21
INSANI, ISSN : 0216- 0552| No. : 10/1/Desember/2010 43 HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK SINETRON SIARAN TELEVISI SWASTA DENGAN PERUBAHAN SIKAP PENONTON REMAJA (Studi Kasus di Kawasan Perumahan Griya Asri BSD, Tangerang) Laporan Penelitian Program Penelitian Dosen Muda Kopertis Wilayah III Tahun 2008 Oleh Yulius A. Taufiq PENDAHULUAN Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan kebutuhan akan interaksi tersebutlah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental dalam kehidupan. Komunikasi dari waktu ke waktu mengalami banyak perkembangan dan perubahan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern. Kemajuan dalam komunikasi memberi banyak pengaruh terhadap cara-cara manusia berkomunikasi, salah satunya komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan menggunakan media. Menurut Cangara, komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan film. (Cangara, 1998 : 35 - 36) Berdasarkan sifatnya, media massa terbagai menjadi dua, yaitu media massa cetak, seperti surat kabar dan majalah; dan media elektronik, seperti televisi dan radio. Penelitian ini, akan lebih memfokuskan objek penelitian pada media elektronik, khusunya televise. Ditinjau dari sudut penonton, televisi memiliki tiga fungsi yang berkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu sebagai alat penyebar informasi, alat untuk menyalurkan isi pesan pendidikan dan alat yang menyiarkan program hiburan. Menurut Effendy (1993 : 60) televisi adalah media yang paling diminati, karena memiliki banyak keunggulan, diantaranya yaitu bersifat audio visual. Selain itu televise mampu melahirkan fenomena baru yang menarik untuk diminati dan dianalisa. Saat ini perkembangan teknologi televisi mencapai tahap yang canggih dan spektakuler. Demikian juga dengan program televisi, dari berbagai televisi yang ada tersebut saling bersaing untuk menarik minat audiennya dalam mempertahankan pemirsa melalui program yang menarik dengan masing-masing segmentasinya, misalnya sinetron. Menurut K. Avery (dalam Endah, 1980), bahwa seseorang dalam menerima pesan melalui suatu media akan memberikan reaksi “selective attention”, yaitu hanya mamilih acara yang menarik saja; “selective perception”, yaitu hanya manfsirkan sendiri pesan yang diterima di media massa; “selective retention”, yaitu mengingat hal-hal yang ingin diingatnya. Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy ( 1993: 60) mengatakan “minat pemirsa terhadap suatu acara tergantung pada kemampuan madia televise dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi maupun pendidikan”. Oleh sebab itu, maka ditengah persaingan yang ada, pihak RCTI berupaya menyajikan tayangan yang menarik, salah satunya tayangan sinetron yang bertema remaja. Secara umum periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan, sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap (irwanto : 2002 : 46 – 47) Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa acara televisi akan diminati apabila mempunyai daya tarik. Dengan daya tarik itulah maka akan

HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK SINETRON SIARAN …stisipwiduri.ac.id/File/N/Full/2492-5. Yulius.pdf · kerangka teori yang mengacu pada teori yang relevan ... Sementara Harold D. Lasswell

Embed Size (px)

Citation preview

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 43

HUBUNGAN ANTARA DAYA TARIK SINETRON SIARAN TELEVISI SWASTA DENGAN PERUBAHAN SIKAP PENONTON REMAJA

(Studi Kasus di Kawasan Perumahan Griya Asri BSD, Tangerang) Laporan Penelitian Program Penelitian Dosen Muda Kopertis Wilayah III Tahun 2008

Oleh Yulius A. Taufiq

PENDAHULUAN

Sebagai mahkluk sosial manusia senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya dan kebutuhan akan interaksi tersebutlah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi. Karena komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental dalam kehidupan.

Komunikasi dari waktu ke waktu mengalami banyak perkembangan dan perubahan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern. Kemajuan dalam komunikasi memberi banyak pengaruh terhadap cara-cara manusia berkomunikasi, salah satunya komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan menggunakan media.

Menurut Cangara, komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya masal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan film. (Cangara, 1998 : 35 -36)

Berdasarkan sifatnya, media massa terbagai menjadi dua, yaitu media massa cetak, seperti surat kabar dan majalah; dan media elektronik, seperti televisi dan radio. Penelitian ini, akan lebih memfokuskan objek penelitian pada media elektronik, khusunya televise.

Ditinjau dari sudut penonton, televisi memiliki tiga fungsi yang berkaitan antara satu dengan yang lain, yaitu sebagai alat penyebar informasi, alat untuk menyalurkan isi pesan pendidikan dan alat yang menyiarkan program hiburan.

Menurut Effendy (1993 : 60) televisi adalah media yang paling diminati, karena memiliki banyak

keunggulan, diantaranya yaitu bersifat audio visual. Selain itu televise mampu melahirkan fenomena baru yang menarik untuk diminati dan dianalisa. Saat ini perkembangan teknologi televisi mencapai tahap yang canggih dan spektakuler. Demikian juga dengan program televisi, dari berbagai televisi yang ada tersebut saling bersaing untuk menarik minat audiennya dalam mempertahankan pemirsa melalui program yang menarik dengan masing-masing segmentasinya, misalnya sinetron.

Menurut K. Avery (dalam Endah, 1980), bahwa seseorang dalam menerima pesan melalui suatu media akan memberikan reaksi “selective attention”, yaitu hanya mamilih acara yang menarik saja; “selective perception”, yaitu hanya manfsirkan sendiri pesan yang diterima di media massa; “selective retention”, yaitu mengingat hal-hal yang ingin diingatnya.

Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy ( 1993: 60) mengatakan “minat pemirsa terhadap suatu acara tergantung pada kemampuan madia televise dalam menyajikan berbagai kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi maupun pendidikan”. Oleh sebab itu, maka ditengah persaingan yang ada, pihak RCTI berupaya menyajikan tayangan yang menarik, salah satunya tayangan sinetron yang bertema remaja.

Secara umum periode remaja merupakan klimaks dari periode-periode perkembangan sebelumnya. Dalam periode ini apa yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya diuji dan dibuktikan, sehingga dalam periode selanjutnya individu telah mempunyai suatu pola pribadi yang lebih mantap (irwanto : 2002 : 46 – 47)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa acara televisi akan diminati apabila mempunyai daya tarik. Dengan daya tarik itulah maka akan

44 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

menimbulkan minat untuk menonton tayangan tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan dampak/efek.

Media televisi sampai saat ini masih diasumsikan oleh Kuswandi (1994), televisi sebagai alat informasi yang ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsa, karena efek suara dan bentuk gambar secara nyata dapat disaksikan oleh mata pemirsa.

Ada beberapa faktor yang sangat menentukan proses pemantapan diri ini, antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dapat dilihat dari kondisi psikologis, kondisi fisiologis, sosial budaya dan harapan dari individu yang bersangkutan serta kondisi individu dalam keluarga. Sementara untuk faktor eksternal dapat dilihat dari pengaruh lingkungan sosial termasuk dari pengaruh media massa. (Mulyana, 2001 : 181 – 183)

Elvinaro Ardianto (2004) mengatakan, bahwa efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri khalayak yang sifatnya informative bagi dirinya. Efek afektif media massa adalah turut merasakan perasaan iba, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Setelah media massa mampu mempengaruhi perasaan khalayak, maka tahap selanjutnya dan sekaligus tahap akhir media massa dapat mempengaruhi tingkah laku khalayak. Hal ini yang disebut sebagai efek behavioral. Efek khalayak pada tahap ini sudah berupa perubahan tingkah laku atau tindakan.

Sehubungan dengan penjelasan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada efek afektif (sikap) sebagai akibat daya tarik media televisi, khususnya tayangan sinetron remaja “Cahaya” yang ditayangkan RCTI setiap hari pada pukul 20.00 – 21.00. Sinetron tersebut mengisahkan perjalan hidup, kisah cinta Aya/Cahaya yang diperankan oleh Naysila Mirdad.

Dalam penelitian ini difokuskan pada sinetron bertema remaja, yaitu sinetron Cahaya, yang memiliki rating tinggi dan diminati para remaja. Selain itu, pada sinetron Cahaya ini, tokoh/model, bahasa, cara berpakaian dan alur cerita difokuskan kepada remaja.

Dari keterangan tersebut, diasumsikan bahwa karena tokoh/model, bahasa, cara berpakaian dan alur cerita ditujukan kepada remaja, maka besar

kemungkinan hal tersebut dapat menimbulkan dampak/efek sikap terhadap remaja.

Menyikapi uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian ini berdasarkan pendekatan salah satu teori komuniasi, yaitu teori S-O-R

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana daya tarik tayangan sinetron Cahaya

terhadap Remaja di Perumahan Griya Asri BSD? 2. Bagaimana sikap Remaja di Perumahan Griya

Asri BSD Tangerang setelah menonton tayangan sinetron Cahaya?

3. Adakah hubungan antara daya tarik tayangan sinetron Cahaya terhadap sikap Remaja di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang, Serpong, Tangerang?

Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: Memperoleh pengetahuan

mengenai teori komunikasi S-O-R dan menerapkannya dalam studi kasus, khususnya dalam bidang komunikasi.

2. Manfaat Praktis: Sebagai masukan bukan hanya di RCTI, tetapi bagi produser, stasiun penyiaran dan pemirsa TV. KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

Untuk menjawab masalah pokok penelitian, maka

dapa dijelaskan konsep dan variabel di dalam kerangka teori yang mengacu pada teori yang relevan sebagai berikut :

Komunikasi

Menurut Everett M. Roger, “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maskud untuk mengubah tingkah laku mereka”. (Cangara, 1998 : 19 ). Dilain pihak Hoeta Soehoet, mengatakan “ilmu komunikasi adalah sutu ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lainnya”. (Soehoet, 2002 : 9)

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 45

Sementara Harold D. Lasswell mengungkapkan “cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who Says What In Channel to Whom With What Effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa keapada siapa dengan pengaruh yang bagaimana/

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa pada prinsipnya komunikasi merupakan proses dimana seorang sumber atau komunikator menyampaikan ide/pesan kepada penerima melalui saluran/media dengan maksud mengubah tingkah laku mereka sebagai akibat dari proses komunikasi tersebut.

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan adanya proses komunikasi yang didalamnya terdapat 5 unsur komunikasi berupa komunikator, pesan, saluran, komunikan dan efek. Kelima unsur tersebut adalah:

1. Komunikator: Dalam penelitian ini yang

dianggap sebagai komunikator adalah pihak penyiaran televisi atau pihak production house (rumah produksi) sebagai pihak yang membuat atau mengadakan program acara sinetron ini, yaitu Sinemart.

2. Pesan: Sesuatu yang disampaikan melalui siaran sinetron berupa alur cerita, tokoh dan gambaran kehidupan sehari-hari, dalam hal ini keseluruhan alur cerita Cahaya.

3. Saluran atau media: Adalah media televisi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, yaitu RCTI

4. Komunikan: Adalah Remaja yang menonton sinetron Cahaya. Mereka tinggal di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang, Serpong – Tangerang.

5. Efek: Sikap yang ditimbulkan setelah menonton sinetron tersebut. Sehubungan dengan uraian di atas, jika

dikaitkan dengan unsur-unsur komunikasi, masalah penelitian terletak pada pesan, komunikan dan efek. Pesan, yang berupa acara sinetron yang di dalamnya terdapat unsur-unsur tokoh, alur cerita dan ilustrasi gambaran kehidupan sehari-hari. Komunikan yaitu bagaimana remaja Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang,

Serpong – Tangerang menonton sinetron ti televisi. Sedangkan efek yang dimaksud adalah bagaimana sikap setelah menyaksikan sinetron di televisi.

Dari penjelasan tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa rumusan dari permasalah ini termasuk dalam kajian ilmu komunikasi. Seperti kita ketahui, bahwa komunikasi terbagai menjadi empat tipe, yaitu komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi politik dan komunikasi massa (Cangara, 1998 : 30).

Mengingat objek penelitian ini merupakan salah satu media komunikasi massa, maka penulis memfokuskan pembahasan selanjutnya dalam komunikasi massa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian tentang ‘hubungan antara daya tarik tayangan sinetron Cahaya terhadap sikap Remaja di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/007, Jelupang, Serpong, Tangerang’ ini dapat dimasukkan kedalam kategori Komunikasi Massa karena melibatkan media sebagai alat penyampai pesan.

Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa merujuk pada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri.1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi yang paling sederhana tentang Komunikasi Massa dirumuskan Bittner (1980: 10)

“Mass Communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). (Rakhmat ; 2000) Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa

komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci

46 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Gerbner (1967) menulis:

“Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared contionous flow of messages in industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri). (Rakhmat ; 2000) Dari definisi Gerbner tergambar bahwa

komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwi mingguan atau bulanan (Elvinaro Ardianto 2004;3-4)

Merangkum definisi-definisi di atas, komunikasi massa diartikan sebagai sebuah proses yang berlngsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan dimulainya dan kapan berakhirnya.

Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpemgaruh pada kehidupan manusia. Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan menerima langsung pada layer televisi di rumha dengan menggunakan wire atau microwave (wireless cables) yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Televisi tambah marak lagi setelah dikembangkannya Direct Broadcast Satelite (DBS).

Secara bertahap, layer televisi berkembang dari diagonal 7 inci kemudian 12, 17, 21, 24 sampai 39 inci. Kini sedikitnya terdapat lima metode penyampaian program televisi yang telah dikembangkan : a. Over-the-air reception of network and local

station program. Kualitas gambar yang masih

kuno ditingkatkan dengan High Density Television (HDTV).

b. Cable. Program disampaikan melalui satelit ke sistem kabel local, kemudian didistribusikan ke rumah-rumah dengan kabel di bawah tanah atau dengan tambahan kabel, system cable standard dibakukan tahun 1990- an.

c. Digital Cable. Ini bagian dari information super highway. System kabel local dan telepon untuk pelanggan dalam jumlah besar, dahulu menggunakan kabel kuno sekarang diganti dengan kabel serat optic yang ditanam di bawah tanah tetapi memiliki kapasitas lebih tinggi. Kabel serat optic ini dapat memuat 500 lebih saluran. System ini memungkinkan terjadinya komunikasi televisi dua arah. Instalasi kabel serat optic ini termasuk program nasional yang memerlukan biaya yang sangat besar.

d. Wireless Cable. Sejumlah system kabel menyampaikan program bagi pelanggan yang menggunakan transmisi microwave (gelombang pendek) meskipun kabel ini di bawah tanah. Metode ini mengurangi biaya instalasi serat optic, tetapi memerlukan peralatan khusus dalam penerimaan program.

e. Direct Broadcast Satelite (DBS). Program-program ditransmisikan oleh satelit langsung dengan menggunakan piringan yang berdiameter 18 inci ditaruh di atap rumah atau di Indonesia dikenal dengan istilah antenna parabola. Metode ini merupakan terobosan dalam system televise kabel, yang dimulai di Amerika Serikat sejak tahun 1994.

Fungsi Televisi

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominant pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 47

Karakteristik Televisi:

a. Audiovisual: Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b. Berpikir dalam Gambar: Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar sevara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

c. Pengoperasian lebih kompleks: Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.

Siaran televisi:

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia di mulai tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai sekarang (Effendy, pada Komala, dalam Karlinah, dkk. 1999) selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara kira-kira satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya.

Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yakni RCTI, SCTV, TPI, AnTV, Indosiar, Lativi, Global TV, Jak TV, O Channel, Space Toon, dsb. Meskipun telah banyak berdiri stasiun televisi, televisi siaran tidak akan dapat menggeser kedudukan radio siaran. Karena radio siaran memiliki karakteristik tersendiri.

Televisi siaran dan radio siaran serta media lainnya saling mengisi. Televisi siaran menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsii iklan. (Elvinaro Ardianto, 2004; 127)

Daya Tarik Siaran Televisi: a. Daya Tarik

Semakin kita tertarik kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang tersebut. Pesan-pesan yang disampaikan melalui sebuah media massa haruslah mempunyai nilai yang membuat khalayak tertarik untuk menontonnya, sehingga khalayak (diharapkan) bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan dan lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan pendapat dan sikap.

Kesukaan, sikap positif dan daya tarik, kita sebut sebagai atraksi. Atraksi berasal dari bahasa Latin yaitu ‘attrahere-ad’ yang artinya menuju dan trahere berarti menarik.(Jalaluddin Rakhmat 2000;111)

Daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy adalah kesamaan persepsi dari komunikator terhadap komunikasi dengan jalan menarik perhatian, mengubah perilaku, sikap dan opini dari komunikan (Onong Uchjana, 2003, h.38).

Menurut Kenneth E. Andersen yang dikutip Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Komunikasi, daya tarik sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (2001; 52).

Kemudian berdasarkan teori sensasi Benyamin B. Wolman, daya tarik adalah hasil dari proses penginderaan, karena melalui alat indera manusia dapat merasakan pengalaman elementer yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual (Jalaluddin Rakhmat, 2001; 49).

Sasa Djuarsa mengatakan daya tarik terjadi dari penyusunuan pesan itu sendiri, ia membagi penyusunan itu menjadi dua : 1) Penyusunan pesan satu sisi: Yaitu

memberikan penekanan hanya pada posisi

48 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

kepentingan pihak pengirim pesan, biasanya yang ditonjolkan hanya hal-hal yang menyangkut kekuatan atau aspek posistif dari suatu ide produk yang akan dikomunikasikan.

2) Penyusunan pesan dua sisi: Disamping segi kekuatan dan aspek posisitf, hal-hal yang merupakan kelemahan atau kekurangan dari suatu ide atau produk yang akan dikomunikasikan juga disampaikan. Sedangkan Mochtar Lubis mengatakan seseorang akan merasa tertarik, jika mendengar isu-isu yang menurut mereka layak didengar, dilihat dan dibaca oleh mereka. (M. Lubis, 1958, h.25). Penulis memahami bahwa daya tarik adalah sesuatu yang membuat perhatian kita tertuju kepada sesuatu hal dan akan membuat kita berusaha mencari informasi lebih banyak dan mencari keuntungan yang bisa dimanfaatkan daripadanya.

b. Daya Tarik Siaran Televisi

Menurut Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Massa suatu Pengantar, pesan yang akan disampaikan melalui televisi, memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah sebagai berikut : 1) Pemirsa: Komunikator harus memahami

kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa maupun orang-orang. Jadi setiap acara.

2) Waktu: Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap kategori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa.

3) Durasi: Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai.

4) Metode penyajian: Telah diketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak

berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan kedua belah pihak, komunikator dan komunikan. Agar fungsi mendidik dan membujuk tetap ada, namun tetap diminati pemirsa maka pihak komunikator harus mengemas pesan sedemikian rupa, yakni menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan non hiburan dapat mengandung unsur informasi.

Sikap

Terdapat beraneka ragam definisi tentang sikap menurut para ahli. Menurut Kerlinger (1990), sikap adalah ancang-ancang atau kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa, menyerap dan berperilaku terhadap suatu refren atau objek kognitif. Sikap merupakan struktur yang tahan waktu yang terdiri dari pandangan dan keyakinan yang mencenderungkan individu untuk berperilaku selektif terhadap refren. Sedangkan menurut Thurstone, sikap adalah total kecenderungan perasaan, prasangka, ide atau keyakinan seseorang terhadap topik tertentu. Kemudian menurut Sarwono (1983), Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Ditambahkan pula bahwa sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.

Dari beberapa pendapat tentang sikap tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen perilaku.

Selain itu menurut Stuart (1998), pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh pemirsa sebelum dan sesudah menerima pesan

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 49

(Cangara, 1998 : 163). Jenis-jenis efek setelah adanya stimuli/rangsangan dari media massa yang diungkap oleh Onong Uchjana Effendy, sebagai berikut : a. Efek kognitif: Efek ini terjadi ketika

khalayak memahami atu mengerti informasi dari pesan media massa tersebut. Jadi media massa berfungsi informatif baginya. Efek kognitif ini berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung, akhirnya menjadi jelas.

b. Efek Afektif: Efek afektif berhubungan dengan perasaan, akibat membaca, menonton televisi timbul perasaan tertentu pada khalayak. Perasaan akibat terpaan media massa bisa bermacam-macam, yaitu senang, sedih, takut, penasaran, sinis dan sebagainya.

c. Efek Konatif/Behavioral: Efek konatif berhubungan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan, karena berbentuk perilaku, maka efek konatif ini sering juga disebut efek behavioral. Efek konatif tidak bisa langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan efek afektif. Jika dihubungkan dengan penelitian ini,

efek media di sini yaitu efek afektif atau sikap. Menurut Fishbein (1975) yang menyatakan bahwa sikap adalah prediposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek. Sedangkan menurut Thomas dan Znaniecki sikap adalah proses mental yang berlaku individual yang menentukan respon-respon baik yang nyata ataupun yang potensial dari setiap orang yang berbeda dalam kehidupan sosial (Natawidjaja, 1977 : 39)

Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa sikap adalah proses mental yang ada pada setiap individu dalam menentukan respon tentang objek atau situasi.

Untuk memahami mengenai efek media setelah adanya daya tarik dari media massa tersebut akan dijelaskan melalui stimulis –

respon dari Melvin De Fleur. Dalam hal ini, akan dibahas sedikit mengenai teori Stimulus Respon yang pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.

Dengan demikian seseorang dapat memperkirakan suatu kaitan erat antara stimuli media, dalam hal ini dalam bentuk daya tarik pesan-pesan media dan efek media , yaitu sikap. Dalam membahas komunikasi massa dan efeknya terhadap khalayak, istilah-istilah yang digunakan adalah : a. Stimulus atau rangsangan b. Organisme atau manusia/khalayak c. Respon/reaksi/efek

Elemen-elemn utama dari teori S-R yang telah dimodifikasi oleh Melvin De Fleur dengan menambahkan O (organisme) dapat digolongkan sebagai berikut : S-O-R 1. Pesan (stimulus): Pesan adalah stimulus

yang disampaikan oleh sumber kepada si penerima melalui suatu saluran media kemounikasi tertentu. Dalam penelitian ini yaitu pesan dari sinetron remaja Cahaya yang dapat dilihat dari alur cerita maupun penokohannya.

2. Seseorang penerima (organisme): Penerima adalah individu yang menerima pesan dan memberikan respon mengenai suatu hal yang ditunjukkan dalam menonton sinetron Cahaya yaitu para remaja di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.

3. Efek/akibat/pengaruh yang terjadi (respon): Efek/respon/tanggapan individu para remaja di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.

Teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak khalayak sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima pada dasarnya merupakan suatu respon dari stimulus (rangsangan tertentu). Dengan demikian besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi tergantung pada daya tarik dari penyajian stimulus (rangsangan).

Modifikasi terhadap teori stimulus – respon yang dilakukan oleh De Fleur pada tahun 1970

50 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

terkenal sebagai teori “perbedaan individu” dalam komunikasi massa. Disini ia mengasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi pada audien.

Teori De Fleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dlam menghasilkan efek. Teori ini memandang bahwa sikap dan organisasi personal atau psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut. Setiap orang memiliki potensi biologis, pengalaman belajar dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan khalayak mereaksi pesan media secara berbeda pula. Khalayak selekteif memperhatikan suatu pesan komunikasinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanggapan khalayak terhadap pesan komunikasi itu akan diubah oleh tatanan psikologisnya.

Teori perbedaan individu ini mengandung rangsangan-rangsangan khusus yang menimbulkan interaksi yang berbeda dengan watak-watak perorangan khalayak. Oleh karena itu terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi anggota khalayak itu, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaap individu tersebut. Melalui modifikasi inilah respon tertentu yang diharapkan akan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini fokusnya adalah pada variabel-variabel yang berhubungan dengan individu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab akibat dan mendasakan pada perubahan sikap sebagai ukuran dari perubahan perilaku.

Pembentukan Sikap Dalam mempelajari sikap, kita tdk dapat mengabaikan pembentukan sikap. Berikut akan diuraikan faktor-faktor pembentukan sikap, yaitu :

a. Sikap itu berkembang dalam proses pemuasan keinginan individu

b. Sikap individu terbentuk dengan adanya informasi tertentu yang menarik perhatiannya.

c. Ketertarikan seorang individu terhadap suatu kelompok tertentu dapat menentukan arah pembentukan sikap individu tersebut.

d. Sikap individu mencerminkan kepribadiannya. Penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa faktor pembentukan sikap berkaitan dengan masalah penelitian ini adalah point 2 9dua), yang menjelaskan bahwa sikap individu terbentuk dengan adanya informasi tertentu yang menarik perhatiannya. Dalam hal ini berarti bahwa siaran sinetron yang menarik perhatiannya dapat mempengaruhi pembentukan sikap dalam individu.

Pemirsa

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah satu aktor dari proses komunikasi. Oleh karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak (Cangara, 1998 : 151)

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat dipahami bahwa khalayak merupakan penerima pesan dalam proses komunikasi yang dapat dilihat dari media yang digunakan. Misalnya pembaca, yaitu khalayak yang menjadi penerima pesan lewat media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buku dan lain-lain), pendengar, yaitu khalayak yang menjadi penerima pesan lewat media radio, dan pemirsa yaitu khalayak yang mejadi penerima pesan lewat media televisi. Jadi dapat dipahami, bahwa yang menjadi khalayak media televisi disebut pemirsa.

Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok dan masyarakat. Menjadi tugas komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayak sebelum proses komunikasi berlangsung.

Ada tiga aspek yang perlu diketahui seorang komunikator menyangkut tentang

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 51

khalayaknya, yakni aspek sosiodemgrafik, aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku khalayak. Remaja

Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam pembentukan kepribadian individu (Irwanto, 1997 : 46)

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1980 : 206)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupkan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilakuseperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku seperti orang dewasa, ia akan sering kali dituduh terlalu besar untuk celananya dan dimarahi, karena mencoba bertindak seperti orang dewasa.

Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan, karena status ini memberi waktu kepada individu untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (Hurlock, 1980 : 207)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka teori, khususnya penjelasan variabel di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut ;

“Apabila daya tarik yang diterima tinggi, maka efek yang diterima tinggi; apabila daya

tarik yang diterima rendah, maka efek yang diterimapun rendah”.

Skema Hubungan antar Variabel

OPERASIONALISASI KONSEP Variabel Bebas (Independent Variabel)

Dalam penelitian ini yang menjadi Variabel Bebas (X) adalah variabel Daya tarik sinetron siaran televisi swasta. Tayangan sinetron di televisi yang berupa kata-kata (verbal) maupun gambar (visual) ini, diasumsikan selain menghasilkan perubahan pemahaman dan sikap mengenai suatu peristiwa, juga menghasilkan pengetahuan yang berbeda mengenai suatu peristiwa pada diri khalayak (penonton remaja) yang menonton tayangan sinetron. Dalam hal ini sinetron Cahaya. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel intensitas menonton tayangan sinetron di televisi, dinyatakan sebagai variabel X, dengan dimensi: Sering tidaknya menonton tayangan sinetron siaran televisi swasta (Cahaya)

2. Variabel sumber (Belch and Belch 1995 : 156). Sumber adalah pelaku utama dalam suatu proses komunikasi yang dapat berupa individu atau organisasi yang membagikan informasinya kepada orang lain atau sekelompok orang, dengan cakupan : - Kredibilitas (Jalaluddin, 2003). Kredibilitas

adalah seperangkat persepsi komunikasi tentang sifat-sifat komunikator.

- Daya Tarik (Venus, 2004). Daya tarik fisik meliputi penampilan fisik dan identifikasi psikologis.

Variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert.

DAYA TARIK PERUBAHAN SIKAP

52 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Variabel Terikat (Dependent Variabel) Menurut Kerlinger (1990), sikap adalah

ancang-ancang atau kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa, menyerap dan berperilaku terhadap suatu refren atau objek kognitif. Sikap merupakan struktur yang tahan waktu yang terdiri dari pandangan dan keyakinan yang mencenderungkan individu untuk berperilaku selektif terhadap referen.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah sikap penonton remaja (remaja putrid) yang berubah setelah menonton sinetron Cahaya di televisi. Adapaun lingkup perubahan sikap yang menjadi focus penelitian ini adalah sikap dalam penampilan diri terutama dalam hal berpakaian dan bertutur kata. Variabel tersebut diukur dengan skala Likert.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Sifat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

analitis, yaitu hendak medeskripsikan dan mengkaitkan hubungan antara daya tarik sinetron Cahaya dengan sikap penonton remaja di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang setelah menonton sinetron Cahaya. 2. Populasi dan Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 150 remaja di kawasan perumahan Griya Asri BSD RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang.

Penarikan sampel dilakukan dengan cara purposif sampling, yaitu memilih orang-orang tertentu, karena dianggap berdasarkan penilaian tertentu dapat mewakili statistik, tingkat signifikan dan prosedur pengujian hipotesis (Rakmat, 1998 : 81) dengan cara membagikan kuesioner. Dalam hal ini para remaja di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

cara memberikan daftar pertanyaan/kuesioner.

2. Melakukan wawancara lansung kepada remaja di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang.

3. Studi Kepustakaan 4. Observasi/pengamatan

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah diperoleh dianalisis secara : a. Deskriptif Yaitu data yang berdasarkan variabel-variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi b. Analisis Hubungan Data mengenai variabel-variabel yang diteliti dihubungkan dengan cara menyajikan dalam bentuk tabel silang, kemudian data dalam tabel silang ini dianalis untuk melihat hubungan kedua variabel. Untuk membuktikan hubungan kedua variabel, selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan metode product moment.

5. Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian perpustakaan dimulai bulan Juli 2008. Pretest atau uji coba dilakukan mulai tanggal 1 – 12 Juli 2008. Sedang penelitian lapangan untuk memperoleh data dan informasi dari responden mulai dilaksanakan pada 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2008.

6. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di BSD (Bumi Serpong Damai). Tepatnya di kawasan perumahan Griya Asri BSD RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang. Alasan pemilihan di daerah BSD karena dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga memudahkan peneliti untuk mencari data dan informasi.

7. Uji Coba Pertanyaan Penelitian (Question

Pre Test) Seperti pada umumnya penelitian yang

bersifat kuantitatif, sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pre test atau uji coba untuk menguji instrumen pertanyaan penelitian. Dalam melakukan uji coba, diambil 50 (lima puluh) responden, yaitu para remaja yang bertempat tinggal di perumahan Griya Asri BSD RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang.

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 53

Responden yang ada dikumpulkan di suatu tempat, kemudian diberi pengarahan tentang maksud uji coba ini dilakukan, kemudian kepada para responden dibagikan daftar pertanyaan untuk diisi.

Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui apakah pertanyaan yang diajukan dapat dipahami oleh para responden dan responden dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan yang dimaksud.

8. Keterbatasan – keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini diusahakan sebaik-baiknya untuk menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi ketepatan hasil penelitian, namun masih tetap ada kelemahan-kelemahan dan keterbatas-keterbatasan baik dari segi teoritis, metodologi maupun penulisan. Beberapa hal yang dapat dianggap secara langsung maupun tidak langsung merupakan keterbatasan dalam penelitian ini : 1. Penelitian ini hanya mengambil sejumlah kecil

dari jumlah remaja yang ada di perumahan Griya Asri BSD, Tangerang

2. Dari segi reliabilita instrumen pengukuran disadari bahwa ada keterbatasan, karena penjabaran konsep dan operasionalisasi konsep yang kurang sempurna.

3. Beberapa kelemahan penelitian ini terutama disebabkan oleh keterbatasan dana, tenaga dan waktu yang tersedia untuk melakukan penelitian.

GAMBARAN UMUM

1. Deskripsi Sinetron Cahaya

Sinetron remaja “Cahaya” yang ditayangkan RCTI setiap hari pada pukul 20.00 – 21.00. Sinetron tersebut mengisahkan perjalan hidup, kisah cinta Aya/Cahaya yang diperankan oleh Naysila Mirdad.Alur cerita Cahaya, sebelum kemunculan tokoh Satrya, terfokus pada cinta segitiga Raka-Cahaya-Talitha. Cahaya yang sempat pacaran dengan Raka, merelakan Raka untuk Talitha, anak majikannya. Saat itu dikisahkan, Raka akrab dengan Talitha, sedangkan Cahaya didekati Satrya.

Cahaya kembali menjalin kasih dengan Raka, dan Talitha akrab dengan SatryaBeberapa

pembaca dan komentator situs ini memprediksi nasib Cahaya akan sama dengan Intan. Awal-awal kemunculannya dipuji-puji, menjelang tamat dicaci.

Talitha yang merasa terhibur dengan munculnya Sakti kembali ke dalam kehidupannya, karena Sakti selalu mendampingi Talitha, di saat Talitha sedih melihat kemesraan Satrya dengan Cahaya. Bahkan kini Sakti juga akan meniru Satrya yang tetap sabar menunggu cinta talitha tanpa memaksakan kehendak. Talitha jadi merasa nyaman disamping Sakti, karena tak ada tuntutan apapun. Bahkan ia bisa menangis di pundak Sakti sepuasnya setelah melihat kemesraan Satrya dan Cahaya. Cahaya terus saja digosipkan di kantor Satrya, sehingga ia memilih mundur dari kantor Satrya dan bekerja kembali pada Rio, ayah kandungnya. Hal ini sekaligus mendekatkan hubungan diantara mereka. Cahaya juga sudah mulai pindah, ikut dengan Pertiwi dan Rio, meski Elga masih belum menerima.

Sementara itu Raka bertambah parah dan tidak mau makan dan minum. Tabib menyarankan agar Raka dibawa ke Jakarta, tetapi Wangi keberatan Orang tua Wangi memarahi Wangi yang egois. Tetapi karena kondisi Raka bertambah buruk, Wangi berjanji akan membawa Raka ke Jakarta setelah sembuh.Sementara itu Judith keki melihat Satrya pacaran dengan Cahaya, ia mencoba mempermalukan Satrya dan Cahaya, kalau mereka hanya pacaran pura-pura. Satrya lalu mengumumkan pada Judith bahwa benar mereka telah jadian. Lalu dikuatkan oleh kemunculan Talitha dan Sakti. Sakti bahkan pamer pada Judith kalau dia juga sudah jadian dengan Talitha. Semua kaget termasuk Talitha sendiri. Tetapi di lain hari Judith mendapati Cahaya sedang curhat pada Rio kalau dia sebenarnya belum bisa mencintai Satrya. Inilah yang digunakan Judith sebagai senjata untuk mempermalukan Satrya di depan wartawan.

Cahaya sedih memikirkan Hendra yang terkena tumor otak, namun Rio dan Pertiwi berhasil meyakinkan bahwa itu trik dan kebohongan Hendra untuk menarik simpati Cahaya.Raka bersiap-siap akan ke Jakarta dan Wangi bertekad untuk tidak mempertemukan Raka dengan Cahaya.

54 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Reni dan Mariska akhirnya memutuskan untuk mengontrakkan rumah itu dan pindah ke luar kota karena mereka selalu teringat pada Raka. Sebelum pergi mereka sempat pamitan pada Cahaya. Cahaya merasa sedih dan masih sangat kehilangan Raka, tapi Reni menguatkan batin Cahaya, karena ia juga sudah tahu Cahaya jadian dengan Satrya. Reni berharap Satrya dapat membahagiakan Cahaya, karena Cahaya memang harus melanjutkan kehidupannya.Rio dihajar penagih hutang dan Cahaya yang memergoki Rio sedang digebuki, mencegah mereka dan berjanji akan membayarkan hutang Rio. Rio merasa tidak enak pada Cahaya, tapi ia juga tak mau Pertiwi membayarkan hutangnya karena takut dikira memanfaatkan kekayaan Pertiwi. Cahaya dengan sigap akan membantu Rio.Kebetulan ada sebuah usaha konveksi yang memerlukan penjahit. Cahaya melamar kerja disitu dan diterima. Ia bekerja dengan giat sepulang kerja di restoran. Untuk itu waktunya bersama Satrya menjadi semakin berkurang. Hal ini membuat heran Satrya, tetapi Cahaya tetap tidak akan berterus terang karena khawatir Satrya akan membayarkan hutang ayahnya. Dia tidak mau merepotkan.Sementara itu Raka dan Wangi sampai di Jakarta. Raka ingin langsung ke tempat Cahaya tetapi Wangi selalu mencegahnya. Ketika Raka mengajak ke rumah Reni, ternyata rumah sudah kosong. Akhirnya Wangi mencari kontrakan. Raka ingin langsung menemui Cahaya, tetapi Wangi berdalih siapa tahu kondisi sudah berubah sehingga Wangi akan menyelidiki terlebih dulu. Wangi akhirnya sendiri menuju rumah Erwin. Awalnya alamat itu akan disobek, tetapi Wangi ingin tahu juga kondisi Cahaya sekarang.Sakti semakin intens kembali mendekati Talitha dan sangat sabar menemani Talitha meski Talitha belum juga membuka hatinya. Dalam satu kesempatan, Talitha merasa seperti melihat Raka, tetapi karena memakai tongkat penyangga, maka ia tak yakin itu Raka. Lagi pula Raka kan sudah meninggal.Saking giatnya bekerja Cahaya kelelahan dan Satrya yang menjemput di restoran merasa kasihan melihat Cahaya tertidur

sementara cucian piring kotor masih banyak. Satrya lalu membantu mencuci piring dan mengantar Cahaya pulang. Cahaya kaget ketika terbangun, Cahaya sudah sampai di depan rumahnya. Ia berniat kan mencuci piring, tetapi kemudian Satrya bilang bahwa dia sudah cuci semuanya. Cahaya berterimakasih pada Satrya.Wangi melakukan penyelidikan ke rumah Erwin, tetapi dia hanya bertemu satpam, tingkah Wangi cukup aneh, sehingga mengundang perhatian Talitha. Tetapi Wangi sudah berlalu ketika Talitha menanyakan siapa yang datang kepada Satpam.

Sementara Satrya yang penasaran dengan Cahaya akhirnya menyelidiki apa yang dilakukan Cahaya hingga tangannya terluka dan selalu terlihat sangat lelah. Satrya akhirnya tahu kalau cahaya bekerja lagi di konveksi hingga larut malam. Ketika ditanya untuk apa kerja seberat itu cahaya mengelak. Tetapi Satrya mendesak, sehingga akhirnya cahaya berterus terang bahwa ia memang sedang sangat membutuhkan uang untuk membayar utang Rio, sehingga ia harus bekerja keras. Satrya sudah siap dengan pertolongannya, karena merasa menjadi pacarnya wajar jika membantu. Tetapi Cahaya malah karena pacar ia jadi tidak enak dibantu terus menerus. Akhirnya Satrya sepakat tidak akan membantu cahaya dengan uang, tetapi membantu Cahaya dengan ikut bekerja di konveksi itu.

Wangi akhirnya berjualan jamu untuk menghidupi dirinya dan Raka. Raka diminta membuat ramuan di rumah, sementara yang menjual Wangi. Sejauh ini Raka masih terus berhasil mencegah Raka untuk bertemu Cahaya. Suatu saat Wangi tahu Cahaya sedang pacaran dengan Satrya. Ia menjadi sangat senang karena berarti cahaya benar-benar percaya kalau Raka sudah meninggal.

Lain halnya dengan Judith yang mengadu kepada Yulia, mama Satrya bahwa kini Satrya pacaran dengan seorang mantan pembantu dan setengah janda. Parahnya wanita itu tidak mencintai Satrya. Judith memang pernah memergoki Cahaya saat mengungkapkan kalau Cahaya belum bisa mencintai Satrya sepenuhnya. Atrya kemudian disidang orang tuanya. Ia mengakui kalau pacaran dengan Cahaya karena

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 55

memang sangat mencintainya. Meski kini Cahaya belum cinta padanya ia yakin suatu saat Satrya akan mendapatkan cinta Cahaya.

Raka yang tak sabar ingin bertemu Cahaya mencoba mencari Cahaya, di jalan hampir saja mereka bertemu, tetapi tidak jadi bertemu karena Raka kemudian tak kuat jalan dan jatuh, lalu ditolong Wangi. Wangi sendiri sempat berkenalan dengan Talitha yang menumpahkan dagangan jamunya sehingga Talitha menggantinya dengan banyak uang. Sebagai ungkapan terimakasih Wangi memberikan jamu yang cukup banyak pada Talitha. Raka kaget ketika Wangi bercerita soal kenalan barunya bernama Talitha.

Satrya yang menabrak Hendra dan membawanya ke rumah sakit, shock diberitahu dokter kalau Hendra menderita tumor otak dan hidupnya tak lama lagi jika tidak segera dioperasi. Satrya berniat memberitahu Cahaya.

Talitha sedang bersama Cahaya, cahaya bercerita kalau dia kenal Wangi ketika di NTT. Wangi adalah gadis yang merawat Raka hingga meninggal. Sakti datang cahaya pamit untuk ke warung Rio. Satrya muncul mencari Cahaya. Talitha bilang baru saja pergi, ia akan memanggilkan Cahaya untuk Satrya. Ketika hanya ada Sakti dan Satrya, Satrya menanyakan kebenaran Sakti dan talitha berpacaran. Sakti akhirnya berterus terang waktu itu hanya menghindari hinaan Judith pada Talitha. Sakti juga mengucapkan kalau kini ia ingin memiliki Talitha jika hati Talitha memang sudah jatuh padanya. Satrya kemudian memikirkan ucapan Sakti terkait Cahaya yang belum mencintainya.

Satrya akhirnya ke warung Rio, disanalah Satrya memberitahu kondisi Hendra. Cahaya dan Rio mengatakan kalau mereka tak harus percaya. Tapi Satrya bilang kalau yang mengatakan Hendra kena tumor otak adalah dokter. Cahaya dan Rio shock. Mereka ke rumah sakit, Hendra sedang marah-marah karena matanya kini buta. Cahaya langsung mendapat penjelasan dokter, ia lari memeluk Hendra. Hendra menangis sedih. Cahaya juga sangat sedih. Satrya menghiburnya.

Wangi akhirnya melamar pekerjaan di tempat Rio. Rio memang memerlukan tenaga bantuan tetapi sedang kesulitan keuangan. Wangi bersedia dibayar belakangan, yang penting ia dapat menyelidiki Cahaya. Raka terus menanyakan cahaya, tetapi Wangi kemudian

keceplosan kalau Cahaya kini sudah memiliki pacar baru.

Cahaya menemani Satrya di acara penting orang tua Satrya. Sebenarnya orang tua Satrya kurang setuju, tetapi Satrya ngotot ingin membawa Cahaya. Tetapi justru saat itulah Judith kembali mempermalukan Satrya dengan menampilkan video tentang Cahaya yang hanya seorang mantan cleaning service di depan tamu penting keluarga Satrya. Orang tua Satrya kesal pada Satrya. Terjadi kebimbangan pada diri Satrya, sampai ia berniat memutuskan Cahaya karena Cahaya ternyata tak pernah bisa mencintainya.

Pada kesempatan yang sudah dipilih, Satrya membawa Cahaya ke suatu tempat bermaksud untuk mengutarakan maksudnya memutuskan hubungan mereka. Namun ternyata Satrya diincar penjahat. Cahaya yang tahu Satrya dalam bahaya berusaha melindungi Satrya. Tetapi pada akhirnya Cahaya yang terkena tusukan para penjahat itu. Cahaya terluka dan dalam kondisi kritis, Satrya histeris dan langsung membawanya ke rumah sakit.

Di rumah sakit, semua berkumpul menunggu Cahaya. Satrya paling panik dengan kondisi Cahaya yang terluka karena telah menyelamatkan nyawanya. Tetapi Cahaya siuman dan bahkan Satrya mendapati kenyataan yang membahagiakan. Cahaya akhirnya berterus terang kalau ternyata ia sangat mencintai Satrya, sehingga secara refleks tak mau Satrya terluka, dan tak mau kehilangan maka ia melindungi Satrya, Satrya sangat bahagia mendengarnya, sementara Talitha yang ikut mendengar pengakuan Cahaya sangat sedih dan terluka. Beruntung ada Sakti yang menghiburnya.

Raka akhirnya meminta Wangi mengantarkannya pada Cahaya. Wangi terpaksa membawa Raka mengintip Cahaya yang kini sudah jadian dengan Satrya di rumah sakit. Awalnya Raka tidak percaya, tetapi ketika menyaksikan sendiri kemesraan Cahaya dan Satrya, Raka sangat frustasi. Keberadaan Raka di rumah sakit, kepergok Rio. Rio menanyakan kepada Wangi apakah itu Raka, tetapi Wangi mengelak kalau itu Embun tunangannya dari kampung. Rio sebenarnya berniat memberitahu Cahaya soal Raka tetapi demi melihat kebahagiaan Cahaya dengan Satrya akhirnya ia mengurungkan niatnya memberitahu Cahaya soal Raka. Ia akan menyelidiki terlebih dulu.

56 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Sementara itu Hendra di rumahsakit yang sama tak mau makan dan minum. Akhirnya Cahayalah yang membujuk Hendra untuk makan dan minum. Terjadi keharuan diantara mereka karena Hendra kini benar-benar putus asa dan sudah kehilangan segala-galanya, namun Cahaya meyakinkan Hendra bahwa sampai kapanpun akan menganggap hendra sebagai ayahnya karena ia yang membesarkan Cahaya. Hendra akhirnya mau makan dan minum.

Wangi berusaha menjelekkan Cahaya kalau dia memang perempuan tak setia karena tak mau balas surat Raka, dan malah sudah pacaran lagi dengan orang lain. Raka tidak tahan, dia merasa harus menemui Cahaya. Wangi panik dan berusaha mencegahnya. Tetapi Raka malah marah padanya, tidak memedulikan omongan Wangi. Ia nekad akan menemui Cahaya.

Wangi terus mendesak Raka melupakan Cahaya, Raka lalu bangkit dan bertekad sembuh. Ia kemudian mendatangi rumah sakit tempatnya Co As dulu. Kemunculannya membuat heboh teman-temannya yang mengira Raka sudah meninggal. Raka meminta tolong kepada dokter disana untuk menjalani terapi hingga sembuh dan meminta tidak menyampaikan kepada siapapun perihal kemunculannya.

Sementara itu orang tua Satrya sudah menyetujui hubungan Satrya dengan Cahaya. Bahkan Satrya mengajak Cahaya untuk tunangan. Talitha masih sedih mendengar Cahaya akan tunangan dengan Satrya. Ketika Cahaya bertanya mengapa Talitha sedih, Talitha tak mau menjawabnya. Sementara Satrya sendiri merahasiakan cinta Talitha padanya karena khawatir Cahaya akan memutuskannya jika tahu Talitha menyukainya.

Sementara itu Eva, teman lama yang tergila-gila pada Satrya muncul dan diberitahu Mama Satrya kalau kini Satrya sudah punya pacar. Eva meminta Mama Satrya menceritakan siapa pacar Satrya sekarang. Julia, mama Satrya menceritakan tentang Cahaya. Eva mengaku hanya ingin tahu kabar Satrya dan tak akan lagi mengejar-ngejar Satrya.

Satrya kaget melihat Eva, teman lama yang dulu sangat mengejarnya ketika kuliah di luar negeri sedang berbincang dengan Julia mamanya. Satrya sudah bete, tetapi Eva kemudian mengatakan kalau dia sudah tahu Satrya kini punya pacar dan dia tak akan lagi mengganggu Satrya. Satrya menjadi lega. Eva

hanya minta agar ia bisa dikenalkan dengan Cahaya.

Sementara itu Talitha memergoki Sakti sedang berbicara dengan pamannya dan Pamannya meminta Sakti segera mencari istri. Sakti tidak meu dijodohkan. Ketika Talitha menanyakan hal ini pada Sakti, Sakti hanya menjawab, semua tergantung Talitha. Artinya kalau Talitha menyimpan cinta 1 persen saja untuknya dia tak akan mau dijodohkan sampai kapanpun. Talitha terharu, akhirnya ia menjawab ada 10 persen cinta untuk Sakti. Sakti sangat senang mendengar pengakuan Talitha.

Cahaya grogi dikenalkan dengan Eva yang lulusan luar negeri. Sikap Eva kemudian berlebihan dan membuat Cahaya semakin tertekan. Satrya melindungi Cahaya dan menyesal telah mengenalkan Cahaya pada Eva. Tetapi Cahaya tidak merasa ditekan. Eva penasaran kemudian membayar orang untuk menyelidiki siapa Cahaya.

Eva ke rumah sakit dan bertemu Raka. Pada akhirnya Eva akrab dengan Wangi dan berhasil mengorek keterangan ternyata Raka mantan tunangan Cahaya dan hingga sekarang Cahaya belum tahu kalau Raka masih hidup. Ia bertekad akan menghancurkan hubungan Satrya dan Cahaya. Karakter : Cahaya: Cahaya diperankan oleh Naysila Mirdad. Dalam sinetron ini, Cahaya digambarkan sebagai seorang yang lucu, baik hati, namun suka menangis. Dalam sinetron ini pula, ia kerap kali dipanggil oleh Elga dengan sebutan Aya Cahaya Aya. Talita: Talita diperankan oleh Ririn Dwi Ariyanti. Dalam sinetron ini, Talita digambarkan sebagai seorang yang berani, baik hati, namun pelupa. Raka: Raka diperankan oleh Glenn Alinskie. Dalam sinetron ini, Raka digambarkan sebagai seorang yang sifat hampir mirip dengan Cahaya dan begitu charming sehingga disukai oleh Cahaya dan Talita. Raka terkadang tidak bisa mengendalikan emosi, tapi dibalik itu semua, Raka memiliki hati yang baik dan benar - benar tulus untuk mencintai seseorang.

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 57

Satria: Satria diperankan oleh Dude Harlino. Dalam sinetron ini, Satria digambarkan sebagai seorang yang hampir mirip dengan Raka. Satria adalah seorang yang baik, tapi sering berbohong demi mendapatkan cinta Cahaya. Darwin: Darwin diperankan oleh Rio Reifan. Dalam sinetron ini, Darwin merupakan orang kedua yang paling lucu setelah Nenek Reni yang merupakan nenek dari Raka. Erwin: Erwin diperankan oleh Rama Michael dia orangnya kreatif dan pemarah. Tedi: Papa Talita Diperankan Oleh Dwi Yan dia orangnya mengstop marah dan baik. Elga” Mama Talita Diperankan Oleh Meriam Bellina dia orangnya pemarah dan suka menggunakan bahasa campuran Inggris-Indonesia seperti I Tidak Thank You Sama You yang artinya Saya Tidak Terima Kasih Sama Kamu atau Coba Kamu Think-Think yang artinya Coba Kamu Pikir-Pikir atau You come sini here yang artinya Kamu ke sini dll. Hendra: Papa Aya Diperankan Oleh Yadi Timo dia orangnya tidak betah, pemarah, pencuri dan baik. papanya adalah orang jahat yang sudah menjualnya ke tempat pelacuran. Pertiwi: Ibu Aya Diperankan oleh Dian Nitami yang lama terpisah. Ia dalah wanita kaya namun punya penyakit asma. Eva: Bekas pacar Satria dari America ini diperankan oleh Kimberly Ryder. Ia orang yang sangat ambisius dan selalu mencoba untuk merebut kembali Satria dari Cahaya.

2. Gambaran Umum Wilayah RT 35/07

Perumahan Griya Asri BSD Menurut letak wilayahnya RT 35/07,

perumahan Griya Asri BSD terletak di kelurahan Jelupang, kecamatan Serpong dan termasuk ke dalam wilayah Kotamadya Tangerang, propinsi Banten.

Dengan luas sekitar 18.375 m2.Wilayah RT 35/07 Perumahan Griya Asri BSD dihuni oleh sekitar 118 kepala keluarga. Total jumlah penduduk RT35/07 perumahan Griya Asri BSD sekitar 415 orang.

Struktur organisasi Wilayah RT 35/07 Perumahan Griya asri BSD adalah sebagai berikut

DATA dan PENGUJIAN HIPOTESIS

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 60 orang reponden pemirsa tayangan sinetron cahaya yang berada di Griya Asri BSD RT 35/07 Jelupang, Serpong Tangerang, , maka didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden n = 60

Jenis Kelamin F % Laki-laki 17 28,33

Perempuan 43 71,67 Jumlah 60 100 %

Tabel 2

Usia Responden n = 60

Usia F % 13 – 17 Tahun 2 3,33 18 – 22 Tahun 50 83,33 23 – 27 Tahun 8 13,33

Jumlah 60 100 %

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Responden

n = 60 Tingkat Pendidikan F %

SMP 1 1,67 SLTA 23 38,33

AKADEMI/UNIVERSITAS 36 60 Jumlah 60 100 %

58 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Tabel 4 Pendapat Responden tentang

Sinetron Cahaya n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Bagus - -

Kurang Bagus - - Bagus 53 88,33

Sangat Bagus 7 11,67 Jumlah 60 100%

Tabel 5

Pendapat Responden tentang Penerimaan Gambar Sinetron Cahaya

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Jelas - - Kurang Jelas 2 3,33

Jelas 39 65 Sangat Jelas 19 31,67

Jumlah 60 100%

Tabel 6 Pendapat Responden tentang

Sinetron Cahaya n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Serasi - -

Kurang Serasi 11 18,33 Serasi 43 71,67

Sangat Serasi 6 10 Jumlah 60 100%

Tabel 7 Pendapat Responden tentang

Ketajaman Warna n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Terang

Kurang Terang 11 18,3 Terang 43 72,7

Sangat Terang 6 9 Jumlah 60 100%

Tabel 8 Pendapat Responden tentang Lagu-lagu yang ditampilkan

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Variatif - - Kurang Variatif 16 26,7

Variatif 41 68,3 Sangat Variatif 3 5

Jumlah 60 100%

Tabel 9 Pendapat Responden tentang

Penerimaan Suara n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Jelas - -

Kurang Jelas - - Jelas 41 68,33

Sangat Jelas 19 31,67 Jumlah 60 100%

Tabel 10

Pendapat Responden tentang Penampilan para Artis sinetron Cahaya

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Menarik - - Kurang Menarik - -

Menarik 46 76,7 Sangat Menarik 14 23,3

Jumlah 60 100%

Tabel 11 Pendapat Responden tentang

Akting Para Artis Sinetron Cahaya n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Bagus - -

Kurang Bagus - - Bagus 58 96,6

Sangat Bagus 2 3,3 Jumlah 60 100%

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 59

Tabel 12 Daya Tarik Sinetron Cahaya

n = 60 Daya Tarik F %

Sangat Rendah - - Rendah - - Tinggi 26 43,3

Sangat Tinggi 34 56,7 Jumlah 60 100%

Tabel 13

Responden Menurut Kesukaan pada peran Naysila Mirdad dalam

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 2 3,33 Kurang Suka 22 36,7

Suka 34 56,7 Sangat Suka 2 3,3

Jumlah 60 100%

Tabel 14 Responden Menurut Kesukaan pada

Peran Ririn Dwi Ariyanti n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka - -

Kurang Suka 10 16,7 Suka 42 70

Sangat Suka 8 13,3 Jumlah 60 100%

Tabel 15 Responden Menurut Kesukaan pada

Peran Glen Alinskie n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka - -

Kurang Suka 11 18,3 Suka 32 53,3

Sangat Suka 17 28,4 Jumlah 60 100%

Tabel 16 Responden Menurut Kesukaan pada

Peran Dude Herlino n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka - -

Kurang Suka 8 13,3 Suka 24 40

Sangat Suka 28 46,7 Jumlah 60 100%

Tabel 17

Responden Menurut Kesukaan pada Peran Meriam Belina

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 6 10 Kurang Suka 12 20

Suka 10 16,7 Sangat Suka 32 53,3

Jumlah 60 100%

Tabel 18 Responden Menurut Kesukaan pada

Peran Ingka Noverita n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka 10 16,7

Kurang Suka 36 60 Suka 14 23,3

Sangat Suka - Jumlah 60 100%

Tabel 19

Responden Menurut Kesukaan pada Peran Yadi Timo

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 8 13,3 Kurang Suka 41 68,4

Suka 11 18,3 Sangat Suka - -

Jumlah 60 100%

60 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Tabel 20 Responden Menyukai Tipe Orang yang Lembut

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 12 20 Kurang Suka 12 20

Suka 24 40 Sangat Suka 12 20

Jumlah 60 100%

Tabel 21 Responden Menukai Tipe Orang yang Cuek

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 24 40 Kurang Suka 22 37

Suka 13 22 Sangat Suka 1 1,7

Jumlah 60 100%

Tabel 22 Responden Menurut Penggunaan Bahasa Gaul

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka - - Kurang Suka 16 26,66

Suka 38 63,33 Sangat Suka 6 10

Jumlah 60 100%

Tabel 23 Responden Menurut Penggunaan Bahasa Formal

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka - - Kurang Suka 18 30

Suka 39 65 Sangat Suka 3 5

Jumlah 60 100%

Tabel 24 Responden Menurut Penggunaan kata “Aku”

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka 14 5,4 Kurang Suka 18 29,5

Suka 16 26,67 Sangat Suka 12 20

Jumlah 60 100%

Tabel 25 Responden Menurut Penggunaan Kata “Gue”

n = 60 Pendapat Responden F %

Tidak Suka - - Kurang Suka 15 25

Suka 35 58,33 Sangat Suka 10 16,66

Jumlah 60 100%

Tabel 26 Responden Menurut Kesenangannya mengenakan

Pakaian casual n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka - -

Kurang Suka 19 31,66 Suka 26 43,33

Sangat Suka 15 25 Jumlah 60 100%

Tabel 27 Responden Menurut Kesenangannya mengenakan

rok n = 60

Pendapat Responden F % Tidak Suka 32 53,33

Kurang Suka 13 21,66 Suka 15 25

Sangat Suka - Jumlah 60 100%

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 61

Tabel 28 Responden Berdasarkan Kadar Sikap

n = 60 Daya Tarik F %

Sangat Rendah - - Rendah - - Tinggi 59 98,33

Sangat Tinggi 1 1,67 Jumlah 60 100%

HUBUNGAN DAYA TARIK DENGAN SIKAP PENONTON REMAJA

Hubungan antara Daya Tarik dengan Sikap

Penonton Sinetron Cahaya dapat dilihat melalui tabel silang yang dihitung berdasarkan dengan Prosen Kolom, berikut ini :

Tabel 29

Hubungan Daya Tarik dengan Sikap Penonton Remaja

n = 60

Berdasarkan data yang telah ditabulasikan pada table 29, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut : a. Responden yang menyatakan bahwa daya tarik

Sinetron Cahaya sangat tinggi cenderung memiliki kadar sikap sangat tinggi, yaitu 1,67%

b. Responden dengan kadar daya tarik sinetron Cahaya tinggi, cenderung memiliki kadar sikap tinggi, yaitu 43,3% Dari penjelasan di atas, penulis dapat

berasumsi bahwa ada kecenderungan hubungan antara daya tarik tayangan sinetron Cahaya dengan kadar sikap remaja di Perumahan Griya Asih BSD RT 35/07, Jelupang, Serpong, Tangerang..

Untuk menguji dan memastikan hubungan antara dua variable yaitu Daya Tarik dengan Sikap Penonton Remaja, maka penulis melakukan uji statistic dengan mempergunakan metode Korelasi Product Moment.

Berikut ini adalah table iktisar Korelasi

Product Moment antara Variabel Daya Tarik dengan Sikap Penonton Sinetron Cahaya.

Hasil uji statistic dengan metode product moment di atas menunjukkan bahwa terdapat Hubungan yang searah / positif antara Daya Tarik dengan Sikap Penonton Tayangan Sinetron Cahaya, Tingkat Hubungan atau keeratan hubungan antara Daya Tarik dengan Sikap Penonton Perumahan Griya Asri BSD RT35/07 yaitu Ho diterima/Hk ditolak, dengan syarat berikut :

Rxy = 0,46 N = 60 Dengan taraf signifikansi 5 % atau interval kepercayan 95 % R table 95 % = 0,254 N = 60 Maka, Rxy = 0,46 Rxy table = 0,254 jadi Ho ditolak/Hk diterima

Dengan demikian terdapat hubungan antara Daya Tarik Sinetron Cahaya dengan Sikap Penonton Remaja Perumahan Griya Asri BSD RT 35/07

Data tersebut di atas menunjukkan adanya kecenderungan hubungan antara Daya Tarik

62 INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010

Tayangan Sinetron Cahaya dengan Sikap Penonton Remaja Perumahan Griya asri BSD RT 35/07

KESIMPULAN

Dari uraian hasil analisis data, maka jawaban

masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Daya tarik tayangan sinetron Cahaya terhadap

Perubahan Sikap penonton Remaja di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/07 jelupang, Serpong Tangerang adalah Tinggi.

2. Perubahan Sikap remaja di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/07 Jelupang, Serpong Tangerang adalah Tinggi.

3. Ada hubungan antara daya tarik dengan perubahan sikap penonton remaja di Perumahan Griya Asri BSD RT 35/07 Jelupang, Serpong Tangerang

Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka dapat

dikemukakan bantahan pandangan umum tentang pengaruh media massa sebagai faktor dominan yang mempengaruhi sikap seseorang

Hal ini diperkuat oleh pendapat Hafied Cangara (1998 : 15) yang membuktikan bahwa komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok pengaruh dapat diamati secara langsung, misalnya penerima kelihatan gembira mendengar cerita lucu atau mengangguk-angguk sebagai tanda mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bukanlah faktor dominan yang dapat mempengaruhi sikap seseorang, karena faktor lain yang cenderung dapat mempengaruhi sikap seseorang secara langsung adalah komunikasi antar pribadi

SARAN

Perlunya melakukan penelitian kembali untuk

mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembentukan sikap remaja.

Diasumsikan bahwa pembentukan sikap, selain karena media massa, faktor lain yang juga menentukan adalah lingkungan keluarga dan lingkungan permainan yang menjadi cakupan komunikasi antar pribadi, serta nilai-nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdinaya, 2004.

Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media

Assegaf, Dja’far H, 1983. Jurnalistik Masa Kini Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Belch, G.E., & Belch, M.A.1995.Introduction to Advertising and Promotion : An integrated marketing Commnunication Perspective.

Cangara, Hafied, 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : raja Grafindo Persada

Goonasekera, Anura.2000.Growing Up With TV : Asian Children’s Experience. Singapore : Asian Media information and Communication Centre.

Hurlock, Elisabeth B, 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Irwanto, 2002. Psikologi Umum. Jakarta : PT Prenhallindo

Kerlinger.1990.Azas-azas Penelitian Behavioral.Yogyakarta : UGM

Kuswandi, Wawan, 1994. Komunikasi Massa sebuah Analisa Media Televisi. Jakarta : Rineka Cipta

M. A, Morissan, 2005. Media Penyiaran Strategi Mengelola radio dan Televisi. Tangerang : Ramadina Prakarsa

Mcquail, Denis, 1987. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Uni Primas

Mulyana, Deddy, 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Rakhmad, Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sarwono, Sarlito W. 1983.Pengantar Psikologi Umum.Jakarta

Soehoet, Hoeta, AM, 2002. Teori Komunikasi 2. Jakarta : IISIP

Susanto, Phil Astrid, 1995. Filsafat Komunikasi. Bandung : Binacipta.

Venus, Antar.2004.Manajemen Kampanye. Bandung : Sembiosa Rekatama Media

INSANI, ISSN : 0216-0552| No. : 10/1/Desember/2010 63

PENULIS: YULIUS A. TAUFIQ, Lahir di Salatiga, 3 Juni 1970. Sarjana Pendidikan IKIP Jakarta, Lulus 1998, Puket III bid. Kemahasiswaan STISIP Widuri Jakarta, Email : [email protected]