Upload
manurung4
View
935
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guinensis Jacq.)
LAPORAN
OLEH :
AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR. S.Si, M.Sc 19730527 200512 002
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
Universitas Sumatera Utara
HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guinensis Jacq.)
Hama-Hama Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.)
Bagian Tanaman yang diserang : pupus daun (daun tombak).
Stadia hama yang merugikan : kumbang.
Siklus Hidup
Siklus hidupnya berlangsung sekitar 5 – 6 bulan, masa inkubasi 2 minggu,
masa Instar 3 minggu, masa pupa 3 minggu, masa kelangsungan seksual 3
minggu, pra pupa 3 – 4 bulan. Larva berkembang pada kayu lapuk,bekas
tumbangan pohon sawit, kompos dan hampir pada semua bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan dengan kelembaban yang cukup, termasuk
batang kelapa sawit.
Gambar 2. Telur, Larva, Pupa & Imago Oryctes rhinoceros L. Sumber : http://www.biolib.cz (Diakses tanggal 16 Juli 2011)
Gejala Serangan
Kumbang ini membuat lobang di dalam pupus daun yang belum
membuka, dimulai dari pangkal pelepah. Pada waktu pupus daun membuka akan
terlihat tanda serangan berupa potongan simentris dikedua sisi pelepah daun
tersebut. Pada tanaman muda, serangan hama ini akan menghambat pertumbuhan
dan bahkan dapat mematikan tanaman kelapa sawit pada tahun pertama.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Gejala Serangan Oryctes rhinoceros L.
Sumber : Foto Langsung (2011)
Metode Sensus
Sensus dilaksanakan dengan norma 0,2 Us/ha. Setiap petugas memeriksa
semua pohon. Pohon yang terserang diberi tanda sesuai kriteria serangan dan
dicatat pada formulir sensus yang telah tersedia. Apabila dijumpai serangan baru
dan kumbang masih berada dalam lobang korekan, kumbang tersebut segera
dikeluarkan dan dimatikan dan dibawa ke kantor Afdeling sebagai bukti.
Demikian juga apabila pupus mengalami serangan dan sudah membusuk, pupus
tersebut segera ditarik supaya tunas baru dapat tumbuh kembali dengan lurus.
Kriteria Serangan :
Ringan : Tanaman dikorek, pucuk belum rusak
Sedang : Tanaman dikorek, pucuk rusak tetapi tumbuh lagi
Berat : Tanaman dikorek, pucuk tidak tumbuh dan perlu disisip.
Pengendalian
Pengendalian dimulai sejak persiapan lahan untuk penanaman baru atau
peremajaan yang dilakukan dengan cara :
Menanam tanaman penutup tanah (kacangan) dengan baik, khususnya
rumpukan batang harus tertutup 100%.
Universitas Sumatera Utara
Menanam Koro Benguk (Mucuna sp.)
Pemberantasan / Pengendalian secara manual dan kimia
a. Cara Manual
Mengeluarkan dan mengumpulkan kumbang. Tindakan pengendalian ini
harus dilakukan sedini mungkin. Oryctes dikeluarkan dengan menggunakan kawat
yang berbentuk panah.
b. Cara Kimiawi
Mempergunakan insektisida seperti marshall, diazinon, dengan
mempergunakan dosis satu sendok makan. Insektisida tersebut dituangkan ke atas
pupus daun kelapa sawit.
2. Ulat Api (Thosea asigna van Eecke.)
Siklus Hidup
Telur berwarna kekuningan diletakkan berderet 3 – 4 baris pada daun
sebanyak ± 40 butir setiap bertelur. Masa penetasan telur 6 – 8 hari.
Stadia ulat berlangsung 50 hari yang terdiri dari 8 – 9 instar. Ulat hidup
berkelompok di permukaan daun atau di sekitar tempat penetasan telur.
Panjang ulat dewasa 25 – 35mm. Ulat dewasa akan menjatuhkan diri ke
tengah untuk memulai untuk masa berkepompong.
Kepompong berbentuk oval berwarna hitam kecoklatan dengan diameter
15 – 20mm. Masa kepompong ± 40 hari.
Kupu – kupu berwarna coklat dengan garis – garis pada sayap depan.
Rentangan sayap depan 20 – 30mm. Siklus hidup hama ini lebih dari 3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Larva dan imago Thosea asigna van Eecke
Sumber : http://www.mothsofborneo.com (Diakses tanggal 16 Juli 2011)
Gejala Serangan
Hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun nomor 9 – 25 yaitu
daun yang memang dalam keadaan aktif dan merupakan hama yang utama di
Sumatera Utara. Hama yang menyerang pada stadia ulat dimana ulat ini sangat
rakus, mampu mengkonsumsi dau 300 - 500 cm2/ekor ulat. Tingkat populasi 5 -
10 ulat/pelepah merupakan populasi kritis ( TBM = 5, TM = 10 )
Gambar 5. Gejala Serangan Thosea asigna van Eecke
Sumber : Foto Langsung (2011)
Pengendalian
1. Secara Fisik
Pengutipan ulat atau handpicking yang dilakukan pada tanaman muda
umur 1 – 3 tahun, apabila luas areal yang mengalami serangan mencapai 25 ha.
Universitas Sumatera Utara
Pengutipan ulat dapat dimulai apabila pada pemeriksaan global banyak ulat yang
ditemukan 3 – 5 ekor/pelepah.
2. Secara Biologi
Dilakukan dengan menggunakan insektisida biologi yang siap pakai
seperti: Bactospeine PO, Dipel WP, Thuricide HP yang mengandung bakteri
Basillus thuringiensis dan Turnera subulata ( Bunga Pukul Delapan )
3. Secara Kimiawi
Dengan cara fogging (pengasapan) yang menggunakan alat berupa fulsfog,
yang biasanya menggunakan campuran insektisida (Decis 25 EC) dan solar
dengan dosis 2000 cc insektisidan dan 3000 cc solar untuk fulsfog K 10 Bio
dengan kapasitas tangki 5000 cc.
3. Ulat Kantung ( Metisa plana Walker.)
Siklus Hidup
Telur diletakkan dibawah permukaan daun secara berkelompok sekitar 100-
300 butir. Telur berwarna kecoklatan dimana stadia telur berkisar 18 hari.
Panjang ulat mencapai 12 mm, dimana ulat hidup dalam kantung yang
panjang nya 16 – 17 mm. Ulat berwarna kecoklatan dengan stadia ulat berkisar 50
hari yang terdiri dari 4 – 5 instar.
Pada masa kepompong kantung ini menggatung di permukaan bawah
helaian daun dengan benang penggantungnya berbentuk kait. Stadia kepompong
berkisar 25 hari.
Kupu – kupu betina berbentuk seperti ulat, sedangkan kupu – kupu jantan
memiliki sayap dengan rentangan sayap 17 – 20 mm, berantena panjang dan
Universitas Sumatera Utara
berbulu. Sayap berwarna coklat kehitaman. Siklus hidup hama ini sekitar 3 bulan.
Tingkat populasi kritis adalah 5 ekor/pelepah.
Gambar 6. Ulat Kantung (Metisa plana Walker.)
Sumber : Foto Langsung (2011)
Gejala Serangan
Bagian tanaman yang diserang ulat ini adalah daun, terutama pada
tanaman dewasa. Daun yang diserang ulat kantung Metisa plana dapat menjadi
kering seperti terbakar karena ulat pada saat memakan daun mengeluarkan cairan
yang bersifat racun.
Gambar 7. Gejala Serangan Metisa plana Walker.
Sumber : Foto Langsung (2011)
Pengendalian
1. Secara Fisik
Pengutipan ulat atau handpicking yang dilakukan pada tanaman muda umur
1 – 3 tahun, apabila luas areal yang mengalami serangan mencapai 25 ha.
Universitas Sumatera Utara
Pengutipan ulat dapat dimulai apabila pada pemeriksaan global banyak ulat yang
ditemukan 3 – 5 ekor/pelepah.
2. Secara Biologi
Dilakukan dengan menggunakan insektisida biologi yang siap pakai seperti:
Bactospeine PO, Dipel WP, Thuricide HP yang mengandung bakteri
Basillus thuringiensis.
3. Secara Kimiawi
Dengan menggunakan insektisida anjuran yang dapat dilakukan dengan
cara infus akar, yang biasanya menggunakan insektisida sistemik dalam bentuk
cairan seperti senyawa Monokrotofos (Azodrin 15 WSC/Nufacron 20 SCW) dan
infus batang dengan menggunakan jenis insektisida Decis 2,5 EC, Matador 2,5
EC.
4. Ulat Kantung (Mahasena corbetti Tams.)
Siklus Hidup
Kupu-kupu betina meletakkan telur di dalam kantungnya sebanyak 200-
300 butir. Stadia telur berkisar 16 hari.
Ulat berwarna kecoklatan dan tinggal di dalam kantong. Ulat muda akan
mengeluarkan benang sutera yang panjang dimana ulat ini dapat menggantung.
Stadia ulat berkisar 80 hari.
Kepompong terbuat dari potongan daun yang direkat dengan benang
sutera. Besar kantung dapat mencapai 30 mm. Stadia kepompong berkisar 30
hari.
Universitas Sumatera Utara
Ngengat betina tetap terbentuk seperti ulat, tidak bersayap dan tetap berada
dikantongnya. Panjangnya 50 mm. Ngengat jantan bersayap normal dengan
rentang sayap 30 mm berwarna coklat polos. Siklus hidup hama ini sekitar 4
bulan.
Gambar 8. Ulat Kantung Mahasena corbetti Tams.
Sumber : http://www.malaeng.com (Diakses tanggal 16 Juli 2011)
Gejala Serangan
Hama ini menyerang daun. Ulat muda biasanya terdapat pada permukaan
atas daun dan yang lebih tua pindah ke permukaan bawah. Gejala terlihat berupa
adanya lubang-lubang pada daun sehingga daun menjadi kering.
Gambar 9. Gejala Serangan Mahasena corbetti Tams.
Sumber : Foto Langsung (2011)
Pengendalian
1. Secara Fisik
Pengutipan ulat atau handpicking yang dilakukan pada tanaman muda
umur 1 – 3 tahun, apabila luas areal yang mengalami serangan mencapai 25 ha.
Universitas Sumatera Utara
Pengutipan ulat dapat dimulai apabila pada pemeriksaan global banyak ulat yang
ditemukan 3 – 5 ekor/pelepah.
2. Secara Biologi
Dilakukan dengan menggunakan insektisida biologi yang siap pakai
seperti : Bactospeine PO, Dipel WP, Thuricide HP yang mengandung bakteri
Bacillus thuringiensis.
3. Secara Kimiawi
Dengan menggunakan insektisida anjuran yang dapat dilakukan dengan
cara infus akar, yang biasanya menggunakan insektisida sistemik dalam bentuk
cairan seperti senyawa Monokrotofos (Azodrin 15 WSC/Nufacron 20 SCW) dan
infus batang dengan menggunakan jenis insektisida Deciss 2,5 EC, Matador 2,5
EC.
5. Tikus (Rattus tiomanicus, R.argentiveter, R.exulans)
Hama tikus yang dominan adalah tikus belukar (Rattus tiomanicus), tikus
padang (Rattus exulans), tikus sawah (Rattus argentiventer). Tikus menyerang
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) maupun Tanaman Menghasilkan (TM).
Pada aral TBM, bagian yang diserang adalah umbul atau pangkal pohon,
sedangkan pada areal TM bagian yang diserang adalah buah dan tandan.
Pengamatan serangan tikus dilakukan secara visual, yaitu bekas keratan
pada pangkal pelepah. Jika terdapar gejala serangan, segera dilakukan
pemberantasan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Tikus dan Gejala Serangannya pada Tanaman Sawit
Sumber : http://ditjenbun.deptan.go.id (Diakses tanggal 16 Juli 2011)
Pengendalian
a. Manual
Membongkar sarang tikus, menangkap dan membunuh dengan gropyokan,
memasang perangkap tikus yang dipasang di dalam sarang atau jalur yang biasa
dilalui tikus, pemasangan alat pelindung (rat guard). Alat pelindung dipasang di
daerah serangan terutama tanaman kelapa sawit yang baru di tanam sampai
dengan umur 1 tahun.
b. Kimiawi
Bila serangan tikus lebih dari 5% tapi kurang dari 20% pokok terserang,
berikan satu umpan/pokok di piringan yang menghadap pasar panen. Pemberian
umpan adalah 50% dari jumlah pokok, yaitu pada setiap pokok pada baris yang
berselang seling. Bila serangan tikus lebih dari 20%, pemberian umpan adalah
100% dari jumlah pokok. Sensus dilakukan setiap 3 hari sekali.
c. Biologi
Pengendalian secara biologi/hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan
Tyto alba (burung hantu). Burung hantu sebagai pemakan tikus, aktif pada malam
hari dan hal ini sangat cocok dengan tikus yang juga aktif menyerang pada malam
hari.
Universitas Sumatera Utara
6. Babi (Sus barbatus)
Babi (Sus barbatus) merupakan salah satu hama vertebrata penting pada
tanaman kelapa sawit terutama di daerah bukaan baru bekas hutan atau area yang
berbatasan dengan hutan atau semak belukar.
Gambar 11. Babi (Sus barbatus) Sumber : Foto Langsung (2011)
Gejala serangan
Di lapangan terjadi pada tanaman yang baru di tanam sampai umur 2 tahun
dan akibatnya dapat mematikan tanaman. Babi menyungkur tanaman sampai
pangkal batang, mencabik-cabik pelepah luar kemudian memakan umbut
tanaman. Kerusakan tanaman sampai 2% per-ha dianggap sudah merugikan
perusahaan karena masa TM akan tertunda. Apabila tanaman sudah tinggi,
gangguan akan terhenti dengan sendirinya.
Pengendalian
Membuat pagar individu, kemudian dililit dengan kawat duri
Memasang kawat berduri atau pagar beraliran listrik setinggi minimal 1,5
meter
Membuat parit isolasi/parit batas sedalam 2 m dan lebar 3 m di sekeliling
kebun ( untuk ditanah mineral )
Membuat parit isolasi/parit batas lebar 5-6 m ( untuk didaerah lahan gambut)
Universitas Sumatera Utara
Menyarungi tanaman kelapa sawit secara individu dengan seng.
7. Lembu / sapi
Lembu dan sapi sebenarnya bukan termasuk ke dalam hama, tetapi dengan
jumlahnya yang banyak, dapat menjadi hama potensial. Hal ini terjadi karena
lembu maupun sapi suka memakan pelepah daun kelapa sawit pada periode TBM
dan TM serta memakan berondolan.
Pelepah kelapa sawit yang di makan oleh lembu dan sapi umumnya
menjadi rusak berpatahan selain daun yang habis (bersisa lidi), sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Pada tanaman kelapa sawit yang
telah tinggi, gangguan akan berkurang.
Gambar 12. Lembu / sapi
Sumber : Foto Langsung (2011)
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan lembu
dan sapi adalah:
Membuat pagar individu
Membuat zona larangan
Membuat kandang untuk lembu dan sapi
Universitas Sumatera Utara
Penyakit-Penyakit Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
1. Penyakit Busuk Tandan (Marasmius palmivorus Sharples.)
Busuk tandan buah di kelapa sawit disebabkan oleh
Marasmius palmivorus. Penyakit ini terjadi kalau kelembaban udara tinggi dan
dapat menurunkan produksi sampai 25%. Penyakit lebih banyak terdapat di kebun
yang berumur 3-9 tahun, khususnya dalam kebun yang tanamannya mulai
berbuah.
Gejala Serangan Benang-benang jamur yang berwarna putih mengkilat meluas di
permukaan tandan buah. Pada tingkatan ini jamur belum menimbulkan kerugian
pada tandan. Miselium lebih banyak terdapat pada pangkal tandan yang melekat
pada pangkal pelepah daun yang mendukungnya, karena disini kelembabannya
paling tinggi. Keadaan ini dapat dilihat pada buah-buah yang masih mentah. Pada
tingkatan berikutnya miselium yang berada di permukaan buah itu mengadakan
penetrasi ke dalam daging buah (mesocarp) yang menyebabkan busuk basah.
Buah berwarna cokelat muda, berbeda jelas dari buah yang sehat.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan busuk tandan pada tanaman
kelapa sawit antara lain:
- Ketersediaan pathogen di lapangan
- Buruknya kebersihan dan sanitasi pohon di kebun (keterlambatan rotasi
tunas dan membuang tandan busuk)
- Musim hujan atau kondisi lembab
- Pengendalian gulma yang kurang
- Kerapatan tanaman yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
- Pohon muda yang baru berproduksi (penyakit jarang menyerang tanaman
tua).
Gambar 13. Gejala Serangan Marasmius palmivorus Sharples.
Sumber : Foto Langsung (2011)
Pengendalian Penyakit Busuk Tandan Buah:
- Identifikasi dulu pathogen yang menyebabkan penyalit kelapa sawit,
umumnya disebabkan oleh jamur Marasmius palmivorus.
- Mengetahui gejala-gejala yang disebabkan oleh penyakit tersebut.
- Melakukan sanitasi untuk membuang semua sumber infeksi busuk buah.
Sanitasi harus dikerjakan dengan membuang bunga jantan atau buah
masak yang terinfeksi.
- Pemberian fungisida yang efektif.
- Pembersihan gulma di piringan harus dikerjakan dengan benar.
- Pemupukan harus dilaksanakan sesuai rekomendasi.
Hama-Hama Pada Tanaman Menghasilkan (TM)
Jenis hama dan pengendalian pada tanaman menghasilkan (TM) kelapa
sawit sama dengan tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit-Penyakit Pada Tanaman Menghasilkan (TM)
1. Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp.)
Ganoderma adalah penyakit terpenting pada tanaman kelapa sawit yang
sampai sekarang belum ditemukan fungisida yang dapat mengatasinya. Umumnya
dijumpai menyerang pada tanaman dewasa diatas umur 10 tahun.
Pada tanaman ulang, terutama generasi kedua dapat dijumpai serangan
pada tanaman muda dibawah umur 5 tahun. Akibat serangan ganoderma adalah
menurunnya jumlah tegakan secara drastis dan hal ini sangat berpengaruh
terhadap produksi.
Gejala awal yang ditunjukkan tanaman adalah daur tumbuh (pupus) lebih
dari satu dan tidak mau berkembang. Daun-daun berwarna hijau pucat, lilit batang
pada pangkal daun nampak mengecil dan jumlah buah semakin sedikit dengan
ukuran yang semakin mengecil.
Gambar 14. Gejala Serangan dan Tubuh Buah (Fruiting Body) Ganoderma sp.
Sumber : Foto Langsung (2011)
Pengendalian Penyakit Ganoderma sp.
- Pencegahan sudah harus dimulai dari pembibitan yaitu pada saat mencari
tanah untuk isian polibag kecil/besar.
Universitas Sumatera Utara
17
- Untuk areal yang akan di replanting, pencegahan di lapangan dilakukan 2
tahun, I tahun dan pada saat penumbangan pohon dengan cara meracun,
menumbang dan membuat lobang terhadap semua tanaman yang terserang
ganoderma dengan ukuran 1,5 m x 1,5 m x 1 m.
- Pengendalian tahap awal bila sudah ada serangan pada kebun konversi
atau lahan baru, harus segera dilakukan isolasi terhadap pokok terinfeksi,
karena laju/ekspansi penularan akan sangat cepat meluas.
- Lakukan pembuatan parit keliling sedalam 80 cm pada jarak 2,5 m dari
pohon, kemudian taburkan belerang sebanyak 3-4 kg/parit. Terhadap
pohon dapat diberikan Bayfidan, dengan cara injeksi batang.
- Melaksanakan pembumbunan pokok dengan cara menimbun pangkal
pokok sampai leher akar tertutup seluruhnya dengan tinggi 40 cm, jari-jari
atas 20 cm dan diameter lebar 60 cm.
Universitas Sumatera Utara