55
BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi Tulang Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya : 1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang

fraktur ekstrim atas

  • Upload
    no-abel

  • View
    1.516

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: fraktur ekstrim atas

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal

dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi

tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses

mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan

dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :

1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang

disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari

epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang

rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.

Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis.

Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan

tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis

dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun

remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.

Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan

tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi

lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut

kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.

2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous

(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.

Page 2: fraktur ekstrim atas

3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan

lapisan luar adalah tulang concellous.

4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang

berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,

misalnya patella (kap lutut).

B. Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1). Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan

jaringan lunak.

3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan).

4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema

topoiesis).

5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

C. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya

disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall

dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur

adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang

lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat

Page 3: fraktur ekstrim atas

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat

lain menyatakan bahwa patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih

(karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A,

1992).

D. Etiologi

1) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintang atau miring.

2) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling

lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

3) Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa

pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya,

dan penarikan.

E. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan

rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum

dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak

yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut

Page 4: fraktur ekstrim atas

dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera

berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini

menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,

eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah

yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1) Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap

besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2) Faktor Intrinsik

Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk

timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,

dan kepadatan atau kekerasan tulang.

F. Jenis-jenis fraktur ekstremitas atas

a. Fraktur Clavikula

Cukup sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma pada sendi bahu ).

Lokasi fraktur klavikula umumnya pada bagian tengah (1/3 tengah) Deformitas, nyeri pada lokasi taruma. Foto Rontgen tampak fraktur klavikula

Page 5: fraktur ekstrim atas

Terapi :

Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.

Operativ : internal fiksasi

b. Fraktur Scapula

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu.

Terapi; :

Reduksi biasanya tidak dapat dilakukan dan tak perlu. Pasien memakai kain

gendong agar nyaman, dan sejak awal mempraktekkanlatihan aktif pada

bahu, siku dan jari.

Fragmen glenoid yang besar, akibat fraktur dislokasi pada bahu harus diikiat

pada satu sekrup.

c. Fraktur Pada Humerus Proksimal

Biasanya terjadi setelah usia pertengahan dan banyak ditemukan pada wanita yang menderita osteoporosis pada masa pasca menopause. Fraktur biasanya terjadi setelah jatuh pada lengan yang terlentang. Jenis cedera pada orang muda mungkin menyebabkan dislokasi bahu. Kadang-kadang terjadi fraktur dan dislokasi.

Terapi:

Fraktur yang sedikit bergeser : cukup di istirahatkan hingga nyeri mereda

setelah itu dilakukan gerak pasif baru kemudian gerak aktif.

Fraktur dua bagian :

a. Konservatif : velpeau verbanb. Operativ : internal fiksasi

d. Fraktur Batang Humerus

Jatuh pada tangan dapat memluntir humerus, menyebabkan fraktur spiral. Jatuh pada siku saat lengan saat posisi abduksi dapat merusak tulang, menyebabkan fraktur olig atau melintang. Pukulan langsung pada lengan dapat menyebabkan fraktur melintang dan kominutif.

Page 6: fraktur ekstrim atas

Terapi :

Pada fraktur ini tidak membutuhkan imobilisasi. Kalau fraktur sangat tidak

stabil dan sulit dikendalikan, fiksasi internal lebih baik dengan plat dan

sekrup atau paku intra medulla panjang.

e. Fraktur Suparakondilus

Banyak ditemukan pada anak-anak. Fragmen distal dapat bergeser ke posterior atau ke anterior. Pergeseran posterior akibat jatuh pada lengan yang terlentang. Pergeseran anterior diperkirakan akibat benturan langsung.

Terapi:

Fraktur yang brgeser ke posterior : direduksi secepat mungkin,dibawah anestesi umum. Ini dilakukan dengan maneuver secara metodik dan berhati-hati.

Page 7: fraktur ekstrim atas

Fraktur yang bergeser ke anterior : direduksi dengan menarik lengan bawah dengan siku pada posisi semi fleksi.

f. Fraktur Bikondilus ( fraktur T dan Y )

Diakibatkan jatuh pada pusat siku menyebabkan procecus olekranon

terdorong ke atas, membelah kondilus menjadi dua.

Terapi :

Konservatif : slab posterior dengan siku berfleksi hamper 90 derajat,

gerakan dimulai setelah 2 minggu Fraktur tanpa pergeseran hanya

membutuhkan.

Fraktur yang cukup bergeser dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi

internal.

Page 8: fraktur ekstrim atas

g. Fraktur pemisahan pada epifisis kondilus lateral

Epifisis kondilus lateral mulai mengeras selama tahun pertama kehidupan dan berfusi dengan batang setelah 12-16 tahun. Antara usia-asia ini, bagian ini dapat terlepas atau teravuli bila traksi terlalu kuat. Disebabkan jatuh pada tangannya dengan siku menekan dalam varus. Gambaran klinik, siku membengkak (tapi tidak mengalami deformitas) dan terdapat nyeri tekan pada kondilus lateral.

Terapi :

Konservatif : Dibebat backslap dengan siku flexi 90 drajat atau dapat

dimanipulasi kedalam posisinya dengan mengekstensikan siku dan

menekan kondilus dan kemudian melakukan fiksasi pada fragmen dengan

pen perkutan (Sedikit pergeseran lengan).

Operativ : reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan pen atau sekrup.

h. Pemisahan Epifisis Kondilus Medial

Pemisahan epifisis kondilus medial mulai mengeras pada umur sekitar 5 tahun dan berfusi dengan batang sekitar umur 16 tahun; antara usia ini dapat terjadi avulse akibat jatuh pada tangan dengan pergelangan tangan dalam keadaan ekstensi. Epifisis tertarik ke distal oleh flesor pergelangan tangan yang melekat.

Terapi :

Konsevatif ; manipulasi dengan siku dalam valgus dan pegelangan tangan

hyperekstensi ( untuk menarik otot flesor).

i. Fraktur pemisahan seluruh epifisis distal humerus

Pasca cidera yang hebat segmen ini dapat terpisah secara utuh. Contohnya, pada cedera waktu melahirkan.

Terapi:

Fraktur yang brgeser ke posterior : direduksi secepat mungkin,dibawah

anestesi umum. Ini dilakukan dengan maneuver secara metodik dan

berhati-hati.

Page 9: fraktur ekstrim atas

Fraktur yang bergeser ke anterior : direduksi dengan menarik lengan

bawah dengan siku pada posisi semi fleksi.

j. Fraktur Kapitulum

fraktur ini hanya terjadi pada orang dewasa. Jatuh biasanya dengan posisi

siku lurus. Setengah anterior kapitulum dan trokhlca patah dan bergeser ke

proksimal.

Gambaran kliniknya; depan siku yang tampak penuh merupakan tanda yang

paling menonjol. Fleksi sangat terbatas.

Terapi :

Konsevatif : diterapi dengan pembebatan sederhana selama 2 minggu (fraktur

yang tak bergeser).

Operativ : untuk fraktur yang bergeser

k. Fraktur kaput radius

Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa. Disebabkan karena

Page 10: fraktur ekstrim atas

jatuh pada tangan yang terlentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan menekan kaput radius pada kapitulum.

Terapi :

Pada retakan yang tak bergeser, lengan dipertahankan dalam collar dan

manset selam 3 minggu.

Fragmen tunggal yang besar dapat direkatkan kembalidengan kawat

kirschner.

Fraktur kominutif diterapi dengan reduksi kaput radius.

l. fraktur leher radius

Jatuh pada tangan yang terlentang dapat memaksa siku kedalam valgus dan

menekan kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat

retak atau patah; pada anak-anak tulang lebih mungkin menglami fraktur pada

leher radius.

Terapi :

Pergeseran sampai 20 derajat dengan lengan diistirahatkan dalam collar

dan manset dan latihan dimulai setelah satuminggu.

Pergeseran lebih 20 derajat, direduksi dengan lengan ditarik kedalam

estensi dan sedikit varus.

Page 11: fraktur ekstrim atas

m. Fraktur olecranon

Terjadi disebabkan karena pukulan langsung atau jatuh pda siku dan akibat

dari traksi ketika jatuh pada pada otot tangan saat otot trisep berkontraksi.

Terapi :

Konservatif : diimobilisasi dengan gips pada posisi fleksi 60 derajat selama 2-3 minggu dan kemudian latihan dimulai ( fraktur yang tak bergeser ).

Operativ : Fraktur direduksi dan ditahan dengan sekrup panjang atau dengan pemasangan kawat dengan tegangan ( tension band wiring ) fraktur yang bergeser.

n. Fraktur radius dan ulna

Daya pemluntir menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada

tingkat yang berbeda. Pukulan langsung menyebabkan fraktur melintang

kedua tulangpada tingkat yang sama. Deformitas rotasi tambahan dapat

ditimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada radius.

Page 12: fraktur ekstrim atas

Terapi ;

Konservatif : pada anak-nak reduksi tertutup biasanya behasil dan

fragmen dapat dipertahankan dalam gips yang panjang lengkap dari axial

sampaike batang metacarpal.

Operativ ; imobilisasi fragmen dipertahankan dengan plat dan sekrup atau

pen intramedula.

G. Manifestasi Klinik dan Penatalaksanaan medik

1. Fraktur Klavikula

1. Mekanisme trauma Sebagian besar terjadi karena jatuh dengan tangan yang terulur. Dapat juga terjadi karena hantaman langsung pada bahu, seperti:

terjatuh pada posisi samping.2. Manifestasi klinis :

Nyeri Tekan pada lokasi fraktur Deformitas dengan pembengkakan lokal.

Pemeriksaan Diagnostik X Ray: bisaanya Foto AP bahu cukup adekuat. Komplikasi : jarang, fragment fraktur dapat membahayakan struktur

neurovascular subklavial. Terapi: Broad arm sling dan control ke klinik ortopedik 5 hari kemudian.

2. Dislokasi Sternoklavikula

1. Mekanisme trauma : bisaanya akibat jatuh atau hantaman pada daerah anterior bahu:

Asimetri dari inner end klavikula

Page 13: fraktur ekstrim atas

Nyeri tekan local

2. Manifestasi klinis: Nyeri tekan dan bengkak pada sendi sternoklavikular; Nyeri pada saat lengan digerakkan dan pada saat kompresi bahu ke

lateral; Dengan cedera berat, klavikula medial bergeser relative terhadap

manubrium. Dispneu, disfagi, atau tersedak (pada dislokasi posterior karena

kompresi struktur mediastinal).

Pemeriksaan Diagnostik X ray : AP dan Oblique view sulit untuk diinterpretasi. Diagnosa

biasanya berdasarkan pemeriksaan klinis. Namun tomogram atau CT mungkin dapat dilakukan.

Komplikasi : jarang, dislokasi mungkin dapat membahayakan pembuluh darah posterior dari klavikula.

Terapi:1. Subluksasi minor : Broad arm sling, Analgesic dan control ke

klinik ortopedi setelah 3 hari.2. Gross Displacement : MRS dibagian Ortopedi untuk eksplorasi /

reduksi di bawah GA.Catatan : Cedera yang mengancam nyawa, bila mengenai struktur didekatnya terjadi pada 25% kasus dislokasi posterior.

3. Cedera Sendi akromioklavikula

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh dengan menumpu pada bahu dengan lengan teraduksi atau jatuh pada lengan yang terulur.

Manifestasi : penonjolan lateral end dari klavikula dan adanya nyeri lokal.

Pemeriksaan Diagnostik X Ray : Foto AP dari sendi AC (bagian/sisi inferior dari akromion dan

klavikula harus membentuk suatu garis lurus).Catatan : Weight Bearing view menunjukkan hasil tambahan yang hanya sedikit, dan hanya akan menyebabkan nyeri serta tidak akan mengubah terapi yang diberikan.

Terapi : Broad arm sling dan control ke klinik ortopedi setelah 5 hari.

4. Fraktur Skapula

Mekanisme trauma : bisaanya karena trauma langsung pada dada posterolateral.

Manifestasi klinis : nyeri local dan pembengkakan serta adanya associated injury.

Pemeriksaan Diagnostik X ray : AP bahu, dengan atau tanpa Scapular View.

Page 14: fraktur ekstrim atas

Komplikasi : Fraktur scapular bisaanya terkait dengan cedera intrathorax yang signifikan seperti kosta, fraktur vertebral, fraktur klavikular, cedera pembuluh darah pulmonal dan pleksus brachialis.

Terapi : 1. Isolated Scapular Fracture : Broad arm sling dan analgesic, kontrol

ke klinik ortopedi setelah 3 hari.2. Bersamaan dengan cedera intratoraks yang lain: MRS ke bedah

umum.

5. Dislokasi bahuSecara statistic : 96% dislokasi anterior, 3,4% posterior, 0,1% inferior (luxatio ercto).Dislokasi Anterior Mekanisme trauma : jatuh yang menyebabkan rotasi eksternal bahu. Manifestasi :

1. Khas : penderita bisaanya menyangga lengan yang cedera pada bagian siku dengan menggunakan tangan sebelahnya.

2. lengan dalam posisi abduksi ringan3. Kontur terlihat ‘squared off’4. Nyeri yang sangat.

X ray : AP dan axial atau Y-Scapular view akan membantu membedakan dislokasi anterior dengan posterior.Catatan : X ray sangat penting menurut standar medikolegal untuk menyingkirkan fraktur lain yang terjadi sebelum dilakukannya manipulasi dan Reduksi ( M & R). ada peningkatan bukti yang menunjukkan bahwa dislokasi bahu yang rekuren dan atraumatis tidak membutuhkan pre-M&R X ray. Namun, keadaan ini tidak diterima secara luas dalam kalangan ahli ortopedi.

Komplikasi :1. Rekuren

Catatan : Hill-Sachs lesion (fraktur kompresi aspek posterolateral dari humeral head) dapat terlihat pada px yang sebelumnya menderita dislokasi anterior.

2. Avulsi Tuberositas mayor (banyak terjadi pada px > 45 tahun).3. Fraktur anterior Plenoid lip4. Kerusakan arteri aksilaris dan pleksus brakialis.

Catatan : Harus memeriksa :Fungsi Nervus axillaris dengan memeriksa sensasi jarum pada deltoid atau ‘regimental badge’area, Pulsasi pada pergelangan tangan, Fungsi Nervus radialis.

Terapi :1. Isolated anterior dislocation : M&R (dengan bermacam-macam

teknik) dibawah conscious sedation.2. Dislokasi anterior dengan fraktur tuberositas humerus mayor atau

minor : M&R dibawah conscious sedation.3. dislokasi anterior dengan fraktur proksimal shaft humeral : M&R

dibawah GA, pertimbangkan ORIF.

Page 15: fraktur ekstrim atas

Manajemen lanjutan : analgesic IV, BUKAN IM (tempatkan IV plug untuk antisipsi M&R), kemudian X ray yang diikuti M&R dibawah conscious sedation.

M&R : merupakan teknik traksi yang disukai untuk digunakan daripada teknik terdahulu seperti maneuver Hippocratic/Kocher’s.Traksi harus dilakukan pada area critical care atau intermediate care dimana px dapat dimonitoring, dan px berada pada kondisi conscious sedation (lihat bab Conscious sedation).1. Teknik Cooper-Milch

a. Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada posisi supine dengan siku fleksi 90o.

b. Luruskan siku dan dengan sangat perlahan pindahkan lengan pada posisi abduksi penuh yang ditahan pada traksi lurus dimana seorang asisten mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi medial dan inferior dari humeral head.

c. Adduksi lengan secara bertahap.d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X ray post reduksi.

2. Teknik Stimson’sMetode yang memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering dilakukan pada ED yang sangat sibuk.

a. berikan analgesik IV dimana penderita berbaring pada posisi pronasi dengan lengan tergantung di sebelah trolley dengan beban seberat 2,5-5kg terikat pada lengan tersebut.

b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan relokasi bahu.c. Pasang collar dan cuff, periksa x ray post reduksi.

3. Teknik CountertractionBermanfaat sebagai sebuah maneuver back-up ketika cara-cara diatas gagal.

a. Dibawah conscious sedation, tempatkan px berbaring supine dan tempatkan rolled sheet dibawah aksila dari bahu yang terkena.

b. Abduksi lengan sampai 45o dan aplikasikan sustained in line traction sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang berlawanan menggunakan rolled sheet.

c. Setelah relokasi, paang collar dan cuff, periksa X ray post reduksi.d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.

4. Teknik Spasso, walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas, namun teknik ini telah digunakan pada departemen kami, dan kami anggap bahwa metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan dengan angka keberhasilan yang tinggi.

a. Dibawah conscious sedation, letakkan lengan yang sakit dengan dengan dinding dada.

b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal secar simultan. Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu mencapai fleksi kedepan 90o, akan terdengar bunyi ‘clunk’, dan head humerus telah kemabali pada posisinya.

c. Adduksi lengand. Pasang collar & cuff dan periksa X ray post reduksi.

Page 16: fraktur ekstrim atas

6. Dislokasi posterior

Mekanisme Trauma1. Bisaanya karena jatuh pada tangan yang terotasi ke dalam serta terjulur atau

karena hantaman pada bagian depan bahu.2. Terkait dengan kontraksi otot saat kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.

Manifestasi1. Lengan terletak berotasi internal dan adduksi2. Px merasakan nyeri, dan terdapat penurunan peregerakan dari bahu.

X ray : AP (Gambar 2a) dan Y scapular view (Gambar 2b)Catatan : sangat mudah terjadi missdiagnosa dislokasi bahu posterior pada bahu AP. Suspek dislokasi posterior jika terdapat ‘light bulb sign’ karena rotasi internal bahu dan terdapat overlap antara head humerus dan glenoid labrum pada foto bahu AP.

Komplikasi : kerusakan arteri aksilaris dan nervus brakialis.

Terapi : prinsip sama dengan dislokasi anterior1. Untuk isolated dislokasi posterior, coba M&R dibawah IV conscious sedation.2. Untuk dislokasi posterior dengan fraktur tuberositas, coba M&R dibawah

conscious sedation.3. Untuk dislokasi posterior dengan fraktur humeral shaft, MRS untuk M&R di

bawah GA, pertimbangkan ORIF.

Teknik :1. Dibawah kondisi IV conscious sedation, pasang traksi pada lengan pada posisi

abduksi 90o.2. Kadang countertraction dengan seorang asisten menggunakan rolledsheet

dibawah aksilla perlu dilakukan.3. Secara perlahan lengan dirotasikan ke eksternal.4. Setelah relokasi dilakukan pada kasus yang pertamakali terjadi pada seorang

dewasa muda, aplikasikan strapping bersama dengan collar dan cuff.5. Setelah relokasi pada lansia, aplikasikan collar & cuff dan pertimbangkan early

mobilization.

Disposisi : Klinik ortopedi setelah 3 hari.

7. Dislokasi Inferior

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh dengan lengan berada pada posisi abduksi.

Manifestasi klinis :1. Abduksi lengan atas dengan posisi ‘hand over head’2. Hilangnya kontur bulat dari bahu.

X ray : foto AP cukup untuk mendiagnosa. Komplikasi : kerusakan arteri aksilaris dan nervus brakialis. Terapi : prinsipnya sama dengan dislokasi yang lain:

Page 17: fraktur ekstrim atas

1. Untuk dislokasi dengan atau tanpa fraktur tuberosita, coba M&R dibawah IV conscious sedation.

2. Untuk dislokasi dengan fraktur humeral neck, coba M&R dibawah GA, KIV ORIF>

Teknik :1. Dibawah kondisi IV conscious sedation, aplikasi traksi yang steady pada lengan

yang dibduksi.2. kadang diperlukan counter traction dengan seorang asisten menggunakan rolled

sheet yang ditempatkan pada akromion.3. Setelah relokasi, pasang collar & cuff.

Disposisi : kontrol ke poli ortopedi setelah 3 hari.

8. Fraktur Humeral Proksimal

Fraktur ini mungkin melibatkan struktur anatomi neck humeral juga tuberositas atau dengan kombinasi yang bermacam-macam.

Mekanisme trauma : jatuh pada satu sisi, pukulan langsung pada area tersebut, atau jatuh dengan tangan yang terulur.

Manifestasi klinis:1. Nyeri tekan, pembengkakan pada proksimal humerus.2. Lebih lanjut, akan terdapat memar yang besar yang menuju pada bagian bawah

lengan karena gravitasi. X ray : foto AP dan lateral humerus Komplikasi :

1. Adhesive capsulitis (frozen shoulder)2. Cedera struktur neurovascular3. Nekrosis avascular humeral head.

Terapi : pasang collar & cuff Disposisi :

1. Fraktur displaced tuberositas mayor yang berat mungkin membutuhkan MRS untuk ORIF dengan GA.

2. Fraktur displaced yang ringan dapat KRS, kemudian control ke klinik ortopedik dalam 3 hari.

9. Fraktur Shaft Humeral

Mekanisme trauma: bisaanya karena indirect force, seperti jatuh pada saat tangan terulur, atau hantaman langsung pada area tersebut.

Manifestasi :1. Nyeri tekan local dan pembengkakan2. Mungkin dapat timbul deformitas.

X ray : Foto AP dan lateral humerus Komplikasi : Palsy nervus radialis (drop wrist) dan vascular compromise. Terapi :

Page 18: fraktur ekstrim atas

1. untuk fraktur angulasi minimal, pasang U slab, lebih mudah dilakukan pada saat px duduk pada trolley daripada pada saat px berbaring terlentang, kemudian diikuti dengan collar& cuff, serta control ke klinik ortopedi setelah 3 hari.

2. Untuk fraktur displaced yang parah, lakukan M & R dibawah IV conscious sedation, pasang U salb dan Collar & cuff, kemudian rujuk ke klinik ortopedi setelah 3 hari.

3. Untuk kasus dengan komplikasi kerusakan neurovascular, MRS dibagian ortopedi.

10. Fraktur Shaft Humerus Supracondylar

Mekanisme trauma : jatuh dengan tangan terulur, bisaanya pada anak kecil.

Manifestasi klinis :1. Nyeri tekan dan bengkak pada distal humerus dan siku.2. Deformitas mungkin terjadi3. Bentukan segitiga yang disusun oleh olekranon, epikondilus lateral dan medial.

X ray : AP dan lateral siku (waspada terhadap adanya fraktur kondilus lateralis, sarankan ORIF). Cari tanda ‘fat pad’ (gambar 3).

Komplikasi :1. Kerusakan arteri brakialis

a. Cek pulsasi radialis dan capillary refill.b. Cari adanya kepucatan dan dingin pada ekstremitas, nyeri, parestasi atau

paralysis pada lengan bawah.2. Cek jari dan ibu jari untuk mencari deficit neurologist terkait dengan kerusakan

Nervus radialis, ulnaris atau medianus.Catatan : Dokumentasikan hasil pemeriksaan tersebut.

Terapi :1. Jika terdapat displacement minimal (<10-15o) pasang long arm back slab dan

control ke klinik ortopedi setelah 1-2 hari. Berikan KIE yang jelas mengenai ancaman Compartment syndrome (gejala dan tandanya).

2. Jika terdapat pembengkakan pada daerah siku dengan minimal angulated fracture. Pertimbangkan meng-MRS-kan px untuk observasi sirkulasi.

3. Jika displacement > 15o, pasang long arm backslab dan rencanakan M&R.

11. Fraktur Epicondilus Medialis Humerus

Mekanisme trauma :1. dapat terjadi avulse oleh ligamentum collateral ulnaris ketika siku dipaksakan

untuk berposisi abduksi.2. Avulsi karena kontraksi otot fleksor lengan bawah secara mendadak.3. trauma langsung.

Page 19: fraktur ekstrim atas

manifestasi klinis : pembengkakan dan nyeri tekan local. X ray : AP dan lateral siku Komplikasi : disposisi/terapi cedera nervus ulnaris.

1. jika minimal atau tidak ada displacement, pasang long arm back slab dan control ke poli ortopedi setelah 3 hari.

2. Jika fraktur disertai displaced yang lebih parah, pertimbangkan M&R dibawah GA, KIV ORIF.

12. Fraktur Condilus Lateralis Humerus

Catatan : sering terlewatkan karena dikaburkan dengan fraktur suprakondiler. Mekanisme trauma : cedera adduksi pada siku Manifestasi : nyeri tekan dan pembengkakan local X ray : AP dan lateral siku Komplikasi : tidak ada komplikasi akut, komplikasi yang terlambat, a.l:

1. mal-union dan non-union menyebabkan posisi cubitus valgus dan tardy ulnar nerve palsy.

2. Kekakuan siku terutama pada dewasa. Terapi :

1. Fraktur undisplaced atau minimal displaced, pasang long arm backslab : control ke klinik ortopedi setelah 3 hari.

2. jika fraktur displaced > 2mm atau terotasi, MRS pada bagian ortopedi untuk M7R di bawah GA, ORIF.

13. Dislokasi Siku

Mekanisme trauma : karena pada posisi tangan terulur, yang paling sering ditemukan adalah dislokasi posterolateral.

Manifestasi :1. Deformitas siku dengan nyeri tekan dan bengkak2. Bentukan segitiga antara olekranon, epicondilus lateral dan medial mengalami

kerusakan. X ray : AP dan lateral siku. Komplikasi : cedera arteri brakialis, nervus ulnaris atau medianus Terapi : M & R di bawah IV conscious sedation

1. Dengan posisi px supine, paang traksi pada garis lengan2. Fleksi ringan siku mungkin dipelukan selama mempertahankan traksi.3. setelah relokasi, pasang long arm back slab4. Jika tidak ada bukti kerusakan neurovascular, control ke klinik ortpedi setelah 3

hari.5. jika terdapat kerusakan neurovascular walaupun sangat ringan, MRS di bagian

ortopedi untuk observasi.6. pastikan bahwa sendi telah tereduksi, X ray kadang bisa menipu.

14. Pulled Elbow (Subluksasi Radial head)

Page 20: fraktur ekstrim atas

Mekanisme trauma : bisaanya terjadi pada anak usia 9 bulan-6 tahun, karena tarikan yang kuat pada tangan yang terulur, yakni adanya tenaga yang menarik dengan kuat pada ligament annular di radial head.

Manifestasi :1. Lengan tergantung lemah2. Anak mengeluh nyeri pada lengan dan tidak mau menggerakkannya.3. Nyeri tekan local pada bagian proksimal lengan bawah.4. Nyeri yang ditimbulkan sat memfleksikan siku atau men-supinasikan lengan

bawah.5. tidak ada pembengkakan dan deformitas

X ray : pada situasi klasik tidak dibutuhkan, namun bila terdapat riwayat jatuh atau adanya hantaman langsung pada lengan bawah pada posisi foto AP dan lateral siku.

Terapi : manipulasi tanpa anestesi dapat dilakukan.1. Pegang tangan dari lengan yang cedera dengan posisi berjabat tangan sementara

tangan pemeriksa yang lain memegang belakang siku dengan ibu jari terletak pada head radius.

2. Secara lembut dan perlahan, dorong lengan bawah ke dalam siku, dan paksa untuk mensupinasikan lengan atau secara cepat ganti ke posisi pronasi dan supinasi sampai mendengar atau merasakjan bunyi ‘pop’. Tidak diperlukan sling karena anak akan mulai menggunakannya secara normal dalam 5-10 menit.

3. jika maneuver tersebut tidak berhasil, lengan harus diistirahatkan pada sebuah sling, dan reduksi spontan bisaanya terjadi dalam waktu 48 jam.

4. Tidak dibutuhkan control ke klinik ortopedi. KIE pada keluarga bahwa mereka jangan mengangkat anak mereka secara langsung dengan menarik lengannya.

15. Fraktur Olekranon

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh pada siku, juga karena kontraksi yang kuat pada otot trisep.

Manifestasi klinis : nyeri tekan local dan bengkak/bruising (memar) di daerah olekranon.

X ray : AP dan lateral siku. Terapi :

1. Jika tidak terdapat displacement dari fraktur, atau ada tapi minimal, pasang long arm back slab dan control ke klinik ortopedi setelah 5 hari.

2. Jika fraktur displaced, pasang long arm back slab dan MRS untuk M&R dibawah GA, KIV ORIF

16. Fraktur Radial Head/Neck

Mekanisme trauma : karena jatuh dengan tangan terulur atau hantaman langsung pada lengan bawah.

Manifestasi klinis : nyeri local dan nyeri tekan, dengan pembengkakan pada siku lateral.

X ray : AP dan Lateral sikuCatatan : Occult fracture dari radial neck/head mungkin hanya menunjukkan ‘positive posterior fat pad sign’ pada foto lateral (Gambar 3), selalu carilah tanda ini

Page 21: fraktur ekstrim atas

Terapi :1. Jika fraktur undisplaced, pasang long arm backslab dan control ke klinik ortopedi

setelah 5 hari.2. Jika fraktur displaced, pasang long arm back slab dan MRS ke bagian ortopedi

untuk M & R dibawah GA, KIV ORIF.

17. Fraktur Lengan Bawah

Mekanisme trauma : bisaanya karena trauma langsung, namun juga karena jatuh dengan tangan terulur.

Manifestasi klinis : Nyeri tekan dan pembengkakan lengan bawah, dengan deformitas jika fraktur displaced.

X ray : AP dan lateral view lengan bawahCatatan : Pastikan bahwa film menampakkan siku dan peregelangan tangan sehingga fraktur monteggia atau Galeazzi dapat dieksklusi. Jangan pernah memebrikan terapi pada single fore arm bone fracture sampai anda telah menyingkirkan fraktur-dislokasi yang tersebut di atas.1. Fraktur-dislokasi Monteggia adalah fraktur pada ulna disertai dengan dislokasi

radial head.Catatan : banyak gugatan hukum diajukan karena missed dx bowed ulna (green stick)!

2. fraktur-dislokasi Galeazzi adalah fraktur radius dengan dislokasi pada inferior radio-ulnar joint.

Komplikasi : cedera vascular atau compartment syndrome. Terapi :

1. untuk fraktur dengan minimal atau tidak ada displacement, pasang ong arm back slab dan rujuk ke klinik ortopedi setelah 3 hari.

2. Untuk fraktur displaced, lakukan M&R di bawah Bier Block.

18. Fraktur Colles

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh dengan tangan terulur. Manifestasi klinis : khas : Deformitas bentuk ‘dinner fork’ dengan nyeri tekan local. X ray : lateral (gambar 4a) dan AP (gambar 4b) pergelangan tangan. Komplikasi : malunion : delayed rupture dari M. Extensor pollicis longus; kompresi

nervus medianus; sudeck’s atrophy. Terapi reduksi :

1. pasang longitudinal traction untuk ‘disimpact’ fracture.2. Kemudian pasang flexion and ulnar deviation force pada fragmen menggunakan

jari atau ibu jari.3. Setelah reduksi pasang short arm backslab dengan posisi lengan bawah pronasi,

ulnar deviasi dan fleksi ringan pada pergelangan tangan.4. Jika X ray ulang menunjukkan reduksi yang memuaskan, pasang sling

dansarankan px untuk mobilisasi bahu, siku dan jari. Disposisi:

1. jika reduksi memuaskan : control ke klinik ortopedi dalam 2 hari.2. Jika fraktur terbuka atau intraartikular, MRS ke bagian ortopedi untuk M&R

dibawah GA atau ORIF.

Page 22: fraktur ekstrim atas

19. Fraktur Smith’s (Reverse Colle’s)

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh pada punggung tangan, dan fragmen distal miring ke depan.

Manifestasi klinis : nyeri tekan local, bengkak dan deformitas. X ray : AP (gambar 5a) dan lateral (gambar 5b) dari pergelangan tangan. Terapi :

1. Reduksi di bawah Bier’s block, jika fraktur tertutup dan bukan intraartikular.2. Membutuhkan monitoring tanda vital dan EKG

Teknik reduksi :1. traksi dengan lengan pada posisi supinasi sampai dis-impaksi tercapai.2. Aplikasikan tekanan ke arah dorsal dari fragmen.3. Pasang short arm volav slab dengan lengan bawah pada supinasi penuh,

pergelangan tangan pada posisi dorsiflexion dan siku dalam posisi ekstensi, kemudian pasang long arm backslab dengan siku fleksi 90o.

Disposisi : 1. Jika reduksi memuaskan control ke klinik ortopedi setelah 2 haru.2. Jika fraktur terbuka atau intraartikular, MRS ke bagian ortopedi untuk M & R

dibawah GA atau ORIF.

20. Fraktur Barton’s

Merupakan bentuk fraktur Smith dimana hanya bagian anterior radius yang terlibat. Mekanisme trauma : karena jatuh pada saat tangan terulur. Manifestasi klinis: nyeri tekan local, pembengkakan dan deformitas. X ray : foto AP dan lateral pergelangan tangan. Terapi : pasang short arm volar slab dan MRS pada bagian ortopedi untuk ORIF.

21. Fraktur Scaphoid (Carpal Navicular)

Mekanisme trauma :1. bisaanya karena jatuh pada posisi tangan terulur2. kadang karena ‘kickback’ ketika menggunakan ‘starting handle’, pompa atau

kompresor. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada tepi radial pergelangan tangan2. nyeri tekan pada anatomical snuffbox dan aspek ventral serta dorsal dari scapoid.

X ray : AP dan lateral view dari pergelangan tangan (gambar 7b), juga Scaphoid view (gambar 7a).Catatan : Scaphoid view harus dilakukan pada semua px dengan nyeri tekan pada ‘snuffbox’ area.

Komplikasi : nekrosis avaskular nekrosis/ non-union/osteoarthritis/suddeck’s atrophy.

Terapi :1. pada kasus fraktur scaphoid definitive : pasang scaphoid spica splint dan control

pada klinik ortopedi setelah 5 hari.

Page 23: fraktur ekstrim atas

2. Pada kasus dengan kecurigaan fraktur scapoid namun tidak ada gambaran fraktur pada X ray, maka paang scaphoid spica splint dan control pada klinik ortopedi setelah 10-14 hari.

22. Dislokasi Lunate

Mekanisme trauma : bisaanya karena jatuh dengan tangan yang terulur. Manifestasi klinis : nyeri tekan local dan bengkak X ray : AP dan lateral pergelangan tangan (gambar 8) Komplikasi : palsy nervus medianus/avaskularnekrosis/sudeck’s atrophy. Terapi :

1. Reduksi dibawah Bier’s Block 2. Monitor tanda vital dan EKG.

Teknik Reduksi1. Pasang traksi untuk mensupinasi pergelangan tangan2. Luruskan pergelangan tangan, pertahankan tarikan tersebut.3. Aplikasikan tekanan dengan ibu jari pada lunate.4. Fleksikan pergelangan tangan secepatnya ketika anda merasakan lunate masuk ke

dalam tempatnya.5. Pasang short arm back slab pada posisi pergelangan tangan agak fleksi.

Disposisi1. bila reduksi berhasil, control ke klinik ortopedi setelah 2 hari.2. Jika percobaan reduksi tidak berhasil, pasang backslab dan MRS untuk ORIF

23. Dislokasi Perilunate

Mekanisme trauma : karena jatuh saat tangan terulur atau hantaman langsung pada tangan.

Manifestasi klinis : nyeri tekan local, bengkak, dan deformitas. X ray : AP dan oblique view dari metacarpal. Terapi :

1. Jika fraktur undisplaced, pasang short arm backslab dan control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.

2. Jika fraktur displaced, coba reduksi di bawah Bier’s block, diikuti dengan aplikasi backslab. Control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.

3. Jika fraktur melibatkan metacarpal neck, splint harus diluruskan diluar PIPJ dengan MCJP pada saat fleksi 90o. control ke klinik ortopedi dalam 2-3 hari.

24. Fraktur Rennett’s

Merupakan fraktur metacarpal ibu jari, dimana ada fragmen medial kecil dari tulang yang miring, namun tetap terhubung dengan ‘trapezium’.

X ray : AP dan Lateral view dari metacarpal ibu jari.Catatan : garis vertical fraktur melibatkan trapezo-metacarpal joint dan terdapat subluksasi proksimal dan lateral dari metacarpal ibu jari.

Page 24: fraktur ekstrim atas

Terapi : pasang scaphoid thumb spica backslab dan MRs pada bagian hand surgey untuk ORIF.

25. Fraktur Phalang proksimal dan tengah dari jari

Jika fraktur displaced, lakukan M&R dengan Entonox atau digital block. Kemudian pasang alumunium splint, dari bagian pergelangan tangan sampai ke

ujung jari, dengan MCJP pada posisi fleksi 90o dan IPJ diluruskan. Jika fraktur undisplaced, pasang alumunium splint tanpa M&R.

26. Fraktur Phalang terminalis

Terapi cedera jaringan lunak harus diutamakan. Fraktur tertutup : tidak butuh M&R; pasang short alumunium splintpada bagian

posterior jari. Fraktur terbuka (hanya pada bagian terminal tuft) :

1. Irigasi dengan saline minaml 500ml.2. berikan IV Cefazolin 1 g dalam 1 jam sejak kedatangan px, sebelum

dilakukannya X ray.3. pasang short alumunium splint pada bagian posterior, control ke klinik Hand

surgery dalam 3 hari. Fraktur terbuka (shaft atau basis) : berikan antibiotik IV seperti diatas, pasang kassa

atau alumunium splint dan MRS ke bagian Hand surgery untuk ORIF.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

Page 25: fraktur ekstrim atas

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu

diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat

memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan

sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

a. Pengumpulan Data

1) Anamnesa

a) Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien

digunakan:

Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

Page 26: fraktur ekstrim atas

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut

sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian

tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme

terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s

yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk

menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt

beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes

menghambat proses penyembuhan tulang

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

Page 27: fraktur ekstrim atas

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan

kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

f) Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995).

g) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya

kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan

kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan

obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,

pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya

dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.(Ignatavicius,

Donna D,1995).

Pola Nutrisi dan Metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C

dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi

terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab

Page 28: fraktur ekstrim atas

masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi

yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar

matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah

muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga

menghambat degenerasi dan mobilitas klien.

Pola Eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola

eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,

konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.

Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya,

warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada

kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat. Semua klien fraktur

timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat

mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,

pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur

(Doengos. Marilynn E, 2002).

Pola Aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua

bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu

banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah

bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada

beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur

dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995).

Page 29: fraktur ekstrim atas

Pola Hubungan dan Peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

Pola Persepsi dan Konsep Diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)

(Ignatavicius, Donna D, 1995).

Pola Sensori dan Kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada

bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul

gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan.

Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur (Ignatavicius, Donna

D, 1995).

Pola Reproduksi Seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan

hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan

keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu

juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah anak, lama

perkawinannya (Ignatavicius, Donna D, 1995).

Pola Penanggulangan Stress

Page 30: fraktur ekstrim atas

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,

yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya.

Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif.

Pola Tata Nilai dan Keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan

beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini

bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

b. Pemeriksaan Fisik

Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk

mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu

untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana

spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih

mendalam.

a) Gambaran Umum

Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,

seperti:

(a) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis

tergantung pada keadaan klien.

(b) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan

pada kasus fraktur biasanya akut.

(c) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi

maupun bentuk.

Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

Sistem Integumen, Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma

meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

Page 31: fraktur ekstrim atas

Kepala, Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada

penonjolan, tidak ada nyeri kepala.

Leher, Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek

menelan ada.

Muka, Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.

Mata, Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena

tidak terjadi perdarahan)

Telinga, Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada

lesi atau nyeri tekan.

Hidung, Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut dan Faring, Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi

perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

Thoraks, Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

Paru

Jantung

Abdomen

b) Keadaan Lokal

Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama

mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5 P yaitu Pain,

Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada sistem

muskuloskeletal adalah:

(1) Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

Page 32: fraktur ekstrim atas

(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti

bekas operasi).

(b) Cape au lait spot (birth mark).

(c) Fistulae.

(d) Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau hyperpigmentasi.

(e) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang

tidak biasa (abnormal).

(f) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)

(g) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)

(2) Feel (palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki

mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan

pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa

maupun klien.

Yang perlu dicatat adalah:

(a) Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.

Capillary refill time Normal 3 – 5 “

(b) Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema

terutama disekitar persendian.

(c) Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3

proksimal, tengah, atau distal).

Otot: tonus pada waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang

terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga

Page 33: fraktur ekstrim atas

diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat

benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,

pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan

ukurannya.

(3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan

dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat

keluhan nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu,

agar dapat mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan

sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai

dari titik 0 (posisi netral) atau dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini

menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.

Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif.

(Reksoprodjo, Soelarto, 1995)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai

berikut:

Page 34: fraktur ekstrim atas

a. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan

lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera

vaskuler, edema, pembentukan trombus)

c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan

membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi

restriktif (imobilisasi)

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d

kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,

kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada

(Doengoes, 2000)

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan

lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.

Tujuan: Klien mengataka nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan

tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat

dengan tepat, menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan

aktivitas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

Intervensi Keperawatan:

Page 35: fraktur ekstrim atas

Pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,

bebat dan atau traksi.

Rasional : Mengurangi nyeri dan mencegah malformasi.

Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.

Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri.

Lakukan dan awasi latihan gerak pasif/aktif.Rasional : Mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler.

Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi)Rasional : Meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersional)Rasional : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama.

2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera

vaskuler, edema, pembentukan trombus)

Tujuan: Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral

hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif

Intervensi Keperawatan

Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan jari/sendi distal cederaRasional : Meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.

Hindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat/spalk yang terlalu ketat.Rasional : Mencegah stasis vena dan sebagai petunjuk perlunya penyesuaian keketatan bebat/spalk.

Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya sindroma kompartemen.

Page 36: fraktur ekstrim atas

Rasional : Meningkatkan drainase vena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.

3. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan

membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)

Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan

kriteria klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam

batas normal

Intervensi Keperawatan Instruksikan/bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.

Rasional : Meningkatkan ventilasi alveolar dan perfusi.

Kolaborasi pemberian obat antikoagulan (warvarin, heparin) dan kortikosteroid sesuai indikasi.Rasional : Mencegah terjadinya pembekuan darah pada keadaan tromboemboli. Kortikosteroid telah menunjukkan keberhasilan untuk mencegah/mengatasi emboli lemak.

Analisa pemeriksaan gas darah, Hb, kalsium, LED, lemak dan trombositRasional : Penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 menunjukkan gangguan pertukaran gas; anemia, hipokalsemia, peningkatan LED dan kadar lipase, lemak darah dan penurunan trombosit sering berhubungan dengan emboli lemak.

4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi

restriktif (imobilisasi)

Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional

meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian

tubuh menunjukkan tekhnik yang memampukan melakukan aktivitas.

Intervensi Keperawatan

Pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien.

Page 37: fraktur ekstrim atas

Rasional : Memfokuskan perhatian, meningkatakan rasa kontrol diri/harga diri, membantu menurunkan isolasi sosial.

Bantu latihan rentang gerak pasif aktif pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien.Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi.

Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi.Rasional : Mempertahankan posis fungsional ekstremitas.

5. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma

jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang

Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen

atau eritema dan demam.

Intervensi keperawatan

Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocolRasional : Mencegah infeksi sekunderdan mempercepat penyembuhan luka.

Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Hitung darah lengkap, LED, Kultur dan sensitivitas luka/serum/tulang).Rasional : Leukositosis biasanya terjadi pada proses infeksi, anemia dan peningkatan LED dapat terjadi pada osteomielitis. Kultur untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.

Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka.

Rasional : Mengevaluasi perkembangan masalah klien.

D. EVALUASI

o Nyeri berkurang atau hilang

Page 38: fraktur ekstrim atas

o Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer

o Pertukaran gas adekuat

o Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

o Infeksi tidak terjadi

o Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada

kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow

kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang

ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.