108
PENYUSUNAN LAPORAN AKTIVITAS PADA GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI BERDASARKAN PSAK NO. 45 TENTANG ORGANISASI NIRLABA SKRIPSI Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Akuntansi Oleh: RICHA JUNIE MAHASTHER 1301035062 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

PENYUSUNAN LAPORAN AKTIVITAS PADA GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI BERDASARKAN PSAK NO. 45 TENTANG

ORGANISASI NIRLABA

SKRIPSISebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Akuntansi

Oleh:

RICHA JUNIE MAHASTHER 1301035062 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA2020

Page 2: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

ii

Pembimbing I

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja

Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan

PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba

Nama Mahasiswa : Richa Junie Mahasther

NIM 1301035062

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Program Studi : S1 Akuntansi Reguler

Diajukan Untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Samarinda, 14 Desember 2020

Menyetujui,

Pembimbing II

Drs. Rande Samben, M.Si., Ak., CA Yoremia Lestari br. Ginting, S.E.,M.Ak.,Ak NIP. 19581004198702 1 001 NIP.19850221 201404 2 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman

Dwi Risma Deviyanti, SE., M.Si., Ak., CA NIP. 19701018 199512 2 001

Tanggal Lulus Ujian :

Page 3: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

iii

SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DINYATAKAN LULUS

Judul Skripsi : Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja

Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45

Tentang Organisasi Nirlaba

Nama : Richa Junie Mahasther

Nim 1301035062

Hari :

Tanggal Ujian :

TIM PENGUJI

1………………………………………… 1……………………

NIP……………………………………

2. ………………………………………… 2……………………

NIP……………………………………

3………………………………………… 3……………………

NIP……………………………………

4. ………………………………………… 4……………………

NIP……………………………………

Page 4: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa di dalam naskah

Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya

atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan

daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur penjiplakan, saya bersedia Skripsi dan Gelar Sarjana atas nama saya

dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Samarinda, 14 Desember 2020

Richa Junie Mahasther

Page 5: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

v

ABSTRACT

Richa Junie Mahasther. Preparation of Activity Reports at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Based on PSAK No. 45 About Non-profits Organization. Under the Guidance: Rande Samben And Yoremia Lestari br. Ginting.

This study aims to determine the suitability of the presentation of PSAK No. 45 on the preparation of financial statements of non-profit organizations. The study was conducted at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili, a non-profit organization engaged in the field of religious. The purpose of this study is to present income and expenses in the form of activity reports at Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. The analysis technique used in this research is descriptive research with qualitative analysis that compares and analyzes the preparation of financial activity reports as regulated in PSAK No. 45. The results showed that the form of the financial statements of the Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili was made simple in the form of reports of cash receipts and disbursements based on the needs of the church and adjusted to the work program set every year. In this case, Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili has not implemented the preparation of financial activity reports based on PSAK No. 45.

Keywords: PSAK No. 45, Financial Statements, Non-Profit Organization

Page 6: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

vi

ABSTRAK

Richa Junie Mahasther. Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba. Pembimbing: Rande Samben Dan Yoremia Lestari br. Ginting.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penyajian PSAK No. 45 pada penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba. Penelitian dilakukan di organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang keagamaan yaitu Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Tujuan dari penelitian ini untuk menyajikan pendapatan dan beban dalam bentuk laporan aktivitas pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif yang membandingkan dan menganalisis penyusunan laporan aktivitas keuangan yang diatur dalam PSAK No. 45. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili dibuat sederhana berupa laporan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan kebutuhan gereja dan di sesuaikan dengan program kerja yang ditetapkan setiap tahun. Dalam hal ini, Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili belum menerapkan penyusunan laporan aktivitas keuangan berdasarkan PSAK No. 45.

Kata kunci: PSAK No. 45, Laporan Keuangan, Organisasi Nirlaba.

Page 7: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

limpahan kasih dan karunia yang telah Ia berikan, sehingga dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Penyusunan Laporan Aktivitas Pada Gereja Toraja Jemaat

Eben-Haezer Selili Berdasarkan PSAK No. 45 Tentang Organisasi Nirlaba”.

Penulisan bertujuan untukmemenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman

Samarinda.Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis sangat banyak

mendapat bimbingan, motivasi, arahan , serta bantuan oleh berbagai pihak. Oleh

sebab itu, pada kesempatan yang baik ini dengan segala keikhlasan dan

kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si selaku Rektor di Universitas Mulawarman

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Mulawarman.

3. Ibu Defung S.E., M.M., Ph.D selaku wakil Dekan I, Bapak Dr. H. Irwansyah,

S.E., M.M., selaku wakil Dekan II, dan Bapak Zainal Abidin, S.E., M.M.,

selaku wakil Dekan III di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mulawarman.

Page 8: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

viii

4. Ibu Dwi Risma Deviyanti, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarmanyang

menjadi pendorong dan penyemangat dalam terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Dr. H. Zaky Fakhroni, M.Si., Ak., CA., CTA., CFrA selaku Ketua

Program Studi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mulawarman.

6. Bapak Drs. Rande Samben, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I yang

senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan

dan bantuannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Yoremia Lestari br. Ginting, S.E., M.Ak., Ak selaku Dosen Pembimbing

II yang senantiasa bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

arahan dan bantuannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

8. Ibu Anisa Abubakar, M.Si selaku Dosen Wali selama masa perkuliahan di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.

9. Seluruh Dosen pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mulawarman khususnya Dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak

menyampaikan ilmu pengetahuan dan memberikan teladannya selama penulis

mengikuti masa perkuliahan.

10. Seluruh staff Jurusan, Bidang Akademik dan Karyawan di Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Mulawarman yang telah memberikan pelayanan yang

baik.

11. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yang telah memberikan izin bagi

penulis untuk melakukan penelitian serta telah memberikan kontribusi dan

Page 9: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

ix

juga dukungan yang sangat berarti bagi penulis dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

12. Kedua orang tua terkasih saya Ayahanda Luther Ba’ka dan Peris Parintak,

terima kasih atas semua doa yang tidak pernah putus, dukungan materi dan

non materi dari awal perkuliahan hingga terselesaikannya tugas akhir skripsi

ini.

13. Saudaraku Richi Charly terima kasih atas segala dukungan materil dan doa

yang selalu diberikan kepada penulis.

14. Para penyemangat Bang Reynold, Kak Selli, Bang Dennis, Bang Jeff, Kak

Shani yang telah mendoakan dan memberikan semangat serta motivasi

kepada penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

15. Keluarga terdekat dan teman-teman khususnya teman seperjuangan kelas

Akuntansi B Angkatan 2013 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mulawarman . Terima Kasih atas segala bentuk dukungan, doa, kehadiran dan

semangat positifnya yang selalu jadi motivasi penulis untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

16. Terima kasih banyak untuk seluruh pihak-pihak yang tak bisa penulis

sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini.Maka dari itu penulis dengan sangat terbuka dalam menerima kritik, saran dan

masukan guna perbaikan pada penulisan selanjutnya.

Samarinda, 14 Desember 2020 Penulis,

Richa Junie Mahasther NIM. 1301035062

Page 10: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

x

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL.........................................................................................iHALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iiHALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI.....................................................iiiPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..........................................................ivABSTRACT........................................................................................................vABSTRAK.........................................................................................................viKATA PENGANTAR.......................................................................................viiDAFTAR ISI......................................................................................................xDAFTAR TABEL..............................................................................................xiiDAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................11.1 Latar Belakang.....................................................................................11.2 Rumusan Masalah................................................................................51.3 Tujuan Penelitian.................................................................................51.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5

BAB II : Landasan Teori..................................................................................72.1 Akuntansi Sektor Publik .....................................................................7

2.1.1 Tujuan AKuntansi Sektor Publik...............................................82.1.2 Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik.................................. 92.1.3 Siklus Akuntansi Sektor Publik................................................. 9

2.2 Definisi Organisasi Nirlaba...........................................102.2.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba..........................122.2.2 Perbedaan Organisasi Nirlaba Dan Organisasi Sektor Swasta. .13

2.3 Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba.................................................172.4 Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba................................................182.5 Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba................................................19

2.5.1 Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba......192.5.2 Jenis Laporan Organisasi Nirlaba..............................................21

2.6 Penelitian Terdahulu............................................................................232.6 Definisi Konsepsional..........................................................................262.3 Kerangka Pemikiran............................................................................27

BAB III : METODE PENELITIAN................................................................263.1 Definisi Operasional............................................................................263.2 Jangkauan Penelitian...........................................................................273.2.Jenis Dan Sumber Data........................................................................27

Page 11: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

xi

3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................283.5 Teknik Analisis Data...........................................................................28

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................314.1 Hasil Penelitian....................................................................................31

4.1.1 Gambaran Umum Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili ...314.1.2 Analisis Data..............................................................................32

4.2 Pembahasan.........................................................................................364.2.1 Penyusunan Laporan Aktivitas..................................................38

BAB V : PENUTUP..........................................................................................415.1 Kesimpulan..........................................................................................415.2 Saran....................................................................................................415.3 Keterbatasan Dalam Penelitian............................................................42

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................44LAMPIRAN........................................................................................................45

Page 12: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Ketentuan Dari PSAK No. 45...........................................................30Tabel 4.1 Beban Depresiasi Aset Tetap............................................................34Tabel 4.2 Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kas......................................37Tabel 4.3 Laporan Aktivitas Berdasarkan PSAK No. 45..................................38

Page 13: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................23

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...................................................................24

Page 14: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan ekonomi yang begitu cepat membuat

masyarakat lebih kritis dalam berpikir untuk mengikuti perkembangan informasi

ekonomi. Kebutuhan akan informasi menjadi bagian penting dalam menjalani

kehidupan demi kemajuan organisasi atau perusahaan. Salah satu informasi

ekonomi yang digunakan adalah informasi keuangan. Laporan keuangan berfungsi

sebagai media yang menghubungkan antara pengelola organisasi dengan pihak-

pihak yang berkepentingan (stakeholder) dalam pengambilan suatu keputusan.

Peranan akuntansi dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan

keuangan di zaman globalisasi semakin disadari oleh semua pihak, baik dalam

organisasi yang bertujuan mencari laba maupun yang tidak mencari laba.

Organisasi dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu organisasi

komersial yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya, organisasi

pemerintah yang dibiayai oleh masyarakat melalui pajak atau retribusi, dan

organisasi nirlaba yang dibiayai masyarakat lewat donasi atau sumbangan

(Nainggolan, 2012:2).

Secara umum, organisasi nirlaba merupakan suatu institusi yang menjalankan

kegiatannya tidak beorientasi mencari laba. Namun demikian, bukan berarti

organisasi nirlaba tidak di perbolehkan menerima atau menghasilkan keuntungan

dari setiap aktivitasnya. Jika memperoleh keuntungan dapat dipergunakan untuk

menutupi biaya operasional atau kembali disalurkan untuk kegiatan utamanya.

1

Page 15: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

2

Lembaga atau organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan

dari beberapa individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk

mencapai tujuan dalam pelaksanaan kegiatan yang mereka lakukan. Lembaga atau

organisasi nirlaba merupakan salah satu komponen masyarakat yang perannya

menjadi penting, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kini semakin banyak

keterlibatan organisasi nirlaba. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri,

derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan

masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat

buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas

pemerintah.

Organisasi gereja merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam

bidang keagamaan yang mewujudkan akuntabilitas keuangannya melalui pelapoan

keuangan. Pada umumnya, organisasi nirlaba dituntut untuk selalu menyiapkan

rencana-rencana serta program dan juga penganggaran secara berkelanjutan.

Dalam hal ini semua perencanaan yang dilakukan organisasi nirlaba di tuntut akan

pertanggungjawaban serta transparansi yang memadai. Untuk itu gereja juga harus

dan wajib untuk membuat laporan keuangan untuk melaporkan kepada anggota

jemaat yang merupakan sumber utama dalam pendapatan gereja, bahkan donatur

dari luar sehingga jemaat dan para donatur termotivasi untuk lebih giat

memberikan persembahan syukur serta bantuan dana untuk menopang pelayanan

gereja. Dalam mengupayakan pendapatan dan mengatur penggunaannya maka

gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Laporan keuangan menjadi sangat

Page 16: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

3

penting bagi gereja, karena merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan

sumber dana yang dikelola dan sebagai alat pengendalian serta evaluasi kinerja

gereja.

Rencana dan program serta penganggaran ini yang akan dituntut

pelaporannya dan tranparansi dalam melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan.

Bendahara keuangan organisasi nirlaba biasanya dipilih yang dianggap mampu

dan memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan, tetapi tidak memiliki

kemampuan khusus dalam akuntansi sosial, sehingga pengelolaan keuangan

organisasi nirlaba dapat menyusun laporan keuangannya secara sederhana.

Yesus dalam Lukas 16:10-12 mengatakan: “Barang siapa setia dalam perkara-

perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak

benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara

besar jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal yang tidak jujur, siapakah yang akan

mempercayakan kepadamu harta sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia

dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartanya sendiri

kepadamu?”

Dalam hal ini kesetiaan dan kejujuran menjadi komitmen yang harus

diperhatikan dalam pengelolaan dana pada organisasi nirlaba khususnya bagi

pengelola keuangan gereja. Laporan pertanggungjawaban keuangan menjadi

penting untuk mewujudkan transparansi dalam pengelolaan keuangan dan juga

dapat membantu anggota jemaat dalam mengetahui keadaan keuangan gereja.

Citra kehadiran Yesus di dunia seharusnya melaksanakan prinsip-prinsip

akuntabilitas.

Page 17: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

4

Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan sebuah organisasi

nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan. Berdasarkan observasi awal penulis

Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer Selili memperoleh sumber daya yang

dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari persembahan para

anggota jemaat dan para penyumbang lain. Gereja ini menerbitkan laporan

penerimaan dan pengeluaran kas. Laporan keuangan gereja semacam ini kurang

lengkap, karena hanya menunjukkan penerimaan dan pengeluaran, belum sesuai

dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum.

Meskipun organisasi ini tidak mencari keuntungan melainkan bersifat sosial

tetapi pencatatan, pengukuran, dan pelaporan yang sesuai dengan standar yang

berlaku umum diperlukan untuk memberikan informasi serta menilai kinerja

organisasi. Oleh karena itu, untuk memberikan laporan keuangan yang wajar serta

transparan maka pihak keuangan gereja sebaiknya menerapkan pelaporan

keuangan berdasarkan PSAK No. 45 yang mengatur mengenai pelaporan

keuangan organisasi nirlaba.

Berdasarkan uraian yang ditemukan maka penulis tertarik meneliti bagaimana

praktik akuntasi yang dijalankan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer Selili.

Melalui penelitian ini penulis mencoba untuk mengevaluasi bagaimana praktik

akuntansi dalam laporan keuangan pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili,

karena merupakan organisasi nirlaba gereja ini diharapkan memiliki laporan

keuangan yang sesuai standar yang berlaku umum yang sesuai dengan PSAK No.

45 sehingga dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk

Page 18: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

5

memperoleh informasi keuangan agar gereja dapat mengambil keputusan yang

tepat untuk kepentingan pelaksanaan program-program gereja selanjutnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian yang

berjudul “PENYUSUNAN LAPORAN AKTIVITAS PADA GEREJA TORAJA

JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI.”

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis

mengambil permasalahan yang ingin diketahui, yaitu “Bagaimana Penyajian

Pendapatan dan Beban Dalam Bentuk Laporan Aktivitas Gereja Toraja Jemaat

Eben-Haezer Selili Sesuai PSAK No. 45.”

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk menyajikan pendapatan dan beban dalam bentuk laporan aktivitas

pada GerejaToraja Jemaat Eben-Haezer Selili.

1.3. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Manfaat yang dapat diambil bagi penulis dari penelitian ilmiah ini adalah

untuk menambah keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh

selama menempuh pendidikan di universitas serta membandingkannya dengan

praktik yang sesungguhnya terutama mengenai penyusunan laporan keuangan

pada organisasi nirlaba.

Page 19: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

6

b. Bagi Gereja

Penulisan ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi

gereja agar dapat dijadikan masukan sebagai saran kepada Gereja Toraja

Jemaat Eben- Haezer Selili demi perkembangan gereja.

c. Bagi Universitas

Penulisan ilmiah ini diharapkan memberi manfaat untuk memperkaya pustaka

sebagai bahan referensi dan dapat membantu pembaca, khususnya mahasiswa/I

untuk melakukan penelitian terhadap organisasi nirlaba khususnya organisasi pada

gereja

Page 20: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-

lembaga publik sebagai salah satu alat pertanggung jawaban kepada publik.

Sekarang terdapat perhatian yang makin besar terhadap praktek akuntansi yang

dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, baik akuntansi sektor pemerintahan

maupun lembaga publik non pemerintah. Lembaga publik mendapat tuntutan dari

masyarakat untuk dikelola secara transparan dan bertanggung jawab. Akuntansi

sektor publik merupakan sebuah proses untuk mengumpulkan, mencatat,

mengklasifikasikan, menganalisis serta membuat laporan transaksi keuangan

untuk sebuah organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi pihak

yang membutuhkannya untuk digunakan saat pengambilan sebuah keputusan.

Dalam hal ini, akuntasnsi sektor publik memberikan transparansi kepada

publik agar hak-hak publik terpenuhi. Akuntansi sektor publik lebih menekankan

pada pemeriksaan serta sistem akuntansi. Ukuran prestasi maupun kineja sektor

publik dilihat dari efektifitas manajemen dan efisiensi keuangan. Dalam

menyusun informasi harus adanya standar akuntansi sektor publik, sehingga

terjadi kesepakatan antara penyusun, pemakai, pemeriksa dalam menyusun dan

memahami informasi tersebut.

Akuntansi sektor publik adalah akuntansi yang digunakan untuk mencatat

peristiwa ekonomi pada organisasi non profit atau nirlaba. Secara sederhana,

akuntansi sektor publik ini banyak digunakan oleh organisasi sektor publik seperti

Page 21: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

8

partai politik, masjid, puskesmas, rumah sakit, sekolah atau universitas, lembaga

swadaya masyarakat dan pemerintah pusat (Erlina Dkk 2015). Akuntansi sektor

publik adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan

pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi atau entitas publik

seperti pemerintah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam

rangka mengambil keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan (Halim

2012:3).

Organisasi sektor publik menjadi berbeda karena memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.

2. Dimiliki secara kolektif oleh publik.

3. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham

yang dapat diperjual belikan.

4. Keputusan-keputusan yang terkait dengan kebijakan maupun operasi

didasarkan pada kesepakatan.

2.1.1. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Adapun tujuan akuntansi sektor publik diantaranya yaitu :

1. Management Control

Tujuan akuntansi management control sebagai pengendalian manajemen,

akuntansi untuk sektor publik akan memberikan informasi yang dibutuhkan

lembaga publik dalam pengelolaan secara tepat dan efisien. Akuntansi ini

juga akan memberikan informasi penggunaan sumber daya yang sudah

dianggarkan dalam lembaga publik.

Page 22: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

9

2. Accountability

Tujuan ini akuntansi untuk sektor publik yang selanjutnya berhubungan

dengan accountability. Jadi, akuntansi untuk sektor publik ini akan memberikan

informasi penting yang dibutuhkan oleh manajer lembaga publik. Informasi ini

nantinya digunakan manajer sebagai laporan pertanggungjawaban seluruh bidang

dibawah kewenangannya. Bukan hanya itu, informasi ini juga digunakan sebagai

laporan pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja yang dilakukan lembaga

pemerintah. Jadi, publik data melihat transparansi seperti apa penggunaan

anggaran publik oleh lembaga pemerintah.

2.1.2. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor PublikRuang lingkup organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga

tinggi Negara dan departemen dibawahnya, yaitu :

1. Akuntansi Pemerintah Pusat

2. Akuntansi Pemerintah Daerah

3. Akuntansi Partai Politik

4. Akuntansi LSM

5. Akuntansi Yayasan

6. Akuntansi Pendidikan : Sekolah, Perguruan Tinggi

7. Akuntansi Kesehatan : Puskesmas, Rumah Sakit

8. Akuntansi Tempat Peribadatan : Masjid, Gereja, Wihara dan Pura.

2.1.3. Siklus Akuntansi Sektor Publik

Elemen-elemen akuntansi sektor publik merupakan setiap bagian dalam

pengelolaan manajemen keuangan publik yang dapat digambarkan sebagai

berikut:

1. Perencanaan publik adalah perencanaan yang dilakukan untuk menentukan

aktivitas dan fokus apa yang akan dilakukan serta strategi apa yang dipilih

Page 23: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

10

untuk mencapai tujuan organisasi. Peran serta masyarakat dalam melakukan

perencanaan masih perlu dibangun dalam sistem perencanaan publik di

Indonesia, karena partisipasi masyarakat akan sangat menentukan kualitas

tujuan organisasi.

2. Pembuatan anggaran publik secara detail untuk menjelaskan pendapatan dan

pengeluaran organisasi di masa depan sehingga pembelanjaan yang dilakukan

dapat dipertanggungjawabkan dengan pendapatannya. Apabila, pembuatan

anggaran tidak dilakukan makaorganisasi sektor public tidak dapat

mengendalikan pemborosan yang terjadi.

3. Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan dari anggaran publik yang

telah direncanakan dan ditetepkan ke dalam program pelaksanaan organisasi

sektor publik.

4. Pengadaan barang dan jasa publik merupakan mekanisme dan prosedur yang

dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk menyediakan barang atau jasa

kepada masyarakat atau publik.

5. Pelaporan keuangan sektor publik merupakan hasil akhir dari proses akuntansi

yang akan digunakan untuk menyajikaninformasi yangbermanfaat sebagai

pengambilan keputusan para pihak terkait.

6. Audit sektor publik merupakan suatu prosedur investigasi yang digunakan

untuk menyediakan dan mengevaluasi bukti- bukti untuk memastikan tingkat

keyakinan dengan kriteria yang sudah ditentukan untuk dilaporkan kepada

pihak-pihak yang berkepentingan.

7. Pertanggungjawaban publik merupakan langkah terakhir yang dilakukan

pimpinan organisasi sektor publik dalam menyampaikan laporan kepada

pemberi amanat.

2.2. Definisi Organisasi Nirlaba

Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang

bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik

perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian

Page 24: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

11

terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).

Organisasi nirlaba adalah suatu organisasi yang tujuan-tujuannya tidak

mencakup penciptaan laba untuk kepentingan pribadi pemilik atau pengelolanya.

Organisasi nirlaba sering kali berusaha mencapai keuntungan tersebut untuk

tujuan sosial atau pendidikan dari organisasi dan bukannya untuk kepentingan

pribadi (Nickels et al., 2009. Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki

kompetensi yang berbeda-beda yang saling tergantung antara satu dengan yang

lainnya yang berusaha untuk mewujudkan kepentingan bersama dan

memanfaatkan berbagai sumber daya. (Mulyadi dan Setiawan 2000: 1)

Menurut PSAK No 45, organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari

sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan

imbalan apapun dari organisasi tersebut. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1).

Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima

sumber daya lain dari hasil pendapatan atas jasa yang diberikan pada publik dan

atau inventasi yang dilakukan. Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri,

derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan

masyarakat dalam hal perundang- undangan, organisasi jasa suka relawan, serikat

buruh, asosiasi profesional, institute riset, museum, dan beberapa para petugas

pemerintah. Organisasi nirlaba bias berbentuk organisasi kesejahteraan dan

kesehatan, lembaga, dan universitas. Dan setiap jenis organisasi tersebut memiliki

kesamaan dalam tujuan organisasi, yaitu memberikan jasa (layanan) dan tidak

mencari laba. Tetapi tiap jenis organisasi tersebut bias berbeda dalam hal sasaran,

sumber pendanaan dan tingkat otonomi. Banyak hal yang membedakan antara

Page 25: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

12

organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba). yaitu memberikan jasa (layanan)

dan tidak mencari laba. Tetapi tiap jenis organisasi tersebut bias berbeda dalam hal

sasaran, sumber pendanaan dan tingkat otonomi. Banyak hal yang membedakan

antara organisasi nirlaba dengan organisasi lainnya (laba).

Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’ organisasi

nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba, pemilik jelas

memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya. Dalam hal donatur, organisasi

nirlaba membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi

laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan

usahanya. Dalam hal penyebaran tanggungjawab, pada organisasi laba telah jelas

siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur

Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan.

Organisasi nirlaba atau non profit, membutuhkan pengelolaan yang berbeda

dengan organisasi profit dan pemerintah. Pengelolaan organisasi nirlaba dan

kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan

ekonomi semata, tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan

sesuai kontek shidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan

kemanusiaan sejati merupakan cirri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba.

Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahaan dan pembaharuan masyarakat

untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender,

keadilan, dan kedamaian, bebas dari konflik dan kekerasan.

2.2.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba

Page 26: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

13

IAI (2011:45) mengemukakan suatu entitas dapat dikelompokan sebagai

entitas nirlaba bila memenuhi, criteria sebagai berikut:

1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para pemberi sumber daya yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding

dengan jumlah sumbe daya yang diberikan.

2. Menghasilkan barang dan / atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika

entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada

para pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut.

3. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa

kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus

kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian

sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

2.2.2. Perbedaan Organisasi Nirlaba dan Organisasi Sektor Swasta

1. Tujuan Organisasi

Perusahaan komersial bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan

pemegang saham melalui penciptaan keuntungan, sedangkan organisasi

sektor publik mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat melalui pelayanan. Dengan kata lain, perusahaan merupakan

organisasi yang dijalankan untuk mencari laba atau profit (profit – oriented),

sedangkan organisasi sektor publik merupakan organisasi yang dijalankan

bukan untuk mencari laba (non- profit- oriented).

2. Sumber-sumber Pendanaan

Page 27: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

14

Perusahaan komersial didanai melalui hasil operasi perusahaan bersangkutan

selain investasi dari pemegang saham. Sementara itu, sesuai dengan tujuan

organisasi sektor publik mendanai operasinya tidak melalui laba operasi tetapi

melalui cara khusus berupa sumbangan atau donasi yang bersifat sukarela. Di

organisasi pemerintahan cara seperti ini direalisasikan melalui pembayaran

pajak atau retribusi. Bagi pemerintah daerah, termasuk sumber pendanaan

adalah sumbangan/subsidi dari pemerintah pusat. Di organisasi sektor publik

lain sumber pendanaan bisa berupa iuran anggota, subsidi, atau sumbangan

dari donatur.

3. Peraturan Perundangan

Organisasi sektor publik khususnya lembaga pemerintahan harus melakukan

aktivitasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pemerintah

Indonesia misalnya, harus melakukan pembangunan jembatan karena

diamanatkan dalam UUD 1945 untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,

meskipun pembangunan jembatan tersebut tidak memberikan keuntungan

bagi organisasi pemerintah yang bersangkutan.

Menurut Mardiasmo (2002:8-13), perbedaan sektor publik dengan sektor swasta

dapat dilihat dengan membandingkan beberapa hal, yaitu :

1. Tujuan Organisasi

Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.

Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada

sektor swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive),

sedangkan pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk

Page 28: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

15

memaksimumkan laba tetapi pemberian pelayanan publik (public service),

seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan, penegakkan hukum,

transportasi publik, dan penyediaan barang kebutuhan publik (misalnya:

penyediaan barang kebutuhan pokok masyarakat).

2. Sumber Pembiayaan

Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber

pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur

modal atau struktur pembiayaan. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal

dari pajak, retribusi, charging for services, laba perusahaan milik negara,

pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri, dan obligasi pemerintah, dan

lain- lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan

perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta

lebih fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor swasta

sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal. Sumber

pembiayaaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke

perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik. Sedangkan sumber

pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan

saham baru untuk mendapatkan dana dari publik.

3. Pola Pertanggungjawaban

Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan

(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik

manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang

digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik

Page 29: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

16

berasal dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor

publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical

accountabilitiy) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada

otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah

kepada pemerintah daerah atasan atau kepada pemerintah pusat, dan

pemerintah pusat kepada parlemen. Pertanggungjawaban horisontal (horizontal

accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua

jenis pertanggungjawaban sektor publik tersebut merupakan elemen penting

dari proses akuntabilitas publik.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis,

sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur

organisasi pada sektor swasta dapat berbentuk data, pyramid, lintas fungsional

(cross functional), dan lainnya sesuai dengan pilihan organisasi. Salah satu

faktor utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah

adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik.

5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder

Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran

dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan

didiskusikan. Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran

pada sektor swasta bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan

rahasia perusahaan.

Page 30: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

17

6. Sistem Akuntansi

Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem akuntansi

yang biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual

(accrual accounting), sedangkan pada sektor publik lebih banyak

menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting).

2.3. Standar Akuntansi Organisasi Nirlaba

IAI (2011:45) menerangkan bahwa standar akuntansi keuangan merupakan

pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar

akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode yang dinyatakan sebagai

pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan dalam lingkungan tertentu.

Standar ini dapat diterapkan sepanjang masih relevan dengan keadaan perusahaan

yang bersangkutan. Akuntansi Keuangan di Indonesia disusun oleh Dewan

Standar Akuntansi Keuangan yaitu IAI . Indonesia juga telah memiliki Kerangka

Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan konsep

yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai

eksternal.

Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan Standar Akuntansi

Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan

relative terhadap kerangka dasar ini. Karena kerangka dasar ini dimaksudkan

sebagai acuan bagi Komite Penyusun Standar Akuntansi Keuangan dalam

mengembangkan standar akuntansi keuangan di masa datang dan dalam

peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka

banyaknya kasus konflik tersebut akan berkurang dengan berjalannya.

Page 31: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

18

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 45 merupakan standar khusus untuk

entitas nirlaba. Karakteristik entitas nirlaba sangat berbeda dengan entitas bisnis

yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara entitas

nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai

aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi

sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat

ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan. Sebagai

akibat dari karakteristik tersebut, dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu

yang jarang atau bahkan tidak pernah terja didalam entitas bisnis, contohnya

penerimaan sumbangan. Pada beberapa bentuk entitas nirlaba meskipun tidak ada

kepemilikan, entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang

dan kebutuhan operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada

publik. Akibatnya pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas

menjadi ukuran kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan

entitas tersebut, seperti kreditur dan pemasok dan lainnya.

2.4. Metode Pencatatan Organisasi Nirlaba

Dalam akuntansi terdapat metode pencatatan yang membedakan cara

pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya organisasi

nirlaba secara signifikan. Ada pun metode tersebut yaitu:

1. Metode Basis Kas Bastian (2007:80) menyatakan bahwa basis kas (cash

basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui pendapatan pada saat

diterimanya kas dan mengakui belanja atau biaya pada saat dikeluarkannya

kas. Ada pun karakteristik cash basis adalah sebagai berikut: (1)

Page 32: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

19

Mengukur aliran sumber kas; (2) Transaksi keuangan diakui pada saat uang

diterima / dibayarkan; (3) Menunjukkan ketaatan pada batas anggaran belanja dan

pada peraturan lain. Menghasilkan laporan yang kurang komprehensif bagi

pengambil keputusan.

2. Metode Basis Akrual Bastian (2007:80) menyatakan bahwa basis akrual

(accrual basis) adalah teknik pencatatan yang mengakui dan mencatat

transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan.

Cara pembukuan accrual basis membukukan pendapatan pada saat timbulnya

hak tanpa memperhatikan kapan penerimaan terjadi, sudah diterima atau pun

belum, serta membukukan pembelanjaan pada saat liabilitas terjadi tanpa

memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan, sudah atau belum. Accrual

basis akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi di masa lalu

dan berbagaihak dan liabilitas di masa yang akan datang. Accrual basis akan

mempunyai atau meliput semua aktivitas dibandingkan dengan cash basis.

2.5. Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

2.5.1. Tujuan Pembuatan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

IAI (2011:45) menyatakan bahwa tujuan utama dari pembuatan laporan

keuangan adalah “menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi

kepentingan para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran

kembali, anggota, kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi

entitas nirlaba.” Secara lebih rinci dijelaskan pula bahwa tujuan laporan keuangan

entitas nirlaba, termasuk catatan atas laporan keuangan, adalah untuk menyajikan

informasi mengenai:

Page 33: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

20

1. Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan asset neto entitas nirlaba;

2. Pengaruh transaksi, dan peristiwa lain yang mengubah nilai dan sifat

asset neto;

3. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu

periode dan hubungan antar keduanya;

4. Cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh

pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh pada

likuiditasnya;

5. Usaha jasa entitas nirlaba. Setiap laporan keuangan menyediakan informasi

yang berbeda, dan informasi dalam suatu laporan keuangan biasanya

melengkapi informasi dalam laporan keuangan yang lain.

Mardiasmo (2009:167) menyatakan tujuan laporan keuangan organisasi nirlaba

sebagai berikut.

a. Laporan keuangan organisasi non bisnis hendaknya dapat memberikan

informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber

daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan

keputusan yang rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.

b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon

penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam

menilai pelayanan yang diberikan oleh organisasi non bisnis serta

kemampuannya untuk melanjutkan member pelayanan tersebut.

c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon

penyedia sumber daya, serta calon pemakai lainnya dalam menilai

Page 34: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

21

kinerja manajer organisasi non bisnis atas pelaksanaan tanggungjawab

pengelolaan serta aspek kinerja lainnya.

d. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan

kekayaan bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan

kejadian ekonomi yang mengubah sumber daya dan kepentingan sumber

daya tersebut. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama

satu periode. Pengukuran secara periodik atas perubahan jumlah dan keadaan

/ kondisi sumber kekayaan bersih organisasi non bisnis serta informasi

mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang

dapat menunjukkan informasi yang berguna untuk menilai kinerja.

e. Memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi memperoleh dan

membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran

kembali utang, dan mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

likuiditas organisasi.

f. Memberikan penjelasan dan interpretasi untuk membantu pemakai dalam

memahami informasi keuangan yang diberikan.

2.5.2 Jenis Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba

IAI melalui PSAK 45 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba

menerangkan bahwa laporan keuangan entitas nirlaba meliputi:

1. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan merupakan nama lain dari

neraca pada laporan keuangan lembaga komersial. Laporan ini memberikan

informasi mengenai aset, liabilitas, dan asset neto serta informasi mengenai

Page 35: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

22

hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Tujuan dari

dibuatnya laporan posisi keuangan adalah sebagai dasar penilaian terhadap: (1)

Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan

(2) Likuiditas, fleksibilitaskeuangan, kemampuan memenuhi liabilitas, dan kebutuhan

pendanaan eksternal. Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara

keseluruhan dan harus menyajikan total aset, liabilitas dan asset neto.

2. Laporan Aktivitas. Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan asset neto

terikat permanen, terikat temporer dan tidak terikat dalam suatu periode.

Tujuan utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai: (1)

Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset

neto; (2) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lain; (3) Bagaimana

penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa.

Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan

jumlah perubahan asset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak

terikat dalam suatu periode. Perubahan asset neto dalam laporan aktivitas

tercermin pada asset neto atau ekuitas dalam laporan posisi keuangan.

3. Laporan Arus Kas. Tujuan umum laporan arus kas adalah menyajikan

informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.

Laporan ini digunakan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menggunakan arus tersebut. Penilaian penerimaan dan pengeluaran kas

didasari atas tiga macama ktivitas, yaitu: (1) Aktivitas Operasional; (2)

Aktivitas Investasi; (3) Aktivitas Pendanaan.

4. Catatan Atas Laporan Keuangan. Merupakan bagian dari laporan keuangan

yang tak terpisahkan karena berisikan penjelasan-penjelasan rinci atas akun-

Page 36: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

23

2.6 PenelitianTerdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian terdahulu sebagai

bahan perbandingan dan kajian untuk mempermudah dalam peyusunan penelitian

ini.

Gambar 2.1 Penelitian TerdahuluNO PENELITI JUDUL HASIL PENELITIAN

1 Eva Novita Sari (2018)

Akuntabilitas Keuangan Dalam Organisasi Keagamaan

Hasil pengolahan data diketahui bahwa kepercayaan dan wujud nyata dari penggunaan keuangan menjadi hal paling utama dalam praktik pertanggungjawaban keuangan gereja. Berdasarkan hasil penelitian, praktik pertangungjawban keuangan di Gereja Kristen Jawa Temon perlu pembenahan, terutama padapembuatanlaporan pertangungjawaban keuangan yang tidak rinci

2 Barbara Amelia Kristy (2017)

Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 45) Studi Kasus : Yayasan Bina Bakti)

Penyusunan laporan keuangan pada Yayasan Bina Bakti belum menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK No. 45

3 Eriek Kurniawan Koe (2017)

Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 45 Pada Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa PSAK No.45 belum diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan di Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea KlasisMakassar.

4 Wahyu Repi, Grace B. Mogi- Nangoi,Heince Wokas (2015

Analisis Penerapan PSAK No. 45 (Revisi 2011) Tentang Pelaporan keuangan Ebtitas Nirlaba PadaSTIKES Muhammadiyah Manado

Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah STIKESMuhammadiyah Manado belum menyusun laporan keuangan sesuai PSAK No.45. Laporan keuangan STIKES hanya berupa neraca saldo, sehingga untuk itu dilakukan pembuatan laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas dancatatan atas laporan keuangan.

5 Melisa Penerapan PSAK No. 45Pada GMIM Efrata

GMIM Efrata Sentrum Sonder belummenerapkan PSAK No. 45

Page 37: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

24

Gereja Toraja JemaatEben-Haezer Selili

Mamesah (2013)

Sentrum Sonder Kaitannya Dengan Kualitas Informasi Laporan Keuangan

6 Chenly RibkaS. Pontoh (2013)

Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No. 45 Pada Gereja Bukit Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah

Gereja Bukit Zaitun Luwuk Sulawesi Tengah belum menerapkan PSAK No. 45 .

Sumber : Jurnal dan Skripsi Terdahulu, Data Diolah, 2020

2.7. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional merupakan batasan konsep yang dipakai peneliti dalam

penelitian. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan bagian dari organisasi

nirlaba dan dalam hal ini Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan objek

dalam penelitian ini. Laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili belum

sesuai dengan PSAK No. 45 tentang organisasi nirlaba karena Gereja Toraja Jemaat

Eben-Haezer Selili mempunyai bentuk laporan dalam menyusun laporan pengelolaan

dana Gereja tersendiri.

Sebagai bagian dari organisasi nirlaba Gereja membutuhkan pencatatan laporan

keuangan yang lebuh baik lagi sesuai standar yang diberlakukan pada organisasi nirlaba

untuk menunjang program kegiatan dan pelayanan yang dilakukan oleh Gereja Toraja

Jemaat Eben-Haezer Selili.

2.8 Kerangka Pemikiran

Page 38: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

25

Gambar 2.2 : Kerangka Pemikiran

Page 39: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

26

BAB III

METODE PENELTIAN

3.1 Definisi Operasional

Laporan aktivitas berisi dua bagian besar yaitu besaran pendapatan dan biaya

lembaga non-profit selama suatu periode anggaran. Pendapatan yang berasal dari

kegiatan operasional lembaga, laporan aktivitas juga mencantumkan pendapatan

incidental atau pendapatan lain-lain. Beban atau biaya disajikan dalam laporan

aktivitas berdasarkan kriteria fungsional, dengan demikian beban biaya akan

terdiri dari biaya kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Laporan

aktivitas membantu pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kinerja masa

lalu dan memprediksi pencapaian dimasa depan.

Pengelolaan dana dalam gereja diperlukan metode yang efisien dan efektif

sehingga dalam pengelolaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan sehingga

jemaat dapat mempercayai pihak gereja dalam mengelola persembahan yang telah

diberikannya kepada Tuhan. Akuntabilitas keuangan gereja merupakan

tanggungjawab yang harus dilakukan secara jujur dan benar kepada Tuhan

maupun kepada warga jemaat. Dalam mengelola persembahan yang merupakan

tanda ungkapan syukur warga jemaat kepada Tuhan diperlukan kejujuran,

kebenaran dan rasa tanggungjawab yang sangat besar dalam mengelolanya untuk

dipertanggungjawabakan pelaporannya secara transparan. Bentuk akuntabilitas

keuangan yang dilakukan Pada Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yaitu

dengan pencatatan laporan keuangan yang dikakukan secara transparan dan jujur

Page 40: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

27

dari dana masuk dan hingga penggunaannya. Transparansi merupakan nilai utama

dari akuntabilitas, karena transparansi adalah wujud dari keterbukaan suatu

organisasi nirlaba.

3.2. Jangkauan Penelitian

Setiap penelitian yang akan dilakukan harus dibatasi dan difokuskan pada

suatu hal tertentu agar penelitiaan yang dilakukan tepat sesuai tujuan. Jangkauan

dari penelitian ini memfokuskan pada masalah penyusunan laporan aktifitas

keuangan pada Gereja berdasarkan PSAK No. 45.

3.3. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari

objek penelitian dalam bentuk informasi baik lisan maupun tulisan. Sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli atau

data baru yang bersifat up to date. Teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data primer antara lain dengan melakukan pengamatan

dan melakukan wawancara dengan perwakilan organisasi yang ditunjuk

oleh pemimpin organisasi. Dalam penelitian ini data primer diperoleh

secara langsung melalui wawancara dengan bagian keuangan, pendeta

mauupun tata usaha Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili yang

dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penyelesaian

skripsi ini.

2. Data sekunder merupakan data yang didapat atau dikumpulkan dari berbagai

Page 41: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

28

sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari data internal

organisasi, buku-buku, laporan, jurnal, dan lain-lain. Dalam penelitian ini

data sekunder diperoleh melalui laporan keuangan dan data-data yang

didapatkan dari Gereja Toraja Jemaat Eben Haezer Selili dan dari jurnal

ilmiah.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pada penulisan penelitian ini menggunakan metode langsung, yaitu dengan

cara mendatangi subjek penelitian secara langsung untuk meneliti, mengadakan

wawancara, mengumpulkan data, dan menyimpulkan informasi yang telah

diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan dua prosedur penelitian, yaitu:

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

gambaran dari sudut pandang subjek melalaui media tertulis dan dokumen

lainnya yang dibuat oleh subjek yang bersangkutan. Data yang diperoleh dari

gambaran umum gereja dan pengkopian data-data mengenai pelaporan

aktivitas keuangan yang berasal dari Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

untuk mendukung penelitian.

2. Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan secara langsung yaitu menemui narasumber

obyek penelitian yang merupakan bendahara Gereja selaku pembuat laporan

keuangan yang diteliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan sehingga

dapat menjawab rumusan permasalah yang telah dipaparkan sebelumnya.

Page 42: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

29

3.5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang dibutuhkan diperoleh selanjutnya data tersebut diolah dan

dianalisis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif deskriptif, yaitu metode yang sifatnya menguraikan, menggambar,

membandingkan suatu data dan keadaan serta menerangkan suatu keadaan

sedemikian rupa sehingga dapatlah ditarik kesimpulan. Dikemukakannya konsep

teoritis dan gambaran mengenai objek penelitian dengan melihat penerapan

akuntabilitas pengelolaan keuangan yang dijalankan oleh Gereja sesuai dengan

Tata Gereja Toraja agar pertanggungjawaban yang dilakukan mendapatkan

kepercayaan dari jemaat maupun donatur. Dalam penelitian ini, data yang telah

dikumpulkan sebelumnya dari hasil pengamatan dan wawancara dihubungkan

dengan literatur-literatur, teori-teori, maupun aturan-aturan yang berhubungan

dengan permasalahan, kemudian dilakukan analisis dari informasi yang telah

terkumpul dan menarik kesimpulan dari hasil analisis untuk memperoleh hasilnya.

Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi

laporan keuangan yaitu laporan aktivitas Jemaat Eben–Haezer Selili. Adapun

langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjawab permasalahan

diatas adalah membandingkan antara dasar aturan, dan temuan dari laporan

keuangan yang dilaporkan oleh Jemaat Eben – Haezer Selili yaitu laporan

aktivitas berdasarkan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK45). Kriteria penilaian untuk membandingkan antara dasar aturan, dan

temuan dari laporan Aktivitas keuangan yang dilaporkan oleh Gereja Totaja

Jemaat Eben – Haezer Selili adalah sebagai berikut:

Page 43: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

30

Sesuai

Kriteria penilaian dikatakan sesuai apabila Jemaat Eben – Haezer Selili membuat laporan aktivitas sudah sama menurut ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45).

Tidak SesuaiKriteria penilaian dikatakan tidak sesuai apabila Jemaat Eben – Haezer Selili membuat laporan aktivitas yang tidak sama menurut ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45).

No Paragraf KetentuanLaporan Aktivitas

1 21 Laporan aktivitas menyajikan jumlah perubahan aset netoterikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.

2 23

Laporan aktivitas menyajikan pendapatan sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, dan menyajikan beban sebagai pengurang aset neto tidakterikat.

3 25

Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui dari investasi dan aset lain (atau liabilitas)sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat, kecuali jika penggunaannya dibatasi.

4 27Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan beban secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh SAK atau SAK ETAP.

Tabel 3.1 Ketentuan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 45) yang digunakan untuk membandingkan laporan aktivitas

Page 44: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

31

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

Berdasarkan catatan dan informasi yang ada, cabang kebaktian ini mulai

dibuka sejak tahun 1993, didorong semangat iman dan rasa kebersamaan yang

tinggi akhirnya ibadah pertama di adakan dirumah Bapak Marthen Belopadang,

karena belum memiliki gedung Gereja, sehingga ibadah hari minggu dilaksanakan

di rumah anggota jemaat secara bergantian. Setelah mengadakan ibadah dari

rumah kerumah akhirnya jumlah peserta ibadah semakin banyak dan tempat tidak

cukup untuk menampung lagi maka diputuskan untuk membeli sebidang tanah

untuk membangun Gedung Gereja. Sejak cabangkebaktian Sei Kerba dibuka

tahun 1993, perkembangan dan kemajuan terus nampak, baik pembangunan fisik

maupun non fisik. Dari segi perkembangan fisik, gedung Gereja dimulai peletakan

batu pertama pada tanggal 13 Mei 1996 dalam jangka waktu beberapa bulan,

cabang ini telah memiliki satu gedung Gereja permanen yang terletak di Jl. Lumba

–Lumba RT. 17 Kel.Selili.

Ibadah hari minggu yang pertama di gedung Gereja ini, dilaksanakan pada

tanggal 01 Desember 1996, berdasarkan keputusan siding klasis di atas tentang

pendewasaan cabang Kebaktian Sei Kerbau menjadi Jemaat Eben – Haezer Selili

Samarinda, maka majelis Gereja Jemaat Moria Mangkupalas Cabang Kebaktian

Sei Kerbau mengambil keputusan untuk mengadakan ibadah syukur pendewasaan

Page 45: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

32

yang dirangkaikan dengan ibadah natal pada tanggal 12 Desember 1999 dengan

nama “Jemaat Eben-Haezer Selili Samarinda Ilir”, ibadah dipimpin oleh

Proponen Yohanis L. Tatung, S.Th dengan Bapak Pdt. Markus Lolo, S.Th

sedangkan pembacaan naskah / keputusan pendawasaan jemaat dilaksanakan

oleh Badan Pekerja Klasis yang diwakili oleh Bapak Pdt. Yesaya Tulak, S.Th dan

pada tanggal 12 Desember 1999 inilah yang ditetapkan sebagai hari ulang tahun

jemaat yang akan diperingati setiap tahun.

4.1.2 Analisis Data

Dari hasil wawancara dengan Ibu Hermina selaku bendahara Gereja Toraja

Jemaat Eben-Haezer Selili, maka didapatkan format laporan keuangan yang

dimiliki Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Melalui laporan ini, maka telah

diketahui bahwa Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili hanya membuat laporan

keuangan bulanan, dimana dalam pelaporan bulanan ini hanya berisi laporan

penerimaan dan laporan pengeluaran untuk kegiatan yang telah di programkan

atau yang telah menjadi rencana kegiatan dalam satu tahun. Adapun pendapatan

yang diterima untuk mendukung semua kegiatan operasional Gereja Toraja

sebagai berikut :

1. Persembahan dari anggota jemaat. Dalam hal ini, semua persembahan

yang masuk melalui kotak maupun pundi persembahan itu semua

digunakan untuk menjalankan semua kegiatan operasional gereja

berdasarkan pos-pos yang telah ditentukan.

2. Lelang. Biasanya lelang ini dibawa langsung oleh anggota jemaat

sebagai tanda syukur yang nantinya akan di uangkan untuk mendukung

Page 46: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

33

pelayanan yang ada di gereja.

3. Donatur. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili merupakan

organisasi nirlaba, yang dimana sumber pendapatannya didapat dari

donatur untuk mendukung kegiatan operasionalnya, terkadang berupa

uang ataupun berupa barang yang dibutuhkan oleh gereja.

4. Saldo kepanitiaan. Biasanya kepanitiaan dibentuk oleh pengurus atau

majelis gereja untuk kegiatan yang membutuhkan dana yang cukup

besar, setelah kepanitiaan dibubarkan maka sisa saldo yang dimiliki

panitia dimasukan ke dalam kas gereja.

5. Subsidi dari setiap organisasi yang ada dilingkup Gereja Toraja Jemaat

Eben- Haezer Selili. Dalam hal ini, setiap organisasi yang terdapat

dalam Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili tidak dipaksakan untuk

memberikan sumbangannya ke dalam kas gereja.

Sedangkan pengeluaran yang dikeluarkan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer

Selili sebagai berikut :

1. Tunjangan Pekerja Gereja dan Badan Pekerja Gereja. Yang termasuk sebagai

pekerja gereja meliputi Pendeta Jemaat, Proponen, Tata Usaha, Wakar, dan

Juga Koster (bagian kebersihan gereja), Bendahara 1, Bendahara 2, Sekertaris

1 dan Sekertaris 2.

2. Biaya Program. Dalam hal ini, semua program yang telah dirancangkan

akan dibiayai oleh kas gereja untuk mendukung pelayanan yang ada di gereja

tersebut.

3. Biaya Operasional. Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Gereja

Page 47: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

34

Toraja Jemat Eben-Haezer Selili untuk pendanaan operasional. Seperti:

pembayaran pajak kendaraan, listrik, air, bbm, dan lain-lain.

4. ATK Kesertariatan. Biaya ini dikeluarkan untuk membeli perengkapan

kantor. Seperti : kertas, tinta, fotocopy, buku renungan, dan lain-lain.

5. Biaya lain-lain.biaya lain-lain merupakan biaya yang dikeluarkan oleh Gereja

Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili. Biaya lain-lain meliputi biaya yang

dikeluarkan untuk biaya yang tak terduga.

Sedangkan untuk aset tetap yang dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben- Haezer

Selili untuk perhitunganbeban beban depresiasi asset tetap adalah :

No. Aset Tetap Tahun

Perolehan

Beban Depresiasi

Tahun 2020 (Metode

Garis Lurus)

1 Komputer 2019 Rp. 800.000

2 Printer 2019 Rp. 260.000

3 Ac 2017 Rp. 11.100.000

4 Lcd 2019 Rp. 980.000

5 Motor 2015 Rp. 8.800.000

6 Keyboard 2020 Rp. 2.520.000

7 Sound System 2018 Rp. 17.610.000

8 Lemari Arsip 2016 Rp. 1.680.000

Tabel 4.1 Beban Depresiasi Aset Tetap

Page 48: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

35

Gedung. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 gedung yaitu

gedung gereja dan gedung pastori (gedung yang dipakai untuk tempat tinggal oleh

pendeta jemaat). Dengan memiliki luas 360 m2. Gereja Toraja Jemaat Eben-

Haezer Selili memiliki aset gedung yang terbagi menjadi 2 gedung. Harga

perolehan dari gedung tersebut menggunakan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

adalah Rp. 54.000.000

1. Komputer. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit

komputer dengan merek LG yang digunakan untuk keperluan kantor.

2. Komputer:

Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit komputer.

Komputer yang dimiliki merek LG dengan harga perolehan Rp 5.000.000

3. Printer. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili juga memiliki 1 unit printer

untuk membantu perlengkapan kantor mencetak surat-surat, laporan, dan

juga liturgi yang akan dipakai.

Print: Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit print merek Epson

dengan harga perolehan Rp 2.300.000.

4. AC. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 6 unit ac merek LG

yang digunakan dalam gedung gereja. AC. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer

Selili memiliki 6 unit ac merek LG yang digunakan dalam gedung gereja.

Harga perolehan dari AC Rp. 3.250.000 x 6 unit = Rp. 19.500.000

5. LCD.Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit LCD yang

digunakan untuk mendukung pelayanan hari minggu dalam bidang

Page 49: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

36

multimedia.LCD.Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit LCD

dengan merek Sony, dengan harga perolehan Rp. 5.900.000

6. Motor. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 unit motor yaitu

motor Honda 125D Tahun 2016 dan motor jupiter tahun 2015.Motor. Gereja

Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 2 unit motor yaitu motor Honda

125D Tahun 2016 dan motor jupiter tahun 2015. Dengan harga perolehan

sekarang Rp. 8.800.000

7. Keyboard. Gereja Toraja Memiliki 1 unit alat music keyaboard dengan merek

Yamaha. Keyboard. Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili memiliki 1 unit

alat music dengan merek Yamaha dengan harga perolehan Rp. 14.000.000

8. Perangkat Sound System. Gereja Toraja juga memiliki perangkat sound

system untuk mendukung pelayanan dalam ibadah. Perangkat Sound System.

Gereja Toraja juga memiliki perangkat sound system dengan harga perolehan

Rp. 30.350.000

9. Lemari Arsip. Lemari arsip digunakan untuk menyimpan barang-barang

untuk inventaris gereja. Lemari Arsip. Lemari arsip digunakan untuk

menyimpan barang-barang untuk inventaris sebanyak 3 buah dengan harga

perolehan Rp. 2.800.000 x 3 = Rp. 8.400.000

4.2 Pembahasan

4.2.1 Penyusunan Laporan Aktivitas

Menyusun laporan aktivitas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

periode Januari-November 2020. Berdasarkan dari laporan keuangan bulanan

yang sederhana yang dimiliki terdiri dari penerimaan dan pengeluaran yang

Page 50: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

37

dilakukan oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili, maka laporan

penerimaan dan pengeluaran kas Gereja Eben-Haezer Selili periode Januari-

November 2020 sebagai berikut :

GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI(dalam Rupiah)

PENDAPATAN : JUMLAH TOTALSaldo Awal 62.762.675Persembahan 324.968.450Lelang 6.915.000Subsidi 5.000.000Administrasi Pernikahan 500.000Pendapatan Lain-Lain 1.970.900JUMLAH 402.117.025

PENGELUARAN:Tunjangan Pekerja Gereja dan PMG 109.335.580Biaya Program 81.702.500Subsidi dan Iuran 76.300.000Biaya Operasional 19.657.254ATK Kesekertariatan / Perlengkapan Kantor 17.903.000Biaya Lain-lain 28.271.700JUMLAH 333.170.034

LABA BERSIH 68.946.991Sumber: Gereja, 2020Tabel 4.2 : Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas

Dalam penyajian laporan keuangan Gereja tidak ada pengklasifikasan atas

akun aset neto tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen hal ini

dikarenakan masih lemahnya pemahaman mengenai pencatatan laporan keuangan

organisasi nirlaba yang distandarkan oleh PSAK No. 45, hal tersebut dipaparkan

langsung oleh narasumber yang diwawancarai bahwa pemahaman akan

pengklasifikasian akan aset tidak terikat, terikat temporer dan terikat permanen

belum dikuasai oleh pembuat laporan keuangan sehingga pencatatan hanya dicatat

Page 51: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

38

sebagai pendapatan bilamana menambah kas dan biaya bilaman hal

tersebut mengurangi uang kas Gereja.

GEREJA TORAJA JEMAAT EBEN-HAEZER SELILI LAPORAN AKTIVITAS

PERIODE 30 NOVEMBER 2020(dalam rupiah)

PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKATPendapatan:Donatur / Subsidi 5.000.000Jasa layanan 324.968.450Lelang 6.915.000Administrasi Pernikahan 500.000Lain-lain 1.970.900Jumlah Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat 339.354.350Aset Bersih yang Dibebaskan dari Pembatasan (Catatan C) 0Pemenuhan Program Pembatasan 43.570.000Jumlah Aset yang telah berakhir pembatasannya 43.750.000Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan Sumbangan Lain 383.104.350Beban:Tunjangan Pekerja Gereja dan PMG 109.335.580Biaya Program 81.702.500Subsidi dan Iuran 76.300.000Biaya Operasional 19.657.254ATK Kesekertariatan / Perlengkapan Kantor 17.903.000Biaya Lain-lain 28.271.700Jumlah Beban 333.170.034Penurunan Jumlah Aset Bersih Tidak Terikat 49.934.316Pemenuhan Program PembatasanDonatur / Subsidi 0Pemenuhan Program Pembatasan 43.750.000Kenaikan Aset Bersih Terikat (43.750.000)Kenaikan Aset Bersih 6.184.316Aset Bersih pada Awal Tahun 62.762.675Aset Bersih pada Akhir Tahun 68.946.991Sumber: Data diolah penulisTabel 4.3 : Laporan Aktivitas Berdasarkan PSAK No. 45

Page 52: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

39

Penerapan Laporan Aktivitas menurut PSAK No. 45 pada Gereja

Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

Laporan Aktivitas menyajikan saldo aset bersih pada akhir tahun yang

merupakan hasil dari penjumlahan kenaikan aset bersih dan saldo aset bersih pada

awal tahun.

a. Pendapatan dan Penghasilan Tidak Terikat

Dalam Laporan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili Pendapatan dan

Penghasilan Tidak terikat terdiri dari Donatur, Jasa Layanan, Penghasilan Dari

Investasi, dan lain-lain. Nilai Sumbangan yang disajikan merupakan total

sumbangan dari dana yang dikumpulkan oleh jemaat melalui kegiatan usaha

dana Gereja. Untuk nilai yang disajikan pada akun Penghasilan dari Investasi

merupakan total nilai hasil investasi Gereja yaitu nilai dari Surat

Berharga/Surat Gereja. Sedangkan untuk pendapatan lain-lain adalah total

pendapatan dari perpuluhan, sampul syukur, nazar dan penerimaan lain-lain

Gereja.

b. Aset Bersih yang Dibebaskan dariPembatasan

Pemenuhan program pembatasan yang termasuk dalam aset bersih yang

dibebaskan dari pembatasan merupakan total aset yang dikeluarkan

untuk program pembatasan, nilai ini juga secara langsung merupakan

jumlah aset yang pembatasannya telah berakhir karena telah digunakan

untuk pemenuhan program yang telah dibatasi. Perhitungannya dapat

dilihat dalam Catatan C di Catatan Atas Laporan Keuangan.

c. Jumlah Pendapatan, Penghasilan dan SumbanganLain

Page 53: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

40

Merupakan total dari penjumlahan jumlah aset yang telah berakhir

pembatasannya dengan jumlah pendapatan dan penghasilan tidak

terikat.

d. Beban dan Pengeluaran

Yang termasuk dalam beban dan pengeluaran adalah semua penggunaan

dana untuk membiayai program setiap bidang, operasional Gereja,

pelunasan kewajiban ke Sinode dan lain-lain.

e. Pemenuhan Program Pembatasan

Yang disajikan dalam pemenuhan program pembatasan adalah total

sumbangan terikat, dan aset bersih yang terbebaskan dari pembatasan.

Page 54: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

41

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Gereja merupakan salah satu organisasi nirlaba, yang harus dan wajib

membuat laporan keuangan untuk di laporkan kepada anggota jemaat. Tujuannya

agar anggota jemaat tahu bagaimana cara gereja melakukan pengelolaan

keuangannya. Jika pelaporan keuangan dilakukan secara transparan, harapannya

dapat memotivasi para anggota jemaat dan donatur untuk memberikan bantuan

dana terhadap gereja untuk menunjang kegiatan pelayanan yang telah

diprogramkan. Bentuk laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

dibuat sederhana berupa laporan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan

kebutuhan Gereja dan disesuaikan dengan program kerja yang ditetapkan setiap

tahun. Penyajian laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

belum sesuai dengan PSAK No.45, hal ini membuat Gereja Toraja Jemaat Eben-

Haezer Selili belum memadai dalam menyampaikan informasi mengenai kondisi

keuangan dan kinerja organisasi.

5.2 Saran

Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, keterbatasan dalam

menyampaikan informasi penyusunan laporan keuangan Gereja Toraja Jemaat

Eben-Haezer Selili dipengaruhi faktor sumber daya manusia. Dimana dalam hal

ini belum mendapatkan pelatihan khusus dan kurangnya pengetahuan serta

keterampilan dalam mengelola keuangan gereja. Jika sumber daya manusia yang

dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili mendapatkan pelatihan

Page 55: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

42

khusus dalam mengelola dan memberikan informasi keuangan serta memiliki

kemauan dalam menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan PSAK

No. 45 maka penerapan PSAK No. 45 dapat digunakan oleh Gereja Toraja Jemaat

Eben-Haezer Selili.

Oleh karena itu, penulis memberikan beberapa saran yang mungkin dapat

dipertimbangkan oleh bendahara keuangan Gereja selaku sebagai penyusun

laporan keuangan dan laporan aktivitas Gereja. Saran tersebut berupa alangkah

baiknya laporan keuangan Gereja mencatat beban biaya penyusutan dari aset yang

dimiliki karena mengingat Gereja Jemaat Eben-Haezer memiliki aset seperti

tanah, bangunan Gereja, dan juga kendaraan yang memiliki nilai ekonomis

sehingga aset tersebut perlu untuk dilakukan pencatatan atas biaya yang

dikeluarkan dan apabila sewaktu-waktu aset tersebut dijual atau ditukar tambah

dengan aset yang baru maka akan lebih mudah untuk menilai berapa sisa dari nilai

ekonomis dari aset-aset tersebut. Kemudian untuk penyajian laporan keuangan

diharapkan dapat menyesuaikan dengan PSAK No. 45 hal ini berarti pembuat

laporan keuangan Gereja diharapkan dapat menambah pengetahuannya tentang

laporan keuangan organisasi nirlaba yaitu memahami peraturan yang telah

ditetapkan oleh PSAK No. 45 sehingga laporan yang disajikan dapat dijamin

keabsahannya karena menyesuaikan dengan peraturan yang telah ditetapkan.

5.3 Keterbatasan Dalam Penelitian

Penelitian ini bukan merupakan penelitian yang sempurna. Penelitian ini

memiliki keterbatasan yang memengaruhi hasil temuan. Keterbatasan tersebut

adalah penyajian laporan keuangan untuk entitas nirlaba tidak lagi menggunakan

PSAK No. 45, karena untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah

Page 56: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

43

tanggal 1 Januari 2020 dimulainya penerapan ISAK 35 tentang Penyajian

Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. Penalitian ini masih

menggunakan PSAK No. 45 sebagai alat analisis dikarenakan keterbatasan waktu

peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah laporan aktivitas keuangan

yang dibuat oleh Gereja Jemaat Eben-Haezer sesuai dengan ketentuan PSAK No.

45, berdasarkan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya maka kesimpulan

yang didapat adalah laporan keuangan yang dibuat oleh bendahara Gereja belum

sesuai dengan PSAK No.45 dikarenakan pencatatan laporan keuangan dapat

digolongkan dalam pelaporan keuangan yang sederhana. Karena hanya sebatas

bukti kas masuk dan kas keluar saja. Hal ini membuat Gereja Toraja Jemaat Eben-

Haezer Selili minim dalam menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan

dan kinerja organisasi. Padahal, jika Gereja Toraja Jemaat Eben Haezer Selili

menerapkan PSAK 45 dapat membantu dalam menyusun dan melaporkan kondisi

keuangan serta kinerja organisasi.

Keterbatasan dalam menyampaikan informasi penyusunan laporan keuangan

Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili dipengaruhi faktor sumber daya

manusia. Dimana dalam hal ini, belum mendapatkan pelatihan khusus dan

kurangnya pengetahuan serta keterlampilan dalam mengelola keuangan gereja.

Jika sumber daya manusia yang dimiliki oleh Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer

Selili mendapatkan pelatihan khusus dalam mengelola dan memberikan informasi

keuangan serta memiliki kemauan dalam menerapkan penyusunan laporan

keuangan berdasarkan PSAK 45.

Page 57: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

44

DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Sektor Publik. (2011). BPFE.

Akuntansi Sektor Publik (Edisi Keti). (2013). BPFE.

Exposure Draft PSAK 01 Penyajian Laporan Keuangan. (2013). Ikatan Akuntan Indonesia. https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011%0A/04/ED_P

SAK_1_2013-2013-JULI-23.pdf

Himawan, P. (2015). Rekonstruksi Laporan Keuangan Gereja Kristen Jawi Wetan Gresik Berdasarkan PSAK NO.45. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.

Koe, E. K. (2017). Evaluasi Penyusunan Laporan Keuangan Menurut PSAK 45 Pada Gereja Toraja Klasis Makassar Jemaat Tamalanrea. Skripsi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset.

Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik (Edisi Empa). Penerbit ANDI. Nainggolan, P.

(2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Yayasan BinaIntegrasi Edukasi.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. (2015). Ikatan Akuntan Indonesia.

Pontoh, C. R. S. (2013). Penerapan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba Berdasarkan PSAK No 45 Pada Gereja BZL. Jurnal EMBA, 1, 3.

PSAK 45. (2011). Ikatan Akuntan Indonesia. http://keuanganlsm.com/finance/wpcontent/plugins/downloadmonitor/dow% 0Anload.php?id=PSAK-No.-45-Pelaporan-Keuangan-Entitas Nirlaba Revisi%0A2011.pdf

Page 58: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

45

LAMPIRAN

Page 59: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

46

LAMPIRAN I

Struktur Pengurus Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

Page 60: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

47

Lampiran 2

Laporan Penerimaan Kas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

.

Page 61: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

48

Lampiran 3Laporan Pengeluaran Kas Gereja Toraja Jemaat Eben-Haezer Selili

Page 62: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

49

Lanjutan Lampiran 3

Page 63: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

50

Lanjutan Lampiran 3

Page 64: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas

51

Lampiran 4Pajak Bumi Dan Bangunan

Page 65: HALAMAN PENGESAHAN · Web view(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009: 1). Namun dalam perkembangan selanjutnya, organisasi nirlaba dapat menerima sumber daya lain dari hasil pendapatan atas