Upload
muhlisaaprilia
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/26/2019 G09dhi.pdf
1/33
REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI
BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA
DADANG HIDAYAT
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
7/26/2019 G09dhi.pdf
2/33
ABSTRAK
Dadang Hidayat. Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan ReduktorBatubara. Dibimbing oleh Dondin Sajuthi dan Idrus Bambang Iryanto.
Bijih besi banyak ditemukan di Indonesia. Permasalahan energi yang dihadapi industri
baja nasional dapat diatasi dengan menggunakan reduktor batubara. Indonesia merupakansalah satu negara yang memiliki cadangan batubara, yaitu sekitar 38,8 milyar ton.
Penelitian ini bertujuan melakukan pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam batuanbesi dengan benefisiasi, memperoleh suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit, danmembandingkan hasil reduksi antara penambahan kapur dan penambahan bentonit.
Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu preparasi sampel, analisis bijih besi (meliputisilikat, Fe total, dan Fe
2+), pembuatan besi spons (reduksi bijih besi), analisis besi spons
(meliputi Fe total dan Fe metal), analisis komposisi kimia dari kapur dan bentonit(meliputi CaO, MgO, silikat), dan analisis batubara (meliputi kadar air, volatile matter(vm), kadar fixed carbon (fc), dan kadar abu). Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan maka diperoleh bahwa kadar silikat menurun setelah dilakukan benefisiasi,
yaitu 5.90% menjadi 2.69% sehingga kadar Fe total dapat meningkat, yaitu 56.70%menjadi 64.51%. Batubara yang digunakan termasuk jenis sub-bituminus dengan kadarfixed carbon 47.19% karenanya cukup efektif untuk proses reduksi. Penambahan bentonitberfungsi sebagai perekat sehingga pelet yang diperoleh lebih baik (cukup keras) dan
kadar metalisasi lebih tinggi dibandingkan penambahan kapur dengan persen metalisasiberturut-turut, yaitu 82.11% dan 80.63%. Suhu optimum yang diperoleh untuk mereduksi
bijih besi laterit dari bayah berkisar antara 1000 o
C dan 1100 o
C. Bijih besi laterit daribayah cukup dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif untuk produksi baja.
ABSTRACT
Dadang Hidayat. Laterit Iron Ore Reduction from Bayah, Banten Province with CoalReductor. Supervised by Dondin Sajuthi and Idrus Bambang Iryanto.
Iron ore is one of the most usually found metal in Indonesia. The energy problemsfaced by the national steel industry can be reduced by using coal reductor. Indonesia is acountry which has coal reserves at least 38.8 billion tons. The objectives of this researchare to enrich laterite iron ore in iron rock with benefiziation, to get optimum temperatureof laterite iron ore rediction, and to compare the final reduction result between calciteand bentonite addings. This research covers several stages, includes sample preparation,iron ore analysis (includes silicate, total Fe, and Fe
2+), spons iron producing (iron ore
reduction), spons iron analysis (includes total Fe and metal Fe), calcite and bentonitechemical composition analysis (includes CaO, MgO, and silicate), and coal analysis(includes moisture contain, volatile matter (vm), fixed carbon (fc) contain, and ash
contain). Based on the results of the research is that the silicate content decreased afterthe benefiziation from 5.90% to 2.69%, which total Fe content has been increased from56.70% to 64.51%. The used coal was a type of sub-degree bituminus with 47.19% fixedcarbon which it was quite effective for reduction process. The function of the bentonitaddings was as a sticker which can make the pellet was more better and made themetalization contain was higher than the calcite addings with respectively percentage are82.11% and 80.63%. The range of optimum temperature of the iron ore laterit reductionfrom bayah is 1000
oC to 1100
oC. Laterit iron ore from bayah could be used as alternative
raw materials for steel production.
7/26/2019 G09dhi.pdf
3/33
REDUKSI BIJIH BESI LATERIT DARI BAYAH PROVINSI
BANTEN DENGAN REDUKTOR BATU BARA
DADANG HIDAYAT
Skripsisebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
7/26/2019 G09dhi.pdf
4/33
Judul : Reduksi Bijih Besi Laterit dari Bayah Provinsi Banten dengan ReduktorBatu bara
Nama : Dadang HidayatNIM : G44052926
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D Idrus Bambang Iryanto, STNIP 19541027 19767603 1 001 NIK 6495
Mengetahui:Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 19610328 198601 1 002
Tanggal Lulus:
7/26/2019 G09dhi.pdf
5/33
7/26/2019 G09dhi.pdf
6/33
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 23 Januari 1987 dari pasangan H. Dulmukindan Hj. Desy Rohayati sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menjalankan
pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).Tahun 2002 sampai 2005 di SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon. Tahun 2005,penulis melanjutkan studi di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Penulis melakukan praktik lapangan pada tahun 2008 di PT Krakatau Steel, Cilegondengan judul laporan adalah proses percobaan pembuatan besi spons dari scale wire rodmill. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kampus antara lain DewanKeluarga Mushala As-Shaf Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama IPB tahun
2005/2006, Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Banten tahun 2005/2006,Forum for Scientific Studies tahun 2005/2007, Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah(hubungan luar dan pengembangan sumber daya manusia) tahun 2005/2007, IkatanMahasiswa Kimia IPB tahun 2006/2007, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa IPB Departemen Sosial dan Lingkungan tahun 2007/2008, kepengurusanasrama Sylvasari IPB (pengembangan sumber daya manusia, pertahanan dan keamanan,koperasi, dan pecinta alam) tahun 2006/2008.
7/26/2019 G09dhi.pdf
7/33
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ viiiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. viii
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKABijih Besi dan Besi Laterit................................................................................. 1
Benefisiasi dan Pembuatan Pelet........................................................................ 2Reduksi Bijih Besi..2
Reduksi Langsung dengan Reduktor Padatan dan Gas..................................... 2Batu bara............................................................................................................ 2Batu Kapur dan Bentonit.................................................................................... 3Tinjauan Kinetika Reduksi................................................................................. 4X-Ray Fluorescence Spectrofotometer dan Carbon/Sulfur Determinator......... 4
BAHAN DAN METODEBahan dan Alat................................................................................................... 5Lingkup Penelitian............................................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengkayaan Kandungan Bijih Besi Laterit dengan Benefisiasi......................... 7Pengaruh Suhu Pada Persen Reduksi Bijih Besi Laterit.................................... 8Pengaruh Suhu Pada Persen Metalisasi Bijih Besi Laterit................................. 9Perbandingan Penambahan Kapur dan Bentonit................................................ 10
SIMPULAN DAN SARANSimpulan ............................................................................................................ 11Saran................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11
LAMPIRAN.............................................................................................................. 13
7/26/2019 G09dhi.pdf
8/33
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Diagram kesetimbangan gas CO dan CO2untuk reduksi bijih besi.. 4
2 Pengaruh suhu pada persen reduksi bijih besi laterit dari Bayah.......................... 8
3 Pengaruh suhu pada persen karbon setelah proses reduksi
bijih besi laterit dari Bayah.................................................................................... 9
4 Pengaruh suhu pada persen metalisasi bijih besi laterit dari Bayah...................... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Bahan baku dan hasil percobaan............................................................................ 14
2 Alat yang digunakan dalam percobaan .15
3 Diagram alir reduksi bijih besi ..16
4 Diagram alir benefisiasi......................................................................................... 17
5 Rumus-rumus perhitungan pada metode analisis..18
6 Data hasil pengujian ......................................................................19
7 Contoh perhitungan................................................................................................ 21
7/26/2019 G09dhi.pdf
9/33
2
PENDAHULUAN
Bijih besi merupakan komoditi tambang
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
baja. Bijih besi banyak ditemukan di
Indonesia, namun bahan baku baja masihdidatangkan dari luar negeri. Berdasarkan BEI
News (2005), Cina menggunakan bahan bakubaja tertinggi di dunia, yaitu 16.7% pada
tahun 2000. Bahan baku baja yang digunakan
sebanyak 141.2 juta ton akan tetapi dua tahun
kemudian langsung melonjak menjadi 211.2
juta ton. Produksi baja di Cina meningkat
setiap tahunnya. Tahun 2003 sampai 2005,
produksi baja di Cina berturut-tutut adalah
220, 300, dan 350 juta ton. Konsumsi baja di
Indonesia menurut harian umum pelita (2009),
tahun 1997 sampai 2000 adalah 36, 13, 14 ,
dan 26 kilogram per kapita yang mengalamipenurunan pada tahun 1998 akibat krisis
ekonomi. Negara lain seperti Filipina,
Thailand, Malaysia, Jepang, AS, dan Korea
Selatan berturut-turut adalah 44, 111, 274,
635, 472, dan 846 kilogram per kapita pada
tahun 2000. Berdasarkan analisis internalyang dikeluarkan PT Krakatau Steel (KS),
konsumsi baja canai panas pada tahun 2007
mencapai sekitar 2,91 juta ton dengan asumsi
peningkatan 10%, pada tahun 2008 konsumsi
baja domestik akan menyentuh 3.25 juta ton.
Kenaikan harga bahan baku baja di pasar
internasional, memicu pemerintah dan parakuasa pertambangan (KP) untuk mulai
memanfaatkan bahan baku lokal. Menurut
Sutisna (2007), ada empat jenis cebakan bijih
besi di Indonesia, yaitu skarn, placer, laterit,dan sedimen. Cebakan laterit jumlahnya
paling melimpah, yaitu mencapai 1 miliar ton,
sedangkan cebakan bijih besi skarn, placer,
dan sedimen berturut-turut hanya mencapai
15, 159, dan 1 juta ton. Cebakan ini juga
mengandung karbonat, silikat, besi, hematit,dan magnetit sehingga kadar besinya rendah,
yaitu hanya 40-60%. Bahan baku lokal berupa
bijih besi laterit dapat dijadikan pelet yangakan direduksi menjadi besi spons.
Pemanfaatan bijih besi lokal ini dapat
mengurangi biaya produksi sehingga hargajual bajanya dapat bersaing.
Kenaikan harga tersebut diakibatkan
naiknya harga iron ore pellet dan minyak
mentah yang terus meningkat membuat harga
bahan baku dan biaya produksi baja menjaditinggi. Salah satu penyebab kenaikan biaya
produksi baja adalah tingginya harga impor
bahan bakupelet. Selain itu teknologi berbasis
gas yang digunakan saat ini sepertiHojalata Y
Lamina (HYL) I dan HYL III (dengan
kapasitas kurang lebih 2 juta ton besi spons
per tahun) semakin tidak kompetitif untukdioperasikan. Permasalahan energi yang
dihadapi industri baja nasional dapat diatasi
dengan menggunakan reduktor batu bara.
Menurut Raharjo (2006), Indonesiamerupakan salah satu negara yang memiliki
cadangan batu bara sekitar 38.8 miliar tondengan 70% batu bara muda dan 30% batu
bara kualitas tinggi.
Penelitian ini bertujuan melakukan
pengkayaan kandungan bijih besi laterit dalam
batuan besi dengan benefisiasi, memperoleh
suhu optimum dalam reduksi bijih besi laterit,
dan membandingkan hasil reduksi antara
penambahan kapur dan penambahan bentonit.
TINJAUAN PUSTAKA
Bijih Besi dan Besi Laterit
Mineral merupakan bahan-bahan
anorganik alam yang ditemukan dalam kerak
bumi sedangkan mineral yang digunakan
sebagai sumber untuk produksi bahan-bahan
secara komersial disebut bijih besi (Keenan etal.1992). Bijih besi dapat berupa karang keras
sekali, butiran kecil, dan tanah yang gembur
dengan warna yang beragam dari hitam
hingga merah bata. Besi adalah suatu logam
yang sangat kuat dan keras. Namun,
kekerasannya tidak melebihi nikel dan kobalt
sehingga perlu diberi zat aditif atau dibentukpaduan logam dengan nikel, kobalt, atau
logam lain (Meyer 1980).
Besi laterit merupakan jenis cebakan
endapan residu yang dihasilkan dari prosespelapukan batuan dengan melibatkan
dekomposisi, pengendapan kembali, dan
pengumpulan secara kimiawi. Bijih besi tipe
laterit umumnya terdapat di daerah puncak
perbukitan dengan kemiringan
7/26/2019 G09dhi.pdf
10/33
7/26/2019 G09dhi.pdf
11/33
3
yang terdiri atas karbon, hidrogen, dan
oksigen. Karakteristik batu bara tipebituminus (A, B, C, dan D) dapat dilihat pada
Tabel 1,
Tabel 1 Karakteristik batu bara (Grigoreet al. 2007)
Batu bara A B C D
Analisis Proksimat (%)
Kadar air 2.4 2.5 1.4 1.1
Kadar abu 5.6 7.7 7 9.8
Zat terbang 28.9 26.2 21.3 20.2
Karbon tetap 65.5 66.1 71.7 70
Analisis Abu (%)
SiO2 61.4 53.6 56.9 48.3
Al2O3 28.3 28.4 18.3 37.9
Fe2O3 4.3 7.6 12.8 5.3CaO 1.3 3 3.7 2.5
MgO 0.34 0.95 1.6 0.58
TiO2 1.5 1.4 1.1 1.4
Na2O 0.3 0.57 0.45 0.65
K2O 0.48 1 0.92 0.54
P2O5 0.79 1.7 1.3 1.9
Mn3O4
7/26/2019 G09dhi.pdf
12/33
4
menghasilkan kekerasan sehingga melindungi
pelet daritekanan tinggi.
Tinjauan Kinetika Reduksi
Kinetika reaksi reduksi bijih besi adalah
kecepatan besi oksida untuk bertransformasi
menjadi logam besi dengan melepaskanoksigen. Kecepatan reaksi reduksi bijih besi
ditentukan oleh tinggi rendahnya kemampuanbijih besi tersebut untuk direduksi yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
ukuran partikel, bentuk dan distribusi ukuran
partikel, bobot jenis,porosity, struktur kristal,
serta komposisi kimia (Ross 1980). Kinetika
reduksi langsung menggunakan reduktor batu
bara dipengaruhi oleh kombinasi beberapa
mekanisme, yaitu perpindahan panas,
perpindahan massa oleh konveksi, difusi fase
gas, serta reaksi kimia dengan gasifikasi
karbon. El-Geassy et al. (2007) menjelaskanbahwa ada banyak faktor yang memengaruhi
reduksi besi oksida seperti komposisi bahan
baku, basisitas, komposisi gas, dan suhu
reduksi. Pengaruh komposisi gas terjadi pada
perubahan volume dari besi oksida pada suhu
800-1100oC.
Reaksi batu bara dan bijih besi
merupakan suatu sistem yang kompleks.
Perubahan dalam reaksi sangat dipengaruhi
oleh parameter perpindahan panas yang
meliputi ukuran, bentuk, bobot jenis partikel
dan kecepatan aliran panas. Perpindahan
panas yang terjadi dalam proses reduksiadalah perpindahan panas secara konduksi.
Proses konduksi adalah perpindahan panas
melalui zat padat. Dalam sistem reduksi
langsung dengan karbon, mekanismeperpindahan panas yang paling berpengaruh
adalah adalah konduksi dan konveksi (Sun
1998). Proses konduksi sangat bergantung
pada suhu proses, sifat padatan dan fase gas
yang terjadi sehingga nilai konduktifitas panas
padatan merupakan salah satu hal pentingdalam proses reduksi Konduktivitas panas
yang tinggi akan meningkatkan kecepatan laju
reaksi (Milandia 2005).Perpindahan massa terjadi karena adanya
gas CO dari batu bara yang bereaksi dengan
bijih besi membentuk logam besi (Fe),sehingga oksigen dilepaskan dari bijih besi
tersebut dan karbon (C) akan bereaksi dengan
karbon dioksida (CO2) untuk membentuk CO.
Aliran gas CO yang menyebabkan proses
konveksi dan difusi dipengaruhi olehperbedaan tekanan dan konsentrasi gas dalam
sistem sehingga perpindahan massa dapat
berjalan baik (Milandia 2005).
Seki dan Nagata (2006) menjelaskan
bahwa besi oksida yang berisi karbon dapat
direduksi pada suhu lebih rendah. Penurunan
suhu ketika reduksi bijih besi dengan karbonterjadi saat peningkatan efisiensi energi dan
karbon sebagai CO2. Reaksi kimia yang
terjadi pada proses reduksi langsung bijih besi
dengan reduktor batu bara meliputidevolatilisasi batu bara, reduksi bijih besi
dengan gas, dan gasifikasi arang batu bara(char). Devolatilisasi batu bara mulai terjadi
lebih awal pada suhu rendah dengan laju
reaksi lebih cepat dari reaksi reduksi bijih besi
maupun gasifikasi arang batu bara.
Kesetimbangan reaksi dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1 Diagram kesetimbangan gas CO
dan CO2 untuk reduksi bijih besi
(Ross 1980).
X-Ray F luorescence Spectrof otometer
dan Carbon/Sulf ur Determinator
Fluoresensi dan absorpsi sinar-X telah
digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif penentuan unsur-unsur. Sumber
sinar-X untuk keperluan analisis dapat berasaldari tabung sinar-X, radioisotop, dan sinar-X
sekunder. Serapan sinar-X menimbulkan ion
tereksitasi tingkat elektronik, saat kembali ke
keadaan dasar akan melibatkan transisi tingkat
energi yang lebih tinggi. Setelah beberapa
saat, ion kembali ke keadaan dasar melaluiserangkaian transisi elektronik yang khas
dengan memancarkan radiasi pada panjang
gelombang yang sama dengan sinar yang
menyebabkan eksitasi. Komponen alatnya
adalah sumber sinar, pemilih panjang
gelombang (filter), sel (tempat sampel),
detektor atau tranduser, dan pemprosesan
sinar dan luaran (Skoog et al. 1998).
7/26/2019 G09dhi.pdf
13/33
5
Carbon/sulfur determinator merupakan
alat untuk analisis bahan-bahan seperti batubara, semen, dan bijih-bijih mineral. Carbon
determinator menggunakan suatu carbon
infrared celluntuk menentukan persen karbon
pada setiap sampel. Elemental Determinatorsitu dapat diatur dengan pilihan berikut:
karbon, belerang rendah, belerang tinggi,belerang dan karbon rendah, belerang dan
karbon tinggi, belerang rendah dan belerang
tinggi, dan cakupan rangkap (karbon dan
belerang rendah dan belerang tinggi) (Labfit
2008). Carbon/sulfur determinator
menggunakan cawan khusus untuk analisisnya
sehingga dipanaskan dahulu di dalam tungku
perapian pada suhu yang tinggi antara 1250C
dan 1350C (Eltra 2005).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bijih besi dari Bayah,
H2O2 30%, HF 38-40%, K2S2O7, SnCl2 10%,HgCl2 10%, larutan standar EDTA 0.1 M,indikator Fe (difenilamina sulfonat) 0.1%,
larutan standar K2Cr2O7 0.1 N, indikator
murexide, kapur, bentonit, Br2, TEA
(trietanolamin), FeCl3 15%, dan batu bara.
Gambar bahan baku dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini adalah alat-alat gelas, magnet,
hot plate, mesin penggiling (labotary disk
mill), mesin pengepresan briket (briquetting
press machine), spektrofotometer sinar-Xfluoresensi, tanur (furnace), cawan platina,
kertas saring Whatman no. 41, cawan
porselen, ayakan 150 mesh, neraca analitik,
neraca kasar, sudip, bulp, oven, geockel glass,
dan carbon/sulfur determinator. Gambar
peralatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa tahap,yaitu preparasi sampel, analisis bijih besi
(meliputi silikat, Fe total, dan Fe2+
),
pembuatan besi spons (reduksi bijih besi),analisis besi spons (meliputi Fe total dan Fe
metal), analisis komposisi kimia dari kapur
dan bentonit (meliputi CaO, MgO, silikat),
dan analisis batu bara (meliputi kadar air,
volatile matter (VM), kadar fixed carbon(FC), dan kadar abu). Metode analisis
mengacu pada American Society for Testing
and Materials(ASTM) tahun 2003 sedangkan
diagram alir penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 3.
Preparasi SampelBatuan besi yang mengandung bijih besi
laterit dikeringkan dalam oven, didinginkan,
digiling halus, dan diayak dengan ayakan
ukuran 150 mesh. Bijih besi hasil pengayakan
dikocok agar homogen. Selanjutnya dilakukananalisis komposisi kimia menggunakan x-ray
fluoresence (XRF) spektrofotometer danmetode basah sehingga didapatkan data
komposisi kimia yang terkandung dalam
sampel sebelum dilakukan benefiasi.
Benefiasi dilakukan pada sampel melalui
pencucian berulang menggunakan air dan
deterjen dengan bantuan magnet, lalu
dilakukan analisis komposisi kimia kembali
menggunakan XRF spektrofotometer dan
metode basah. Diagram alir proses benefisiasi
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Reduksi Bijih Besi
Bijih besi yang telah digiling lalu diayak
ukuran yang lolos 150 mesh. Campuran hasil
gilingan (yang lolos dari ayakan 150 mesh)
dengan batu bara dan kapur yang halus lalu
diaduk hingga homogen. Campuran tersebutditambahkan air sehingga dapat dilakukan
pembuatan pelet secara manual lalu
dikeringkan. Masukkan pelet yang sudah
kering dalam tanurpada suhu 800, 900, 1000,
1100 dan 1200oC selama 60 menit. Besi
spons didinginkan pada suhu kamar, digiling
sampai 150 mesh, lalu dilakukan uji Fe metaldan Fe total.
Standardisasi Kalium Dikromat
Sebanyak 0.3 gram Fe standar (61.09%)ditambah HCl pekat hingga larut sempurna
kemudian ditambahkan akuades 200 ml lalu
dipanaskan hingga mendidih ldan reduksi
dengan SnCl2 10% hingga jernih. Sebanyak
15 ml HgCl2 10% dan 10 ml H3PO4 85%
ditambahkan pada larutan kemudianditambahkan indikator Fe 0.1%, lalu titrasi
dengan larutan standar K2Cr2O7 hingga
berwarna ungu. Catat volume K2Cr2O7 yangdigunakan. Rumus perhitungan pada
Lampiran 5.
Analisis Fe Total
Sebanyak 0.3 sampel ditimbang dengan
neraca analitik lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer. Sampel dilarutkan dengan 25 ml
larutan HCl pekat. Setelah sampel larut,kemudian encerkan dengan akuades sebanyak
200 ml dan dididihkan hingga menimbulkan
gelembung. Reduksi dengan beberapa tetes
SnCl2 10% hingga tidak berwarna lalu
didinginkan pada suhu kamar. Sebanyak 15
7/26/2019 G09dhi.pdf
14/33
6
ml HgCl2 10% dan 10 ml H3PO4 85%
ditambahkan pada sampel, indikator Feditambahkan lalu dititrasi dengan larutan
standar K2Cr2O7 hingga berwarna ungu.
Volume K2Cr2O7 yang digunakan dicatat.
Rumus perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis Fe2+
Ditimbang dengan teliti 0.5 sampel lalu
dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml, 10 ml
NaHCO3 10%, dan 25 ml HCl pekat
ditambahkan. Erlenmeyer ditutup dengan
geockel glass yang berisi NaHCO3 10%,
kemudian sampel dipanaskan sampai larut
sempurna, lalu didinginkan perlahan dan
geockel glass dibiarkan berada pada
tempatnya hingga dingin. Geockel glass
dibuka, ditambahkan 10 ml H3PO4, dan 5 tetes
indikator Fe 0.1%. Titrasi dilakukan denganlarutan standar K2Cr2O7 0.1 N sampai terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi ungu.
Rumus perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis Fe metal
Sebanyak 0.2 sampel ditimbang denganneraca analitik, sampel dimasukkan dalam
labu takar 200 ml. Larutan FeCl3sebanyak 50
ml ditambahkan dan gas argon dialirkan
dalam labu takar. Labu takar langsung ditutup
lalu diaduk dengan pengaduk magnetik
selama 55 menit. Setelah itu, ditambahkan
larutan NH4Cl sedikit melewati tanda tera,kocok hingga homogen. Larutan diambil 100
ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 250
ml. Sebanyak 20 ml campuran asam
fosfat:sulfat dan indikator Fe ditambahkanpada larutan. Titrasi dilakukan dengan larutan
standar K2Cr2O7 sampai terjadi perubahan
warna dari tak berwarna menjadi ungu.
Rumus perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis SilikatSebanyak 1.0 sampel (G) ditimbang lalu
dimasukkan dalam gelas piala 400 ml, sampel
dilarutkan dengan HCl pekat dan ditutupdengan kaca arloji. Sampel dipanaskan hingga
larut kemudian ditambahkan beberapa tetes
H2O2 lalu dipanaskan sampai kering, dandidinginkan. Sebanyak 50 ml larutan HCl
ditambahkan dan dipanaskan sampai larut lalu
diencerkan dengan akuades kemudian larutan
dididihkan. Endapan disaring dengan kertas
Whatman no. 41 dalam 500 ml labu takar,endapan dicuci dengan akuades lalu
dimasukkan endapan dan kertas saring dalam
cawan platina. kertas saring dipijarkan dalam
tanur pada suhu 1000oC kemudian ditimbang
(A). Endapan diberi sedikit akuades lalu
ditambahkan HF dua kali dan dipijarkan pada
suhu 1000oC, didinginkan, dan ditimbang
(B). Sisa residu dalam cawan platina
dilarutkan dengan HCl pekat dan ditambahkan
sedikit akuades, dipanaskan hingga larut, lalu
dimasukkan dalam labu takar. Larutandiencerkan dengan akuades hingga tanda tera,
residu pada labu takar digunakan untukanalisis Fe total, CaO, dan MgO. Rumus
perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis CaO
Filtrat yang diperoleh pada penentuan
SiO2diencerkan dengan akuades sampai tanda
tera dan dikocok sampai homogen, kemudian
diambil sebanyak 100 ml menggunakan pipet
volumetrik, lalu dimasukkan kedalam gelas
piala. Filtrat ditambahkan 5 ml TEA
(trietanolamin), dan 1 ml KCN. KOHditambahkan hingga pH 13, kemudian
ditambahkan indikator murexide, dititrasi
dengan EDTA 0.1 M hingga berwarna violet.
Rumus perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis MgOLarutan yang sama (filtrat CaO di atas),
ditambahkan HCl pekat hingga jernih,
ditambahkan amonia pekat hingga pH 10,
ditambahkan indikator EBT (eriochrome
black-T) dan dititrasi dengan EDTA 0.1 M
terjadi perubahan warna dari merah menjadi
biru. Rumus perhitungan pada Lampiran 5.
Analisis kadar AirWadah yang konstan ditimbang (A),
kemudian wadah dan sampel ditimbang (B),lalu dipanaskan dalam oven pada suhu 100 C
sampai bobot konstan. Sampel didinginkan,
kemudian ditimbang (C). Rumus perhitungan
pada Lampiran 5.
Analisis Hilang PijarCawan kosong yang telah konstan
ditimbang (A), kemudian cawan kosong dan
sampel (1-4) ditimbang (B), lalu dipijarkandalam tanur pada suhu 1000 C selama 24
jam (semalam) atau sampai bobot konstan.
Sampel didinginkan dalam eksikator,kemudian ditimbang (C). Rumus perhitungan
pada Lampiran 5.
Analisis Volati le Matter
Cawan kosong dan koach yang telahkonstan ditimbang (A). Cawan kosong, koach,
dan sampel (1-3) ditimbang (B). Sampel
dipijarkan dalam tanur pada suhu 1000 C
selama 8 menit, lalu didinginkan dalam
eksikator, kemudian ditimbang (C).
7/26/2019 G09dhi.pdf
15/33
7
Penentuan Fixed CarbonPenentuan fixed carbon dari batu bara
berdasarkan selisih antara hasil perhitungan
hilang pijar dan volatile matter.
Penentuan Kadar AbuPenentuan kadar abu dari batu bara
berdasarkan selisih antara total persentase(100%) dan hasil perhitungan hilang pijar.
Analisis dengan Alat X-RayFlouresence
Spectrofotometer
Sampel dalam wadah pipa paralon dipress
dengan mesin pengepresan briket pada
tekanan 35 ton. Sampel ditempatkan pada
wadah analisis lalu ditutup rapat. Nama dan
kode sampel dimasukkan, tombol F1 ditekan
sehingga diperoleh hasil analisis tentang
komposisi kimia dalam bentuk persen padalayar.
Analisis dengan Alat Carbon/Sulfur
Determinator
cawan yang kosong pada ditimbang
dengan timbangan dalam alat, kemudiansampel dimasukkan sebanyak 0.3, lalu
ditambahkan katalisator secukupnya. Cawan
dan sampel dimasukkan dalam tempat
pembakaran sehingga data mengenai kadar
karbon dan sulfur terlihat pada layar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengkayaan Kandungan Bijih Besi
Laterit dengan Benefisiasi
Bijih besi yang berbentuk batuan harusdihilangkan jumlah air dari sampel supaya
bobot yang diperoleh konstan. Kadar air yang
diperoleh kecil, yaitu 1.03% karena air hanya
terdapat pada bagian lapisan luar batuan besi.
Menurut Harjadi (1986), air yang terikat
secara fisik untuk menghilangkannyadiperlukan panas rendah sekadar untuk
menguapkannya, umumnya suhu 100-105 C.
Hasil analisis awal terdapat pada Lampiran 6baik dengan analisis metode XRF maupun
analisis metode konvensional. Mulyaningsih
(2005) menyatakan bahwa metode XRF lebihcepat dibandingkan metode konvensional,
metode konvensional memerlukan beberapa
tahapan analisis, sedangkan metode XRF
hanya satu tahap analisis dan langsung
dihasilkan analisisnya. Selain itu, metodekonvensional memiliki tingkat keakuratan
hasilnya yang lebih tinggi dibandingkan
dengan metode XRF. Hal ini disebabkan
metode XRF mempunyai kendala dalam
karakteristik matrik sampel dan matrik
standar. Standar yang digunakan dalam
metode XRF maupun metode basah adalahiron ore yang sudah diketahui kadar Fe total
maupun Fe metal dengan pasti (kode material
standarnya euroMRC 685-1).
Pada metode fluoresensi sinar-X, sampellogam atau spesimen batuan disinari oleh
berkas sinar-X gelombang pendek. Berkas inidapat mementalkan sebuah elektron dari kulit
elektron terdalam dari sebuah atom, dan untuk
menggantikan elektron yang hilang ini,
sebuah elektron lain dapat melompat dari
salah satu kulit luar dan dengan demikian
terbebas energi dalam bentuk sinar-X. Radiasi
sinar-X sekunder atau pendaran
(fluorescence) yang dihasilkan ini akan
dipancarkan dengan panjang gelombang yang
karakteristik dari atom yang bersangkutan,
dan intensitas radiasi itu dapat digunakanuntuk memperkirakan banyaknya unsur di
dalam sampel yang menimbulkan radiasi itu.
Ini merupakan suatu contoh dari sejumlah
metode uji yang disebut non-destruktif (tak
merusak) (Basset et al.1994).
Adanya unsur-unsur lain dalam jumlahyang cukup besar setelah dilakukan analisis
metode XRF menandakan bahwa dalam bijih
besi laterit tersebut masih terdapat banyak
pengotor sehingga kadar Fe total kecil.
Apabila kadar Fe total dari bijih besi kurang
dari 63% maka perlu dilakukan proses
benefisiasi. Proses ini digunakan untukmemisahkan antara mineral berharga dari
pengotornya berdasarkan perbedaan sifat
kemagnetan yang dimilki oleh mineral-
mineral pada bijih besi. Dengan mengurangipengotor-pengotor tersebut, maka diharapkan
akan didapatkan kadar Fe yang lebih tinggi.
Fraksi ukuran yang digunakan adalah 150
mesh karena mineral-mineral berharga yang
terdapat pada bijih besi terjebak antara
mineral-mineral pengotor yang lain.Hasil dari proses benefisiasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut: hasil
benefisiasi yang banyak mengandung mineralberharga, hasil benefisiasi bijih besi yang
banyak mengandung unsur pengotor dan hasil
benefisiasi bijih besi yang masih cukupbanyak mengandung mineral berharga
sehingga perlu dilakukan proses benefisiasi
ulang. Ketika proses benefisiasi berlangsung,
terdapat gaya yang bekerja antara lain: gaya
magnet atau medan magnet yang ditimbulkanoleh pemisah magnet, gaya gravitasi, gaya
sentrifugal, gaya gesek, gaya tarik atau tolak
antar partikel.
Proses benefisiasi (pengkayaan) dengan
melakukan pencucian bijih besi
7/26/2019 G09dhi.pdf
16/33
8
menggunakaan air dan deterjen serta
pemisahan dengan magnet. Pencucianterutama digunakan untuk mengurangi jumlah
unsur-unsur pengganggu yang terdapat pada
bijih besi seperti silika. Setelah dilakukan
proses benefisiasi, diperoleh kadar silikamenurun dari 5.90 menjadi 2.69%. Alasan
digunakannya deterjen adalah sebagai zatyang mampu memperkecil tegangan
permukaan dimana unsur-unsur pengganggu
akan terikat pada deterjen dan menjaga tetap
teremulsinya kotoran suatu pelarut. Proses
benefiasi ini dilakukan berulang-ulang agar
kotoran-kotoran pengganggu berkurang
sehingga kadar Fe total dapat meningkat, yaitu
56.70 menjadi 64.51%. Perhitungan kadar Fe
total dapat dilihat pada Lampiran 7.
Penentuan Fe total dengan metode basah
menggunakan HCl pekat untuk melarutkanbesi oksida yang terkandung dalam bijih besi
laterit. Ketika besi oksida larut sempurna
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
coklat kemerahan. Air akuades untuk
mengencerkan larutan besi oksida. Pada saat
larutan mendidih, Fe3+
akan direduksi menjadiFe
2+ oleh larutan SnCl2 sehingga warna
berubah menjadi tak berwarna. Penambahan
larutan HgCl2 setelah larutan dingin untuk
menangkap kelebihan Sn2+
yang berubah
menjadi Sn4+
berdasarkan reaksi berikut,
(Arthur 1979)
2Fe3++ Sn2+ 2Fe2++ Sn4+
Penambahan H3PO4 berfungsi
mengaktifkan indikator Fe (difenilamina
sulfonat) karena asam fosfat akan membentuk
kompleks Fe3+
sehingga berada dalam trayekperubahan indikator. Selanjutnya dititrasi
menggunakan larutan kalium dikromat yang
sudah distandardisasi. Pada titrasi tersebut
akan terjadi proses oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+
.
Perubahan warna yang terjadi dari putih
menjadi kehijauan kemudian ungu.Penentuan Fe
2+didasarkan pada pelarutan
dengan HCl pada kondisi ruang yang ditutup
geockel glass untuk mencegah masuknyaoksigen sehingga tidak terjadi oksidasi Fe
2+
menjadi Fe3+
. Penambahan H3PO4 berfungsi
mengaktifkan indikator Fe karena asam fosfatakan membentuk kompleks Fe
3+. Selanjutnya
pada titrasi dengan larutan kalium dikromat
akan terjadi proses oksidasi Fe2+
menjadi Fe3+
.
Pengaruh Suhu Pada Persen Reduksi
Bijih Besi Laterit
Persen reduksi besi spons adalah
banyaknya oksigen yang diambil atau hilang
dari besi oksida oleh reduktor pada saat proses
reduksi. Persen reduksi besi spons
menunjukkan seberapa besar keberhasilan dari
proses reduksi bijih besi melalui prosesreduksi langsung. Selain persen reduksi, untuk
melihat kualitas besi spons digunakan juga
persen metalisasi.
Berdasarkan ilmu termodinamika,kenaikan suhu menyebabkan reaksi reduksi
bijih besi akan cenderung berjalan ke arahkanan (membentuk produk [logam Fe]) atau
berjalan lebih spontan. Sehingga reaksi
reduksi bijih besi akan berjalan semakin baik
pada setiap kenaikan suhu namun persen
reduksi akan menurun yang ditunjukkan
gambar 2 akibat perubahan gas langsung
menjadi CO2.
Gambar 2 Pengaruh suhu pada persen reduksibijih besi laterit dari Bayah
Perpindahan massa yang terjadi dalam
sistem reduksi langsung terdiri atas proses
difusi dan konveksi. Proses konveksi yang
disebabkan oleh aliran gas dalam sistem
merupakan mekanisme perpindahan massa
yang paling dominan dalam reduksi langsung
(Sun 1999). Sebagian besar reaksi kimia yang
terjadi selama reduksi bijih besi adalah reaksi
endotermik. Suhu proses yang digunakan
menentukan keberhasilan proses reduksi bijihbesi karena akan memengaruhi tingkat
metalisasi dan persen reduksi dari besi spons
yang dihasilkan (Sun 1999).
Kenaikan suhu menyebabkan laju
perpindahan panas antar partikel padatanmakin tinggi, karena konduktifitas panas
padatan dan radiasi yang meningkat. Panas
harus selalu tersedia untuk menjaga
kelangsungan reduksi bijih besi. panas yang
masuk digunakan pada proses gasifikasi
karbon untuk menghasilkan gas CO yangberperan sebagai reduktor. Hal ini disebabkan
karena gasifikasi karbon memiliki nilai energi
7/26/2019 G09dhi.pdf
17/33
9
aktifasi yang tinggi karena reaksinya berjalan
endotermik. Pelepasan oksigen dari besioksida dilakukan oleh gas CO yang dihasilkan
dari reaksi gasifikasi karbon dengan gas CO2
yang berjalan secara endotermik dengan
persamaan (Perry 1984),C + O2CO2
C + CO2 2COLaju gasifikasi karbon juga dipengaruhi
oleh laju perpindahan massa gas oksida (CO2
dan O2) untuk mengoksidasi karbon. Semakin
tinggi suhu maka laju difusi dan konveksi gas
oksida makin tinggi sehingga laju gasifikasi
karbon juga meningkat. Peningkatan laju
gasifikasi karbon akan meningkatkan
konsentrasi gas reduktor yang menyebabkan
konsumsi karbon sehingga jumlah karbon (%)
akan berkurang yang ditunjukkan pada
Gambar 3. Naiknya suhu maka padatankarbn memiliki kecenderungan yang kuat
untuk menjadi CO, sehingga volume gas CO
semakin besar dengan bertambahnya suhu.
Pada suhu 800oC dan 900
oC diperlukan
persen gas CO yang lebih tinggi untuk
mereduksi magnetit (Fe3O4) menjadi wustit(FeO) jika dibandingkan dengan suhu 1000oC, hal ini disebabkan reaksi reduksi magnetit
menjadi wustit berjalan secara endotermik.
Gambar 3 Pengaruh suhu pada persen
karbon setelah proses reduksi
bijih besi laterit dari Bayah
Peningkatan konstanta laju gasifikasikarbon akan meningkatkan konsumsi karbon
sehingga laju proses reduksi dan pembentukan
CO2 dan H2O untuk gasifikasi karbon
meningkat. Sehingga laju proses reaksi
reduksi secara keseluruhan akan meningkat
(Milandia 2005).
Komposisi kimia batu bara dapat
memengaruhi proses pembakaran dalam
mereduksi bijih besi. Kandungan volatile
matter (VM) memengaruhi kesempurnaanpembakaran dan intensitas api. Penilaian
tersebut didasarkan pada rasio atau
perbandingan antara kandungan karbon (fixed
carbon) dengan zat terbang, yang disebutdengan nisbah bahan bakar (fuel ratio).
Semakin tinggi nilai fuel ratio maka jumlahkarbon di dalam batu bara yang tidak terbakar
juga semakin tinggi. Jika perbandingan fuel
ratio nilainya lebih dari 1.2 pengapian akan
kurang baik karena kecepatan pembakaran
menurun. Kadar abu tinggi berarti
memengaruhi tingkat pengotoran tinggi.
Kadar abu dalam percobaan ini 7.93% yang
berarti pengotornya cukup tinggi. Kadar
karbon yang diperoleh 47.19% karenanya
dapat digolongkan ke dalam batu bara jenis
sub-bituminus.Pada suhu 1000
oC tersedia panas yang
lebih tinggi untuk mereduksi magnetit
menjadi wustit jika dibandingkan pada suhu
900oC, sehingga kebutuhan persen gas CO
lebih kecil. Pada suhu rendah (T
7/26/2019 G09dhi.pdf
18/33
10
metalisasi akan naik namun turun pada suhu
1000oC akibat jumlah CO berkurang setelah
proses reduksi.
Reaksi lambat ini terjadi karena gas
reduktor (CO) yang dibutuhkan untuk reaksi
reduksi bijih besi dan gasifikasi batu baratidak cukup karena batu bara telah
terdevolatilisasi lebih awal sehingga gas COyang tersisa tidak mencukupi untuk reaksi
lainnya. Secara umum, perubahan dari hematit
menjadi magnetit, magnetit menjadi wustit
dan wustit menjadi logam besi dengan reduksi
langsung merupakan reduksi orde ke-1
(Donskoi et al.2002).
Ishizaki, Nagata, dan Hayashi (2007)
menjelaskan bahwa penggabungan batu bara
dengan bijih besi terjadi saat kondisi butiran
dipanaskan mencapai suhu 800C. Di atas
suhu ini, terjadi reduksi Fe3O4 menjadi FeOpada rentang suhu 800-1000 C kemudian
FeO menjadi Fe pada suhu 1000 C-1250 C.
Perubahan hematit menjadi logam besi (Fe)
terjadi dalam tiga tahap, yaitu hematit menjadi
magnetit, magnetit menjadi wustit dan wustit
menjadi Fe. Hematit mulai tereduksi padasuhu 580
oC dan mulai berakhir pada 670
oC
menggunakan gas CO dan H2 hasil
devolatilisasi batu bara. Magnetit tereduksi
pada suhu 670-870oC membentuk FeO
menggunakan gas CO dan H2 hasil
devolatilisasi dan CO yang berasal dari reaksi
gasifikasi batu bara. FeO tereduksi pada suhu870-1200
oC dengan gas CO hasil gasifikasi
batu bara. Reaksi maksimum terjadi pada suhu
950-1100oC. Hal ini disebabkan karena
karbon sangat mudah teroksidasi pada suhu 800
oC (Liu 2003).
Penambahan kapur suhu 800 o
C dan 900oC tingkat metalisasi bijih besi Bayah (19.45%
dan 44.50%) dan penambahan bentonit
(17.97% dan 43.78%) lebih rendah jika
dibandingkan dengan tingkat metalisasi padasuhu 1000
oC, yaitu 80.63% untuk
penambahan kapur dan 82.11% untuk
penambahan bentonit. Hal ini disebabkan olehlaju gasifikasi karbon pada suhu 800
oC dan
900oC berjalan lebih lambat karena masih
terdapat jelaga jika dibandingkan pada suhu1000
oC. Nilai persen metalisasi dapat dilihat
pada gambar 4. Selain itu, belerang yang
terkandung dalam bijih besi dan batu bara
diikat oleh kapur bakar hasil kalsinasi batu
kapur. Reaksi yang terjadi ditunjukkan olehpersamaan berikut:
CaO + S + C CaS + CO
2S + 2CaO + Si2CaS + SiO2
S + 2CaO + 2Si2CaSi + SO2,
Nomura et al. (2007) menyatakan bahwa
ketika suhu 1200oC, komponen utama dari
batu bara, SiO2, dan FeO di dalam serbuk
bijih besi dapat bereaksi menghasilkan suatu
campuran FeO dan SiO2, yaitu fayalite
(2FeO.SiO2). Akibat terbentuknya fayalite,hasil reduksi yang diperoleh lebih rendah dari
1000o
C walaupun sisa karbonnya sedikit.
Gambar 4 Pengaruh suhu pada persen
metalisasi bijih besi laterit dari
Bayah
Perbandingan Penambahan Kapur dan
Bentonit
Proses pembentukan pelet untuk besi
spons dipengaruhi oleh penambahan air,bahan perekat, dan ukuran butiran.
Penambahan air yang terlalu banyak akan
membuat pelet menjadi lebih lunak sehingga
sulit dibentuk bulatan. Penambahan air yang
terlalu sedikit akan membuat kekuatan bola
pelet berkurang. Pembentukan pelet dengan
penambahan kapur lebih rapuh dibandingkanpenambahan bentonit akibat kadar Al2O3pada
bentonit yang lebih banyak sehingga lebih
mudah untuk merekatkan partikel bijih besi.
Penambahan binder atau perekat akan
membuat pelet semakin kuat setelah dilakukan
proses reduksi. Bentonit berperan sebagaiperekat karena Kandungan utama bentonit
adalah 80% mineral monmorilonit seperti
kristal aluminium, hidrosilikat dengan struktur
lapisan membentuk tanah liat. Struktur
monmorilonit terdiri atas 3 layer, yaitu lapisanalumina (Al2O3) berbentuk oktahedral yang
diapit oleh 2 lapisan silika (SiO4) berbentuk
tetrahedral. Bentonit mengandung SiO2 lebih
tinggi dibandingkan CaO sehingga hasil besi
spons dapat dikatakan bersifat asam
sedangkan kapur mengandung kadar CaOlebih banyak dibandingkan SiO2sehingga besi
spons dapat dikatakan bersifat basa.
7/26/2019 G09dhi.pdf
19/33
7/26/2019 G09dhi.pdf
20/33
12
Coal, Coke, Soils, Mineral Ores,
Catalysts and Plants [terhubung berkala]http://www.labfit.com/ (9 April 2009).
Liu G. 2003. Thermal Investigations of Direct
iron Ore reductions With Coal.[terhubung berkala].
http://www.sciencedirect.com/. (14 Mei2009)
Meyer K. 1980. Pelletizing Of Iron Ores.
Germany : Springer-Verlag Berlin.
Milandia A. 2005. Studi Pendahuluan
Pembuatan Besi Spons menggunakan
Bijih Besi Lokal Dengan Reduktor
Campuran Batu baraGreencoke
[Skripsi]. Cilegon: Fakultas Teknik,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Mulyaningsih R. 2005. Perbandingan
Komposisi Kimia Bijih Besi Dengan
Metode Analisis Konvensional dan
Flouresensi Sinar-X Di PT Krakatau Steel
[Skripsi]. Surabaya:Fakultas Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Jendral Achmad Yani
Nomura S et al. 2007. Some Fundamental
Aspects of Highly Reactive Iron Coke
Production. ISIJ International 47(6):823
830.
Novyanto, O. 2007. Mengenal Fabrikasi Besi
Kasar. [terhubung berkala]
http://okasatria.blogspot.com (18Maret2009).
Harian Umum Pelita. 2009. Konsumsi Baja
Naik Tahun 2003. [terhubung berkala]
http://www.pelita.or.id (28 Juli 2009)
Pelton D dan Christopher W. 2000. Direct
Reduced Iron Technology and Economics
of Productions and Use. Warrendale :The Iron and Steel Society
Perry RH. 1984. Perrys Chemical
Engineering Hand Book. Ed ke-6.
International Student Edition. Tokyo:
MC-Graw-Hill Book Company.
Raharjo IB. 2006. Mengenal Batu bara.[Terhubung berkala] http://www.
indeni.org (19 Maret 2009).
Rosenqvist T. 1983. Principles of Exstractive
Metallurg second edition. Singapura :
McGraw- Hill Book Co.
Ross HU. 1980. Physical Chemistry: Part IThermodynamics. Direct Reduced Iron
Technology and Economics of Productions
and Use. Warrendale : The Iron and Steel
Society
Saidi A et al. 2004. Hyperactivation ofBentonite in Pelletizing Process.
International Journal of ISSI 1(1):38-41.
Sani H. 2008. Bijih Laterit. [terhubung
berkala] http://one.indoskripsi.com (19
Maret 2009).
Seki I dan Nagata K. 2006. Reduction
Kinetics of Hematite Powder
Mechanically Milled with Graphite. ISIJ
International 46(1):17.
Skoog DA, Holler FJ, dan Nieman TA. 1998.
Principles Of Instrumental Analysis. Ed
ke-4.USA: Harcourt Brace and Company
Sutisna DT. 2007 Potensi dan PemanfaatanCebakan Bijih Besi di Indonesia.
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral Badan Geologi Pusat Sumber
Daya Geologi. Bandung.
Sun S. 1999. A Study of Kinetics and
Mechanism of Iron Ore Reduction inOre/Coal Composites. Kanada:McMaster
University.
Syuhada et al. 2009 Modifikasi Bentonit(Clay) menjadi Organoclay dengan
Penambahan Surfaktan.Jurnal Nano sains
& Nanoteknologi ISSN 1979-0880.
2(1):1-5
[Tekmira] Teknologi dan Mineral. 2005. BatuKapur/Gamping. [terhubung berkala]
http:// www.tekmira.esdm.go.id/. (12 Mei
2009)
Arthur I. 1979. A Textbook of Macro and
Semi Micro Qualitative Inorganic
Analysis.Ed ke-4. London and New York
: Longman. Inc
Word Coal Institute. 2004. Pengertian Batu
bara. [terhubung berkala]http://www.worldcoal.org. (19Maret
2009)
http://www/http://www.sciencedirect.com/http://www.pelita.or.id/http://www/http://one.indoskripsi.com/http://www.worldcoal.org/http://www.worldcoal.org/http://one.indoskripsi.com/http://www/http://www.pelita.or.id/http://www.sciencedirect.com/http://www/7/26/2019 G09dhi.pdf
21/33
13
LAMPIRAN
7/26/2019 G09dhi.pdf
22/33
14
Lampiran 1 Bahan baku dan hasil percobaan
a b
a. Sampel Bijih Besi Laterit dan b. Batu bara
a
b
a. Briket Bijih Besi Laterit dan b. BentukPelet yang akan direduksi
Hasil Titrasi Analisis Fe Total dan Fe Metal
7/26/2019 G09dhi.pdf
23/33
15
Lampiran 2 Alat yang digunakan dalam percobaan
a b
a. AlatLaboratory Disk Milldan b. AlatAuto Glass Bead
a b
a. Alat Briqueting Press Machunedan b. Alat Carbon/Sulfur Determinator
a b
a. AlatX-Ray Flouresence Spectrofotometerdan b. Tempat Sampel XRF
7/26/2019 G09dhi.pdf
24/33
16
Lampiran 3 Diagram alir reduksi bijih besi
Benefisiasi
Bijih besi
Bayah Batu bara
Preparasi sampel:
Grinding
Analisis
komposisi kimia(metode basah) dan
X-Ray Fluorosence
Screening
Preparasi sampel:
Grinding
Screening
Analisis
komposisi kimiaProximate analysis
Mixing1. Bijih besi+Batu bara+ 1% kapur + akuades2. Bijih besi+Batu bara+ 1% bentonit + akuades
Reduksi selama waktu
(60 menit) dan suhu
(800, 900, 1000, 1100, dan 1200 C)
Preparasi sampel:
Grinding dan Screening
Pengujian:- Analisis Fe metal
dan Fe total
-
Analisis % karbon
dengan Carbon
Determinator
Literatur
Simpulan
Pembahasan
Pengolahan data
Analisis komposisi
kimia pada kapur
dan bentonit
7/26/2019 G09dhi.pdf
25/33
17
Lampiran 4 Diagram alir benefisiasi
Sampel(Bijih Besi Laterit dari Bayah)
Pencucian dengan air dan deterjen
Pengadukan
Pemisahan dengan magnet
Penghilangan pengotor pada
permukaan
Pengeringan
Pengulangan jika analisis
Fe total < 63 %
Konsentrat Tailing
7/26/2019 G09dhi.pdf
26/33
18
Lampiran 5 Rumus-rumus perhitungan pada metode analisis
Perhitungan standardisasi kalium dikromat
N K2Cr2O7 = % Fe total bobot Fe standar (mg)
V K2Cr2O7 BA Fe 100%
Perhitungan kadar Fe total Keterangan:
% Fe total = (VN) K2Cr2O7 BA Fe 100% N = normalitas
bobot contoh (mg) V = volum (ml)
BA = bobot atom
Perhitungan kadar Fe 2+
% Fe 2+ = (VN) K2Cr2O7 BA Fe 100%
bobot contoh (mg)
Perhitungan kadar Fe metal
% Fe metal = (VN) K2Cr2O7 BA Fe FP 100% Keterangan:
bobot contoh (mg) 3 FP = faktor pengenceran
Perhitungan kadar SiO2
% SiO2 = AB 100% Keterangan : A= bobot silikat dan impuritis (gram)
G B = bobot impuritis (gram)
G = bobot contoh (gram)
Perhitungan kadar MgO
% MgO = (VN) EDTA BM MgO FP 100%bobot contoh (mg)
Keterangan:
Perhitungan kadar CaO BM = bobot molekul
% CaO = (VN) EDTA BM CaO FP 100%
bobot contoh (mg)
Perhitungan kadar air
% H20 = BC 100%
BA
Keterangan:
Perhitungan hilang pijar A = bobot wadah konstan (gram)% HP = BC 100% B = bobot wadah dan sampel (gram)
BA C = bobot setelah pemanasan (gram)
Perhitungan volatile matter
% VM = BC 100%
BA
Perhitungankarbon tetap dan kadar abu
fixed C = % HP - % VM
% ash = 100% - % HP
7/26/2019 G09dhi.pdf
27/33
19
Lampiran 6 Data hasil pengujian
a) Perbandingan komposisi kimia bijih besi laterit antara sebelum benefisiasi dansetelah benefisiasi
Komposisi Kimia Sebelum Benefisiasi (%) Setelah Benefisiasi(%)
Fe Total 56.7000 64.5100
Fe2+ 14.5300 19.3200
SiO2 5.9000 2.6900
CaO 0.4200 0.3500
MgO 0.2800 0.2600
MnO 0.9800 0.7400
Al2O3 1.2300 0.5300
TiO2 6.3200 4.7000
V2O5 0.5500 0.6200Cr2O3 0.0500 0.0500
P2O5 0.0900 0.0600
S 0.0200 0.0100
Ni 0.0114 0.0098
Cu 0.0068 0.0058
Na2O 0.0010 0.0009
K2O 0.0008 0.0009
Zn 0.0001 0.0001
Sn 0.0001 0.0001
Pb 0.0001 0.0001
Hilang PijarCaO/SiO2
1.02000.0852
0.96000.1301
b) Reduksi bijih besi laterit dari Bayah berdasarkan perbandingan mol danpenambahan kapur pada waktu 60 menit
suhuFe total
(%)Fe metal
(%)metalisasi
(%)karbon
(%)reduksi
(%)
800 60.15 11.70 19.45 4.11 44.52
900 65.24 29.03 44.50 2.35 58.54
1000 72.68 58.60 80.63 0.21 83.88
1100 71.59 56.22 78.53 0.09 82.40
1200 65.06 34.40 52.87 0.05 64.89
7/26/2019 G09dhi.pdf
28/33
20
c) Reduksi bijih besi laterit dari Bayah berdasarkan perbandingan mol danpenambahan bentonit pada waktu 60 menit
Suhu (oC)
Fe total(%)
Fe metal(%)
Metalisasi(%)
Karbon(%)
Reduksi(%)
800 58.5 10.51 17.97 5.15 45.05900 64.66 28.31 43.78 3.09 58.38
1000 71.92 59.05 82.11 0.82 85.26
1100 68.77 45.16 65.67 0.24 72.96
1200 70.39 52.6 74.73 0.15 79.63
d) Analisis kimia kapur dan bentonit
Komponen Kimia Kapur(%) Bentonit(%)
SiO2 0.33 59.18
CaO 51.27 2.73MgO 1.23 0.67
Hilang Pijar 42.45 18.01
Impuritis 4.72 19.41
e) Analisis kimia batu bara
Analisis Batu bara Hasil(%)
Volatile Matter 45.25
Kadar Abu 7.56
Fixed Karbon 47.19
Hilang Pijar 92.44
Sulfur 4.69
Kadar Air 8.96
7/26/2019 G09dhi.pdf
29/33
21
Lampiran 7. Contoh perhitungan
Analisis bijih besi dari Bayah setelah benefisiasi
Perhitungan kadar SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 20.8929 gB = bobot impuritis (gram) = 20.8659 g
G = bobot sampel (gram) = 1.0013 g
% SiO2= A-B 100%
G
= (20.8929 - 20.8659)g 100%
1.0013 g
= 2.69 %
Perhitungan Fe total dari filtrat SiO2Bobot sampel = 1.0013 g = 1001.30 mg
Volume K2Cr2O7 = 21.60 ml
Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N
% Fe total = (21.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 500/100 100%
1001.30 mg
= 64.51 %
Perhitungan Fe2+
Bobot sampel = 0.5046 g = 504.60 mg
Volume K2Cr2O7 = 16.30 ml
Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N
% Fe 2+ = (16.30 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%
504.60 mg
=19.32 %
Perhitungan basisitasDiketahui hasil analisis XRF pada bijih besi
% CaO = 0.35 % dan % SiO2= 0.26 %
Basisitas = % CaO = 0.35 % = 1.35
% SiO2 0.26 %
Analisis kapur
Perhitungan SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 20.8497 g
B = bobot impuritis (gram) = 20.8464 g
G = bobot sampel (gram) = 1.0034 g% SiO2= A-B 100%
G
= (20.8497 - 20.8464)g 100%
1.0034
= 0.33 %
7/26/2019 G09dhi.pdf
30/33
22
Penentuan CaOBobot sampel = 1.0034 g = 1003.40 mg
Volume EDTA = 19.40 ml
Normalitas EDTA = 0.0947 N% CaO = (19.40 ml 0.0947 N) 56 500/100 100%
1003.40mg
= 51.27 %
Penentuan MgOBobot sampel = 1.0034 g = 1003.40mg
Volume EDTA = 0.65 ml
Normalitas EDTA = 0.0947 N
% MgO = (0.65 ml 0.0947 N) 40 500/100 100%
1003.40mg
= 1.23 %
Penentuan basisitas% Basisitas = % CaO = 51.27 % = 155.36
% SiO2 0.33 %
Analisis bentonit
Perhitungan SiO2A = bobot silikat dan impuritis (gram) = 21.5684 g
B = bobot impuritis (gram) = 20.9751 g
G = bobot sampel (gram) = 1.0057 g
% SiO2= A-B 100%
G
= (21.5684 - 20.9751)g 100%
1.0057
= 58.99 %
Penentuan CaOBobot sampel = 1.0057 g = 1005.70 mg
Volume EDTA = 1.02 ml
Normalitas EDTA = 0.0961 N% CaO = (1.02 ml 0.0961 N) 56 500/100 100%
1005.70 mg
= 2.73 %
Penentuan MgOBobot sampel = 1.0057 g = 1005.70 mg
Volume EDTA = 0.35 ml
Normalitas EDTA = 0.0961N
% MgO = (0.35 ml 0.0961 N) 40 500/100 100%
1005.70 mg
= 0.67 %
7/26/2019 G09dhi.pdf
31/33
23
Penentuan basisitas% Basisitas = % CaO = 2.73 % = 0.0463
% SiO2 58.99 %
Analisis sampel batu bara
Perhitungan kadar air (H2O)A = Bobot wadah kosong yang telah konstan = 380.85 g
B = Bobot wadah + sampel = 1020.73 g
C = Bobot wadah + sampel setelah dioven = 963.38 g
% H2O = BC 100%
BA
= (1020.73963.38) g 100%
(1020.73380.85) g= 8.96 %
Perhitungan hilang pijar (HP)A = Bobot cawan kosong yang telah konstan = 18.9307 g
B = Bobot cawan + sampel = 22.7137 g
C = Bobot cawan + sampel setelah dipijarkan = 19.2207 g
% HP = BC 100%
BA
= (22.713719.2207) g 100%
(22.713718.9307) g
= 92.33 %
Rataan %HP = 92.33% + 92.55% = 92.44%
2
Perhitungan volatile matters (VM)A = Bobot cawan kosong yang telah konstan = 31.2295 g
B = Bobot cawan + sampel = 33.0035 g
C = Bobot cawan + sampel setelah dipijarkan = 32.1995 g
% VM = BC 100%
BA
= (33.003532.1995) g 100%(33.003531.2295) g
= 45.32 %
Rataan %VM = 45.32 % + 45.17% = 45.25 %
2
Perhitungan karbon tetap (fi xed C)% fixed C = % HP - % VM = 92.44% - 45.25 % = 47.19 %
Perhitungan kadar abu (ash)
% ash = 100% - % HP = 100 % - 92.44 % = 7.56%
7/26/2019 G09dhi.pdf
32/33
24
Perhitungan konsumsi batu bara
2Fe2O3+ 3C > 4Fe + 3CO2
Diketahui: Basis sampel 100 gram
mol Fe2O3 = g/Mrmol Fe2O3 = 100 g/160 g/mol
= 0.625 mol
Mol C = 3/2 0.625 mol
= 0.9375 mol
Bobot karbon yang dibutuhkan adalah:
Gram karbon = mol C Ar C
= 0.9375 12 = 11.25 g (untuk 100%fixed carbon)
Diketahui persenfixed carbon sub-bituminus 47.19 %. maka jumlah
karbon yang diperlukan adalah:
C = gg
84.23%19.47
%10025.11
Analisis besi spons berdasarkan perbandingan mol dan penambahan kapur
pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit
Perhitungan Fe totalBobot sampel = 0.3012 g = 301.20 mg
Volume K2Cr2O7 = 36.60 mlNormalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N
% Fe total = (36.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%
301.20 mg
=72.68 %
Perhitungan Fe metalBobot sampel = 0.2014 g = 201.40 mg
Volume K2Cr2O7 = 29.60 ml
Normalitas K2Cr2O7 = 0.1091 N
% Fe metal = (29.60 ml 0.1068 N) 56 g/mol 200 ml/100 ml 100%
201.40 mg 3=58.60 %
Perhitungan metalisasi% Metalisasi = % Fe metal 100 %
% Fe total
= 58.60 % 100%
72.68 %
= 80.63 %
7/26/2019 G09dhi.pdf
33/33
25
Analisis besi spons berdasarkan perbandingan mol dan penambahan
bentonit pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit
Perhitungan Fe totalBobot sampel = 0.3002 g = 300.20 mg
Volume K2Cr2O7 = 36.10 ml
Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N
% Fe total = (36.10 ml 0.1068 N) 56 g/mol 100%
300.20 mg
=71.92 %
Perhitungan Fe metalBobot sampel = 0.2012 g = 201.20 mg
Volume K2Cr2O7 = 29.80 ml
Normalitas K2Cr2O7 = 0.1068 N% Fe metal = (29.80 ml 0.1068 N) 56 g/mol 200 ml/100 ml 100%
201.20 mg 3
=59.05 %
Perhitungan metalisasi% Metalisasi = % Fe metal 100 %
% Fe total
= 59.05 % 100%
71.92 %
= 82.11 %
Perhitungan persen reduksi bijih besi laterit berdasarkan perbandingan mol
dan penambahan bentonit pada suhu 1000oC serta waktu 60 menit
%Reduksi = % Oksigen awal - % Oksigen akhir
% Oksigen awal
[iFetFe2+ Mr O + Fe2+Ar O][FetFem Ar O]
Mr Fe Ar Fe Ar Fe
=
[AFetotalFe2+ Ar O + Fe2+Ar O]
Ar Fe Ar Fe
= [64.51-19.32 48/112+19.32 16/56][71.92-59.0516/56] 100%
[64.51-19.32 48/112 + 19.32 16/56]
= 24.95-3.6770
24.95
= 85.26%
Keterangan : itFe = Kadar Fe total sebelum direduksi
tFe = Kadar Fe total sesudah direduksi
m
Fe= Kadar Fe metal sesudah direduksi