31 6,31 6,31
Rata-rata 6,35 6,33 6,34 6,31 6,32 6,30
pH Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun
Waru
Cycling test
Formula Hari ke- Sebelum Sesudah
0 7 14 21
FE
5,58 5,51 5,50 5,48 5,56 5,46
5,57 5,54 5.53 5,46 5,53 5,45
5,51 5,51 5,48 5,48 5,5 5,48
Rata-Rata 5,50 5,52 5,5 5,47 5,53 5,46
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
FE: (Formula dengan ekstrak daun mangkokan sebanyak 0,62% dan ekstrak daun
waru sebanyak 0,25%
59
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 12 Hasil Uji Pola Penyemprotan Optimasi Basis Sediaan dan Sediaan
dengan Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Pola Penyemprotan Basis Sediaan Gel Semprot
Formula
Jarak Penyemprotan (cm)
3 5 10 15
F1
1,05 2,25 2,25 2,45
1,00 1,85 2,00 2,95
0,70 1,40 1,75 3,20
Rata-rata 0,91 1,83 2 2,87
F2
1,55 1,65 2,10 2,10
1,45 1,85 2,65 3,30
1,50 1,75 2,35 2,00
Rata-rata 1,50 1,75 2,37 2,47
F3
1,85 1,95 4,15 4,90
1,55 2,80 4,00 5,00
1,70 2,45 3,75 4,90
Rata-Rata 1,70 2,40 3,97 4,93
Pola Penyemprotan Sediaan Gel Semprot Ekstrak
Daun Mangkokan dan Daun Waru
Formula
Jarak Penyemprotan (cm)
3 5 10 15
FE
3,45 4,70 7,40 8,30
3,55 5,05 8,10 8,45
3,75 6,75 8,75 8,45
Rata-Rata 3,58 5,50 8,08 8,40
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
FE: (Formula dengan ekstrak daun mangkokan sebanyak 0,62% dan ekstrak daun
waru sebanyak 0,25%
60
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 13 Pola Penyemprotan Optimasi Basis Formula 1 (Karbopol 0,4% :
HPMC 0,4%)
Jarak 3 cm
Jarak 5 cm
Jarak 10 cm
Jarak 15 cm
61
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 14 Pola Penyemprotan Basis Formula 2 (Karbopol 0,3% : HPMC
0,3%)
Jarak 3 cm
Jarak 5 cm
Jarak 10 cm
Jarak 15 cm
62
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 15 Pola Penyemprotan Basis Formula 3 (Karbopol 0,2% : HPMC
0,2%)
Jarak 3 Cm
Jarak 5 cm
Jarak 10 cm
Jarak 15 cm
63
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 16 Pola Penyemprotan Sediaan Gel Semprot dengan Ekstrak Daun
Mangkokan dan Daun Waru
Jarak 3 cm
Jarak 5 cm
Jarak 10 cm
Jarak 15 cm
64
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 17 Hasil Uji Bobot per semprot Optimasi Basis Sediaan
Bobot per semprot Basis Sediaan Gel Semprot
Formula Spray Ke- Rata-Rata
1 2 3
1 0,098 g 0,105 g 0,902 g 0,098 g
2 0,091 g 0,090 g 0,088 g 0,089 g
3 0,137 g 0,136 g 0,136 g 0,136 g
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
65
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 18 Pengamatan Organoleptik Optimasi Basis
Pengamatan Organoleptik Basis Sediaan Gel Semprot
Hari Ke-0 Basis F1,F2,F3 Hari Ke-7 Basis F1,F2,F3
Hari Ke-14 Basis F1,F2,F3 Hari Ke-21 Basis F1,F2,F3
Cycling test Awal F1,F2,F3 Cycling test Akhir F1,F2,F3
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
66
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 19 Pengamatan Homogenitas Optimasi Basis Sediaan Gel Semprot
Pengamatan Homogenitas Basis Sediaan Gel Semprot
Hari ke 0 Basis F1,F2,F3 Hari ke 7 Basis F1,F2,F3
Hari ke 14 Basis F1,F2,F3 Hari ke 21 Basis F1,F2,F3
Cycling test Awal F1,F2,F3 Cycling test Akhir F1,F2,F3
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
67
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 20 Pengamatan Orgnalopetis Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun
Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Pengamatan Orgnalopetis Sediaan Gel Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan
Ekstrak Daun Waru
Hari Ke-0 Ekstrak Sediaan Hari Ke-7 Ekstrak Sediaan
Hari Ke-14 Ekstrak Sediaan Hari Ke-21 Ekstrak Sediaan
Cycling Awal Sediaan dengan ekstrak Cycling Akhir Sediaan dengan ekstrak
68
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 21 Pengamatan Homogenitas Sediaan Gel Semprot dengan Ekstrak
Daun Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Pengamatan Homogenitas Sediaan Gel Semprot dengan Ekstrak Daun
Mangkokan dan Ekstrak Daun Waru
Hari ke 0 Ekstrak Hari ke 7 Ekstrak
Hari ke 14 Ekstrak Hari ke 21 Ekstrak
Cycling Awal Sediaan dengan ekstrak Cycling Akhir Sediaan dengan ekstrak
69
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 22 Hasil Uji Sentrifugasi Basis Sediaan Gel Semprot dan Sediaan Gel
Semprot Ekstrak Daun Mangkokan dan Daun Waru
Sebelum Uji Sentrifugasi F1,F2,F3 Sebelum Uji Sentrifugasi F1,F2,F3
Sebelum Uji Sentrifugasi FE Sebelum Uji Sentrifugasi FE
Keterangan:
F1: (Karbopol sebanyak 0,4% dan HPMC sebanyak 0,4 %)
F2: (Karbopol sebanyak 0,3% dan HPMC sebanyak 0,3 %)
F3: (Karbopol sebanyak 0,2% dan HPMC sebanyak 0,2 %)
FE: (Formula dengan ekstrak daun mangkokan sebanyak 0,62% dan ekstrak daun
waru sebanyak 0,25%