127
EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA SKRIPSI Oleh HAWARA SEBASTIAN SITOMPUL H24060972 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

H10hss.pdf

  • Upload
    devi

  • View
    222

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: H10hss.pdf

EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED

SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN

JAKARTA

SKRIPSI

Oleh

HAWARA SEBASTIAN SITOMPUL

H24060972

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: H10hss.pdf

ABSTRAK

Hawara Sebastian Sitompul. H24060972. Evaluasi Kinerja dengan Metode

Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Di bawah bimbingan

Siti Rahmawati.

Persaingan industri kesehatan yang semakin ketat, membuat rumah sakit

sebagai institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM, padat ilmu

dan padat teknologi harus memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan pesaing,

untuk dapat memenangkan persaingan. Keunggulan kompetitif dapat dicapai

rumah sakit dengan menerapkan sistem manajemen yang berfokus pada strategi.

Pada proses penetapan manajemen strategis, rumah sakit harus memiliki sistem

penilaian kinerja yang baik, untuk dapat mengukur dimana posisinya saat ini

didalam persaingan industri .

Penilaian kinerja secara modern tidak lagi menitiberatkan faktor keuangan

menjadi satu-satunya pedoman penilaian kinerja. Konsep penilaian kinerja dengan

metode Balanced Scorecard mengukur kinerja perusahaan secara komprehensif

baik dari sektor keuangan maupun non keuangan. Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta

sebagai salah satu rumah sakit tertua di Jakarta Utara, bersaing dengan 15 rumah

sakit lain yang memiliki berbagai macam keunggulan tersendiri di wilayah Jakarta

Utara. Agar dapat memenangi persaingan dengan kompetitor, rumah sakit

Pelabuhan Jakarta harus memiliki sistem penilaian kinerja yang komprehensif,

koheren, berimbang dan terukur. Tujuan dari penelitian ini ialah (1) Mengetahui

indikator-indikator penilaian kinerja yang selama ini digunakan oleh RS

Pelabuhan Jakarta, (2) Mengetahui dan mengevaluasi peta strategi Balanced

Scorecard yang sesuai dengan visi, misi dan strategi pada RS Pelabuhan Jakarta

(3) Memperoleh rancangan sistem pengukuran kinerja yang sesuai dengan konsep

Balanced Scorecard pada RS Pelabuhan Jakarta, (4) Menganalisis pengukuran

kinerja pada RS Pelabuhan Jakarta dengan pendekatan Balanced Scorecard.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Pengolahan data dilakukan dengan uji validitas dan realibilitas, Balanced

Scorecard dan Analytical Hierarcy Process (AHP) dengan bantuan software

Microsoft excel dan SPSS 15. Metode AHP dilakukan untuk pembobotan sasaran

strategis dan ukuran hasil Balanced Scorecard. Indikator penilaian kinerja yang

digunakan rumah sakit Pelabuhan Jakarta ialah indikator tingkat pertumbuhan

laba, rasio operasi, pertumbuhan pendapatan usaha dan kolektibilitas piutang pada

perspektif keuangan. Indeks kepuasan pelanggan dan pertumbuhan pelanggan

pada perspektif pelanggan, mutu pelayanan dan kinerja operasional pada proses

bisnis internal serta, indikator kinerja pada perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan yakni peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan serta

peningkatan pencapian pelatihan kerja.

Berdasarkan hasil pembobotan dengan AHP maka diperoleh skor kinerja RS

Pelabuhan Jakarta, yaitu perspektif keuangan 20,09% perspektif pelanggan

14,22%, perspektif proses bisnis internal 12,52%, perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan sebesar 26,17%. Penilaian kinerja RS Pelabuhan Jakarta secara

keseluruhan mencapai skor sebesar 73%. Skor tersebut menunjukkan bahwa

secara keseluruhan kinerja RS Pelabuhan Jakarta dalam kondisi baik.

Page 3: H10hss.pdf

EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED

SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN

JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

HAWARA SEBASTIAN SITOMPUL

H24060972

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 4: H10hss.pdf

Judul : Evaluasi Kinerja dengan Metode Balanced Scorecard pada

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta

Nama : Hawara Sebastian Sitompul

NIM : H24060972

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Siti Rahmawati, M.Pd.

Nip. 19591231 1986012003

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M Munandar, MSc.

Nip. 19610123 1986011002

Page 5: H10hss.pdf

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 1989, sebagai putra

kedua dari pasangan Henry Boyke Sitompul dan Linggar Liestyowati. Pendidikan

yang formal yang dilalui penulis adalah SD ST Kristoforus II Jakarta, SLTP ST

Kristoforus II Jakarta dan dilanjutkan di SMAN 57 Jakarta Barat.

Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tingkat kedua di IPB,

penulis diterima di program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan

dan organisasi mahasiswa. Pada tahun pertama, penulis bergabung PMK IPB

Komisi Literatur. Pada tahun kedua dan ketiga, penulis bergabung dalam Center

of Management (COM@) yang merupakan himpunan profesi Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Penulis juga aktif dalam

kegiatan seni IPB dengan menjuarai IPB ART CONTEST juara 1 pada bidang

Fotografi dan penulis juga aktif dalam kegiatan perlombaan debat marketing,

dengan menjadi finalis pada Perbanas Marketing Debate Competition dan

Perlombaan debat marketing di IPB

Page 6: H10hss.pdf

Kata Pengantar

Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha

Kuasa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberikan kekuatan dan hikmat

sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kinerja dengan

Metode Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta” dengan baik.

Penyusunan skripsi dengan topik manajemen strategis sangat bermanfaat

dalam proses penerapan ilmu yang didapat oleh penulis selama menempuh

pendidikan pada departemen Manajemen IPB kepada dunia industri secara nyata.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik secara langsung maupun

tidak langsung dikarenakan dukungan moril dan bimbingan berbagai pihak yang

telah banyak membantu, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Kedua orang tua, dr Hendry Boyke Sitompul Spb dan Linggar Liestyowati

S.kes yang merupakan sumber inspirasi penulis dan penyemangat atas semua

pengorbanan dan kerja keras yang diberikan kepada penulis.

2. Abangku dr Baringin De Samakto Sitompul atas semangat dan dukungannya

kepada penulis

3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberi masukkan dan bimbingan yang membangun semangat penulis untuk

menyelesaikan skripis dengan baik.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafrie Mangkuprawira selaku dosen penguji pertama

yang memberikan masukkan yang konstruktif dalam penulisan skripsi

5. Ibu Wita Juwita MM selaku dosen penguji kedua yang memberikan waktu

untuk menguji penulis dan memberi saran yang membangun dalam penulisan

skripsi.

6. Ibu dr Hanun MARS, Selaku kepala RS Pelabuhan Jakarta yang dengan sabar

dan baik hati membantu penulis untuk memberikan data dan masukkan yang

sangat bermanfaat pada proses penyusunan skripsi.

7. Sastri Banuarti S.si terkasih, untuk segala pengorbanan dan kasih sayang yang

diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik, serta

atas pelajaran berharga dalam kehidupan Je t’aime AY.

Page 7: H10hss.pdf

8. Teman-teman satu bimbingan Iis, Tono, Puma, Putay, Akmal dan Heni yang

selalu mendukung dan memberikan arti kesabran dalam proses penyusunan

skripsi.

9. Coffe Break, Aurora, Reza, Vita, Radius dan Keyko atas pertemanan di

manajemen 43 yang saling membangun dan mendukung.

10. KOMLIT 43 Samuel, Dolay, Ben, Saul, Mega, Fiona, Yana, Wendy dan Chris

atas persekutuan yang sangat indah sehingga mengejarkan penulis banyak hal

dalam kehidupan.

11. Perwira88, Ican, Kiki, Saul, Chris dan Ari yang memberikan masukkan dan

pelajaran hidup yang baik kepada penulis.

12. Teman-teman MAN43 dan MAN42 yang memberikan penulis semangat dan

inspirasi dalam penulisan skripsi.

Bogor, 9 Agustus 2010

Page 8: H10hss.pdf

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 4

1.3. Tujuan ................................................................................................ 4

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1. Konsep Manajemen Strategis ............................................................ 5

2.2. Konsep Pengukuran Kinerja .............................................................. 6

2.3. Konsep Balanced Scorecard .............................................................. 9

2.3.1 Sejarah Balanced Scorecard ..................................................... 9

2.3.2 Perspektif Balanced Scorecard ................................................. 12

2.3.3 Keunggulan Balanced Scorecard ............................................. 17

2.3.4 Penyelarasan Ukuran Balanced Scorecard dengan Strategi. .... 19

2.4. Konsep Kepuasan dan Motivasi......................................................... 21

2.5. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 25

3.1. Kerangka Pemikiran........................................................................... 25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 27

3.3. Jenis dan Sumber data ........................................................................ 28

3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 28

3.5. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 29

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 29

3.6.1 Uji Validitas .............................................................................. 30

3.6.2 Uji Reliabilitas .......................................................................... 30

3.6.3 Balanced Scorecard .................................................................. 33

3.6.4 Analytical Hierachy Process..................................................... 35

IV. HASIl DAN PEMBAHASAN ................................................................. 39

viii

Page 9: H10hss.pdf

4.1. Gambaran Umum Perusahaan............................................................ 39

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ....................................................... 40

4.1.2 Jenis Usaha RS Pelabuhan Jakarta ......................................... 40

4.1.3 Wilayah Usaha ....................................................................... 41

4.1.4 Organisasi Perusahaan ........................................................... 42

4.2. Perancangan Balanced Scorecard RSPJ ............................................ 42

4.2.1 Penentuan Sasaran-Sasaran Strategis BSC ........................... 42

4.2.2 Penentuan Ukuran Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis ..... 46

4.2.3 Peta Strategi BSC RS Pelabuhan Jakarta ............................... 50

4.2.4 Penetapan Target .................................................................... 53

4.3. Penyusunan Struktur AHP ................................................................. 57

4.4. Pengukuran Kinerja RS Pelabuhan Jakarta dengan BSC .................. 60

4.4.1 Analisa Pembobotan Perspektif Keuangan ........................... 61

4.4.2 Analisa Pembobotan Perspektif Pelanggan ........................... 61

4.4.3 Analisa Pembobotan Perspektif Proses Bisnis Internal ........ 63

4.4.4 Analisa Pembobotan Perspektif Pembelajaran dan

Pertumbuhan ......................................................................... 64

4.5. Kinerja Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Tahun 2009 ....................... 64

4.5.1 Perspektif Keuangan .............................................................. 65

4.5.2 Perspektif Pelanggan .............................................................. 68

4.5.3 Perspektif Proses Bisnis Internal ............................................ 76

4.5.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ............................ 79

4.6. Implikasi Manajerial .......................................................................... 94

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 97

5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 97

5.2. Saran ................................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 99

LAMPIRAN .................................................................................................... 100

Page 10: H10hss.pdf

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Nilai Validitas Uji Awal Kepuasan kerja dan Motivasi Karyawan .......... 31

2. Nilai Validitas Uji Awal Kepuasan pasien ............................................... 32

3. Model Penjabaran Strategi ke Dalam Empat Perspektif BSC ................. 33

4. Nilai Skala Banding Berpasangan ........................................................ 35

5. Matrik Perbandingan Preferensi A [ n x n] ............................................... 36

6. Ukuran Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis RS Pelabuhan Jakarta ...... 51

7. Target Pencapaian Sasaran Strategis ........................................................ 56

8. Pembobotan Perspektif Balanced Scorecard ......................................... 62

9. Skor Kepuasan Pasien Terhadap Peubah Keandalan ............................... 72

10. Skor Kepuasan Pasien Terhadap Peubah Cepat Tanggap ......................... 72

11. Skor Kepuasan Pasien Terhadap Peubah Jaminan .................................... 73

12. Skor Kepuasan Pasien Terhadap Peubah Empati .................................... 74

13. Skor Kepuasan Pasien Terhadap Peubah Kasat Mata .............................. 75

14. Skor Kepuasan Pasien RS Pelabuhan Jakarta .......................................... 75

15. Skor Kepuasan Karyawan Terhadap Kompensasi ................................... 82

16. Skor Kepuasan Karyawan Terhadap Pengawasan .................................... 83

17. Skor Kepuasan Karyawan Terhadap Kondisi Lingkungan Kerja ............ 83

18. Skor Kepuasan Karyawan Terhadap Hubungan dengan

Pimpinan dan Rekan Kerja ........................................................... ........... 84

19. Skor Kepuasan Karyawan Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ...................... 85

20. Skor Motivasi Responden Karyawan Terhadap Prestasi ........................... 85

21. Skor Motivasi Responden Karyawan Terhadap Pengakuan ..................... 86

22. Skor Motivasi Responden Karyawan Terhadap Tanggung Jawab ........... 87

23. Skor Motivasi Responden Karyawan Terhadap Pertumbuhan ................. 87

24. Skor Motivasi Responden Karyawan RS Pelabuhan Jakarta .................... 88

25. Skor Kepuasan dan Motivasi Responden Karyawan

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ............................................. ................... 88

26. Pengukuran Kinerja Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta ............................... 95

27. Solusi Implikasi Manajerial ...................................................................... 96

Page 11: H10hss.pdf

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Model Perkembangan jumlah rumah sakit umum 2003-2007 .................. 2

2. Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis ................................. 7

3. Sistem manajemen strategis Balanced Scorecard ................................... 10

4. Balanced Scorecard Sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja.............. 12

5. Tolak ukur utama dalam perspektif pelanggan ........................................ 14

6. Generic Value Chain ............................................................................... 16

7. Model rantai nilai genetik pada proses bisnis internal .............................. 16

8. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan .............................................. 17

9. Model hubungan sebab akibat ................................................................. 20

10. Model Kerangka Pemikiran ..................................................................... 27

11. Sasaran strategis perspektif BSC pada RS Pelabuhan Jakarta .................. 46

12. Peta Strategis Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta ........................ 52

13. Struktur hierarki AHP ............................................................................... 58

14. Kenaikan biaya operasional RS Pelabuhan Jakarta .................................. 65

15. Pertumbuhan pendapatan usaha RS Pelabuhan Jakarta ............................ 67

16. Tingkat pertumbuhan laba RS Pelabuhan Jakarta ...................................... 68

17. Identitas responden berdasarkan usia ........................................................ 69

18. Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan ................................ 69

19. Identitas responden berdasarkan klasifikasi pekerjaan .............................. 70

20. Identitas responden berdasarkan pendapatan per bulan ............................. 70

21. Identitas responden berdasarkan pengeluaran per bulan ............................ 71

22. Pertumbuhan kunjungan pasien RS Pelabuhan Jakarta ............................ 76

23. Identitas responden berdasarkan lama kerja ............................................. 80

24. Identitas responden berdasarkan tingkat pendapatan per bulan ................ 80

25. Identitas responden berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan ............... 81

Page 12: H10hss.pdf

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Uji validitas dan reliabilitas Kuesioner Kepuasan pasien rawat jalan

dan rawat inap ........................................................................................... 101

2. Uji validitas dan reliabilitas Kuesioner Kepuasan kerja dan

motivasi karyawan .................................................................................. 102

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta .............................. 103

4. Kuesioner Pembobotan AHP ... ............................................................... 104

5. Gabungan pendapat Lima pakar pada pembobotan AHP ... ..................... 110

6. Kuesioner Kepuasan Pasien ... ................................................................. 112

7. Kuesioner Kepuasan Kerja dan Motivasi Karyawan ... ............................. 115

Page 13: H10hss.pdf

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan bisnis yang kompetitif, tidak menentu, dan selalu berubah

membuat perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan

pesaing, untuk dapat memenangkan persaingan. Keunggulan kompetitif

dapat dicapai perusahaan dengan menerapkan sistem manajemen yang

berfokus pada strategi. Dalam proses penetapan manajemen strategis,

perusahaan harus memiliki sistem penilaian kinerja yang baik, untuk dapat

mengukur dimana posisi perusahaan sekarang didalam persaingan industri.

Hal ini penting dalam proses penyusunan strategi, yang erat kaitannya

dengan proses penerjemahan visi dan misi serta tujuan perusahaan di masa

yang akan datang.

Pengukuran kinerja berguna untuk membandingkan antara hasil yang

diharapkan dengan hasil sesungguhnya, menyelidiki deviasi dalam rencana,

mengevaluasi kinerja individu, dan menilai perkembangan yang terjadi

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada umumnya sistem manajemen

tradisional mengukur kinerja hanya berfokus pada anggaran (budgets),

sehingga pelaksanaan strategi perusahaan sangat tergantung pada anggaran

yang tersedia.

Menurut Widajat (2005) Rumah sakit di Indonesia dewasa ini

merupakan institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM,

padat ilmu dan padat teknologi. Selain sebagai institusi pelayanan

kesehatan, rumah sakit sebagai entitas juga memiliki tanggung jawab

kepada shareholder dan stakeholder. Rumah sakit memerlukan suatu sistem

manajemen menyeluruh yang dimulai dari proses perencanaan strategis

dalam menjalankan fungsinya , baik untuk jangka panjang maupun jangka

pendek. Suatu perencanaan strategis dapat disebut baik apabila perencanaan

tersebut dapat ditindaklanjuti secara praktis ke dalam progam-program

operasional yang berorientasi kepada economic - equity - quality. Artinya

Page 14: H10hss.pdf

rumah sakit dikelola secara efektif dan efisien, melayani segala lapisan

masyarakat dan berkualitas.

Persaingan industri rumah sakit umum (Gambar 1) mengalami tingkat

pertumbuhan pada tahun 2003 sampai 2007 secara signifikan. Jumlah rumah

sakit dengan peningkatan sampai 6,48%. Hal ini mengindikasikan bahwa

tingkat persaingan industri rumah sakit semakin meningkat dengan adanya

rumah sakit umum baru dengan sistem manajemen berstandar internasional

dan juga dengan teknologi yang lebih canggih. Semakin meningkatnya

jumlah rumah sakit umum dengan sistem manajemen yang lebih baik, hal

ini bisa menjadi ancaman bagi rumah sakit yang sudah ada, apabila rumah

sakit tersebut tidak memiliki keunggulan internal yang kuat dan tidak dapat

mengidentifikasi kelemahan internalnya.

Gambar 1. Perkembangan jumlah rumah sakit umum 2003-2007 (Ditjen Bina-

Yanmedik,Depkes RI)

Globalisasi juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan bisnis

rumah sakit. Semenjak terbukanya perdagangan antar negara sejak tahun

2003, pimpinan rumah sakit di Indonesia perlu memfokuskan strategi

perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian, dan pengendalian sehingga

betul-betul siap dengan daya saing di tingkat global. Di dalam era tersebut,

para konsumen bebas memilih rumah sakit mana yang mampu memberikan

pelayanan memuaskan, profesional dengan harga bersaing, sehingga strategi

dan kinerja rumah sakit pun harus berorientasi pada keinginan pelanggan

tersebut.

Page 15: H10hss.pdf

Rumah sakit harus melayani pasien secara optimal demi

memenangkan persaingan. Pihak manajemen rumah sakit tidak dapat lagi

menjadikan faktor keuangan menjadi sebagai satu-satunya pedoman

penilaian kinerja manajemen rumah sakit, untuk itu diperlukan sebuah

konsep yang nyata dan dapat diimplementasikan bagi rumah sakit untuk

dapat meningkatkan kinerjanya baik secara keuangan dan non-keuangan.

Konsep Balanced Scorecard dapat menjadi sebuah sistem penilaian kinerja

rumah sakit yang inovatif untuk membantu rumah sakit agar dapat unggul

dan kreatif dalam meningkatkan kinerja manajemen.

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta sebagai salah satu rumah sakit tertua

di Jakarta Utara, bersaing dengan 15 rumah sakit lain yang memiliki

berbagai macam keunggulan tersendiri di wilayah Jakarta Utara. Rumah

sakit yang dulunya bernama Port Health Center (PHC) ini memiliki visi

Menjadi Rumah Sakit pilihan utama yang handal dan terpercaya bagi

masyarakat di wilayah Jakarta Utara dan sekitarnya. Rumah Sakit

Pelabuhan Jakarta harus memiliki indikator keberhasilan yang nantinya

akan diterjemahkan sebagai rencana strategis untuk dapat memenuhi visi,

misi, tujuan serta sasaran tersebut. Indikator keberhasilan merupakan

Indikator yang dinilai bukan saja dalam bentuk finansial tapi juga dengan

indikator yang lain seperti pelanggan, bisnis internal juga pembelajaran dan

pertumbuhan yang selanjutnya dijadikan bahan untuk mengendalikan arah

dan mutu pelayanan kesehatan.

Metode Balanced Scorecard yang telah dipakai oleh perusahaan-

perusahaan dunia sejak tahun 1996, dapat menjadi salah satu sistem

pengukuran kinerja rumah sakit yang dapat menilai performa kinerja rumah

sakit, baik dari aspek keuangan maupun dari aspek non-keuangan. Dalam

metode Balanced Scorecard dapat dilihat kinerja perusahaan melalui

perspektif pelanggan, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif

proses bisnis internal dan implikasinya secara langsung terhadap perspektif

keuangan. Balanced Scorecard diterjemahkan langsung dari visi dan misi

rumah sakit, dimana dari sini berbagai faktor kesuksesan yang penting dapat

didefinisikan sehingga rumah sakit dapat menilai kinerja dan dapat

Page 16: H10hss.pdf

melakukan penyusunan rencana strategis untuk dapat memenuhi visi dan

misi rumah sakit tersebut.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Indikator-indikator apa yang selama ini digunakan oleh RS Pelabuhan

Jakarta dalam melakukan pengukuran kinerja ?

2. Bagaimana peta strategi Balanced Scorecard yang sesuai dengan visi

misi dan strategi pada RS Pelabuhan Jakarta ?

3. Bagaimana rancangan sistem pengukuran kinerja yang sesuai dengan

konsep Balanced Scorecard pada RS Pelabuhan Jakarta ?

4. Bagaimana analisis pengukuran kinerja RS Pelabuhan Jakarta dengan

pendekatan Balanced Scorecard ?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui indikator-indikator yang selama ini digunakan oleh RS

Pelabuhan Jakarta.

2. Mengetahui dan mengevaluasi peta strategi Balanced Scorecard yang

sesuai dengan visi, misi dan strategi pada RS Pelabuhan Jakarta.

3. Memperoleh rancangan sistem pengukuran kinerja yang sesuai dengan

konsep Balanced Scorecard pada RS Pelabuhan Jakarta.

4. Menganalisis pengukuran kinerja pada RS Pelabuhan Jakarta dengan

pendekatan Balanced Scorecard.

1.4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pertimbangan bagi pihak manajemen rumah sakit dalam proses

pengambilan keputusan serta penilaian kinerja yang nantinya dapat

diterapkan dalam proses penyusunan perencanaan strategis rumah sakit.

Selain itu, Penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti dalam

bidangnya, untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam.

Page 17: H10hss.pdf

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Manajemen Strategis

Strategi menurut Gasperz (2006) adalah suatu pernyataan tentang apa

yang harus dilakukan oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik referensi

ke referensi yang lain. Strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi

yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan

nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan

pencapaian keunggulan hasil berkelanjutan.

Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan

jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis,

diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan

bisnis, divestasi, likuidasi dan joint venture. Strategi juga dapat berarti

sebagai tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain

itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang,

khususnya untuk lima tahun, dan berorientasi ke masa depan. Strategi

memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu

mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi

perusahaan.

Menurut Mangkuprawira (2003), strategi adalah cara mengerjakan

sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merpuakan sebuah rencana

permanen untuk sebuah kegiatan, di dalamnya biasanya termasuk formulasi

tujuan dan kumpulan rencana kegiatan.

Menurut Mulyadi (2007), strategi digunakan untuk menyediakan

customer value terbaik guna mewujudkan visi perusahaan. Di masa lalu,

strategi perusahaan lebih dipacu untuk menghadapi pesaing, sehingga

perhatian manajemen tidak difokuskan untuk menghasilkan value terbaik

bagi customers. Suatu lingkungan bisnis yang didalamnya customers

memegang kendali, akan membuat lingkungan tersebut menjadi kompetitif,

kompleks dan bergolak. Manajemen perusahaan perlu memfokuskan

Page 18: H10hss.pdf

strateginya ke penyediaan value terbaik bagi pemuasan kebutuhan

customers. Untuk mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya,

perusahaan harus mampu berbeda dari pesaing. Oleh karena itu, perusahaan

harus mampu menghasilkan value terbaik bagi customers, agar produk dan

jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dipilih oleh customers.

Menurut David (2006), manajemen strategis (strategic management)

adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat

mencapai tujuannya. Tujuan manajemen strategis adalah untuk

mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa

mendatang (perencanaan jangka panjang) dan mencoba untuk

mengoptimalkan tren sekarang untuk masa datang. Secara lebih jelas dapat

dilihat pada Gambar 2. Proses manajemen strategis terdiri atas tiga tahap:

1. Tahap formulasi strategi: formulasi strategi adalah tahapan

mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman

eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal,

menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi,

dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

2. Tahap implementasi strategi: implementasi strategi mensyaratkan

perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan,

memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga

strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan.

3. Evaluasi strategi: evaluasi strategi adalah tahap final dalam

manajemen strategis yang mencakup tiga aktivitas utama yaitu (1)

meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi saat ini, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan

korektif.

2.2. Konsep Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi (2007), pengukuran kinerja adalah penentuan secara

periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagan organisasi, dan

karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. pengukuran kinerja merupakan suatu bagian dari proses

Page 19: H10hss.pdf

manajemen strategis yang dapat memberikan informasi strategi yang

menyeluruh bagi para pembuat keputusan.

Pengukuran kinerja berada pada tahap implementasi, sedangkan hasil

pengukurannya berda pada tahap pemantauan, yang kemudian

dikomunikasikan untuk memberi umpan balik dalam pengambilan

keputusan. Pengukuran kinerja berkaitan dengan penentuan strategi dan

langkah yang akan diambil oleh perusahaan, sehingga bila dasar pengukuran

Gambar 2.Model Komprehensif Proses Manajemen Strategis (David,2006)

Formulasi

strategi

Implementasi

strategi

Evaluasi

strategi

Mengembangkan Pernyataan Visidan

Misi

Menjalankan Audit internal

Menjalankan Audit eksternal

menetapkan tujuan jangka

panjang

Merumuskan, mengevaluasi, dan

memilih strategi

Implementasi strategi –isu manajemen

Implementasi Strategi Isu-Isu Pemasaran,

Keuangan, Akutansi, Penelitian Dan

Pengembangan, Sistem Informasi

Manajemen

Mengukur dan mengevaluasi kinerja

Page 20: H10hss.pdf

yang dipakai tidak kuat maka strategi pengambilan keputusan akan

menimbulkan berbagai kesalahan dan kerugian.

Menurut David (2006), keputusan strategis yang salah bisa

mengakibatkan kerugian dan untuk memperbaiki kesalahan tersebut adalah

hal yang sulit, bila tidak mau dikatakan tidak mungkin. Hampir semua

penyusun strategi sepakat bahwa evaluasi strategi sangat vital bagi

kelangsungan organisasi; evaluasi antarwaktu dapat memberi peringatan

dini kepada manajemen terhadap masalah atau potensi masalah sebelum

situasi menjadi lebih parah. Evaluasi strategi meliputi tiga aktivitas dasar

yaitu:

1. Memeriksa dasar strategi perusahaan

2. Membandingkan hasil yang diharapkan dengan hasil aktual

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan kinerja sejalan dengan

rencana.

Aktivitas evaluasi strategi lainnya yang juga penting adalah mengukur

kinerja organisasi. Aktivitas ini berguna untuk membandingkan antara hasil

yang diharapkan dengan hasil sesungguhnya, menyelidiki deviasi dalam

rencana, mengevaluasi kinerja individu, dan menilai perkembangan yang

terjadi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kriteria untuk

mengevaluasi strategi harus bisa diukur dan mudah diverifikasi.

Kriteria kuantitatif yang umum digunakan dalam evaluasi strategi

adalah rasio keuangan, yang digunakan oleh para penyusun strategi untuk

melakukan tiga perbandingan :

1. Membandingkan kinerja perusahaan dalam periode waktu yang berbeda

2. Membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing

3. Membandingkan kinerja perusahaan dengan rata-rata industri.

Beberapa rasio keuangan utama yang biasa digunakan sebagai kriteria

untuk melakukan evaluasi strategi adalah sebagai berikut:

1. Pengembalian atas investasi (return on investment-ROI)

2. Pengembalian atas ekuitas (return on equity-ROE)

3. Margin laba

4. Pangsa pasar

Page 21: H10hss.pdf

5. Utang terhadap ekuitas

6. Laba per saham (earnings per share)

7. Pertumbuha penjualan

8. Pertumbuhan aset

Terdapat beberapa potensi masalah yang berkaitan dengan

penggunaan kriteria kuantitatif untuk mengevaluasi strategi (1) sebagian

besar kriteria kuantitatif lebih mengacu pada tujuan tahunan daripada tujuan

jangka panjang. (2) Metode akutansi yang berbeda bisa menghasilkan hasil

yang berbeda dalam berbagai kriteria kuantitatif. (3) Penilaian secara intuitif

hampir selalu dilakukan dalam penjabaran krtiteria kuantitatif. Karena

alasan-alasan tersebut dan alasan lainnya, kriteria kualitatif juga dibutuhkan

dalam mengevaluasi strategi (David,2006).

2.3. Konsep Balanced Scorecard

Menurut Gasperz (2006) Balanced Scorecard merupakan suatu

konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam

tindakan. Balanced Scorecard adalah lebih dari sekedar suatu sistem

pengukuran operasional atau taktis. Perusahaan- perusahaan yang inovatif

menggunakannya sebagai suatu sistem manajemen strategis yang mengelola

strategi perusahaan sepanjang waktu (Gambar 3). Perusahaan-perusahaan

inovatif itu menggunakan fokus pengukuran Balanced Scorecard untuk

melaksanakan proses-proses manajemen kritis, sebagai berikut :

1. Mengklarifikasi dan menerjemahkan visi dan strategi perusahaan.

2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan tujuan-tujuan strategis dengan

ukuran-ukuran kinerja.

3. Merencanakan, menetapkan target, dan menyelaraskan inisiatif-inisiatif

(program-progam) strategis.

4. Mengembangkan umpan-balik dan pembelajaran strategis untuk

peningkatan terus-menerus di masa yang akan datang.

2.3.1 Sejarah Balanced Scorecard

Balanced Scorecard diciptakan oleh Robert S.Kaplan, seorang

profesor dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor

akuntan publik KPMG. Ide tentang Balanced Scorecard pertama kali

Page 22: H10hss.pdf

dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di

Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul

Balanced Scorecard-Measures that Drive Performance.

Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan

eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta diskusi rutin

dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun

itu untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced

Scorecard dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang

memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari berbagai

perspektif secara simultan. (Yuwono dkk, 2007).

Menurut Mulyadi (2007) Balanced Scorecard merupakan alat

manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa secara

berkesinambungan (sustainable outstanding financial performance). Oleh

karena perusahaan pada dasarnya merupakan institusi pencipta kekayaan,

pemanfaatan Balanced Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan

peningkatan signifikan kemampuan perusahaan dalam menciptakan

kekayaan.

Gambar 3. Sistem manajemen strategis Balanced Scorecard (Gaspersz,2006)

Page 23: H10hss.pdf

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard)

dan (2) berimbang (balanced). Pada tahap eksperimen awal, Balanced

Scorecard merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat skor

kinerja hasil eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan

eksekutif dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.

Hasil perbandingan ini dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi atas kinerja

eksekutif. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja

eksekutif diukur secara berimbang dari dua perspektif: keuangan dan

nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh

karena eksekutif akan dinilai kinerja mereka berdasarkan kartu skor yang

dirumuskan secara berimbang, eksekutif diharapkan akan memusatkan

perhatian dan usaha mereka pada ukuran kinerja nonkeuangan dan ukuran

jangka panjang.

Setelah mencatat keberhasilan penerapan Balanced Scorecard sebagai

perluasan kinerja eksekutif, Balanced Scorecard kemudian diterapkan ke

tahap manajemen yang lebih strategis dalam penilaian kinerja. Dalam sistem

perencanaan, pengukuran kinerja terjadi pada tahap pengimplementasian

rencana. Personel tidak akan dapat dimintai pertanggungjawaban atas

kinerjanya jika pada tahap perencanaan, personel tersebut tidak

merencanakan kinerja yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu, menyusul keberhasilan penerapan Balanced Scorecard di

tahun 1992, pendekatan Balanced Scorecard kemudian diterapkan dalam

proses perencanaan strategis.

Mulai pertengahan tahun 1993, Renaissance Solutions, Inc. (RSI)

sebuah perusahaan konsultasi yang dipimpin oleh David P. Norton (yang

semula menjadi CEO Nolan Norton Institute) menerapkan Balanced

Scorecard sebagai pendekatan untuk menerjemahkan dan

mengimplementasikan strategi di berbagai perusahaan kliennya. Mulai saat

itu, Balanced Scorecard tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat pengukur

kinerja eksekutif, namun berkembang menjadi inti sistem manajemen

strategis. Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard dalam sistem

manajemen strategis di berbagai perusahaan tersebut dilaporkan dalam

Page 24: H10hss.pdf

artikel yang ditulis oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard

Business Review (Januari-Febuari 1996) berjudul Using Balanced

Scorecard as a Strategic Management System. (Mulyadi, 2007)

2.3.2 Perspektif Balanced Scorecard

Terdapat empat perspektif dalam Balanced Scorecard yang dikaitkan

dengan visi dan strategi organisasi, yaitu: (1) perspektif

finansial(shareholders-pemegang saham), (2) perspektif pelanggan

(customers), (3) perspektif proses bisnis internal (internal-business-process),

(4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, manajemen, dan

organisasi (learning and growth). Balanced Scorecard sebagai suatu sistem

manajemen kinerja ditunjukan dalam Gambar 4.

Gambar 4. BSC Sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja (Gaspersz,2006)

1. Perspektif Keuangan

Ukuran keuangan merupakan hal yang sangat penting dalam

memberikan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran

kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan,

implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada

peningkatan laba perusahaan. Secara garis besar pengukuran kinerja

keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis,

yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang

berbeda, sehingga penekanan pengukurannyapun berbeda pula (Kaplan dan

Norton 1996).

Page 25: H10hss.pdf

Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana

perusahaan memilki produk atau jasa yang yang secara signifikan memiliki

potensi pertumbuhan terbaik. Disini, manajemen terikat dengan komitmen

untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan

mengembangkan suatu produk/ jasa dan fasilitas produksi, menambah

kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan

distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan

mengembangkan hubungan dengan pelanggan

Selama dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi

dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang

rendah. Dengan demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini

adalah, misalnya, tingakat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam

segmen pasar yang telah ditargetkan.

Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan

investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalia

terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa

pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, jika mungkin. Investasi yang

dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangakn bottleneck,

mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara

konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat

pengembalian atas investasi yang dilakukan. Tolak ukur yang kerap

digunakan pada tahap ini, misal, ROI, ROCE dan EVA

Harvest adalah tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar

memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi

investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru,

kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran

keuangan utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur,

adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.

2. Perspektif Pelanggan

Menurut Budiarti (2007), dalam perspektif pelanggan Balanced

Scorecard, manajemen perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan dan

segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai

Page 26: H10hss.pdf

ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya

terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan

perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik.

Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan,

akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di

segmen sasaran.

Selain, perspektif pelanggan seharusnya juga mencakup berbagai

ukuran tertentu yang menjelaskan tentang proposisi nilai yang akan

diberikan perusahaan kepada pelanggan segmen pasar tertentu merupakan

faktor yang penting, yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk

berpindah atau tetap loyal kepada pemasoknya. Sebagai contoh, pelanggan

mungkin menghargai kecepatan (lead time) dan ketepatan waktu pengiriman

atau produk dan jasa inovatif yang konstan atau pemasok yang mampu

mengantisipasi kebutuhan dan kapabilitas yang berkembang terus dalam

pengembangan produk dan pendekatan baru yang diperlukan untuk

memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Menurut Norton dan Kaplan (1996), perspektif pelanggan memiliki

dua kelompok pengukuran yaitu: customer core measurement dan customer

value propositions (Gambar 5).

1. Customer Core Measurement

Customer core measurement memiliki beberapa komponen pengukuran,

yaitu:

a. Market Share; pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai

perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antara lain:

jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.

Gambar 5. Tolak ukur utama dalam perspektif pelanggan (Norton dan Kaplan,2006)

Page 27: H10hss.pdf

b. Customer Retention; mengukur tingkat di mana perusahaan dapat

mempertahankan hubungan dengan konsumen.

c. Customer Acqusition; mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis

mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

d. Customer Profitability; mengukur laba bersih dari seorang pelanggan

atau segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk

mendukung pelanggan tersebut.

2. Customer Value Proposition

Customer value proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada

core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut:

a. Product /service attributes; meliputi fungsi dari produk atau jasa,

harga dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda

atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari

produk, kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus

mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk yang

ditawarkan. Selanjutnya, pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan

hal tersebut.

b. Customer relationship; menyangkut perasaan pelanggan terhadap

proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan

konsumen ini sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen

perusahaan terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu

penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam

persaingan perusahaan, konsumen biasanya menganggap penyelesaian

order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi

keuasan mereka.

c. Image and reputation; menggambarkan faktor-faktor intangible yang

menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.

Membangu image dan reputasi dapat dilakukan melauli iklan dan

menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Luis dan Biromo (2007), proses bisnis intenal adalah

serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis perusahaan secara internal

Page 28: H10hss.pdf

Yang kerap disebut dengan rantai nilai (Value Chain). Dalam perusahaan

yang menghasilkan barang maupun jasa, pada umumnya rantai nilai terdiri

dari pengembangan produk baru, produksi, penjualan dan marketing,

distribusi (product delivery), layanan purna jual (after sales service), serta

keamanan dan kesehatan lingkungan (environmen safetty and health).

Gambar 6. Generic Value Chain (Luis dan Biromo,2007)

Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam

tiga proses yaitu:

a. Proses inovasi, dalam proses ini unit bisnis menggali pemahaman tentang

kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang

mereka butuhkan.

b. Proses operasi, adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/

jasa. Aktivitas di dalam proses terbagi ke dalam dua bagian, yaitu proses

pembuatan produk dan proses penyampaian produk kepada pelanggan.

c. Proses pelayanan purna jual, proses ini merupakan jasa pelayanan pada

pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan.

4. Perspektif pembelajaran dan Pertumbuhan

Menurut Budiarti (2007) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

mengidentifikasi infra struktur yang harus dibangun perusahaan dalam

menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Sumber

utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan adalah manusia, sistem,

dan prosedur perusahaan (Gambar 8). Untuk mencapai tujuan perspektif

finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal, maka perusahaan harus

melakukan investasi dengan memberikan pelatihan kepada karyawannya,

Gambar 7. Model rantai nilai genetik pada proses bisnis internal (Kaplan dan Norton ,1996)

develop new productproduct

manufacturingsell and

marketingdeliver and distribution

After sales service

Envitonment safety & health

Page 29: H10hss.pdf

meningkatkan teknologi dan sistem informasi, serta menyelaraskan berbagai

prosedur dan kegiatan operasional perusahaan yang merupakan sumber

utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Menurut Kaplan dan Norton (1996). Pada perspektif ini terdapat tolak

ukur dalam perusahaan, yaitu :

1. Employee capabilities, dimana kemampuan karyawan dalam organisasi

dengan perencanaan dan upaya implementasi pelatihan pegawai yang

menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk

mencapai tujuan organisasi.

2. Information system capabilities. Diperlukan informasi-informasi terbaik

untuk pencapaian tujuan perusahaan pada karyawan. Dengan

kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh

tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat

waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

3. Motivation, empowerment, and alignment. Tingkat motivasi karyawan

dapat diukur melalui banyaknya sasaran yang diberikan per pekerja,

jumlah sasaran yang dilaksanakan, serta mutu saran yang diajukan.

Jumlah saran yang berhasil diimplementasikan merupakan indikator

tercapainya keselarasan tujuan perusahaan maupun perorangan.

2.3.3 Keunggulan Balanced Scorecard

Menurut Mulyadi (2007) Balanced Scorecard memiliki keunggulan di

dua aspek yakni, meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan, dan

meningkatkan kualitas pengolahan kinerja personel. Balanced Scorecard

Gambar 8. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton ,1996)

Page 30: H10hss.pdf

dapat meningkatkan kualitas perencanaan dengan menjadikan perencanaan

yang bersifat strategis yang terdiri dari tiga tahap terpisah yang terpadu

yakni:

1. Sistem perumusan strategi, berfungsi sebagai alat trendwatching, SWOT,

analysis, envisioning dan pemilihan strategi.

2. Sistem perencanaan strategis, berfungsi sebagai alat penerjemah misi,

visi, keyakinan dasar dan strategi ke dalam sasaran dan inisiatif strategis

yang komprehensif, koheren, berimbang dan terukur.

3. Sistem penyusunan program, merupakan alat penjabaran inisiatif

strategis ke dalam program.

Balanced Scorecard dapat meningkatkan kualitas pengolahan

kinerja personal, hal ini ditujukan untuk dapat meningkatkan akuntabilitas

personel dalam memanfaatkan berbagai sumber daya dalam mewujudkan

visi perusahaan melalui misi pilihan. Pengelolaan kinerja personel terdiri

dari lima tahap terpadu yakni :

1. Perencanaan kinerja yang hendak dicapai perusahaan.

2. Penetapan peran dan kompetensi inti personel dalam mewujudkan

kinerja perusahaan.

3. Pendesainan dan penilaian kinerja personel.

4. Pengukuran dan penilaian kinerja personel.

5. Pendistribusian penghargaan berbasis hasil pengukuran dan penilaian

kinerja personel.

Keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem

perencanaan strategis adalah pada kemampuan Balanced Scorecard dalam

menghasilkan rencana strategis yang memiliki karakteristik sebagai

berikut :

1. Komprehensif

Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam

perencanaan strategis, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada

perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain : customer,

proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan

Page 31: H10hss.pdf

2. Koheren

Balanced Scorecard mewajibkan personal untuk membangun hubungan

sebab-akibat di antara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam

perencanaan strategis. Setiap sasaran strategis yang ditetapkan dalam

perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan

sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Berimbang

Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem

perencanaan strategsis penting untuk menghasilkan kinerja keuangan

jangka panjang. Keseimbangan pengukuran pemusatan ke dalam

internal perusahaan (internal focus) dan pemusatan keluar (external

focus). Ukuran pemusatan ke dalam internal, melalui perspektif proses

bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran. Sedangkan fokus

pengukuran luar melibatkan perspektif pelanggan dan keuangan.

4. Terukur

Balanced Scorecard dapat mengukur sasaran-sasaran strategis yang

sulit untuk diukur. Sasaran-sasaran strategis di perspektif customer,

proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang

tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan Balanced Scorecard,

sasaran di ketiga perspektif nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya

agar dapat dikelola sehingga dapat diwujudkan.

2.3.4 Penyalarasan Ukuran Balanced Scorecard dengan Strategi

Menurut Kaplan dan Norton (1996) terdapat tiga prinsip yang

memungkinkan Balance Scorecard dikaitkan dengan strategi perusahaan.

1. Cause and Effect Relationship

Prinsip ini sangat penting karena dapat menjabarkan tujuan dan

pengukuran masing-masing perspektif kedalam satu kesatuan yang

terpadu. Konsep Balance Scorecard harus bisa menjelaskan strategi

bisnis melalui hubungan sebab akibat, agar hubungan antara berbagai

tujuan dan ukuran pada semua perspektif dapat dinyatakan secara

eksplisit dan mudah dikelola. Setiap ukuran yang dipilih harus menjadi

Page 32: H10hss.pdf

unsur suatu rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti

strategi kepada seluruh perusahaan.

Return On Capital Employed (ROCE) dapat dicapai bila tingkat

penjualan tinggi yang merupakan hasil dari loyalitas pelanggan. Dengan

demikian, loyalitas pelanggan dimasukan ke kategori perspektif

pelanggan karena mempunyai pengaruh yang kuat terhadap besarnya

ROCE. Pada proses internal bisnis, perusahaan berusaha mewujudkan

pengiriman tepat waktu melalui siklus produksi yang singkat dan

kualitas proses internal yang sangat tinggi. Kedua faktor tersebut dapat

diperoleh dengan melatih dan meningkatkan kemampuan karyawan

sehingga faktor pelatihan dan peningkatan kemampuan karyawan

dimasukkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Berikut ini adalah contoh hubungan sebab akibat yang

diaplikasikan oleh perusahaan melalui penetapan ROCE sebagai tujuan

perspektif keuangan.

2. Performance driver

Sebuah Balance Scorecard yang baik harus memiliki bauran

ukuran hasil dan faktor pendorong kinerja. Ukuran hasil merupakan lag

indicator yang mencerminkan tujuan bersama sebagai strategi dan

struktur dalam perusahaan, seperti profitabilitas, kepuasan pelanggan,

proses bisnis internal yang efektif, dan keahlian pekerjaan. Sedangkan

faktor pendorong kinerja (Performance driver) atau lead indicator

adalah faktor-faktor khusus yang terdapat pada perusahaan dan

Gambar 9. Model hubungan sebab akibat(Kaplan dan Norton,1996)

Page 33: H10hss.pdf

mencerminkan keunikan strategi guna mendukung tercapainya tujuan

bersama.

3. Linkage to Financial

Sebuah Balance Scorecard harus tetap menitikberatkan kepada

hasil yang bersifat keuangan, sehingga sebab akibat semua ukuran

dalam semua Balance Scorecard harus terkait dengan tujuan keuangan

perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam pencapaian berbagai tujuan

nonkeuangan, seperti kualitas, kepuasan pelanggan, inovasi dan

pemberdayaan karyawan tidak akan memberikan perbaikan apabila

hanya dianggap sebagai tujuan akhir perusahaan. Dengan demikian,

ukuran keuangan dapat digunakan untuk menguji hasil dari faktor

kinerja dalam memberikan hasil.

2.4. Konsep Kepuasan dan Motivasi

Analisis kepuasan karyawan digunakan untuk mengetahui tolak ukur

pencapaian strategi tingkat komitmen karyawan pada perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran. Menurut Herzberg dalam Robbins (2001),

yaitu teori motivasi- higine menyatakan bahwa faktor intrisik dihubungkan

dengan kepuasan kerja, sementara faktor-faktor ekstrinsik dikaitkan dengan

ketidakpuasan. Karakteristik kepuasan sebagai faktor- faktor higiene

(ekstrinsik) yaitu kebijakan dan administrasi perusahaa, penyeliaan,

hubungan antar-pribadi, kondisi kerja dan gaji. Faktor pengukuran motivasi

(intrisik) berkaitan dengan penekanan prestasi, pengakuan, kerja itu sendiri,

tanggung jawab dan pertumbuhan.

Kepuasan Pasien diukur berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan

oleh karyawan RS Pelabuhan Jakarta. Suatu perusahaan dituntut untuk

memiliki pelayanan yang berkualitas dan prima kepada pelanggannya agar

memiliki nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Kepuasan Pasien adalah

salah satu indikator dalam pengukuran kinerja sebuah perusahaan.

Menurut Rangkuti (2003), ciri-ciri mutu jasa dapat dievaluasi dalam lima

dimensi, yaitu :

1. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan perusahaan dalam

memberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan.

Page 34: H10hss.pdf

2. Responsiveness (cepat tanggap) yaitu kemampuan perusahaan dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan cepat.

3. Assurance (jaminan) yaitu kemampuan dan kesopanan karyawan

serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan.

4. Emphaty (empati) yaitu pemahaman karyawan terhadap kebutuhan

konsumen serta perhatian yang diberikan oleh karyawan.

5. Tangible (kasat mata) yaitu penampilan fasilitas fisik seperti

peralatan, karyawan dan sarana komunikasi.

2.5. Penelitian Terdahulu

Puspita (2007) melakukan penelitian pada PT Unitex, Tbk dengan

merancang Balanced Scorecard sebagai alat ukur untuk penilaian kinerja

perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi data

primer dan sekunder. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan

adalah analisis SWOT, BSC, AHP, analisis kepuasan kerja dan motivasi

karyawan. Hasil dari penelitian ini menunjukan indikator yang digunakan

PT Unitex, Tbk dalam melakukan pengukuran kinerja adalah penjualan,

analisis neraca, analisis rugi laba, likuiditas dan profitabilitas. Rancangan

peta strategi Balance Scorecard pada PT Unitex, Tbk diawali dengan

perumusan sasaran strategis pada perspektif Balance Scorecard. Sasaran

strategis perspektif keuangan yang akan dicapai adalah pertumbuhan

profitabilitas, melalui pertumbuhan penjualan dan keunggulan biaya.

Sasaran strategis dalam perspektif pelanggan dengan meningkatkan

kepuasan dan kepercayaan konsumen serta menjalin hubungan berkualitas

dengan konsumen.

Sasaran strategis perspektif proses bisnis internal adalah

pengembangan produk difrensiasi, efisiensi dan efektivitas produksi, serta

peningkatan proses layanan pada pelanggan. Sasaran strategis dalam

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu peningkatan kualitas dan

kapabilitas karyawan, serta komitmen karyawan. Penentuan ukuran hasil

dalam perspektif Balanced Scorecard ditunjukan dengan ROI, COGS per

sales, tingkat pertumbuhan penjualan, market share dan customer retention,

jumlah pengembangan produk difrensiasi, jumlah karyawan yang mengikuti

Page 35: H10hss.pdf

pelatihan, indeks kepuasan dan motivasi karyawan dan turnover rate. Secara

keseluruhan, hasil pencapaian kinerja perusahaan dalam Balance Scorecard

diperoleh skor sebesar 58,13 persen dari pencapaian target. Kondisi ini

menunjukan kinerja perusahaan masih belum optimal.

Dewi (2009) melakukan penelitian pada Bank Tabungan Negara

(BTN) untuk mengukur evaluasi kinerja PT Bank Tabungan Negara

(Persero) Cabang Bogor. Penelitian ini mengevaluasi kinerja PT BTN

(Persero) Cabang Bogor, dengan menggunakan pendekatan Balance

Scorecard. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.

Pengolahan data dilakukan dengan uji validitas dan realibilitas, Balance

Scorecard dan Analytical Hierarcy Process (AHP) dengan bantuan software

Microsoft excel dan SPSS 11,5. Metode AHP dilakukan untuk pembobotan

sasaran strategis dan ukuran hasil Balance Scorecard. Berdasarkan hasil

pembobotan dengan AHP maka diperoleh skor kinerja PT BTN (Persero)

Cabang Bogor, yaitu perspektif pelanggan 35,85%, perspektif proses bisnis

internal 19,97%, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan sebesar 19,1%,

serta perspektif penilaian kinerja BTN Cabang Bogor sebesar 93,29%

menunjukan bahwa kinerja secara keseluruhan sangat baik.

Listyani (2006) melakukan penelitian pada sub direktorat Property

and Facilities Management PT Indosat, Tbk. penelitian ini berjudul Analisis

dan perancangan Alat Pengukur Kinerja dengan Metode Balance Scorecard

pada sub direktorat Property and Facilities Management PT Indosat, Tbk.

penelitian ini bertujuan (1) menganalisis Critical Success Factor (CSF) pada

Sub Direktorat Property and Facilities Management PT Indosat, Tbk. dan

keterkaitannya pada tiap perspektif Balanced Scorecard, (2) mengetahui

tolak ukur strategik dari tiap-tiap perspektif, (3) mengidentifikasi kesesuaian

alat ukur kinerja sub direktorat saat ini dengan kondisi dan kebutuhan

perusahaan dan (4) Merancang alat ukur kinerja Sub Direktorat Property

and Facilities Management. Pengolahaan data dilakukan dengan metode

AHP, yang dilakukan secara manuak dan perhitungannya dengan software

Microsoft Excel 2002. Hasil pembobotan menunjukan bahwa perspektif

pelanggan memiliki bobot terbesar (50,18%), dengan CSF kepuasan

Page 36: H10hss.pdf

pelanggan (53,66%) dan tolak ukur strategis tingkat kepuasan pelanggan

(53,19%). Analisa yang dilakukan terhadap KPI sub direktorat periode

triwulan I tahun 2006 mengindikasikan bahwa persentase bobot tingkat

kepentingan tiap perspektif tidak sesuai dengan elaborasi Startegic Mapping

untuk sub direktorat berorientasi non-profit center, yang menyatakan bahwa

perspektif pelanggan harus memiliki bobot terbesar, tetapi pada KPI sub

direktorat periode triwulan I tahun 2006 perspektif keuangan yang memiliki

bobot terbesar (60%).

Page 37: H10hss.pdf

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung

mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis

dan modern. Dalam perkembangan masyarakat yang begitu cepat, rumah

sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang padat modal, padat SDM,

padat ilmu dan padat teknologi, harus dapat beradaptasi dengan

lingkungan yang selalu berubah. Hal tersebut penting, karena dalam dunia

persaingan industri kesehatan, system manajemen rumah sakit yang

kompleks dapat menjadi kelemahan rumah sakit dibandingkan pesaing,

dimana semakin banyak rumah sakit yang mengedepankan system

pelayanan terpadu dengan hospitality yang sangat baik.

RS Pelabuhan Jakarta sebagai salah satu rumah sakit tertua di

wilayah Jakarta Utara, saat ini dihadapi pesaing yang semakin bertambah

di Jakarta Utara. Secara total terdapat, 15 rumah sakit pesaing di Jakarta

Utara. Kondisi tersebut mengharuskan pihak manajemen RSPJ, untuk

harus melakukan penilaian kinerja rumah sakit secara menyeluruh, untuk

mengetahui posisi rumah sakit dalam industri, yang nantinya akan menjadi

bahan umpan balik, bagi manajer lini atas untuk menyusun perencanaan

strategis yang sesuai dengan terjemahan visi dan misi, juga posisi dan

kemampuan rumah sakit di dalam industri.

Penelitian ini menggunakan sistem pengukuran kinerja Balanced

Scorecard dalam pengukuran kinerja. Balanced Scorecard dapat menjadi

alat pengukuran kinerja sebuah perusahaan atau organisasi public yang

belum mengenal system pengukuran kinerja tersebut. Balanced Scorecard

dikembangkan untuk melengkapi pengukuran kinerja finasial dan sebagai

alat yang cukup penting bagi organisasi atau perusahaan untuk

merefleksikan pemikiran baru dalam era kompetitif dan efektifitas

organisasi. Balanced Scorecard merupakan solusi terbaik dalam

pengukuran kinerja bisnis. Empat perspekif utama di sorot melalui

Page 38: H10hss.pdf

balanced scorecard yaitu : perspektif keuangan, perspektif proses bisnis

dan internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif

konsumen atau pelanggan.

Perancangan kerangka Balanced Scorecard Rumah Sakit Pelabuhan

Jakarta, diawali dengan penerjemahan visi, misi dan tujuan RS Pelabuhan

Jakarta, yang diterapkan ke dalam tujuan strategis perusahaan. Pada tahap

awal ini dibutuhkan data visi, misi, tujuan dan strategi RS Pelabuhan

Jakarta yang telah disusun oleh pihak manajemen rumah sakit. Tahap

selanjutnya ialah menerjemahkan visi, misi dan strategi menjadi sasaran

strategis pada keempat perspektif Balance Scorecard. Sasaran strategis

merupakan sasaran-sasaran masa depan yang dituju oleh perusahaan

sebagai penerjemahan strategi untuk mewujudkan visi dan misi. Sasaran

dari setiap perspektif harus menunjukan hubungan sebab akibat dengan

perspektif lainnya.

Sasaran strategis yang telah diterjemahkan kedalam empat perspektif

Balanced Scorecard, selanjutnya diimplementasikan dengan melakukan

perencanaan strategis yang terdiri dari tiga komponen, yaitu ukuran

strategis, target dan inisiatif strategis. Ukuran strategis terdiri dari ukuran

hasil (lag indicator) dan ukuran pemicu (lead indicator). Ukuran yang

dibuat harus relevan dan sesuai dengan setiap sasaran pada masing-masing

perspektif Balanced Scorecard. Rumah sakit selanjutnya membuat target

sebagai indicator keberhasilan strategi. Langkah berikutnya ialah membuat

inisiatif strategis untuk mewujudkan sasaran strategis perusahaan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap pembobotan dari

masing-masing perspektif Balanced Scorecard beserta sasaran dan ukuran

strategisnya. Pengukuran ini dilakukan terhadap aspek kinerja yang dapat

diukur untuk dapat melihat gambaran umum kinerja rumah sakit. Hasil

pengukuran tersebut selanjutnya dapat menjadi bahan masukkan bagi

pihak manajemen rumah sakit, dalam memperbaiki kinerja untuk dapat

bersaing dengan kompetitor lain dalam industri.

Page 39: H10hss.pdf

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS. Pelabuhan Jakarta yang terletak di

Jl. Kramat Raya tanjung priok Jakarta Utara. Pemilihan lokasi untuk

penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive). Penelitian ini

dilaksanakan dalam waktu dua bulan, yaitu pada bulan Januari- Februari

2010.

RS Pelabuhan Jakarta

Visi, Misi, Tujuan dan Strategi RS Pelabuhan Jakarta

Sasara strategis empat perspektif Balanced Scorecard

Gambar 10. Kerangka pemikiran

Peta strategi Balanced Scorecard

pengukuran kinerja Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta

Ukuran strategis

(lag and lead indicator)

target Inisiatif strategik

Perspektif Finansial

Perspektif pelanggan

Perspektif Proses Bisnis

internal

Perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan

Page 40: H10hss.pdf

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan

sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

Menurut Umar (2005),data primer merupakan data yang didapat dari

sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil

wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data primer dalam penelitian ini

diperoleh melalui observasi lapang, wawancara dan kuesioner. Wawancara

dilakukan dengan pihak perusahaan yang memiliki peranan yang besar

dalam pengambilan keputusan. Responden yang dipilih adalah pihak

internal dan eksternal perusahaan.

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut

dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi literature melalui

buku, skripsi, jurnal, data perusahaan, internet dan data publikasi lainnya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Teknik wawancara langsung yaitu cara pengumpulan data dengan

menanyakan langsung kepada pihak terkait untuk memperoleh informasi

mengenai isu yang diteliti. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara

kepada pihak-pihak terkait didalam Rumah Sakit, yang merupakan

manajer kepala bagian dari unit-unit bisnis yang terdapat di RS Pelabuhan

Jakarta. Metode penarikan narasumber untuk wawancara menggunakan

teknik pengambilan purposive (purposive sampling).

2. Teknik kuesioner, yaitu cara pengumpulan data dengan memberikan atau

menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka

akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Umar, 2005).

Dalam penelitian ini kuesioner akan diberikan kepada pihak internal dan

eksternal Rumah Sakit. Pihak internal yang diberikan kuesioner yaitu,

karyawan RS Pelabuhan Jakarta untuk mengetahui kepuasan kerja dan

motivasi karyawan dan manajemen puncak untuk pembobotan Balanced

Scorecard. Sedangkan pihak eksternal Rumah Sakit adalah pasien rawat

Page 41: H10hss.pdf

jalan. Metode penarikan responden dilakukan menggunakan purposive

sampling.

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Proses pengumpulan data, digunakan teknik pengambilan contoh.

Ukuran contoh dapat diterima berdasarkan desain penelitian untuk kepuasan

dan motivasi karyawan berikut menurut Gay dalam Umar (2004):

1. Metode Deskriptif yaitu minimal 10% dari populasi. Untuk populasi

relatif kecil minimal 20% dari populasi.

2. Metode Deskriptif Korelasional yaitu minimal 30 subyek. Teknik

pengambilan contoh , menggunakan purposive sampling, baik hal khusus

(Balanced Scorecard) dan hal umum (kepuasan pelanggan). Jumlah

contoh yang diambil sebagai responden untuk mengisi kuesioner

kepuasan pelanggan mengacu pada rumus Slovin dalam Umar (2005),

yang menyatakan bahwa minimal contoh yang dibutuhkan utnuk

mengetahui ukuran populasi, digunakan rumus Slovin berikut :

n = 𝑁

1+𝑁𝑒 2 ………………………………………………….(1)

Dimana:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan contoh yang diinginkan.

Berdasarkan data kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap tahun

2009 sebanyak 98620, maka berdasarkan perhitungan menggunakan

rumus Slovin dengan nilai galat kesalahan sebesar 10%, didapatkan

jumlah sampel sebanyak 100 orang.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder penelitian yang diperoleh akan diolah

secara manual dan dibantu menggunakan Software Microsoft office excel

2007 dan SPSS 15.0, sedangkan untuk data kualitatif akan disajikan dalam

bentuk uraian deskriptif.

Page 42: H10hss.pdf

3.6.1 Uji Validitas (Test of Validity)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui alat ukur yang telah disusun

benar-benar mampu mengukur yang harus diukur. Uji validitas digunakan

untuk menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurannya. Uji validitas diperoleh dengan menggunakan rumus Pearson

Correlation product moment yang penyelesaiannya dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 15.0. Uji validitas dilakukan dengan

membandingkan antara hitung r dengan tabel r melalui tahapan analisis

sebagai berikut:

r = 𝑛( 𝑥𝑦 )−( 𝑥 𝑦)

[𝑛 . 𝑥2−( 𝑥)2].[𝑛 𝑦−( 𝑦2)] ……………………..(2)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi Product Moment

X = Skor masing-masing variabel yang ada pada kuesioner

Y = Skor total semua variabel kuesioner

n = Jumlah responden

r xy = Korelasi antara variabel X dan Y. Kirteria pengujian adalah:

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 → 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 → 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑

Berdasarkan hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan

pasien (Tabel 2) dan kepuasan kerja dan motivasi karyawan(Tabel 1)

didapatkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel (>0,361) sehingga

kuesioner tersebut dikatakan valid sebagai alat ukur (Lampiran 1 dan 2).

Hasil uji validitas terhadap 30 kuesioner kepuasan kerja dan motivasi

karyawan juga menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel

sehingga kuesioner dikatakan valid.

3.6.2 Uji Reliabilitas (Test of Reliability)

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui alat pengumpul data

yang menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau

konsistensi alat tersebut dalam mengunkapkan gejala-gejala tertentu dari

sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda

Page 43: H10hss.pdf

Atribut rhitung rtabel Kesimpulan

1 0,427 0,361 valid

2 0,448 0,361 valid

3 0,511 0,361 valid

4 0,498 0,361 valid

5 0,365 0,361 valid

6 0,587 0,361 valid

7 0,411 0,361 valid

8 0,410 0,361 valid

9 0,411 0,361 valid

10 0,707 0,361 valid

11 0,449 0,361 valid

12 0,432 0,361 valid

13 0,398 0,361 valid

14 0,530 0,361 valid

15 0,446 0,361 valid

16 0,714 0,361 valid

17 0,695 0,361 valid

18 0,416 0,361 valid

19 0,637 0,361 valid

20 0,579 0,361 valid

21 0,561 0,361 valid

22 0,727 0,361 valid

23 0,679 0,361 valid

24 0,414 0,361 valid

25 0,454 0,361 valid

26 0,424 0,361 valid

27 0,511 0,361 valid

28 0,457 0,361 valid

29 0,560 0,361 valid

30 0,742 0,361 valid

Tabel 1. Nilai validitas uji awal kepuasan kerja dan motivasi karyawan

Page 44: H10hss.pdf

Atribut rhitung rtabel Kesimpulan

1 0,825 0,361 valid

2 0,780 0,361 valid

3 0,632 0,361 valid

4 0,820 0,361 valid

5 0,836 0,361 valid

6 0,665 0,361 valid

7 0,789 0,361 valid

8 0,722 0,361 valid

9 0,627 0,361 valid

10 0,759 0,361 valid

11 0,615 0,361 valid

12 0,829 0,361 valid

13 0,689 0,361 valid

14 0,396 0,361 valid

15 0,756 0,361 valid

16 0,639 0,361 valid

17 0,489 0,361 valid

Uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang telah valid.

Rumus yang dipakai adalah untuk menguji reliabilitas dalam penelitian

adalah Cronbach’ Alpha yang penyelesaiannya dilakukan dengan

membandingkan antara r hitung dan r tabel . Semakin dekat koefisien

keandalan dengan 1,0, semakin baik. Secara umum keandalan kurang dari

0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70 bisa diterima, dan

lebih dari 0,80 adalah baik. Rumus Cronbach’s Alpha adalah sebagai

berikut:

r1 = 𝑘

𝑘−1 1 −

𝜎𝑏2

𝜎𝑡2 ……………………………..............................(3)

Dimana:

r1 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

Tabel 2. Nilai validitas uji awal kepuasan pasien

Page 45: H10hss.pdf

𝜎𝑡2 = Ragam total

𝜎𝑏2 = Jumlah ragam butir

Rumus Ragam yang digunakan :

𝜎𝑡2= x2−

( x)2

𝑛

𝑛 ……………………………………..……………(4)

Keterangan : n = Jumlah responden

X = Nilai skor yang dipilih( total nilai dari nomor-nomor

butir pertanyaan)

Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai keandalan berdasarkan rumus

Croncbach’s Alpha pada kuesioner kepuasan pasien dengan nilai sebesar

0,922 dan pada kuesioner kepuasan dan motivasi karyawan sebesar 0,906.

Hasil tersebut berada pada ukuran baik sehingga kuesioner memiliki

tingkat keakuratan data dan konsistensi sebagai alat pengukuran.

3.6.3 Balanced Scorecard

Pembuatan peta strategi Balance Scorecard dibuat berdasarkan ukuran

dan target yang ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit. Dalam

menetapkan perencanaan strategis untuk mencapai sasaran strategis, pihak

manajemen harus menggunakan ukuran yang relevan dan sesuai dengan

kondisi rumah sakit. Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ditunjukan

dengan ukuran tertentu yang disebut ukuran hasil, sedangkan untuk

mencapai ukuran hasil diperlukan pemacu kinerja. Model penjabaran

disajikan pada Tabel 1.

Tabel 3. Model penjabaran strategi ke dalam empat perspektif Balance Scorecard

Sasaran strategi Ukuran Inisiatif

strategi Hasil

(lag indicator)

Pemicu kerja

(lead indicator)

Perspektif keuangan

Perspektif pelanggan

Perspektif proses bisnis

internal

Perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran

Sumber: Kaplan dan Norton, 1996

Sebelum tahap pengukuran, pihak manajemen rumah sakit harus

memberikan pembobotan terhadap masing-masing perspektif Balance

Page 46: H10hss.pdf

Scorecard, sasaran strategis dan ukuran strategis. Pembobotan tersebut

mengindikasikan perspektif mana lebih terperinci dan terkait erat dengan

organisasi. Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta

sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya dapat menghasilkan skor untuk

dibandingkan tingkat kepentingannya satu sama lain dengan menggunakan

metode pairwise comparison. Pemberian bobot dilakukan dengan

menggunkan metode AHP.

Menurut Saiterio dalam Dewi (2009) tahapan evaluasi kinerja

rumah sakit dengan metode Balance Scorecard adalah sebagai berikut:

1. Masing-masing indikator diberi bobot secara proposional, berdasarkan

perhitungan AHP.

2. Menghitung poin yang diperoleh berdasarkan target yang telah

ditentukan perusahaan dengan cara pencapaian target. Setelah

memperoleh pembobotan untuk masing-masing unsur, kemudian

dilakukan pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard. Pengukuran

ini dilakukan dengan membandingkan tingkat pencapaian kinerja

manajemen rumah sakit selama periode yang dikaji delama penelitian

dengan target yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit

sebelumnya.

Perhitungan nilai pencapaian ukuran hasil dalam Balance Scorecard:

Pencapaian = 𝐇𝐚𝐬𝐢𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 (𝐭)

𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 x 100%

3. Menghitung skor kinerja yang dihasilkan dari masing-masing ukuran

hasil dengan mengalikan tingkat pencapaian dengan bobot yang telah

ditetapkan.

4. Menjumlahkan hasil skor masing-masing perspektif.

Hasil pengukuran skor total kemudian dibandingkan dengan skala

100, skala tersebut menunjukan kinerja organisasi yang diteliti. Dengan

skala sebagai berikut:

Page 47: H10hss.pdf

3.6.4 Analytical Hierachy Process (AHP)

Menurut Saaty (1993), Analytical Hierarchy Process merupakan suatu

proses untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih

alternatif yang paling disukai. AHP dapat menyederhanakan suatu persoalan

yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir terorganisir, sehingga

memungkinkan keputusan dapat diambil secara efektif atas suatu persoalan.

Persoalan kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses

pengambilan keputusannya. Prinsip kerja AHP adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Hierarki

Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-

unsurnya yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur

hierarki. Tidak ada aturan yang dapat dilanggar untuk menyusun

hierarki, rancangan dalam menyusun hierarki bergantung pada jenis

keputusan yang perlu diambil.

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan,

untuk berbagai persoalan, skala 1-9 adalah skala terbaik dalam

mengeskpresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari

skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 4. Nilai skala banding berpasangan

Nilai

Skala

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempengaruhi sama

kuat pada sifat itu

3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari lainnya.

Pengalaman atau pertimbangan

sedikit menyokong satu elemen

atas lainnya.

5 Elemen yang satu jelas lebih

penting dibandingkan elemen

lainnya.

Pengalaman atau pertimbangan

dengan kuat disokong dan

dominasinya terlihat dalam

praktek.

7 Satu elemen sangat jelas lebih

penting dibandingkan elemen

lainnya.

Satu elemen dengan kuat disokong

dan dominasinya terlihat dalam

praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting

dibanding elemen lainnya.

Sokongan elemen yang satu atas

yang lainnya terbukti memiliki

tingkat penegasan tertinggi.

2,4,6,8 Nilai nilai diantara kedua

pertimbangan diatas

Kompromi diperlukan diantara dua

pertimbangan.

Kebalikan

Nilai-nilai

di atas

Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B,

maka nilai-nilai kebalikan (1/2,1/3,1/4,.....1/9) digunakan untuk

membandingkan kepentingan B terhadap A.

Sumber: Saaty, 1993

Page 48: H10hss.pdf

3. Penentuan prioritas

Pada setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh

alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat

dibandingkan sesuai dengan judgment yang telah ditentukan untuk

bobot dan prioritas.

Bobot atau prioritas dapat dihitung melalui penyelesaian

matematik, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat matriks perbandingan berpasangan

Untuk membuat matriks perbandingan berpasangan, dimisalkan

dalam suatu subsistem operasi terdapat n elemen yang akan

dibandingkan, yaitu elemen 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 ,…….., 𝐴𝑛 , sedangkan

pembobotan elemen-elemen operasi 𝐴1 , 𝐴2 , 𝐴3 ,…….., 𝐴𝑛 itu

dinyatakan dengan 𝑊1 , 𝑊2 , 𝑊3 ,…….., 𝑊𝑛 , maka penilaian tingkat

kepentingan elemen 𝐴1 dibandingkan 𝐴2 adalah 𝑊1 /𝑊2 , sehingga

akan terbentuk matriks perbandingan berpasangan A[ n x n], yang

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 5. Matrik perbandingan preferensi A [ n x n]

𝐴1 𝐴2 𝐴3 ….. 𝐴𝑛

𝐴1 1 𝑊1 /𝑊2 𝑊1 /𝑊3 ….. 𝑊1 /𝑊𝑛

𝐴2 𝑊2 /𝑊1 1 𝑊2 /𝑊3 ….. 𝑊2 /𝑊𝑛

𝐴3 𝑊3 /𝑊1 𝑊3 /𝑊2 1 ….. 𝑊3 /𝑊𝑛

….. ….. ….. ….. ….. …..

𝐴𝑛 ….. ….. ….. 1

Sumber: Saaty, 1993

Unsur-unsur nilai perbandingan pada matriks dinyatakan dengan I,j

= 1,2,3,….,n. misalkan 𝑊1 /𝑊2 adalah perbandingan dari 𝐴1 dan

𝐴2. Pemberian nilai pada matriks tersebut mengikuti skala banding

berpasangan, dengan tata aturan sebagai berikut:

1) Jika 𝑊𝑖 /𝑊𝑗 =α, maka 𝑊𝑗 /𝑊𝑖 = 1/ α, α= 0

2) Jika 𝐴𝑖 mempunyai tingkat kepentingan relatif yang sama

dengan 𝐴𝑗 , maka 𝑊𝑖 /𝑊𝑗 =𝑊𝑗 /𝑊𝑖 = 1

3) Hal yang khusus, 𝑊𝑖 /𝑊𝑖 = 1 untuk semua i

Page 49: H10hss.pdf

b. Melakukan normalisasi terhadap matriks awal

c. Setiap field dalam suatu kolom dibagi dengan jumlah field pada

kolom tersebut

d. Menghitung bobot relatif atau bobot prioritas dari matriks awal

yang telah dinormalisasi, field-field dari satu baris dijumlahkan dan

kemudian dibagi dengan jumlah unsur yang dibandingkan.

e. Menghitung Lamda Max (λmaks)

Tahapan-tahapan untuk mencapai λmaks sebagai berikut :

1. Kolom matriks awal dikalikan dengan bobot prioritas.

2. field-field sepanjang baris dijumlahkan.

3. Jumlah masing-masing tersebut dibagi dengan bobot prioritas.

4. Hasil pembagian pada tahap sebelumnya dibagi dengan jumlah

kolom matriks awal.

4. Konsistensi Logis

Semua unsur dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Consistency Ratio (CR)

merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa, apakah

perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen atau tidak.

Semua unsur yang telah dikelompokkan harus memenuhi kriteria

konsistensi, yaitu CR ≤ 0,1. CR dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut :

CR = CI

RI

Dengan CI = 𝜆 𝑚𝑎𝑘𝑠 −𝑛

𝑛−1

Nila RI merupakan nilai indeks acak yang dikeluarkan oleh

Oakridge Laboratory berupa tabel berikut :

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56

5. Penggabungan Pendapat Responden

Pada dasarnya, AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari

satu pendapat pakar ahli. Namun demkian, dalam aplikasinya penilaian

kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisiplioner.

Page 50: H10hss.pdf

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, perlu dilakukan pengecekan

konsistensi dari setiap unsur satu persatu. Pendapat yang telah konsisten

tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan rataan geometrik,

dengan rumus :

𝑋𝐺 = Xi𝑛𝑛

Keterangan : 𝑋𝐺 = rata- rata geometrik

n = jumlah responden

Xi = penilaian oleh responden ke-i

Hasil penilaian gabungan inilah yang kemudian diolah dengan prosedur

AHP yang telah diuraikan sebelumnya.

Page 51: H10hss.pdf

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta pada awalnya berasal dari PHC (Port

Health Center) yang didirikan pada tanggal 21 Agustus 1971 berlokasi di

Jalan Sunter II Tanjung Priok dan dikelola oleh Badan Pengusaha

Pelabuhan (BPP) Tanjung Priok. Pada tanggal 21 Maret 1972 PHC

bergabung dengan Rumah Sakit Pelayaran di Jalan Enggano no.10 Tanjung

Priok. Semakin meningkatnya beban kerja PHC, maka disepakati untuk

mendirikan pusat kesehatan di jalan Kramat Jaya Priok yang diberi nama

rumah sakit Pelabuhan Tanjung Priok yang diresmikan pada tanggal 20 Mei

1978. Selanjutnya pada tahun 1984 BPP Tanjung Priok berubah menjadi

Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan Indonesia II. Seiring perubahan

status BPP Tanjung Priok dan untuk menghilangkan kesan bahwa RS

Pelabuhan Tanjung Priok hanya melayani karyawan Perum Pelabuhan

Indonesia II maka nama RS Pelabuhan berubah menjadi rumah sakit Tugu.

Selama perkembangannya Perum Pelabuhan Indonesia berubah status

menjadi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) pada 1 Desember 1992.

Selanjutnya Rumah Sakit di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia II

(Persero) sejak tahun 1999 diresmikan menjadi anak perusahaan PT

Pelabuhan Indonesia II (Persero), dalam bentuk badan hukum sebagai

Perseroan Terbatas dengan nama PT Rumah Sakit Pelabuhan yang

membawahi RS Pelabuhan Jakarta, RS Pelabuhan Cirebon dan RS

Pelabuhan Palembang yang disyahkan secara resmi sejak 1 Mei 1999. Pada

tahun 2003 dibangun Rumah Sakit Port Medical Center yang terletak di

jalan Enggano No. 10, Tanjung Priok. Keempat Rumah Sakit tersebut

disamping melayani masyarakat umum, perusahaan-perusahaan dan

merupakan Rumah Sakit rujukan PT Askes Indonesia, PT Jamsostek serta

merupakan provider utama Bapel JPKM PT Rumah Sakit Pelabuhan.

Page 52: H10hss.pdf

4.1.1 Visi dan Misi perusahaan

Visi dari RS Pelabuhan Jakarta adalah menjadi Rumah Sakit pilihan

utama yang handal dan terpercaya bagi masyarakat di wilayah Jakarta Utara

dan sekitarnya. Sedangkan untuk misinya adalah (1) Memberikan pelayanan

kesehatan yang profesional dan berorientasi kepada kebutuhan pelanggan

dalam hal mutu dan biaya; (2) Mewujudkan rumah sakit Pelabuhan Jakarta

menjadi pusat pelayanan trauma center dan diabetesi di wilayah Jakarta

Utara sebagai program unggulan; (3) Memberi kontribusi positif kepada PT

Rumah Sakit Pelabuhan melalui pengelolaan usaha Rumah Sakit yang

mandiri dan profesional; (4) Mendukung program Pemerintah dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat wilayah

Jakarta Utara; (5) Mewujudkan sumber daya insani yang beriman, bermutu,

optimis, bersikap melayani, ramah dan bangga pada perusahaan dan

budayanya serta mampu memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja

pada SDM-nya.

4.1.2 Jenis Usaha RS Pelabuhan Jakarta

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki pelayanan:

1. Pelayanan rawat jalan yang terdiri dari:

a. Poli umum: Klinik umum, Klinik keuring, Klinik KB/KIA, Klinik

gigi.

b. Poli spesialis: Klinik spesialis penyakit dalam, Klinik spesialis

jantung Klinik spesialis jiwa, Klinik spesialis Rematologi, Klinik

spesialis Anak, Klinik spesialis Bedah umum, Klinik spesialis

Bedah tulang, Klinik spesialis Bedah urolog, Klinik spesialis

Kandungan, Klinik spesialis THT, Klinik spesialis Mata, Klinik

spesialis Paru, Klinik spesialis Kulit & Kelamin, Klinik spesialis

Syaraf, Klinik spesialis Bedah mulut, Klinik spesialis Orthodonite,

Klinik spesialis Psychology.

2. Instalasi Gawat Darurat.

3. Klinik luar: Klinik JICT, Klinik TKBM Cilincing.

Page 53: H10hss.pdf

4. Pelayanan rawat inap dengan total 165 tempat tidur, diantaranya:

a. Perawatan kelas VIP terdapat 4 tempat tidur.

b. Perawatan kelas I terdapat 16 tempat tidur.

c. Perawatan kelas II terdapat 41 tempat tidur.

d. Perawatan kelas IIIA terdapat 73 tempat tidur.

e. Perawatan kelas IIIB terdapat 18 tempat tidur.

f. Perawatan khusus terdapat 13 tempat tidur.

5. Pelayanan penunjang medis yang terdiri dari:

a. Laboratorium

b. Radiologi

c. Fisiotherapi

d. Haemodialisa

e. Pusat diagnostik:

1) Layanan USG

2) Endoscopy

3) Treadmill

4) Spirometri

6. Farmasi

4.1.3 Wilayah Usaha

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta terletak di Kotamadya Jakarta Utara

dengan luas geografis 7.133,51km2, terdiri dari luas lautan 6.979,4 km2dan

luas daratan 154,11 km2. Daratan Jakarta Utara membentang dari Barat ke

Timur sepanjang kurang lebih 35 km, menjorok ke darat antara 4 s/d 10 km,

dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di Kep. Seribu. Ketinggian dari

permukaan laut antara 0 s/d 20 meter, dari tempat tertentu ada yang dibawah

permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa atau empang air

payau. Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai beriklim panas

dengan suhu rata-rata 27℃, curah hujan setiap tahun rata-rata 142,55mm

dengan curah hujan maksimal pada bulan September. Rumah Sakit

Pelabuhan Jakarta terletak dekat dengan kawasan Islamic Center Jakarta

yaitu di Jalan Kramat Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Berada di wilayah

lingkungan terpadat kecamatan Koja, dengan pangsa pasar meliputi

Page 54: H10hss.pdf

kecamatan Koja dan Kecamatan Cilincing. Rumah Sakit yang berada di

wilayah tersebut adalah RS Islam Sukapura, RSUD Koja dan RS Muliasari

4.1.4 Organisasi Perusahaan

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Rumah

Sakit yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh empat orang wakil

kepala yang terdiri dari wakil kepala pelayanan medis dan keperawatan,

wakil kepala penunjang medik, wakil kepala personalia dan umum, dan

wakil kepala keuangan. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Rumah

Sakit Pelabuhan No.HK.61/1/8/PT.RSP-2006 tanggal 11 Juli 2006, badan

kedudukan dalam struktur organisasi disajikan pada Lampiran 3.

4.2. Perancangan Balanced Scorecard RSPJ

4.2.1 Penentuan Sasaran-Sasaran Strategis BSC

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta merupakan salah satu cabang dari PT

Rumah Sakit Pelabuhan, dimana organisasi ini merupakan anak perusahaan

PT (Persero) Pelindo II. Sebagai salah satu rumah sakit tertua di Jakarta

Utara, rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki visi menjadi rumah sakit

pilihan utama yang handal dan terpercaya bagi masyarakat di wilayah

Jakarta Utara dan sekitarnya. Agar visi tersebut dapat dicapai maka

disusunlah misi rumah sakit yang diterjemahkan secara langsung dengan

berbagai strategi dalam rangka memenuhi tujuan rumah sakit. Berdasarkan

visi dan misi yang telah diterapkan, maka dapat diturunkan menjadi sasaran

strategis pada empat perspektif Balanced Scorecard, yaitu keuangan,

pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

1. Perspektif keuangan

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta secara garis besar memperoleh

pendapatan usaha yang berasal dari proses produksi jasa pelayanan medik

serta keperawatan dan penunjang medik. Pemasukan dari Pelayanan medik

dan keperawatan berasal dari 5 kegiatan produksi rumah sakit yaitu, rawat

jalan, rawat inap, kamar operasi atau ok, HCU dan instalasi gawat darurat.

Penunjang medik terdiri dari lima pelayanan rumah sakit yaitu bagian

radiologi, laboratorium, rehabilitasi medik atau fisioterapi, diagnostik

lainnya dan farmasi. Dua produksi jasa yang ditawarkan rumah sakit

Page 55: H10hss.pdf

Pelabuhan Jakarta merupakan sumber pemasukkan utama dari pelayanan

jasa yang ditawarkan pihak rumah sakit. Berdasarkan sumber pemasukkan

proses produksi, maka sasaran strategis yang digunakan oleh rumah sakit

Pelabuhan Jakarta adalah efisiensi rasio operasional, peningkatan

kolektibilitas piutang, pertumbuhan pendapatan usaha dan pertumbuhan

laba.

Efisiensi rasio operasional sangat diperhitungkan oleh pihak

manajemen rumah sakit karena, dengan tingkat efisiensi rasio operasional

yang baik, maka pihak rumah sakit dapat menjaga keseimbangan antara

biaya usaha yang dikeluarkan dan pendapatan bersih yang diterima pihak

rumah sakit. Sasaran strategis peningkatan kolektibilitas piutang didasarkan

pada hasil pendapatan bersih dibandingkan dengan piutang bersih.

Kolektibilitas piutang menjadi salah satu sasaran strategis rumah sakit

karena tingkat pengembalian piutang yang baik akan membuat neraca

keuangan rumah sakit menjadi baik dengan tingkat likuiditas yang tinggi.

Pertumbuhan pendapatan usaha merupakan salah satu sasaran strategis dari

perspektif keuangan yang sangat penting, karena dengan adanya

pertumbuhan pendapatan usaha secara langsung pihak rumah sakit

mengalami penambahan jumlah pendapatan dari proses produksi rumah

sakit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tingkat pertumbuhan laba

menjadi sasaran strategis terakhir dari perspektif keuangan yang dituju oleh

rumah sakit. Pertumbuhan laba menjadi tujuan dari setiap kegiatan usaha,

karena semakin bertumbuhnya laba rumah sakit dibandingkan dengan tahun

sebelumnya, dapat dilihat tingkat keuntungan yang diterima rumah sakit

sehingga menjadi salah satu penilaian kinerja untuk tahun berikutnya.

2. Perspektif pelanggan

Pelanggan merupakan individu atau rumah tangga, perusahaan yang

membeli barang atau jasa yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi. Secara

spesifik pelanggan dapat diartikan sebagai seseorang yang terbiasa untuk

membeli barang atau jasa kepada penjual barang atau pemberi jasa. Rumah

sakit sebagai penyedia jasa kesehatan memiliki pelanggan yang disebut

pasien. Sesuai dengan misi rumah sakit Pelabuhan Jakarta yaitu

Page 56: H10hss.pdf

Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan berorientasi kepada

kebutuhan pelanggan dalam hal mutu dan biaya, maka rumah sakit

Pelabuhan Jakarta harus memberikan pelayanan yang baik kepada

pelanggan untuk meningkatkan nilai kepuasan pelanggan. Oleh karena itu,

sasaran strategis dari perspektif pelanggan adalah peningkatan kepuasan

pasien dan peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien.

Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator yang dapat

memperlihatkan kinerja Rumah sakit dalam proses melayani pasien dengan

serangkaian jasa yang ditawarkan. Kepuasan pasien merupakan hal yang

sangat penting dalam bidang usaha jasa, karena dengan tingkat kepuasan

pasien yang baik dapat menggambarkan kinerja yang bagus dari rumah

sakit, baik dari perspektif proses bisnis internal dan juga perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran. Tingkat kepuasan pasien yang baik juga

dapat mempengaruhi tingkat loyalitas pasien, sehingga semakin tinggi

tingkat kepuasan pasien akan meningkatkan jumlah pendapatan rumah sakit,

karena pasien akan kembali lagi untuk berobat di rumah sakit tersebut.

Selain peningkatan kepuasan pasien, rumah sakit memiliki sasaran

peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien. Tingkat pertumbuhan

kunjungan pasien dari tahun ke tahun dapat menggambarkan trend jumlah

kunjungan pasien dimasa yang akan datang. Tingkat pertumbuhan

kunjungan pasien yang meningkat secara otomatis akan menambah jumlah

pemasukkan dari rumah sakit, oleh karena itu tingkat pertumbuhan

kunjungan pasien menjadi salah satu sasaran dalam perspektif pelanggan.

3. Perspektif proses bisnis internal

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki sasaran strategis pada

perspektif proses bisnis internal berupa peningkatan mutu pelayanan dan

juga peningkatan kinerja operasional. Hal tersebut sesuai dengan dua misi

rumah sakit rumah sakit Pelabuhan Jakarta, yaitu menjadi pusat pelayanan

trauma center serta diabetesi di wilayah Jakarta Utara sebagai program

unggulan dan juga mendukung program Pemerintah dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat wilayah

Jakarta Utara.

Page 57: H10hss.pdf

Indikator mutu pelayanan yang menjadi standar oleh pihak rumah sakit

Pelabuhan Jakarta adalah waktu tunggu pelayanan obat non racikan, waktu

tunggu pelayanan obat racikan, angka infeksi luka operasi, angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD, angka waktu tunggu sebelum

operasi elektif. Peningkatan pencapaian indikator mutu pelayanan tersebut

dapat berimplikasi dalam peningkatan kepuasan pasien.

Sasaran strategis kedua dari proses bisnis internal ialah peningkatan

kinerja operasional. indikator kinerja operasional pelayanan ialah bed

occupancy ratio, average length of stay, turn over internal (TOI), bed turn

over (BTO). Peningkatan kinerja operasional akan menambah tingkat

efisiensi dari rumah sakit, sehingga dapat berpengaruh terhadap jumlah

pendapatan rumah sakit.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Sesuai dengan salah satu misi rumah sakit Pelabuhan Jakarta, yaitu

mewujudkan sumber daya insani yang beriman, bermutu, optimis, bersikap

melayani, ramah dan bangga pada perusahaan dan budayanya serta mampu

memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja pada sumber daya

manusianya. Maka sasaran strategis pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran ialah peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan, serta

peningkatan pencapaian pelatihan kerja.

Tingkat efisiensi kinerja operasional dapat dipengaruhi oleh kinerja dari

karyawan rumah sakit dalam melayani pasien. Pengetahuan yang tinggi dari

karyawan dapat meningkatkan kinerja operasional, sehingga menambah

kepuasan dari pelanggan yang berimplikasi terhadap peningkatan

pendapatan. Rumah sakit harus memberikan sarana dan kesempatan

pelatihan kerja kepada karyawannya, untuk menambah tingkat pendidikan

dari karyawan. Oleh karena itu, salah satu sasaran strategis dari rumah sakit

Pelabuhan Jakarta ialah peningkatan pencapaian pelatihan kerja.

Selain peningkatan pencapaian pelatihan kerja, rumah sakit Pelabuhan

Jakarta membutuhkan karyawan yang memiliki tingkat kepuasan dan

motivasi yang baik. Tingkat kepuasan dan motivasi karyawan yang tinggi,

akan mempengaruhi kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan

Page 58: H10hss.pdf

mereka dengan baik, sehingga dapat menambah keuntungan bagi rumah

sakit serta dapat memenuhi visi dan misi dari rumah sakit.

Gambar 11. Sasaran strategis perspektif Balanced Scorecard pada RS

Pelabuhan Jakarta

4.2.2 Penentuan Ukuran Kinerja Pencapaian Sasaran Strategis

Sasaran strategis dirumuskan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan

rumah sakit. Pencapaian sasaran harus memiliki ukuran yang digunakan

sebagai inidikator tercapai atau tidaknya target yang diinginkan. Terdapat

dua ukuran untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis yakni:

1. Ukuran hasil (outcome measurment) sebagai lag indicator

2. Ukuran pendorong atau pemacu kinerja (performance driver

measurement) sebagai lead indicator

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ditunjukan dengan ukuran

tertentu yang disebut ukuran hasil. Guna mencapai hasil diperlukan faktor

Sasaran

Strategis:

1. Efisiensi

rasio biaya

operasional

Rumah Sakit

2. Peningkatan

kolektibilitas

piutang

3. Pertumbuhan

pendapatan

usaha

4. Pertumbuhan

laba

Sasaran Strategis:

1. Peningkatan

kepuasan

pelanggan

2. Peningkatan

pertumbuhan

kunjungan

pasien

Sasaran

Strategis:

1. Peningkatan

mutu

pelayanan

2. Peningkatan

kinerja

operasional

Sasaran

Strategis:

1. Peningkatan

kepuasan dan

motivasi

karyawan

2. Peningkatan

pencapaian

pelatihan kerja

Visi, Misi dan Strategi RS Pelabuhan Jakarta

Perspektif

Keuangan

Perspektif

Pelanggan

Perspektif

Proses

Bisnis

Internal

Perspektif

Pertumbuhan

dan

Pembelajaran

Page 59: H10hss.pdf

pendorong kinerja. Ukuran hasil tanpa faktor pendorong kinerja tidak akan

mengkomunikasikan bagaimana hasil tersebut dicapai. Sebaliknya , faktor

pendorong kinerja tanpa ukuran hasil hanya memungkinkan perusahaan

mencapai peningkatan operasional jangka pendek, namun gagal

menerjemahkan peningkatan operasional ke dalam bisnis. Penentuan tolak

ukur tersebut dapat mengukur sejauh mana sasaran strategis telah tercapai.

Ukuran kinerja pencapaian sasaran strategis rumah sakit Pelabuhan Jakarta

dapat dilihat pada Tabel 6.

1. Perspektif keuangan

Sasaran strategis pertama pada perspektif keuangan ialah efisiensi rasio

operasional. Efisiensi rasio operasional dihitung berdasarkan biaya

operasional rumah sakit dibagi dengan jumlah pendapatan bersih. Ukuran

hasil dari sasaran strategis tersebut ialah penurunan biaya operasional.

Penurunan biaya operasional dipicu oleh efektifitas dan efisiensi proses

operasi. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh rumah sakit Pelabuhan

Jakarta secara garis besar digunakan dalam kegiatan pelayanan medik serta

keperawatan, administrasi umum dan personalia dan penunjang medik.

Rumah sakit dapat melakukan pengurangan biaya operasional dengan

melakukan efisiensi penggunaan biaya. Sasaran strategis efisiensi rasio

operasional dapat meningkatkan jumlah pendapatan dengan melakukan

pengawasan biaya operasional yang ketat. Pengawasan biaya dilakukan

untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya

dengan kualitas yang dikehendaki dari pemakaian sejumlah bahan tertentu,

tenaga kerja, usaha dan fasilitas yang tersedia.

Peningkatan kolektibilitas piutang merupakan sasaran strategis kedua

pada perspektif keuangan, dengan ukuran hasil peningkatan rasio tingkat

kolektibilitas piutang. Tingkat kolektibilitas yang tinggi menunjukkan

semakin cepat dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain semakin

cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Semakin tinggi tingkat kolektibilitas

piutang maka semakin cepat pula piutang menjadi kas. Selain itu semakin

cepat piutang dilunasi menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan

kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Rumah sakit

Page 60: H10hss.pdf

Pelabuhan Jakarta yang memiliki pelanggan dari perusahaan, biasanya

melakukan transaksi pembayaran secara berkala, oleh karena itu tingkat

kolektibilitas piutang yang tinggi akan membuat jumlah kas rumah sakit

ikut bertambah. Ukuran pendorong dari peningkatan kolektibilitas piutang

ialah pembayaran yang cepat oleh debitur.

Sasaran ketiga pada perspektif keuangan adalah pertumbuhan

pendapatan usaha dengan ukuran hasil peningkatan pendapatan rumah sakit.

Definisi dari pendapatan usaha ialah kenaikan gross atau kotor dari

keuntungan ekonomi selama suatu periode dari aktivitas utama perusahaan

yang menyebabkan kenaikan ekuitas tetapi bukan disebabkan dari

kontribusi penanaman modal. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki

tujuan untuk meningkatkan pendapatan usaha yang diterima baik dari

produksi pelayanan medis dan penunjang medis. Peningkatan pendapatan

selama periode tertentu akan membuat pertumbuhan pendapatan dari tahun

ke tahun. Oleh karena itu, sasaran strategis yang dipilih oleh rumah sakit

ialah pertumbuhan pendapatan usaha dan bukan peningkatan pendapatan.

Melalui adanya pertumbuhan pendapatan maka rumah sakit dapat menilai

kondisi kesehatan keuangan dari tahun ke tahun.

Sasaran keempat adalah pertumbuhan laba, dimana sasaran strategis ini

sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan usaha. Ukuran hasil dari

pertumbuhan laba ialah peningkatan laba yang dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan laba menjadi salah satu indikator kinerja utama

pada perspektif keuangan karena laba merupakan indikator utama yang

bersifat tangible dan dapat diukur dari tahun ke tahun.

2. Perspektif Pelanggan

Kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan utama dari rumah sakit.

Kepuasan pasien menjadi sasaran pada perspektif pelanggan dengan ukuran

hasil indeks kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap. Indeks kepuasan

pasien dapat dihitung dengan survei kepuasan pasien. Melalui survei

kepuasan pasien, rumah sakit dapat mengetahui tingkat kepuasan pasien

yang berobat melalui pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Selain itu,

pihak rumah sakit dapat melakukan evaluasi terhadap masukkan dari pasien

Page 61: H10hss.pdf

untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan yang baik, sehingga hasil

survei dapat dijadikan alat ukur yang objektif untuk menilai kinerja rumah

sakit dari waktu ke waktu.

Sasaran strategis kedua dari perspektif pelanggan ialah peningkatan

pertumbuhan kunjungan pasien. Ukuran hasil dari peningkatan pertumbuhan

kunjungan pasien adalah peningkatan jumlah pasien. Peningkatan jumlah

pasien dapat dipengaruhi dari pertambahan pasien baru, baik pasien umum

maupun dinas. Pertumbuhan pasien berkaitan erat dengan program

pelayanan yang ditawarkan pihak rumah sakit, sehingga dengan adanya

layanan baru dan promosi yang baik, maka jumlah pasien baru baik umum

maupun dinas dapat bertambah.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki sasaran strategis pada

perspektif proses bisnis internal berupa peningkatan mutu pelayanan dan

juga peningkatan kinerja operasional. Hal tersebut sesuai dengan dua misi

rumah sakit Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta, yaitu menjadi pusat pelayanan

trauma center serta diabetesi di wilayah Jakarta Utara sebagai program

unggulan dan juga mendukung program Pemerintah dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama masyarakat wilayah

Jakarta Utara.

Indikator mutu pelayanan yang menjadi standar oleh pihak rumah sakit

pelabuhan jakarta adalah waktu tunggu pelayanan obat non racikan, waktu

tunggu pelayanan obat racikan, angka infeksi luka operasi, angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD, angka waktu tunggu sebelum

operasi elektif. Peningkatan pencapaian indikator mutu pelayanan tersebut

dapat berimplikasi dalam peningkatan kepuasan pasien.

Sasaran strategis kedua dari proses bisnis internal ialah peningkatan

kinerja operasional. indikator kinerja operasional pelayanan ialah bed

occupancy ratio, average length of stay, turn over internal (TOI), bed turn

over (BTO). Peningkatan kinerja operasional akan menambah tingkat

efisiensi dari rumah sakit, sehingga dapat berpengaruh terhadap jumlah

pemasukan rumah sakit.

Page 62: H10hss.pdf

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan merupakan sasaran

strategis pertama pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran

hasil dari sasaran ini ialah indeks kepuasan dan indeks motivasi karyawan.

Indeks kepuasan dan motivasi karyawan dipicu oleh survei kepuasan dan

motivasi karyawan. Melalui survei dapat dilihat sejauh mana tingkat

kepuasan karyawan kepada rumah sakit, yang akan berimplikasi langsung

terhadap kinerja karyawan untuk memenuhi target dan tujuan rumah sakit.

Tingkat kepuasan dan motivasi karyawan yang tinggi akan membantu

rumah sakit dalam mewujudkan tujuan serta visi dan misi.

Sasaran strategis kedua pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

ialah peningkatan pencapaian pelatihan kerja. Pelatihan kerja membantu

rumah sakit untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki. Ukuran hasil dari peningkatan pencapaian pelatihan kerja ialah

tingkat partisipasi karyawan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Sesuai dengan salah satu misi rumah sakit Pelabuhan Jakarta yakni,

Mewujudkan sumber daya insani yang beriman, bermutu, optimis, bersikap

melayani, ramah dan bangga pada perusahaan dan budayanya serta mampu

memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja pada sumber daya

manusianya. Tingkat partisipasi karyawan yang tinggi, dapat meningkatkan

kemampuan karyawan yang dimiliki oleh pihak rumah sakit sehingga

dengan adanya pelatihan dan pendidikan yang dilakukan secara berkala

kinerja rumah sakit dapat ditingkatkan dengan adanya sumber daya manusia

yang berkulitas. Ukuran pendorong dari sasaran strategis ini ialah jumlah

kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.

4.2.3 Peta Strategi Balanced Scorecard Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta

Peta strategi Balanced Scorecard adalah suatu alat untuk

mengkomunikasikan strategi kepada seluruh karyawan dalam bentuk

ukuran-ukuran aktivitas dan operasional dan menggambarkan proses aset-

aset tak berwujud, seperti pelanggan, proses bisnis internal serta

Page 63: H10hss.pdf

pertumbuhan dan pembelajaran yang memberikan hasil nyata dalam bentuk

perspektif keuangan.

Tabel 6. Ukuran kinerja pencapaian sasaran strategis Rumah Sakit

Pelabuhan Jakarta

No Sasaran

Strategis

Ukuran Strategis

Ukuran Hasil

(Lag Indicator)

Ukuran Pendorong

(Lead Indicator)

1. Efisiensi

Rasio

Operasional

Penurunan biaya operasional Efektifitas dan efisiensi proses

operasi

2. Peningkatan

kolektibilitas

piutang

Peningkatan tingkat kolektibilitas

piutang

Pembayaran yang cepat oleh

debitur

3. Pertumbuhan

pendapatan

usaha

Peningkatan pendapatan usaha RSPJ Pertumbuhan Dana yang

diterima Rumah sakit dibanding

dengan tahun sebelumnya

4. Pertumbuhan

laba

Peningkatan laba RSPJ Peningkatan pendapatan

5. Peningkatan

kepuasan

pelanggan

Indeks kepuasan pasien rawat jalan

dan rawat inap

Survei kepuasan pelanggan

6. Peningkatan

pertumbuhan

kunjungan

pasien

Peningkatan jumlah pasein Peningkatan pasien baru

7. Peningkatan

mutu

pelayanan

waktu tunggu pelayanan obat non

racikan (30 menit)

Kecepatan tenaga medis dalam

pelayanan

waktu tunggu pelayanan obat racikan

(60 menit)

Kecepatan tenaga medis dalam

pelayanan

Angka infeksi luka operasi Kemahiran dan ketelitian tenaga

medis dan paramedis

Angka keterlambatan layanan

pertama pada IGD (lebih dari 15

menit)

Kecepatan dan ketepatan tenaga

medis dan paramedis

Angka waktu tunggu sebelum operasi

elektif (maksimal 24 jam)

Kecepatan dan ketepatan tenaga

medis dan paramedis

8. Peningkatan

kinerja

operasional

Bed occupancy ratio Jumlah pemakaian tempat tidur

yang tersedia

Average length of stay Lama pasien tinggal

Turn over internal (TOI) Waktu tempat tidur kosong

sampai ditempati pasien

Bed turn over (BTO) Jumlah pemakaian satu tempat

tidur dalam satu tahun

9. Peningkatan

kepuasan dan

motivasi

karyawan

Indeks Kepuasan karyawan dan

Indeks Motivasi karyawan

Survei kepuasan kerja karyawan

Survei motivasi kerja karyawan

10. Peningkatan

pencapaian

pelatihan

kerja

Tingkat partisipasi karyawan dalam

diklat

Jumlah diklat yang dilakukan

rumah sakit

Page 64: H10hss.pdf

Peta strategi Balanced Scorecard menunjukan hubungan kausalitas

antara visi, misi dan strategi rumah sakit, serta sasaran-sasaran strategis

dalam perspektif BSC. Peta strategis dapat dilihat Gambar 12 yang

menunjukkan pertumbuhan laba sebagai penilaian kinerja terakhir pada

perspektif keuangan, dipengaruhi oleh sasaran strategis lainnya pada

perspektif keuangan. Perspektif pelanggan merupakan salah satu pendorong

meningkatnya pertumbuhan laba pada rumah sakit, pada perspektif

pelanggan peningkatan kepuasan pelanggan akan meningkat apabila

pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit memiliki mutu yang bagus serta

kinerja operasional yang memuaskan. Target pada perspektif proses bisnis

internal dapat dicapai dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas

dan memiliki kemampuan yang tinggi. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa

peta strategi pada rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki hubungan

kausalitas yang saling mempengaruhi antar perspektif.

Gambar 12.Peta strategis Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta

Peningkatan

pencapaian

pelatihan kerja

Pembelajaran

dan

Pertumbuhan

Peningkatan

kepuasan dan

motivasi karyawan

Peningkatan

kinerja operasional

Proses Bisnis

Internal Peningkatan mutu

pelayanan

Peningkatan

kepuasan

pelanggan

Peningkatan

pertumbuhan

kunjungan pasien

Pelanggan

Keuangan

Pertumbuhan

pendapatan

usaha

Pertumbuhan

laba Efisiensi rasio

operasional

Peningkatan

kolektibilitas

piutang

Page 65: H10hss.pdf

4.2.4 Penetapan target

Target merupakan suatu perencanaan kegiatan yang ingin dicapai guna

mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Target bersifat dapat diukur,

diterapkan dan dicapai. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki target

kinerja yang menjadi patokan selama satu tahun, untuk menggambarkan

kinerja rumah sakit secara kesuluruhan. Pencapaian visi dan misi rumah

sakit dapat dilakukan melalui adanya perbaikan kinerja yang dilakukan

secara berkelanjutan melalui penetapan target.

Penetapan target rumah sakit Pelabuhan Jakarta ditetapkan oleh PT

Rumah Sakit Pelabuhan sebagai kantor pusat. Penetapan target disesuaikan

dengan luas usaha rumah sakit dan wilayah. Target ditetapkan berdasarkan

kinerja rumah sakit pada periode sebelumnya dan kondisi internal rumah

sakit. Target yang telah ditetapkan oleh pihak PT Rumah Sakit Pelabuhan

disesuaikan dengan keempat perspektif pada Balanced Scorecard.

1. Perspektif Keuangan

Efisiensi rasio biaya operasional rumah sakit, sebagai target pertama

pada perspektif keuangan memiliki target 92,16%. Penurunan biaya

operasional sebagai ukuran hasilnya diharapakan mengalami penurunan

dibandingkan pada tahun sebelumnya, sehingga tingkat efisiensi dari rumah

sakit Pelabuhan Jakarta bertambah. Peningkatan tingkat kolektibilitas

piutang, ditargetkan mencapai 81,96 hari. Sasaran strategis kedua ini

diharapkan dapat mengalami kenaikan pada tahun 2009, melalui

pembayaran piutang yang lebih cepat oleh para debitur, terutama para

pelanggan dinas.

Sasaran strategis ketiga pada perspektif keuangan ialah pertumbuhan

pendapatan usaha. Peningkatan pendapatan bersih Rumah sakit Pelabuhan

Jakarta diharapkan meningkat dengan target 11,37%. Peningkatan

pendapatan melalui produksi jasa pelayanan medik serta keperawatan dan

penunjang medik, diharapkan meningkat dibandingkan kinerja pada tahun

2008 dan 2007. Ukuran hasil dari sasaran pertumbuhan laba yakni,

peningkatan laba rumah sakit Pelabuhan Jakarta ditargetkan mengalami

Page 66: H10hss.pdf

kenaikan 36,72%. Target tersebut didapatkan berdasarkan pencapaian laba

tahun sebelumnya dengan melihat pertumbuhan pendapatan usaha.

2. Perspektif Pelanggan

Sasaran strategis pada perspektif pelanggan ialah peningkatan kepuasan

pelanggan dan peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien. Peningkatan

kepuasan pelanggan memiliki tolak ukur indeks kepuasan pasien rawat jalan

dan rawat inap. Rumah sakit menetapkan target kepuasan pasien dengan

skor 4 (skala Likert). Rumah sakit menetapkan skor yang cukup tinggi, guna

memenuhi kepuasan pasien melalui pelayanan yang diberikan oleh rumah

sakit. Melalui adanya pelayanan yang baik, secara otomatis akan

meningkatkan loyalitas pelanggan, juga dapat menjadi indikator mutu

pelayanan yang baik. Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien

merupakan sasaran strategis perspektif pelanggan kedua. Ukuran hasil dari

pertumbuhan kunjungan pasien ialah meningkatnya jumlah pasien dinas

dan umum. Target yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit ialah kenaikan

jumlah kunjungan sebesar 5,22 %, dibandingkan tahun sebelumnya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal adalah

peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kinerja operasional. waktu

tunggu pelayanan obat non racikan serta racikan, angka infeksi luka operasi,

angka keterlambatan layanan pertama pada IGD dan angka waktu tunggu

sebelum operasi efektif merupakan ukuran hasil dari peningkatan mutu

pelayanan. Standar yang digunakan oleh pihak rumah sakit Pelabuhan

Jakarta, dihitung berdasarkan target dan realisasi tahun sebelumnya,

sehingga target yang digunakan pada tahun 2009 disesuaikan dengan target

pada tahun 2008. Rumah sakit menetapkan target tingkat pencapaian waktu

tunggu pelayanan obat non racikan (30 menit) sebesar 80%, sedangkan

untuk waktu tunggu pelayanan obat racikan (60 menit) sebesar 80%.

Tingkat keakuratan waktu tunggu yang diterapkan oleh rumah sakit

diharapkan dapat mencapai 80%, sehingga pasien tidak perlu menunggu

waktu yang lama untuk mendapatkan obat, standar ini juga dilakukan

berdasarkan standar dari Departemen Kesehatan. Ukuran hasil angka

Page 67: H10hss.pdf

infeksi luka operasi yang ditargetkan rumah sakit sebesar 100% yakni

dibawah angka 2. Ukuran tersebut sama dengan ukuran hasil angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD (lebih dari 15 jam) dan juga angka

waktu tunggu sebelum operasi elektif (maksimal 24 jam) yakni sebesar

100%.

Peningkatan kinerja operasional memiliki ukuran hasil berupa Bed

Occupancy Ratio (BOR), Average Length of Stay, Turn Over Internal

(TOI), Bed Turn Over (BTO). Bed Occupancy Ratio (BOR) atau pemakaian

tempat tidur dipergunakan untuk melihat jumlah tempat tidur di rumah sakit

yang digunakan pasien dalam suatu masa..Target yang ditetapkan oleh pihak

rumah sakit Pelabuhan Jakarta sebesar 63,32%. Ukuran hasil kedua ialah

Average Length of Stay yakni lamanya pasien rawat inap menetap. Target

yang ditetapkan pada ukuran hasil ini ialah 6 hari. Turn Over Internal (TOI)

adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu

tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.

Ukuran hasil ketiga ini ditargetkan oleh pihak rumah sakit sebesar 3 hari.

Ukuran hasil terakhir yakni Bed Turn Over (BTO) atau berapa kali satu

tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Target yang ditetapkan oleh

pihak rumah sakit sebesar 51 hari.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Peningkatan kepuasan dan motivasi merupakan salah satu sasaran

strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran pendorong

dari sasaran ini ialah survei kepuasan kerja dan motivasi karyawan. Target

rumah sakit pada kedua indeks ialah 4,00. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta,

mengharapkan tingkat kepuasan kerja dan motivasi karyawan yang dimiliki

berada pada kategori puas. Nilai indeks yang tinggi, dapat mempengaruhi

kinerja karyawan, sehingga dapat bekerja lebih baik yang berimplikasi

terhadap pencapaian visi dan misi dari rumah sakit.

Peningkatan pencapaian pelatihan kerja menjadi sasaran strategis kedua

dengan ukuran hasil tingkat partisipasi karyawan dalam kegiatan pendidikan

dan pelatihan. Rumah sakit menargetkan tingkat partisipasi karyawan pada

kegiatan pendidikan dan pelatihan sebesar 70%. Tingkat pelatihan kerja

Page 68: H10hss.pdf

yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia yang

dimiliki rumah sakit, sehingga dapat meningkatkan dan menambah kinerja

dari rumah sakit.

Tabel 7 . Target pencapaian sasaran strategis

No Sasaran

Strategis

Ukuran Strategis

Ukuran Hasil

(Lag Indicator)

Ukuran Pendorong

(Lead Indicator)

Target

Pencapaian

Perspektif Keuangan

1. Efisiensi Rasio

Operasional

Penurunan biaya

operasional

Efektifitas dan efisiensi

proses Operasi

91,35%

2 . Peningkatan

kolektibilitas

piutang

Peningkatan tingkat

kolektibilitas piutang

Pembayaran yang cepat oleh

debitur

81,96 Hari

3. Pertumbuhan

pendapatan

usaha

Peningkatan pendapatan

usaha RSPJ

Pertumbuhan Dana yang

diterima Rumah sakit

dibanding dengan tahun

sebelumnya

11,37%

4. Pertumbuhan

laba

Peningkatan laba RSPJ Peningkatan pendapatan 36,72%

Perspektif Pelanggan

5. Peningkatan

kepuasan

pelanggan

Indeks kepuasan pasien

rawat jalan dan rawat inap

Survei kepuasan pelanggan 4

(skor 1-5)

6. Peningkatan

pertumbuhan

kunjungan

pasien

Peningkatan jumlah

pasein

Peningkatan pasien baru 5%

Perspektif Proses Bisnis Internal

7. Peningkatan

mutu pelayanan

waktu tunggu pelayanan

obat non racikan (30

menit)

Kecepatan tenaga medis

dalam pelayanan

80%

waktu tunggu pelayanan

obat racikan (60 menit)

Kecepatan tenaga medis

dalam pelayanan

80%

Angka infeksi luka

operasi

Kemahiran dan ketelitian

tenaga medis dan paramedis

100%

Angka keterlambatan

layanan pertama pada

IGD (lebih dari 15 menit)

Kecepatan dan ketepatan

tenaga medis dan paramedis

100%

Angka waktu tunggu

sebelum operasi elektif

(maksimal 24 jam)

Kecepatan dan ketepatan

tenaga medis dan paramedis

100%

8. Peningkatan

kinerja

operasional

Bed occupancy ratio Jumlah pemakaian tempat

tidur yang tersedia

63,32%

Average length of stay Lama pasien tinggal 6 hari

Turn over internal (TOI) Waktu tempat tidur kosong

sampai ditempati pasien

4 hari

Bed turn over (BTO) Jumlah pemakaian satu

tempat tidur dalam satu tahun

51 hari

Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

9. Peningkatan

kepuasan dan

motivasi

karyawan

Indeks Kepuasan

karyawan

Indeks Motivasi karyawan

Survei kepuasan kerja

karyawan

Survei motivasi kerja

karyawan

4

(skor 1-5)

10. Peningkatan

pencapaian

pelatihan kerja

Tingkat partisipasi

karyawan dalam diklat

Jumlah diklat yang dilakukan

rumah sakit

70%

Page 69: H10hss.pdf

4.3. Penyusunan Struktur AHP

Proses penerjemahan visi dan misi serta tujuan strategis rumah sakit

Pelabuhan Jakarta menjadi sasaran strategis yang sesuai dengan perspektif

Balanced Scorecard, dilakukan melalui wawancara kepada para kepala

rumah sakit dan juga wakil kepala yang membidangi masing-masing bagian

yang sesuai dengan perspektif Balanced Scorecard. Setelah disusun sasaran

strategis Balanced Scorecard, selanjutnya sasaran tersebut dibobotkan untuk

melihat pengaruh masing-masing sasaran kepada kinerja keseluruhan rumah

sakit Pelabuhan Jakarta. Bobot tersebut akan menggambarkan tingkat

prioritas yang paling berpengaruh bagi rumah sakit dari setiap perspektif

balance scorecard.

Struktur AHP terdiri dari empat tingkatan yaitu fokus, tujuan, strategi

dan strategi operasional. Struktur AHP yang dibuat merupakan hasil

penyesuaian dengan empat perspektif pada Balanced Scorecard. Fokus dari

struktur AHP Pada tingkat pertama ialah kinerja rumah sakit Pelabuhan

Jakarta, pada tingkat kedua yang menjadi tujuan ialah keempat perspektif

dari Balanced Scorecard yang merupakan penerjemahan dari visi dan misi

serta tujuan rumah sakit. Tingkat ketiga ialah strategi yang merupakan

sasaran strategis dari keempat perspektif Balanced Scorecard. Strategi

operasional merupakan tingkatan terakhir pada struktur AHP yang

merupakan ukuran hasil atau tolak ukur dari sasaran strategis Balanced

scorecard.

Pembobotan dengan menggunakan metode AHP memerlukan data yang

diperoleh dari kuesioner (Lampiran 4) yang disebarkan terhadap lima orang

pakar pada rumah sakit Pelabuhan Jakarta. Lima pakar yang dipilih

merupakan manajer lini atas yang mengetahui secara mendalam masing-

masing bidang yang dikepalai. Proses pengolahan data AHP dilakukan

secara manual dan proses penghitungannya dibantu dengan software

Microsoft Excel 2007. Hasil perhitungan menunjukkan tingkat konsistensi

(CR) ≤ 10%, sehingga dinilai baik untuk sasaran strategis maupun ukuran

hasilnya. Perhitungan pembobotan tiap perspektif dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Page 70: H10hss.pdf

Gam

bar

13. Str

ukt

ur

hie

rark

i A

HP

Page 71: H10hss.pdf

Keterangan:

K1 = Efisiensi rasio operasional

K2 = Peningkatan kolektibiltas piutang

K3 = Pertumbuhan pendapatan usaha

K4 = Pertumbuhan laba

P1 = Peningkatan kepuasan pelanggan

P2 = Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien

BI1 = Peningkatan mutu pelayanan

BI2 = Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien

PP1 = Peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan

PP2 = Peningkatan pencapaian pelatihan kerja

PBO = Penurunan biaya operasional

PKP = Peningkatan tingkat kolektibilitas piutang

PPU = Peningkatan pendapatan usaha RSPJ

PLR = Peningkatan laba RSPJ

SKP = Indeks kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap

PPB = Peningkatan jumlah pasien

AOE = Angka waktu tunggu operasi elektif

IGD = Angka keterlambatan layanan pertama pada IGD

AIO = Angka infeksi luka operasi

POR = Waktu tunggu pelayanan obat racikan

PON = Waktu tunggu pelayanan obat non racikan

ALS = Average length of stay

BOR = Bed occupancy ratio

TOI = Turn over internal

BTO = Bed turn over

SKM = Indeks kepuasan dan motivasi karyawan

JDR = Tingkat partisipasi karyawan dalam diklat

Page 72: H10hss.pdf

4.4. Pengukuran Kinerja RS Pelabuhan Jakarta dengan Balanced Scorecard

Salah satu keunggulan dari Balanced Scorecard sebagai alat evaluasi

kinerja yakni bersifat komprehensif, artinya pengukuran dilakukan secara

menyeluruh tidak hanya berdasarkan pada perspektif keuangan, namun juga

perspektif pelanggan, proses bisnis internal serta pertumbuhan dan

pembelajaran. Keempat perspektif pada Balanced Scorecard diselaraskan

dengan visi dan misi serta tujuan dari rumah sakit, sehingga semua aspek

kinerja dapat dinilai menjadi satu kesatuan yang memiliki hubungan sebab

akibat. Setelah sasaran strategis dan ukuran hasil atau pendorong disusun

dan diberi target, maka proses selanjutnya adalah pemberian bobot oleh

pihak manajemen rumah sakit.

Pemberian bobot didasarkan pada tingkat kepentingan atau

pengaruhnya terhadap perusahaan. Semakin tinggi bobot yang diperoleh

suatu perspektif, sasaran strategis dan ukuran hasil, maka semakin besar

pula pengaruhnya terhadap kinerja rumah sakit. Pembobotan dilakukan

dengan menggunakan alat bantu AHP untuk menggabungkan pendapat dari

beberapa pakar. Bobot diberikan oleh pakar yang mengetahui secara

langsung masing-masing kegiatan operasional yang dilakukan oleh rumah

sakit.

Berdasarkan hasil penggabungan pendapat para pakar, dapat dilihat

bahwa rumah sakit Pelabuhan Jakarta memetakan bobot yang beragam pada

keempat perspektif. Perspektif keuangan mendapatkan bobot sebesar

27,31%. Hal tersebut membuktikan bahwa, perspektif keuangan bukanlah

menjadi hal yang utama dalam penentu kinerja rumah sakit walaupun

keuangan merupakan salah satu bagian terpenting dalam penilaian kinerja.

Bobot tertinggi diberikan pakar kepada perspektif pelanggan sebesar

36,96%. Pihak manajemen menilai bahwa perspektif pelanggan merupakan

bagian terpenting dalam penilaian kinerja rumah sakit. Proses bisnis internal

memperoleh bobot sebesar 14,30% sedangkan perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran memperoleh bobot sebesar 21,43%. Hasil pembobotan

berdasarkan AHP, memperlihatkan bahwa rumah sakit Pelabuhan Jakarta

memberikan prioritas tinggi terhadap perspektif pelanggan, diikuti dengan

Page 73: H10hss.pdf

perspektif keuangan, yang merupakan implikasi nyata dari peningkatan

kepuasan dan jumlah pelanggan. Urutan prioritas ketiga ditempati oleh

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, hal ini memperlihatkan bahwa

kemampuan SDM yang tinggi dibutuhkan untuk merealisasikan visi, misi

dan tujuan dari rumah sakit. Proses bisnis internal menempati posisi terakhir

dalam pembobotan Balanced Scorecard. Pihak manajemen rumah sakit

melihat, bahwa peningkatan mutu pelayanan dan kinerja operasional

merupakan hal yang wajib dan telah menjadi standar untuk memberikan

kepuasan kepada pelanggan. Penilaian pembobotan tiap perspektif dapat

dilihat pada Tabel 8. Berikut ini merupakan analisa pembobotan kinerja tiap

perspektif pada Balanced Scorecard.

4.4.1 Analisa Pembobotan Perspektif Keuangan

Pada perspektif keuangan, rumah sakit Pelabuhan Jakarta lebih

mengutamakan efisiensi rasio biaya operasional sebesar 40,03% apabila

dibandingkan pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 24,61% dan

peningkatan kolektibilitas piutang 18,17% serta pertumbuhan laba 17,20%.

Hasil pembobotan tersebut memperlihatkan bahwa hal terutama yang harus

dicapai rumah sakit adalah peningkatan efisiensi biaya operasional.

Penurunan biaya operasional dapat meningkatkan pendapatan dari rumah

sakit baik yang berasal dari pelayanan medik maupun penunjang medik.

Laba rumah sakit akan bertambah dengan meningkatnya pendapatan dan

penurunan biaya operasional. Tingkat kolektibilitas piutang yang tinggi

akan menambah jumlah kas rumah sakit karena hal ini menunjukkan

cepatnya piutang dilunasi oleh debitur sehingga resiko kerugian piutang

dapat diminimalkan dan kas dapat digunakan kembali.

4.4.2 Analisa Pembobotan Perspektif Pelanggan

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memberikan prioritas yang lebih tinggi

pada perspektif pelanggan dibandingkan ketiga perspektif lainnya pada

balanced scorecard. Pihak manajemen menilai tingkat kepuasan pelanggan

merupakan sasaran strategis yang paling penting dengan bobot 60,81%

sedangkan peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien mendapatkan bobot

Page 74: H10hss.pdf

sebesar 39,19%. Berdasarkan hasil pembobotan kepuasan pelanggan rumah

sakit menjadi hal yang diprioritaskan oleh rumah sakit.

Tabel 8. Pembobotan perspektif Balanced Scorecard

No Sasaran Strategis Ukuran Strategis

Ukuran Hasil

(Lag Indicator)

Ukuran Pendorong

(Lead Indicator)

Bobot

(%)

Perspektif Keuangan (27,97%)

1. Efisiensi Rasio

Operasional

(46,05%)

Penurunan biaya operasional Efektifitas dan efisiensi proses

Operasi

100

2. Peningkatan

kolektibilitas piutang

(15,07%)

Peningkatan

Tingkat

Kolektibilitas

piutang

Pembayaran yang cepat oleh

debitur

100

3. Pertumbuhan

pendapatan usaha

(23,10%)

Peningkatan pendapatan usaha

RSPJ

Pertumbuhan Dana yang

diterima Rumah sakit dibanding

dengan tahun sebelumnya

100

4. Pertumbuhan laba

(15,78%)

Peningkatan laba RSPJ Peningkatan pendapatan 100

Perspektif Pelanggan (41,98%)

1. Peningkatan

kepuasan pelanggan

(60,81%)

Indeks kepuasan pasien rawat

jalan dan rawat inap

Survei kepuasan pelanggan 100

2. Peningkatan

pertumbuhan

kunjungan pasien

(39,19%)

Peningkatan jumlah pasein Peningkatan pasien baru 100

Perspektif Proses Bisnis Internal (10,94%)

1. Peningkatan mutu

pelayanan

(59,61%)

waktu tunggu pelayanan obat

non racikan (30 menit)

Kecepatan tenaga medis dalam

pelayanan

26,91

waktu tunggu pelayanan obat

racikan (60 menit)

Kecepatan tenaga medis dalam

pelayanan

29,46

Angka infeksi luka operasi Kemahiran dan ketelitian tenaga

medis dan paramedis

12,89

Angka keterlambatan layanan

pertama pada IGD (lebih dari

15 menit)

Kecepatan dan ketepatan tenaga

medis dan paramedis

21,86

Angka waktu tunggu sebelum

operasi elektif (maksimal 24

jam)

Kecepatan dan ketepatan tenaga

medis dan paramedis

8,89

2. Peningkatan kinerja

operasional

(40,39%)

Bed occupancy ratio Jumlah pemakaian tempat tidur

yang tersedia

31,80

Average length of stay Lama pasien tinggal 13,87

Turn over internal (TOI) Waktu tempat tidur kosong

sampai ditempati pasien

24,08

Bed turn over (BTO) Jumlah pemakaian satu tempat

tidur dalam satu tahun

30,25

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (19,12%)

1. Peningkatan

kepuasan dan

motivasi karyawan

(66,69%)

Indeks Kepuasan karyawan

Indeks Motivasi karyawan

Survei kepuasan kerja karyawan

Survei motivasi kerja karyawan

100

2. Peningkatan

pencapaian

pelatihan kerja

(33,31%)

Tingkat partisipasi karyawan

dalam diklat

Jumlah diklat yang dilakukan

rumah sakit

100

Page 75: H10hss.pdf

Kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap menjadi prioritas utama

demi mencapai salah satu misi rumah sakit yakni memberikan pelayanan

kesehatan yang profesional dan berorientasi kepada kebutuhan pelanggan

dalam hal mutu dan biaya. Pertumbuhan kunjungan pasien diharapkan akan

meningkat, selaras dengan meningkatnya tingkat kepuasan pasien terhadap

kualitas pelayanan rumah sakit, sehingga pertumbuhan kunjungan pasien

diberikan bobot sedikit lebih rendah dari kepuasan pelanggan.

4.4.3 Analisa Pembobotan Pada Perspektif Proses Bisnis Internal

Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal berupa

peningkatan mutu pelayanan dan juga peningkatan kinerja operasional.

Peningkatan mutu pelayanan mendapatkan bobot tertinggi sebesar 59,61%.

Ukuran hasil yang mendukung sasaran strategis terebut adalah waktu tunggu

pelayanan obat non racikan (30 menit) 24,58%, waktu tunggu pelayanan

obat racikan (60 menit) 26,21%, angka infeksi luka operasi 15,65%, angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD (lebih dari 15 menit) 21,59% dan

angka waktu tunggu sebelum operasi elektif (maksimal 24 jam) 11,98%.

Bobot pada ukuran hasil sasaran strategis kinerja operasional menunjukan

bahwa rumah sakit lebih memberi prioritas kepada waktu tunggu pelayanan

obat racikan. Hal ini disebabkan ketepatan rumah sakit dalam menyediakan

obat racikan kepada pasien masih kurang tepat waktu sesuai dengan standar

yang digunakan yakni paling lama 60 menit. Waktu tunggu menjadi hal

yang prioritas pada peningkatan kinerja operasional, karena hal tersebut

merupakan salah satu ukuran yang dapat dirasakan oleh pasien, sehingga

peningkatan kinerja dengan mengurangi waktu tunggu diapotik dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan.

Peningkatan kinerja operasional merupakan sasaran strategis kedua

dengan bobot sebesar 40,39%. Peningkatan kinerja operasional dipicu oleh

Bed occupancy ratio 30,69%, Average length of stay 16,16%, Turn over

internal (TOI) 24,49%, Bed turn over (BTO) 28,66%. Bed occupancy ratio

atau tingkat pemakain tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien

dalam suatu masa menjadi ukuran hasil yang memiliki bobot tertinggi.

Page 76: H10hss.pdf

Rumah sakit menilai peningkatan mutu pelayanan dan kinerja operasional

berimplikasi terhadap kepuasan pelanggan sehingga penting untuk

meningkatkan kinerja proses bisnis internal diatas standar-standar yang

sudah ditetapkan.

4.4.4 Analisa Pembobotan Pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Sasaran strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ialah

peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan serta peningkatan pencapaian

pelatihan kerja. Sasaran strategis yang memiliki bobot tertinggi ialah

peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan sebesar 66,69% sedangkan

peningkatan pencapaian pelatihan kerja mendapatkan bobot sebesar 33,31%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa rumah sakit Pelabuhan Jakarta

memberikan prioritas yang lebih besar kepada peningkatan kepuasan dan

motivasi karyawan untuk mendukung kinerja operasional dan mutu

pelayanan, sehingga dapat meningkatkan kinerja rumah sakit secara

keseluruhan. Peningkatan pencapaian pelatihan kerja juga dinilai

berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga dengan adanya pendidikan

dan pelatihan kerja, karyawan rumah sakit dapat meningkatkan pengetahuan

dan keahliannya.

4.5. Kinerja Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Tahun 2009

Pengukuran kinerja rumah sakit dengan menggunakan metode

Balanced Scorecard, memerlukan key performance indicator (KPI) yang

diterjemahkan dari visi dan misi rumah sakit. KPI merupakan indikator atau

ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat pencapaian kinerja terhadap

sasaran strategis yang telah ditentukan. Penilaian kinerja dihitung

menggunakan target yang telah ditentukan sebagai acuan dalam pencapaian

kinerja. Apabila realisasi kinerja melebihi target yang telah ditentukan,

berarti kondisi rumah sakit lebih baik dari sebelumnya. Namun, apabila

realisasi kinerja lebih rendah daripada target, rumah sakit mengalami

penurunan kinerja dan memerlukan perbaikan, guna mencapi target yang

ditetapkan. Penilaian kinerja rumah sakit Pelabuhan Jakarta, dilakukan

berdasarkan data real pada tahun 2009 yang dibandingkan dengan tahun

2008 dan 2007.

Page 77: H10hss.pdf

4.5.1 Perspektif Keuangan

Kinerja rumah sakit Pelabuhan Jakarta tahun 2009, berdasarkan

perspektif keuangan memiliki empat ukuran hasil yang menunjukkan

kinerja kesehatan keuangan rumah sakit selama tahun 2009 dibandingkan

dengan tahun 2008 dan 2007. Sasaran strategis pertama yakni efisiensi rasio

biaya operasional, dengan ukuran hasil penurunan biaya operasional. Biaya

operasional RS Pelabuhan Jakarta pada tahun 2009 meningkat sebesar

4,39% dibandingkan biaya operasional pada tahun 2008. Peningkatan

tersebut mengalami penurunan sebesar 3,83% karena pada tahun 2008 biaya

operasional rumah sakit meningkat sebesar 8,21% apabila dibandingkan

pada tahun 2007. Peningkatan biaya operasional pada tahun 2009 diikuti

dengan peningkatan pendapatan akibat kenaikan tarif, sehingga rasio biaya

operasional pada tahun 2009 meningkat sebesar 92,16% dari yang

ditargetkan 91,35%. Hal ini menunjukkan biaya operasional yang

dikeluarkan oleh rumah sakit sudah cukup efisien, karena peningkatan biaya

operasional pada tahun 2009 menurun sebesar 3,83% dibandingkan tahun

2008. Realisasi biaya operasional tahun 2009 juga lebih rendah

dibandingkan RKAP 2009 sebesar 3,99% . Oleh karena itu, pencapaian

efisiensi rasio operasional pada tahun 2009 sebesar 100,89%.

Gambar 14. Kenaikan biaya operasional RS Pelabuhan Jakarta

Pada tahun 2007 biaya operasional rumah sakit Pelabuhan Jakarta

adalah 100 persen, lalu pada tahun 2008 meningkat sebesar 108,21% dan

pada tahun 2009 biaya operasional bertambah sebesar 112,96% dari tahun

2007. Peningkatan biaya operasional diakibatkan bertambahnya biaya yang

dikeluarkan untuk kegiatan produksi dan tenaga kerja. Tahun 2009

90%

95%

100%

105%

110%

115%

1

100%

108.21%

112.96%biaya operasional 2007

biaya operasional 2008

biaya operasional 2009

Page 78: H10hss.pdf

mengalami kenaikan yang konstan tetapi tidak berlebihan seperti pada tahun

2008. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2008 rumah sakit mengeluarkan

biaya yang tinggi untuk merawat bangunan rumah sakit, sehingga

peningkatan sebesar 8,21% dari tahun 2007. Pencapaian target efisiensi

rasio operasional rumah sakit Pelabuhan Jakarta, mengindikasikan bahwa

rumah sakit telah berhasil menahan laju kenaikan biaya operasional 5 tahun

terakhir sebesar 9,23% per tahun menjadi 3,38%.

Peningkatan kolektibilitas piutang merupakan sasaran kedua pada

perspektif keuangan. Kolektibilitas piutang atau waktu rata-rata

pengumpulan piutang digunakan untuk menilai efisiensi pengumpulan

piutang. Kolektibilitas piutang dihitung dengan membagi jumlah hari

setahun dengan tingkat perputaran piutang. tingkat perputaran piutang

merupakan perbandingan jumlah dari penjualan kredit bersih dengan jumlah

rata-rata piutang. Kecepatan tingkat kolektibilitas piutang sangat

dipengaruhi oleh syarat pembayaran piutang tersebut. Semakin ketat syarat

tersebut maka piutang akan dilunasi dengan waktu yang cukup singkat atau

cepat kembalinya sehingga tingkat perputarannya akan menjadi tinggi.

Demikian sebaliknya apabila syarat pembayarannya lunak, maka pinjaman

akan dilunasi dengan lambat. Realisasi kolektibilitas piutang pada tahun

2009 sebesar 92,42 Hari. Realisasi tersebut belum mencapai target dimana

rumah sakit mengharapkan tingkat kolektibilitas piutang yang lebih cepat

sebesar 81,96 Hari, oleh karena itu pencapaian target sasaran strategis ini

hanya sebesar 87%. Pihak manajemen sudah melakukan langkah untuk

mengketatkan jangka waktu pembayaran piutang, namun pada kenyataanya

masih ada perusahaan yang membayar piutangnya melampaui target yang

ditetapkan, oleh karena itu kolektibilitas piutang belum mencapai target

yang ditetapkan.

Sasaran strategis ketiga pada perspektif keuangan ialah pertumbuhan

pendapatan usaha, ukuran hasil dari petumbuhan pendapatan usaha

merupakan Peningkatan pendapatan usaha rumah sakit Pelabuhan Jakarta.

Pendapatan bersih rumah sakit Pelabuhan Jakarta pada tahun 2009 sebesar

Rp 65.550.560.000. pendapatan ini meningkat 5,98% dibandingkan

Page 79: H10hss.pdf

pendapatan pada tahun 2008 sebesar Rp 61.851.229. Peningkatan

pendapatan bersih pada tahun 2009, belum memperlihatkan pertumbuhan

yang berarti. Target yang ditetapkan oleh rumah sakit pada pertumbuhan

pendapatan ialah 11,37%, sedangkan realisasi pertumbuhan pendapatan

usaha tahun 2009 yang dihitung berdasarkan realisasi pendapatan bersih

tahun 2009 dikurangi realisasi pendapatan bersih tahun 2008 lalu

dibandingkan dengan pendapatan bersih tahun 2008 hanya sebesar 5,84%.

Hasil tersebut menandakan bahwa target yang ditetapkan oleh rumah sakit

belum dapat dicapai dengan kondisi rumah sakit sekarang.

Gambar 15. Pertumbuhan pendapatan usaha RS Pelabuhan Jakarta

Berdasarkan Gambar 15, dapat dilihat penurunan pertumbuhan

pendapatan usaha selama 2 tahun terakhir. Pendapatan usaha yang

didapatkan oleh pelayanan medik dan penunjang medik, memperlihatkan

penurunan pertumbuhan pendapatan, walaupun realisasinya jumlah

pendapatan mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi, akibat kenaikan

tarif dari masing-masing unit produksi namun terjadi penurunan jumlah

kunjungan pasien baik dari pelayanan medik maupun penunjang medik.

Jumlah kunjungan pasien sangat berpengaruh terhadap beberapa pos

pelayanan seperti rawat inap dan kamar operasi. Oleh karena itu pencapaian

pertumbuhan pendapatan usaha pada tahun 2009 hanya sebesar 5,98%, dari

target 11,37%.

Pertumbuhan laba rumah sakit menjadi sasaran terakhir dengan ukuran

hasil peningkatan laba rumah sakit. Pertumbuhan laba dihitung berdasarkan

realisasi pendapatan sebelum pajak pada tahun 2009 dikurangi dengan

pendapatan sebelum pajak pada tahun 2008 lalu dibandingkan kembali pada

pendapatan sebelum pajak 2008. Hasil perhitungan tingkat pertumbuhan

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

Tahun

14.37%

6.75% 5.98%

pertumbuhan pendapatan usaha 2007

pertumbuhan pendapatan usaha 2008

pertumbuhan pendapatan usaha 2009

Page 80: H10hss.pdf

laba pada tahun 2009 sebesar 9,48%. Apabila dibandingkan dengan

pertumbuhan laba pada tahun 2008, rumah sakit Pelabuhan Jakarta berhasil

menaikkan perolehan laba pada tahun 2009, karena pada tahun 2008 kondisi

laba rumah sakit, mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007

sebesar (1,03%).

Gambar 16. Tingkat pertumbuhan laba RS Pelabuhan Jakarta

Pertumbuhan laba yang meningkat pada tahun 2009, disebabkan

kenaikan tarif pada beberapa pos pelayanan, sehingga penyesuaian tarif

pelayanan berpengaruh terhadap laba yang diterima rumah sakit.

Pertumbuhan laba sebesar 9,48 persen belum dapat memenuhi target rumah

sakit sebesar 36,72 persen, sehingga pencapaian dari sasaran strategis

pertumbuhan laba hanya sebesar 25,82 persen.

4.5.2 Perspektif Pelanggan

Sasaran strategis rumah sakit Pelabuhan Jakarta pada perspektif

pelanggan ialah peningkatan kepuasan pelanggan dan peningkatan

pertumbuhan kunjungan pasien. Peningkatan kepuasan pelanggan dinilai

berdasarkan survei kepuasan pasien rawat jalan dan rawat inap. Survei

dilakukan dengan metode purposive sampling yakni pada pasien rawat jalan

(85 orang) dan pasien rawat inap (15 orang). Jumlah responden dibedakan

sesuai dengan jumlah kunjungan terbanyak pada rumah sakit Pelabuhan

Jakarta tahun 2009, yakni pasien rawat jalan sebesar 90975 dan pasien rawat

inap sebesar 7655.

1. Identitas pasien

Hasil penelitian terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap pada rumah sakit

Pelabuhan Jakarta menunjukkan hasil identitas responden sebagai berikut :

-20.00%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%54.17%

-1.03%

9.48%

tingkat pertumbuhan laba 2007

tingkat pertumbuhan laba 2008

tingkat pertumbuhan laba 2009

Page 81: H10hss.pdf

a. Identitas pasien berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil survei dari 100 orang pasien rumah sakit Pelabuhan

Jakarta jumlah pasien pria sebanyak 43% dan pasien wanita 57%.

b. Identitas pasien berdasarkan usia

Identitas pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 17. Dapat

dilihat berdasarkan gambar bahwa usia pasien terbanyak pada rumah

sakit Pelabuhan Jakarta ialah lebih dari 45 tahun sebesar 45%. Usia 16-

25 sebesar 24% menempati posisi terbanyak kedua, usia 36-45 tahun

sebesar 20% dan usia 26-35 tahun sebesar 11 persen. Hal ini

menunjukkan bahwa kunjungan terbanyak berasal dari kalangan usia tua

yang rata-rata merupakan pasien dinas dari perusahaan yang menjalin

kerjasama dengan rumah sakit Pelabuhan Jakarta.

Gambar 17. Identitas berdasarkan usia

c. Identitas pasien berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah pasien terbesar berada pada

kelompok sekolah menengah atas sebanyak 46 orang (46%) dan terkecil

berada pada kelompok dengan pendidikan lainnya sebanyak 2 orang

(2%). Hal ini memperlihatkan tingkat pendidikan pasien rumah sakit

Pelabuhan Jakarta cukup beragam karena rumah sakit melayani semua

segmen pasar. Karakteristik pasien berdasarkan tingkat pendidikan

terakhir dapat dilihat pada Gambar 18.

24%

11%20%

45%

16-25

26-35

36-45

lebih dari 45

4%15%

46%

5%

28%

2% sdsmpsmadiploma

Gambar 18. Identitas pasien berdasarkan tingkat pendidikan

Page 82: H10hss.pdf

d. Identitas pasien berdasarkan klasifikasi pekerjaan

Karakteristik pasien berdasarkan klasifikasi pekerjaan, mayoritas

responden berada pada kelompok ibu rumah tangga sebanyak 33 orang

(33%) dan yang terkecil berada pada kelompok belum bekerja sebanyak

4 orang (4%). Hal ini disebabkan pengunjung terbanyak rawat jalan pada

pukul 08.30 sampai 12.00 didominasi oleh ibu rumah tangga yang

merupakan pasien dinas dari perusahaan yang bekerjasama dengan

rumah sakit. Rata-rata pasien yang berkunjung sering memeriksakan

kesehatannya secara rutin, sehingga dominasi dari pasien dinas baik ibu

rumah tangga dan pegawai swasta menjadi kelompok terbanyak

berdasarkan klasifikasi pekerjaan. Untuk gambaran selengkapnya dapat

dilihat pada Gambar 19.

e. Identitas pasien berdasarkan pendapatan per bulan

Berdasarkan frekuensi pendapatan per bulan, jumlah terbesar berada

pada kelompok dengan pendapatan Rp 1 juta- Rp 2 juta sebanyak 37

orang (37%) dan terkecil berada pada kelompok dengan pendapatan lebih

dari Rp 5 juta sebanyak 4 orang (4%). Identitas pasien berdasarkan

tingkat pendapatan per bulan dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Identitas pasien berdasarkan pendapatan per bulan

13%7%

33%6%

22%

4%15%

pelajar

wirausaha

ibu rumah tangga

pns

pegawai swasta

belum bekerja

lainnya

31%

37%

28%4%

<1 juta

1 jt-2 jt

2 jt-5 jt

>5jt

Gambar 19. Identitas pasien berdasarkan klasifikasi pekerjaan

Page 83: H10hss.pdf

f. Identitas pasien berdasarkan pengeluaran per bulan

Berdasarkan survei kepuasan pasien frekuensi pengeluaran per bulan,

jumlah pengeluaran terbesar berada pada kelompok Rp 1 juta- Rp 2 juta

sebanyak 41 orang (41%) dan terkecil berada pada kelompok dengan

pengeluaran lebih dari 5 juta sebesar 2 orang (2%). Identitas responden

berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Identitas pasien berdasarkan pengeluaran per bulan

2. Analisis Survei Kepuasan Pasien

Analisis skor berdasarkan survei kepuasan pasien dinilai berdasarkan lima

peubah berdasarkan mutu jasa, yakni peubah keandalan, cepat tanggap,

jaminan dan empati.

a. Peubah Reliability (keandalan)

Keandalah ialah kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang

tepat dan dapat diandalkan oleh pelanggan. Indikator dari peubah

keandalan ialah ketelitian dan keakuratan dokter dalam melayani pasien,

penjelasan prosedur pelayanan dengan lengkap oleh rumah sakit dan

pengetahuan serta keterampilan dokter dan perawat dalam melayani

pasien. Skor terbesar diraih oleh indikator pengetahuan serta

keterampilan dokter dan perawat sebesar 3,73. Sedangkan indikator

penjelasan prosedur pelayanan mendapat skor terkecil 3,23. Skor rataan

pada peubah keandalan adalah 3,53. Nilai ini menunjukkan bahwa pasien

puas terhadap keandalah rumah sakit Pelabuhan Jakarta. Perhitungan

secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.

b. Peubah Responsiveness (cepat tanggap)

Responsiveness (cepat tanggap) adalah kemampuan perusahaan dalam

memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan cepat. Beberapa

indikator dalam peubah ini ialah kecepatan dan ketanggapan dokter

41%

39%

18%2%

<1 juta 1 jt-2 jt 2 jt-5 jt >5jt

Page 84: H10hss.pdf

dalam memberikan pelayanan, kecepatan dan ketanggapan karyawan

rumah sakit dalam melayani keluhan pasien dan waktu tunggu pelayanan

obat di apotik. Kecepatan dan ketanggapan dokter memperoleh skor

tertinggi sebesar 3,63. Pasien menilai kinerja dari dokter sudah baik dan

memuaskan pasien. Skor terkecil diperoleh indikator waktu tunggu

pelayanan obat di apotik 2,54. Pasien rawat jalan mengeluhkan waktu

tunggu yang relatif lama, terutama pada saat pasien menunggu obat

racikan. Walaupun skor waktu tunggu pelayanan obat memiliki skor

kecil, tetapi skor rataan peubah cepat tanggap berada pada kisaran cukup

puas dengan skor 3,12. Hasil perhitungan pada peubah cepat tanggap

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 9. Skor kepuasan pasien terhadap peubah keandalan

Tabel 10. Skor kepuasan pasien terhadap peubah cepat Tanggap

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1

Kecepatan dan

ketanggapan dokter

dalam memberikan

pelayanan

1 6 30 55 8 3.63 Puas

2

Kecepatan dan

ketanggapan karyawan

Rumah Sakit dalam

menyelesaikan keluhan

pasien

0 17 53 24 6 3.19 Cukup puas

3 Waktu tunggu pelayanan

obat di apotik 9 42 35 14 0 2.54 Cukup puas

Rataan skor 3,12 Cukup puas

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Ketelitian dan keakuratan

dokter dalam melayani

pasien.

2 4 27 64 3 3,62 Puas

2 Penjelasan Prosedur

pelayan dengan lengkap

oleh pihak Rumah Sakit.

2 10 52 35 1 3,23 Cukup puas

3 Pengetahuan dan

ketrampilan, dokter dan

perawat dalam melayani

pasien

0 4 29 57 10 3,73 Puas

Rataan skor 3,53 Puas

*)[1x1]+[2x6]+[3x30]+[4x55]+[5x8]/100= 3,63 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

*)[1x2]+[4x2]+[3x27]+[4x64]+[5x3]/100= 3,62 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

Page 85: H10hss.pdf

c. Peubah Assurance (jaminan)

Jaminan adalah kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat

dipercaya yang dimiliki oleh karyawan. Indikator dari peubah jaminan

ialah kesopanan dan keramahan dokter serta suster dalam melayani

pasien, kepercayaan pasien terhadap rumah sakit dan biaya yang

terperinci dengan jelas dan benar. Skor tertinggi diraih oleh kesopanan

dan keramahan dokter dalam melayani pasien sebesar 3,73. Berdasarkan

survei, banyak pasien yang menilai kinerja dokter sudah sangat baik dan

sangat ramah dalam melayani mereka. Indikator biaya terprinci dengan

jelas dan benar menjadi indikator dengan skor terkecil 3,32. Pasien dinas

pada umumnya menilai bahwa biaya yang dikeluarkan untuk berobat

ditanggung oleh perusahaan, sehingga pasien tidak tahu berapa banyak

rincian biaya yang dikeluarkan untuk berobat. Rataan skor peubah

jaminan berada pada kisaran puas dengan skor 3.52. Perhitungan secara

rinci dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Skor kepuasan pasien terhadap peubah jaminan.

d. Peubah Emphaty (empati)

Emphaty (empati) merupakan pemahaman karyawan terhadap

kebutuhan konsumen serta perhatian yang diberikan oleh karyawan

kepada pelanggan. Kesediaan rumah sakit dalam memberikan informasi

kepada pasien, perhatian dan sikap dokter serta perawat dalam melayani

pasien merupakan indikator pada peubah empati. Perhatian dan sikap

dokter dalam melayani pasien memperoleh skor tertinggi sebesar 3,77.

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kesopanan dan

keramahan dokter dalam

melayani pasien

0 2 32 57 9 3.73 Puas

2 Kesopanan dan

keramahan perawat dalam

melayani pasien

0 2 54 38 6 3.48 Cukup puas

3 Kepercayaan pasien

terhadap Rumah Sakit

0 2 48 41 9 3.57 Puas

4 Biaya terperinci dengan

jelas dan benar

2 2 62 30 4 3.32 Cukup puas

Rataan skor 3,52 Puas

*)[1x0]+[2x2]+[3x32]+[4x57]+[5x9]/100= 3,73 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

Page 86: H10hss.pdf

Skor rataan menunjukkan pasien merasa cukup puas dengan peubah

empati rumah sakit Pelabuhan Jakarta dengan rataan skor 3,49. Hasil

perhitungan pada peubah empati dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. skor kepuasan pasien terhadap peubah empati.

e. Peubah Tangible (kasat mata)

Tangible (kasat mata) yaitu penampilan fasilitas fisik seperti peralatan,

karyawan dan sarana komunikasi. Indikator pada peubah kasat mata ialah

penataan interior dan eksterior serta lingkugan rumah sakit, penampilan

dokter, perawat dan karyawan lainnya, fasilitas dan keamanan tempat

parkir serta lokasi rumah sakit. Skor tertinggi diraih oleh indikator

penampilan dokter, perawat dan karyawan sebesar 3,63. Penataan interior

dan eksterior mendapati skor terendah sebesar 3,10. Pasien menilai

kondisi gedung yang sudah tua dan banyak cat yang terkelupas, membuat

kondisi eksterior rumah sakit menjadi kurang baik. Rataan skor pada

peubah kasat mata sebesar 3,41. Skor ini menunjukkan responden merasa

cukup puas dengan kondisi fisik dari rumah sakit Pelabuhan Jakarta.

Hasil perhitungan pada peubah kasat mata dapat dilihat pada Tabel 13.

Survei kepuasan pasien rawat jalan dan inap secara keseluruhan

memperlihatkan hasil yang cukup puas terhadap pelayanan dan kinerja

rumah sakit Pelabuhan Jakarta. Rataan skor yang diperoleh dari keseluruhan

peubah adalah 3,41. Target yang ditetapkan PT RS Pelabuhan sebesar 4,00

belum dapat tercapai sehingga pencapaian target dari sasaran strategis

peningkatan kepuasan pelanggan hanya sebesar 85%. Rumah sakit

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kesediaan Rumah Sakit

dalam memberikan

informasi kepada pasien

0 7 65 26 2 3.23 Cukup puas

2 Perhatian dan sikap

perawat dalam melayani

pasien

0 2 53 41 4 3.47 Cukup puas

3 Perhatian dan sikap

Dokter dalam melayani

pasien

0 0 28 67 5 3.77 Puas

Rataan skor 3,49 Cukup puas

*)[1x0]+[2x7]+[3x65]+[4x26]+[5x2]/100= 3,23 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

Page 87: H10hss.pdf

Pelabuhan Jakarta harus memperbaiki kinerja yang masih cukup

memuaskan pasien agar menjadi sangat puas. Indikator yang paling besar

secara keseluruhan ialah peubah keandalan sebesar 3,53. Peubah cepat

tanggap menempati skor terendah sebesar 3,41. Rumah sakit Pelabuhan

Jakarta harus meningkatkan kinerja pada peubah cepat tanggap, hal ini

dikarenakan masih banyak keluhan dari pasien, mengenai waktu tunggu

pelayanan obat di apotik yang lama. Tabel 14 menunjukkan hasil

perhitungan kepuasan pasien secara keseluruhan.

Tabel 13. Skor kepuasan pasien terhadap peubah kasat mata

Tabel 14. Skor kepuasan pasien RS Pelabuhan Jakarta

Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien menjadi sasaran strategis

kedua pada perspektif pelanggan. Ukuran hasil dari sasaran ini ialah

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Penataan interior dan

eksterior ruangan dan

lingkungan rumah sakit

0 12 66 22 0 3.10 Cukup puas

2 Penampilan Dokter,

Perawat dan Karyawan

lainnya

0 2 35 61 2 3.63 Puas

3 Fasilitas dan keamanan

tempat parkir

0 4 51 41 4 3.45 Cukup puas

4 Lokasi rumah sakit

mudah dicapai

0 5 53 32 10 3.47 Cukup puas

Rataan skor 3,41 Cukup Puas

No Indikator Jumlah Pasien Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Reliability (keandalan)

4 18 108 156 14 3,53 Puas

2 Responsiveness (cepat

tanggap)

10 65 118 93 14 3,12 Cukup puas

3 Assurance (jaminan)

2 8 196 166 28 3,52 Puas

4 Emphaty (empati)

0 9 146 134 11 3,49 Cukup puas

5 Tangible ( kasat mata)

0 23 205 156 16 3,41 Cukup puas

Rataan skor 3,41 Cukup Puas

*)[1x0]+[2x12]+[3x66]+[4x22]+[5x0]/100= 3,10 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

*)[1x4]+[2x18]+[3x108]+[4x156]+[5x14]/100= 3,53 dan seterusnya untuk indikator lain dengan

cara yang sama.

Page 88: H10hss.pdf

peningkatan jumlah pasien. Total kunjungan pasien pada tahun 2009 sebesar

321.253 orang. Angka ini menurun sebesar (1,78%) dibandingkan

kunjungan pada tahun 2008 sebesar 327.071 orang. Penurunan kunjungan

pasien dialami oleh rumah sakit selama lima tahun terakhir. Penurunan pada

tahun 2009 masih sedikit lebih baik apabila dibandingkan penurunan pada

tahun 2008 sebesar (4,88%). Penurunan selama tiga tahun terakhir dapat

dilihat pada Gambar 22.

Penurunan kunjungan pasien pada tahun 2009 disebabkan oleh

beberapa pelanggan perusahaan yang tidak bekerjasama lagi dengan rumah

sakit yaitu, Pertamina Tongkang dan TKBM. Faktor lain yang

mengakibatkan penurunan kunjungan pasien ialah, kenaikan tarif rumah

sakit setiap tahun yang tidak diikuti oleh kondisi perekonomian wilayah

sekitar, sehingga hal tersebut menurunkan daya beli masyarakat untuk

berobat. Pencapaian target peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien pada

tahun 2009 bernilai minus sebesar (34%). Hal tersebut jauh dari target yang

ditetapkan oleh PT RS Pelabuhan sebesar 5,22 persen kenaikan kunjungan

pasien.

4.5.3 Perspektif Proses Bisnis Internal

Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan berorientasi

kepada kebutuhan pelanggan dalam hal mutu dan biaya merupakan salah

satu misi dari rumah sakit Pelabuhan Jakarta, guna mencapai visi rumah

sakit. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta harus meningkatkan mutu pelayanan

dan kinerja operasional guna merealisasikan misi tersebut. Oleh karena itu,

100%

95%

93%

90%

92%

94%

96%

98%

100%

102%

kunjungan 2007 kunjungan 2008 kunjungan 2009

tin

gkat

pe

nu

run

an

Gambar 22. Pertumbuhan kunjungan pasien RS Pelabuhan Jakarta

Page 89: H10hss.pdf

sasaran strategis dari perspektif proses bisnis internal ialah peningkatan

mutu pelayanan dan kinerja operasional. Terdapat lima ukuran hasil pada

sasaran strategis peningkatan mutu pelayanan. Ukuran hasil pertama ialah

waktu tunggu pelayanan obat non racikan (30 menit). Realisasi waktu

tunggu pelayanan obat non racikan pada tahun 2009 sebesar 64%.

Pencapaian tersebut hampir sama dengan ukuran hasil kedua dari

peningkatan mutu pelayanan yakni waktu tunggu pelayanan obat racikan

(60 menit). Waktu tunggu pelayanan obat racikan mendapat skor 64,33%

dari target sebesar 80%. Pencapaian target dari waktu tunggu pelayanan

obat non racikan dan racikan masing-masing sebesar 80% dan 80,4%.

Pencapaian target yang tidak mencapai 100%, memperlihatkan hubungan

antara proses bisnis internal dengan pelanggan. Waktu tunggu pelayanan

obat yang terlalu lama akan berimplikasi terhadap kepuasan pelanggan,

sehingga perlu dilakukan pembenahan pada tenaga farmasi, walaupun

jumlah antrian di apotik bersifat fluktuatif.

Ukuran hasil ketiga dari peningkatan mutu pelayanan ialah angka

infeksi luka operasi. Tiap-tiap rumah sakit memiliki ketentuan standar dari

DEPKES mengenai angka infeksi luka operasi. Hal tersebut menjadi sangat

penting untuk dicapai, karena angka infeksi luka operasi memperlihatkan

kinerja dari tenaga medis yang dimiliki oleh rumah sakit pada saat operasi

berlangsung. Realisasi angka infeksi luka operasi pada tahun 2009 sebesar

0%. Hal tersebut menunjukkan kinerja yang baik, karena tidak ada infeksi

luka operasi yang terjadi sepanjang tahun 2009. Pihak manajemen rumah

sakit memiliki kesepakatan bahwa apabila angka infeksi luka operasi kurang

dari 5%, maka pencapaiannya sebesar 100%. Oleh karena itu, pencapaian

target angka infeksi luka operasi pada tahun 2009 sebesar 100%. Angka

keterlambatan pelayanan gawat darurat (15 menit) merupakan ukuran hasil

keempat pada peningkatan mutu pelayanan. Pada tahun 2009 rumah sakit

dapat melayani pasien IGD dengan baik tanpa ada keterlambatan pelayanan

gawat darurat. Oleh karena itu, pencapaian target angka keterlambatan

pelayanan gawat darurat pada tahun 2009 sebesar 100%.

Page 90: H10hss.pdf

Ukuran hasil terakhir pada peningkatan mutu pelayanan ialah angka

waktu tunggu sebelum operasi elektif (>24jam). Target ukuran hasil ini

ialah pencapaian dibawah angka 2%. Pada tahun 2009 angka tunggu

sebelum operasi elektif tercatat sebesar 4,26%. Hasil tersebut membuat

pencapaian target sebesar 46,9%. Pihak rumah sakit beragumen bahwa

angka waktu tunggu sebelum operasi elektif tidak mencapai target

diakibatkan oleh kondisi yang sangat genting pada pasien, sehingga pasien

tersebut harus segera dioperasi pada saat itu juga. Wilayah geografis yang

dekat dengan pelabuhan menjadi salah satu faktor pendorong. Rumah sakit

harus siap dengan pasien yang datang akibat kecelakaan kerja, karena

wilayah pelabuhan merupakan daerah yang rawan akan kecelakaan.

Ukuran hasil pada sasaran strategis peningkatan kinerja operasional

adalah Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Length of Stay, Turn Over

Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO). Pemakaian tempat tidur atau

BOR, menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang

tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Apabila nilai BOR

berada diantara 60-80 persen maka kinerja operasional rumah sakit dapat

dikatakan dalam kondisi ideal. Nilai BOR RS Pelabuhan Jakarta pada tahun

2009 sebesar 56,19%. Nilai tersebut mengalami penurunan dibandingkan

nilai BOR pada tahun 2008 yakni sebesar 59,06%. Penurunan pasien rawat

inap mempengaruhi nilai BOR yang turun pada tahun 2009. Oleh karena itu,

pencapaian target BOR tahun 2009 hanya sebesar 88,74%. Average Length

of Stay (LOS) atau rata-rata lama pasien rawat inap dirawat pada tahun 2009

sebesar 5 hari. Angka tersebut sesuai dengan target yang ditetapkan,

sehingga pencapaian target LOS tahun 2009 sebesar 100%.

Turn over internal (TOI) adalah waktu rata-rata satu tempat tidur

ditinggalkan oleh pasien, sampai ditempati oleh pasien lagi. TOI pada tahun

2009 sebesar 4 hari. Pencapaian tersebut lebih baik dibandingkan pada

tahun 2008 sebesar 5 hari. Nilai Turn over internal (TOI) akan semakin baik

apabila lebih kecil dari 5 hari, yang artinya waktu isi kembali tempat tidur

yang ditinggal pasien semakin cepat ditempati oleh pasien lain. Nilai Turn

over internal (TOI) pada tahun 2009 sesuai dengan target yang ditetapkan

Page 91: H10hss.pdf

yakni 4 hari, oleh karena itu pencapaian target TOI pada tahun 2009 sebesar

100 persen. Ukuran hasil terakhir pada sasaran strategis peningkatan kinerja

operasional ialah Bed Turn Over (BTO) atau jumlah berapa kali suatu

tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Nilai BTO RS Pelabuhan

Jakarta pada tahun 2009 sebesar 50 kali. Angka tersebut lebih kecil dari

target yang ditetapkan yakni sebear 51 kali, maka pencapaian target Bed

Turn Over (BTO) tahun 2009 hanya sebesar 98,04%.

4.5.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Sasaran strategis pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ialah

peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan serta peningkatan pencapaian

pelatihan kerja. Ukuran hasil dari peningkatan kepuasan dan motivasi

karyawan dapat diukur melalui indeks kepuasan dan motivasi karyawan.

Indeks kepuasan dan motivasi karyawan menjadi tolak ukur bagi rumah

sakit dalam membangun sumber daya insani yang beriman, bermutu,

optimis, bersikap melayani, ramah dan bangga pada perusahaan dan

budayanya serta mampu memberikan kesejahteraan dan kepuasan kerja

pada SDM-nya. Hal tersebut, merupakan salah satu misi dari rumah sakit

Pelabuhan Jakarta yang sesuai dengan konsep pada perspekitif pertumbuhan

dan pembelajaran.

Peubah yang menjadi indikator kepuasan kerja ialah kompensasi,

pengawasan, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan dengan pemimimpin

dan rekan kerja. Sedangkan peubah yang menjadi indikator motivasi

karyawan ialah prestasi, pengakuan, tanggung jawab dan pertumbuhan.

1. Identitas karyawan

Berdasarkan hasil survei kepuasan dan motivasi karyawan pada rumah sakit

Pelabuhan menunjukkan hasil identitas karyawan sebagai berikut :

a. Identitas karyawan berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil survei dari 30 orang karyawan RS Pelabuhan Jakarta

diperoleh 33 persen karyawan pria dan 67 persen karyawan wanita.

b. Identitas karyawan berdasarkan tingkat pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah karyawan RS Pelabuhan Jakarta

yang berpendidikan Sarjana berjumlah 6 orang (20%), sedangkan jumlah

Page 92: H10hss.pdf

karyawan yang berpendidikan Diploma menempati posisis terbanyak

sebesar 15 orang (50%) dan berpendidikan SMA sebanyak 9 orang (30%).

Tingkat pendidikan karyawan yang hampir merata, memperlihatkan

komposisi yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit saat ini, guna

melayani pasien.

c. Identitas karyawan berdasarkan lama kerja

Identitas karyawan berdasarkan lama kerja dapat dilihat pada Gambar 23.

Dapat dilihat melalui gambar bahwa jumlah lama kerja karyawan paling

banyak berada pada kelompok 7-10 tahun lama kerja sebanyak 10 orang.

Sedangkan jumlah lama kerja karyawan terkecil yakni dibawah tiga tahun

menempati posisi paling sedikit sebanyak 3 orang.

d. Identitas karyawan berdasarkan tingkat pendapatan perbulan

Berdasarkan tingkat pendapat perbulan jumlah terbesar berada pada

kelompok berpendapatan Rp 1 Juta – Rp 2 Juta sebanyak 18 orang (60%)

dan terkecil berada pada kelompok yang berpendapatan dibawah Rp 1juta

sebanyak 1 orang (3%). Identitas karyawan berdasarkan tingkat

pendapatan per bulan dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 23. Identitas karyawan berdasarkan lama kerja.

3%

60%

37% < 1 jt

1jt-2 jt

2jt -5jt

10%

23%

34%

20%

13%<3tahun

3-6 tahun

7-10 tahun

11-14 tahun

>14 tahun

Gambar 24. Identitas karyawan berdasarkan tingkat pendapatan per bulan.

Page 93: H10hss.pdf

e. Identitas karyawan berdasarkan tingkatan pengeluaran per bulan

Berdasarkan 30 orang karyawan RS Pelabuhan Jakarta dapat dilihat pada

Gambar 24, bahwa sebagian besar tingkat pengeluaran karyawan per bulan

Rp 2juta – Rp 5 juta sebanyak 13 orang (44%) dan tingkat pengeluaran

terkecil yakni di atas Rp 5 juta sebanyak 1 orang (3%).

Gambar 25.Identitas karyawan berdasarkan tingkat pengeluaran per bulan.

f. Identitas karyawan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Berdasarkan jumlah tanggunan keluarga, jumlah karyawan yang memiliki

tanggunan dibawah 3 orang sebanyak 20 orang (67%), tanggungan antara

3-5 orang sebanyak 8 orang (27%) dan jumlah tanggungan keluarga diatas

5 orang sebanyak 2 orang (6%).

2. Analisis Survei Kepuasan dan Motivasi Karyawan

a. Kepuasan karyawan

Analisis kepuasan karyawan menggunakan empat peubah yakni peubah

kompensasi, peubah pengawasan, peubah kondisi lingkungan kerja dan

peubah hubungan dengan pimpinan serta rekan kerja.

1) Kompensasi

Kompensasi merupakan salah satu hal yang utama karena

mempengaruhi kepuasan karyawan. Indikator pada kompensasi terdiri

dari gaji, bonus dan insentif serta tunjangan kesehatan. Hasil rataan

skor 2,58 menunjukkan bahwa karyawan RS Pelabuhan Jakarta masih

cukup puas dengan kompensasi yang diberikan pihak rumah sakit

kepada karyawan. Indikator gaji mendapatkan rataan terkecil dari

peubah kompensasi dengan skor 2,50. Masih banyaknya karyawan yang

merasa sangat kurang puas terhadap gaji yang diberikan oleh rumah

sakit mengindikasikan, perlu dilakukan koreksi terhadap sistem

13%

40%

44%

3%

<1jt

1jt-2jt

2jt-5jt

>5jt

Page 94: H10hss.pdf

penggajian yang dilakukan pihak manajemen rumah sakit selama ini.

Hasil perhitungan kompensasi dapat dilihat pada Tabel 15.

Secara umum tenaga kerja pada RS Pelabuhan Jakarta dibagi

menjadi dua yang pertama adalah tenaga organik yang merupakan

pekerja PT RS Pelabuhan serta tenaga kontrak yang akan diangkat

menjadi calon pekerja PT RS Pelabuhan. Tenaga kerja kedua ialah

tenaga non organik yang merupakan tenaga out sourcing dan tenaga

paruh waktu. Banyaknya total tenaga kerja RS Pelabuhan Jakarta

membuat sistem penggajian yang berdasarkan jabatan, pendidikan serta

kinerja menjadi tidak efisien, sehingga masih banyak karyawan yang

merasa kurang puas dengan gaji yang diterima.

Tabel 15. Skor kepuasan karyawan terhadap kompensasi

2) Pengawasan

Pengawasan menjadi salah satu aspek yang mempengaruhi kepuasan

karyawan, karena kebijakan pengawasan baik berupa peraturan dan

uraian pekerjaan dapat memberikan penilaian karyawan terhadap

kebijakan rumah sakit. Indikator pada pengawasan ialah kepastian

kerja, penilaian kinerja karyawan dan peraturan penggunaan fasilitas

perusahaan. Hasil perhitungan pengawasan dapat dilihat pada Tabel 16.

Berdasarkan hasil survei kepuasan karyawan total rataan skor pada

peubah pengawasan mencapai 3,01 yang menandakan bahwa karyawan

cukup puas terhadap pengawasan yang dilakukan oleh rumah sakit.

3) Kondisi lingkungan kerja

Tingkat kepuasan karyawan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

kerja. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan berimplikasi positif

terhadap performa karyawan. Indikator pada peubah kondisi lingkungan

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Gaji 3 12 12 3 0 2,50 Cukup puas

2 Bonus dan insentif 0 16 11 3 0 2,57 Cukup puas

3 Tunjangan kesehatan 0 13 14 3 0 2,67 Cukup puas

Rataan skor 2.58 Cukup puas

*)[1x3]+[2x12]+[3x12]+[4x3]+[5x0]/30= 2,50 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 95: H10hss.pdf

kerja ialah kenyamanan dan kebersihan kantor, keselamatan dan

kesehatan kerja dan fasilitas serta sarana pendukung rumah sakit. Hasil

perhitungan kondisi lingkungan kerja dapat dilihat pada Tabel 17.

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta berencana untuk merenovasi bangunan

gedung, dengan menggunakan konsep yang lebih modern. Hal tersebut

dilakukan guna membangun lingkungan yang sehat dan nyaman baik

bagi pasien maupun karyawan rumah sakit.

Tabel 16. Skor kepuasan karyawan terhadap pengawasan

Tabel 17 . Skor kepuasan karyawan terhadap kondisi Lingkungan kerja

4) Hubungan dengan pimpinan dan rekan kerja

Hubungan dengan pimpinan dan rekan kerja dapat menunjukkan

seberapa jauh tingkat kerja sama yang dilakukan oleh karyawan dengan

rekan kerja dan pimpinannya. Semakin baik kerja sama dan hubungan

kerja, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Indikator dalam hubungan dengan pimpinan dan rekan kerja ialah

keeratan dengan rekan kerja dari bagian yang sama dan berbeda, saling

membantu dengan rekan kerja, keeratan dengan atasan dan bimbingan

dari atasan. Tabel 18 memperlihatkan bahwa karyawan merasa puas

dengan hubungan dengan pimpinan dan rekan kerja dengan skor rataan

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 kepastian kerja 0 7 14 9 0 3,07 Cukup puas

2 Penilaian kinerja

karyawan

0 8 15 7 0 2,97 Cukup puas

3 Peraturan penggunaan

fasilitas perusahaan

0 6 18 6 0 3,00 Cukup puas

Rataan skor 3,01 Cukup puas

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kenyamanan dan

kebersihan rumah sakit

2 6 14 8 0 2,53 Cukup puas

2 Keselamatan dan

kesehatan kerja

0 7 20 3 0 2,87 Cukup puas

3 Fasilitas dan sarana

pendukung rumah sakit

0 1 17 11 1 3,40 Cukup puas

Rataan skor 3,06 Cukup puas

*)[1x0]+[2x7]+[3x14]+[4x9]+[5x0]/30= 3,07 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

*)[1x2]+[2x6]+[3x14]+[4x8]+[5x0]/30= 2,93 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 96: H10hss.pdf

total mencapai 3,51. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta, memiliki budaya

organisasi yang sangat kekeluargaan antar sesama karyawan. Sesama

tenaga kerja baik medis, paramedis maupun administrasi lainnya saling

mendukung dan bersinergi dengan baik, sehingga dapat dirasakan

hubungan layaknya keluarga, dimana para pimpinan dapat mengayomi

bawahan, dengan melakukan pengarahan dan bimbingan yang bersifat

membangun.

Tabel 18. Skor kepuasan karyawan terhadap hubungan dengan pimpinan

dan rekan kerja

Bedasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa kepuasan karyawan rumah

sakit Pelabuhan Jakarta berada pada kisaran cukup puas dengan skor

3,15. Hasil kepuasan kerja menunjukkan bahwa karyawan masih belum

terlalu puas dengan kompensasi yang diberikan rumah sakit dan

pengawasan kerja yang dirasakan belum efektif. Meski demikian,

hubungan dengan pimpinan dan rekan kerja dapat menjadi indikasi

yang baik karena tingkat kerja sama antar karyawan yang baik bisa

meningkatkan kinerja rumah sakit pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran.

b. Motivasi karyawan

Analisis motivasi karyawan dilakukan dengan menggunakan peubah

prestasi, pengakuan, tanggung jawab dan pertumbuhan.

` Tabel 19. Skor kepuasan karyawan rumah sakit Pelabuhan Jakarta

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Keeratan dengan rekan

kerja dari bagian yang

sama

0 1 7 20 2 3,77 Puas

2 Keeratan dengan rekan

kerja dari bagian yang

berbeda

0 1 15 12 2 3,50 Puas

3 Saling membantu dengan

rekan kerja

0 0 17 12 1 3,47 Cukup puas

4 Keeratan dengan atasan 0 1 16 12 1 3,43 Cukup puas

5 Bimbingan dari atasan 0 1 17 11 1 3,40 Cukup puas

Rataan skor 3,51 Puas

*)[1x0]+[2x1]+[3x7]+[4x20]+[5x2]/30= 3,77 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 97: H10hss.pdf

1) Prestasi

Indikator dari prestasi ialah promosi jabatan, perkembangan karier,

pemberian bonus serta tunjungan dan upaya memberikan hasil terbaik

bagi rumah sakit. Karyawan merasa cukup termotivasi dengan peubah

prestasi sebesar 3,41. Indikator upaya memberikan hasil yang terbaik

bagi rumah sakit melihatkan bahwa karyawan memiliki motivasi yang

tinggi untuk memberi pengaruh yang baik bagi kinerja rumah sakit,

walaupun karyawan masih merasa promosi jabatan yang dilakukan

pihak manajemen masih kurang terealisasi sehingga indikator ini berada

pada kisaran cukup termotivasi.

Tabel 20. Skor motivasi karyawan terhadap prestasi

2) Pengakuan

Pengakuan menjadi tolak ukur motivasi karyawan, karena dengan

adanya pengakuan yang baik dari perusahaan maka motivasi kerja

karyawan dapat bedampak positif. Skor rataan berada pada kisasaran

cukup termotivasi sebesar 3,48. Berdasarkan hasil pada Tabel 21, dapat

dilihat bahwa karyawan termotivasi melalui kesempatan untuk

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kompensasi 3 41 37 9 0 2,58* Cukup puas

2 Pengawasan 0 21 47 22 0 3,01 Cukup puas

3 Kondisi lingkungan kerja 2 14 51 22 1 3,06 Cukup puas

4 Hubungan dengan

pimpinan dan rekan kerja

0 4 72 67 7 3,51 Puas

Rataan skor 3,15 Cukup puas

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Promosi jabatan 4 7 9 10 0 2,83 Cukup

termotivasi

2 Perkembangan karier 3 4 6 17 0 3,23 Cukup

termotivasi

3 Pemberian bonus dan

tunjangan

1 3 12 12 2 3,37 Cukup

termotivasi

4 Upaya memberikan hasil

terbaik

0 0 2 19 9 4,23 Termotivasi

Rataan skor 3,41 Cukup

termotivasi

*)[1x3]+[2x41]+[3x37]+[4x9]+[5x0]/(30xindikator tiap peubah)= 2,58 dan seterusnya untuk

indikator lain dengan cara yang sama.

*)[1x4]+[2x7]+[3x9]+[4x10]+[5x0]/30= 2,83 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 98: H10hss.pdf

menyelesaikan pekerjaan dengan kemampuan yang dimiliki. Pengakuan

dari atasan, peluang kerja yang diberikan serta rencana kerja yang

disusun dapat menjadi pemicu motivasi dari karyawan rumah sakit.

Tabel 21. Skor motivasi karyawan terhadap pengakuan

3) T

a

n

ggung jawab

Berdasarkan hasil survei dapat dilihat pada Tabel 22 bahwa rataan skor

pada tanggung jawab menunjukkan hasil yang baik dimana karyawan

merasa termotivasi dengan melakukan pekerjaan secara penuh tanggung

jawab. Rasa tanggung jawab yang tinggi dapat meningkatkan motivasi

kerja yang tinggi juga, oleh karena itu rataan skot yang mencapai 3,85

menandakan bahwa karyawan rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki

motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan secara maksimal

dengan penuh tanggung jawab. Selain itu, karyawan juga bersedia

menerima sanksi apabila melakukan kesalahan sehingga karyawan

termotivasi untuk melakukan kinerja yang terbaik bagi rumah sakit.

4) Pertumbuhan

Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa, pertumbuhan memiliki

rataan skor tertinggi mencapai 3,95. Skor tersbut menujukkan karyawan

rumah sakit merasa termotivasi untuk meningkatkan kemampuan

mereka guna menunjang pekerjaan yang dilakukan saat ini. Karyawan

bersedia untuk mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh PT RS

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Atasan memperhatikan

ide

3 4 9 13 1 3,17 Cukup

termotivasi

2 Kesempatan

menyelesaikan pekerjaan

dengan kemampuan

0 0 11 18 1 3,67 Termotivasi

3 Peluang untuk

berkembang

0 4 8 15 3 3,57 Termotivasi

4 Rencana kerja yang

disusun oleh rumah sakit

0 2 12 14 2 3,53 Termotivasi

Rataan skor 3,48 Cukup

termotivasi

*)[1x3]+[2x4]+[3x9]+[4x13]+[5x1]/30= 3,17 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 99: H10hss.pdf

pelabuhan maupun RS Pelabuhan Jakarta. kesediaan ditempatkan

dikantor cabang lain juga menjadi motivasi bagi karyawan guna

mengembangkan perusahaan dan juga meningkatkan karier karyawan.

Tabel 22. Skor motivasi karyawan terhadap tanggung jawab

Tabel 23. Skor motivasi karyawan terhadap pertumbuhan

H

asil survei motivasi karyawan RS Pelabuhan Jakarta menunjukkan bahwa

secara keseluruhan karyawan merasa termotivasi untuk memberikan hasil

yang maksimal bagi rumah sakit, dengan rataan skor sebesar 3,68.

Peubah pertumbuhan menjadi peubah dengan skor tertinggi sebesar 3,95.

Pencapaian tersebut menandakan bahwa karyawan bersedia untuk

melakukan pengembangan karier guna meningkatkan kinerja rumah

sakit.

Pencapaian sasaran strategis peningkatan kepuasan kerja dan motivasi

karyawan mencapai 86 persen. Hal tersebut masih kurang sedikit mencapai

target, karena PT RS Pelabuhan memberi target 4,00 untuk peningkatan

kepuasan kerja dan motivasi karyawan. Sedangkan, realisasi hanya

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kesetiaan pada rumah sakit 0 0 8 15 7 3,97 termotivasi

2 Dorongan untuk bekerja

keras

0 2 9 17 2 3,63 Termotivasi

3 Kesediaan menerima sanksi 0 0 13 13 4 3,70 Termotivas

4 Menyelesaikan pekerjaan

dengan maksimal

0 1 4 17 8 4,07 Termotivasi

5 Memacu untuk berprestasi

di bidang pekerjaan saat ini

0 1 6 18 5 3,90 Termotivasi

Rataan skor 3,85 Termotivasi

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kesediaan mengikuti

pelatihan

0 0 3 22 5 4,07 Termotivasi

2 Kesediaan ditempatkan

dikantor lain

0 0 7 19 4 3,90 Termotivasi

3 Pelatihan diluar jam kantor 0 0 9 16 5 3,87 Termotivasi

Rataan skor 3,95 Termotivasi

*)[1x0]+[2x0]+[3x8]+[4x15]+[5x7]/30= 3,97 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

*)[1x0]+[2x0]+[3x3]+[4x22]+[5x5]/30= 4,07 dan seterusnya untuk indikator lain dengan cara

yang sama.

Page 100: H10hss.pdf

mencapai skor 3,42. Secara umum karyawan rumah sakit merasa cukup

puas terhada pekerjaan yang dilakukan saat ini dan karyawan mereasa

termotivasi untuk melakukan pertumbuhan guna mencapai target yang

diinginkan oleh rumah sakit. Hasil perhitungan akhir dapat dilihat pada

Tabel 25.

Tabel 24. Skor motivasi karyawan RS Pelabuhan Jakarta

Tabel 25. Skor kepuasan dan motivasi karyawan rumah sakit

Pelabuhan Jakarta

Sasaran strategis kedua pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

ialah peningkatan pencapaian pelatihan kerja. Ukuran hasil dari sasaran

strategis ini adalah tingkat partisipasi karyawan dalam kegiatan pendidikan

dan pelatihan yang diadakan oleh rumah sakit. Tingkat keikutsertaan

kegiatan pendidikan dan pelatiah pada tahun 2009 meningkat mencapai

137% dari target sebanyak 70%. Rencana kerja dan anggaran perusahaan

pada tahun 2009 menargetkan jumlah karyawan yang mengikuti DIKLAT

sebanyak 371 orang, namun realisasi pada tahun 2009 jumlah karyawan

yang mengikuti DIKLAT sebanyak 508 orang. Peningkatan sebanyak 37%

dikarenakan rumah sakit melakukan kegiatan penyegaran keperawatan (in

house training) dengan melibatkan 429 karyawan.

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Prestasi 8 14 29 58 11 3,41 Cukup termotivasi

2 Pengakuan 3 10 40 60 7 3,48 Cukup termotivasi

3 Tanggung jawab 0 4 40 80 26 3,85 Termotivasi

4 Pertumbuhan 0 0 19 57 14 3,95 Termotivasi

Rataan skor 3,68 Termotivasi

No Indikator Jumlah Karyawan Rataan* Kesimpulan

1 2 3 4 5

1 Kepuasan 5 80 207 120 8 3,15 Cukup puas

2 Motivasi 11 58 128 255 58 3,68 Puas

Rataan skor 3,42 Cukup puas

*)[1x8]+[2x14]+[3x29]+[4x58]+[5x11]/(30xindikator tiap peubah)= 3,41 dan seterusnya untuk

indikator lain dengan cara yang sama.

*)[1x5]+[2x80]+[3x207]+[4x120]+[5x8]/(30x jumlah seluruh peubah)= 3,15 dan seterusnya dengan

cara yang sama.

Page 101: H10hss.pdf

Berdasarkan Tabel 26 hasil pengukuran kinerja keseluruhan RS

Pelabuhan Jakarta, dapat dilihat bahwa perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan memiliki skor terbesar dibandingkan perspektif yang lain

didalam Balanced Scorecard RS Pelabuhan Jakarta. Pencapaian target

sebesar 122,17% pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

mengindikasikan kinerja rumah sakit pada perspektif ini excellent, karena

telah melampaui 100% menurut Salterio dalam Choeriyah (2008).

Pencapaian kinerja yang melebihi target pada perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran disebabkan oleh peningkatan pencapaian latihan kerja yang

meningkat hampir dua kali lipat dari target yang ditetapkan. Rumah sakit

memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan

meningkatkan jumlah pelatihan kepada karyawan guna meningkatkan mutu

rumah sakit, sehingga pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang

diberikan. Pencapaian target terendah berada pada perspektif pelanggan

sebesar 38,48%. Realisasi yang jauh dari target, menggambarkan bahwa RS

Pelabuhan Jakarta memerlukan perbaikan pada perspektif pelanggan guna

meningkatkan kondisi keuangan yang secara langsung berpengaruh terhadap

perspektif pelanggan. Pencapaian target dan skor pada masing-masing

perspektif Balanced Scorecard dibahas secara rinci dari masing-masing

perspektif.

1. Perspektif keuangan

Skor perspektif keuangan pada Balanced Scorecard memperoleh nilai

sebesar 20,09% dari target 27,31%. Pencapaian target dari perspektif

keuangan mencapai 73,56%. Nilai pencapaian yang masih sedikit jauh dari

target sebesar 100% menggambarkan bahwa, kinerja RS Pelabuhan Jakarta

berada pada kisaran baik. Efisiensi rasion biaya operasional memperoleh

tingkat pencapaian tertinggi sebesar 100,89%. Angka tersebut

menggambarkan bahwa rumah sakit telah berhasil menekan laju

pertumbuhan biaya operasional yang cenderung meningkat selama tiga

tahun terakhir. Kenaikan biaya operasional yang diikuti dengan kenaikan

pendapatan menunjukkan efisiensi telah dilakukan oleh pihak rumah sakit,

Page 102: H10hss.pdf

walaupun pada tahun 2009 RSPJ menambah satu klinik yakni klinik

diabetes.

Pertumbuhan laba memperoleh tingkat pencapaian target terendah pada

perspektif keuangan sebesar 25,82%. Pertumbuhan laba pada tahun 2009

hanya mencapai 9,48% dari target sebesar 36,72%. Penurunan jumlah

kunjungan pasien mempengaruhi pendapatan bersih yang menurun,

sehingga berdampak kepada pertumbuhan laba yang tidak mencapai target.

Sasaran strategis yang memiliki pencapain tertinggi kedua pada perspektif

pelanggan ialah efisiensi rasio biaya operasional. Peningkatan kolektibiltas

piutang memperoleh tingkat pencapaian target sebesar 87%. Kolektibilitas

piutang pada tahun 2009 sebesar 92,42 hari. Realisasi tersebut masih sedikit

dibawah target yang ditetapkan, walaupun rumah sakit telah melakukan

berbagai kebijakan untuk menekan angka kolektibilitas piutang dengan

menyeleksi ketat perusahaan yang bekerja sama sehingga perusahaan yang

lama untuk melunasi utangnya kepada rumah sakit tidak lagi menjalin kerja

sama pada tahun 2009. Pertumbuhan pendapatan usaha hanya mencapai

52,59% dari target yang ditetapkan. Rumah sakit memerlukan perancangan

strategi guna menyiasati penurunan produksi yang diakibatkan jumlah

penurunan pasien guna meningkatkan pendapatan rumah sakit.

2. Perspektif pelanggan

Perspektif pelanggan memiliki tingkat pencapaian terendah pada

Balanced Scorecard. Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien yang

memiliki nilai negatif menjadi faktor penyebab utama rendahnya tingkat

pencapaian pada perspektif pelanggan sebesar minus 34%. Penuruan jumlah

kunjungan pasien sebesar 1,78% disebabkan oleh jumlah pasien dinas yang

menurun akibat penurunan jumlah kerja sama rumah sakit dengan

perusahaan. Penurunan jumlah pasien berpengaruh terhadap jumlah

pertumbuhan pendapatan usaha yang menurun dari tahun ke tahun. Indeks

kepuasan pasien memiliki tingkat pencapaian sebesar 85%. Nilai tersebut

menandakan kepuasan pasien berada pada tingkatan sangat baik. Indeks

kepuasan pelanggan yang berada pada kisaran 3,42 menggambarkan bahwa

Page 103: H10hss.pdf

pasien rawat jalan dan rawat inap pada RS sudah merasa cukup puas kepada

pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit.

3. Perspektif proses bisnis internal

Perspektif proses bisnis internal memiliki tingkat pencapaian yang

sangat baik dengan nilai 87,52%. Sasaran strategis peningkatan mutu

pelayanan memiliki dua ukuran hasil yang memiliki tingkat pencapaian

target sebesar 100% yakni angka infeksi luka operasi dan angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD. Pencapaian 0% pada angka

infeksi luka operasi dan keterlambatan layanan menggambarkan bahwa

standar mutu pelayanan telah diterapkan dengan baik sehingga tidak ada

kelalaian dari tenaga paramedis dalam menangani pasien. Ukuran hasil

berikutnya pada sasaran strategis peningkatan mutu pelayanan yaitu waktu

tunggu pelayanan obat non racikan dan racikan memperoleh tingkat

pencapaian masing-masing sebesar 80% dan 80,4%. Pencapaian yang cukup

baik dari waktu tunggu pelayanan apotik harus ditingkatkan lagi, karena

masih terdapat keluhan dari pasien yang merasa cukup menunggu lama

untuk mengambil obat berdasarkan pengamatan di lapangan. Angka waktu

tunggu sebelum operasi elektif menjadi ukuran hasil terakhir dengan tingkat

pencapaian 46,9%. Waktu tunggu operasi elektif yang masih melebihi dari

standar maksimal 24 jam, membuat ukuran hasil ini memiliki tingkat

penilaian kurang baik.

Sasaran strategis kedua pada perspektif proses bisnis internal yakni

peningkatan kinerja operasional memiliki dua ukuran hasil yang

memperoleh tingkat pencapaian target sebesar 100%. Ukuran hasil tersebut

ialah Bed Occupancy Ratio (BOR) dan Turn Over Internal (TOI). Realisasi

yang mencapai target pada ukuran hasil BOR dan TOI menunjukkan rumah

sakit memiliki tingkat efisiensi pemakaian tempat tidur yang tinggi,

sehingga target yang ditetapkan dapat tercapai. Ukuran hasil ketiga yang

memiliki tingkat pencapaian tertinggi kedua ialah Bed Turn Over. Tingkat

pencapaian target sebesar 98,4% menujukkan tingkat penggunaan tempat

tidur yang baik selama satu tahun karena penggunaannya rata-rata lebih dari

40 kali selama satu tahun. Ukuran hasil terakhir yakni Average Length of

Page 104: H10hss.pdf

Stay memiliki tingkat pencapaian target sebesar 88,74%. Lama penggunaan

tempat tidur rata-rata menujukkan kinerja tenaga medis berada dalam

kondisi sangat baik.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Pencapaian target pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

sebesar 122,17% merupakan pencapaian target tertinggi dibandingkan

perspektif lainnya pada Balanced Scorecard. Peningkatan pencapaian

pelatihan kerja merupakan sasaran strategis yang memperoleh nilai

pencapaian tertinggi sebesar 196%. Peningkatan jumlah karyawan yang ikut

serta dalam pelatihan yang diadakan oleh RS Pelabuhan Jakarta meningkat

drastis karena diadakannya kegiatan penyegaran keperawatan (in house

training) yang mengikutsertakan semua karyawan baik tenaga medis,

paramedis dan administrasi. Hal ini menunjukkan RS Pelabuhan Jakarta

peduli akan kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bertujuan

meningkatkan keahlian pegawai dan juga menambah keeratan sesama

karyawan rumah sakit.

Peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan memperoleh pencapaian

target sebesar 86%. Ukuran hasil yang didapat melalui survei kepuasan dan

motivasi karyawan menujukkan karyawan memiliki motivasi yang baik

didukung dengan tingkat kepuasan kerja yang cukup baik.

Page 105: H10hss.pdf

*) Bobot AHP perspektif BSC x bobot AHP sasaran strategis perspektif BSC **) Pencapaian target x bobot*

Sasaran Strategis Ukuran hasil Realisasi

2009

(a)

Target

(b)

Pencapaian

Target

(a:b%)

Bobot*

(%)

Skor

**

(%)

Perspektif Keuangan (27,31%)

Efisiensi Rasio Biaya

Operasional (40,03%)

Penurunan biaya

operasional (100%)

92,16% 91,35% 100,89 10,93 11,03

Peningkatan

Kolektibilitas Piutang

(18,17%)

Peningkatan

Pembayaran Piutang

(100%)

92,42

Hari

81,96

Hari

87

100-(100*(a-b)/b)

4,96 4,32

Pertumbuhan Pendapatan

Usaha (24,61%)

Peningkatan pendapatan

usaha RSPJ (100%)

5,98% 11,37% 52,59 6,72 3,53

Pertumbuhan Laba

(17,20%)

Peningkatan Laba RSPJ

(100%)

9,48% 36,72% 25,82 4,70 1,21

73,56 27,31 20,09

Perspektif Pelanggan (36,96%)

peningkatan kepuasan

pelanggan(60,81%)

Indeks kepuasan pasien

rawat jalan dan rawat

inap (100%)

3,41 4,00 85% 22,48 19,16

peningkatan pertumbuhan

kunjungan

pasien(39,19%)

Peningkatan jumlah

pasien

100%)

(1,78%) 5,22% (34%) 14,49 -4,94

38,48 36,97 14,22

PerspektifProses Bisnis Internal (14,30%)

Peningkatan mutu

pelayanan (59,61%)

waktu tunggu pelayanan

obat non racikan (30

menit) (24,58%)

waktu tunggu pelayanan

obat racikan (60 menit)

(26,21%)

Angka infeksi luka

operasi (15,65%)

Angka keterlambatan

layanan pertama pada

IGD (lebih dari 15

menit) (21,59%)

Angka waktu tunggu

sebelum operasi elektif

(maksimal 24 jam)

(11,98%)

64%

64,33%

0%

0%

4,26

80%

80%

<5%

<2%

2.00

80

80,4

100

100

46,9%

2,10

2,23

1,33

1,84

0,69

1,68

1,80

1,33

1,84

0,32

Peningkatan kinerja

operasional (40,39%)

Average length of stay

(30,69%)

Bed occupancy

ratio(16,16%)

Turn over internal

(TOI) (24,49%)

Bed turn over (BTO)

(28,66%)

56,19%

5

4

50

63,32%

5

4

51

88,74

100

100

98,4

1,77

0,93

1,41

1,66

1,57

0,93

1,41

1,66

87,52 14,30 12,52

Perspektif Pertumbuhan dan pembelajaran (21,43%)

Peningkatan kepuasan

dan motivasi karyawan

(66,69%)

Indeks kepuasan dan

motivasi karyawan

(100%)

3,42 4 86 14,29 12,22

Peningkatan pencapaian

pelatihan kerja (33,31%)

Tingkat partisipasi

karyawan dalam

DIKLAT (100%)

136,9% 70% 196 7,14 13,96%

122,17 21,43 26,17

Total skor Balanced Scorecard 73 %

Tabel 26. Pengukuran kinerja RS Pelabuhan Jakarta

Page 106: H10hss.pdf

4.6. Implikasi Manajerial

Menurut Gasperz (2006) Balanced Scorecard merupakan suatu konsep

manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam tindakan.

Balanced Scorecard adalah lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran

operasional atau taktis. Proses penerjemahan strategi diturunkan langsung

dari visi dan misi sehingga membuat sasaran-sasaran strategis yang akan

dicapai menjadi rasional. Pengukuran kinerja rumah sakit Pelabuhan Jakarta

menyelaraskan ukuran hasil (lag indicator) dan ukuran pendorong (lead

indicator) dengan sasaran-sasaran startegis yang telah dipilih sesuai dengan

keempat perspektif yang terdapat pada Balanced Scorecard sehingga

pengukuran kinerja lebih komprehensif.

Perspektif keuangan memiliki sasaran strategis berupa efisiensi rasio

biaya operasional, peningkatan kolektibilitas piutang, pertumbuhan

pendapatan usaha dan pertumbuhan laba. Rumah sakit Pelabuhan Jakarta

mengalami pertumbuhan pendapatan usaha yang negatif selama tiga tahun

terakhir. Guna menyiasati terjadinya penurunan yang berkelanjutan rumah

sakit harus menekan biaya operasional se-efisien mungkin sehingga pos-pos

biaya yang dikeluarkan dapat tepat sasaran dan dapat meningkatkan

pendapat usaha rumah sakit. Selain itu jumlah market share yang terus

menurun perlu perhatian khusus, karena pelanggan merupakan bagian yang

terutama dalam suatu kegiatan bisnis. Peningkatan kolektibilitas piutang

menjadi salah satu bagian dari perspektif pelanggan yang dapat

meningkatkan likuiditas rumah sakit. Pemilihan perusahaan rekanan yang

lebih ketat dapat menambah peningkatan kolektibilitas piutang rumah sakit,

sehingga resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Sebuah Balance

Scorecard harus tetap menitikberatkan kepada hasil yang bersifat keuangan,

sehingga sebab akibat semua ukuran dalam semua Balance Scorecard harus

terkait dengan tujuan keuangan rumah sakit yang dapat dilihat dari

pertumbuhan laba rumah sakit. Hal tersebut sesuai dengan prinsip

penyelarasan Balance Scorecard dengan strategi perusahaan yakni linkage

to financial.

Page 107: H10hss.pdf

Rumah sakit Pelabuhan Jakarta memiliki prioritas yang tinggi terhadap

pelanggan, karena sesuai dengan salah satu misi rumah sakit yakni

memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan berorientasi kepada

kebutuhan pelanggan dalam hal mutu dan biaya. Sasaran strategis pada

perspektif ini ialah peningkatan kepuasan pasien dan peningkatan

pertumbuhan kunjungan pasien. Tingkat loyalitas dapat dipengaruhi dari

tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Peningkatan

pelayanan yang berkelanjutan akan meningkatkan kepuasan pasien yang

berobat di rumah sakit. Market share dari rumah sakit akan dapat

dipengaruhi dari kepuasan pasien. Pelayanan secara holistik dan lengkap

dapat menambah jumlah pasien yang berkunjung, sehingga rumah sakit

dapat merasakan dampak secara langsung terhadap jumlah kenaikan

pengunjung terhadap pertumbuhan pendapatan. Oleh karena itu, rumah sakit

harus meningkatkan kualitas pelayanan dengan lebih mendengar kebutuhan

pasien secara nyata dan juga menambah program promosi yang tepat

sasaran.

Sasaran strategis pada perspektif proses bisnis internal fokus terhadap

peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan kinerja operasional. Mutu

pelayanan rumah sakit memiliki standar yang wajib dicapai oleh tiap-tiap

rumah sakit menurut peraturan DEPKES. Namun, masing-masing rumah

sakit memiliki standar minimal yang telah diadaptasi sesuai dengan

kemampuan rumah sakit. Peningkatan mutu pelayanan akan berpengaruh

terhadap kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Kinerja

operasional dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kinerja pada

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yakni kemampuan karyawan

dalam melayani pasien.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran memiliki sasaran strategis

berupa peningkatan kepuasan dan motivasi karyawan serta peningkatan

pencapaian pelatihan kerja. Karyawan yang memiliki tingkat kepuasan kerja

tinggi mempengaruhi kinerja perusahaan karena dapat mendukung rumah

sakit guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peningkatan pencapaian

pelatihan kerja dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

Page 108: H10hss.pdf

dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan.

Peningkatan kepuasan dan motivasi serta pencapaian pelatihan kerja

karyawan, akan berimplikasi terhadap perspektif proses bisnis internal

dimana target dan standar yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik

melalui sumber daya manusia yang baik dan berkompetensi.

Permasalahan Indikator Solusi

Tidak

bertumbuhnya laba

Trend negatif

pertumbuhan laba

Efisiensi biaya

operasional

Kepuasan pasien Masih adanya

keluhan dari pasien

rawat jalan dan

rawat inap

mengenai kinerja

rumah sakit

Penelitian mendalam

mengenai CSI

(customer satisfaction

index) dan IPA

(importance priority

analytic)

Penurunan jumlah

pasien

Trend negatif

jumlah kunjungan

dari tahun ke tahun

Menjalin kerja sama

dengan perusahaan,

membuka pelayanan

yang komersil dan

meningkatkan kegiatan

pemasaran

Keluhan waktu

tunggu obat pasien

rawat jalan

Waktu tunggu

pelayanan obat

racikan dan non

racikan

Memperketat prosedur

pelayanan apotik, dan

membuat standar wajib

pelayanan.

Tabel 27. Solusi Implikasi Manajerial

Page 109: H10hss.pdf

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Indikator pengukuran kinerja yang selama ini digunakan oleh rumah

sakit Pelabuhan Jakarta ialah tingkat pertumbuhan laba, rasio operasi,

pertumbuhan pendapatan usaha dan kolektibilitas piutang pada perspektif

keuangan. Indikator pada perspektif pelanggan yang digunakan rumah sakit

ialah indeks kepuasan pelanggan dan pertumbuhan pelanggan. Rumah sakit

menggunakan indikator peningkatan mutu pelayanan dan juga kinerja

operasional pada perspektif proses bisnis internal dan pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan indikator pengukuran kinerja yang

digunakan ialah tingkat kepuasan dan motivasi kerja karyawan serta tingkat

pendidikan dan pelatihan yang diadakan.

Peta strategi yang sesuai dengan visi, misi dan strategi pada RS

Pelabuhan Jakarta dimulai pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

sebagai titik awal dalam pencapaian ketiga perspektif lainnya. Peningkatan

kepuasan dan motivasi karyawan dapat meningkatkan kinerja operasional

dan peningkatan mutu pelayanan pada perspektif proses bisnis internal.

Peningkatan pencapaian pelatihan kerja juga akan mempengaruhi kinerja

operasional dan peningkatan mutu pelayanan lewat terciptanya SDM yang

mahir. Peningkatan dari perspektif proses bisnis internal baik dari mutu

pelayanan dan kinerja operasional akan mempengaruhi pencapaian

perspektif pelanggan mencakup peningkatan kepuasan pelanggan dan

peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien. Pencapaian sasaran strategis

pada perspektif pelanggan yang tercapai akan meningkatkan perspektif

keuangan sebagai hasil akhir dari pencapaian tujuan strategis non-keuangan.

Perancangan sistem pengukuran kinerja yang sesuai dengan konsep

Balanced Scorecard pada RS Pelabuhan Jakarta dimulai dari memiliki

bauran ukuran hasil (lag indicator) dan ukuran faktor pendorong kinerja

(lead indicator). Ukuran hasil dari sasaran strategis pada perspektif

keuangan ialah peningkatan laba rumah sakit, penurunan biaya operasional,

Page 110: H10hss.pdf

peningkatan pendapatan usaha dan peningkatan tingkat kolektibilitas

piutang. Perspektif pelanggan menggunakan ukuran hasil indeks kepuasan

pasien rawat jalan dan inap serta peningkatan jumlah pasien. Perspektif

proses bisnis internal dibagi menjadi dua sasaran yakni mutu pelayanan dan

kinerja operasional. Ukuran hasil dari peningkatan mutu pelayanan terdiri

dari waktu tunggu pelayanan obat non racikan (3o menit), waktu tunggu

pelayanan obat racikan (60 menit), angka infeksi luka operasi, angka

keterlambatan layanan pertama pada IGD (lebih dari 15 menit) dan angka

waktu tunggu sebelum operasi efektif (maksimal 24 jam). Ukuran hasil dari

Indikator kinerja operasional terdiri dari bed occupancy ratio, average

length of stay, turn over internal dan bed turn over. Indikator kinerja pada

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terdiri dari peningkatan kepuasan

dan motivasi karyawan serta peningkatan pencapaian pelatihan kerja.

Ukuran hasil dari sasaran strategis tersebut ialah indeks kepuasan dan

motivasi karyawan serta tingkat partisipasi karyawan dalam DIKLAT.

Pencapaian skor total Balanced Scorecard pada RS Pelabuhan Jakarta

mencapai 74,28%. Nilai tersebut menunjukkan kinerja RS Pelabuhan

Jakarta tahun 2009 berada pada kisaran baik. Perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan memiliki pencapain skor tertinggi dibandingkan perspektif

lainnya sebesar 26,17%. Perspektif keuangan meraih skor tertinggi kedua

sebesar 21,37% sedangkan, perspektif pelanggan mencapai skor 14,22%

dan perspektif proses bisnis internal mencapai skor sebesar 12,52%.

5.2. Saran

1. RS Pelabuhan Jakarta dapat melakukan penilaian kinerja dengan metode

Balanced Scorecard yang disesuaikan dari setiap unit pelayanan yang ada

dalam rumah sakit, sehingga dapat dinilai secara komprehensif.

2. RS Pelabuhan Jakarta harus memberi perhatian khusus terhadap sasaran

strategis yang pencapaiannya masih jauh dari target yang ditetapkan seperti

pertumbuhan kunjungan pasien dan pertumbuhan laba.

3. Pihak manajemen sebaiknya melakukan survei kinerja lebih lanjut terhadap

apotik, guna mengurangi waktu tunggu pasien menunggu obat, sehingga

kinerja mutu pelayanan dapat bertambah baik.

Page 111: H10hss.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, I. 2005. Balance Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja dan Alat

Pengendali Sistem Manajemen Straetgis. Majalah Ilmiah Unikom : 6 : Hal

51-59.

David, F.R. 2004. Manajemen Strategi Konsep.Salemba Empat, Jakarta.

Dewi, F.C. 2009. Evaluasi Kinerja dengan Pendekatan Balance Scorecard pada

PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO) Cabang Bogor. Skripsi pada

Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Gaspersz, V. 2006. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard

dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Kaplan, R. S. dan D. P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard: Translating

Strategy Into Action. Harvard Business School Press, Boston.

Kaplan, R. S. dan D. P. Norton. 2000. Alignment: Using The Balanced Scorecard

to Create Corporate Synergies. Harvard Business School Press, Boston.

Kocakulah, M. C. and A. D. Austill. 2007. Balance Scorecard Application in the

Health Care Industry : A Case Study. Journal Health Care Finance: 34(1):

72-99.

Listyani, I. 2006. Analisis dan Perancangan Alat Pengukur Kinerja dengan

Metode Balance Scorecard pada Sub Direktorat Property and Facilities

Management PT Indosat, Tbk.

Luis, S. dan P. A. Biromo. 2007. Step by Step in Cascading Balanced Scorecard

to Functional Scorecards. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mangkuprawira, S.TB. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik.

Gahlian Indonesia, Jakarta.

Mulyadi. 2007. Sistem Terpadu Pengolahan Kinerja Personel Berbasis Balance

Scorecard. STIM YKPN, Yogyakarta.

Pusat Data dan Informasi, Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan

Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Page 112: H10hss.pdf

Puspita, K.T. 2007. Perancangan Balance Scoreard sebagai Instrumen

Pengukuran Kinerja pada PT. Unitex, Tbk. Skripsi pada Departemen

Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Rangkuti, F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Robbins, F. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi

(Terjemahan). Penerbit PT Prehallindo, Jakarta.

Saaty, T. 2003. Analytical Hierarcy Process (AHP). Majalah Manajemen: Hal 12-

13.

Umar, H. 2004. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Widajat, R. 2005. Rumah Sakit di Era Persaingan Global.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/30/opi04.htm. [28 November

2009]

Yuwono, dkk. 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju

Organisasi yang Berfokus pada Strategi. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Page 113: H10hss.pdf

LAMPIRAN

A. PENENTUAN BOBOT BALANCED SCORECARD

Lampiran 1. Kuesioner Pembobotan AHP

Page 114: H10hss.pdf

ANALISIS EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED

SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA

Kepada responden yang terhormat

Saya Hawara Sebastian Sitompul (H24060972), Mahasiswa Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, yang

sedang melakukan penelitian di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta, memerlukan

partisipasi dari Bapak/ Ibu/ Saudara(i) untuk mengisi kuesioner ini.

Saya mengharapkan kesediaan dari Bapak/ Ibu/ Saudara(i) meluangkan

waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar, agar informasi

ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan dapat berguna bagi

peningkatan pelayanan Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Diharapkan responden

membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian yang diberikan. Informasi yang

diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk

kepentingan akademis.

Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini

DATA RESPONDEN :

Nama : ………………………………………………………………

Jabatan : ………………………………………………………………

Tanda tangan : ………………………………………………………………

Tujuan

Page 115: H10hss.pdf

Menentukan bobot nilai perbandingan berpasangan antara 2 faktor (horizontal-

vertikal) berdasarkan tingkat kepentingan atau pengaruhnya terhadap kinerja

perusahaan

Petunjuk Umum

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden.

2. Responden diharapkan melakukan pengisian kuesioner pada satu waktu

untuk menghindari inkonsistensi antar jawaban.

3. Jawaban merupakan pendapat pribadi masing-masing responden, sehingga

memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat dengan responden lain

ataupun dengan peneliti.

Petunjuk Pengisian

1. Bapak/Ibu diminta untuk mengisikan bobot untuk masing-masing faktor

dengan membandingkan secara berpasangan pada faktor yang tersedia

pada tabel berdasarkan derajat pengaruhnya terhadap kinerja pada Rs.

Pelabuhan Jakarta.

2. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan skala ordinal, melalui aspek

derajat kepentingan. Berikut ini adalah definisi dari setiap skala derajat

kepentingan

Nilai

skala

Derajat

Kepentingan

Definisi Penjelasan

1 Sama

Kedua elemen sama pentingnya. Dua elemen mempengaruhi sama kuat

pada sifat itu

3 Sedikit lebih Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari lainnya.

Pengalaman atau pertimbangan sedikit

menyokong satu elemen atas lainnya.

5 Lebih

Elemen yang satu jelas lebih

penting dibandingkan elemen

lainnya.

Pengalaman atau pertimbangan dengan

kuat disokong dan dominasinya

terlihat dalam praktek.

7 Jauh lebih Satu elemen sangat jelas lebih

penting dibandingkan elemen

lainnya.

Satu elemen dengan kuat disokong dan

dominasinya terlihat dalam praktek

9 Mutlak Satu elemen mutlak lebih

penting dibanding elemen

lainnya.

Sokongan elemen yang satu atas yang

lainnya terbukti memiliki tingkat

penegasan tertinggi.

2,4,6,8 lainnya Nilai nilai diantara kedua

pertimbangan diatas

Kompromi diperlukan diantara dua

pertimbangan.

Kebalik

annya

Bila nilai-nilai di atas dianggap membandingkan antara elemen A dan B, maka nilai-nilai

kebalikan (1/2,1/3,1/4,.....1/9) digunakan untuk membandingkan kepentingan B terhadap A.

Page 116: H10hss.pdf

Contoh :

Alternatif A B C D

A 9 3 1/9

B 1/5 9

C 7

D

Alternatif A mutlak lebih penting dari pada alternatif B, maka diberi nilai 9.

Alternatif A sedikit lebih penting daripada alternatif C, maka diberi nilai 3.

Alternatif A mutlak tidak lebih penting daripada alternatif D, maka diberi

nilai 1/9.

Alternatif B tidak lebih penting daripada alternatif C, maka diberi nilai 1/5.

Alternatif B mutlak lebih penting daripada alternatif D, maka diberi nilai 9.

Alternatif C jauh lebih penting penting daripada alternatif D, maka diberi

nilai 7.

A. Penentuan Bobot Perspektif Balanced Scorecard

Page 117: H10hss.pdf

Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja memiliki empat

perspektif yang merupaka variabel utama dalam penelitian ini, yaitu:

1. perspektif keuangan

2. perspektif pelanggan

3. perspektif proses bisnis internal

4. perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif

antara satu perspektif dengan perspektif lainnya.

B. Penentuan Bobot Sasaran Strategis

1. Perspektif keuangan (F)

Perspektif keuangan memiliki dua prioritas sasaran strategis yang

perlu dipertimbangkan, yaitu :

1) F1 Efisiensi rasio biaya operasional Rumah Sakit

2) F2 Peningkatan kolektebilitas piutang

3) F3 Pertumbuhan pendapatan usaha

4) F4 Pertumbuhan laba

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/ pengaruh relatif

antara satu sasaran strategis dengan lainnya.

Alternatif Perspektif

Keuangan

(F)

Perspektif

pelanggan

(C)

Perspektif

Proses Bisnis

Internal

(I)

Perspektif

Pertumbuhan &

Pembelajaran

(G)

F

C

I

G

Alternatif F1 F2 F3 F4

F1

F2

F3

F4

Page 118: H10hss.pdf

2. Perspektif pelanggan (C)

Perspektif pelanggan memiliki dua sasaran strategis yang perlu

dipertimbangkan, yaitu :

1) C1 Peningkatan kepuasan pelanggan

2) C2 Peningkatan pertumbuhan kunjungan pasien

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif

antara satu sasaran strategis dengan lainnya

3. Perspektif Proses Bisnis Internal (I)

Perspektif proses bisnis internal memiliki dua sasaran strategis

yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1) I1 Peningkatan mutu pelayanan

2) I2 Peningkatan kinerja operasional

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif

antara satu sasaran strategis dengan lainnya

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (G)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki dua sasaran

strategis yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

1) G1 Peningkatan kepuasan & motivasi karyawan

2) G2 Peningkatan pencapaian pelatihan kerja

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif

antara satu sasaran strategis dengan lainnya

Alternatif C1 C2

C1

C2

Alternatif I1 I2

I1

I2

Page 119: H10hss.pdf

C. Penentuan Bobot Ukuran Hasil

1. Perspektif Proses Bisnis Internal (indikator mutu pelayanan)

Sasaran Perspektif proses bisnis internal (indikator mutu pelayanan)

memiliki lima ukuran hasil strategis yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1) I1 waktu tunggu pelayanan obat non racikan (30 menit)

2) I2 waktu tunggu pelayanan obat racikan (60 menit)

3) I3 Angka infeksi luka operasi

4) I4 Angka keterlambatan layanan pertama pada IGD (lebih dari 15 menit)

5) I5 Angka waktu tunggu sebelum operasi elektif (maksimal 24 jam)

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif antara

satu ukuran hasil strategis dengan lainnya

2. Perspektif Proses Bisnis Internal (Kinerja operasional)

Sasaran Perspektif proses bisnis internal (kinerja operasional) memiliki

empat ukuran hasil strategis yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1) J1 Bed occupancy ratio

2) J2 Average length of stay

3) J3 Turn over internal (TOI)

4) J4 Bed turn over (BTO)

Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan / pengaruh relatif antara satu

ukuran hasil strategis dengan lainnya

Alternatif I1 I2 I3 I4 I5

I1

I2

I3

I4

I5

Alternatif J1 J2 J3 J4

J1

J2

J3

J4

Page 120: H10hss.pdf

B. SURVEI KEPUASAN PASIEN

ANALISIS EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED

SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA

Kepada responden yang terhormat

Saya Hawara Sebastian Sitompul (H24060972), Mahasiswa Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, yang

sedang melakukan penelitian di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta, memerlukan

partisipasi dari Bapak/ Ibu/ Saudara(i) untuk mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini diedarkan untuk mengetahui kepuasan pasien atas pelayanan

Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Untuk itu saya mengharapkan kesediaan dari

Bapak/ Ibu/ Saudara(i) meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara

lengkap dan benar, agar informasi ilmiah yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat berguna bagi peningkatan pelayanan Rumah

Sakit Pelabuhan Jakarta.

Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini

I. KARAKTER RESPONDEN (Petunjuk: Berikan tanda √ pada jawaban anda)

1. Jenis kelamin anda :

( ) Pria ( ) Wanita

2. Usia anda :

( ) 16-25 tahun ( ) 36-45 tahun

( ) 26-35 tahun ( ) lebih dari 45 tahun

3. Pendidikan terakhir :

( ) SD ( ) SMA ( ) Sarjana

( ) SMP ( ) Diploma ( ) Lainnya…

4. Pekerjaan :

( ) Pelajar ( ) PNS ( ) Lainnya…

( ) Wirausaha ( ) Pegawai Swasta/BUMN

( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Belum bekerja

5. Pendapatan per bulan

( ) < Rp. 1.000.000 ( ) Rp. 2.000.000- Rp. 5.000.000

( ) Rp 1.000.000- Rp. 2.000.000 ( ) >Rp. 5.000.000 , sebutkan…..

6. Pengeluaran per bulan

( ) < Rp. 1.000.000 ( ) Rp. 2.000.000- Rp. 5.000.000

( ) Rp 1.000.000- Rp. 2.000.000 ( ) >Rp. 5.000.000 , sebutkan…..

Lampiran 2. Kuesioner Kepuasan Pasien

Page 121: H10hss.pdf

II. Tingkat kinerja pelayanan Rumah Sakit

Petunjuk pengisian bagian II : terhadap setiap pertanyaan, anda dimohon

memberikan tanda √ pada salah satu kotak pilihan yang telah disediakan, sesuai dengan

pandangan anda sebagai pasien Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta.

Keterangan:

Alternatif Jawaban

Penjelasan

1 Sangat tidak puas

2 Kurang puas

3 Cukup puas

4 Puas

5 Sangat puas

no Atribut –atribut mutu jasa Altrenatif Jawaban

1 2 3 4 5

I. Reliability (keandalan)

1 Ketelitian dan keakuratan dokter dalam melayani pasien.

2 Penjelasan Prosedur pelayan dengan lengkap oleh pihak

Rumah Sakit.

3 Pengetahuan dan ketrampilan, dokter dan perawat dalam

melayani pasien

II. Responsiveness (cepat tanggap)

4 Kecepatan dan ketanggapan dokter dalam memberikan

pelayanan

5 Kecepatan dan ketanggapan karyawan Rumah Sakit

dalam menyelesaikan keluhan pasien

6 Waktu tunggu pelayanan obat di apotik

III. Assurance (jaminan)

7 Kesopanan dan keramahan dokter dalam melayani pasien

8 Kesopanan dan keramahan perawat dalam melayani

pasien

9 Kepercayaan pasien terhadap Rumah Sakit

10 Biaya terperinci dengan jelas dan benar

Page 122: H10hss.pdf

No Atribut –atribut mutu jasa Altrenatif Jawaban

1 2 3 4 5

IV. Emphaty (empati)

11 Kesediaan Rumah Sakit dalam memberikan informasi

kepada pasien

12 Perhatian dan sikap perawat dalam melayani pasien

13 Perhatian dan sikap Dokter dalam melayani pasien

V. Tangible ( kasat mata)

14 Penataan interior dan eksterior ruangan dan lingkungan

rumah sakit

15 Penampilan Dokter, Perawat dan Karyawan lainnya

16 Fasilitas dan keamanan tempat parkir

17 Lokasi rumah sakit mudah dicapai

Page 123: H10hss.pdf

C. SURVEI KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI KARYAWAN

ANALISIS EVALUASI KINERJA DENGAN METODE BALANCED

SCORECARD PADA RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA

Kepada Responden yang terhormat

Saya Hawara Sebastian Sitompul (H24060972), Mahasiswa Departemen

Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, yang

sedang melakukan penelitian di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta, memerlukan

partisipasi dari Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini diedarkan untuk mengetahui kepuasan kerja dan motivasi

karyawan Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Untuk itu saya mengharapkan

kesediaan dari Bapak/Ibu/Saudara(i) meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner

ini secara lengkap dan benar, agar informasi ilmiah yang disajikan dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat berguna bagi peningkatan pelayanan Rumah

Sakit Pelabuhan Jakarta. Jawaban dari Bapak/Ibu/Saudara(i) yang diberikan tidak

berkaitan dengan prestasi kerja Anda karena informasi yang diterima dari

kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis.

Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya dalam mengisi kuesioner ini

I. KARAKTER RESPONDEN (Petunjuk: Berikan tanda √ pada jawaban anda)

1. Jenis kelamin anda :

( ) Pria ( ) Wanita

2. Pendidikan terakhir :

( ) SD ( ) SMA ( ) Sarjana

( ) SMP ( ) Diploma ( ) Lainnya….

3. Lama bekerja :

( ) < 3 tahun ( ) 7-10 tahun ( ) Lainnya...

( ) 3-6 tahun ( ) 11-14 tahun

4. Pengeluaran per bulan

( ) < Rp. 1.000.000 ( ) Rp. 2.000.000- Rp. 5.000.000

( ) Rp 1.000.000- Rp. 2.000.000 ( ) >Rp. 5.000.000 , sebutkan…..

5. Pendapatan per bulan

( ) < Rp. 1.000.000 ( ) Rp. 2.000.000- Rp. 5.000.000

( ) Rp 1.000.000- Rp. 2.000.000 ( ) >Rp. 5.000.000 , sebutkan…..

6. Jumlah tanggungan keluarga

( ) < 3 orang ( ) > 5 orang, sebutkan…

( ) 3-5 orang

7. Jabatan dalam perusahaan : ………………………

Lampiran 3. Kuesioner Kepuasan Kerja dan Motivasi karyawan

Page 124: H10hss.pdf

II. Tingkat kepuasan kerja dan motivasi karyawan

Petunjuk pengisian bagian II : terhadap setiap pertanyaan, anda dimohon

memberikan tanda √ pada salah satu kotak pilihan yang telah disediakan, sesuai

dengan pandangan anda sebagai karyawan Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta.

Keterangan:

Alternatif Jawaban

Penjelasan

1 Sangat tidak setuju

2 Tidak setuju

3 Cukup setuju

4 Setuju

5 Sangat Setuju

no Atribut–atribut Kepuasan Kerja dan Motivasi

karyawan

Altrenatif Jawaban

1 2 3 4 5

I. Atribut Kepuasan Kerja

1 Saya merasa puas dengan gaji yang saya terima saat ini

2 Saya merasa puas dengan bonus dan intensif yang

diberikan perusahaan

3 Saya merasa puas dengan tunjangan kesehatan dan

pengobatan yang diberikan

4 Saya merasa puas dengan kepastian kerja yang diberikan

perusahaan (meliputi : jam kerja, jenis pekerjaan dan

uraian pekerjaan) yang diberikan perusahaan pada jabatan

saya

5 Saya merasa puas dengan penilaian kinerja karyawan

yang dilakukan perusahaan

6 Saya merasa puas dengan kenyamanan dan kebersihan

tempat kerja

7 Saya merasa puas dengan peraturan penggunaan fasilitas

perusahaan

8 Kesempatan yang diberikan perusahaan untuk

menyelesaikan sendiri pekerjaan sudah besar

9 Hubungan saya erat dengan rekan kerja dari bagian yang

sama

Page 125: H10hss.pdf

No Atribut–atribut Kepuasan Kerja dan Motivasi

karyawan

Altrenatif Jawaban

1 2 3 4 5

I. Atribut Kepuasan Kerja

10 Hubungan saya erat dengan rekan kerja dari bagian yang

berbeda

11 Sesama rekan kerja, kami saling membantu dalam hal

pekerjaan

12 Hubungan saya erat dengan atasan

13 Atasan saya selalu memberikan bimbingan dalam

pekerjaan

14 Saya sudah mendapatkan kesempatan untuk

menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan

kemampuan saya sebaik-baiknya

15 Saya jarang mendapat teguran dari rekan sekerja dan

atasan mengenai kinerja saya

II. Atribut motivasi karyawan

16 Promosi jabatan yang jelas membuat saya termotivasi

17 Saya termotivasi dengan adanya perkembangan karir (

DIKLAT) yang diberikan perusahaan

18 Saya merasa termotivasi karena atasan saya sering

memperhatikan ide (gagasan) saya

19 Saya termotivasi dengan adanya pemberian bonus dan

tunjangan

20 Saya berupaya memberikan hasil yang terbaik bagi

perusahaan

21 Saya merasa pekerjaan saya memberi saya peluang untuk

berkembang dan menggunakan keahlian yang dimiliki

22 Saya memiliki dorongan yang kuat untuk bekerja lebih

keras untuk mencapai tujuan perusahaan

23 Saya memiliki kesetiaan (loyalitas) yang tinggi pada

perusahaan

24 Saya bersedia mengikuti pelatihan yang diberikan untuk

peningkatan ketrampilan karyawan

25 Saya bersedia ditempatkan di kantor cabang dalam

rangka perkembangan perusahaan

26 Saya bersedia mengikuti pelatihan di luar jam kantor untk

meningkatkan kemampuan dalam pekerjaan

Page 126: H10hss.pdf

No Atribut–atribut Kepuasan Kerja dan Motivasi

karyawan

Altrenatif Jawaban

1 2 3 4 5

27 Saya bersedia menerima sanksi apabila secara nyata

melakukan kesalahan dan bersedia untuk

memperbaikinya

28 Saya memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan

29 Saya berupaya menyelesaikan pekerjaan dengan

maksimal dan tepat waktu

30 Saya selalu memacu untuk berprestasi di bidang

pekerjaan saya saat ini

Page 127: H10hss.pdf