G09dhi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    1/33

    REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI

    BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA

    DADANG HIDAYAT

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2009

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    2/33

    ABSTRAK

    Dadang Hidayat. Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan ReduktorBatubara. Dibimbing oleh Dondin Sajuthi dan Idrus Bambang Iryanto.

    Bijih besi banyak ditemukan di Indonesia. Permasalahan energi yang dihadapi industri

    baja nasional dapat diatasi dengan menggunakan reduktor batubara. Indonesia merupakansalah satu negara yang memiliki cadangan batubara, yaitu sekitar 38,8 milyar ton.

    Penelitian ini bertujuan melakukan pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam batuanbesi dengan benefisiasi, memperoleh suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit, danmembandingkan hasil reduksi antara penambahan kapur dan penambahan bentonit.

    Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu preparasi sampel, analisis bijih besi (meliputisilikat, Fe total, dan Fe

    2+), pembuatan besi spons (reduksi bijih besi), analisis besi spons

    (meliputi Fe total dan Fe metal), analisis komposisi kimia dari kapur dan bentonit(meliputi CaO, MgO, silikat), dan analisis batubara (meliputi kadar air, volatile matter(vm), kadar fixed carbon (fc), dan kadar abu). Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan maka diperoleh bahwa kadar silikat menurun setelah dilakukan benefisiasi,

    yaitu 5.90% menjadi 2.69% sehingga kadar Fe total dapat meningkat, yaitu 56.70%menjadi 64.51%. Batubara yang digunakan termasuk jenis sub-bituminus dengan kadarfixed carbon 47.19% karenanya cukup efektif untuk proses reduksi. Penambahan bentonitberfungsi sebagai perekat sehingga pelet yang diperoleh lebih baik (cukup keras) dan

    kadar metalisasi lebih tinggi dibandingkan penambahan kapur dengan persen metalisasiberturut-turut, yaitu 82.11% dan 80.63%. Suhu optimum yang diperoleh untuk mereduksi

    bijih besi laterit dari bayah berkisar antara 1000 o

    C dan 1100 o

    C. Bijih besi laterit daribayah cukup dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif untuk produksi baja.

    ABSTRACT

    Dadang Hidayat. Laterit Iron Ore Reduction from Bayah, Banten Province with CoalReductor. Supervised by Dondin Sajuthi and Idrus Bambang Iryanto.

    Iron ore is one of the most usually found metal in Indonesia. The energy problemsfaced by the national steel industry can be reduced by using coal reductor. Indonesia is acountry which has coal reserves at least 38.8 billion tons. The objectives of this researchare to enrich laterite iron ore in iron rock with benefiziation, to get optimum temperatureof laterite iron ore rediction, and to compare the final reduction result between calciteand bentonite addings. This research covers several stages, includes sample preparation,iron ore analysis (includes silicate, total Fe, and Fe

    2+), spons iron producing (iron ore

    reduction), spons iron analysis (includes total Fe and metal Fe), calcite and bentonitechemical composition analysis (includes CaO, MgO, and silicate), and coal analysis(includes moisture contain, volatile matter (vm), fixed carbon (fc) contain, and ash

    contain). Based on the results of the research is that the silicate content decreased afterthe benefiziation from 5.90% to 2.69%, which total Fe content has been increased from56.70% to 64.51%. The used coal was a type of sub-degree bituminus with 47.19% fixedcarbon which it was quite effective for reduction process. The function of the bentonitaddings was as a sticker which can make the pellet was more better and made themetalization contain was higher than the calcite addings with respectively percentage are82.11% and 80.63%. The range of optimum temperature of the iron ore laterit reductionfrom bayah is 1000

    oC to 1100

    oC. Laterit iron ore from bayah could be used as alternative

    raw materials for steel production.

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    3/33

    REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI

    BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA

    DADANG HIDAYAT

    Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains pada

    Departemen Kimia

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2009

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    4/33

    Judul : Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan ReduktorBatu bara

    Nama : Dadang HidayatNIM : G44052926

    Menyetujui:

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D Idrus Bambang Iryanto, STNIP 19541027 19767603 1 001 NIK 6495

    Mengetahui:Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Pertanian Bogor

    Dr. drh. Hasim, DEA

    NIP 19610328 198601 1 002

    Tanggal Lulus:

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    5/33

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    6/33

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 23 Januari 1987 dari pasangan H. Dulmukindan Hj. Desy Rohayati sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menjalankan

    pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).Tahun 2002 sampai 2005 di SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon. Tahun 2005,penulis melanjutkan studi di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

    Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2008 di PT Krakatau Steel, Cilegondengan judul laporan adalah proses percobaan pembuatan besi spons dari scale wire rodmill. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kampus antara lain DewanKeluarga Mushala As-Shaf Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun

    2005/2006, Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Banten tahun 2005/2006,Forum for Scientific Studies tahun 2005/2007, Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah(hubungan luar dan pengembangan sumber daya manusia) tahun 2005/2007, IkatanMahasiswa Kimia IPB tahun 2006/2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga

    Mahasiswa IPB Departemen Sosial dan Lingkungan tahun 2007/2008, kepengurusanasrama Sylvasari IPB (pengembangan sumber daya manusia, pertahanan dan keamanan,koperasi, dan pecinta alam) tahun 2006/2008.

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    7/33

    DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viiiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. viii

    PENDAHULUAN............................................................................................ 1

    TINJAUAN PUSTAKABijih Besi dan Besi Laterit................................................................................. 1

    Benefisiasi dan Pembuatan Pelet........................................................................ 2Reduksi Bijih Besi..2

    Reduksi Langsung dengan Reduktor Padatan dan Gas..................................... 2Batu bara............................................................................................................ 2Batu Kapur dan Bentonit.................................................................................... 3Tinjauan Kinetika Reduksi................................................................................. 4X-Ray Fluorescence Spectrofotometer dan Carbon/Sulfur Determinator......... 4

    BAHAN DAN METODEBahan dan Alat................................................................................................... 5Lingkup Penelitian............................................................................................. 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengkayaan Kandungan Bijih Besi Laterit dengan Benefisiasi......................... 7Pengaruh Suhu Pada Persen Reduksi Bijih Besi Laterit.................................... 8Pengaruh Suhu Pada Persen Metalisasi Bijih Besi Laterit................................. 9Perbandingan Penambahan Kapur dan Bentonit................................................ 10

    SIMPULAN DAN SARANSimpulan ............................................................................................................ 11Saran................................................................................................................... 11

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11

    LAMPIRAN.............................................................................................................. 13

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    8/33

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Diagram kesetimbangan gas CO dan CO2untuk reduksi bijih besi.. 4

    2 Pengaruh suhu pada persen reduksi bijih besi laterit dari Bayah.......................... 8

    3 Pengaruh suhu pada persen karbon setelah proses reduksi

    bijih besi laterit dari Bayah.................................................................................... 9

    4 Pengaruh suhu pada persen metalisasi bijih besi laterit dari Bayah...................... 10

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Bahan baku dan hasil percobaan............................................................................ 14

    2 Alat yang digunakan dalam percobaan .15

    3 Diagram alir reduksi bijih besi ..16

    4 Diagram alir benefisiasi......................................................................................... 17

    5 Rumus-rumus perhitungan pada metode analisis..18

    6 Data hasil pengujian ......................................................................19

    7 Contoh perhitungan................................................................................................ 21

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    9/33

    2

    PENDAHULUAN

    Bijih besi merupakan komoditi tambang

    yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

    baja. Bijih besi banyak ditemukan di

    Indonesia, namun bahan baku baja masihdidatangkan dari luar negeri. Berdasarkan BEI

    News (2005), Cina menggunakan bahan bakubaja tertinggi di dunia, yaitu 16.7% pada

    tahun 2000. Bahan baku baja yang digunakan

    sebanyak 141.2 juta ton akan tetapi dua tahun

    kemudian langsung melonjak menjadi 211.2

    juta ton. Produksi baja di Cina meningkat

    setiap tahunnya. Tahun 2003 sampai 2005,

    produksi baja di Cina berturut-tutut adalah

    220, 300, dan 350 juta ton. Konsumsi baja di

    Indonesia menurut harian umum pelita (2009),

    tahun 1997 sampai 2000 adalah 36, 13, 14 ,

    dan 26 kilogram per kapita yang mengalamipenurunan pada tahun 1998 akibat krisis

    ekonomi. Negara lain seperti Filipina,

    Thailand, Malaysia, Jepang, AS, dan Korea

    Selatan berturut-turut adalah 44, 111, 274,

    635, 472, dan 846 kilogram per kapita pada

    tahun 2000. Berdasarkan analisis internalyang dikeluarkan PT Krakatau Steel (KS),

    konsumsi baja canai panas pada tahun 2007

    mencapai sekitar 2,91 juta ton dengan asumsi

    peningkatan 10%, pada tahun 2008 konsumsi

    baja domestik akan menyentuh 3.25 juta ton.

    Kenaikan harga bahan baku baja di pasar

    internasional, memicu pemerintah dan parakuasa pertambangan (KP) untuk mulai

    memanfaatkan bahan baku lokal. Menurut

    Sutisna (2007), ada empat jenis cebakan bijih

    besi di Indonesia, yaitu skarn, placer, laterit,dan sedimen. Cebakan laterit jumlahnya

    paling melimpah, yaitu mencapai 1 miliar ton,

    sedangkan cebakan bijih besi skarn, placer,

    dan sedimen berturut-turut hanya mencapai

    15, 159, dan 1 juta ton. Cebakan ini juga

    mengandung karbonat, silikat, besi, hematit,dan magnetit sehingga kadar besinya rendah,

    yaitu hanya 40-60%. Bahan baku lokal berupa

    bijih besi laterit dapat dijadikan pelet yangakan direduksi menjadi besi spons.

    Pemanfaatan bijih besi lokal ini dapat

    mengurangi biaya produksi sehingga hargajual bajanya dapat bersaing.

    Kenaikan harga tersebut diakibatkan

    naiknya harga iron ore pellet dan minyak

    mentah yang terus meningkat membuat harga

    bahan baku dan biaya produksi baja menjaditinggi. Salah satu penyebab kenaikan biaya

    produksi baja adalah tingginya harga impor

    bahan bakupelet. Selain itu teknologi berbasis

    gas yang digunakan saat ini sepertiHojalata Y

    Lamina (HYL) I dan HYL III (dengan

    kapasitas kurang lebih 2 juta ton besi spons

    per tahun) semakin tidak kompetitif untukdioperasikan. Permasalahan energi yang

    dihadapi industri baja nasional dapat diatasi

    dengan menggunakan reduktor batu bara.

    Menurut Raharjo (2006), Indonesiamerupakan salah satu negara yang memiliki

    cadangan batu bara sekitar 38.8 miliar tondengan 70% batu bara muda dan 30% batu

    bara kualitas tinggi.

    Penelitian ini bertujuan melakukan

    pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam

    batuan besi dengan benefisiasi, memperoleh

    suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit,

    dan membandingkan hasil reduksi antara

    penambahan kapur dan penambahan bentonit.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bijih Besi dan Besi Laterit

    Mineral merupakan bahan-bahan

    anorganik alam yang ditemukan dalam kerak

    bumi sedangkan mineral yang digunakan

    sebagai sumber untuk produksi bahan-bahan

    secara komersial disebut bijih besi (Keenan etal.1992). Bijih besi dapat berupa karang keras

    sekali, butiran kecil, dan tanah yang gembur

    dengan warna yang beragam dari hitam

    hingga merah bata. Besi adalah suatu logam

    yang sangat kuat dan keras. Namun,

    kekerasannya tidak melebihi nikel dan kobalt

    sehingga perlu diberi zat aditif atau dibentukpaduan logam dengan nikel, kobalt, atau

    logam lain (Meyer 1980).

    Besi laterit merupakan jenis cebakan

    endapan residu yang dihasilkan dari prosespelapukan batuan dengan melibatkan

    dekomposisi, pengendapan kembali, dan

    pengumpulan secara kimiawi. Bijih besi tipe

    laterit umumnya terdapat di daerah puncak

    perbukitan dengan kemiringan

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    10/33

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    11/33

    3

    yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan

    oksigen. Karakteristik batu bara tipebituminus (A, B, C, dan D) dapat dilihat pada

    Tabel 1,

    Tabel 1 Karakteristik batu bara (Grigoreet al. 2007)

    Batu bara A B C D

    Analisis Proksimat (%)

    Kadar air 2.4 2.5 1.4 1.1

    Kadar abu 5.6 7.7 7 9.8

    Zat terbang 28.9 26.2 21.3 20.2

    Karbon tetap 65.5 66.1 71.7 70

    Analisis Abu (%)

    SiO2 61.4 53.6 56.9 48.3

    Al2O3 28.3 28.4 18.3 37.9

    Fe2O3 4.3 7.6 12.8 5.3CaO 1.3 3 3.7 2.5

    MgO 0.34 0.95 1.6 0.58

    TiO2 1.5 1.4 1.1 1.4

    Na2O 0.3 0.57 0.45 0.65

    K2O 0.48 1 0.92 0.54

    P2O5 0.79 1.7 1.3 1.9

    Mn3O4

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    12/33

    4

    menghasilkan kekerasan sehingga melindungi

    pelet daritekanan tinggi.

    Tinjauan Kinetika Reduksi

    Kinetika reaksi reduksi bijih besi adalah

    kecepatan besi oksida untuk bertransformasi

    menjadi logam besi dengan melepaskanoksigen. Kecepatan reaksi reduksi bijih besi

    ditentukan oleh tinggi rendahnya kemampuanbijih besi tersebut untuk direduksi yang

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

    ukuran partikel, bentuk dan distribusi ukuran

    partikel, bobot jenis,porosity, struktur kristal,

    serta komposisi kimia (Ross 1980). Kinetika

    reduksi langsung menggunakan reduktor batu

    bara dipengaruhi oleh kombinasi beberapa

    mekanisme, yaitu perpindahan panas,

    perpindahan massa oleh konveksi, difusi fase

    gas, serta reaksi kimia dengan gasifikasi

    karbon. El-Geassy et al. (2007) menjelaskanbahwa ada banyak faktor yang memengaruhi

    reduksi besi oksida seperti komposisi bahan

    baku, basisitas, komposisi gas, dan suhu

    reduksi. Pengaruh komposisi gas terjadi pada

    perubahan volume dari besi oksida pada suhu

    800-1100oC.

    Reaksi batu bara dan bijih besi

    merupakan suatu sistem yang kompleks.

    Perubahan dalam reaksi sangat dipengaruhi

    oleh parameter perpindahan panas yang

    meliputi ukuran, bentuk, bobot jenis partikel

    dan kecepatan aliran panas. Perpindahan

    panas yang terjadi dalam proses reduksiadalah perpindahan panas secara konduksi.

    Proses konduksi adalah perpindahan panas

    melalui zat padat. Dalam sistem reduksi

    langsung dengan karbon, mekanismeperpindahan panas yang paling berpengaruh

    adalah adalah konduksi dan konveksi (Sun

    1998). Proses konduksi sangat bergantung

    pada suhu proses, sifat padatan dan fase gas

    yang terjadi sehingga nilai konduktifitas panas

    padatan merupakan salah satu hal pentingdalam proses reduksi Konduktivitas panas

    yang tinggi akan meningkatkan kecepatan laju

    reaksi (Milandia 2005).Perpindahan massa terjadi karena adanya

    gas CO dari batu bara yang bereaksi dengan

    bijih besi membentuk logam besi (Fe),sehingga oksigen dilepaskan dari bijih besi

    tersebut dan karbon (C) akan bereaksi dengan

    karbon dioksida (CO2) untuk membentuk CO.

    Aliran gas CO yang menyebabkan proses

    konveksi dan difusi dipengaruhi olehperbedaan tekanan dan konsentrasi gas dalam

    sistem sehingga perpindahan massa dapat

    berjalan baik (Milandia 2005).

    Seki dan Nagata (2006) menjelaskan

    bahwa besi oksida yang berisi karbon dapat

    direduksi pada suhu lebih rendah. Penurunan

    suhu ketika reduksi bijih besi dengan karbonterjadi saat peningkatan efisiensi energi dan

    karbon sebagai CO2. Reaksi kimia yang

    terjadi pada proses reduksi langsung bijih besi

    dengan reduktor batu bara meliputidevolatilisasi batu bara, reduksi bijih besi

    dengan gas, dan gasifikasi arang batu bara(char). Devolatilisasi batu bara mulai terjadi

    lebih awal pada suhu rendah dengan laju

    reaksi lebih cepat dari reaksi reduksi bijih besi

    maupun gasifikasi arang batu bara.

    Kesetimbangan reaksi dapat dilihat pada

    gambar 1.

    Gambar 1 Diagram kesetimbangan gas CO

    dan CO2 untuk reduksi bijih besi

    (Ross 1980).

    X-Ray F luorescence Spectrof otometer

    dan Carbon/Sulf ur Determinator

    Fluoresensi dan absorpsi sinar-X telah

    digunakan untuk analisis kualitatif dan

    kuantitatif penentuan unsur-unsur. Sumber

    sinar-X untuk keperluan analisis dapat berasaldari tabung sinar-X, radioisotop, dan sinar-X

    sekunder. Serapan sinar-X menimbulkan ion

    tereksitasi tingkat elektronik, saat kembali ke

    keadaan dasar akan melibatkan transisi tingkat

    energi yang lebih tinggi. Setelah beberapa

    saat, ion kembali ke keadaan dasar melaluiserangkaian transisi elektronik yang khas

    dengan memancarkan radiasi pada panjang

    gelombang yang sama dengan sinar yang

    menyebabkan eksitasi. Komponen alatnya

    adalah sumber sinar, pemilih panjang

    gelombang (filter), sel (tempat sampel),

    detektor atau tranduser, dan pemprosesan

    sinar dan luaran (Skoog et al. 1998).

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    13/33

    5

    Carbon/sulfur determinator merupakan

    alat untuk analisis bahan-bahan seperti batubara, semen, dan bijih-bijih mineral. Carbon

    determinator menggunakan suatu carbon

    infrared celluntuk menentukan persen karbon

    pada setiap sampel. Elemental Determinatorsitu dapat diatur dengan pilihan berikut:

    karbon, belerang rendah, belerang tinggi,belerang dan karbon rendah, belerang dan

    karbon tinggi, belerang rendah dan belerang

    tinggi, dan cakupan rangkap (karbon dan

    belerang rendah dan belerang tinggi) (Labfit

    2008). Carbon/sulfur determinator

    menggunakan cawan khusus untuk analisisnya

    sehingga dipanaskan dahulu di dalam tungku

    perapian pada suhu yang tinggi antara 1250C

    dan 1350C (Eltra 2005).

    BAHAN DAN METODE

    Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah bijih besi dari Bayah,

    H2O2 30%, HF 38-40%, K2S2O7, SnCl2 10%,HgCl2 10%, larutan standar EDTA 0.1 M,indikator Fe (difenilamina sulfonat) 0.1%,

    larutan standar K2Cr2O7 0.1 N, indikator

    murexide, kapur, bentonit, Br2, TEA

    (trietanolamin), FeCl3 15%, dan batu bara.

    Gambar bahan baku dapat dilihat pada

    Lampiran 1.

    Alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini adalah alat-alat gelas, magnet,

    hot plate, mesin penggiling (labotary disk

    mill), mesin pengepresan briket (briquetting

    press machine), spektrofotometer sinar-Xfluoresensi, tanur (furnace), cawan platina,

    kertas saring Whatman no. 41, cawan

    porselen, ayakan 150 mesh, neraca analitik,

    neraca kasar, sudip, bulp, oven, geockel glass,

    dan carbon/sulfur determinator. Gambar

    peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

    Lingkup Penelitian

    Penelitian ini meliputi beberapa tahap,yaitu preparasi sampel, analisis bijih besi

    (meliputi silikat, Fe total, dan Fe2+

    ),

    pembuatan besi spons (reduksi bijih besi),analisis besi spons (meliputi Fe total dan Fe

    metal), analisis komposisi kimia dari kapur

    dan bentonit (meliputi CaO, MgO, silikat),

    dan analisis batu bara (meliputi kadar air,

    volatile matter (VM), kadar fixed carbon(FC), dan kadar abu). Metode analisis

    mengacu pada American Society for Testing

    and Materials(ASTM) tahun 2003 sedangkan

    diagram alir penelitian dapat dilihat pada

    Lampiran 3.

    Preparasi SampelBatuan besi yang mengandung bijih besi

    laterit dikeringkan dalam oven, didinginkan,

    digiling halus, dan diayak dengan ayakan

    ukuran 150 mesh. Bijih besi hasil pengayakan

    dikocok agar homogen. Selanjutnya dilakukananalisis komposisi kimia menggunakan x-ray

    fluoresence (XRF) spektrofotometer danmetode basah sehingga didapatkan data

    komposisi kimia yang terkandung dalam

    sampel sebelum dilakukan benefiasi.

    Benefiasi dilakukan pada sampel melalui

    pencucian berulang menggunakan air dan

    deterjen dengan bantuan magnet, lalu

    dilakukan analisis komposisi kimia kembali

    menggunakan XRF spektrofotometer dan

    metode basah. Diagram alir proses benefisiasi

    dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Reduksi Bijih Besi

    Bijih besi yang telah digiling lalu diayak

    ukuran yang lolos 150 mesh. Campuran hasil

    gilingan (yang lolos dari ayakan 150 mesh)

    dengan batu bara dan kapur yang halus lalu

    diaduk hingga homogen. Campuran tersebutditambahkan air sehingga dapat dilakukan

    pembuatan pelet secara manual lalu

    dikeringkan. Masukkan pelet yang sudah

    kering dalam tanurpada suhu 800, 900, 1000,

    1100 dan 1200oC selama 60 menit. Besi

    spons didinginkan pada suhu kamar, digiling

    sampai 150 mesh, lalu dilakukan uji Fe metaldan Fe total.

    Standardisasi Kalium Dikromat

    Sebanyak 0.3 gram Fe standar (61.09%)ditambah HCl pekat hingga larut sempurna

    kemudian ditambahkan akuades 200 ml lalu

    dipanaskan hingga mendidih ldan reduksi

    dengan SnCl2 10% hingga jernih. Sebanyak

    15 ml HgCl2 10% dan 10 ml H3PO4 85%

    ditambahkan pada larutan kemudianditambahkan indikator Fe 0.1%, lalu titrasi

    dengan larutan standar K2Cr2O7 hingga

    berwarna ungu. Catat volume K2Cr2O7 yangdigunakan. Rumus perhitungan pada

    Lampiran 5.

    Analisis Fe Total

    Sebanyak 0.3 sampel ditimbang dengan

    neraca analitik lalu dimasukkan dalam

    erlenmeyer. Sampel dilarutkan dengan 25 ml

    larutan HCl pekat. Setelah sampel larut,kemudian encerkan dengan akuades sebanyak

    200 ml dan dididihkan hingga menimbulkan

    gelembung. Reduksi dengan beberapa tetes

    SnCl2 10% hingga tidak berwarna lalu

    didinginkan pada suhu kamar. Sebanyak 15

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    14/33

    6

    ml HgCl2 10% dan 10 ml H3PO4 85%

    ditambahkan pada sampel, indikator Feditambahkan lalu dititrasi dengan larutan

    standar K2Cr2O7 hingga berwarna ungu.

    Volume K2Cr2O7 yang digunakan dicatat.

    Rumus perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis Fe2+

    Ditimbang dengan teliti 0.5 sampel lalu

    dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml

    NaHCO3 10%, dan 25 ml HCl pekat

    ditambahkan. Erlenmeyer ditutup dengan

    geockel glass yang berisi NaHCO3 10%,

    kemudian sampel dipanaskan sampai larut

    sempurna, lalu didinginkan perlahan dan

    geockel glass dibiarkan berada pada

    tempatnya hingga dingin. Geockel glass

    dibuka, ditambahkan 10 ml H3PO4, dan 5 tetes

    indikator Fe 0.1%. Titrasi dilakukan denganlarutan standar K2Cr2O7 0.1 N sampai terjadi

    perubahan warna dari hijau menjadi ungu.

    Rumus perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis Fe metal

    Sebanyak 0.2 sampel ditimbang denganneraca analitik, sampel dimasukkan dalam

    labu takar 200 ml. Larutan FeCl3sebanyak 50

    ml ditambahkan dan gas argon dialirkan

    dalam labu takar. Labu takar langsung ditutup

    lalu diaduk dengan pengaduk magnetik

    selama 55 menit. Setelah itu, ditambahkan

    larutan NH4Cl sedikit melewati tanda tera,kocok hingga homogen. Larutan diambil 100

    ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250

    ml. Sebanyak 20 ml campuran asam

    fosfat:sulfat dan indikator Fe ditambahkanpada larutan. Titrasi dilakukan dengan larutan

    standar K2Cr2O7 sampai terjadi perubahan

    warna dari tak berwarna menjadi ungu.

    Rumus perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis SilikatSebanyak 1.0 sampel (G) ditimbang lalu

    dimasukkan dalam gelas piala 400 ml, sampel

    dilarutkan dengan HCl pekat dan ditutupdengan kaca arloji. Sampel dipanaskan hingga

    larut kemudian ditambahkan beberapa tetes

    H2O2 lalu dipanaskan sampai kering, dandidinginkan. Sebanyak 50 ml larutan HCl

    ditambahkan dan dipanaskan sampai larut lalu

    diencerkan dengan akuades kemudian larutan

    dididihkan. Endapan disaring dengan kertas

    Whatman no. 41 dalam 500 ml labu takar,endapan dicuci dengan akuades lalu

    dimasukkan endapan dan kertas saring dalam

    cawan platina. kertas saring dipijarkan dalam

    tanur pada suhu 1000oC kemudian ditimbang

    (A). Endapan diberi sedikit akuades lalu

    ditambahkan HF dua kali dan dipijarkan pada

    suhu 1000oC, didinginkan, dan ditimbang

    (B). Sisa residu dalam cawan platina

    dilarutkan dengan HCl pekat dan ditambahkan

    sedikit akuades, dipanaskan hingga larut, lalu

    dimasukkan dalam labu takar. Larutandiencerkan dengan akuades hingga tanda tera,

    residu pada labu takar digunakan untukanalisis Fe total, CaO, dan MgO. Rumus

    perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis CaO

    Filtrat yang diperoleh pada penentuan

    SiO2diencerkan dengan akuades sampai tanda

    tera dan dikocok sampai homogen, kemudian

    diambil sebanyak 100 ml menggunakan pipet

    volumetrik, lalu dimasukkan kedalam gelas

    piala. Filtrat ditambahkan 5 ml TEA

    (trietanolamin), dan 1 ml KCN. KOHditambahkan hingga pH 13, kemudian

    ditambahkan indikator murexide, dititrasi

    dengan EDTA 0.1 M hingga berwarna violet.

    Rumus perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis MgOLarutan yang sama (filtrat CaO di atas),

    ditambahkan HCl pekat hingga jernih,

    ditambahkan amonia pekat hingga pH 10,

    ditambahkan indikator EBT (eriochrome

    black-T) dan dititrasi dengan EDTA 0.1 M

    terjadi perubahan warna dari merah menjadi

    biru. Rumus perhitungan pada Lampiran 5.

    Analisis kadar AirWadah yang konstan ditimbang (A),

    kemudian wadah dan sampel ditimbang (B),lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 100 C

    sampai bobot konstan. Sampel didinginkan,

    kemudian ditimbang (C). Rumus perhitungan

    pada Lampiran 5.

    Analisis Hilang PijarCawan kosong yang telah konstan

    ditimbang (A), kemudian cawan kosong dan

    sampel (1-4) ditimbang (B), lalu dipijarkandalam tanur pada suhu 1000 C selama 24

    jam (semalam) atau sampai bobot konstan.

    Sampel didinginkan dalam eksikator,kemudian ditimbang (C). Rumus perhitungan

    pada Lampiran 5.

    Analisis Volati le Matter

    Cawan kosong dan koach yang telahkonstan ditimbang (A). Cawan kosong, koach,

    dan sampel (1-3) ditimbang (B). Sampel

    dipijarkan dalam tanur pada suhu 1000 C

    selama 8 menit, lalu didinginkan dalam

    eksikator, kemudian ditimbang (C).

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    15/33

    7

    Penentuan Fixed CarbonPenentuan fixed carbon dari batu bara

    berdasarkan selisih antara hasil perhitungan

    hilang pijar dan volatile matter.

    Penentuan Kadar AbuPenentuan kadar abu dari batu bara

    berdasarkan selisih antara total persentase(100%) dan hasil perhitungan hilang pijar.

    Analisis dengan Alat X-RayFlouresence

    Spectrofotometer

    Sampel dalam wadah pipa paralon dipress

    dengan mesin pengepresan briket pada

    tekanan 35 ton. Sampel ditempatkan pada

    wadah analisis lalu ditutup rapat. Nama dan

    kode sampel dimasukkan, tombol F1 ditekan

    sehingga diperoleh hasil analisis tentang

    komposisi kimia dalam bentuk persen padalayar.

    Analisis dengan Alat Carbon/Sulfur

    Determinator

    cawan yang kosong pada ditimbang

    dengan timbangan dalam alat, kemudiansampel dimasukkan sebanyak 0.3, lalu

    ditambahkan katalisator secukupnya. Cawan

    dan sampel dimasukkan dalam tempat

    pembakaran sehingga data mengenai kadar

    karbon dan sulfur terlihat pada layar.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengkayaan Kandungan Bijih Besi

    Laterit dengan Benefisiasi

    Bijih besi yang berbentuk batuan harusdihilangkan jumlah air dari sampel supaya

    bobot yang diperoleh konstan. Kadar air yang

    diperoleh kecil, yaitu 1.03% karena air hanya

    terdapat pada bagian lapisan luar batuan besi.

    Menurut Harjadi (1986), air yang terikat

    secara fisik untuk menghilangkannyadiperlukan panas rendah sekadar untuk

    menguapkannya, umumnya suhu 100-105 C.

    Hasil analisis awal terdapat pada Lampiran 6baik dengan analisis metode XRF maupun

    analisis metode konvensional. Mulyaningsih

    (2005) menyatakan bahwa metode XRF lebihcepat dibandingkan metode konvensional,

    metode konvensional memerlukan beberapa

    tahapan analisis, sedangkan metode XRF

    hanya satu tahap analisis dan langsung

    dihasilkan analisisnya. Selain itu, metodekonvensional memiliki tingkat keakuratan

    hasilnya yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan metode XRF. Hal ini disebabkan

    metode XRF mempunyai kendala dalam

    karakteristik matrik sampel dan matrik

    standar. Standar yang digunakan dalam

    metode XRF maupun metode basah adalahiron ore yang sudah diketahui kadar Fe total

    maupun Fe metal dengan pasti (kode material

    standarnya euroMRC 685-1).

    Pada metode fluoresensi sinar-X, sampellogam atau spesimen batuan disinari oleh

    berkas sinar-X gelombang pendek. Berkas inidapat mementalkan sebuah elektron dari kulit

    elektron terdalam dari sebuah atom, dan untuk

    menggantikan elektron yang hilang ini,

    sebuah elektron lain dapat melompat dari

    salah satu kulit luar dan dengan demikian

    terbebas energi dalam bentuk sinar-X. Radiasi

    sinar-X sekunder atau pendaran

    (fluorescence) yang dihasilkan ini akan

    dipancarkan dengan panjang gelombang yang

    karakteristik dari atom yang bersangkutan,

    dan intensitas radiasi itu dapat digunakanuntuk memperkirakan banyaknya unsur di

    dalam sampel yang menimbulkan radiasi itu.

    Ini merupakan suatu contoh dari sejumlah

    metode uji yang disebut non-destruktif (tak

    merusak) (Basset et al.1994).

    Adanya unsur-unsur lain dalam jumlahyang cukup besar setelah dilakukan analisis

    metode XRF menandakan bahwa dalam bijih

    besi laterit tersebut masih terdapat banyak

    pengotor sehingga kadar Fe total kecil.

    Apabila kadar Fe total dari bijih besi kurang

    dari 63% maka perlu dilakukan proses

    benefisiasi. Proses ini digunakan untukmemisahkan antara mineral berharga dari

    pengotornya berdasarkan perbedaan sifat

    kemagnetan yang dimilki oleh mineral-

    mineral pada bijih besi. Dengan mengurangipengotor-pengotor tersebut, maka diharapkan

    akan didapatkan kadar Fe yang lebih tinggi.

    Fraksi ukuran yang digunakan adalah 150

    mesh karena mineral-mineral berharga yang

    terdapat pada bijih besi terjebak antara

    mineral-mineral pengotor yang lain.Hasil dari proses benefisiasi dapat

    dikelompokkan sebagai berikut: hasil

    benefisiasi yang banyak mengandung mineralberharga, hasil benefisiasi bijih besi yang

    banyak mengandung unsur pengotor dan hasil

    benefisiasi bijih besi yang masih cukupbanyak mengandung mineral berharga

    sehingga perlu dilakukan proses benefisiasi

    ulang. Ketika proses benefisiasi berlangsung,

    terdapat gaya yang bekerja antara lain: gaya

    magnet atau medan magnet yang ditimbulkanoleh pemisah magnet, gaya gravitasi, gaya

    sentrifugal, gaya gesek, gaya tarik atau tolak

    antar partikel.

    Proses benefisiasi (pengkayaan) dengan

    melakukan pencucian bijih besi

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    16/33

    8

    menggunakaan air dan deterjen serta

    pemisahan dengan magnet. Pencucianterutama digunakan untuk mengurangi jumlah

    unsur-unsur pengganggu yang terdapat pada

    bijih besi seperti silika. Setelah dilakukan

    proses benefisiasi, diperoleh kadar silikamenurun dari 5.90 menjadi 2.69%. Alasan

    digunakannya deterjen adalah sebagai zatyang mampu memperkecil tegangan

    permukaan dimana unsur-unsur pengganggu

    akan terikat pada deterjen dan menjaga tetap

    teremulsinya kotoran suatu pelarut. Proses

    benefiasi ini dilakukan berulang-ulang agar

    kotoran-kotoran pengganggu berkurang

    sehingga kadar Fe total dapat meningkat, yaitu

    56.70 menjadi 64.51%. Perhitungan kadar Fe

    total dapat dilihat pada Lampiran 7.

    Penentuan Fe total dengan metode basah

    menggunakan HCl pekat untuk melarutkanbesi oksida yang terkandung dalam bijih besi

    laterit. Ketika besi oksida larut sempurna

    terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

    coklat kemerahan. Air akuades untuk

    mengencerkan larutan besi oksida. Pada saat

    larutan mendidih, Fe3+

    akan direduksi menjadiFe

    2+ oleh larutan SnCl2 sehingga warna

    berubah menjadi tak berwarna. Penambahan

    larutan HgCl2 setelah larutan dingin untuk

    menangkap kelebihan Sn2+

    yang berubah

    menjadi Sn4+

    berdasarkan reaksi berikut,

    (Arthur 1979)

    2Fe3++ Sn2+ 2Fe2++ Sn4+

    Penambahan H3PO4 berfungsi

    mengaktifkan indikator Fe (difenilamina

    sulfonat) karena asam fosfat akan membentuk

    kompleks Fe3+

    sehingga berada dalam trayekperubahan indikator. Selanjutnya dititrasi

    menggunakan larutan kalium dikromat yang

    sudah distandardisasi. Pada titrasi tersebut

    akan terjadi proses oksidasi Fe2+

    menjadi Fe3+

    .

    Perubahan warna yang terjadi dari putih

    menjadi kehijauan kemudian ungu.Penentuan Fe

    2+didasarkan pada pelarutan

    dengan HCl pada kondisi ruang yang ditutup

    geockel glass untuk mencegah masuknyaoksigen sehingga tidak terjadi oksidasi Fe

    2+

    menjadi Fe3+

    . Penambahan H3PO4 berfungsi

    mengaktifkan indikator Fe karena asam fosfatakan membentuk kompleks Fe

    3+. Selanjutnya

    pada titrasi dengan larutan kalium dikromat

    akan terjadi proses oksidasi Fe2+

    menjadi Fe3+

    .

    Pengaruh Suhu Pada Persen Reduksi

    Bijih Besi Laterit

    Persen reduksi besi spons adalah

    banyaknya oksigen yang diambil atau hilang

    dari besi oksida oleh reduktor pada saat proses

    reduksi. Persen reduksi besi spons

    menunjukkan seberapa besar keberhasilan dari

    proses reduksi bijih besi melalui prosesreduksi langsung. Selain persen reduksi, untuk

    melihat kualitas besi spons digunakan juga

    persen metalisasi.

    Berdasarkan ilmu termodinamika,kenaikan suhu menyebabkan reaksi reduksi

    bijih besi akan cenderung berjalan ke arahkanan (membentuk produk [logam Fe]) atau

    berjalan lebih spontan. Sehingga reaksi

    reduksi bijih besi akan berjalan semakin baik

    pada setiap kenaikan suhu namun persen

    reduksi akan menurun yang ditunjukkan

    gambar 2 akibat perubahan gas langsung

    menjadi CO2.

    Gambar 2 Pengaruh suhu pada persen reduksibijih besi laterit dari Bayah

    Perpindahan massa yang terjadi dalam

    sistem reduksi langsung terdiri atas proses

    difusi dan konveksi. Proses konveksi yang

    disebabkan oleh aliran gas dalam sistem

    merupakan mekanisme perpindahan massa

    yang paling dominan dalam reduksi langsung

    (Sun 1999). Sebagian besar reaksi kimia yang

    terjadi selama reduksi bijih besi adalah reaksi

    endotermik. Suhu proses yang digunakan

    menentukan keberhasilan proses reduksi bijihbesi karena akan memengaruhi tingkat

    metalisasi dan persen reduksi dari besi spons

    yang dihasilkan (Sun 1999).

    Kenaikan suhu menyebabkan laju

    perpindahan panas antar partikel padatanmakin tinggi, karena konduktifitas panas

    padatan dan radiasi yang meningkat. Panas

    harus selalu tersedia untuk menjaga

    kelangsungan reduksi bijih besi. panas yang

    masuk digunakan pada proses gasifikasi

    karbon untuk menghasilkan gas CO yangberperan sebagai reduktor. Hal ini disebabkan

    karena gasifikasi karbon memiliki nilai energi

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    17/33

    9

    aktifasi yang tinggi karena reaksinya berjalan

    endotermik. Pelepasan oksigen dari besioksida dilakukan oleh gas CO yang dihasilkan

    dari reaksi gasifikasi karbon dengan gas CO2

    yang berjalan secara endotermik dengan

    persamaan (Perry 1984),C + O2CO2

    C + CO2 2COLaju gasifikasi karbon juga dipengaruhi

    oleh laju perpindahan massa gas oksida (CO2

    dan O2) untuk mengoksidasi karbon. Semakin

    tinggi suhu maka laju difusi dan konveksi gas

    oksida makin tinggi sehingga laju gasifikasi

    karbon juga meningkat. Peningkatan laju

    gasifikasi karbon akan meningkatkan

    konsentrasi gas reduktor yang menyebabkan

    konsumsi karbon sehingga jumlah karbon (%)

    akan berkurang yang ditunjukkan pada

    Gambar 3. Naiknya suhu maka padatankarbn memiliki kecenderungan yang kuat

    untuk menjadi CO, sehingga volume gas CO

    semakin besar dengan bertambahnya suhu.

    Pada suhu 800oC dan 900

    oC diperlukan

    persen gas CO yang lebih tinggi untuk

    mereduksi magnetit (Fe3O4) menjadi wustit(FeO) jika dibandingkan dengan suhu 1000oC, hal ini disebabkan reaksi reduksi magnetit

    menjadi wustit berjalan secara endotermik.

    Gambar 3 Pengaruh suhu pada persen

    karbon setelah proses reduksi

    bijih besi laterit dari Bayah

    Peningkatan konstanta laju gasifikasikarbon akan meningkatkan konsumsi karbon

    sehingga laju proses reduksi dan pembentukan

    CO2 dan H2O untuk gasifikasi karbon

    meningkat. Sehingga laju proses reaksi

    reduksi secara keseluruhan akan meningkat

    (Milandia 2005).

    Komposisi kimia batu bara dapat

    memengaruhi proses pembakaran dalam

    mereduksi bijih besi. Kandungan volatile

    matter (VM) memengaruhi kesempurnaanpembakaran dan intensitas api. Penilaian

    tersebut didasarkan pada rasio atau

    perbandingan antara kandungan karbon (fixed

    carbon) dengan zat terbang, yang disebutdengan nisbah bahan bakar (fuel ratio).

    Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlahkarbon di dalam batu bara yang tidak terbakar

    juga semakin tinggi. Jika perbandingan fuel

    ratio nilainya lebih dari 1.2 pengapian akan

    kurang baik karena kecepatan pembakaran

    menurun. Kadar abu tinggi berarti

    memengaruhi tingkat pengotoran tinggi.

    Kadar abu dalam percobaan ini 7.93% yang

    berarti pengotornya cukup tinggi. Kadar

    karbon yang diperoleh 47.19% karenanya

    dapat digolongkan ke dalam batu bara jenis

    sub-bituminus.Pada suhu 1000

    oC tersedia panas yang

    lebih tinggi untuk mereduksi magnetit

    menjadi wustit jika dibandingkan pada suhu

    900oC, sehingga kebutuhan persen gas CO

    lebih kecil. Pada suhu rendah (T

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    18/33

    10

    metalisasi akan naik namun turun pada suhu

    1000oC akibat jumlah CO berkurang setelah

    proses reduksi.

    Reaksi lambat ini terjadi karena gas

    reduktor (CO) yang dibutuhkan untuk reaksi

    reduksi bijih besi dan gasifikasi batu baratidak cukup karena batu bara telah

    terdevolatilisasi lebih awal sehingga gas COyang tersisa tidak mencukupi untuk reaksi

    lainnya. Secara umum, perubahan dari hematit

    menjadi magnetit, magnetit menjadi wustit

    dan wustit menjadi logam besi dengan reduksi

    langsung merupakan reduksi orde ke-1

    (Donskoi et al.2002).

    Ishizaki, Nagata, dan Hayashi (2007)

    menjelaskan bahwa penggabungan batu bara

    dengan bijih besi terjadi saat kondisi butiran

    dipanaskan mencapai suhu 800C. Di atas

    suhu ini, terjadi reduksi Fe3O4 menjadi FeOpada rentang suhu 800-1000 C kemudian

    FeO menjadi Fe pada suhu 1000 C-1250 C.

    Perubahan hematit menjadi logam besi (Fe)

    terjadi dalam tiga tahap, yaitu hematit menjadi

    magnetit, magnetit menjadi wustit dan wustit

    menjadi Fe. Hematit mulai tereduksi padasuhu 580

    oC dan mulai berakhir pada 670

    oC

    menggunakan gas CO dan H2 hasil

    devolatilisasi batu bara. Magnetit tereduksi

    pada suhu 670-870oC membentuk FeO

    menggunakan gas CO dan H2 hasil

    devolatilisasi dan CO yang berasal dari reaksi

    gasifikasi batu bara. FeO tereduksi pada suhu870-1200

    oC dengan gas CO hasil gasifikasi

    batu bara. Reaksi maksimum terjadi pada suhu

    950-1100oC. Hal ini disebabkan karena

    karbon sangat mudah teroksidasi pada suhu 800

    oC (Liu 2003).

    Penambahan kapur suhu 800 o

    C dan 900oC tingkat metalisasi bijih besi Bayah (19.45%

    dan 44.50%) dan penambahan bentonit

    (17.97% dan 43.78%) lebih rendah jika

    dibandingkan dengan tingkat metalisasi padasuhu 1000

    oC, yaitu 80.63% untuk

    penambahan kapur dan 82.11% untuk

    penambahan bentonit. Hal ini disebabkan olehlaju gasifikasi karbon pada suhu 800

    oC dan

    900oC berjalan lebih lambat karena masih

    terdapat jelaga jika dibandingkan pada suhu1000

    oC. Nilai persen metalisasi dapat dilihat

    pada gambar 4. Selain itu, belerang yang

    terkandung dalam bijih besi dan batu bara

    diikat oleh kapur bakar hasil kalsinasi batu

    kapur. Reaksi yang terjadi ditunjukkan olehpersamaan berikut:

    CaO + S + C CaS + CO

    2S + 2CaO + Si2CaS + SiO2

    S + 2CaO + 2Si2CaSi + SO2,

    Nomura et al. (2007) menyatakan bahwa

    ketika suhu 1200oC, komponen utama dari

    batu bara, SiO2, dan FeO di dalam serbuk

    bijih besi dapat bereaksi menghasilkan suatu

    campuran FeO dan SiO2, yaitu fayalite

    (2FeO.SiO2). Akibat terbentuknya fayalite,hasil reduksi yang diperoleh lebih rendah dari

    1000o

    C walaupun sisa karbonnya sedikit.

    Gambar 4 Pengaruh suhu pada persen

    metalisasi bijih besi laterit dari

    Bayah

    Perbandingan Penambahan Kapur dan

    Bentonit

    Proses pembentukan pelet untuk besi

    spons dipengaruhi oleh penambahan air,bahan perekat, dan ukuran butiran.

    Penambahan air yang terlalu banyak akan

    membuat pelet menjadi lebih lunak sehingga

    sulit dibentuk bulatan. Penambahan air yang

    terlalu sedikit akan membuat kekuatan bola

    pelet berkurang. Pembentukan pelet dengan

    penambahan kapur lebih rapuh dibandingkanpenambahan bentonit akibat kadar Al2O3pada

    bentonit yang lebih banyak sehingga lebih

    mudah untuk merekatkan partikel bijih besi.

    Penambahan binder atau perekat akan

    membuat pelet semakin kuat setelah dilakukan

    proses reduksi. Bentonit berperan sebagaiperekat karena Kandungan utama bentonit

    adalah 80% mineral monmorilonit seperti

    kristal aluminium, hidrosilikat dengan struktur

    lapisan membentuk tanah liat. Struktur

    monmorilonit terdiri atas 3 layer, yaitu lapisanalumina (Al2O3) berbentuk oktahedral yang

    diapit oleh 2 lapisan silika (SiO4) berbentuk

    tetrahedral. Bentonit mengandung SiO2 lebih

    tinggi dibandingkan CaO sehingga hasil besi

    spons dapat dikatakan bersifat asam

    sedangkan kapur mengandung kadar CaOlebih banyak dibandingkan SiO2sehingga besi

    spons dapat dikatakan bersifat basa.

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    19/33

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    20/33

    12

    Coal, Coke, Soils, Mineral Ores,

    Catalysts and Plants [terhubung berkala]http://www.labfit.com/ (9 April 2009).

    Liu G. 2003. Thermal Investigations of Direct

    iron Ore reductions With Coal.[terhubung berkala].

    http://www.sciencedirect.com/. (14 Mei2009)

    Meyer K. 1980. Pelletizing Of Iron Ores.

    Germany : Springer-Verlag Berlin.

    Milandia A. 2005. Studi Pendahuluan

    Pembuatan Besi Spons menggunakan

    Bijih Besi Lokal Dengan Reduktor

    Campuran Batu baraGreencoke

    [Skripsi]. Cilegon: Fakultas Teknik,

    Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    Mulyaningsih R. 2005. Perbandingan

    Komposisi Kimia Bijih Besi Dengan

    Metode Analisis Konvensional dan

    Flouresensi Sinar-X Di PT Krakatau Steel

    [Skripsi]. Surabaya:Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

    Jendral Achmad Yani

    Nomura S et al. 2007. Some Fundamental

    Aspects of Highly Reactive Iron Coke

    Production. ISIJ International 47(6):823

    830.

    Novyanto, O. 2007. Mengenal Fabrikasi Besi

    Kasar. [terhubung berkala]

    http://okasatria.blogspot.com (18Maret2009).

    Harian Umum Pelita. 2009. Konsumsi Baja

    Naik Tahun 2003. [terhubung berkala]

    http://www.pelita.or.id (28 Juli 2009)

    Pelton D dan Christopher W. 2000. Direct

    Reduced Iron Technology and Economics

    of Productions and Use. Warrendale :The Iron and Steel Society

    Perry RH. 1984. Perrys Chemical

    Engineering Hand Book. Ed ke-6.

    International Student Edition. Tokyo:

    MC-Graw-Hill Book Company.

    Raharjo IB. 2006. Mengenal Batu bara.[Terhubung berkala] http://www.

    indeni.org (19 Maret 2009).

    Rosenqvist T. 1983. Principles of Exstractive

    Metallurg second edition. Singapura :

    McGraw- Hill Book Co.

    Ross HU. 1980. Physical Chemistry: Part IThermodynamics. Direct Reduced Iron

    Technology and Economics of Productions

    and Use. Warrendale : The Iron and Steel

    Society

    Saidi A et al. 2004. Hyperactivation ofBentonite in Pelletizing Process.

    International Journal of ISSI 1(1):38-41.

    Sani H. 2008. Bijih Laterit. [terhubung

    berkala] http://one.indoskripsi.com (19

    Maret 2009).

    Seki I dan Nagata K. 2006. Reduction

    Kinetics of Hematite Powder

    Mechanically Milled with Graphite. ISIJ

    International 46(1):17.

    Skoog DA, Holler FJ, dan Nieman TA. 1998.

    Principles Of Instrumental Analysis. Ed

    ke-4.USA: Harcourt Brace and Company

    Sutisna DT. 2007 Potensi dan PemanfaatanCebakan Bijih Besi di Indonesia.

    Departemen Energi dan Sumber Daya

    Mineral Badan Geologi Pusat Sumber

    Daya Geologi. Bandung.

    Sun S. 1999. A Study of Kinetics and

    Mechanism of Iron Ore Reduction inOre/Coal Composites. Kanada:McMaster

    University.

    Syuhada et al. 2009 Modifikasi Bentonit(Clay) menjadi Organoclay dengan

    Penambahan Surfaktan.Jurnal Nano sains

    & Nanoteknologi ISSN 1979-0880.

    2(1):1-5

    [Tekmira] Teknologi dan Mineral. 2005. BatuKapur/Gamping. [terhubung berkala]

    http:// www.tekmira.esdm.go.id/. (12 Mei

    2009)

    Arthur I. 1979. A Textbook of Macro and

    Semi Micro Qualitative Inorganic

    Analysis.Ed ke-4. London and New York

    : Longman. Inc

    Word Coal Institute. 2004. Pengertian Batu

    bara. [terhubung berkala]http://www.worldcoal.org. (19Maret

    2009)

    http://www/http://www.sciencedirect.com/http://www.pelita.or.id/http://www/http://one.indoskripsi.com/http://www.worldcoal.org/http://www.worldcoal.org/http://one.indoskripsi.com/http://www/http://www.pelita.or.id/http://www.sciencedirect.com/http://www/
  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    21/33

    13

    LAMPIRAN

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    22/33

    14

    Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan

    a b

    a. Sampel Bijih Besi Laterit dan b. Batu bara

    a

    b

    a. Briket Bijih Besi Laterit dan b. BentukPelet yang akan direduksi

    Hasil Titrasi Analisis Fe Total dan Fe Metal

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    23/33

    15

    Lampiran 2 Alat yang digunakan dalam percobaan

    a b

    a. AlatLaboratory Disk Milldan b. AlatAuto Glass Bead

    a b

    a. Alat Briqueting Press Machunedan b. Alat Carbon/Sulfur Determinator

    a b

    a. AlatX-Ray Flouresence Spectrofotometerdan b. Tempat Sampel XRF

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    24/33

    16

    Lampiran 3 Diagram alir reduksi bijih besi

    Benefisiasi

    Bijih besi

    Bayah Batu bara

    Preparasi sampel:

    Grinding

    Analisis

    komposisi kimia(metode basah) dan

    X-Ray Fluorosence

    Screening

    Preparasi sampel:

    Grinding

    Screening

    Analisis

    komposisi kimiaProximate analysis

    Mixing1. Bijih besi+Batu bara+ 1% kapur + akuades2. Bijih besi+Batu bara+ 1% bentonit + akuades

    Reduksi selama waktu

    (60 menit) dan suhu

    (800, 900, 1000, 1100, dan 1200 C)

    Preparasi sampel:

    Grinding dan Screening

    Pengujian:- Analisis Fe metal

    dan Fe total

    -

    Analisis % karbon

    dengan Carbon

    Determinator

    Literatur

    Simpulan

    Pembahasan

    Pengolahan data

    Analisis komposisi

    kimia pada kapur

    dan bentonit

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    25/33

    17

    Lampiran 4 Diagram alir benefisiasi

    Sampel(Bijih Besi Laterit dari Bayah)

    Pencucian dengan air dan deterjen

    Pengadukan

    Pemisahan dengan magnet

    Penghilangan pengotor pada

    permukaan

    Pengeringan

    Pengulangan jika analisis

    Fe total < 63 %

    Konsentrat Tailing

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    26/33

    18

    Lampiran 5 Rumus-rumus perhitungan pada metode analisis

    Perhitungan standardisasi kalium dikromat

    N K2Cr2O7 = % Fe total bobot Fe standar (mg)

    V K2Cr2O7 BA Fe 100%

    Perhitungan kadar Fe total Keterangan:

    % Fe total = (VN) K2Cr2O7 BA Fe 100% N = normalitas

    bobot contoh (mg) V = volum (ml)

    BA = bobot atom

    Perhitungan kadar Fe 2+

    % Fe 2+ = (VN) K2Cr2O7 BA Fe 100%

    bobot contoh (mg)

    Perhitungan kadar Fe metal

    % Fe metal = (VN) K2Cr2O7 BA Fe FP 100% Keterangan:

    bobot contoh (mg) 3 FP = faktor pengenceran

    Perhitungan kadar SiO2

    % SiO2 = AB 100% Keterangan : A= bobot silikat dan impuritis (gram)

    G B = bobot impuritis (gram)

    G = bobot contoh (gram)

    Perhitungan kadar MgO

    % MgO = (VN) EDTA BM MgO FP 100%bobot contoh (mg)

    Keterangan:

    Perhitungan kadar CaO BM = bobot molekul

    % CaO = (VN) EDTA BM CaO FP 100%

    bobot contoh (mg)

    Perhitungan kadar air

    % H20 = BC 100%

    BA

    Keterangan:

    Perhitungan hilang pijar A = bobot wadah konstan (gram)% HP = BC 100% B = bobot wadah dan sampel (gram)

    BA C = bobot setelah pemanasan (gram)

    Perhitungan volatile matter

    % VM = BC 100%

    BA

    Perhitungankarbon tetap dan kadar abu

    fixed C = % HP - % VM

    % ash = 100% - % HP

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    27/33

    19

    Lampiran 6 Data hasil pengujian

    a) Perbandingan komposisi kimia bijih besi laterit antara sebelum benefisiasi dansetelah benefisiasi

    Komposisi Kimia Sebelum Benefisiasi (%) Setelah Benefisiasi(%)

    Fe Total 56.7000 64.5100

    Fe2+ 14.5300 19.3200

    SiO2 5.9000 2.6900

    CaO 0.4200 0.3500

    MgO 0.2800 0.2600

    MnO 0.9800 0.7400

    Al2O3 1.2300 0.5300

    TiO2 6.3200 4.7000

    V2O5 0.5500 0.6200Cr2O3 0.0500 0.0500

    P2O5 0.0900 0.0600

    S 0.0200 0.0100

    Ni 0.0114 0.0098

    Cu 0.0068 0.0058

    Na2O 0.0010 0.0009

    K2O 0.0008 0.0009

    Zn 0.0001 0.0001

    Sn 0.0001 0.0001

    Pb 0.0001 0.0001

    Hilang PijarCaO/SiO2

    1.02000.0852

    0.96000.1301

    b) Reduksi bijih besi laterit dari Bayah berdasarkan perbandingan mol danpenambahan kapur pada waktu 60 menit

    suhuFe total

    (%)Fe metal

    (%)metalisasi

    (%)karbon

    (%)reduksi

    (%)

    800 60.15 11.70 19.45 4.11 44.52

    900 65.24 29.03 44.50 2.35 58.54

    1000 72.68 58.60 80.63 0.21 83.88

    1100 71.59 56.22 78.53 0.09 82.40

    1200 65.06 34.40 52.87 0.05 64.89

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    28/33

    20

    c) Reduksi bijih besi laterit dari Bayah berdasarkan perbandingan mol danpenambahan bentonit pada waktu 60 menit

    Suhu (oC)

    Fe total(%)

    Fe metal(%)

    Metalisasi(%)

    Karbon(%)

    Reduksi(%)

    800 58.5 10.51 17.97 5.15 45.05900 64.66 28.31 43.78 3.09 58.38

    1000 71.92 59.05 82.11 0.82 85.26

    1100 68.77 45.16 65.67 0.24 72.96

    1200 70.39 52.6 74.73 0.15 79.63

    d) Analisis kimia kapur dan bentonit

    Komponen Kimia Kapur(%) Bentonit(%)

    SiO2 0.33 59.18

    CaO 51.27 2.73MgO 1.23 0.67

    Hilang Pijar 42.45 18.01

    Impuritis 4.72 19.41

    e) Analisis kimia batu bara

    Analisis Batu bara Hasil(%)

    Volatile Matter 45.25

    Kadar Abu 7.56

    Fixed Karbon 47.19

    Hilang Pijar 92.44

    Sulfur 4.69

    Kadar Air 8.96

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    29/33

    21

    Lampiran 7. Contoh perhitungan

    Analisis bijih besi dari Bayah setelah benefisiasi

    Perhitungan kadar SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 20.8929 gB = bobot impuritis (gram) = 20.8659 g

    G = bobot sampel (gram) = 1.0013 g

    % SiO2= A-B 100%

    G

    = (20.8929 - 20.8659)g 100%

    1.0013 g

    = 2.69 %

    Perhitungan Fe total dari filtrat SiO2Bobot sampel = 1.0013 g = 1001.30 mg

    Volume K2Cr2O7 = 21.60 ml

    Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N

    % Fe total = (21.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 500/100 100%

    1001.30 mg

    = 64.51 %

    Perhitungan Fe2+

    Bobot sampel = 0.5046 g = 504.60 mg

    Volume K2Cr2O7 = 16.30 ml

    Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N

    % Fe 2+ = (16.30 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%

    504.60 mg

    =19.32 %

    Perhitungan basisitasDiketahui hasil analisis XRF pada bijih besi

    % CaO = 0.35 % dan % SiO2= 0.26 %

    Basisitas = % CaO = 0.35 % = 1.35

    % SiO2 0.26 %

    Analisis kapur

    Perhitungan SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 20.8497 g

    B = bobot impuritis (gram) = 20.8464 g

    G = bobot sampel (gram) = 1.0034 g% SiO2= A-B 100%

    G

    = (20.8497 - 20.8464)g 100%

    1.0034

    = 0.33 %

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    30/33

    22

    Penentuan CaOBobot sampel = 1.0034 g = 1003.40 mg

    Volume EDTA = 19.40 ml

    Normalitas EDTA = 0.0947 N% CaO = (19.40 ml 0.0947 N) 56 500/100 100%

    1003.40mg

    = 51.27 %

    Penentuan MgOBobot sampel = 1.0034 g = 1003.40mg

    Volume EDTA = 0.65 ml

    Normalitas EDTA = 0.0947 N

    % MgO = (0.65 ml 0.0947 N) 40 500/100 100%

    1003.40mg

    = 1.23 %

    Penentuan basisitas% Basisitas = % CaO = 51.27 % = 155.36

    % SiO2 0.33 %

    Analisis bentonit

    Perhitungan SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 21.5684 g

    B = bobot impuritis (gram) = 20.9751 g

    G = bobot sampel (gram) = 1.0057 g

    % SiO2= A-B 100%

    G

    = (21.5684 - 20.9751)g 100%

    1.0057

    = 58.99 %

    Penentuan CaOBobot sampel = 1.0057 g = 1005.70 mg

    Volume EDTA = 1.02 ml

    Normalitas EDTA = 0.0961 N% CaO = (1.02 ml 0.0961 N) 56 500/100 100%

    1005.70 mg

    = 2.73 %

    Penentuan MgOBobot sampel = 1.0057 g = 1005.70 mg

    Volume EDTA = 0.35 ml

    Normalitas EDTA = 0.0961N

    % MgO = (0.35 ml 0.0961 N) 40 500/100 100%

    1005.70 mg

    = 0.67 %

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    31/33

    23

    Penentuan basisitas% Basisitas = % CaO = 2.73 % = 0.0463

    % SiO2 58.99 %

    Analisis sampel batu bara

    Perhitungan kadar air (H2O)A = Bobot wadah kosong yang telah konstan = 380.85 g

    B = Bobot wadah + sampel = 1020.73 g

    C = Bobot wadah + sampel setelah dioven = 963.38 g

    % H2O = BC 100%

    BA

    = (1020.73963.38) g 100%

    (1020.73380.85) g= 8.96 %

    Perhitungan hilang pijar (HP)A = Bobot cawan kosong yang telah konstan = 18.9307 g

    B = Bobot cawan + sampel = 22.7137 g

    C = Bobot cawan + sampel setelah dipijarkan = 19.2207 g

    % HP = BC 100%

    BA

    = (22.713719.2207) g 100%

    (22.713718.9307) g

    = 92.33 %

    Rataan %HP = 92.33% + 92.55% = 92.44%

    2

    Perhitungan volatile matters (VM)A = Bobot cawan kosong yang telah konstan = 31.2295 g

    B = Bobot cawan + sampel = 33.0035 g

    C = Bobot cawan + sampel setelah dipijarkan = 32.1995 g

    % VM = BC 100%

    BA

    = (33.003532.1995) g 100%(33.003531.2295) g

    = 45.32 %

    Rataan %VM = 45.32 % + 45.17% = 45.25 %

    2

    Perhitungan karbon tetap (fi xed C)% fixed C = % HP - % VM = 92.44% - 45.25 % = 47.19 %

    Perhitungan kadar abu (ash)

    % ash = 100% - % HP = 100 % - 92.44 % = 7.56%

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    32/33

    24

    Perhitungan konsumsi batu bara

    2Fe2O3+ 3C > 4Fe + 3CO2

    Diketahui: Basis sampel 100 gram

    mol Fe2O3 = g/Mrmol Fe2O3 = 100 g/160 g/mol

    = 0.625 mol

    Mol C = 3/2 0.625 mol

    = 0.9375 mol

    Bobot karbon yang dibutuhkan adalah:

    Gram karbon = mol C Ar C

    = 0.9375 12 = 11.25 g (untuk 100%fixed carbon)

    Diketahui persenfixed carbon sub-bituminus 47.19 %. maka jumlah

    karbon yang diperlukan adalah:

    C = gg

    84.23%19.47

    %10025.11

    Analisis besi spons berdasarkan perbandingan mol dan penambahan kapur

    pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit

    Perhitungan Fe totalBobot sampel = 0.3012 g = 301.20 mg

    Volume K2Cr2O7 = 36.60 mlNormalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N

    % Fe total = (36.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%

    301.20 mg

    =72.68 %

    Perhitungan Fe metalBobot sampel = 0.2014 g = 201.40 mg

    Volume K2Cr2O7 = 29.60 ml

    Normalitas K2Cr2O7 = 0.1091 N

    % Fe metal = (29.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 200 ml/100 ml 100%

    201.40 mg 3=58.60 %

    Perhitungan metalisasi% Metalisasi = % Fe metal 100 %

    % Fe total

    = 58.60 % 100%

    72.68 %

    = 80.63 %

  • 7/26/2019 G09dhi.pdf

    33/33

    25

    Analisis besi spons berdasarkan perbandingan mol dan penambahan

    bentonit pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit

    Perhitungan Fe totalBobot sampel = 0.3002 g = 300.20 mg

    Volume K2Cr2O7 = 36.10 ml

    Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N

    % Fe total = (36.10 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%

    300.20 mg

    =71.92 %

    Perhitungan Fe metalBobot sampel = 0.2012 g = 201.20 mg

    Volume K2Cr2O7 = 29.80 ml

    Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N% Fe metal = (29.80 ml 0.1068 N) 56 g/mol 200 ml/100 ml 100%

    201.20 mg 3

    =59.05 %

    Perhitungan metalisasi% Metalisasi = % Fe metal 100 %

    % Fe total

    = 59.05 % 100%

    71.92 %

    = 82.11 %

    Perhitungan persen reduksi bijih besi laterit berdasarkan perbandingan mol

    dan penambahan bentonit pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit

    %Reduksi = % Oksigen awal - % Oksigen akhir

    % Oksigen awal

    [iFetFe2+ Mr O + Fe2+Ar O][FetFem Ar O]

    Mr Fe Ar Fe Ar Fe

    =

    [AFetotalFe2+ Ar O + Fe2+Ar O]

    Ar Fe Ar Fe

    = [64.51-19.32 48/112+19.32 16/56][71.92-59.0516/56] 100%

    [64.51-19.32 48/112 + 19.32 16/56]

    = 24.95-3.6770

    24.95

    = 85.26%

    Keterangan : itFe = Kadar Fe total sebelum direduksi

    tFe = Kadar Fe total sesudah direduksi

    m

    Fe= Kadar Fe metal sesudah direduksi